ANALISA PENGARUH TINGKAT UPAH MASA KERJA
Padi” Malang) SKRIPSI
Disusun oleh :
Nadia Nasir 0410210054
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
Analisa Pengaruh Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Kasus Pada Tenaga Kerja Perusahaan Rokok ”Djagung Padi” Malang) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. M. Pudjihardjo. SE., MS.
Oleh : Nadia Nasir Nim. 0411210054
ABSTRAKSI
Keberhasilan suatu perusahaan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dari proses produksi yang dilakukan, adalah tidak lepas dari bantuan para tenaga kerja yang dimiliki. Tenaga kerja adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas suatu perusahaan karena tenaga kerja lebih penting dari faktor produksi modal dan jika tidak ada tenaga kerja maka tidak akan ada tenaga yang mampu menggerakkan roda produksi, sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada saat ini banyak sekali terdapat perusahaan yang tumbuh di Indonesia sehingga secara tidak langsung akan memerlukan tenaga untuk membantu kelancaran proses produksinya yang beroperasi baik itu perusahaan milik negara/domestik ataupun milik swasta/asing yang bergerak dalam berbagai sektor baik sektor formal ataupun informal. Perusahaan akan dapat menjalankan fungsinya jika memenuhi persyaratan yang diperlukan, seperti mempunyai visi dan misi yang jelas yang mempunyai peranan penting dalam hal pengoperasian kegiatan perusahaan, memiliki tenaga kerja yang memadai baik dalam hal skill/keterampilannya, mempunyai standart produksi yang bagus. Dalam hal penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah penduduk, besaran tingkat upah, jumlah tenaga kerja itu sendiri, masa kerja, pendidikan, usia, dan juga produktivitas.
Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dari saat perencanaan, perumusan, sasaran dan tujuan sampai pada strategi dalam mencapai cita – cita yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Salah satunya dengan memberi motivasi agar produktivitasnya dapat meningkat seperti memberikan tingkat upah yang sesuai dengan kemampuan, memberikan uang lembur jika ada tambahan jam kerja atau lainnya, memberikan penghargaan apabila mempunyai masa kerja yang lama. Seiring dengan pertambahan masa kerja dan usia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang masih berusia muda dan terutama yang belum memiliki keluarga pada umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mencari nafkah, karena dengan asumsi pendapatan yang dimiliki hanya untuk dia saja. Sehingga produktivitas akan cenderung mengalami penurunan jika tidak segera diperhatikan.
Dapat diketahui melalui hasil dari t test antara X 1 (upah) dengan Y (produktivitas kerja) menunjukkan t hitung = 3,991. Sedangkan t tabel ( α = 0.05 ; db Dapat diketahui melalui hasil dari t test antara X 1 (upah) dengan Y (produktivitas kerja) menunjukkan t hitung = 3,991. Sedangkan t tabel ( α = 0.05 ; db
< 2.013 maka pengaruh X 3 (usia) adalah tidak signifikan pada tingkat kesalahan α= 5%.
Kata kunci : Tenaga Kerja, Produktivitas, Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekonomi Sumber Daya manusia adalah suatu ilmu ekonomi yang diterapkan dalam menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, dapat juga dikatakan bahwa Ekonomi Sumber Daya Manusia adalah suatu langkah untuk menerapkan teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia. Sedangkan Sumber Daya Manusia sendiri mengandung dua pokok pengertian yaitu :
1. Usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi, dalam arti sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.
2. Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Menurut Arfida Pendayagunaan sumber daya manusia dalam menghasilkan barang dan jasa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Yang mempengaruhi jumlah dan kualitas sumber daya manusia tersebut.
2. Faktor dan kondisi yang mempengaruhi pengembangan perekonomian yang dapat mempengaruhi pendayagunaan sumber daya manusia tersebut.
Sedangkan menurut Mulyadi S (2003 : 2) minimal ada empat kebijaksanaan pokok dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM) yaitu :
1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani, dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan upaya pemerataan pendapatannya.
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan lingkungan serta ;
4. Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Begitu juga menurut Mankiw yang mengatakan bahwa faktor – faktor produksi adalah input – input yang digunakan untuk memproduksi berbagai barang dan jasa. Secara umum tenaga kerja merupakan faktor produksi yang terpenting, sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika kita berbicara tentang masalah ESDM maka tenaga kerja adalah merupakan salah satu cabang ESDM yang perlu untuk dikaji lebih lanjut, dimanapun kita berada pasti terdapat perusahaan-perusahaan yang banyak memerlukan tenaga kerja untuk membantu proses produksinya. Tidak terkecuali di Indonesia, pada saat ini di negara kita telah banyak sekali perusahaan yang beroperasi baik itu perusahaan milik negara/domestik ataupun milik swasta/asing yang bergerak dalam berbagai sektor baik sektor formal ataupun informal. Yang dimaksud dengan sektor formal atau Begitu juga menurut Mankiw yang mengatakan bahwa faktor – faktor produksi adalah input – input yang digunakan untuk memproduksi berbagai barang dan jasa. Secara umum tenaga kerja merupakan faktor produksi yang terpenting, sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika kita berbicara tentang masalah ESDM maka tenaga kerja adalah merupakan salah satu cabang ESDM yang perlu untuk dikaji lebih lanjut, dimanapun kita berada pasti terdapat perusahaan-perusahaan yang banyak memerlukan tenaga kerja untuk membantu proses produksinya. Tidak terkecuali di Indonesia, pada saat ini di negara kita telah banyak sekali perusahaan yang beroperasi baik itu perusahaan milik negara/domestik ataupun milik swasta/asing yang bergerak dalam berbagai sektor baik sektor formal ataupun informal. Yang dimaksud dengan sektor formal atau
Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa banyak perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, karena mereka mempunyai pemikiran bahwa Indonesia adalah tempat yang strategis untuk menanam modal. Memang dengan adanya perusahaan ini maka akan mempunyai dampak yang positif yaitu secara otomatis akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga masalah pengangguran dapat sedikit diatasi walaupun tidak seluruhnya. Perusahaan akan dapat menjalankan fungsinya jika memenuhi persyaratan yang diperlukan, seperti mempunyai visi dan misi yang jelas yang mempunyai peranan penting dalam hal pengoperasian kegiatan perusahaan, memiliki tenaga kerja yang memadai baik dalam hal skill/keterampilannya, mempunyai standart produksi yang bagus. Dalam hal penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah penduduk, tenaga kerja itu sendiri, jam kerja, pendidikan, dan juga produktivitas. Terdapat tenaga kerja yang bekerja keras, tetapi juga banyak tenaga kerja yang bekerja dengan sedikit usaha. Tentu hasil yang diperoleh juga akan berbeda, produktivitas kerja dipengaruhi oleh motivasi dari tiap individu, tingkat pendidikan dan pelatihan yang diterima. Tenaga kerja yang mempunyai pendidikan tinggi tentu akan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi pula, sehingga dalam hal ini peran perusahaan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberikan hak-hak yang harus mereka dapatkan seperti memperoleh Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa banyak perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, karena mereka mempunyai pemikiran bahwa Indonesia adalah tempat yang strategis untuk menanam modal. Memang dengan adanya perusahaan ini maka akan mempunyai dampak yang positif yaitu secara otomatis akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga masalah pengangguran dapat sedikit diatasi walaupun tidak seluruhnya. Perusahaan akan dapat menjalankan fungsinya jika memenuhi persyaratan yang diperlukan, seperti mempunyai visi dan misi yang jelas yang mempunyai peranan penting dalam hal pengoperasian kegiatan perusahaan, memiliki tenaga kerja yang memadai baik dalam hal skill/keterampilannya, mempunyai standart produksi yang bagus. Dalam hal penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah penduduk, tenaga kerja itu sendiri, jam kerja, pendidikan, dan juga produktivitas. Terdapat tenaga kerja yang bekerja keras, tetapi juga banyak tenaga kerja yang bekerja dengan sedikit usaha. Tentu hasil yang diperoleh juga akan berbeda, produktivitas kerja dipengaruhi oleh motivasi dari tiap individu, tingkat pendidikan dan pelatihan yang diterima. Tenaga kerja yang mempunyai pendidikan tinggi tentu akan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi pula, sehingga dalam hal ini peran perusahaan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberikan hak-hak yang harus mereka dapatkan seperti memperoleh
Perusahaan Rokok “Djagung Padi” Malang yang beralamat di jalan Ki Ageng Gribig Malang, memiliki kegiatan yaitu memproduksi rokok kretek. Hasil produksi didistribusikan ke daerah – daerah seperti wilayah Malang, Blitar, Pasuruan, dan Lumajang. Sedangkan untuk wilayah Luar Jawa adalah Kalimantan hanya dilayani jika memperoleh pesanan dalam jumlah banyak. Hasil produksinya terdiri dari dua macam yaitu Rokok Djagung Padi Kuning Cokelat, dan Rokok Jagung Padi Kuning Hijau. Untuk Rokok Djagung Padi Kuning Cokelat memiliki kelebihan dibandingkan dengan rokok Djagung Padi Kuning Hijau, sering dikatakan bahwa rokok ini lebih istimewa, dikarenakan seluruh bahan pembuatnya benar- benar pilihan dan terjaga kualitasnya. Perusahaan ini memiliki ± 380 orang tenaga kerja, temasuk di dalamnya adalah tenaga kerja bagian pelintingan.
Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dari saat perencanaan, perumusan, sasaran dan tujuan sampai pada strategi dalam mencapai cita – cita yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Penduduk usia muda dan terutama yang belum memiliki keluarga pada umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidangnya. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dari saat perencanaan, perumusan, sasaran dan tujuan sampai pada strategi dalam mencapai cita – cita yang diinginkan oleh perusahaan, yaitu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Penduduk usia muda dan terutama yang belum memiliki keluarga pada umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang
“ Analisa Pengaruh Hubungan Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja”.
1.2. Rumusan masalah
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah :
a) Apakah terdapat pengaruh secara signifikan dari variabel tingkat upah, masa kerja, dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja?
b) Apakah terdapat pengaruh secara dominan diantara variabel tingkat upah, masa kerja, dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain :
a) Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat upah, masa kerja,dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja.
b) Mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh diantara 3 variabel bebas diatas terhadap produktivitas tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti / mahasiswa
a) Sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan produktivitas kerja dimasa yang akan datang.
b) Merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang diberikan dengan praktek dilapangan.
c) Tambahan wawasan dan pemahaman mengenai bidang sumber daya manusia yang berhubungan dengan produktivitas kerja.
2. Bagi Perusahaan / Instansi terkait
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan terhadap tenaga kerja dengan memberikan motivasi yang dibutuhkan. Sehingga adanya tingkat upah, masa kerja, dan usia yang maksimal akan dapat meningkatkan produktivitas.
b) Sebagai dasar penilaian yang obyektif dalam rangka meningkatkan produktivitas melalui langkah yang telah ditetapkan.
c) Dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran khususnya pimpinan dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan produktivitas tenaga kerja.
3. Bagi Fakultas / Pihak lain
a) Memperluas jaringan kerja sama antar perusahaan terkait.
b) Dapat dijadikan literatur untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai produktivitas.
c) Memberikan gambaran, wawasan dan pengetahuan mengenai variabel– variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja menurut Undang - Undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 bab I ketentuan umum pasal (1) : yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.
Menurut Undang – Undang No 14 1969 yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian tenaga kerja ada 2 yaitu
1. Setiap orang yg mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat
2. Setiap orang laki – laki atau wanita yang berumur 15 tahun keatas yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Menurut Simanjuntak (1998 : 2) tenaga kerja mencakup penduduk (berusia 14 – 60 th) yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.
Sedangkan menurut Mulyadi (2003 : 59) tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Menurut Kusnadi (1998 : 362) tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga macam apabila dilihat dari tingkat keahliannya, yaitu:
1. Tenaga Kerja tidak ahli adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian dan hanya mengandalkan kekuatan fisik saja.
2. Tenaga Kerja semi adalah tenaga kerja yang tidak hanya mengandalkan keahlian, biasanya tenaga kerja ini berada pada posisi manajemen tingkat bawah.
3. Tenaga Kerja ahli adalah tenaga kerja yang mengandalkan keahlian dan kemampuannya, biasanya tenaga kerja seperti ini berada pada posisi manajemen tingkat atas.
2.1.2 Angkatan Kerja dan Pasar Kerja
Seberapa besar jumlah orang yang bersedia menawarkan jasanya guna membantu terselesaikannya suatu proses produksi, tergantung kepada besarnya penyediaan atau suppy tenaga kerja di dalam masyarakat. Jumlah orang yang bersedia untuk menjadi tenaga kerja terdiri dari golongan yang telah bekerja dan golongan yang siap untuk bekerja dan golongan yang sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Untuk itu keadaan ini dinamakan angkatan kerja atau Labour Force (Simanjuntak, 1985 : 3), sedangkan untuk konsep angkatan kerja secara menyeluruh dinamakan Total Labour Force. Konsep Total Labour Force ini digunakan untuk merumuskan jumlah keseluruhan angkatan kerja dari semua Seberapa besar jumlah orang yang bersedia menawarkan jasanya guna membantu terselesaikannya suatu proses produksi, tergantung kepada besarnya penyediaan atau suppy tenaga kerja di dalam masyarakat. Jumlah orang yang bersedia untuk menjadi tenaga kerja terdiri dari golongan yang telah bekerja dan golongan yang siap untuk bekerja dan golongan yang sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Untuk itu keadaan ini dinamakan angkatan kerja atau Labour Force (Simanjuntak, 1985 : 3), sedangkan untuk konsep angkatan kerja secara menyeluruh dinamakan Total Labour Force. Konsep Total Labour Force ini digunakan untuk merumuskan jumlah keseluruhan angkatan kerja dari semua
Sedangkan proses dimana terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja disebut pasar kerja (Simanjuntak, 1985 : 3). Seseorang yang telah masuk dalam pasar kerja adalah mereka yang bersedia untuk menawarkan jasanya kelancaran proses produksi. Terdapat 3 golongan dalam angkatan kerja yaitu :
1) Golongan menganggur, adalah mereka yang sama sekali tidak bekerja dan tidak berusaha untuk mencari pekerjaan.
2) Golongan setengah menganggur, adalah mereka yang tenaganya kurang dimanfaatkan dalam bekerja jika dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerjanya, dan juga pendapatan yang diterima. Golongan setengah menganggur ini dikelompokkan lagi menjadi 2 golongan kecil yaitu :
a. Setengah menganggur kentara, adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 (tiga puluh lima) jam dalam seminggu.
b. Setengah menganggur tidak kentara atau terselubung, adalah mereka yang mempunyai produktivitas dan pendapatan yang rendah.
3) Bukan angkatan kerja meliputi :
a. Golongan yang masih berstatus sekolah, adalah mereka yang mempunyai kegiatan utama sekolah saja.
b. Golongan yang mengurus rumah tangga, adalah mereka yang mempunyai kegiatan sehari – hari hanya mengurus rumah tangga tanpa memperoleh imbalan berupa upah.
c. Golongan lain – lain yaitu :
i. Golongan penerima pendapatan, adalah mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi tetap memperoleh penghasilan seperti tunjangan pensuin, bunga atas simpanan atau sewa atas milik.
ii. Golongan yang hidupnya tergantung dari orang lain, contohnya lanjut usia, cacat, sedang dalam penjara atau sakit kronis. Golongan ini dapat dikatakan sebagai Potential Labour Force, karena pada saat yang tidak dapat ditentukan golongan ini akan dapat digunakan tenaganya untuk bekerja. Potential Labour Force terdiri dari :
1) Discouraged Workers, adalah golongan angkatan kerja yang menarik diri dari pasar kerja untuk sementara waktu yang disebabkan tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.
2) Angkatan kerja sekunder, adalah golongan yang bekerja bila situasi pasar kerja lebih menjanjikan untuk mendapat penghasilan walaupun hanya sementara waktu saja, dan akan kembali kepada kehidupan semula jika kondisi pasar kerja sudah tidak menjanjikan.
3) Angkatan kerja primer, adalah golongan yang terus berada dalam pasar kerja.
2.1.3 Pendekatan Angkatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja
Menurut Simanjuntak (1985 : 9), pendekatan angkatan kerja dan pendekatan penggunaan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua pendekatan ini akan saling melengkapi. Pendekatan penggunaan tenaga kerja dapat memberikan gambaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan pendekatan Menurut Simanjuntak (1985 : 9), pendekatan angkatan kerja dan pendekatan penggunaan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua pendekatan ini akan saling melengkapi. Pendekatan penggunaan tenaga kerja dapat memberikan gambaran yang lebih luas jika dibandingkan dengan pendekatan
Gambar 2.1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
Menganggur Bekerja
Setengah Bekerja
Pengangguran
Penuh
Kentara (Jam Tidak
Kerja Sedikit)
Kentara
Prod Rendah
Peng Rendah
Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.
2.1.4 Pengertian Industri
Yang dimaksud dengan Industri adalah suatu usaha atau kegiatan dalam hal mengolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang Yang dimaksud dengan Industri adalah suatu usaha atau kegiatan dalam hal mengolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
Menurut Pasal 5 UU RI No. 5 Tahun 1984, pemerintah menggolongkan industri dalam kelompok sebagai berikut yaitu :
1) Pemerintah menetapkan bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok industri kecil, termasuk industri yang menggunakan ketrampilan tradisional dan industri penghasil benda seni, yang dapat diusahakan hanya oleh Warga Negara Indonesia.
2) Pemerintah menetapkan jenis-jenis industri yang khusus dicadangkan bagi kegiatan industri kecil yang dicadangkan bagi kegiatan industri kecil yang dilakukan oleh masyarakat dari golongan ekonomi lemah.
2.1.4.1 Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia menurut Hadi Sutrisno (2000)
A. Berdasarkan tempat bahan baku
1) Industri ekstraktif : industri yang bahan bakunya diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dll.
2) Industri nonektraktif : industri yang bahan bakunya di dapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3) Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi.
B. Berdasarkan besar kecilnya modal
1) Industri padat modal : industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. Contoh : industri mobil, industri elektronik, dll.
2) Industri padat karya : industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya. Contoh : industri perumahan, pertokoan, pasar, dll.
C. Berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya (berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986)
1) Industri kimia dasar. Contohnya seperti undustri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.
2) Industri mesin dan logam dasar. Contohnya indsutri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.
3) Industri kecil. Contoh : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, industri kerajinan.
4) Aneka industri. Misalnya industri pakaian, makanan dan minuman.
D. Berdasarkan jumlah tenaga kerja
1) Industri rumah tangga, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 1-5 orang.
2) Industri kecil, adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 6-
40 orang.
3) Industri sedan atau menegah, adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah 41-99 orang.
4) Industri besar, adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya 100 orang lebih.
E. Berdasarkan pemilihan lokasi
1) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry), adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Misalnya adalah industri kerajinan, biasanya didirikan karena berada disekitar tempat wisata.
2) Industri yang menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man power oriented industry), adalah industri yang berada pada lokai di pusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
Misalnya industri rokok dan industri mebel yang sebagian besar tenaga kerja bagian produksi/ buruh diambil dari wilayah sekitar.
3) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan kepada bahan baku (supply oriented industry), adalah jenis industri yang mendekati lokais dimana bahan baku berada untuk memangkas atau mengurangi biaya taransportasi besar. Misalnya industri genteng, industri marmer, industri minyak, batubara.
F. Berdasarkan produktifitas perorangan
1) Industri primer : industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan.
2) Industri sekunder : industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Contohnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, spare part motor.
3) Industri tersier : industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan.
2.1.5 Pengertian Produktivitas
Produktivitas merupakan tujuan dari setiap sistem organisasi apapun, produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan manusia dipergunakan dengan baik, dan dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan. Secara singkat produktivitas dapat dikatakan sebagai ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan, seberapa jauh masukan input dapat
menghasilkan keluaran output, baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang dan jasa) dengan masukan sebelumnya (Mushadarsyah,1987 : 87) Secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input yang diberikan). Produktivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektifitas pencapaian sasaran. Efektifitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, produktivitas bila dihubungkan dengan tenaga kerja adalah jumlah hasil yang dicapai seorang pekerja dalam jangka waktu tertentu. Dalam artian luas pengertian produktivitas meliputi hubungan antara keluaran (output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Produksi adalah rasio dari beberapa output dengan beberapa input yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Produksi Total adalah rasio antara total keluaran (output) dengan total masukan (input), dengan rumus sebagai berikut:
Total keluaran output
Pr oduksi Total
Total masukan ( input )
2) Produksi Bagian adalah rasio semua (total) keluaran kelompok utama tertentu dari input (masukan) dengan rumus sebagai berikut:
Total keluaran output
Pr oduksi Bagian
sebagian masukan ( input )
Yang dimaksud dengan Produktivitas adalah modal nisbah atau rasio antar hasil kegiatan dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan untuk dapat mewujudkan hasil tersebut, dengan kata lain produktivitas adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.
Sedangkan menurut Simanjuntak ( 1998 : 38 ) dalam menjabarkan mengenai pengertian produktivitas terdapat 2 pengertian yaitu secara filosofis dan kuantitatif atau secara definisi kerja dan teknis operasional. Secara filosofis yang dimaksud dengan produktivitas adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan secara definisi kerja yang dimaksud dengan produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai ( keluaran ) dengan keseluruhan sumber daya ( masukan ) yang dipergunakan per satuan waktu. Menurut William dan Carl, produktivitas digambarkan sebagai hubungan antar output dan input yg digunakan dalam menghasilkan output, tingkat ukuran, serta trend ukuran dalam perjalanan waktu.
2.1.5.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi produktivitas
1. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit
2. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang
3. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama
4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil Dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan:
1 Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
2 Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang kurang.
3 Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Untuk mengukur produktivitas menurut Widodo adalah jumlah hasil produksi / satuan waktu atau jumlah yang dihasilkan / jumlah masukan tenaga kerja. Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan adalah :
1. Kualitas dan kemampuan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan yang bersangkutan. Semakin baik kualitas dan kemampuan seseorang karyawan maka semakin tinggi tingkat produksi.
2. Sarana pendukung, dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.
b. Menyangkut program kesejahteraan karyawan yang tercermin dalam system pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan kerja.
3. Supra Sarana, Pelatihan dan Kemampuan Manajemen Perusahaan. Supra sarana meliputi kebijakan pemerintah, hubungan industrial dan manajemen perusahaan. Kebijakan pemerintah seperti kebijakan dibidang ekspor-impor, pembatasan-pembatasan dan pengawasan, juga mempengaruhi ruang gerak pemimpin perusahaan dan jalannya aktivitas di perusahaan. Sedangkan hubungan industrial hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja dimana hubungan tersebut akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan pengusaha terhadap tenaga kerja, sejauh mana hak-hak tenaga kerja mendapat perhatian pengusaha 3. Supra Sarana, Pelatihan dan Kemampuan Manajemen Perusahaan. Supra sarana meliputi kebijakan pemerintah, hubungan industrial dan manajemen perusahaan. Kebijakan pemerintah seperti kebijakan dibidang ekspor-impor, pembatasan-pembatasan dan pengawasan, juga mempengaruhi ruang gerak pemimpin perusahaan dan jalannya aktivitas di perusahaan. Sedangkan hubungan industrial hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja dimana hubungan tersebut akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan pengusaha terhadap tenaga kerja, sejauh mana hak-hak tenaga kerja mendapat perhatian pengusaha
Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelatihan, program kesejahteraan, lingkungan kerja, serta supra sarana lainnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Sedangkan didalam “The Three Patries Distribution Principle” atau disebut Hubungan Tiga Partai, menyebutkan bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam peningkatan produktivitas adalah harus mencapai ketiga sasaran, Tiga sasaran tersebut adalah :
a. Peningkatan Penerimaan Upah
b. Penurunan Harga Pokok
c. Peningkatan Dalam Penerimaan Keuntungan Menurut Muchdarsyah (1995 : 87) faktor yang berpengaruh dalam usaha peningkatan produktivitas secara konseptual adalah:
a. Tingkat Pendidikan dan Keahlian
b. Jenis Teknologi dan Hasil Produksi
c. Kondisi Kerja
d. Kesehatan dan Kemampuan Fisik dan Mental
e. Sikap terhadap tugas, teman sejawat dan pengawas
f. Keanekaragaman tugas
g. Sistem intensif (sistem upah dan insentif)
h. Keamanan kerja h. Keamanan kerja
Gambar 2.2 : Bagan Peningkatan Produktivitas
Supra Sarana
⇒ Kebijaksanaan Pemerintah ⇒ Hubungan Industrial ⇒ Manajemen
Karyawan Peningkatan
⇒ Pendidikan Produktivitas ⇒ Latihan
Tenaga Kerja ⇒ Etos Kerja ⇒ Motivasi Kerja Perusahaan
⇒ Sikap Mental ⇒ fisik
* Keselamatan Dan
* Upah
Kesejahteraan Kerja Jamsostek * Sarana Produksi
* Security
* Teknologi
Lingkungan kerja Kesejahteraan
SARANA PENUNJANG
a.
Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.
2.1.5.2 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja terkandung pengertian tentang perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Produktivitas tenaga kerja merupakan faktor penting bagi keberhasilan dunia usaha dan merupakan landasan penting peningkatan nyata bagi tenaga kerja. Untuk melakukan produktivitas pada suatu populasi tenaga kerja perlu dilakukan studi terhadap tenaga kerja dan faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tersebut.
Sedangkan tenaga kerja dinilai produktif jika ia mampu menghasilkan output yang lebih banyak dari tenaga kerja lainnya untuk satuan waktu yang sama. Dengan demikian dapat dikatakan, seseorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditentukan, dalam satuan waktu yang lebih singkat. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pr oduktivita s tenaga ker ja =
jumlah hasil produksi
satuan waktu
Menurut Kartasapoetra (1987), produktivitas tenaga kerja dapat meningkat jika terpenuhinya beberapa hal dibawah ini :
a. Seluruh tenaga kerja mendapatkan upah atau pendapatan yang sesuai dengan bidang kerja yang ditanganinya tanpa terkecuali.
b. Para tenaga kerja berada dalam perasaan yang senang untuk menangani pekerjaan – pekerjaannya. Karena jika perasaan ini terpenuhi maka akan menimbulkan kegairahan kerja, yang nantinya akan dapat meningkatkan nilai tambah dalam usaha kegiatan perusahaan.
c. Para tenaga kerja berada dalam kesesuaian atau kecocokan lapangan pekerjaan dan tidak adanya kerja rangkapan yang dipastikan untuk ditanganinya.
d. Para tenaga kerja bekerja sesuai dengan pengalaman, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki. Tenaga kerja harus diperhatikan segala kebutuhannya termasuk produktivitas yang dimiliki, karena tenaga kerjalah yang menjadi roda penggerak produksi dalam suatu perusahaan. Sehingga menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Secara alamiah peningkatan produktivitas telah disadari adanya, karena dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu berujung untuk mendapatkan keuntungan. Jika produktivitas tenaga kerja tinggi, maka tingkat pendapatan yang dimiliki juga akan tinggi pula begitu juga sebaliknya. Pada hakekatnya antara perusahaan dengan tenaga kerja merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan satu sama lain. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja guna membantu kelancaran proses produksinya, sedangkan tenaga kerja membutuhkan perusahaan guna memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya hal inilah yang dapat menjadikan perusahaan dan tenaga kerja sama – sama mengerti akan keberadaan masing – masing pihak, tenaga kerja akan merasa memiliki tanggung jawab dan rasa terima kasih kepada perusahaan karena dengan danya perusahaan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, begitu juga dengan perusahaan yang selalu berusaha untuk mempertahankan tenaga kerja yang dimiliki dengan dengan berbagai upaya yang dapat memberikan rasa hormat kepada tenaga kerja.
Bentuk – bentuk rasa terima kasih yang dapat diberikan tenaga kerja kepada perusahaan adalah dengan cara memberikan kemampuan terbaik yang dimiliki, Bentuk – bentuk rasa terima kasih yang dapat diberikan tenaga kerja kepada perusahaan adalah dengan cara memberikan kemampuan terbaik yang dimiliki,
2.1.5.3 Aspek Produktivitas Aspek produktivitas disini menyangkut efisiensi dan efektifitas, yang dimaksud Efisiensi adalah jumlah dari masukan yang dipakai untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Efisiensi berkaitan dengan kemampuan mendapatkan hasil (output) yang diinginkan dari pengorbanan biaya (input) yang minimal. Sedangkan Efektifitas berkaitan dengan kenyataan apakah hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran dari kegiatan perusahaan dapat dicapai atau tidak. Suatu kegiatan perusahaan dikatakan efektifitas bila produktivitas berhasil mencapai target yang diharapkan oleh perusahaan.
2.1.5.4 Bentuk Peningkatan Produktivitas Gambar 2.3 : Bentuk Peningkatan Produktivitas
URAIAN INPUT OUTPUT IP KETERANGAN
Mula – Mula
Bentuk 1 (1,5) Input lebih sedikit,
output sama Bentuk 2 (1,5) Input lebih sedikit,
output lebih banyak Bentuk 3 (1,5) Input sama, output
lebih banyak Bentuk 4
(1,5) Input lebih banyak,
output jauh lebih banyak
Sumber : Payaman. J. Simanjuntak, 1985.
2.1.6 Pengertian Upah Upah atau gaji bagi semua dan setiap tenaga kerja adalah sesuatu yang sangat
penting. Upah melatarbelakangi seseorang untuk memutuskan memasuki dunia kerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan gaji yang didapatkannya maka seorang tenaga kerja atau individu yang bekerja dapat secara otomatis membiayai segala macam kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan maupun papan. Upah bagi tenaga kerja merupakan cost atau biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan dimasukkan dalam ongkos atau biaya produksi.
Adapun keputusan sebuah perusahaan tentang gaji, instrument ini sangatlah penting untuk memberikan kelangsungan bagi tenaga kerja untuk hidup sehingga proses kinerja dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Menurut Sukirno (1982 : 297) yang dimaksud dengan upah adalah: “Pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada perusahaan”. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan diantara pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja-pekerja dan preferensional dengan pembayaran ke atas jasa-jasa kasar dan tidak tetap. Kedua jenis pendapatan pekerja tersebut dinamakan upah.
Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:
1 Gaji. Gaji dalam pengertian sehari-hari adalah pembayaran kepada pekerja- pekerja tetap dan tenaga kerja profesional seperti pegawai pemerintah, dosen, manager dan akuntan.
2 Upah. Sedangkan upah yang dimaksud adalah pembayaran kepada pekerja- pekerja kasar yang pekerjaannnya selalu berpindah-pindah seperti misalnya petani, tukang kayu, buruh kasar.
Menurut Andrew F. Sikula dalam Moekijat (1992 : 3) gaji adalah imbalan jasa atau uang yang dibayarkan atau yang ditentukan untuk dibayarkan kepada seseorang pada jarak-jarak waktu teratur untuk jasa-jasa yang diberikan. Lain halnya dengan Rusli (1991 : 185) mendefinisikan gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam manajemen tenaga kerja yaitu merupakan unsur dari kompensasi terhadap prestasi yang telah diberikan oleh Menurut Andrew F. Sikula dalam Moekijat (1992 : 3) gaji adalah imbalan jasa atau uang yang dibayarkan atau yang ditentukan untuk dibayarkan kepada seseorang pada jarak-jarak waktu teratur untuk jasa-jasa yang diberikan. Lain halnya dengan Rusli (1991 : 185) mendefinisikan gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam manajemen tenaga kerja yaitu merupakan unsur dari kompensasi terhadap prestasi yang telah diberikan oleh
Menurut Mulyadi (1993 : 376) mengungkapkan bahwa gaji pada umumnya merupakan pembayaran atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana yang dibayarkan secara tetap per pekerja bulan. Upah adalah sebagai bentuk kompensasi atas konstribusi yang diberikan pekerja atau buruh kepada perusahaan. Atau dengan kata lain pengertian upah adalah hak buruh yang harus diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan, yang didalamnya termasuk tunjangan bagi buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan. Ketika perusahaan merekrut pekerja yang diharapkan adalah pekerja dapat melakukan kegiatan usaha sehingga menghasilkan keuntungan, dan keuntungan yang diperoleh tersebut digunakan untuk memberi kompensasi berupa upah kepada pekerja. Kompensasi pekerja kepada perusahaan dengan menjadi pekerja disebut kinerja atau produktivitas. Semakin baik kinerja maka pekerja akan mendapat upah yang semakin tinggi, sesuai dengan UU No 13 pasal 92 ayat (2) ; pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan dan produktivitas.
Tetapi lain halnya untuk pengertian pendapatan menurut BPS yang diperinci sebagai berikut menurut Mulyanto Sumardi J. Hans-dieter Ever (1982 : 92-93) :
1. Pendapatan berupa uang adalah sebagai penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan biasanya diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi yaitu yang meliputi pendapatan :
a) Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja lembur, kerja sampingan dan kerja kadang – kadang.
b) Dari usaha sendiri, yang meliputi hasil bersih usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah tangga.
c) Dari hasil investasi seperti bunga, modal, dan tanah.
d) Dari keuntungan sistem yaitu pendapatan yang diperoleh dari sistem kerja sistem.
2. Pendapatan yang berupa barang adalah sebagian penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa yang dapat diterimakan. Barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak disertai dengan teransaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut. Dalam pengertian ini yang dimaksud dengan pendapatan adalah :
a) Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan, transportasi, perumahan, dan rekreasi.
b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain : pemakaian barang yang diproduksi dirumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang sedang ditempati.
3. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu : penerimaan yang berupa pengambilan tabungan, penjualan, penjualan barang – barang yang dipakai, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah, warisan, dan menang judi.
Menurut Simanjuntak (1985) penghasilan atau imbalan yang diterima seorang tenaga kerja sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan kedalam empat bentuk, yaitu:
1. Upah atau gaji (dalam bentuk uang).
Sistem penggajian di Indonesia pada umumnya menggunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Penentuan gaji pokok pada umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip dari teori Human Capital yaitu bahwa upah atau gaji seseorang diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dan latihan yang dicapainya.
2. Tunjangan dalam bentuk natura seperti gula, beras, garam, pakaian, dan lain-lain.
3. Fringe benefits, yaitu berbagai jenis benefits diluar upah yang diperoleh seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaannya seperti pensiunan, asuransi kesehatan, cuti, dan lain-lain.
4. Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan kerja yang berbeda di setiap perusahaan dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi setiap tenaga kerja. Keadaan ini mencakup kebersihan, reputasi tempat usaha, lokasi tempat usaha kerajinan kendang, dan lain-lain.
2.1.6.1 Fungsi Upah
Menurut Simanjuntak (1998 : 129) sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah, yaitu:
1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya
2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja karyawan
3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja. Menurut Heidjracman dan Suad Husnan (1992 : 140) sistem pengupahan yang umum diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Sistem waktu Dalam sistem waktu besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini biasanya diterapkan jika prestasi kerja sulit diukur per unitnya. Jadi besarnya kompensasi hanya didasarkan kepada lamanya bekerja.
b. Sistem hasil (output) Dalam sistem hasil besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram. Dalam sistem ini, biasanya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan, bukan pada lamanya waktu pekerjaan.
c. Sistem borongan Dalam sistem ini pendapat besarnya pada volume pekerjaan dan lamanya mengerjakan. Upah borongan ini mengaitkan kompensasi secara langsung dengan produksi yang dihasilkan. Besar kecilnya balas jasa sangat tergantung pada kecermatan mengkalkulasi biaya borongan tersebut sistem ini merupakan sistem pengupahan yang paling popular.
Sedangkan menurut Amstrong dan Murlis (1994 : 18-20), perlu dilakukan beberapa langkah tertentu dalam melaksanakan aturan mengenai pemberian upah kepada tenaga kerja diantaranya adalah :
1. Menganalisis keadaan sekarang yang didalamnya meliputi analisa jabatan diantaranya banyaknya staf dalam setiap jabatan, besarnya upah yang diterima oleh tiap – tiap orang, kenaikan apa saja (biaya hidup), kenaikan atau prestasi apa yang telah diberikan dan apakah perusahaan mengalami kesulitan atas kenaikan gaji yang diminta.
2. Merumuskan kebijaksanaan dalam penggajian yaitu kebijakan penggajian yang ditetapkan oleh level yang bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan.
3. Menilai pekerjaan yaitu dengan teknik – teknik tertentu, atau menilai pekerjaan dari berbagai aspek.
4. Merencanakan struktur gaji yaitu dengan cara strukur gaji harus mencerminkan hubungan pekerjaan dengan cara yang logis dan penggunaan survei gaji dan informasi lain untuk mengembangkan struktur gaji.
5. Mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menjamin kebijaksanaan dan anggaran dilaksanakan dalam anggaran, kenaikan gaji dihubungkan dengan prestasi. Struktur gaji akan tetap adil ke dalam dan bersaing keluar, tingkat upah yang baik untuk tiap pekerja, dan gaji tiap pekerja tidak melebihi batas.
6. Merencanakan seluruh aspek balas jasa yaitu dengan melakukan pengadministrasian gaji pokok dan unsur – unsur tunjangan, lembur, bonus.
7. Mengevaluasi seluruh langkah – langkah tersebut di atas.
2.1.6.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Menurut Moekijat (1992 : 14), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam penentuan tingkat upah antara lain adalah :
1. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak swasta Upah akan cenderung naik jika salah satu pihak terutama swasta menaikkan tingkat upahnya, sehingga akan diikuti oleh kenaikan upah Pegawai Negeri.
2. Kondisi keuangan negara Kenaikantingkat upah akan sulit dilakukan jika kondisi negara dalam keadaan yang tidak menentu atau tidak stabil.
3. Biaya hidup Biaya hidup dalam suatu negara juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendanya tingkat upah.
4. Peraturan Pemerintah Terdapat adanya peraturan pemerintah yang dapat membatasi tingkat upah.
5. Kekayaan negara Negara yang kaya dalam perekonomiannya maka akan dapat memberikan tingkat upah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.
6. Produktivitas pegawai Tenaga kerja yang memiliki produktivitas tinggi, maka sebaiknya diberikan imbalan berupa tingkat upah yang memadai dengan produktivitasnya.
7. Persediaan tenaga kerja Tingkat upah yang ditawarkan akan naik jika persediaan tenaga kerja dalam pasar kerja sedikit.
8. Kondisi kerja Tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi kerja yang berat dan sulit tentu tingkat upah yang diberikan akan tinggi jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi yang nyaman.
9. Jam Kerja Besaran jumlah jam kerja akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah, jika jam kerja lebih lama dari yang ditentukan maka upah yang diberikan akan lebih tinggi.
10. Perbedaan geografis Perbedaan letak geografis suatu negara akan berpengaruh terhadap tingkat upah yang diberikan.
11. Inflasi Pada saat suatu negara mengalami kondisi inflasi maka tingkat upah akan turun, sehingga perlu kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat upah.
12. Pendapatan nasional Jika pendapatan nasional suatu negara meningkat maka sebaiknya tingkat upah harus dinaikkan juga.
13. Harga pasar Apabila harga pasar mengalami kenaikan tetapi tidak diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja maka upah riil akan mengalami penurunan sehingga perlu untuk dinaikkan.
14. Nilai sosial dan etika Suatu negara diberikan tanggung jawab untuk dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat umum dan memelihara kondisi masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut Mohammad Agus (1992 : 142-143) faktor yang mempengaruhi penentuan tingkat upah adalah :
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja Menurut Agus pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi sedangkan jumlah tenaga kerja yang tersedia langkah, sehingga upah akan cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatan – jabatan yang mempunyai penawan melimpah justru memiliki standar gaji yang rendah.
2. Organisasi Buruh Adanya serikat buruh yang saat ini semakin berkembang dikalangan pekerja maka menjadikan kedudukan pekerja kuat, sehingga bargaining position akan berpihak kepada mereka yang kuat dan akan menaikkan upah.
3. Kemampuan perusahaan untuk membayar Bagi perusahaan gaji merupakan komponen biaya produksi, apabila terjadi kenaikan biaya produksi maka akan mengakibatkan kerugian sehingga perusahaan tiadak akan mampu memenuhi fasilitas perusahaan.
4. Produktivitas karyawan Semakin tinggi prestasi prestasi yang diberikan oleh karyawan dalam kinerjanya maka akan semakin besar upah yang diterima.
5. Biaya hidup Jika hidup dikota besar tentu biaya hidup akan semakin tinggi, biaya hidup merupakan ”batas penerimaan upah” bagi para karyawan.