Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Oleh: RYAN PERDANA I34062059

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2010

ABSTRACT

The objectives of this study were to analyze the role of public service advertising on television to socialize the change of choosing method in Legislative Election 2009, to analyze spectator ’s knowledge about the change of choosing method in Legislative Election 2009 and to analyze the correlation between role of public service advertising on television and spectator ’s knowledge. This research was conducted at Cihideung Ilir Village, Ciampea, Bogor, West Java, using survey on 98 people from Cihideung Ilir. The respondents were selected using a simple random sampling method. Data were collected and analyzed using chi square ’s test and rank Spearman’s test. The results of this research showed that the role of public service advertising in television to socialize the change of choosing method in Legislative Election 2009 was in medium level. Then, spectator ’s knowledge about the change of choosing method in Legislative Election 2009 was in medium level. Last, the results said that there were significant correlation between role of public service advertising on television and spectator ’s knowledge.

Keyword: role, knowledge, spectators

RINGKASAN

RYAN PERDANA . PERAN IKLAN TELEVISI LAYANAN MASYARAKAT SEBAGAI PENYEBAR PERUBAHAN TATACARA PEMILU LEGISLATIF DENGAN PENGETAHUAN PEMIRSA. Kasus: Masyarakat Desa Cihideung Ilir, Ciampea, Bogor. Di bawah bimbingan Amiruddin Saleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tatacara Pemilu Legislatif 2009 dari mencoblos ke mencontreng, mengidentifikasi pengetahuan tentang perubahan tatacara Pemilu Legislatif dan menganalisis hubungan peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tatacara Pemilu Legislatif dengan pengetahuan pemirsa.

Penelitian dilakukan di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, dengan fokus pada masyarakat desa yang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap Pemilu Legislatif 2009. Penelitian ini menggunakan metode survei. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling). Responden dalam penelitian ini sebanyak 98 orang yang didapatkan dari rumus Slovin. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan wawancara terstruktur dengan metode survei. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sementara itu data sekunder dikumpulkan dari data monografi desa, dokumen kependudukan dan studi literatur terhadap daftar pemilih tetap yang dimiliki oleh kantor desa. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17, uji crosstab chi square dan rank Spearman.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peran iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 berada pada kategori sedang. Peran iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu peran komunikasi dan peran pendidikan. Peran komunikasi adalah peran yang dimiliki iklan televisi layanan masyarakat dalam rangka mengkomunikasikan informasi perubahan tata cara Pemilu 2009 kepada responden. Sedangkan peran pendidikan adalah peran yang dimiliki iklan televisi layanan masyarakat dalam mendidik dan memperkenalkan hal-hal baru yang belum pernah dicoba sebelumnya oleh khalayak, yang dalam hal ini adalah Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peran iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 berada pada kategori sedang. Peran iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu peran komunikasi dan peran pendidikan. Peran komunikasi adalah peran yang dimiliki iklan televisi layanan masyarakat dalam rangka mengkomunikasikan informasi perubahan tata cara Pemilu 2009 kepada responden. Sedangkan peran pendidikan adalah peran yang dimiliki iklan televisi layanan masyarakat dalam mendidik dan memperkenalkan hal-hal baru yang belum pernah dicoba sebelumnya oleh khalayak, yang dalam hal ini adalah

Selanjutnya, hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pemahaman pemirsa berada pada kategori sedang. Pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki pemirsa dalam membaca dan memahami arahan dan peraturan yang ditampilkan dalam iklan layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009. Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman pemirsa berada pada kategori sedang, artinya pemahaman pemirsa dalam membaca dan memahami arahan dan peraturan yang ditampilkan dalam iklan layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 masih perlu ditingkatkan.

Kemudian, penelitian ini membahas hubungan antara peran iklan televisi layanan masyarakat dan tingkat pengetahuan pada ranah pemahaman. Peran iklan di sini dibagi menjadi dua yaitu peran komunikasi dan peran pendidikan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang erat atau signifikan di antara peran iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009 dengan pemahaman pemirsa.

PERAN IKLAN TELEVISI LAYANAN MASYARAKAT SEBAGAI PENYEBAR PERUBAHAN TATACARA PEMILU LEGISLATIF DENGAN PENGETAHUAN PEMIRSA (Kasus Masyarakat Desa Cihideung Ilir, Ciampea, Bogor)

Oleh

Ryan Perdana I34062059 SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2010

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Judul Skripsi : Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat sebagai Penyebar Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dengan Pengetahuan Pemirsa (Kasus: Masyarakat Desa Cihideung Ilir, Ciampea

Bogor)

Nama Mahasiswa

: Ryan Perdana

Nomor Induk Mahasiswa : I34062059 Mayor

: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS. NIP. 19611113 198811 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Soeryo Adiwibowo NIP. 19550630 1981031 003

Tanggal lulus ujian:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERAN IKLAN TELEVISI LAYANAN MASYARAKAT SEBAGAI PENYEBAR PERUBAHAN TATACARA PEMILU LEGISLATIF

DENGAN PENGETAHUA N PEMIRSA ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2010

RYAN PERDANA I34062059

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Grobogan, Jawa Tengah pada tanggal 3 Mei 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Haryanto, SE dan Ibu Sri Nurani. Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Bustanul Athfal Kecamatan Wirosari (1993-1994), Sekolah Dasar Negeri 6 Wirosari (1994-2000), Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Wirosari (2000- 2003) dan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Purwodadi (2003-2006). Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis di IPB diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, yang merupakan departemen yang menjadi pilihan pertama penulis.

Selama di IPB, penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai staf di Divisi Advertising dan Multimedia dari tahun 2007-2009. Selain itu penulis juga pernah menjadi Ketua Panitia Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (2008), Ketua Panitia Paket Qiyamu Ramadhan FORSIA (2007), Ketua Panitia Malam Keakraban Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Angkatan 43 (2008), Duta II Fakultas Ekologi Manusia dan Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Purwodadi Grobogan periode 2008-2009. Penulis juga aktif sebagai asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi (2008) selama satu semester, Mata Kuliah Sosiologi Umum (2009- 2010) selama tiga semester dan Mata Kuliah Komunikasi Kelompok (2010) selama satu semester.

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan dalam beberapa event di kampus IPB seperti Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia (2008), Ecology Sport Event (2008), Indonesia Ecology Expo (2008) dan Let ’s CSR on Campus (2009). Penulis juga pernah menjadi pembicara dalam diskusi dengan tema “Perlukah Oposisi dalam Pemerintah” yang diadakan oleh BEM Fakultas Ekologi Manusia (2009). Tulisan penulis juga pernah dimuat di dalam rubrik Suara Mahasiswa di Harian Seputar Indonesia (Koran Sindo) di tahun 2009 dan 2010.

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat sebagai Penyebar Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dengan Pengetahuan Pemirsa” merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.H Amiruddin Saleh, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat diterima oleh pihak yang terkait dan penelitian dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2010

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Pada kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarmya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS. sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Hadiyanto, MSi sebagai dosen penguji utama dan Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah berkenan menjadi penguji dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada penulis.

3. Dr. Sarwititi S. Agung sebagai pembimbing akademik yang selalu memberi dukungan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Kedua orang tuaku Papah Hary dan Mamah Ani yang selalu memberikan dukungan dan tak henti mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta adikku Sofya yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu, yang selalu perhatian dan memberikan doa restunya kepada penulis.

6. Dewi Kumalasari, yang selalu memberi motivasi, bantuan dan kesabarannya yang luar biasa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Pakdhe K.H. Noerhadi Rois dan Mbah Yahya yang telah memberikan doa restunya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Vio, Thika, Amel dan Bowo sebagai teman diskusi dan yang selalu memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

9. Abdillah Bedil yang membantu semua pengolahan data penelitian dan dengan sabar meladeni kebawelan dan ketidakmengertian saya.

10. Rinaldy Yusuf sebagai konco langen saya, the best reparator laptop saya, penyedia layanan gratis unduh lagu dan penulis note dan cerpen yang selalu saya tunggu karya-karyanya.

11. Irfan, Imam, Asri, Come, Icha, Maulan, Dewi, Demul, sebagai partners in crime yang selalu memberikan keceriaan dan suasana yang menyenangkan.

12. Seluruh teman-teman KPM 43, atas semua kisah hidup yang menakjubkan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

13. Mbak Maria dan Mbak Nisa (Pegawai Sekretariat KPM), yang bagi saya merupakan orang paling baik dan sabar yang pernah saya jumpai di bagian pelayanan publik.

14. Bapak dan Ibu Kosan Gizi Abadi, yang telah mendoakan saya dan memberikan tempat berteduh yang nyaman selama tiga tahun terakhir ini.

15. Teman-teman kostan di Gizi Abadi nan sejuk dan nyaman yaitu Fiqy, Dodo, Doddy, Heri, Mahesa, Epal, Budi, Yadin, Yandi, Vei, Aab, Elhaq, Ary, Faiz, Angga, Andre, Kang Asep, Kang Didin, Bang Alpa, Mas Hoerip, Mas Galih, Mas Aga, Mas Ekam, dan lain-lain yang selalu jadi teman cerita dan teman senasib sepenanggungan di perantauan.

16. Semua musisi di dunia yang selalu menghibur dan memberi semangat dengan karya-karya indahnya melalui music player di laptop saya dalam setiap pengerjaan skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran ............................................................................... 39

2. Persentase usia responden di Desa Cihideung Ilir tahun 2010 ................. 57

3. Persentase jenis kelamin responden di Desa Cihideung Ilir tahun 2009 ... 57

4. Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cihideung tahun 2009 ....................................................................................................... 58

5. Persentase status pekerjaan responden di Cihideung Ilir tahun 2009 ........ 59

6. Tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan televisi layanan masyarakat pemilu legislatif 2009 di lingkungan keluarga ....................... 61

7. Tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan layanan masyarakat pemilu legislatif 2009 di lingkungan tempat tinggal ............. 63

8. Persentase lamanya menonton televisi ..................................................... 65

9. Persentase frekuensi menonton televisi ................................................... 66

10. Persentase waktu luang responden .......................................................... 67

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner penelitian .............................................................................. 88

2. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ................................................... 95

3. Hasil olah data penelitian ..................................................................... 101

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 2009 melaksanakan dua kali Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu pertama berlangsung pada tanggal 9 April 2009 yang dilaksanakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 1 . Sedangkan Pemilu yang kedua dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 yang dilaksanakan

untuk memilih presiden dan wakil presiden 2 . Sepanjang sejarah Indonesia, telah diselenggarakan sepuluh kali pemilu

anggota DPR, DPD, dan DPRD, yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 3 . Tetapi pemilu yang dilaksanakan untuk

memilih presiden dan wakil presiden baru dua kali dilaksanakan, yaitu pada pemilu tahun 2004 dan tahun 2009. Sejak pertama kali dilaksanakan pemilu memiliki cara khusus untuk memilih partai, anggota legislatif, maupun presiden dan wakil presiden, yaitu dengan cara mencoblos gambar partai maupun gambar anggota legislatif, presiden dan wakil presiden dengan menggunakan semacam besi panjang dan tajam.

Tetapi terdapat perbedaan yang sangat mencolok pada pemilu legislatif maupun eksekutif yang dilaksanakan pada tahun 2009. Perbedaan tersebut terdapat pada tatacara memilih. Pada awalnya seperti yang telah diungkapkan di atas, bahwa pemilu dari mulai dilaksanakan pada 1955 sampai pada pemilu 2004, tatacara memilihnya adalah dengan mencoblos. Sedangkan pada pemilu 2009,

tatacara memilih yang digunakan adalah dengan cara mencontreng 4 . Mencontreng

DPR-RI dan Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. http: //www.legalitas.org. [diakses 11 Oktober 2009], 2008a, hal.3.

2 DPR-RI dan Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. http://pemilu.indonesia-ottawa.org/files/UU_No.42_Tahun_2008.pdf.

[diakses 11 Oktober 2009), 2008b, hal 2. 3 Wikipedia. Pemilu di Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia [diakses

11 Oktober 2009], 2009, hal. 1. 4 KPU. Diatur dalam Peraturan KPU No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan

Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009 Pasal 40. http://www.kpu.go.id. (Diakses pada 8 Desember 2009), Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2009 Pasal 40. http://www.kpu.go.id. (Diakses pada 8 Desember 2009),

Perubahan tatacara pemilu dari mencoblos menjadi mencontreng adalah sesuatu yang baru bagi rakyat Indonesia. Sebelum kita melaksanakan pencontrengan pada Pemilu 2009 yang lalu, hampir tiap hari di berbagai tempat dan media kita menyaksikan sosialisasi tentang perubahan tatacara pemilu ini. Mulai dari pamflet, poster, spanduk, iklan di media cetak dan iklan layanan masyarakat. Tetapi dari semua kemasan iklan yang terdapat di berbagai media, tentu saja iklan layanan masyarakat inilah yang paling menarik untuk kita saksikan. Karena memang iklan ini dikemas dalam media audiovisual yaitu televisi, yang menampilkan iklan dalam bentuk gambar bergerak dan mengeluarkan suara. Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan tidak berfokus pada pemasaran produk tetapi lebih mengarah pada bentuk tujuan sosial yang biasanya disponsori oleh institusi keagamaan, kelompok politik, organisasi yang tidak mencari keuntungan dan asosiasi perdagangan (Rosenberg, 1995) dalam (Tjuatjadinata, 2008). Jadi, iklan layanan masyarakat ini adalah jenis iklan yang tidak berorientasi pada pencarian keuntungan, tetapi lebih pada motif sosial. Dapat kita lihat pada iklan layanan masyarakat dengan tema sosialisasi perubahan tatacara Pemilu 2009, bahwa iklan tersebut tidak berniat untuk menjual suatu produk dalam kaitannya untuk mendapat keuntungan, namun iklan tersebut berniat untuk menyosialisasikan perubahan tatacara Pemilu dari mencoblos ke mencontreng. Jadi hal yang diharapkan oleh ditayangkannya iklan ini adalah agar para calon pemilih mengetahui perubahan tatacara pemilu tersebut, sehingga mereka akan melaksanakannya pada hari pemungutan suara.

Berangkat dari fenomena menarik di atas, maka diadakan penelitian yang mengkonsentrasikan pada masalah peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai penyebar perubahan tatacara pemilu legislatif dengan pengetahuan pemirsa yang dalam hal ini adalah penduduk desa lingkar kampus IPB. Penelitian ini bermaksud untuk memberikan sumbangan pemikiran yang berkaitan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu diperlukanlah suatu kajian yang mendalam tentang peranan iklan masyarakat sebagai media penyebar Berangkat dari fenomena menarik di atas, maka diadakan penelitian yang mengkonsentrasikan pada masalah peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai penyebar perubahan tatacara pemilu legislatif dengan pengetahuan pemirsa yang dalam hal ini adalah penduduk desa lingkar kampus IPB. Penelitian ini bermaksud untuk memberikan sumbangan pemikiran yang berkaitan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu diperlukanlah suatu kajian yang mendalam tentang peranan iklan masyarakat sebagai media penyebar

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini mengkaji peranan iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar perubahan tatacara Pemilu Legislatif. Kemudian secara spesifik penelitian ini memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di bawah ini:

1. Sejauh mana peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar perubahan tatacara Pemilu Legislatif dari mencoblos ke mencontreng?

2. Sejauh mana pengetahuan pemirsa tentang perubahan tatacara Pemilu Legislatif?

3. Sejauh mana hubungan peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai penyebar perubahan tatacara Pemilu Legislatif dengan pengetahuan pemirsa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tatacara Pemilu Legislatif dari mencoblos ke mencontreng.

2. Mengidentifikasi pengetahuan tentang perubahan tatacara Pemilu Legislatif.

3. Menganalisis hubungan peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tatacara Pemilu Legislatif dengan pengetahuan pemirsa.

1.4 Kegunaan Penelitian

Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi pemerintah khususnya Komisi Pemilihan Umum, masyarakat awam, dan akademisi. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi pemerintah khususnya Komisi Pemilihan Umum, masyarakat awam, dan akademisi. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

b. Kegunaan Penelitian bagi Masyarakat Awam Bagi masyarakat awam penelitian ini dapat menjadi media penambah pengetahuan tentang peran iklan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tatacara Pemilu Legislatif terhadap tingkat pengetahuan masyarakat desa . lingkar . kampus.

c. Kegunaan Penelitian bagi Akademisi Bagi akademisi, khususnya yang berkonsentrasi pada masalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran. Sehingga para akademisi segera paham apa yang harus mereka lakukan demi terciptanya keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat 2007). Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Neumann 1973 dalam Rakhmat, 2007).

Kemudian, Dominick (1996) mengatakan bahwa komunikasi massa adalah mengacu pada proses yang terjadi di dalam organisasi yang kompleks dengan bantuan suatu mesin atau alat yang memproduksi dan mentransmisikan pesan publik secara langsung ke khalayak yang luas, heterogen dan tersebar. Kemudian dijelaskan pula bahwa komunikasi massa adalah suatu produk yang dihasilkan oleh lebih dari satu orang produsen. Sumber dalam komunikasi massa mempunyai informasi yang detail tentang khalayak mereka secara teliti. Komunikasi massa mungkin telah memiliki data tentang khalayak yang akan dituju, tetapi komunikasi massa akan merilisnya kepada khalayak secara kasar atau umum saja. Khalayak komunikasi massa adalah kelompok anonim dan hanya diketahui melalui ringkasan data statistik. Proses penyandian (encoding) dalam komunikasi massa selalu terjadi dalam beberapa tahap proses. Saluran komunikasi massa mempunyai karakteristik yaitu paling tidak dilakukan oleh satu bahkan lebih media dalam proses pengiriman pesan. Media tersebut menerjemahkan pesan dari satu saluran ke saluran lain. Televisi memakai alat yang rumit untuk merubah energi cahaya ke energi listrik dan kembali lagi menjadi bentuk energi cahaya. Radio juga melakukan hal yang sama dengan energi suara. Tidak seperti Kemudian, Dominick (1996) mengatakan bahwa komunikasi massa adalah mengacu pada proses yang terjadi di dalam organisasi yang kompleks dengan bantuan suatu mesin atau alat yang memproduksi dan mentransmisikan pesan publik secara langsung ke khalayak yang luas, heterogen dan tersebar. Kemudian dijelaskan pula bahwa komunikasi massa adalah suatu produk yang dihasilkan oleh lebih dari satu orang produsen. Sumber dalam komunikasi massa mempunyai informasi yang detail tentang khalayak mereka secara teliti. Komunikasi massa mungkin telah memiliki data tentang khalayak yang akan dituju, tetapi komunikasi massa akan merilisnya kepada khalayak secara kasar atau umum saja. Khalayak komunikasi massa adalah kelompok anonim dan hanya diketahui melalui ringkasan data statistik. Proses penyandian (encoding) dalam komunikasi massa selalu terjadi dalam beberapa tahap proses. Saluran komunikasi massa mempunyai karakteristik yaitu paling tidak dilakukan oleh satu bahkan lebih media dalam proses pengiriman pesan. Media tersebut menerjemahkan pesan dari satu saluran ke saluran lain. Televisi memakai alat yang rumit untuk merubah energi cahaya ke energi listrik dan kembali lagi menjadi bentuk energi cahaya. Radio juga melakukan hal yang sama dengan energi suara. Tidak seperti

Baran (2003) mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses pembagian makna pesan di antara media massa dan khalayak mereka. Kemudian dinyatakan bahwa perbedaan antara elemen individu dari komunikasi interpersonal dan komunikasi massa mengganti proses komunikasi yang paling mendasar. Sebagai contoh, kesiapan dan kelangsungan dari umpan balik (feedback) dalam komunikasi interpersonal membebaskan komunikator untuk berspekulasi dan bereksperimen dengan pendekatan yang berbeda. Pengetahuan komunikator tentang peserta komunikan dan juga sebaliknya memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pesan-pesan mereka dalam kesempatan sesempit apapun dan yang sesuai dengan yang mereka harapkan. Hasilnya, komunikasi interpersonal lebih sering relevan secara personal dan bahkan memungkinkan untuk lebih bersifat petualangan dan menantang. Sebaliknya, jarak yang terdapat diantara partisipan dalam proses komunikasi massa karena ditentukan oleh teknologi, akhirnya menciptakan semacam konservatisme komunikasi. Umpan balik datang sangat terlambat untuk memungkinkan terjadinya koreksi atau merubah proses komunikasi yang gagal.

2.2 Efek Komunikasi Massa

Efek kehadiran komunikasi massa erat kaitannya dengan teori uses and gratification yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumer dan Michael Gurevitch (1974 dalam Rakhmat, 2007. Teori ini meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. (Rakhmat, 2007) menyatakan bahwa umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media kepada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah Efek kehadiran komunikasi massa erat kaitannya dengan teori uses and gratification yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumer dan Michael Gurevitch (1974 dalam Rakhmat, 2007. Teori ini meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. (Rakhmat, 2007) menyatakan bahwa umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media kepada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah

2.2.1 Efek Kehadiran Media Massa

Efek kehadiran media massa sangat terkait dengan teori yang dikemukakan oleh McLuhan yaitu teori perpanjangan alat indera. Teori ini menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indera manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Kemudian McLuhan mengatakan bahwa secara operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat-akibat personal dan sosial dari media timbul karena skala baru yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh perluasan diri kita atau oleh teknologi baru. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia (McLuhan 1964 dalam Rakhmat, 2007).

Rakhmat (2007) menyebut lima hal efek kehadiran media massa, yaitu: (1) efek ekonomis, (2) efek sosial, (3) efek penjadwalan kegiatan, (4) efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, dan (5) efek pada perasaan orang terhadap media. Tentang efek ekonomis, diakui bahwa kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi “jasa” media massa. Kehadiran surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang menyuplai kertas koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, memberi pekerjaan pada wartawan, ahli rancang grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan dan sebagainya.

Suparlan (1979) seperti dikutip Rakhmat (2007) efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi meningkatkan status pemiliknya. Di pedesaan, televisi telah membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun di sekitarnya tetangga dan penduduk seideologi. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptakan hubungan “patron-client ” yang baru.

Tentang efek kehadiran media ketiga yaitu penjadwalan kegiatan kembali, Rakhmat (2007) mengutip Muchtar (1979) yang melaporkan sebelum ada televisi Tentang efek kehadiran media ketiga yaitu penjadwalan kegiatan kembali, Rakhmat (2007) mengutip Muchtar (1979) yang melaporkan sebelum ada televisi

Efek kehadiran massa yang ketiga dan keempat adalah sebagai objek fisik hilangnya perasaan tertentu terhadap media massa. Sering terjadi orang juga menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa dan sebagainya. Media dipergunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya. Kehadiran media massa bukan saja menghilangkan perasaan, ia pun menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Di Amerika orang melihat kecintaan anak-anak pada televisi, yang ternyata lebih sering menyertai mereka daripada orang tua mereka. Televisi juga terbukti lebih dipercaya daripada keduanya. Itu di Amerika. Di Indonesia, penelitian penulis pada tokoh-tokoh politik membuktikan buku sebagai media terpercaya, disusul radio, surat kabar dan yang paling tidak dapat dipercaya adalah televisi (Rakhmat, 1982a dalam Rakhmat, 2007). Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apapun yang disiarkannya (Rakhmat, 2007).

2.2.2 Efek Kognitif Komunikasi Massa

Wilbur Schramm (1977) seperti dikutip Rakhmat (2007) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu “yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi.” Ketidakpastian menjadi berkurang dan alternatif tindakan yang harus dilakukan juga berkurang.

Sekarang realitas yang ada bukan lagi menjadi menjadi realitas tak berstruktur. Informasi yang diperoleh telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Realitas itu sekarang tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran tersebut disebut citra.

Citra oleh Rakhmat (2007) didefinisikan sebagai peta anda tentang dunia. Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Roberts (1977) sebagaimana dikutip Rakhmat (2007) mengatakan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa disebut tangan kedua (second hand reality). Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lain. Surat kabar, melalui proses yang disebut “gatekeeping,” menapis berbagai berita dan memuat berita tentang “darah dan dada” (blood and breast) daripada tentang contoh dan teladan. Payahnya, kita tidak dapat dan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media, kita cenderung memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan. Jadi, akhirnya kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Karena televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan (Rakhmat, 2007). Rakhmat (2007) melaporkan penelitian berkenaan Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa disebut tangan kedua (second hand reality). Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lain. Surat kabar, melalui proses yang disebut “gatekeeping,” menapis berbagai berita dan memuat berita tentang “darah dan dada” (blood and breast) daripada tentang contoh dan teladan. Payahnya, kita tidak dapat dan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media, kita cenderung memperoleh informasi itu semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan. Jadi, akhirnya kita membentuk citra tentang lingkungan sosial kita berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Karena televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan (Rakhmat, 2007). Rakhmat (2007) melaporkan penelitian berkenaan

De Fleur & Rokeach (1982) menyatakan tentang dorongan untuk menonton televisi. Menurut dia terdapat tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengidentifikasi perilaku menonton televisi. Ketiga hal tersebut adalah total waktu yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, pilihan program acara yang ditonton dalam sehari serta program acara yang paling disukai dan frekuensi menonton program acara televisi dalam sehari.

2.2.3 Efek Afektif Komunikasi Massa

Rakhmat (2007) menyatakan bahwa efek afektif komunikasi massa berkaitan dengan pembentukan dan perubahan sikap. Klapper (1960) sebagaimana dikutip Rakhmat (2007) melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum:

1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok.

2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.

5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh (Oskamp, 1977 dalam Rakhmat, 2007).

Rakhmat (2007) menyatakan bahwa sebenarnya para peneliti tidak berhasil menemukan perubahan sikap yang berarti sebagai pengaruh media massa. Kegagalan ini dijelaskan para peneliti dengan berbagai dalih: (1) diduga media massa sebenarnya efektif dalam mengubah sikap dan perilaku, tetapi alat ukur kita gagal untuk mendeteksi perubahan tersebut; (2) terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima hanya informasi yang menunjang konsepsi yang telah ada sebelumnya; (3) ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang saling menghapus; artinya orang menerima bukan saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga media yang menantang hal tersebut; (4) media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tetapi hanya memperkokoh kecenderungan yang sudah ada, sehingga setiap pihak, dengan kampanye, berusaha menghindari pindah ke pihak yang lain; (5) umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap-sikap politik yang didasarkan pada keyakinan yang dipegang teguh, bukan pada sikap yang berlandaskan keyakinan yang dangkal; (6) diduga mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar, lebih tahu dan juga lebih stabil dalam hal kepribadian, sehingg mereka menerima pesan media dengan gagasan yang sudah terumus lebih tegas; (7) diduga media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemuka-pemuka pendapat; (8) media massa tidak mengubah pendapat, tetapi mempengaruhi suatu isu yang lain.

Rakhmat (2007) menyatakan sesungguhnya efek afektif bukan tidak pernah dibuktikan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dalam bidang komunikasi politik, khususnya peranan media massa dalam sosialisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa dengan sikap- sikap politik. Sikap terhadap pemerintah, penolakan pada otoritas, kesenangan pada pemimpin negara, sikap pada politisi erat berkaitan dengan terpaan televisi, radio dan surat kabar.

2.2.4 Efek Behavioral Komunikasi Massa

Dalam efek behavioral komunikasi massa, Rakhmat (2007) menyatakan dalam efek prososial behavioral. Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan Dalam efek behavioral komunikasi massa, Rakhmat (2007) menyatakan dalam efek prososial behavioral. Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan

Rakhmat (2007) mengatakan bahwa ketiga media elektronis itu di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio-televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Di Ekuador, siaran iklan satu menit untuk kampanye anti gondok telah meningkatkan jumlah rumah tangga yang menggunakan garam yodium dari 5 persen sampai 98 persen. Di Kongo, siaran pedesaan telah mendorong kaum pria membantu kaum wanita memanen ketela. Mereka melakukannya “because the radio said so.” Banyak juga yang melaporkan sebaliknya. Radio tidak berhasil mengubah kebiasaan makan pendengarnya. Televisi gagal mendorong pirsawan untuk menabung di bank. Film tidak sanggup memotivasikan penduduk di dusun Afrika untuk bertindak menghindari bahaya lalat tse-tse.

Dalam penelitian ini dalam hal efek kehadiran media massa hanya dibatasi dalam efek kognitif media massa. Kognitif dalam hal ini adalah tingkat pengetahuan dalam ranah pemahaman.

2.3 Taksonomi Bloom

Kandar (2009) menyatakan bahwa Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu pertama, cognitive domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir. Kedua, affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Ketiga, psychomotoric domain (ranah psikomotorik) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu cipta, rasa dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “ pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

1. Domain Kognitif

1.1. Pengetahuan (Knowledge)

1.2. Pemahaman (Comprehension)

1.3. Aplikasi (Application)

1.4. Analisis (Analysis)

1.5. Sintesis (Synthesis)

1.6. Evaluasi (Evaluation)

2. Domain Afektif

2.1. Penerimaan (Receiving/Attending)

2.2. Tanggapan (Responding)

2.3. Penghargaan (Valuing)

2.4. Pengorganisasian (Organization)

2.5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)

3. Domain Psikomotor

3.1. Persepsi (Perception)

3.2. Kesiapan (Set)

3.3. Guided Response (Respon Terpimpin)

3.4. Mekanisme (Mechanism)

3.5. Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

3.6. Penyesuaian (Adaptation)

3.7. Penciptaan (Origination)

1. Domain Kognitif

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)

1.1. Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi dan prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas dan standar kualitas minimum untuk produk.

1.2. Pemahaman (Comprehension)

Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan dan peraturan. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart dan sebagainya.

1.3. Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.

1.4. Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.

1.5. Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

1.6. Evaluasi (Evaluation)