Analisis kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan value for money (studi kasus pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode 2014).

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode 2014 Yuliani Levellin Presisca

122114043

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman melalui pendekatan value for money yaitu dilihat dari segi ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan dokumentasi dan penyebaran kuesioner. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience atau opportunity sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tahun 2014 untuk Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014 masuk dalam kategori sangat ekonomis, sangat efisien dan efektif. Pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian masuk dalam kategori sangat ekonomis, sangat efisien dan cukup efektif. Hasil kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tahun 2014 mampu mencapai hasil yang baik.


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE USING VALUE FOR MONEY APPROACH

A Case Study in the Departement of Agriculture Sleman District in 2014 Yuliani Levellin Presisca

122114043

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

The purpose of this research is to determine the Sleman District Departement of Agriculture`s performance by using Value for Money approach in respect of economic, efficiency, and effectiveness side.

The type of this research is case study. This research was conducted at Sleman District Departement of Agriculture. The data was obtained by using documentation technique and questionnaires analysis. The study used convenience or opportunity sampling technique and get 100 respondents as sample.

The result of this study indicated that Sleman District Departement of Agriculture`s performance at 2014 for farmer`s Prosperity Improvement Program 2014 shows a very economical, very efficient and effective, for Agriculture Product Results Marketing Improvement shows a very economical, very efficient and quite effective. Overall, the performance of Sleman District Departement of Agriculture in 2014 is good.


(3)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yuliani Levellin Presisca NIM: 122114043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yuliani Levellin Presisca NIM: 122114043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“No one can promise tomorrow, just be

good all the time”

-SHRFN-

“Therefore I tell you,

whatever you ask for in prayer,

believe that you have received it, and it will be YOURS

(mark 11:24)’’

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai hidupku

setiap hari

Keluargaku yang selalu mendukung dalam doa dan

pengorbanan

Yang terkasih Mr. A, dan sahabat-sahabatku semua.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTNASI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 8 Agustus 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan


(9)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yuliani Levellin Presisca

NIM : 122114043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014

Berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Yuliani Levellin Presisca


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dan memberikan kasih setianya tiada ukur.

2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Lisia Apriani, SE., M.Si., Ak., QIA., CA selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh staff dan pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Sleman yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Mbah ku tercinta Mbah Prapto yang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam hidupku.

6. Orang Tuaku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan nasehat.

7. Adik-adikku Daniel Septiadi Levellino dan Agustine Ascendya Gradesy yang selalu menyemangati penulis untuk cepat lulus.

8. Anak CIMOOL yang selalu mendukung dan memberikan bantuan dalam bentuk apapun, Mala, Mprit, Lajuk,dan Pam-pam.

9. Mr. A yang selalu memberikan semangat dan dukungan dan bantuan dalam bentuk apapun.


(11)

viii

10.Keluarga Cemara Hip-hip, Keris, Putra, Dian medan, Dwi, Cikha, kak Hapni, kak Riris dan Tona yang selama ini telah berjuang bersama dan memberikan dukungan dan motivasi.

11.Wawan, Oki dan Agnes Lumban Batu yang telah membantu dan mau menyempatkan dirinya dalam proses pembuatan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan kelas MPT yang selama ini telah berjuang bersama dan memberikan dukungan

13.Sahabatku Yohanes Delvin (bonbin) ,Frans Mario Rante dan Yohanes Eko Adventino (bebeb) yang selalu ada setiap aku membutuhkan.

14.Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan Anya, Monika, Anny, Tuin, Mami, Mbak Dian, Agnes, Rima, mbak Dev, Yosia, Monikaadista, mas Dini, Terimakasih untuk doa, semangat, dan bantuan selama ini. 15.Semua teman-teman kos perkutut Mbak Ulfa, Uti, Umi, Ipil, Oyik,

Claudia, Linda dkk yang selalu memberi dukungan dan semangat selama ini.

16.Teman-teman Akuntansi dan Manajemen angkatan 2012, terimakasih untuk canda tawa ,dukungan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga akhir

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... ix

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pengertian Pengukuran Kinerja... 8

B. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja ... 10

C. Manfaat Pengukuran kinerja ... 12

D. Value For Money... 12

E. Indikator Value For Money ... 14

F. Manfaat Implementasi Value For Money ... 15

G. Langkah-langkah Pengukuran Value For Money ... 16

H. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ... 19

I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ... 20

J. Penelitian Terdahulu ... 21

K. Kerangka Kopsetual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28


(13)

x

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Populasi dan Sempel ... 30

F. Variabel Penelitian ... 30

1. Ekonomi ... 31

2. Efisiensi ... 31

3. Efektivitas ... 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 31

1. Uji Validitas ... 31

2. Uji Reliabilitas ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 32

1. Pengukuran Ekonomi ... 33

2. Pengukuran Efisiensi ... 34

3. Pengukuran Efektivitas ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

A. Profil Dinas Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Kab.Sleman ... 40

B. Visi dan Misi ... 40

C. Tugas dan Fungsi ... 41

1. Tugas Pokok dan Fungsi ... 41

2. Tugas Tambahan ... 43

D. Sumber Daya Manusia ... 43

E. Struktur Organisasi ... 46

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 47

A. Deskripsi Data ... 47

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

C. Analisis Data ... 51

D. Pembahasan ... 65

BAB VI PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Persentase Penilaian Ekonomi ... 34

Tabel 3.2 Persentase Penilaian Efisiensi ... 35

Tabel 3.3 Persentase Penilaian Efektifitas ... 39

Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 48

Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas ... 50

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 50

Tabel 5.6 Penghitungan Nilai Ekonomi Berdasarkan Data Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014 ... 52

Tabel 5.7 Penghitungan Nilai Ekonomi Berdasarkan Data Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Periode 2014 ... 54

Tabel 5.8 Penghitungan Nilai Efisiensi Berdasarkan Data Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014 ... 56

Tabel 5.9 Penghitungan Nilai Efisiensi Berdasarkan Data Anggaran dan Realisasi Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Periode 2014 ... 58

Tabel 5.10 Interval Kepuasan Petani Program Peningkatan Kesejahteraan Petani ... 62

Tabel 5.11 Interval Kepuasan Petani Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan... 64


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Value For Money ... 12 Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 26 Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kabupaten Sleman... 46


(16)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode 2014 Yuliani Levellin Presisca

122114043

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman melalui pendekatan value for money yaitu dilihat dari segi ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan dokumentasi dan penyebaran kuesioner. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience atau opportunity sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tahun 2014 untuk Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014 masuk dalam kategori sangat ekonomis, sangat efisien dan efektif. Pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian masuk dalam kategori sangat ekonomis, sangat efisien dan cukup efektif. Hasil kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman pada tahun 2014 mampu mencapai hasil yang baik.


(17)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE USING VALUE FOR MONEY APPROACH

A Case Study in the Departement of Agriculture Sleman District in 2014 Yuliani Levellin Presisca

122114043

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

The purpose of this research is to determine the Sleman District Departement of Agriculture`s performance by using Value for Money approach in respect of economic, efficiency, and effectiveness side.

The type of this research is case study. This research was conducted at Sleman District Departement of Agriculture. The data was obtained by using documentation technique and questionnaires analysis. The study used convenience or opportunity sampling technique and get 100 respondents as sample.

The result of this study indicated that Sleman District Departement of Agriculture`s performance at 2014 for farmer`s Prosperity Improvement Program 2014 shows a very economical, very efficient and effective, for Agriculture Product Results Marketing Improvement shows a very economical, very efficient and quite effective. Overall, the performance of Sleman District Departement of Agriculture in 2014 is good.


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

You can not manage what you can not measure, demikian guru manajemen Peter Drucker pernah berujar. Spirit kalimat ini mengindikasikan bahwa pengelolaan kinerja manajemen atau kinerja bisnis selalu harus dilakoni melalui proses dan hasil yang terukur. Tanpa manajemen yang berbasis pada indikator yang terukur dan objektif, sebuah gerak organisasi bisnis bisa terpeleset menjadi sejenis paguyuban yang tidak produktif (Drucker, 1992:11).

Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering menilai organisasi sektor publik sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Masyarakat yang semakin cerdas dan kritis juga menuntut dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Tuntutan masyarakat ini sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999 yang digunakan sebagai dasar bagi serangkaian reformasi kelembagaan dalam menciptakan good governance, yaitu pemerintahan yang bersih, ekonomis, efektif, transparan, responsif, dan akuntabel. Akuntabilitas publik sesuai dengan karakteristik pelaksanaan good governance yang diberikan oleh United Nation Development Program (UNDP) dalam Mardiasmo (2009:4), meliputi partisipasi (participation), penegakan hukum (rule of law), transparansi (transparency)


(19)

Akuntabilitas publik sesuai dengan karakteristik pelaksanaan good governance yang diberikan oleh United Nation Development Program (UNDP) dalam Mardiasmo (2009), meliputi partisipasi (participation), penegakan hukum (rule of law), transparansi (transparency), daya tanggap (responsiveness), orientasi kepentingan umum (consensus orientation), kesetaraan (equity), efisiensi dan efektivitas (efficiency and effectiviness), akuntabilitas (accountability), dan visi ke depan (strategic vision). Dalam konteks organisasi pemerintahan, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder) (Mahmudi, 2007: 9). Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilaksanakan organisasi publik. Pengukuran kinerja adalah faktor penting di dalam suatu organisasi, termasuk juga untuk organisasi sektor publik. Pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan tepat sasaran. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas


(20)

organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mardiasmo, 2009:7).

Pengukuran kinerja juga merupakan salah satu faktor penting dalam pengimplementasian manajemen strategis. Hal ini penting karena pengukuran kinerja merupakan salah satu tahapan dalam siklus manajemen strategis. Dengan memahami siklus manajemen strategis tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran kinerja merupakan tahapan yang sangat vital bagi keberhasilan implementasi manajemen strategis. Rencana strategis yang telah ditetapkan oleh organisasi membutuhkan wahana untuk mewujudkannya dalam bentuk aktivitas keseharian organisasi. Implementasi rencana strategis akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan jika ditunjang oleh pola pengukuran kinerja yang berada dalam koridor manajemen strategis. Hasil pengukuran kinerja sektor publik harus dilaporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kinerja. Pembuatan laporan tersebut merupakan manifestasi dilakukannya akuntabilitas publik (Mahmudi, 2007: 7).

Kinerja organisasi sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan organisasi sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja organisasi sektor publik. Oleh


(21)

karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja non finansial. Dalam rangka memperoleh hasil pengukuran yang objektif dan menyeluruh mencakup aspek yang bersifat tangible maupun intangible maka metode pengukuran kinerja harus didesain sedemikian rupa agar bisa representatif selain juga applicable. Ada beberapa alat dalam pengukuran kinerja, antara lain menggunakan metode balance score card dan metode value for money. Dalam metode balance score card terdapat empat perspektif yang dinilai yaitu perspektif keuangan (financial), perspektif konsumen (customer), perspektif proses bisnis/intern (internal), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (growth and learn), sedangkan dengan metode value for money terdapat tiga elemen utama yang dinilai yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik karena kinerja pemerintah tidak bisa dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Efisien berarti pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu, sedangkan efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan


(22)

hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. Dari ketiga elemen pokok value for money tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup (Mardiasmo, 2009: 4). Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan berarti bahwa semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan, tanpa diskriminasi atau hak istimewa bagi kelompok tertentu. Pemerataan atau kesetaraan berarti pemerintah harus menerapkan pemerataan pelayanan kepada seluruh masyarakat, dengan mengutamakan pelayanan bagi masyarakat yang lebih membutuhkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari segi ekonomi?

2. Bagaimana kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari segi efisiensi?

3. Bagaimana kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari segi efektivitas?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari elemen ekonomi.


(23)

2. Mengetahui kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari elemen efisiensi.

3. Mengetahui kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode tahun 2014 ditinjau dari elemen efektivitas

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Organisasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pihak manajemen Dinas Pertanian Kabupaten Sleman tentang penilaian kinerja dengan konsep value for money sebagai evaluasi kinerja yang selama ini dijalankan.

2. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana yang tepat untuk menerapkan teori dan pengetahuan yang telah didapat di bangku kuliah,dan juga dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan khususnya dengan masalah yang berkaitan dengan value for money.

3. Bagi Perpustakaan Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian topik serupa di masa yang akan datang.


(24)

E. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung dan hasil penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan jenis penelitian, objek penelitian, sampel dan populasi, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai objek penelitian yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

Bab V Analisis Data Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data, dan pembahasannya.

Bab VI Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pihak berkepentingan.


(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja

1. Pengertian Pengukuran Kinerja

Secara umum, apabila kinerja perseorangan diberi penghargaan, maka kemungkinan kinerja akan di beri penghargaan tinggi, sehingga hal ini menyebabkan tingginya usaha perseorangan untuk menghasilkan kinerja. Jika kinerja perseorangan tidak diberi penghargaan, maka kemungkinan kinerja diberi penghargaan akan rendah, sehingga hal ini menyebabkan rendahnya usaha perseorangan untuk menghasilkan kinerja.

Pengertian kinerja menurut Mulyadi (2007: 337) adalah: Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategic yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. Keberhasilan pencapaian strategic perlu diukur. Itulah sebabnya sasaran strategic yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu ditentukan ukurannya, dan ditentukan inisiatif strategic untuk mewujudkan sasaran tersebut. Sasaran strategic beserta ukurannya kemudian digunakan untuk menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian kinerja, untuk menentukan penghargaan yang akan diberikan kepada personel, tim, atau unit organisasi. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2007: 419) adalah : penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi


(26)

9

landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi Berdasarkan hal tersebut, penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba, menunjukkan bahwa laporan rugi laba menggambarkan suatu aktivitas dalam satu tahun sedangkan neraca menggambarkan keadaan pada saat akhir tahun tersebut atas perubahan kejadian dari tahun sebelumnya. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial (Mardiasmo 2002: 121). Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud yaitu pengukuran kinerja sektor public dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber


(27)

10

daya dan pembuatan keputusan, dan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Menurut BPKP (2000) dalam Mahsun (2006: 33) cakupan pengukuran kinerja sektor publik harus mencakup item-item sebagai berikut:

a. Kebijakan (policy): untuk membantu pembuatan maupun pengimplementasian kebijakan.

b. Perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting): untuk membantu perencanaan dan penganggaran atas jasa yang diberikan dan untuk memonitor perubahan terhadap rencana.

c. Kualitas (quality): untuk memajukan standarisasi atas jasa yang diberikan maupun keefektifan organisasi.

d. Kehematan (economy): untuk me-review pendistribusian dan keefektifan penggunaan sumber daya.

e. Keadilan (equity): untuk menyakini adanya distribusi yang adil dan dilayani semua masyarakat.

f. Pertanggungjawaban (accountability): untuk meningkatkan pengendalian dan mempengaruhi pembuatan keputusan.

2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Menurut Robert & Anthony (2001: 52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi.


(28)

1. Menentukan strategi

Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara eksplisit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional di bawahnya. 2. Menentukan pengukuran strategi

Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa pengukuran saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.

3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen

Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.

4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan

Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu. Pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.


(29)

3. Manfaat Pengukuran Kinerja

Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karier. Bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen sumber daya manusia secara efektif.

B. Value for Money

1. Pengertian Value for money

Value for money menurut Mardiasmo (2009: 4) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Secara skematis, value for money dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Konsep Value for Money

ekonomi efisiensi efektivitas


(30)

Pendapat lain dijabarkan oleh Audit Commision dalam Final Report yang disampaikan oleh ITAD yang mengungkapkan:

VFM is about obtaining the maximum benefit over time with the resources available. It is about achieving the right local balance between economy, efficiency and affectiveness, or, spending less, spending well and spending wisely to achieve local priorities... VFM is high when there ie an optimum balance between all three elements, when costs are relatively low, productivity is high and auccessful outcomes have been achieved (Barnett, Chris. et al.: 2010).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa value for money adalah suatu konsep pengukuran kinerja sektor publik yang memiliki tiga elemen utama: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia, di mana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah:

1) Ekonomi

Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalkan input resources dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Mardiasmo, 2009:4). Indikator ekonomi merupakan indikator tentang input. Pertanyaan yang diajukan adalah “apakah organisasi telah mengeluarkan biaya secara ekonomis?” (Bastian, 2006: 78).

2) Efisiensi

Efisiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu


(31)

(Indra Bastian, 2006: 280). Efisiensi merupakan perbandingan output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009: 4).

3) Efektivitas

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, di mana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Indra Bastian, 2006: 280). Jika suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Mardiasmo, 2009: 134).

Dari uraian ketiga elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekonomi terkait dengan input,

2. Efisiensi terkait dengan input dan output, dan 3. Efektivitas terkait dengan output dan tujuan.

2. Indikator Value for Money

Tuntutan masyarakat dalam value for money adalah ekonomis (hemat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien dalam arti bahwa penggunaan/pengorbanannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti pencapaian tujuan dan sasaran. Peranan indikator kinerja pada value for money adalah untuk menyediakan informasi


(32)

sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan (Mardiasmo, 2009: 130). Mardiasmo (2009) juga membagi

indikator value for money menjadi dua, yaitu: 1. Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi)

Ekonomis artinya pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik (spending less). Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang serendah-rendahnya (spending well). 2. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas)

Efektivitas artinya kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan (spending wisely).

3. Manfaat Implementasi Value for Money

Penerapan konsep value for money dalam pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu sendiri maupun masyarakat. Manfaat yang dikehendaki dalam pelaksanaan value for money pada organisasi sektor publik yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya, dan efektif (berhasil guna) dalam mencapai tujuan dan sasaran (Mardiasmo 2009: 130). Manfaat lain dari implementasi konsep Value for Money antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik. 3. Menurunkan biaya pelayanan publik.


(33)

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.

5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik (Mardiasmo 2009: 7).

Dari berbagai manfaat yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan value for money dalam pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat membantu suatu instansi pemerintah agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat dan sesuai sasaran sehingga terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.

4. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money 1. Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang digunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan pengukuran ekonomi adalah:

a) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi

b) Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan?

c) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal? (Mardiasmo 2009: 133)


(34)

Mardiasmo (2009: 4) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan perbandingan antara input dengan input value. Input dalam hal ini adalah target anggaran, sedangkan input value adalah realisasi anggaran. Indra Bastian (2006: 280) mencontohkan biaya pembangunan rumah sakit dapat dikatakan ekonomis jika biaya yang digunakan dalam pembangunan lebih rendah dari yang sesungguhnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu kinerja dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target anggaran dan dapat mencapai output sesuai dengan yang ditetapkan.

Dari penjelasan tersebut, secara matematis pengukuran ekonomi dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ekonomi=

x

100%

2. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar rasio tersebut maka semakin efisien suatu organisasi (Indra Bastian 2006: 280). Mardiasmo (2009: 133) merumuskan efisiensi sebagai berikut:

Keterangan:


(35)

Input : segala sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan suat kegiatan atau program

Pengukuran efisiensi tidak bersifat absolut tetapi bersifat relatif. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan:

a) Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.

b) Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input.

c) Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

d) Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output (Mardiasmo 2009: 134).

3. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Suatu organisasi sektor publik dapat dikatakan efektif apabila organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009: 134). Jadi secara matematis, efektivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Efektivitas

x

100 %

Semakin tinggi nilai rasio efektivitas, maka suatu kegiatan/program dikatakan lebih efektif.


(36)

4. Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.

C. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Desain sistem manajemen kinerja sektor publik tidak dapat dipisahkan dari penentuan standar pelayanan publik. Manajemen kinerja sektor publik belum dikatakan lengkap bila tidak ditetapkan standar pelayanan publik yang menjadi acuan bagi manajemen dalam bertindak. Standar pelayanan publik merupakan standar kinerja minimal yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dalam rangka memenuhi standar pelayanan publik tersebut, setiap unit pelayanan harus menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Standar Pelayanan Minimal menurut Mahmudi (2010: 233) adalah suatu standar dengan batas minimal tertentu untuk mengukur kinerja pelaksanaan kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah, berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.


(37)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib yang didesentralisasikan perlu diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Aturan lebih rinci SPM ini telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar.

Penerapan SPM dimaksudkan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap.

D. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

LAKIP merupakan singkatan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP adalah sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi pemerintah yang merupakan realisasi hasil kegiatan dan menyajikan laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintah. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


(38)

Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Bupati sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir tahun anggaran. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan yang dipercayakan kepada Instansi Pemerintah berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan. LAKIP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai kinerja, dan alat pendorong terwujudnya good governance serta berfungsi sebagai media pertanggungjawaban kepada publik.

E.Penelitian Terdahulu

1. Anisa (2011) melakukan penelitian tentang “Evaluasi Kinerja Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar Melalui Pendekatan Value For Money”. Penelitian Anisa (2011) bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar, melalui pengukuran 3E (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas). Penelitian ini menunjukkan tingkat ekonomi dan efisiensi Dinas Kesehatan Kota Makassar mampu mencapai hasil yang cukup baik. Tetapi,


(39)

tingkat efektivitasnya masih kurang karena didasari tingkat kepuasan masyarakat yang belum maksimal. Penelitian Anisa (2011) menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu (1) wawancara untuk mengetahui tingkat kinerja dari aspek ekonomi; (2) dokumentasi untuk mengetahui tingkat kinerja dari aspek efisiensi; dan (3) kuesioner dengan sampel 100 orang untuk mengetahui tingkat kinerja dari aspek efektivitas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dian Anisa (2011) yaitu sama-sama meneliti kinerja organisasi sektor publik menggunakan analisis value for money, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek penelitian dan metode pengumpulan data. Penelitian terdahulu dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Makassar dan menggunakan tiga metode pengumpulan data, sedangkan penelitian ini dilakukan di Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta dan hanya menggunakan metode dokumentasi dalam pengumpulan datanya.

2. Kuswanti (2014) melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan Value For Money. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul yang diukur menggunakan pendekatan Value For Money (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas). Nilai ekonomi membandingkan realisasi dana yang digunakan dengan dana yang dianggarkan dari data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), nilai efisiensi menggunakan perbandingan output dan input dari data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung kidul dan nilai efektivitas


(40)

dihitung berdasarkan perbandingan nilai outcome dan output, dimana nilai outcome berisi tingkat kepuasan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data yang dibutuhkan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait dari instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, dokumentasi yaitu dengan cara mengutip arsip-arsip dan catatan-catatan yang ada di dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul tahun anggaran 2012, metode penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mengambil data dari buku-buku, makalah, dan jurnal yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan data dengan cara menyebarkan kuesioner sebanyak 100 ekslempar kepada masyarakat pengguna puskemas untuk memperoleh data outcome atau penilaian dari masyarakat Kabupaten Gunung Kidul.

3. Nugrahani (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Penerapan Konsep Value for Money Pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta”. Nugrahani (2007) bermaksud menyederhanakan penilaian kinerja sektor publik dalam hal ini Pemda DIY dengan menggunakan konsep Value for Money yang difokuskan pada ekonomis, efisien, dan efektivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan Pemda DIY cukup ekonomis, dan efisien, tetapi kurang efektif.

Pengumpulan data penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik Pemda DIY berupa data tentang APBD dan realisasi APBD periode 2002-2004, sedangkan sampel yang digunakan dalam


(41)

penelitian ini adalah APBD dan realisasi APBD Pemda DIY periode 4 (empat) tahun. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nugrahani (2007) yaitu sama-sama meneliti mengenai kinerja sektor publik menggunakan konsep value for money. Perbedaan penelitian terletak pada metode analisis data dan objek penelitian. Penelitian terdahulu dilakukan pada Pemda DIY dengan metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif dan kuantitatif, sedangkan penelitian ini akan dilakukan pada Dinas Pertanian DIY dengan metode analisis deskriptif sebagai teknik analisis datanya.

4. Ayuningtyas (2012), melakukan penelitian tentang “Analisis Value For Money Dalam Pengukuran Kinerja Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Yogyakarta Periode Tahun 2009-2011”. Penelitian Ayuningtyas (2012) bertujuan untuk menilai kinerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Data yang didapat dari metode ini adalah data mengenai rencana dan realisasi program pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, sedangkan dokumen sumber yang digunakan adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta periode tahun 2009-2011. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa kinerja Dinas


(42)

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta periode tahun 2009-2011 telah berjalan dengan ekonomis, efisien, dan efektif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis value for money. Perbedaannya terletak pada tempat penelitian yang mengambil pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, sedangkan untuk penelitian yang sekarang mengambil tempat pada Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta.

F. Kerangka Konseptual

Suatu organisasi sektor publik memerlukan adanya pengukuran kinerja untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik tidak hanya berdasarkan pada ukuran finansial saja tetapi juga pada ukuran non-finansial karena tujuan utama organisasi ini bukan memperoleh laba melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik. Value for money adalah konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang berdasarkan tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Penjelasan dari masing-masing elemen sebagai berikut :

1. Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.


(43)

2. Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu. Efisien merupakan perbandingan output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

3. Efektivitas adalah tingkat keberhasilan suatu program dengan target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kerangka pemikiran Value For Money

Sumber : Evaluasi Kinerja Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makasar Melalui Pendekatan Value For Money (Dian Annisa, 2011: 21).

Value For Money menjelaskan hubungan yang optimal antara biaya/sumber daya serta manfaat/hasil yang disampaikan melalui proses yang mengubah input melalui aktivitas kegiatan menjadi output yang diperlukan untuk memicu atau menghasilkan hasil (outcome) yang baik (Kuswanti, 2014: 29).

Kerangka pemikiran di atas maka dijabarkan sebagai berikut: Efektifitas Outcome

Output Efisiensi

Nilai Input

Ekonomi

Input


(44)

1. Outcome adalah penilaian petani terhadap hasil dari setiap output program Dinas Pertanian Kabupaten Sleman tahun 2014 (data diambil melalui kuesioner).

2. Output adalah hasil persentase perhitungan realisasi fisik di lapangan dari setiap kegiatan yang sudah direncanakan dalam Laporan Kinerja mengenai realisasi kegiatan tahun 2014.

3. Nilai Input adalah anggaran belanja untuk kegiatan pada Dinas Pertanian kabupaten Sleman tahun 2014.

4. Input adalah realisasi belanja untuk kegiatan Kabupaten Sleman tahun 2014. Penjabaran dari Outcome, Output, Nilai Input dan Input di atas dijadikan pedoman untuk menghitung dan mengukur kinerja keuangan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman melalui pendekatan value for money yaitu menilai kinerja dari sisi ekonomi, efisiensi dan efektivitas


(45)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati objek tertentu dan dengan waktu yang sudah ditentukan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan oleh sebab itu hasil dan kesimpulan penelitian ini hanya berlaku untuk Pemerintah Kabupaten Sleman

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sub bagian administrasi data dan pelaporan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, sedangkan objek penelitian ini adalah data Pencapaian Realisasi Keuangan Dinas Kabupaten Sleman yang terdapat pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Sleman tahun 2014

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dipilih pada dengan pada Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dengan pertimbangan bahwa selain sangat relevan dengan permasalahan yang diteliti, juga mudah mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan. Lingkup penelitian dalam hal ini adalah untuk membahas pemecahan masalah


(46)

penilaian kinerja berdasarkan value for money sebagai alat ukur kinerja. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Data yang didapat dari metode ini adalah data mengenai rencana dan realisasi program pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu metode pengamatan dari yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung pada objek yang diteliti

3. Kuesioner

Data yang diperoleh dari kuesioner yaitu dengan cara menjawab pernyataan-pernyataan dari peneliti, jawaban respon dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti secara tertulis dilembar yang sudah disediakan. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini, diambil dari kuesioner penelitian sebelumnya namun disesuaikan dengan tempat penelitian yang menjadi objek penelitian yang sedang diteliti yaitu pada Dinas Pertanian Kabupaten Sleman .Dari kuesioner ini diharapkan memperoleh data outcome dari beberapa program yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.


(47)

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:119). Populasi dalam penelitian adalah petani yang berada di Kabupaten Sleman. 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:120). Penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah convenience atau opportunity sampling. Menurut Sarwono (2010: 81), convenience atau opportunity sampling merupakan pemilihan unit-unit analisis yang dianggap sesuai oleh peneliti. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 100 eksempar untuk meneliti outcome atau penilaian dari petani yang berada di Kabupaten Sleman terhadap kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah value for money. Value for money merupakan konsep pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.


(48)

1. Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalkan input yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. 2. Efisiensi

Efisiensi adalah hubungan antara input dan output. Efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya berarti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximing benefits and minimizing costs). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Ada pengertian yang hampir serupa antara efisien dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki penghapusan dan penurunan biaya.

3. Efektivitas

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan operasional dapat dikatakan efektif (berhasil guna) apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Pengujian validitas dan reabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

1. Uji Validitas


(49)

Suatu kuesioner yang dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas di lakukan melalui perbandingan antara nilai r hitung terhadap r tabel. Bila r hitung > r tabel, maka pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengukur apakah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner sudah mengukur apa yang akan penulis ukur.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur semua kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner di katakam reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam SPSS ada fasilitas yang dapat di gunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu melalui uji statistik cronbach alpha dan variabel di katakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0.60, Nunnally ( Ghozali, 2005 ). Semakin tinggi nilai Cronbach’s Alpha (mendekati 1) menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.

H. Teknik Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif (Descriptive Kuantitative Analysis Method). Setelah data terkumpul, selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara diklasifikasi dan dianalisis.


(50)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah kegiatan mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, kemudian menyimpulkannya sehingga hasilnya dapat ditafsirkan (Mudrajad, 2003: 172). Penelitian ini akan mengukur kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman menggunakan tiga elemen yang diteliti. Pengukurannya sebagai berikut: 1. Pengukuran Ekonomi

Ekonomi memiliki pengertian bahwa dalam memperoleh sumber daya (input) sebaiknya dengan harga yang lebih rendah (spending less) atau harga yang mendekati harga pasar. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter (Annisa,2011:24) Dalam penelitian ini pengukuran ekonomi dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ekonomi=

x

100%

Keterangan:

Input : Realisasi belanja untuk Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Input Value : Anggaran Belanja untuk kegiatan pada Dinas Pertanian

Kabupaten Sleman

Suatu kinerja organisasi dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target anggaran dan dapat mencapai output (keluaran) sesuai dengan yang ditetapkan atau 100%.


(51)

Perhitungan tersebut digunakan karena sulitnya mengkonversikan SDM dan sarana dan prasarana yang digunakan ke dalam satuan moneter dan menentukan berapa harga input yang sesungguhnya diperlukan.

Hasil perhitungan kemudian diklasifikasikan sesuai persentase penilaian: Tabel 3.1 Persentase Penilaian Ekonomi

Persentase Penilaian

90-100 Sangat ekonomis

80-99,9 Ekonomis

70-79,99 Cukup ekonomis

60-69,99 Kurang ekonomis

<59,99 Tidak ekonomis

Sumber: Metode Penilaian Kuantitatif (Prasetyo, dkk, 2010: 110) 2. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi merupakan hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan menggunakan sumber daya (input) yang disediakan. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu efisiensi alokasi, efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu (Mahmudi 2010: 88)

Efisiensi =

x

100%


(52)

Output : Persentase Realisasi Kegiatan di Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Input : Persentase Nilai Ekonomis kegiatan di Dinas Pertanian Kabupaten

Sleman

Suatu kinerja organisasi dikatakan efisien apabila keluaran (output) yang dihasilkan mencapai target yang direncanakan atau lebih besar daripada sumber daya (input) yang telah digunakan

Berdasarkan hasil dari perhitungan kemudian diklasifikasikan sesuai persentase penilaian:

Tabel 3.2 Persentase Penilaian Efisiensi

Persentase Penilaian

90-100 Sangat efisien

80-99,9 Efisien

70-79,99 Cukup Efisien

60-69,99 Kurang Efisien

<59,99 Tidak Efisien

Sumber: metode Penelitian Kuantitatif (Prasetyo, dkk, 2010: 110)

3. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan (Mahmudi 2010: 86).

Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran/outcome program-program Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Kab. Sleman, peneliti menyebarkan kuesioner kepada petani di desa Sendang Agung Kab. Sleman.


(53)

Jadi yang menjadi ukuran outcome adalah indeks kepuasan konsumen (IKK) adalah kepuasan yang didapatkan petani di Kabupaten Sleman.

Kepuasan konsumen mengukur rata-rata kepuasan pelanggan dengan memberikan nilai pada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh dari seluruh responden akan diketahui pencapaian indeks kepuasan pelanggan, seperti yang telah dirumuskan oleh Sugiyono (2002: 79) adalah sebagai berikut:

IKK = PP Di mana:

IKK : indeks kepuasan konsumen

PP : perceived performance (kinerja yang dirasakan)

Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 100, dengan total pernyataan dalam kuesioner sebanyak 14 pernyataan, yang dibagi menjadi 6 pernyataan untuk Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014 dan 8 pernyataan untuk Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Periode 2014. Pemberian bobot kuantitatif ini menggunakan skala Likert. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator-indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa


(54)

pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut (Riduwan 2013: 12-13): Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Untuk mengukur nilai efektifitas perlu ditentukan interval kepuasan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan para petani dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Interval = (IK maks – IK min) : 5 Ikmaks = PP x R x Exmaks Ikmin = PP x R x Exmin Keterangan:

IK maks : nilai interval kepuasan maksimal (paling tinggi) IK min : nilai interval kepuasan minimal (paling rendah) PP : jumlah pernyataan/pernyataan pada kuesioner R : jumlah responden

Exmaks : skor penilaian tertinggi pada kuesioner Exmin : skor penilaian terendah pada kuesioner

Dari perhitungan tersebut akan digunakan untuk membantu dalam pembuatan tabel interval kepuasan petani di Kabupaten Sleman.


(55)

Setelah memperoleh data atau indeks kepuasan petani melalui penyebaran kuesioner maka selanjutnya hasil tersebut akan digunakan untuk mengetahui persentase pencapaian outcome dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Outcome = batas bawah skala kategori-batas atas skala kategori

2

/

IK maks x 100%

Setelah mendapatkan nilai outcome, maka rasio efektivitas dapat dihitung dengan cara:

Efektivitas

x

100 %

Keterangan:

Outcome : Penilaian guru-guru (data diambil dari kuesioner yaitu berupa angka sesuai dengan skala Likert yang telah ditentukan)

Output : Persentase Realisasi Kegiatan Dinas Pertanian tahun 2014 Di mana outcomes merupakan penilaian petani kab. Sleman terhadap hasil dari setiap program pemerintah. Sedangkan output merupakan penilaian pemerintah terhadap keluaran dari program dan kegiatan yang telah direalisasikan (Annisa, 2011: 26).

Berdasarkan hasil dari perhitungan kemudian diklasifikasikan sesuai persentase penilaian:


(56)

Tabel 3.3 Persentase Penilaian Efektivitas

Persentase Penilaian

90-100 Sangat Efektif

80-99,9 Efektif

70-79,99 Cukup Efektif

60-69,99 Kurang Efektif

<59,99 Tidak Efektif


(57)

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Profil Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman dibentuk pertama kalinya pada tahun 1995 berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman. Kemudian disempurnakan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sleman Nomor : 6 Tahun 1995 Tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman, kemudian diperbaharui kembali dengan Perbup Nomor. 29 tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman.

B. Visi dan Misi 1. Visi

Sebagai penjabaran visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih maka visi dan misi Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman Tahun 2011 – 2015 adalah sebagai berikut:

”Terwujudnya masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan yang

mandiri, berdaya saing dan sejahtera”.

2. Misi

a. Memberdayakan sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian, perikanan dan kehutanan.


(58)

b. Mengembangkan sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dengan basis agroindustri/aquaindustri untuk memantapkan ketahanan pangan; c. Meningkatkan daya saing dan pemasaran produk pertanian, perikanan,

dan kehutanan;

d. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan lestari.

C. Tugas dan Fungsi

1. Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan berkedudukan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, seperti diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sleman, dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Sleman Nomor 29 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, ketahanan pangan, perikanan dan kehutanan.


(59)

Untuk menyelenggarakan tugas sebelumnya, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mempunyai tugas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, ketahanan pangan, perikanan, dan kehutanan;

b. Pelaksanaan tugas bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, ketahanan pangan, perikanan, dan kehutanan; c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pertanian tanaman pangan

dan hortikultura, perkebunan, peternakan, ketahanan pangan, perikanan, dan kehutanan;

d. Pembinaan dan pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,peternakan, ketahanan pangan, perikanan, dan kehutanan;

e. Penyelenggaraan penyuluhan bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, ketahanan pangan, perikanan, dan kehutanan; dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(60)

2. Tugas Tambahan

Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman mempunyai tugas tambahan melaksanakan tugas/pengawasan terhadap income daerah sesuai dengan:

a. Perda Kabupaten Sleman Nomor : 2 tahun 2012 tanggal 1 Februari 2012 Retribusi Pelayanan Pasar;

b. Perda Kabupaten Sleman Nomor : 5 tahun 2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

c. Perda Kabupaten Sleman Nomor : 7 tahun 2012 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan;

d. Perda Kabupaten Sleman Nomor :10 Tahun 2012 tanggal 29 Juni 2012 tentang Retribusi Penjualan Produk Usaha daerah.

D. Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai Negeri Sipil penyelenggara pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman berdasarkan data tahun 2014 adalah sebanyak 360 orang meliputi 1 orang kepala dinas (eselon II/b), 1 orang sekretaris dinas (eselon III/a), 5 orang kepala bidang (eselon III/b), 33 orang kepala seksi (eselon IV/a), 12 orang kepala UPT (eselon IV/b), 12 orang kepala TU UPT (eselon IV/a), 21 orang pejabat fungsional penyuluh ahli dan 89 orang pejabat fungsional penyuluh terampil, 16 orang pejabat fungsional Pengamat Mutu Hasil Pertanian (PMHP), 1 orang pejabat fungsional arsiparis,


(61)

13 orang pejabat fungsional paramedis, 17 orang pejabat fungsional medis veteriner, dan didukung 203 orang pegawai struktural.

Berdasarkan tingkat pendidikan diperinci sebagai berikut: S2 : 26

S1 : 159 DIII : 62 SLTA : 103 SLTP : 6 SD : 4

Berdasarkan pangkat/golongan sebagai berikut: Golongan IV : 37

Golongan III : 277 Golongan II : 37 Golongan I : 9

Tenaga honorer sebagai berikut:

Tenaga Honorer Daerah/PTT : 7 orang Tenaga Honorer Harian Lepas APBD : 31 orang

Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (Kementan): 54 orang,


(62)

E. Struktur Organisasi

Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan terdiri dari lima bidang teknis yakni:

1. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura 2. Bidang Peternakan

3. Bidang Perikanan

4. Bidang Kehutanan dan Perkebunan, dan 5. Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

Dua belas Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari :

1. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah I (Kec. Moyudan dan Minggir)

2. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah II (Kec. Godean dan Gamping)

3. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah III (Kec. Seyegan, Mlati dan Tempel)

4. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah IV (Kec. Sleman dan Ngaglik)

5. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah V (Kec. Pakem dan Turi)

6. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah VI (Kec. Ngemplak dan Cangkringan)

7. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah VII (Kec. Berbah dan Depok)


(63)

8. UPT Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan/BP3K wilayah VIII (Kec. Kalasan dan Prambanan)

9. UPT Pasar Hewan Ambarketawang dan Rumah Potong Hewan 10.UPT Pelayanan Kesehatan Hewan

11.UPT Sub Terminal Agribisnis 12.UPT Balai Benih Ikan

Berikut ini merupakan bangan struktur organisasi Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman:


(64)

47

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

Kuesioner yang disebarkan kepada petani di Kabupaten Sleman berjumlah 100 kuesioner. Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, dan jenjang pendidikan terakhir. Ringkasan hasil analisis karakteristik responden sebagai berikut:

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

Laki-laki 73 orang 73 %

Perempuan 27 orang 27%

Total 100 orang 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yakni petani di Kabupaten Sleman berjenis kelamin laki-laki. Tabel di atas

menunjukkan petani laki−laki sebesar 73 orang dengan persentase sebesar

73%. Sedangan jumlah petani perempuan sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 27%.


(65)

2. Responden Berdasarkan Usia

Adapun data usia dari responden dapat dijelaskan oleh tabel berikut: Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

20-29 19 orang 19%

30-39 17 orang 17%

40-49 29 orang 29%

50-59 22 orang 22%

>60 13 orang 13%

Total 100orang 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan bahwa usia petani yang paling banyak yakni berusia 40 sampai 49 tahun dengan persentase sebesar 29%.

3. Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir

Jenjang Pendidikan Terakhir responden dikelompokkan menjadi empat yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas SMA/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Diploma (D-2). Tabel di bawah ini merupakan data responden berdasarkan pendidikan terakhir:

Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase (%)

SD 31 orang 31%

SMP 28 orang 28%

SMA/SMK 38 orang 38%

D-2 3 orang 3%

Total 100 orang 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terakhir responden yakni petani di Kabupaten Sleman yang paling banyak adalah SMA/SMK yang berjumlah 38 orang dengan persentase sebesar 38%.


(66)

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen atau alat peneliti yang digunakan benar-benar mencerminkan variabel atau atribut yang diteliti.

1. Uji Validitas Data

Data yang diperoleh dari kuesioner harus diuji validitasnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya data tersebut. Uji validitas penelitian ini dilakukan dengan mencari nilai korelasi Product Moment (Pearson) antara masing-masing item dengan skor total, dengan taraf

signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan (dk = n-2), yaitu dk= 100-2.

Butir pernyataan dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel. Butir

pernyataan dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel. Rumus

untuk menghitung rhitung yaitu rtabel (α,n-2) dari tabel product moment.

Berdasarkan hal tersebut, rhitung adalah rtabel (5%,100-2) = 0,1966. Berikut ini

adalah uji validitas terhadap program peningkatan kesejahteraan petani dan program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan. Tabel di bawah ini merupakan hasil uji validitas:

Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas Program

dan Kegiatan Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Program

Peningkatan Kesejahteraan

Petani

1 0,429 0,1966 Valid

2 0,458 0,1966 Valid

3 0,375 0,1966 Valid

4 0,303 0,1966 Valid

5 0, 552 0,1966 Valid

6 0,490 0,1966 Valid


(67)

Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas (Lanjutan) Program

dan Kegiatan

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan

1 0,590 0,1966 Valid

2 0, 653 0,1966 Valid

3 0,541 0,1966 Valid

4 0,775 0,1966 Valid

5 0,441 0,1966 Valid

6 0,656 0,1966 Valid

7 0,662 0,1966 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa seluruh butir pernyataan tentang program peningkatan kesejahteraan petani dan program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan. Semua butir pernyataan mempunyai nilai rhitung ≥ rtabel 0.1966 sehingga seluruh butir

pernyataan dikatakan valid. 2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai Cronbach's Alpha. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas

Program dan Kegiatan Cronbach's Alpha

Keterangan Program Peningkatan

Kesejahteraan Petani 0,607 Reliabel Program Peningkatan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

0,739 Reliabel


(68)

Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat nilai hasil uji reliabilitas program peningkatan kesejahteraan petani dan program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan sebesar 0,607 dan program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan sebesar 0,739. Berdasarkan nilai Cronbach's Alpha berada di atas 0,60, maka dapat disimpulkan butir-butir instrumen penelitian adalah reliabel.

C. Analisis Data

Analisis kinerja keuangan melalui pendekatan value for money yaitu menilai kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014. Langkah-langkah pengukuran value for money sebagai berikut:

1. Nilai Ekonomi

Nilai Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalkan input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Ukuran ekonomi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dengan cara membandingkan harga yang digunakan organisasi sektor publik dengan organisasi sejenis, membandingkan dengan harga pasar, atau membandingkan dengan anggaran yang telah disetujui. Nilai ekonomi dari program-program yang dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, dapat diukur dengan membandingkan realisasi dana yang digunakan dengan dana yang telah dianggarkan oleh pemerintah.


(69)

Rumus yang digunakan untuk pengukuran Nilai Ekonomi sebagai berikut:

Nilai Ekonomi =

x

100%

Keterangan:

Input : Realisasi Belanja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014

Input Value : Anggaran Belanja Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Periode 2014

a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Berikut ini akan disajikan tabel penghitungan nilai ekonomi berdasarkan data anggaran dan realisasi program peningkatan kesejahteraan petani, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman periode 2014. Tabel 5.6 Penghitungan Nilai Ekonomi Berdasarkan Data Anggaran

dan Realisasi Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Periode 2014

Uraian

Belanja Nilai

Ekonomi (%) Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Pelatihan petani dan pelaku

agribisnis 476.742.250 476.004.750

99,01% Peningkatan

kemampuan lembaga petani

244.623.500 218.686.000 89,40% Penyuluhan dan

pendampingan petani dan pelaku

agrobisnis

138.775.750 138.745.750 99,98%

Sekolah lapang

pertanian 54.594.800 51.913.750 95,09%


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)