PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya.

(1)

Tia Athiyyah, 2014

ABSTRAK

Tia Athiyyah (1001640). PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya).

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil pra penelitian yang dilakukan di kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah yang mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran. Permasalahan tersebut adalah rendahnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa ketika pembelajaran PKn. Hal tersebut terjadi karena guru menggunakan metode yang konvensional sehingga siswa menjadi jenuh dan ketika proses pembelajaran berlangsung sebagian siswa bersikap pasif. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti menerapkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persiapan, pelaksanaan, peningkatan, kendala, dan upaya dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah yang berjumlah 26 orang. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, angket, dokumentasi, dan catatan lapangan. Analisis data dengan penyeleksian atau pengelompokan data, validasi data, dan interpretasi data. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1) Persiapan pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menyiapkan silabus, RPP, materi, metode, media, dan alat penilaian. 2) Penerapan metode think pair share dilaksanakan dengan baik oleh guru dan diterapkan sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Siswa berpikir sendiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru selama beberapa menit, kemudian berpasangan dan mendiskusikan apa yang diperoleh masing-masing, setelah itu setiap pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas mengenai permasalahan yang telah didiskusikan. 3) Peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) setelah diterapkan metode think pair share meningkat. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan 59% dengan kategori “baik”, siklus II menunjukkan 64% dengan kategori “baik”, dan siklus III, menunjukkan 85% dengan kategori “sangat baik”. 4) Kendala yang dihadapi oleh guru adalah dalam pengelolaan kelas, membimbing diskusi, dan memotivasi siswa. 5) Upaya mengatasi kendala tersebut adalah guru meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas, membimbing diskusi, dan memotivasi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Think Pair Share mampu meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. Model ini direkomendasikan sebagai alternatif model yang efektif untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dalam pembelajaran PKn.


(2)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah

Kab. Tasikmalaya)

Tia Athiyyah 1001640

This research is motivated results of research conducted in the class X-2 High School KHZ Mustafa Sukamanah experiencing problems in the learning process. The problem is the lack of skills of citizenship (civic skills) students when learning civics. This happens because the teachers using conventional methods so that students become saturated and when the learning process takes most students to be passive. To overcome these problems, the researchers applied a model of Cooperative Learning Type Think Pair Share. This study aims to determine how the preparation, implementation, enhancement, constraints, and effort in implementing cooperative learning models of type Think Pair Share on civics lesson. This study uses qualitative and quantitative approaches, the method of Classroom Action Research (CAR). Subjects were students of class X-2 High School KHZ Mustafa Sukamanah totaling 26 people. The collection of data through observation, interviews, questionnaires, documentation, and field notes. Analysis of the data by selecting or grouping of data, data validation, and interpretation of data. The research results obtained are: 1) Preparation of learning that teachers are preparing syllabi, lesson plans, materials, methods, media, and assessment tools. 2) Application of the method think pair share executed well by teachers and implemented in accordance with the correct steps. Students think for themselves about the issues assigned by the teacher for a few minutes, then in pairs and discuss what each is obtained, after which each pair to share with the whole class about the issues that have been discussed. 3) Improving the skills of citizenship (civic skills) after application of the method think pair share increases. The results of observations of student activity in the first cycle showed 59% with "good" category, the second cycle showed 64% with "good" category, and the third cycle, showed 85% to the category of "very good". 4) Constraints faced by the teacher is in the classroom management, guiding discussion, and motivate students. 5) Efforts to overcome these obstacles is the teachers improve their skills in managing the classroom, guiding discussion, and motivate students. It can be concluded that the cooperative learning model of type Think Pair Share is able to improve the skills of citizenship (civic skills) students and effectively applied in learning civics. This model is recommended as an alternative to effective model to improve the skills of citizenship (civic skills) in a civics lesson.


(3)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 9

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 9

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

3. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PKn ... 12

4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 14

B. Kajian tentang Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 16

a. Pengertian Cooperative Learning... 16

b. Strategi Cooperative Learning ... 18

c. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning ... 19

d. Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share ... 20

C. Kajian tentang Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 22

1. Pengertian Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 22

2. Keterampilan-keterampilan yang Dimiliki Warga Negara dalam Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 24

a. Keterampilan Intelektual ... 24

b. Keterampilan Partisipasi ... 25

3. Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 27


(4)

Tia Athiyyah, 2014

D. Keterkaitan Metode Think pair Share dengan

Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 30

E. Penelitian Terdahulu ... 32

F. Kerangka Pemikiran (Anggapan Dasar) ... 34

G. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 36

B. Pendekatan Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 37

D. Penjelasan Istilah ... 41

1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 41

2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 44

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 44

2. Tahap Perizinan Penelitian ... 44

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Observasi ... 45

2. Wawancara ... 46

3. Kuesioner/Angket ... 47

4. Studi Dokumentasi... 47

5. Catatan Lapangan (Fieldnotes) ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ... 52

2. Penelitian Siklus I ... 53

a. Perencanaan ... 53

b. Pelaksanaan Tindakan ... 54

c. Observasi dan Pengamatan ... 59

d. Refleksi ... 69

3. Penelitian Siklus II ... 71

a. Perencanaan ... 71

b. Pelaksanaan Tindakan ... 72

c. Observasi dan Pengamatan ... 77

d. Refleksi ... 89


(5)

Tia Athiyyah, 2014

a. Perencanaan ... 90

b. Pelaksanaan Tindakan ... 91

c. Observasi dan Pengamatan ... 96

d. Refleksi ... 108

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 109

1. Persiapan Guru dalam Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share... 109

2. Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share Dalam Meningkatkan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa ... 111

3. Peningkatan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa Setelah Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam Pembelajaran PKn... 119

4. Hambatan dalam Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 124

5. Upaya dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 131

1. Bagi Guru ... 131

2. Bagi Siswa ... 131

3. Bagi Sekolah ... 132

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 132

5. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 132 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) .... 28

Tabel 3.1 Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 49

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus I ... 56

Tabel 4.2 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus I ... 57

Tabel 4.3 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus I ... 58

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 59

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 64

Tabel 4.6 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I ... 67

Tabel 4.7 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus II ... 73

Tabel 4.8 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus II ... 74

Tabel 4.9 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus II ... 76

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 77

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 82

Tabel 4.12 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus II ... 87

Tabel 4.13 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus III ... 93

Tabel 4.14 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus III ... 94

Tabel 4.15 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus III ... 95

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus III ... 97

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 102

Tabel 4.18 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus III ... 106

Tabel 4.19 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 113

Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Pendapat Siswa Tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I, II, dan III ... 115

Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 120

Tabel 4.22 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas ... 121


(7)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Model Spiral) ... 39


(8)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SK Pembimbing, SK Penguji, Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 2 Buku Laporan Penulisan Skripsi dan Lembar Pengesahan LAMPIRAN 3 Profil Sekolah

LAMPIRAN 4 Instrumen dan Hasil Penelitian LAMPIRAN 5 Daftar Nilai

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran (Silabus dan RPP) LAMPIRAN 7 Gambar Pada Saat Penelitian


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang baik masih dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan cenderung tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Hal tersebut dikarenakan materi pelajarannya yang bersifat konseptual dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tidak bervariasi yang membuat siswa menjadi jenuh untuk mengikuti pembelajaran PKn.

Berdasarkan pra penelitian di SMA KHZ Musthafa Sukamanah pada kelas X-2 maka permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran PKn adalah:

Pertama, dilihat dari aspek guru. Dalam melakukan proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa menjadi jenuh untuk mengikuti mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil wawancara, materi pelajaran PKn yang kebanyakan bersifat konseptual membuat guru merasa bingung untuk memakai metode pembelajaran, banyaknya materi dan jam pelajaran untuk PKn sedikit membuat guru melakukan metode ceramah karena mengejar materi yang selanjutnya takut tidak tersampaikan. Banyaknya materi PKn yang bersifat teoritis dan hapalan membuat guru lebih mementingkan aspek pengetahuan dibandingkan dengan keaktifan siswa di kelas. Terkadang guru menggunakan metode diskusi yang diharapkan untuk merangsang siswa aktif, namun pola diskusi yang dilakukan justru membuat siswa menjadi jenuh. Hal tersebut membuat makna tujuan PKn tidak tersampaikan kepada siswa.

Kedua, dilihat dari aspek siswa. Kemampuan menganalisis dan merespon terhadap berbagai persoalan yang menyangkut PKn masih kurang. Ketika belajar PKn siswa diharapkan dapat menganalisis masalah kemasyarakatan secara kritis, namun kenyataannya kemampuan siswa dalam menganalisis dan merespon terhadap berbagai persoalan masih kurang. Selain itu, siswa merasa jenuh dengan metode pembelajaran kelompok, yang dalam hal ini adalah metode diskusi. Hal tersebut bisa dikarenakan metode diskusi yang dilakukan guru belum sepenuhnya


(10)

tepat. Kemudian, materi PKn yang diberikan oleh guru di sekolah belum bisa diimplementasikan secara maksimal oleh siswa. Fakta tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya perencanaan dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terorganisir dengan baik karena dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Masalah di atas harus segera diatasi karena apabila tidak diatasi maka akan menghambat proses pembelajaran dan makna dari pembelajaran PKn tidak tersampaikan kepada siswa. Fokus permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti adalah kurangnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang dimiliki siswa. Hal tersebut ditandai dengan kurangnya siswa dalam berpikir kritis untuk menganalisis dan merespon isu-isu kemasyarakatan yang sedang terjadi.

Dalam mempelajari PKn siswa memerlukan pembekalan dengan berbagai kompetensi agar memiliki pemikiran yang kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Aspek-aspek kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran PKn mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition). Aspek kompetensi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

Dengan demikian pembelajaran PKn yang seharusnya adalah

pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam belajar PKn. Sebagaimana tujuan mata pelajaran PKn yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi


(11)

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sebagaimana salah satu tujuan PKn di atas adalah berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Hal tersebut merupakan wujud dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dan dalam rangka mewujudkan warga negara yang baik sesuai amanah dalam Pancasila. Menurut Depdiknas (2006, hlm. 49) disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai berikut:

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan PKn sebagai upaya meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa adalah adanya implementasi model cooperative learning tipe think pair share. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Arends, 1997 dalam Komalasari, 2010, hlm. 64). Pola diskusi kelas yang diharapkan adalah dapat merangsang siswa untuk berani berpendapat, merespon, dan menganalisis permasalahan yang diberikan oleh guru.

Tujuan pembelajaran PKn tidak mungkin tercapai apabila siswa tidak memiliki keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Bahan-bahan yang diajarkan dalam pembelajaran PKn dianjurkan pada bahan yang bersifat controversial issue. Kemudian guru mengembangkan bahan tersebut melalui model cooperative learning tipe think pair share sehingga siswa mendapatkan bimbingan dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mulyasa (2012, hlm. 11) mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu


(12)

upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”. PTK dimaksudkan untuk mengkaji dan memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru di kelas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Think Pair Share dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2

SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yaitu rendahnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa kelas X-2 dalam pembelajaran PKn. Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti akan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share. Agar fokus kajian menjadi jelas, maka peneliti berusaha untuk mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu persiapan guru dalam implementasi model cooperative learning tipe think pair share, implementasi model cooperative learning tipe think pair share, peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa setelah menggunakan model cooperative learning tipe think pair share, hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model cooperative learning tipe think pair share, dan upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam penelitian ini.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah sejauhmana implementasi model cooperative learning tipe think pair share dalam peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn.

Adapun rumusan masalah dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut:


(13)

1. Bagaimana persiapan guru dalam implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn?

2. Bagaimana implementasi model cooperative learning tipe think pair share dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran PKn?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa setelah menggunakan model cooperative learning tipe think pair share?

4. Apa saja hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model

cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan

implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai implementasi model cooperative learning tipe think pair share terhadap keaktifan, kerja sama, dan keberanian peserta didik dalam berpikir dan mengemukakan pendapat sehingga adanya peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Persiapan guru dalam implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn.

b. Implementasi model cooperative learning tipe think pair share dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran PKn.


(14)

c. Peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa setelah menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

d. Hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model

cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

e. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan

implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi dunia pendidikan terutama untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn melalui implementasi model cooperative learning tipe think pair share.

2. Secara Praktis

Dengan mengetahui implementasi model cooperative learning tipe think pair share terhadap keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam berpikir dan memecahkan masalah diharapkan penelitian ini :

a. Bagi guru, model cooperative learning tipe think pair share dapat membantu mentransfer ilmu kepada siswa secara efektif, sehingga tujuan pembelajaran PKn yaitu peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dapat tercapai.

b. Bagi peserta didik, dapat dijadikan alat bantu dalam belajar dan dapat merangsang untuk aktif dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PKn.

c. Bagi sekolah, model cooperative learning tipe think pair share dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMA KHZ Musthafa Sukamanah agar siswanya lebih berkualitas khususnya pada mata pelajaran PKn.


(15)

d. Bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, menambah referensi kepustakaan jurusan PKn khususnya yang berhubungan dengan penelitian mengenai penerapan model cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dan diharapkan menjadi salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar pembelajaran bagi mahasiswa PKn sebagai persiapan menjadi guru di lapangan nantinya.

e. Bagi peneliti, memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman dalam memecahkan persoalan khususnya mengenai penerapan model cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa

F. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi tentang teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), kajian tentang model cooperative learning tipe think pair share, kajian tentang keterampilan kewarganegaraan, keterkaitan metode think pair share dengan keterampilan kewarganegaraan (civic skills), penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis tindakan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.


(16)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV ini terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah dan saran-saran.


(17)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Menurut Nasution (2003, hlm. 43) mengemukakan bahwa “lok

asi penelitian menunjukkan pada tempat atau lokasi sosial dimana penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi”.

Lokasi penelitian adalah di SMA KHZ Musthafa Sukamanah, yang beralamat di Jl. Pahlawan KHZ Musthafa Sukamanah No. 47 Ds. Sukarapih Kec. Sukarame Kab. Tasikmalaya. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran PKn dan siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 26 orang, yang terdiri atas 8 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah karena kemampuan akademik siswa di kelas X-2 cukup beragam dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dalam pembelajaran PKn masih cukup rendah.

B.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian tindakan kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

Siregar (2013, hlm. 110) mengemukakan bahwa “pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari”. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor (Moleong, 2005, hlm. 4) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada masalah


(18)

yang aktual untuk memberikan pemahaman yang berarti dan menimbulkan pemikiran-pemikiran kritis, artinya hal tersebut bersifat deskriptif.

C.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian, karena hal tersebut akan memecahkan permasalahan yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Mulyasa (2012, hlm. 11) mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”. Sedangkan menurut Kunandar (2007, hlm. 44-45) mengatakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Pada prosesnya, PTK merupakan suatu penelitian yang berulang atau siklus yang pada tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

PTK merupakan penelitian yang memfokuskan pada pembelajaran di kelas, hal ini dimaksudkan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru di kelas. Oleh karena itu, penelitian dengan menggunakan metode PTK harus adanya perubahan dan peningkatan ke arah yang lebih baik. Apabila tidak adanya perubahan dan penurunan terhadap pembelajaran maka hal tersebut menyalahi aturan PTK.

Kunandar (2007, hlm. 51) mengungkapkan beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran yaitu:


(19)

1. Merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error.

2. Menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam

pembelajaran.

3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yaitu mengajar. 4. Guru sebagai peneliti.

5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru.

6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan.

7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan.

8. Murah biayanya.

9. Desain lentur atau fleksibel.

10. Analisis data seketika dan tidak rumit. 11. Manfaat jelas dan langsung.

Alasan peneliti menggunakan metode PTK dikarenakan peneliti menemukan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang dimaksud adalah rendahnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn. Hal tersebut harus dicari penyelesaiannya sehingga diharapkan dengan penyelesaian yang diterapkan dapat mengatasi kesulitan belajar di kelas serta dapat memperbaiki kinerja guru di dalam proses belajar mengajar. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajarnya secara bervariasi, pengolahan kelas yang dinamis dan kondusif serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai.

Prosedur penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Terdapat beberapa model penelitian tindakan kelas, namun dalam penelitian ini peneliti mengacu pada model spiral dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66), sebagaimana yang terdapat pada gambar berikut ini:


(20)

Gambar 3.1

s

Perencanaan

Tindakan

Refleksi SIKLUS 1

Pengamatan

Revisi Perencanaan

Tindakan SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Revisi Perencanaan

Tindakan SIKLUS III

Refleksi


(21)

Siklus pelaksanaan PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Model Spiral)

Pelaksanaan PTK berbentuk daur ulang atau siklus, tahap awal dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat tahap, siklus kedua pun sama seperti siklus pertama yang terdiri dari empat tahap, begitupun selanjutnya sehingga adanya perubahan dan hasil yang baik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tahapan dalam PTK terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Perencanaan (plan)

Perencanaan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran PKn. Perencanaan ini dibuat sesudah peneliti menyikapi kondisi siswa dan fakta yang terjadi. Pada saat perencanaan, peneliti membuat silabus dan rencana pembelajaran dilengkapi dengan sistem penilaian yang akan diberikan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan format observasi yaitu format guru dan siswa, angket, dan pedoman wawancara untuk guru dan siswa.

Perencanaan bersama dilakukan antara peneliti dan guru mitra tentang topik kajian. Materi yang disepakati yaitu tentang Sistem Politik di Indonesia sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah.

2. Tindakan (Act)

Pelaksanaan yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana yang disusun secara bersama sebelumnya. Terkadang perubahan harus dilaksanakan, tatkala kondisi kelas memerlukannya. Tindakan ini diarahkan guna memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas atau mencari solusi permasalahan, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

3. Pengamatan (Observe)

Pengamatan dilakukan pada saat tindakan berlangsung. Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan


(22)

terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar.

4. Refleksi (Reflect)

Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti dan guru mitra mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis data, proses, dan hasil pelaksanaan tindakan sebagai dasar penyusunan rancangan program selanjutnya.

D.Penjelasan Istilah

Dalam mendukung penyelesaian masalah dari penelitian ini agar sesuai dengan ruang lingkup masalah yang dikaji maka peneliti menggunakan beberapa penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Model cooperative learning tipe Think Pair Share

Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan metode yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain (Isjoni, 2010, hlm. 67) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Sedangkan Arends (Komalasari, 2010, hlm. 64) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Metode think pair share adalah metode dalam pembelajaran kooperatif yang memberi siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu satu sama lain serta tidak menyita waktu banyak.


(23)

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam melakukan metode think pair share (Arends, 1997, disadur Tjokrodihardjo, 2003 dalam Komalasari, 2010, hlm. 64-65) adalah:

1) Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.

2) Berpasangan (pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Berbagi (sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah di atas harus dilakukan guru dalam melaksanakan metode Think Pair Share dan guru harus bisa membimbing siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.

2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)

Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) adalah kecakapan kewarganegaraan yang terdiri atas kecakapan intelektual (kecakapan berpikir kritis) dan kecakapan partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah dalam proses politik dan dalam civil society (Branson, 1999, hlm. 17-20). Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) dalam penelitian ini adalah kecakapan berpikir kritis terhadap suatu masalah dan kecakapan partisipasi dalam bekerja sama dengan orang lain pada proses pembelajaran PKn.

Adapun yang menjadi indikator keterampilan kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah:

a. Keterampilan intelektual

Beyer (Sapriya, 2008, hlm. 117) menegaskan bahwa ada seperangkat keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan dalam studi sosial atau untuk


(24)

pembelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial, keterampilan-keterampilan tersebut adalah:

1) Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat 2) Menentukan reliabilitas sumber

3) Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan

4) Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan

5) Mendeteksi penyimpangan

6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan

7) Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yang tidak jelas atau samar-samar

8) Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten

9) Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat

dipertanggungjawabkan

10)Menentukan kekuatan argumen

b. Keterampilan Partisipasi

Welton dan Mallan (Sapriya, 2008, hlm. 156) menyarankan bahwa untuk belajar berpartisipasi di dalam masyarakat, maka para siswa perlu dibelajarkan sejumlah keterampilan sebagai berikut:

1) Bekerja dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar

mengorganisir, merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan.

2) Membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok lain.

3) Melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan bargaining.

4) Bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan.

5) Berusaha memperbanyak pengalaman dalam situasi budaya yang

berbeda-beda. E.Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan siswa yang ditujukan untuk mengamati proses pembelajaran,

kuesioner/angket untuk melihat presentasi peningkatan keterampilan


(25)

mengetahui informasi dan mengumpulkan data berkenaan dengan pelaksanaan tindakan, studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan informasi berkaitan dengan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan dapat efektif sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi kedalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pra penelitian ke lapangan untuk melihat permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal yang dilakukan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas kemudian melihat proses pembelajaran di kelas dan melakukan wawancara dengan siswa. Setelah melakukan pra penelitian, peneliti mengajukan proposal penelitian kepada pembimbing.

2. Tahap Perizinan Penelitian

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan prosedur perizinan yaitu:

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan untuk diteruskan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan I dengan nomor surat 100/UN40.2.4/DT/2014.

b. Surat permohonan izin penelitian dari jurusan diberikan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI dengan nomor surat 416/UN.40.2.DI/PL/2014.

c. Pembantu Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat

permohonan izin penelitian skripsi kepada Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kab. Tasikmalaya dengan nomor surat 0226/UN40.10/PL/2014.


(26)

d. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kab. Tasikmalaya mengeluarkan surat permohonan izin penelitian skripsi kepada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya dengan nomor surat 070/267/KBL.

e. Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya mengeluarkan surat izin melakukan penelitian di SMA KHZ Musthafa Sukamanah dengan nomor surat 070/0728/Disdik.

f. Kepala Sekolah SMA KHZ Musthafa Sukamanah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di kelas X-2.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Pada tahap ini peneliti mengadakan wawancara dengan siswa dan guru mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung dan penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Selain itu, peneliti mempersiapkan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian.

G.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibutuhkan untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner/angket, studi dokumentasi, dan catatan lapangan (fieldnotes).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti langsung meneliti ke lokasi penelitian yaitu SMA KHZ Musthafa Sukamanah, dan melakukan pengamatan terhadap penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa di kelas X-2. Hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa memperoleh data secara langsung dan gambaran lebih jelas mengenai proses pelaksanaan pembelajaran


(27)

PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share yang dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

Sebagaimana menurut Nasution (2003, hlm. 106), mengatakan bahwa observasi adalah:

Alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.

Sejalan dengan pendapat Arikunto (2008, hlm. 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai kondisi objek penelitian.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang ditujukan untuk mengamati proses pembelajaran. Lembar observasi ini dibutuhkan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran PKn melalui model cooperative learning tipe think pair share. Penelitian aktivitas guru dan siswa dalam observasi dilakukan dengan cara penskoran data dan deskripsi data dari skor tersebut.

Skor 4 = sangat baik Skor 3 = baik

Skor 2 = cukup Skor 1 = kurang

(Kunandar, 2007, hlm. 299) Rata-rata akhir:

3,01-4,00 : sangat baik 2,01-3,00 : baik

1,01-2,00 : cukup 0,00-1,00 : kurang (Sudjana, 1989, hlm. 77) 2. Wawancara


(28)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah guru mata pelajaran PKn dan siswa-siswa kelas X-2 dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan. Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperolah data dan informasi yang berkenaan dengan penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

3. Kuesioner/angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012, hlm. 199). Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada siswa-siswi kelas X-2 untuk memperoleh data mengenai penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn dan mengukur peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

4. Studi dokumentasi

Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terekam, yang dapat dipakai, sebagai bukti atau keterangan. Sedangkan menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 79), mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisis data-data yang berupa dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dokumentasi yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini


(29)

adalah profil sekolah, buku yang digunakan oleh guru PKn, foto, gambar-gambar dan lain-lain yang ditemukan selama penelitian.

5. Catatan lapangan (fieldnotes)

Bogdan dan Bikle (Moleong, 2005, hlm. 209) mengatakan bahwa ‘catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam kualitatif’. Dalam penelitian ini, peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas X-2 dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

H.Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif, peneliti mengacu pada teknik yang dikemukakan oleh Moleong (2005, hlm. 190) sebagai berikut:

1. Reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, yang merupakan usaha untuk membuat rangkuman isi.

2. Menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan

sambil membuat koding.

3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan kemudian diakhiri

dengan penafsiran data.

Dengan mengacu pada pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian dan pengelompokan data, data yang sudah terkumpul diseleksi, dirangkum dan disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Setelah itu dikelompokan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat. Kategorisasi data didasarkan pada tiga aspek, yaitu:


(30)

a. Latar atau konteks kelas, yaitu berupa informasi umum dan khusus tentang latar fisik kelas dan latar para pelaku (guru dan siswa).

b. Proses pembelajaran, yaitu berupa informasi umum tentang interaksi sosial guru dan siswa, interaksi siswa dengan kelompoknya, interaksi antar kelompok siswa di kelas, dan suasan kelas selama pembelajaran model cooperative learning tipe think pair share berlangsung.

c. Aktivitas, yaitu berupa informasi umum tentang tindakan para pelaku yaitu tindakan guru dan siswa. Aktivitas guru dan siswa diamati menggunakan format observasi dengan menggunakan penskoran data, dan deskripsi dari skor tersebut, yaitu:

Skor 4 = Sangat baik Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup Skor 1 = Kurang

Perolehan skor

Presentase aktivitas guru = x 100%

Seluruh aktivitas Perolehan skor

Presentase aktivitas siswa = x 100%

Seluruh aktivitas

Setelah dihitung kemudian hasilnya diklasifikasi, adapun klasifikasi hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa

Rentang Skor Kategori

76% - 100 % Sangat Baik

51% - 75% Baik

26% - 50% Cukup

< 25% Kurang


(31)

2. Validasi data dilakukan untuk membuktikan kesesuaian antara yang telah diamati peneliti dengan yang ada dalam dunia nyata. Validasi dilakukan melalui teknik versi Hopkins (dalam Wiriatmadja, 2008, hlm. 168-171) yaitu: a. Member chek, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dan angket dari narasumber, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan sifatnya tetap tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu diperiksa kebenarannya.

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang peneliti sendiri dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan dalam situasi yang sama. Menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2008, hlm. 168) mengemukakan bahwa “triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, siswa, dan yang melakukan pengamatan atau observasi (peneliti).”

c. Audit Trial, yaitu mengecek kebenaran hasil penelitian beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan hasil-hasil temuan bersama teman-teman sekelompoknya (peer group).

d. Expert opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan penelitian oleh pakar yang profesional dibidang ini, yaitu dosen pembimbing. Pada tahapan akhir ini dilakukan perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan analisis yang dilakukan akan mengingatkan derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.

e. Key responden review, yaitu meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti atau orang yang hendak mengetahui tentang penelitian tindakan kelas, untuk membaca draft awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya.

3. Interpretasi data, setelah data dikumpulkan, diseleksi, dikelompokan serta diperiksa keabsahannya, tahap selanjutnya adalah dilakukan interpretasi terhadap keseluruhan data penelitian untuk memberikan makna terhadap data-data yang telah diperoleh, sehingga masalah penelitian bisa dipecahkan atau


(32)

dijawab. Interpretasi dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan temuan peneliti berdasarkan acuan normatif praktis dan aturan teoritik yang

telah disepakati mengenai proses pembelajaran. Kemudian

menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus

c. Mengolah dan menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa

d. Mendeskripsikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan analisis di atas.

Mengolah dan menganalisis data kuantitatif berupa angket dengan cara menghitung presentase setiap item pernyataan. Adapun cara menghitungnya dengan merujuk pada pendapat Kuntjaraningrat (Sarpiah, 2003, hlm. 33) yaitu sebagai berikut:

F = E x 100% N

Keterangan:

F = Jumlah presentase setiap pernyataan

E = Jumlah siswa yang memilih/menjawab skor N = jumlah seluruh subjek/responden


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan umum yaitu penerapan model cooperative learning tipe think pair share mampu meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran PKn di kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah.

Adapun kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan guru dalam implementasi model Cooperative Learning tipe Think

Pair Share pada pembelajaran PKn di kelas X-2 adalah menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu tentang suprastruktur dan infrastruktur politik di Indonesia, perbedaan sistem politik di berbagai negara, dan peran serta dalam sistem politik di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Think Pair Share, media pembelajaran yang digunakan pada siklus I dan II adalah kartu masalah yang berisi artikel dan pada siklus III adalah artikel dari internet, dan alat penilaian berupa pedoman observasi guna mengamati aktivitas pembelajaran dan penilaian individu serta penilaian kelompok.

2. Pelaksanaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran PKn diterapkan sesuai dengan langkah-langkah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share Siswa berpikir sendiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru selama beberapa menit, kemudian berpasangan dan mendiskusikan apa yang diperoleh masing-masing, setelah itu setiap pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas mengenai permasalahan yang telah didiskusikan. Pelaksanaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada siklus I belum menunjukkan hasil yang optimal, siswa yang berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran hanya sebagian kecil. Pada siklus II mulai muncul beberapa siswa lain yang aktif dan pada siklus III mayoritas siswa bisa berpartisipasi dan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga penerapan model Cooperative Learning tipe


(34)

Think Pair Share pada proses pembelajaran PKn mengalami kenaikan pada setiap siklusnya.

3. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I, II, dan III bahwa keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa meningkat setelah diterapkannya model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn di kelas X-2. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil observasi aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I, II, dan III adanya peningkatan. Pada siklus I masih banyak siswa yang pasif dalam pembelajaran, kemudian pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan siswa yang tadinya pasif menjadi aktif dan pada siklus III mayoritas siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, penilaian individu dan kelompok menunjukkan hasil positif dan peningkatan pada setiap siklusnya, sehingga penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn mampu meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa kelas X-2. 4. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model Cooperative Learning

tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn adalah guru kurang menguasai keterampilan dalam mengelola kelas, guru kurang memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, guru kurang menguasai keterampilan dalam membimbing diskusi kelas maupun diskusi kelompok, dan terkadang hal-hal yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.

5. Upaya guru mengatasi hambatan dalam menerapkan model Cooperative

Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn adalah guru melakukan refleksi setiap selesai menerapkan model, sehingga hal-hal yang belum optimal dapat diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu guru mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, membimbing, dan dapat membangun kelas yang demokratis sehingga dapat mengelola kelas dengan baik. Kemudian guru harus memotivasi siswa salahsatunya dengan memberikan reward apabila siswa dapat berpartisipasi, memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi sehingga siswa dapat mengikuti proses diskusi dengan baik. Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh guru guna


(35)

memperbaiki proses pembelajaran pada setiap siklus, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B.Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat mengembangkan dan mengimplementasikan Cooperative Learning tipe Think Pair Share sesuai dengan tahapan-tahapannya.

b. Guru diharapkan dapat termotivasi dan menciptakan model-model baru yang lebih kreatif, inovatif, dan variatif agar mampu menumbuhkan semangat siswa dan meningkatkan partisipasi belajar siswa.

c. Keberhasilan guru dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share salah satunya ditentukan oleh keterampilan guru dalam mengelola kelas dan diskusi. Oleh karena itu, guru harus menguasai keterampilan-keterampilan tersebut agar dapat berjalan secara maksimal.

2. Bagi Siswa

a. Walaupun siswa sudah mengalami peningkatan dalam keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) melalui model Cooperative Learning tipe Think Pair Share, namun alangkah baiknya agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar PKn misalnya dengan membaca dan memahami materi dari buku teks dengan berbagai sumber maupun mencari informasi baik itu dari televisi, internet, majalah, koran, dll.

b. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran PKn, sehingga pembelajaran PKn dapat lebih interaktif dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya.


(36)

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah berjalan secara maksimal, maka hendaknya sekolah memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan mendukung dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran agar lebih berkualitas. Sekolah juga harus memberikan keleluasaan guru mata pelajaran untuk menerapkan metode baru yang lebih inovatif dan kreatif sehingga dapat menimbulkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada mahasiswa mengenai model-model pembelajaran untuk bekal mengajar ketika sudah menjadi guru dan memberikan fasilitas yang menunjang mahasiswa untuk berkreasi dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga dapat diimplementasikan di sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn. Selain untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa, peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan variabel lain, seperti penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, kemudian dapat menggunakan metode eksperimen untuk melihat pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Share terhadap keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.


(37)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, I. K. dan Susatim, M. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia.

Branson, M. S. (1999). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Danial, E. dan Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Kewarganegaraan: Departemen Pendidikan Nasional.

Djahiri, A. K. (2006). PKN Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Gatara, A. S. dan Sofhian, S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung: Fokusmedia.

Hassoubah, Z. I. (2004). Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Huda, M. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M., dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Unesa.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julianti. (2000). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: UPI.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.


(38)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN Kunandar. (2007). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahmat, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sa’dijah, C. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS). Malang: Lembaga Penelitian UM.

Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.


(39)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy.

Suryabrata, S. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Usman, U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT

Grafindo Persada.

Winataputra, U. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

B.Sumber Jurnal dan Prosiding Seminar

Komalasari, K. (2012). The Effect of Contextual Learning in Civic Education on Students Civic Skills. Educare Journal: International Journal for Educational Studies, 4(2), hlm.179-189.

Maftuh, B. dan Sapriya. (2005) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus: Implementasi KBK Dalam Pendidikan Kewarganegaraan dalam Berbagai Konteks, 1(5), hlm. 319-328.

Setiawan, D. (2008) Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemberdayaan Warga Negara dan Implikasinya terhadap Restrukturisasi Isi Kurikulum. Jurnal Civicus: Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Kemasyarakatan. 2(11), hlm. 749-762.

Zuriah, N. (2009). Pengembangan Kompetensi Kewarganegaraan Multikultural di Era Global (Peluang dan Prospeknya pada Perkuliahan PKn di Lingkungan Perguruan Tinggi). Dalam: Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.

(penyunting) Prosiding Seminar Internasional Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI, hlm. 146-162.


(40)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN C.Sumber Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(1)

131

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperbaiki proses pembelajaran pada setiap siklus, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B.Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat mengembangkan dan mengimplementasikan Cooperative Learning tipe Think Pair Share sesuai dengan tahapan-tahapannya.

b. Guru diharapkan dapat termotivasi dan menciptakan model-model baru yang lebih kreatif, inovatif, dan variatif agar mampu menumbuhkan semangat siswa dan meningkatkan partisipasi belajar siswa.

c. Keberhasilan guru dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share salah satunya ditentukan oleh keterampilan guru dalam mengelola kelas dan diskusi. Oleh karena itu, guru harus menguasai keterampilan-keterampilan tersebut agar dapat berjalan secara maksimal.

2. Bagi Siswa

a. Walaupun siswa sudah mengalami peningkatan dalam keterampilan kewarganegaraan (civic skills) melalui model Cooperative Learning tipe Think Pair Share, namun alangkah baiknya agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar PKn misalnya dengan membaca dan memahami materi dari buku teks dengan berbagai sumber maupun mencari informasi baik itu dari televisi, internet, majalah, koran, dll.

b. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran PKn, sehingga pembelajaran PKn dapat lebih interaktif dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya.


(2)

132

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah berjalan secara maksimal, maka hendaknya sekolah memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan mendukung dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran agar lebih berkualitas. Sekolah juga harus memberikan keleluasaan guru mata pelajaran untuk menerapkan metode baru yang lebih inovatif dan kreatif sehingga dapat menimbulkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada mahasiswa mengenai model-model pembelajaran untuk bekal mengajar ketika sudah menjadi guru dan memberikan fasilitas yang menunjang mahasiswa untuk berkreasi dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga dapat diimplementasikan di sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn. Selain untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa, peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan variabel lain, seperti penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, kemudian dapat menggunakan metode eksperimen untuk melihat pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Share terhadap keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.


(3)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA A.Sumber Buku

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, I. K. dan Susatim, M. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia.

Branson, M. S. (1999). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Danial, E. dan Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Kewarganegaraan: Departemen Pendidikan Nasional.

Djahiri, A. K. (2006). PKN Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Gatara, A. S. dan Sofhian, S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung: Fokusmedia.

Hassoubah, Z. I. (2004). Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Huda, M. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M., dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Unesa.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julianti. (2000). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: UPI.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.


(4)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kunandar. (2007). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahmat, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sa’dijah, C. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS). Malang: Lembaga Penelitian UM.

Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.


(5)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suryabrata, S. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Usman, U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT

Grafindo Persada.

Winataputra, U. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

B.Sumber Jurnal dan Prosiding Seminar

Komalasari, K. (2012). The Effect of Contextual Learning in Civic Education on Students Civic Skills. Educare Journal: International Journal for Educational Studies, 4(2), hlm.179-189.

Maftuh, B. dan Sapriya. (2005) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus: Implementasi KBK Dalam Pendidikan Kewarganegaraan dalam Berbagai Konteks, 1(5), hlm. 319-328.

Setiawan, D. (2008) Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemberdayaan Warga Negara dan Implikasinya terhadap Restrukturisasi Isi Kurikulum.

Jurnal Civicus: Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan

Kemasyarakatan. 2(11), hlm. 749-762.

Zuriah, N. (2009). Pengembangan Kompetensi Kewarganegaraan Multikultural di Era Global (Peluang dan Prospeknya pada Perkuliahan PKn di Lingkungan Perguruan Tinggi). Dalam: Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd. (penyunting) Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI, hlm. 146-162.


(6)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Sumber Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO PUSAT

0 3 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

0 7 163

PENERAPAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK Penerapan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Colomadu Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 17

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR AND SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS III SD PADA MATA PELAJARAN IPA.

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR

0 0 11