EVALUASI ATAS PROSEDUR PENERIMAAN DAN PE

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN LAPORAN STUDI LAPANGAN EVALUASI ATAS PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN LEBIH ATAU KURANG BAYAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PONOROGO

Diajukan oleh : FAUZIAH MAHABBATUSSALMA NPM: 093060016410

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Tahun 2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN STUDI LAPANGAN

NAMA : FAUZIAH MAHABBATUSSALMA NOMOR POKOK

MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI

: AKUNTANSI

BIDANG LAPORAN : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI JUDUL LAPORAN

: EVALUASI

PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN

ATAS

PENGHASILAN LEBIH ATAU KURANG BAYAR PADA KANTOR

PAJAK

PELAYANAN PAJAK

PRATAMA PONOROGO

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Laporan Studi Lapangan ini adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya melakukan tindak plagiarisme, saya siap tidak lulus dan dicabut gelar yang telah diberikan.

Tangerang Selatan, 10 Agustus 2012 Yang memberi pernyataan

(Fauziah Mahabbatussalma)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERSETUJUAN LAPORAN STUDI LAPANGAN

NAMA : FAUZIAH MAHABBATUSSALMA NOMOR POKOK

MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI : AKUNTANSI BIDANG LAPORAN

: SISTEM INFORMASI AKUNTANSI JUDUL LAPORAN

: EVALUASI

PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN

ATAS

PENGHASILAN LEBIH ATAU KURANG BAYAR PADA KANTOR

PAJAK

PELAYANAN PAJAK

PRATAMA PONOROGO

Mengetahui,

Menyetujui,

a.n. Direktur Dosen Pembimbing Kepala Bidang Akademis

Fadlil Usman,Ak.,M.Acc.

NIP 196210101983021001

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN STUDI LAPANGAN

NAMA : FAUZIAH MAHABBATUSSALMA NOMOR POKOK

MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI

: AKUNTANSI

BIDANG LAPORAN : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI JUDUL LAPORAN

: EVALUASI

PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN

ATAS

PENGHASILAN LEBIH ATAU KURANG BAYAR PADA KANTOR

PAJAK

PELAYANAN PAJAK

PRATAMA PONOROGO

Tangerang Selatan, 10 Agustus 2012

1. (Penilai I/ Dosen Pembimbing)

(Penilai II)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan laporan ini. Laporan studi lapangan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Program Diploma III Keuangan STAN tahun ajaran 2011/2012.

Terselesaikannya laporan ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin berterimakasih kepada:

1. Bapak dan Ibu, atas segala kepercayaan, kasih sayang, dan doanya selama ini.

2. Direktur STAN, Bapak Kusmanadji, yang telah menjadi teladan dan inspirasi bagi penulis untuk terus berusaha sebaik mungkin dalam hal apapun.

3. Bapak Fadlil Usman, Kepala Bidang Akademis Ajun Akuntan, yang secara tidak langsung telah membantu dalam pembuatan laporan ini.

4. Ibu Lidiyawati, Dosen Pembimbing, yang selalu mau meluangkan waktu untuk berbagi dan memotivasi penulis dari awal hingga akhir proses penulisan.

5. Bapak Ennoch Sindang, selaku Dosen Penilai yang yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini.

6. Seluruh dosen, pegawai, dan staf Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atas segala bantuan dan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Bapak Andi Setiawan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ponorogo, semua Kepala Seksi, Account Representatives, dan pegawai yang membantu penulis selama melakukan studi lapangan. Spesial untuk Mbak Tri dan Tiga Trio OJT.

8. IKMP-STAN, teman sekampung halaman, dan keluarga pertama di STAN.

9. STAN English Club, untuk segala cerita yang terbagi, kekeluargaan, cinta, dan kasih sayang. Terutama untuk Nabil, Iwan, Efwin, Tifa, Tasa, Melina, April, Dani, Hendy untuk semua waktu yang telah kita lalui bersama

10. Sahabat tersayang, Adit, Aci, Wahyu, dan Ardit. Terimakasih atas segalanya selama 3 tahun ini, semoga bisa terus menjalin persahabatan.

11. Penghuni Kos Adilla Putri; Tulad, Hana, Iwul, Pit, Mety, Imas, Rizka, Esti,

Firdha, Dina, Tasha, Nina atas kehangatan dan kerja sama sebagai keluarga.

12. Khaira hisan, atas kekeluargaan semenjak DINAMIKA hingga sekarang yang senantiasa meluangkan waktu untuk berbagi, Mbak Dian, Kak Kima, Kak Nina, Mbak Arik, Ade, Enge, Citra, Putri, Tri.

13. Teman satu kelas dari WEBSTER (2009/2010), FOREX (2010/2011), dan TENGTOP (2011/2012), untuk dukungan yang tiada henti, kebersamaan, dan kenangan indah yang tak pernah terlupakan. Semoga ikatan ini selamanya.

14. Tim DUTA STAN 2012, atas inspirasi dan persahabatan yang solid.

15. Teman satu kelompok Studi Lapangan, Dosen Pembimbing, maupun Penilai

16. Dan segenap pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih. Jika dalam laporan ini terdapat kekurangan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi laporan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Tangerang Selatan, Agustus 2012 Penulis, Fauziah Mahabbatussalma

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Jumlah Penerimaan Berkas SPT Tahunan PPh 2009- 2011….. 14 Tabel 2.2

Data Arsip Surat Ketetapan Lebih Bayar KPP Pratama Ponorogo... 21 Tabel 3.1

Perbandingan Penggunaan SIPMOD dan SIDJP …………………. 49

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tanda Terima SPT Tahunan Lampiran 2

Lembar Pengawasan Arus Dokumen Lampiran 3

Surat Tagihan Pajak Lampiran 4

Surat Himbauan Lampiran 5.1 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh (SOP) Lampiran 5.2 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh (SOP) Lampiran 6.1 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan (Petunjuk Teknis) Lampiran 6.2 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan (Petunjuk Teknis) Lampiran 6.3 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan (Petunjuk Teknis) Lampiran 6.4 Flowchart Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan (Petunjuk Teknis)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber dana terbesar dalam pos penerimaan Negara. Hal ini bisa terlihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang setiap tahunnya selalu menargetkan penerimaan pajak dalam jumlah besar. Penerimaan pajak yang tercantum dalam APBN-P ditargetkan sekitar seribu trilyun atau sekitar delapan puluh persen dari total penerimaan Negara pada tahun 2012. Penerimaan tersebut berasal dari berbagai jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia, antara lain; Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, dan sebagainya. Pajak Penghasilan merupakan penyumbang terbesar dari total penerimaan pajak.

Proses penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) menjadi penting karena ketepatan dan kecepatan proses pelayanan terkait SPT memiliki pengaruh terhadap sikap masyarakat, terutama dalam ketaatan membayar pajak. Terlebih lagi ketika terjadi SPT Tahunan PPh yang lebih atau kurang bayar, Kantor Pelayanan Pajak dituntut untuk melaksanakan prosedur seakurat mungkin, mengingat kesensitifan jumlah materi (uang) yang terlibat di dalamnya.

Proses pengolahan SPT Tahunan PPh yang lebih atau kurang bayar memerlukan waktu lama dan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Ribuan SPT Tahunan PPh yang masuk wajib diteliti satu per satu untuk memastikan kebenaran informasi yang dilaporkan. SPT Tahunan PPh merupakan kondisi yang mana pemasukan Negara melalui pajak meningkat secara signifikan, sehingga diperlukan proses penerimaan dan pengolahan yang tepat, cepat, efektif, dan efisien serta pengendalian internal yang memadai di tiap fungsi terkait.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ponorogo merupakan salah satu kantor di bawah Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas mengelola perpajakan di wilayah Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Potensi Pajak Penghasilan di daerah tersebut sangat besar, karena besarnya jumlah penduduk dan badan usaha yang menjadi Wajib Pajak. Usaha peningkatan kualitas pelayanan SPT Tahunan PPh dilakukan dari tahun ke tahun, meliputi penyempurnaan fasilitas, akses layanan, dan pembayaran bagi wajib pajak. Evaluasi berkala dan pengawasan terhadap pelaksanan prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh terutama pada kasus lebih atau kurang bayar juga harus menjadi perhatian utama dalam optimalisasi fungsi kantor pajak secara umum.

Mengingat pentingnya prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar penulis tertarik untuk meninjau pelaksanaannya di lapangan, serta mengidentifikasi sistem pengendalian internal terkait prosedur

tersebut. Oleh karena itu, penulis memilih judul “Evaluasi Prosedur Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih atau Kurang Bayar

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ponorogo”.

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan Laporan Studi Lapangan ini adalah:

1. Untuk mengaplikasikan ilmu Sistem Informasi Akuntansi yang diperoleh selama pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara;

2. Untuk mengevalusi pelaksanaan prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) khususnya yang Lebih atau Kurang Bayar pada KPP Pratama Ponorogo;

3. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian internal pada pelaksanaan prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh yang Lebih atau Kurang Bayar di KPP Pratama Ponorogo.

4. Untuk memberikan saran perbaikan (rekomendasi) atas kekurangan atau penyimpangan yang ditemukan selama pelaksanaan studi lapangan. Penulisan Laporan Studi Lapangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi KPP Pratama Ponorogo dalam mengevaluasi sistem penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar;

2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan atau yang tertarik pada pembahasan dalam karya tulis ini.

C. Ruang Lingkup Pembahasan

Laporan studi lapangan ini melingkupi pelaksanaan penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih atau Kurang Bayar pada KPP Pratama Ponorogo. Data yang digunakan merujuk pada data tahun 2009, 2010, dan 2011.

Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam laporan ini meliputi:

a. Struktur organisasi.

b. Pelaksanaan prosedur.

c. Fungsi-fungsi yang terkait prosedur.

d. Dokumen yang terkait prosedur.

e. Sistem pengendalian internal. Penulis membatasi laporan ini hanya pada penerimaan SPT Tahunan PPh,

perlakuan bagi yang Lebih atau Kurang Bayar, sampai dengan diprosesnya SPT tersebut pada bagian pemeriksaan. Penulis tidak menjelaskan detail proses pemeriksaan, melainkan hanya secara garis besar hingga terbitnya Surat Keputusan

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang dapat mendukung penulisan laporan ini, penulis menggunakan dua metode penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research). Mempelajari berbagai literatur, undang-undang, peraturan pemerintah atau

direktorat jenderal, bahan perkuliahan, dan artikel yang berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai konsep dan teori.

2. Penelitian Lapangan (Field Research). Mengumpulkan data yang relevan dari objek penelitian laporan melalui kegiatan

sebagai berikut:

a. Observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan terhadap praktik prosedur dan pengambilan keputusan terkait pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau kurang Bayar, termasuk melakukan peninjauan atas dokumen dan catatan di lapangan.

b. Wawancara dan kuesioner, dilakukan kepada pihak terkait prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh terutama terkait kasus lebih atau kurang bayar.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang pemilihan judul, tujuan dan

manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika pembahasan sesuai dengan topik laporan studi lapangan.

BAB II DATA DAN FAKTA Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu

profil instansi serta implementasi prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh terutama dalam keadaan lebih atau kurang bayar. Profil instansi meliputi sejarah instansi, gambaran umum dan struktur organisasi. Implementasi prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar dimulai dari penerimaan SPT, perekaman, penyelesaian, sampai dengan kondisi sistem pengendalian internal.

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari dua subbab, yaitu landasan teori dan pembahasan. Pada subbab

landasan teori, penulis akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, yang akan diambil dari peraturan, literatur-literatur, dan bacaan-bacaan yang penulis anggap relevan. Landasan teori yang akan penulis paparkan meliputi teori mengenai sistem informasi akuntansi, pengendalian internal, istilah perpajakan, dan petunjuk teknis penerimaan serta pengolahan SPT Tahunan PPh yang lebih atau kurang bayar.

Pada subbab pembahasan, penulis akan memaparkan analisis prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh terutama untuk yang lebih atau kurang bayar. Analisis akan dibagi menjadi tiga subsubbab, yaitu penerimaan SPT, perekaman, hingga penyelesaiannya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan simpulan mengenai hasil penelitian dan

saran atau rekomendasi yang bermanfaat bagi pengembangan prosedur penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar.

BAB II DATA DAN FAKTA

A. Profil Instansi

1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum.

a. Sejarah Singkat. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah berinisiatif melakukan reformasi di bidang

administrasi perpajakan, untuk meningkatkan kepercayaan Wajib Pajak melalui pemberian pelayanan yang berkualitas sejak tahun 1983. Hal ini ditandai dengan reformasi di bidang Peraturan Perundang-undangan dengan penerapan sistem self assessment serta perubahan struktur organisasi yang lebih mengutamakan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak. Reformasi dimulai dengan perubahan Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Perkembangan menunjukkan bahwa struktur organisasi KPP yang dibagi berdasarkan jenis pajak mengakibatkan duplikasi pekerjaan, ketidakefisienan, dan menyulitkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu, tidak adanya petugas khusus yang memberikan pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak mengakibatkan komunikasi antara Wajib Pajak dengan fiskus menjadi tidak Perkembangan menunjukkan bahwa struktur organisasi KPP yang dibagi berdasarkan jenis pajak mengakibatkan duplikasi pekerjaan, ketidakefisienan, dan menyulitkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu, tidak adanya petugas khusus yang memberikan pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak mengakibatkan komunikasi antara Wajib Pajak dengan fiskus menjadi tidak

KPP berubah nama menjadi KPP Pratama pada tahun 2004 berdasarkan KMK Nomor 254/KMK.01/2004. Perubahan ini terlihat dari perbedaan penyebutan antara KMK ini dengan KMK Nomor 519/KMK.01/2003 yang hanya menyebut KPP. Perubahan nama beberapa kali terjadi seiring pergantian kepemimpinan dalam Kementerian Keuangan.

KPP Pratama Ponorogo berdiri pada tanggal 19 November 2007. Pada awal berdirinya KPP Pratama Ponorogo belum memiliki gedung sendiri, sehingga menyewa Gedung Serba Guna Bhakti untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Gedung ini beralamat di Jalan Soekarno Hatta Nomor 194 Kelurahan Banyudono Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.

KPP Pratama Ponorogo mulai membangun gedung sendiri pada tahun 2010. Pembangunan gedung ini memakan waktu satu tahun dan selesai pada awal tahun 2011. KPP Pratama Ponorogo resmi menggunakan gedung baru yang beralamat di Jalan Gajah Mada Nomor 46 Surodikraman Ponorogo pada tanggal 2 Mei 2011

b. Gambaran Umum. KPP Pratama Ponorogo merupakan kantor pajak yang bertanggung jawab

terhadap administrasi perpajakan di Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Administrasi perpajakan di wilayah Pacitan dilakukan melalui Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang akan mengirimkan semua data ke KPP Pratama Ponorogo sebagai koordinator.

Wilayah kerja KPP Pratama Ponorogo meliputi 21 Kecamatan di Kabupaten Ponorogo yaitu; Babadan, Badegan, Balong, Bungkal, Jambon, Jenangan, Jetis, Kauman, Mlarak, Ngebel, Ngrayun, Ponorogo, Pudak, Pulung, Sambit, Sampung, Sawoo, Siman, Slahung, Sooko, Sukorejo; dan 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan yaitu Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Ngadirojo, Punung, Pringkuku, Donorojo, Nawangan, Tegalombo, Sudimoro, dan Bandar.

KPP Ponorogo yang memiliki hampir 70.000 Wajib Pajak di tahun 2011 ini mendapatkan penghargaan pada tahun 2011 karena telah berhasil melampaui target pencapaian pemasukan Negara melalui pajak sebesar 104,75% sesuai dengan skema pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Penerimaan Pajak KPP Pratama Ponorogo Tahun 2011

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi

2. Visi dan Misi Organisasi.

a. Visi. Menjadi Institusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

b. Misi. Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan

yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

3. Struktur Organisasi dan Kegiatan Unit Kerja.

a. Struktur Organisasi . Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, struktur organisasi KPP Pratama Ponorogo sesuai dengan Gambar 2.2

Gambar 2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Ponorogo

Sumber: Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian, dan Aktiva (SIKKA)

Adapun sub bagian yang terdapat di KPP Pratama Ponorogo adalah:

1) Subbagian Umum. Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3) Seksi Pelayanan. Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama dalam bidang perpajakan.

4) Seksi Penagihan. Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5) Seksi Pemeriksaan. Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I dan II. Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

8) Kelompok Jabatan Fungsional. Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jenis jabatan fungsional masing- masing berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dengan rincian sebagai berikut:

a) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai bidang keahliannya. KPP Pratama Ponorogo memiliki pemeriksa pajak dan fungsional penilai.

b) Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama.

c) Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang telah ditugaskan.

d) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku.

b. Kegiatan Unit Kerja

Kegiatan KPP Pratama Ponorogo adalah melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

KPP Pratama Ponorogo juga menyelenggarakan fungsi:

1) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

4) Penyuluhan perpajakan;

5) Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;

6) Pelaksanaan ekstensifikasi;

7) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

9) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

10) Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

11) Pelaksanaan intensifikasi;

12) Pembetulan ketetapan pajak;

13) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

14) Pelaksanaan administrasi kantor.

B. Gambaran Umum Pelaksanaan Prosedur Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar Di KPP Pratama Ponorogo

1. Penerimaan SPT Tahunan PPh.

Pelaksanaan prosedur penerimaan SPT Tahunan PPh di KPP Pratama Ponorogo secara garis besar telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan di tahun 2009 sampai 2011 memakai prosedur yang sama, dan menghasilkan jumlah SPT Tahunan PPh sebagaimana dirangkum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Data Jumlah Penerimaan Berkas SPT Tahunan PPh 2009-2011

1189 SPT Tahunan PPh OP 1770

SPT Tahunan PPh Badan

1781 SPT Tahunan PPh OP 1770 S

1792 SPT Tahunan PPh OP 1770 SS 23224

29662 Sumber: Sistem Informasi Perpajakan Modifikasi (SIPMOD) bagian

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Penerimaan SPT Tahunan di tahun 2012 dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Nomor SE-103/PJ/2011 tentang petunjuk teknis tata cara penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan. Petunjuk teknis ini mengedepankan sistem baru yang biasa disebut drop box . Hasilnya, jumlah penerimaan SPT Tahunan mencapai lebih dari 40.000.

Sistem drop box dimulai dari pembentukan Satgas (satuan tugas) oleh Kepala KPP yang terdiri dari beberapa pegawai dari berbagai sub bidang, melalui nota dinas. Satgas ini kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberikan tugas yang berbeda. Drop Box diletakkan di berbagai tempat, di antaranya di KPP Pratama Ponorogo, Bank BRI, Bank BTPN, dan Kantor Pos. Wajib Pajak yang telah memiliki blanko SPT Tahunan PPh bisa memasukkan berkas mereka ke drop box dan kemudian akan mendapat tanda terima yang disebut tiket drop box .

KPP Pratama Ponorogo melakukan terobosan melalui sistem tiket drop box lokal yang dibangun oleh salah satu pegawai. Sistem ini belum diaplikasikan di kantor pajak yang lain. Sistem tersebut menggunakan program Microsoft Acces dengan tampilan awal seperti Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tampilan Awal Aplikasi Tiket Drop Box

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo

Untuk masuk, petugas dapat menekan menu enter, dan akan keluar tampilan seperti Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Tampilan Menu Entry Penerimaan SPT Tahunan PPh

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo

Pilih menu penerimaan SPT untuk memasukkan data SPT Tahunan yang diterima dan mencetak tiket penerimaan melalui drop box . Pengguna sistem ini terbatas bagi petugas yang telah ditunjuk dan didaftarkan ke dalam sistem. Tampilan masukan identitas petugas terlihat di Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Tampilan Masukan Identitas Petugas

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo

Setelah memasukkan ID petugas, maka proses perekaman siap dilakukan dengan menu di Gambar 2.6. Terdapat menu rekam SPT untuk langsung merekam SPT masuk, mencari Wajib Pajak melalui NPWP, mengedit data SPT jika terdapat kesalahan, mencetak berita acara setiap harinya, maupun mentransfer data ke komputer pusat.

Gambar 2.6 Menu Perekaman SPT

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo

Petugas kemudian memilih menu “REKAM SPT” untuk memasukkan data Wajib Pajak dalam SPT yang dikirimkan melalui drop box dengan contoh di Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Contoh Data SPT

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo

Untuk mencetak tanda terima SPT Tahunan tekan menu “Cetak TT”. Jika ternyata

SPT telah pernah diterima, yang artinya terdapat penerimaan ganda, maka akan muncul peringatan dengan bentuk seperti Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Tampilan Peringatan Masukan SPT Ganda

Sumber: Sekretaris KPP Pratama Ponorogo Jika ternyata Wajib Pajak belum melapor, maka akan otomatis muncul bentuk print preview dari tanda terima yang kemudian bisa langsung dicetak dan ditempel di amplop maupun diberikan kepada Wajib Pajak sebagai bukti seperti yang terlihat dalam Lampiran 1.

2. Perekaman SPT Tahunan PPh.

Setelah SPT Tahunan diterima, maka akan dilakukan perekaman untuk diberikan LPAD (Lembar Pengolahan Arus Dokumen) sebagai halaman kontrol tiap langkah pengolahan SPT hingga selesai. Pada proses ini, terdapat beberapa kali error karena terlalu banyaknya data yang harus diolah, sehingga diperlukan waktu yang relatif lebih lama. Bentuk LPAD bisa dilihat di Lampiran 2.

SPT kemudian dilimpahkan ke bagian PDI untuk dilakukan perekaman ke dalam sistem Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Saat ini di KPP Pratama Ponorogo sedang dalam masa transisi perubahan sistem dari SIPMOD menuju penggunaan aplikasi SIDJP. Berdasarkan surat Direktur Tranformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi Nomor S-118/PJ.12/2012 tanggal 10 Mei 2012 tentang Persiapan Migrasi Sistem Aplikasi SIPMOD ke SIDJP, migrasi SIDJP di Kanwil Jatim II dimulai dengan melakukan cut off data pada tanggal 1 Juni 2012 dan Saat Mulai Operasi (SMO) pada tanggal 7 Juni 2012.

Proses perekaman SPT membutuhkan waktu berbulan-bulan, karena setiap SPT harus direkam sesuai dengan data masing-masing Wajib Pajak. Perekaman SPT Tahunan PPh Nihil bisa langsung dilakukan, sedangkan SPT PPh yang telah benar terbukti Kurang Bayar harus disertai Surat Setoran Pajak sebagai bukti bahwa pembayaran pajak telah dilakukan melalui Bank Persepsi. Jika SPT Tahunan PPh kurang bayar tidak disampaikan atau terlambat, maka akan dilakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) seperti yang terlihat pada Lampiran 3. SPT Tahunan yang Lebih Bayar langsung dilimpahkan kepada bagian pemeriksaan.

Sampai bulan Juni 2012, SPT belum selesai terekam semua karena kurangnya sumber daya manusia dan pengaplikasian sistem baru yang membutuhkan waktu adaptasi. Hanya staf yang terdaftar secara resmi di SIDJP yang dapat melakukan perekaman. Namun, karena jumlah staf kurang memadai, maka dilakukan out sourcing untuk membantu proses perekaman. Sumber daya dari luar ini, melakukan perekaman dengan menggunakan username dan password dari pegawai aktif.

3. Penyelesaian SPT Tahunan PPh Lebih atau Kurang Bayar.

SPT yang mengandung kesalahan atau kurang lengkap dilimpahkan kepada Account Representative (AR) dan Fungsional Pemeriksa untuk diteliti lebih lanjut. Kesalahan atau kekurangan yang biasanya dilakukan Wajib Pajak antara lain:

a. Salah menuliskan identitas Wajib Pajak, baik nama maupun Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Salah memasukkan status Wajib Pajak untuk menentukan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

c. Pembulatan yang tidak sesuai aturan (matematis);

d. Me-nihil-kan pajak yang lebih atau kurang bayar saat jumlahnya tidak besar;

e. Tidak menyertakan bukti potong pajak atau Surat Setoran Pajak (SSP) bagi yang berstatus kurang bayar;

Jika terdapat kekurangan atau kesalahan matematis, maka Account Representative dari Wajib Pajak tersebut akan menerbitkan Surat Himbauan seperti pada Lampiran 4. Kebiasaan yang terjadi di KPP Pratama Ponorogo, Surat Himbauan akan diterbitkan bila kesalahan terdapat di Wajib Pajak yang termasuk 1500 Wajib Pajak besar. Hal ini dilakukan karena 1500 WP besar sudah mencakup 93% penerimaan KPP Pratama Ponorogo. Apabila kesalahan dilakukan oleh Wajib Pajak kecil maka Surat Himbauan tidak diberikan karena dianggap tidak signifikan dan bisa dikesampingkan. Surat Himbauan tersebut harus direspon oleh Wajib Pajak dengan pembetulan atau pelengkapan berkas, jika tidak maka akan dilakukan tindakan pemeriksaan maupun tindak lanjut lain seperti denda dan sanksi.

SPT Tahunan PPh yang lebih bayar atau nihil namun terindikasi berpotensi kurang bayar akan dilimpahkan kepada bagian pemeriksaan untuk diteliti lebih lanjut. Jumlah SPT di KPP yang lebih bayar terbilang kecil seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Data Arsip Surat Ketetapan Lebih Bayar KPP Pratama Ponorogo

SKPLB Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase OP

Sumber: Diolah dari Seksi Pelayanan

Pada fase pemeriksaan, pihak Fungsional Pemeriksa bersifat menanti limpahan wewenang dari Account Representative yang meneliti SPT dari Wajib Pajak. Kepala Seksi Pemeriksaan di beberapa kesempatan aktif membantu mengusulkan Wajib Pajak yang disinyalir perlu diperiksa dan ditindaklanjuti. Jumlah AR yang hanya 14 orang sedangkan Wajib Pajak mencapai 70.000 orang mengakibatkan proses penelitian berlangsung lama. Hal ini juga dikarenakan AR mayoritas disibukkan oleh masalah PBB yang sampai saat ini masih ditangani KPP Ponorogo.

Proses pemeriksaan pun terbilang lama, karena terganjal lambatnya pemberian profil Wajib Pajak yang hanya bisa diakses Seksi Pengawasan dan Konsultasi serta berkas-berkas dari Seksi Pelayanan. Audit Plan tentu tidak dapat dilaksanakan secara maksimal, jika data-data tersebut tidak ada. Apabila setelah pemeriksaan SPT dinyatakan Lebih atau Kurang Bayar maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Lebih Bayar (SKPLB) atau Kurang Bayar (SKPKB) sebagi siklus akhir dari SPT Tahunan.

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Sistem Informasi Akuntansi.

a. Sistem dan Subsistem. Moscove, Simkin, dan Bagranoff (2001, 6) menyatakan sistem adalah sebuah

entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Terdapat beberapa komponen pembentuk sistem yang disebut subsistem. Tiap-tiap subsistem kecil melakukan fungsi khusus yang penting untuk mendukung sistem yang lebih besar, tempat mereka berada. Pendapat ahli yang lain, Widjajanto (2001, 2), mengemukakan bahwa sesuatu dapat disebut sistem bila:

1) Memiliki bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain, yang disebut subsistem atau prosedur.

2) Memiliki tujuan tertentu.

adalah sistem buatan manusia yang biasanya terdiri dari komponen-komponen, baik manual maupun terkomputerisasi, yang digunakan untuk mengumpulkan, mengirimkan, dan memproses data hingga menghasilkan informasi. Moscove, Simkin, dan Bagranoff (2001, 6) berpendapat bahwa informasi digunakan manajemen untuk merencanakan, mengambil keputusan, dan mengontrol aktivitas organisasi. Organisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem- subsistem yang saling terkoneksi (Kendall dan Kendall 2003, 34).

Informasi adalah data yang telah disusun dan diproses agar bisa dimengerti. Data adalah fakta-fakta yang yang mewakili observasi dan pengukuran dari aktivitas bisnis yang berguna bagi pengguna sistem informasi, seperti fakta-fakta tentang aktivitas penjualan, barang terjual, dan sumber daya yang terlibat dalam dalam aktivitas penjualan tersebut, seperti dijelaskan oleh Romney dan Steinbart (2006, 5). Data harus diolah menjadi informasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk membuat sebuah keputusan.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa sistem informasi secara umum terdiri dari input, proses, dan output. Input adalah bahan masukan yang diolah sistem dalam sebuah operasi, kemudian disebut data. Output adalah hasil dari operasi, yang kemudian disebut informasi. Proses adalah aktivitas yang mengubah input menjadi output. Pengguna informasi bisa memberikan feedback yang kemudian bisa juga menjadi input.

Gambar 3.1 Skema Fungsional Sistem Informasi dan Transformasi Data Storage

I Process

User

Database

D Transformation

User

Sumber: Gelinas, Sutton, Hunton. 2005. Accounting Information Systems . Hal. 14.

c. Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sebuah subsistem dari sistem informasi.

Tujuan dari SIA adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek-aspek keuangan dari transaksi bisnis. Terdapat sepuluh elemen pusat yang berkaitan dengan SIA yaitu teknologi, database, pelaporan, kontrol, operasi bisnis, proses transaksi, pengambilan keputusan bisnis, penyusunan dan pengoperasian sistem, komunikasi, akuntansi dasar, dan audit. (Gelinas, Sutton, and Hunton, 2005, 9-15)

Romney dan Steinbart (2006, 6-7) menyatakan bahwa terdapat enam komponen SIA, yaitu orang-orang, prosedur-prosedur, data, software, dan infrastruktur teknologi informasi serta pengendalian internal. Software infrasturktur dan teknologi informasi hanya alat bantu untuk menghasilkan informasi. SIA dapat sesederhana sistem manual menggunakan kertas dan pensil, atau kombinasi manual dan sistem terkomputerisasi.

2. Sistem Pengendalian Internal.

Pengendalian internal, sesuai kutipan Whittington and Pany (2008, 246) dari Internal Control-Integrated Framework yang diterbitkan Committee of Sponsoring Organizations (COSO), adalah:

Proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada di bawah arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai dengan pertimbangan hal-hal berikut:

a. efektivitas dan efisiensi operasional;

b. keandalan laporan keuangan;

c. kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Lima komponen model pengendalian internal COSO adalah:

a. Lingkungan Pengendalian. Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya - ciri perorangan, termasuk

integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi - serta lingkungan tempat beroperasi. Lingkungan pengendalian adalah mesin yang mengemudikan organisasi dan dasar tempat segala hal terletak.

b. Aktivitas Pengendalian. Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk

membantu memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi dijalankan secara efektif. Contoh aktivitas pengendalian adalah pemisahan tugas, otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas, desain dan penggunaan dokumen serta pencatatan yang memadai, penjagaan asset dan pemeriksaan independen atas kinerja

c. Penilaian Resiko. Organisasi harus sadar akan berurusan dengan resiko yang dihadapinya.

Organisasi harus menempatkan tujuan yang terintegrasi secara harmonis dengan kegiatan lain dalam organisasi. Organisasi juga harus membuat mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang terkait.

d. Informasi dan Komunikasi. Sistem Informasi dan komunikasi memungkinkan orang-orang dalam organisasi

untuk mendapat dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.

e. Pengawasan. Seluruh proses harus diawasi dan perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan,

sehingga sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah sesuai keadaan.

3. Daftar Istilah Perpajakan.

Berikut ini merupakan istilah-istilah perpajakan yang akan digunakan dalam laporan studi lapangan ini.

a. Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak yang meliputi SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (SPT 1770, SPT 1770 S. SPT 1770 SS), SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (SPT 1771 dan SPT 1771/$), termasuk SPT Tahunan Pembetulan.

b. SPT Tahunan Elektronik yang selanjutnya disebut dengan e-SPT Tahunan adalah data SPT Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

c. SPT Lengkap adalah SPT Induk dan lampirannya yang telah diisi dengan lengkap, ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/ atau dokumen yang disyaratkan.

d. e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id ) atau penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

e. Tempat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut dengan TPT adalah tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) termasuk Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk memberikan pelayanan perpajakan.

f. Pojok Pajak/ Mobil Pajak/ Tempat Khusus Penerimaan SPT Tahunan (Drop Box) adalah tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

g. Tanda Terima SPT adalah tanda bukti penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diberikan petugas kepada Wajib Pajak.

h. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan perekaman SPT.

i. Penelitian SPT atau e-SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT Tahunan atau e-SPT Tahunan dan lampirannya serta kelengkapan lampiran yang disyaratkan dan penilaian tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya termasuk menerbitkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang diterima tidak lengkap.

j. Validasi adalah kegiatan penelitian kebenaran data/ informasi atas SPT Tahunan yang disampaikan dengan menggunakan aplikasi e-SPT. k. Perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam, uploading, dan/ atau memindai (scanning). l. Loading adalah kegiatan memindahkan data/informasi digital dari media elektronik/ jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak. m. Account Representatives adalah pegawai yang diangkat pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan organisasi modern. n. Operator Console (OC) adalah pegawai yang bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer, dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan back up data.

o. SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak) adalah sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor modern Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di Kantor Pusat.

p. SIPMOD (Sistem Informasi Perpajakan Modifikasi) adalah sistem informasi

dalam administrasi perpajakan yang digunakan DJP sebelum penggunaan SIDJP.

4. Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

a. Standard Operating Procedures tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Tata cara penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh yang tertulis dalam Standard Operating Procedures (SOP) Nomor KPP30-0009 merupakan salah satu SOP Direktorat Jenderal Pajak sesuai KEP-14/PJ/2008. SOP ini menjadi dasar hukum pelaksanaan penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh pada tahun 2008 sampai 2011 dengan flowchart (bagan alir) seperti pada Lampiran 5.1 dan 5.2. Prosedur kerjanya diuraikan sebagai berikut:

1) Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/ e-SPT baik langsung maupun melalui Pos/ Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.

2) Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan melalui Pos/ Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain dan diterima secara langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/ Ekspedisi diteruskan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dengan Surat Pengantar.

3) Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan ketentuan:

i Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Tahunan atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/ LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Tahunan atau dokumen kelengkapannya.

ii Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/ Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Tahunan.

iii Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.

4) Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan SPT Tahunan, dan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala Seksi Pelayanan, serta meneruskan SPT Tahunan beserta Register Harian Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5) Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

6) Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen-elemen SPT Tahunan dan membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan Wajib Pajak, mencetak Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT Tahunan Unbalance serta menggabungkannya dengan SPT Tahunan yang bersangkutan (selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT Tahunan/ Kelengkapan Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah direkam kepada Staf Pelaksana Seksi Pelayanan.

7) Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/ atau terlambat disampaikan/ dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat Himbauan (SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/ pembayaran SPT, Account Representative menerbitakan STP (SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

8) Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk Surat Pemberitahuan Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.

9) Proses selesai.

b. Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan.

Pelaksanaan tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 s.t.d.d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48/PJ/2011. Prosedur kerjanya dijelaskan secara terperinci dalam Surat Edaran Nomor SE-103/PJ/2011 yang terbit pada bulan Desember 2011. Pelaksanaan petunjuk teknis ini diaplikasikan pada tahun 2012 dan ditunjukkan dalam bagan alir ( flowchart ) yang terdapat pada Lampiran 6.1 sampai 6.4 dengan rincian sebagai berikut:

1) Petugas penerima SPT pada TPT/ Mobil Pajak/ Drop Box bertugas:

a) Menerima SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data Nama Wajib Pajak, NPWP, Tahun Pajak, Status SPT (Nihil/

Kurang Bayar/ Lebih Bayar), Jenis SPT (SPT Tahunan/ SPT Tahunan Pembetulan Ke- ...), Perubahan Data (Ada/ Tidak Ada), Nomor Telepon, Pernyataan dan Tanda Tangan Wajib Pajak.

b) Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar "untuk Wajib Pajak", membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda tangan pada Tanda Terima SPT.

c) Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak) kepada Wajib Pajak, dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada Amplop) pada amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

d) Memisahkan antara SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP sendiri dengan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain, serta per status SPT (KB, N dan LB) dan per jenis Wajib Pajak (Orang Pribadi dan Badan).

e) Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui TPT/ Pojok Pajak/ Mobil Pajak/ Drop Box.

f) Menyerahkan SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan yang diterima dan Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas TPT.

g) Menerima SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak melalui pos atau perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang diserahkan oleh sub bagian umum kemudian:

i melakukan langkah pada poin b) di mana: - tanda terima SPT yang digunakan adalah tanda terima SPT dengan kode unit penerimaan SPT berupa angka 99.

- tanggal tanda terima SPT diisi sesuai dengan tanggal stempel pos yang tercantum pada bukti pengiriman surat atau tanggal pengiriman yang tercantum pada bukti pengiriman surat dalam hal SPT disampaikan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.

ii menempelkan tanda terima SPT Tahunan pada amplop SPT.

iii melakukan langkah pada poin d), e), dan f) di atas.

2) Petugas TPT bertugas:

a) Menerima dan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT, selanjutnya meneruskannya ke Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

b) Merekam Tanda Terima dan lembar informasi amplop SPT Tahunan ke dalam aplikasi drop box.

c) Dalam hal terdapat perubahan data Wajib Pajak dan Wajib Pajak menempelkan formulir perubahan data pada amplop SPT Tahunan, maka Petugas TPT merekam perubahan data tersebut ke dalam aplikasi drop box.

d) Mengelompokkan SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.

e) Dari hasil pengelompokan SPT pada poin d), atas SPT Tahunan/ e-SPT Tahunan Sendiri maka Petugas TPT membuat Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak Sendiri, kemudian menyerahkan daftar nominatif tersebut beserta SPT-nya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan Dua untuk dilakukan penelitian kelengkapan SPT.