PENGARUH PEMBELAJARAN COLLABORATIVE MURDER (MOOD, UNDERSTANDING, RECALL, DETECT, ELABORATE, REVIEW) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan.

(1)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….... x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ………. 10

E. Struktur Organisasi Tesis ………... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……… 12

A. Motivasi Belajar ………... 12

B. Pemahaman Konsep IPS ……….... 27

C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural ……… 39

D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial ………. 41

E. Pemahaman Konsep IPS yang Diharapkan ……… 44

F. Pembelajaran Collaborative ………... 47

G. Pembelajaran Collaborative MURDER ………. 51

H. Teori yang Relevan ………... 60

I. Penelitian Terdahulu ……….. 70

J. Kerangka Pemikiran ……….. 73

K. Hipotesis Penelitian ……… 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 75

A. Lokasi Penelitian ……… 75

B. Populasi dan Subjek Penelitian ……….. 75

C. Desain dan Metode Penelitian ……… 76

D. Definisi Operasional ………... 77

E. Alat Tes Penelitian ………. 79

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 82

G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian ………... 84

H. Skenario Pelaksanaan Penelitian ……… 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 92


(2)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

B. Pembahasan ……… 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 147

A. Kesimpulan……….. 147

B. Saran ………... 149

DAFTAR PUSTAKA ……….. 152

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….


(3)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Motivasi dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting. Mitchell (1997:60-62) menyatakan bahwa “motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu dalam mencapai tujuannya”. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins et all (2008:57-67) bahwa tiga elemen utama dalam definisi motivasi tersebut adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Sementara itu Sardiman (2010: 75) menyatakan bahwa “motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu”. Dalam kegiatan belajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungannya, dan memberikan arah sehingga tujuan yang dikehendaki subjek belajar dapat dicapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Menurut Uno (2010: 23) dalam bukunya “Teori Motivasi dan pengukurannya” menyatakan bahwa :

hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur pendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) hasrat dan keinginan berhasil; 2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) harapan dan cita-cita masa depan; 4) penghargaan dalam belajar; 5) kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.


(4)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Pendapat senada dinyatakan Anderson dan Fraust (Prayitno, 1998:10) bahwa:

motivasi belajar dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menampakkan minat dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa merasa bosan. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya dorong dan energi yang muncul dalam diri peserta didik berperan untuk menggerakkan peserta didik untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Motivasi menjamin keberlangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar tercapai. Motivasi mengubah perilaku seseorang dalam mengarahkan energinya agar aktivitas belajar berlangsung optimal.

Hal inilah yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian. Peneliti memandang terdapat indikasi bahwa peserta didik khususnya kelas VII di SMP Negeri 1 Pangalengan memiliki motivasi belajar yang rendah dalam pembelajaran IPS, hal ini didasarkan atas beberapa informasi awal dari guru mata pelajaran, diantaranya yaitu masih banyak ketidak hadiran tanpa keterangan peserta didik dalam proses pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan berbagai alasan, masih terdapat peserta didik yang meminta izin untuk keluar dari kelas dengan alasan ke toilet dan lain sebagainya. Atas dasar itulah peneliti memandang adanya indikasi kurangnya motivasi belajar yang terdapat pada peserta didik dalam pembelajaran


(5)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

IPS sehingga untuk lebih meyakinkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.

Permasalahan lainnya bahwa pendidikan IPS dirancang untuk mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik, rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, pengembangan diri peserta didik sebagai pribadi (Hasan, 1996:107). Selanjutnya disebutkan pula bahwa mata pelajaran IPS bertujuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Permendiknas No 22 tahun 2006).

Namun pada kenyataannya dilapangan khususnya di tempat peneliti merencanakan penelitian yaitu SMP Negeri 1 Pangalengan, ternyata tujuan di atas kurang terlaksana sesuai harapan. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran IPS adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari pra penelitian yang peneliti lakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru mata pelajaran bahwa hasil tes harian yang mereka lakukan ternyata belum mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran, hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai hasil tes harian masih di bawah kriteria ketuntasan minimal.


(6)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Lemahnya motivasi serta rendahnya pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi pelajaran IPS salah satunya dapat terbentuk oleh proses pembelajaran yang kurang memiliki makna dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri. Dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran masih terjadi dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007:1). Atas dasar ini, tidaklah berlebihan kiranya apabila dalam kenyataan hidup di masyarakat, mata pelajaran IPS dalam pandangan orang tua peserta didik menempati kedudukan "kelas dua" dibandingkan dengan posisi IPA, demikian penegasan Sumaatmadja, (dalam Achmad, 2005).

Sementara itu, menurut Somantri (2001:54), proses pembelajaran IPS di tingkat persekolahan masih mengandung beberapa kelemahan diantaranya :

Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi, dan peran PIPS di sekolah, Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas (not

purposeful). Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi

lainnya terabaikan. Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang

out of date dan kurang mendaya gunakan sumber-sumber lainnya serta proses

pembelajaran masih bersifat berpusat pada guru.

Lemahnya transfer informasi konsep dalam pendidikan IPS tidak memberi tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan. Guru tidak dapat meyakinkan peserta didik untuk belajar IPS lebih bergairah dan bersungguh-sungguh. Peserta didik tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri. Guru lebih mendominasi peserta didik (teacher centered). Kadar pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar peserta didik tidak terlayani. Belum membiasakan pengalaman nilai-nilai kehidupan demokrasi sosial kemasyarakatan


(7)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

dengan melibatkan peserta didik dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas dan sekolah. Dalam pertemuan kelas tidak mengagendakan setting lokal, nasional, dan global, khususnya berkaitan dengan struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Mengajar merupakan salah satu kunci yang mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pembelajaran, dan mengajar seperti ini pulalah yang mendapat kritik keras dari Paulo Freire dengan model pembelajaran pasif, yakni guru menerangkan, murid mendengarkan, guru mendiktekan, murid mencatat, guru bertanya, murid menjawab, dan seterusnya (Freire dalam Schugurensky, 1958:71). Secara umum peneliti memandang proses pembelajaran yang dilakukan ditempat peneliti melakukan penelitian secara umum masih bersifat klasikal, proses pembelajaran masih bersifat terpusat pada guru. Banyak akibat yang ditimbulkan dari pembelajaran yang bersifat individual dan yang hanya berorientasi pada hasil akhir/nilai diantaranya adalah munculnya para lulusan yang tidak siap pakai dan kurang mampu bekerjasama untuk berkarya sebagai akibat dari kurangnya proses selama dalam pendidikan. Selanjutnya akan muncul generasi-generasi yang tidak kreatif dan kurang tanggap membaca peluang apalagi untuk menciptakan lapangan kerja. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2000:45-49), yang menjelaskan bahwa “kelemahan mentalitas bangsa Indonesia setelah revolusi adalah sikap mental yang merendahkan mutu dan sudah hampir hilang kebutuhan akan kualitas dari hasil


(8)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

dari pelaksanaan pendidikan yang bersifat individual serta hanya berorientasi pada hasil tersebut adalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik untuk melakukan proses belajar sehingga dengan rendahnya motivasi untuk belajar mengakibatkan peserta didik sulit sekali untuk memahami konsep-konsep IPS dalam materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang cukup efektif, menyenangkan, berpusat pada peserta didik, saling menjaga solidaritas, dan menjaga rasa tanggung jawab. Metode pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran

collaborative.

Pembelajaran collaborative menurut Gerlach (Setyosari, 2009:7) adalah:

Collaboration is a philosophy of interaction and personal lifestyle were individuals are responsible for their action, including learning and respect the abilities and contributions of their peers”. Menurut pandangan ini, kolaborasi merupakan suatu landasan interaksi dan cara hidup seseorang dimana individu bertanggung jawab atas tindakannya, yang mencakup kemampuan belajar dan menghargai serta memberikan dukungan terhadap kelompoknya. Melalui aktivitas kolaboratif kita dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku kolaborasi, menempatkan perilaku tersebut dalam urutan yang sesuai dan pebelajar mendemonstrasikannya. Hal yang inti berkenaan dengan keterampilan-keterampilan kolaborasi ini adalah kemampuan untuk melakukan tukar pikiran dan perasaan antar pebelajar yang satu dengan yang lainnya pada tingkatan yang sama (Borich, 1996).


(9)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Secara teoritis pembelajaran collaborative adalah suatu filsafat personal, bukan sekedar teknik pembelajaran di kelas, collaborative adalah filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Ted Panitz, 1996). Pada segala situasi, ketika sejumlah orang berada dalam suatu kelompok, collaborative merupakan suatu cara untuk berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan sumbangan setiap anggota kelompok. Didalamnya terdapat pembagian kewenangan dan penerimaan tanggung jawab diantara para anggota kelompok untuk melaksanakan tindakan/ tugas kelompok. Pokok pikiran yang mendasari pembelajaran collaborative adalah konsensus yang terbina melalui kerjasama diantara anggota kelompok sebagai kebalikan dari kompetisi yang mengutamakan keunggulan individu.

Pembelajaran collaborative menekankan pentingnya pengembangan belajar secara bermakna dan pemecahan masalah secara intelektual serta pengembangan aspek sosial. Sumber belajar atau informasi tidak lagi hanya berasal dari guru, tetapi peserta didik juga bisa menjadi sumber informasi dalam belajar. Dengan demikian, pembelajaran collaborative dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para peserta didik bekerja sama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama baik dengan peserta didik lain maupun dengan gurunya. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerja sama di dalam kelas, dikemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warga


(10)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

negara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional bahkan internasional.

Dapatlah terlihat bahwa pembelajaran collaborative mengarahkan pembelajaran pada pembentukan individu untuk dapat bekerjasama dalam keseluruhan pembelajaran, sehingga terhindar dari sifat kompetisi dan saling bersaing. Pembelajaran collaborative idealnya terjadi dalam sebuah kelas yang didalamnya ada sebuah proses pembelajaran yang menginginkan tujuan bersama-sama tanpa adanya egositas individu dalam mencapai keberhasilan tetapi sebaliknya tujuan kolektiflah yang menjadi hal yang utama sehingga pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi seluruh peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diharapkan pembelajaran

collaborative MURDER efektif dan dapat meningkatkan motivasi belajar pada

peserta didik dan meningkatkan kemampuan dalam memahami konsep dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran yang efektif dapat terjadi apabila para peserta didik secara aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna dan aktif terlibat dalam berinteraksi dengan materi pelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang konseptual dan faktual maka dapat dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada pengaruh penggunaan model pembelajaran collaborative MURDER pada pembelajaran IPS


(11)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Apakah penggunaan pembelajaran collaborative MURDER dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep pada peserta didik bila dibandingkan dengan peserta didik yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional ?”

Berdasar pada uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?

2. Apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ?


(12)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi peserta didik, diharapkan dengan model pembelajaran collaborative

MURDER ini dapat membantu dan memberikan motivasi pada dirinya

untuk belajar aktif secara mandiri sehingga pemahaman konsep yang berkaitan dengan materi pelajaran IPS dapat meningkat.

2. Bagi guru/ pendidik, diharapkan dapat memberikan masukan bahwa

collaborative MURDER merupakan salah satu metode yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS pada peserta didik.

3. Bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan merupakan bahan masukan sebagai salah satu alternatif metode dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan motivasi belajar pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS


(13)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, E. Struktur Organisasi Tesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Tesis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Motivasi Belajar

B. Pemahaman Konsep IPS

C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial E. Pembelajaran Collaborative

F. Pembelajaran Collaborative MURDER G. Teori Yang Relevan

H. Penelitian Terdahulu I. Kerangka Pemikiran J. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

B. Populasi dan Subjek Penelitian C. Desain dan Metode Penelitian D. Definisi Operasional

E. Alat Tes Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Teknik pengembangan Alat Tes Penelitian H. Skenario Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(14)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pangalengan yang terletak di jalan Pasirmulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Pertimbangan pemilihan lokasi dan kelas untuk penelitian ini diantaranya bahwa sekolah yang dipilih merupakan tempat penulis bekerja serta telah dilakukannya

pra penelitian yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pangalengan, pra penelitian ini dilakukan agar peneliti mendapatkan

gambaran-gambaran secara khusus tentang permasalahan yang ada di SMP Negeri 1 Pangalengan khususnya berkaitan dengan proses pembelajaran.

B. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 1 Pangalengan yang terdiri dari sepuluh kelas yaitu kelas VII A sampai Kelas VII J. Sedangkan subjek penelitian yang diambil terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas VII C, VII F dan VII D. kelas yang pertama dan kedua dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas yang ketiga dijadikan sebagai kelas kontrol. Agar dapat menghasilkan subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik populasi, maka penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang ditentukan yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2007:68). Pertimbangan penentuan kelas eksperimen dan kontrol


(15)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

berdasarkan pra peneltian yang peneliti lakukan bahwa : 1) Peserta didik dalam kelas yang dijadikan subjek penelitian memiliki kemampuan akademik yang merata. 2) Teknik yang dilakukan oleh sekolah yang menjadi tempat penelitian mengenai penentuan kelas biasanya dilakukan dengan cara melihat nilai dan prestasi peserta didik, artinya peserta didik yang yang berada di kelas awal memiliki nilai yang merata.

Sehingga dapat dilihat berdasarkan hasil tes/ penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS bahwa kelas yang memiliki karakteristik yang hampir sama dari nilai akademik yaitu kelas VII C, VII F dan VII D.

C. Desain dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi (quasi eksperimen) dengan menggunakan nonequivalent ( pretest and

posttest ) Control-Group Design, atau kelompok kontrol pretes-postes. Subjek

penelitian dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan, yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Model pembelajaran collaborative type MURDER. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan, tetapi mendapatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode klasikal. Menurut Creswell (1994:132) nonequivalent

(pretest and posttest) Control Group Design adalah ” in this design, a popular approach to quasi eksperiments, the experimental group A and the control B are sselected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and the only the experimental group received the treatment”.


(16)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kedua tipe pembelajaran yang diterapkan terhadap motivasi belajar dan kemampuan pemahaman konsep. Adapun desain penelitiannya adalah :

Kelompok Pretes Perlakuan Posttest

A O X O

B O O

Waktu

(McMillan & Schumacher, 2001 : 467) Keterangan:

A = Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan B = Kelompok kontrol

O = Pre-test/ post-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol X = Penerapan pembelajaran melalui Model pembelajaran Collaborative type

MURDER.

D. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu didefenisikan dengan jelas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pembelajaran collaborative adalah pembelajaran yang memiliki filosofi pribadi tidak sekedar teknik di kelas tetapi dalam semua situasi peserta didik saling bekerjasama dalam kelompok, saling menghormati dan


(17)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

bertanggung jawab, saling membina, toleransi dan berkontribusi untuk tujuan bersama (Panitz, Ted. 1996[online]). Pembelajaran collaborative

MURDER yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran collaborative MURDER yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik yang terdiri dari langkah-langkah berikut : a) Menyiapkan suasan hati peserta didik agar lebih nyaman dan siap menghadapi pelajaran, b) penyampaian materi pembelajaran dan pembagian tugas terhadap kelompok belajar, c) Pengulangan materi yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman, d) Pendeteksian dan koreksi terhadap pemahaman konsep pada peserta didik apabila ada miskonsepsi, e) Proses elaborasi yang dilakuakan oleh kelompok belajar, dan f) menampilkan hasil tugas yang telah selesai dikerjakan dan selanjutnya di diskusikan. 2. Motivasi belajar adalah dorongan semangat serta perubahan energy dalam

diri peserta didik dengan munculnya perasaan dengan tanggapan adanya tujuan (McDonal dalam Hamalik, 2003:158). Dalam hal ini semangat serta dorongan dalam belajar yang diperoleh peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPS yang berasal dari dalam dan luar diri siswa setelah mendapatkan pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran

collaborative MURDER

3. Pemahaman konsep IPS menurut Banks (1990:23), adalah kemampuan pemahaman kemampuan seseorang anak (peserta didik) untuk menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan konsep-konsep IPS


(18)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

(Anderson dan Kratwohl dalam aksela 2005). Konsep-konsep yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diantaranya adalah masyarakat, interaksi social, benua, waktu, peritiwa, kolonialisme dan skarsitas

E. Alat Tes Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, tes motivasi belajar, tes pemahaman konsep, wawancara guru dan angket siswa. 1. Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik. Berkomunikasi yang tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang ada di dalamnya (Sugiono, 2008:145).

Observasi digunakan karena memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut : a. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data.

b. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensip.


(19)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data untuk memperoleh kesan pribadi dan merasakan suasana situasi yang diteliti (Sugiono, 2008:68)

Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran collaborative MURDER. Data aktivitas siswa tersebut dituangkan dalam lembar obsrvasi aktivitas siswa. 2. Tes Motivasi Belajar

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengukur motivasi adalah menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005: 118)

Secara garis besar variabel yang diukur peneliti jabarkan dalam indikator-indikator yang terukur. Indikator yang terukur dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab responden (peserta didik). Tes motivasi belajar yang diberikan peneliti kepada siswa berupa angket motivasi dengan 5 pilihan alternatif mengenai sikap siswa terhadap motivasi dalam belajar. Angket ini menggunakan skala likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyataan dengan jawaban lima untuk SS (sangat setuju), empat untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), dua untuk TS (tidak setuju), satu untuk STS (sangat tidak setuju). Sedangkan untuk pernyataan negatif digunakan skor sebaliknya yaitu: satu untuk SS (sangat setuju), dua untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), empat TS (tidak setuju), lima untuk STS (sangat tidak setuju).


(20)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Berikut adalah indikator-indikator pengukuran pada variabel motivasi belajar setelah dilakukan pembelajaran collaborative MURDER diantaranya yaitu: minat belajar, ketajaman perhatian, konsentrasi, ketekunan belajar, belajar di rumah, mempunyai terget dalam belajar, kemandirian dalam belajar, tanggung jawab.

3. Tes Pemahaman Konsep IPS

Tes yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran collaborative MURDER. Terdapat 25 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan empat opsi pilihan jawaban untuk mengukur pemahaman konsep IPS pada materi perkembangan masyarakat. Langkah-langkah penyusunan tes tertulis adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam pokok bahasan perkembangan masyarakat.

b. Menyusun soal beserta kunci jawaban, soal dan kunci jawaban yang telah disusun diajukan untuk memperoleh judgment dari dosen pembimbing dan dosen ahli. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban. c. Melakukan uji coba soal yang telah memperoleh judgment kepada siswa

yang telah menerima materi perkembangan masyarakat.

d. Menganalisis hasil uji coba soal meliputi validitas item, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.


(21)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep IPS peserta didik menggunakan taksonomi Bloom revisi pada jenjang pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).

4. Angket

Angket merupakan salah satu alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan secara tertulis dengan kemungkinan jawaban yang diberikan kepada responden (Arikunto, 2005:28). Angket yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai implementasi pembelajaran collaborative MURDER sebagai refleksi. Angket yang diberikan berupa pernyataan dengan dengan alternatif jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)

5. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Sepihak di sini maksudnya adalah pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti, sedangkan subjek penelitian tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan (Arikunto, 2005:30).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ditujukan kepada guru mata pelajaran dan peserta didik untuk mengetahui tanggapan guru dan peserta didik mengenai kelebihan dan kekurangan pembelajaran Collaborative MURDER yang telah dilakukan


(22)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu melalui :

Tes, dalam penyusunan tes, diawali dengan penyususan kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor penilaiannya dan nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Dalam penyusunan tes ini, dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, analisis daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep yang telah di pelajari dan tingkat motivasi belajar.

Angket/ kuesioner, bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan peserta didik mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

Lembar observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara peserta didik dan guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran IPS dengan penggunaan Model pembelajaran Collaborative type MURDER dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen 1. Peserta didik Motivasi belajar Pre-test dan Menggunakan


(23)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, sebelum

mendapatkan

perlakuan dan setelah mendapatkan

perlakuan.

Post-test skala likert

2. Peserta didik Pemahaman konsep sebelum

mendapatkan

perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pre-test dan Post-test

Butir soal pilihan ganda

3. Peserta didik dan Guru

Keterlaksanaan model pembelajaran

Collaborative type

MURDER

Wawancara dan observasi

Pedoman

wawancara dan observasi

aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran

G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian

Setelah pembelajaran, diperoleh sejumlah data penelitian berupa data hasil pretest postest, kuesioner dan data hasil observasi. pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian tes pemahaman konsep IPS.

1. Uji Instrumen Penelitian Tes Pemahaman Konsep IPS a. Validitas Butir Soal

Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas konstruk dan uji validitas isi. Uji validitas konstruk dilakukan melalui pendapat ahli (judgement experts) atau dosen yang memiliki keahlian di bidang materi IPS, untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada di dalam instrumen tes. Sementara itu, uji validitas isi dilakukan dengan


(24)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

membandingkan antara isi instrument dengan rancangan materi pelajaran yang akan diajarkan. Selanjutnya soal diujicobakan dan dianalisis dengan menggunakan analisis item (Sugiyono, 2008:173).

Analisis item dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi ( sangat baik 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi ( baik )

0,40 < rxy < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < rxy < 0,40 Rendah ( kurang )

0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang

Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel. Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < t-tabel maka H0 diterima. Sebaliknya, jika thitung > t-tabel maka H0 ditolak.

b. Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Pengujian reliabilitas tes dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal, reliabilitas tes diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu setelah tes dicobakan (Sugiyono, 2008:124).

Uji reliabilitas tes ini dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas tes pilihan ganda di sini


(25)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

adalah teknik Cronbach Alpha. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut (Arikunto , 2002:72) :

Tabel 3.3

Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi ( sangat tinggi ) 0,60 < r11 < 0,80 Tingi ( baik )

0,40 < r11 < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < r11 < 0,40 Rendah ( kurang )

0,00 < r11 < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang )

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < p < 0,30 Soal Sukar

0,30 < p < 0,70 Soal Sedang


(26)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, d. Analisis daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).

Uji daya pembeda dihitung dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D < 0,20 Jelek ( poor )

0,20 < D < 0,40 Cukup ( statisfactory )

0,40 < D < 0,70 Baik ( good )

0,70 < D < 1,00 Baik Sekali ( excellent )

2. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Peserta didik Untuk mengukur peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) dengan rumus Hake dalam (Meltzer, 2002):

g = � −� �

���� −� �

Keterangan :

Spost = Skor Posttest Spre = Skor Pretest


(27)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman konsep peserta didik dengan kriteria seperti pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber : Hake dalam Meltzer ( 2002 )

Efektivitas penggunaan model pembelajaran collaborative MURDER dapat dilihat dari perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran collaborative MURDER dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretest dan

posttest pemahaman konsep IPS peserta didik. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 16.0.

Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Sig. (2-tailed)) > 0,05.


(28)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Uji homogenitas dilakukan pada data skor pretest dan posttest pemahaman konsep IPS peserta didik. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 16.0.

Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data yang dianalisis. Data dikatakan homogen bila nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.

5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest peserta didik pada kelompok eksperimen dengan peserta didik pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata

posttest peserta didik pada kelompok eksperimen dengan peserta didik pada

kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test).

Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data motivasi belajar dan pemahaman konsep peserta didik kedua kelas. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan


(29)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.

H. Skenario Pelaksanaan Penelitian

Skenario dalam penelitian ini di rancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan. Skenario dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Melakukan studi pendahuluan dengan mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dan melakukan studi literatur.

2. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar.

3. Menguji coba instrumen dan menganalisis hasil uji coba instrumen

4. Menentukan subjek penelitian, kelompok ekseperimen dan kelompok kontrol .

5. Melakukan komunikasi, pelatihan dengan guru pendamping mengenai pembelajaran collaborative MURDER agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru pendamping.

6. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui motivasi belajar dan kemampuan awal terhadap pemahaman konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat. 7. Melaksanakan pembelajaran collaborative MURDER pada kelompok


(30)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

8. Memberikan postest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS pada materi pokok perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia. 9. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

10.Menyimpulkan hasil penelitian.

Untuk lebih jelasnya mengenai skenario dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

Studi Pendahuluan

Identifikasi masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian

Studi Literatur : Pembelajaran Collaborative MURDER, Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep IPS

Penyususnan Instrumen : 1. Soal Pilihan Ganda

Pemahaman Konsep 2. Angket Motivasi

Belajar

3. Pedoman Observasi

Penyusunan Rencana Pembelajaran Collaborative MURDER

Validasi, Uji Coba, Revisi

Kelompok Kontrol PRETEST Kelompok Eksperimen

POSTTEST Pembelajaran

Collaborative MURDER Pembelajaran

Konvensional

Pengolahan dan Analisis Data

Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Komunikasi dan pelatihan

kepada Guru pendamping mengenai pelaksanaan

pembelajaran Collaborative MURDER


(31)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Gambar 3.1 Skenario Pelaksanaan Penelitian

Pembahasan


(32)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian, analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Pembelajaran collaborative MURDER, motivasi dan prestasi pada mata pelajaran IPS, di kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Kabupaten Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative MURDER mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara signifikan meskipun dalam kategori sedang. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dalam motivasi belajar IPS antara pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER dengan yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini diperoleh dari indeks peningkatan motivasi yang diukur dengan tes yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas yang belajarnya menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER. Hasil skor rata-rata pretes motivasi belajar kelas eksperimen, kemudian dibandingkan dengan hasil skor postes pada kelas eksperimen, menjadi meningkat yang signifikan. Hal ini berarti peningkatan motivasi belajar yang terjadi dengan menerapkan pembelajaran collaborative MURDER cukup meningkat walaupun dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan motivasi yang signifikan dimana perbandingan antara hasil pretest dan postest meningkat relatif kecil. Hal ini berarti peningkatan yang


(33)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

terjadi tergolong pada kategori rendah. Aktifitas yang paling menonjol selama proses pembelajaran collaborative MURDER yaitu menggambarkan terciptanya suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa mencari sumber belajar melalui media massa, wawancara dan diskusi atau siswa aktif dalam pembelajaran. Partisispasi siswa dalam belajar mencari sumber melalui partisispasi siswa dalam pembelajaran collaborative MURDER tergolong pada kategori tinggi.

2. Pembelajaran collaborative MURDER mampu meningkatkan pemahaman konsep dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Pemahaman Konsep diukur menggunakan tes objektif pada kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh skor rata-rata pretes pemahaman konsep IPS kelas eksperimen sama-sama dalam kategori rendah. Kemudian pada kelas eksperimen mendapat perlakuan (treatment) dengan menggunakan pembelajaran

collaborative MURDER, setelah dilakukan posttes skor pemahaman konsep

IPS kelas eksperimen terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti terjadi peningkatan pemahamn konsep yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan pemahaman konsep yang signifikan dimana hasil pretest dengan kategori rendah. kemudian dilakukan postest namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan atau termasuk pada kategori rendah. Aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional ditemukan bahwa pembelajaran konvensional kurang memperhatikan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran dan mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber atau


(34)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

pusat pembelajaran dengan skor nilai tertinggi dari pengamatan terletak pada perhatian pada ceramah guru.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan bahwa motivasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional. Demikian juga halnya dalam pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana nilai post-tes siswa yang menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Aktivitas proses pembelajaran dengan pembelajaran collaborative MURDER juga lebih menarik bagi siswa, dibandingkan dengan metode konvensional, maka dengan ini peneliti memberikan saran beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk guru, agar dalam pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran collaborative MURDER sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana lebih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari sumber belajar melalui kerjasama dan peserta didik juga akan aktif dalam proses pembelajaran yang bermanfaat. Pemberian kepercayaan kepada siswa untuk mencari sumber-sumber belajar sebagai bentuk pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan proses. Sehingga pembelajaran terpusat pada siswa dan bukan pada guru.


(35)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

2. Untuk kepala sekolah, agar lebih berperan dalam mendorong guru untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran, kepala sekolah hendaknya meningkatkan peranan dan tugasnya dalam memberi bimbingan dan pembinaan kepada guru, khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan mengembangkan keterampilan guru, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan pembelajaran collabirative

MURDER dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah diharapkan dapat

memotivasi dan mengarahkan guru di lingkungan kerjanya untuk dapat mengembangkan dan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengingat pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep IPS peserta didik bahkan efektif juga untuk mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa.

3. Untuk pengawas sebagai pejabat fungsional di lingkungan Dinas Pendidikan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membina profesionalisme guru, hendaknya memberikan bantuan kepada guru mengenai petunjuk teknis mengenai pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya diberi kesempatan pelatihan untuk menggunakan pembelajaran ini. Hal tersebut karena masih sedikit guru yang menguasai metode baik teori maupun praktek.

4. Untuk peneliti lain, guna memperoleh efektivitas dan optimalisasi penggunaan pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan pembelajaran, perlu dilakukan lebih lanjut. Untuk itu bagi peneliti lain yang


(36)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

berminat untuk melakukan ataupun melanjutkan penelitian tentang penerapan pembelajaran collaborative MURDER dimungkinkan terbuka lebar. Mengingat penelitian ini masih terbatas bahkan jauh dari sempurna, baik dari ruang lingkup yang diteliti, maupun dalam kaitannya dengan aspek lain, maka kiranya perlu adanya penelitian lanjutan.


(37)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arif (2005). Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran

IPS di Tingkat Persekolahan.

Tersedia :http://re-searchengines.com/mangkoes6-04-2.html. (10/05/2012). Adam. (2000). Waktu dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper. Ensiklopedi

Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewaruchi.

Arikunto, S., (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Karya.

Ballachey, (1962). Individual In Society: A Textbook of Social Psychology. New York, San Fransisco, Toronto, London: McGraw-Hill Book Company Inc. Banks, J.A. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing,

and Decision Making. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company.

Banks. J. A (1990). Teaching Strategies for the Social Studies, Inquiry, Valuing,

and Decision-Making. New York & London: Longman

Barth, J. L. (1990). Methods of Instruction in Social Studies Education. Maryland: University Press of America.

Bloom, S. (1982). Human Characteristic and School Learning. Chicago: McGraw-Hill Book Company.

Borich, G.D (1996). Teaching Method. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. Bronowski, J (1979). The Common Sense of Science. Cambridge : Harvard

University Press.

Brophy, Jere (2004). Motivating Students to Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates

Brown, H.D. (1980). Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.


(38)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Campbell, Tom. (1994). Tujuh Teori Sosial: Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Diterjemahkan oleh F. Budihardiman. Yogyakarta: Kanisius.

Coffey, et al, (1975). Behavior in Organization. A Multidimensional View, Second edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood Cliffs.

Cohen. (1994), "Restructuring the classroom:Conditions for productive small

groups", Review of Eduicational Research Spring 1994 vol 64 #1 pp1-35.

Cohen. (1976). Educational in Classroom and School. London: Haper And Row Creswell, John. W (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative

Approach. California: Sage Publication.

Dahar (1996), Model-Model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro

Davies, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User

Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly

Degeng, I.Nyoman, S (1991). Kontribusi Jenis Kelamin, Gaya Kognitif, dan

Motivasi Berprestasi terhadap Cara Belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi IKIP Malang, Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan,

Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.

Denon, Donald. (2000). Kolonialisme dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.

Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Bahri, S dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Dwi. J (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan

Kualitas Hasil belajar IPS Siswa Kelas V SD Ma’arif Jogosari Pandaan

Pasuruan. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Ellizabeth, F. Barkley at all.(2005). Collaborative Learning Techniques. San Fransisco: Jessey-Bass


(39)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Fraenkel, Jack R (1980). Helping Student Thinking and Value Strategies for

Teaching the Social Studies. Englewood Clifft. New Jersey:

Prentice-Hall.Inc

Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.

Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instructional Design. Edisi Kedua. New York: Holt Rinehart and Winston

Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. (1954). Cultural Sociology. Cetakan Ketiga. New York: Mc Millan Company.

Goode, Wiliam, dan Paul K. Hatt. (1952). Methods in Social Research. New York: McHill-Hill

Haditono, Siti R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and

Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamalik, Oemar (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamalik, Oemar (2009). Dasar-Dasar pengembangan Kurikulum. Bandung:

Remaja Rosda Karya. Cet.3

Hasan, S. Hamid (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hasan, S. Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi

Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Online tersedia: http://resibaratwaja.blogspot.com/feeds/post/default diakses 05-05-2012 Hudgin, Bryce, B. (1983). Eductional Psychologi. USA. FE Peaback Publisher. Ibrahim dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Izzati Nurma (2010). Meningkatkan Berfikir Matematis Pada Tingkat Koneksi


(40)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Collaborative MURDER, Tesis SPS UPI Pendidikan IPA, Tidak

diterbitkan.

Jacobs, et all. (1997). Cooperative Learning in the Thinking Classroom: Research

and Theoritical Perspectives. Paper presented at the International

Conference on Thinking. Singapore [online] tersedia : http://georgejacobs.net/Cooperative_Learning_in_the_Thinking_Classroo m.doc. 15/05/2012

Jamaris, Martini, (2004). Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan

Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi. Jurnal Ilmu Pendidikan

“Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School

Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social

Psychology, 134 (5).

Johnson, D.W, R. Jhonson, and K. Smith. (1991). Active Learning: Coperative in

the Callage Classroom. Edina, Minn: Interaction Book Company.

Kibler, Robert J, et al, (1981). Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Koentjaraningrat (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (cetakan

kesembilan belas), Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kridaningtyas. N. P (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai

Metode Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Meningkatkan Peran Serta Siswa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Diterbitkan

Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory

of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.

Marx, M.H. (1976). Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing Company, Inc.

Maryani, Enok (2011), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Peningkatan Keteramoilan Sosial. Bandung: Alfabeta

McClelland, David C (1961). The Aschieving Society. Pricenton N.J: Van Nostrad Co, Inc.


(41)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

McMillan dan Schumacher (2001). Penelitian Dalam Pendidikan ( Terjemahan ), Longman New York & London.

Murray, E.J. (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.

Mitchell. (1997). Research in Organization Behavior. Greenwich, CT: JAI Press NCSS (1994). Carting A Course. Social Studies for 21st Century.

Panitz, Ted (1996), A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. tersedia:

http://londonmet.ac.uk/deliberations/collaborativelearning/panitz.html. (10-05-2012)

Panitz, Ted (1997). Collaborative Versus Cooperative learning- a Comparison of

the Two Concepts Which Will Help Us Understand the Underlying Nature of Interactive Learning.

Tersedia :

http://home.capecod.net/~tpanitz/tedsarticles/coopdefinition.htm (12-05-2012)

Permana, H (2009). Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk

Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis

Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Permendinas No 22 (2006). tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Popenoe, David. (1983). Sociology. Fifth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Popham dan Baker (2008). Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, Elida (1998). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta PPLPTK Depdikbud. Reksohadiprojo dan Handoko (1996). Organisasi Perusahaan. Edisi kedua

Yogyakarta: BPFE

Renchler, R (1992). Student motivation, school culture, and academic

achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management-


(42)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Robbins, Stephen P. et all. (2008). Perilaku Organisasi (organization Behavior)

Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Rosyada, D. (2007) Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model pelibatan

Masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: Kencana.

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi) Bandung: Tarsito.

Samuelson, Paul. A dan William D Nordhaus. (1990). Ekonomi. Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka Wasana. Jakarta:Erlanga

Santrock, John W (2007). Educational Psychology, 2rd Edition McGraw-Hill Company, Inc. Edisi Terjemahan Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sapriya at al (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Pres.

Sardiman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman, (2007). Interaksi dan Motivasi Belaja Mengajar. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Sardiman (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Schugurensky, D (1958). Continuum Library of Educational Thought Vol 16. Typeset by Newgen Imaging System Pvt Ltd, Chennai, India. Printed and bound in Great Britain

Schultz, Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company

Schwab, Joseph J (1969). Structure of Dicipline Meaning and Significance dalam G.W Ford et al. The Structure of Knowledge and The Curriculum. Rand McNally Curriculum Series

Setyosari, P. (2009). Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan

Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.

Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Shadily, Hasan. (1952). Sosisologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Pembangunan


(43)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Siregar, E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor, Ghalia Indonesia.

Slavin, R. E. (1991). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Slavin (1994). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo Somantri, S. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Spitzers, R. D. (1995). Super Motivation. (A Blueprint Association) New York Organization. AMACOM. American Management Association. New York Sudrajat, Achmad (2005). Teori-teori Motivasi. http://www.konselingcentre.co.id Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta Bandung.

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. IV

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi SPS UPI. Bandung: tidak

diterbitkan

Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta : Bumi Aksara

Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah (2006). Teori Motivasi dan pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah (2010). Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(44)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Wexley, K.W dan Gray A. Yulk (1977). Organizational Behavior and Personnel

Psycholgy. Homewood Illionois: Richard D. Irwin.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Wiyono, (1995). Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah, Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti-PPPMTK, BP3SD.

Wiyono, Bambang B. (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar,

dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa. Forum Penelitian,

Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15. Nomor 1. Juni 2003. Yana, I. B. (2007). Penerapan Pendekatan Collaborative MURDER untuk

meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Sosiologi Peserta didik Kelas XI IPS1 SMAN 2 Semarapura. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas


(1)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fraenkel, Jack R (1980). Helping Student Thinking and Value Strategies for Teaching the Social Studies. Englewood Clifft. New Jersey: Prentice-Hall.Inc

Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.

Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instructional Design. Edisi Kedua. New York: Holt Rinehart and Winston

Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. (1954). Cultural Sociology. Cetakan Ketiga. New York: Mc Millan Company.

Goode, Wiliam, dan Paul K. Hatt. (1952). Methods in Social Research. New York: McHill-Hill

Haditono, Siti R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamalik, Oemar (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamalik, Oemar (2009). Dasar-Dasar pengembangan Kurikulum. Bandung:

Remaja Rosda Karya. Cet.3

Hasan, S. Hamid (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hasan, S. Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi

Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Online tersedia: http://resibaratwaja.blogspot.com/feeds/post/default diakses 05-05-2012 Hudgin, Bryce, B. (1983). Eductional Psychologi. USA. FE Peaback Publisher. Ibrahim dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Izzati Nurma (2010). Meningkatkan Berfikir Matematis Pada Tingkat Koneksi


(2)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Collaborative MURDER, Tesis SPS UPI Pendidikan IPA, Tidak diterbitkan.

Jacobs, et all. (1997). Cooperative Learning in the Thinking Classroom: Research and Theoritical Perspectives. Paper presented at the International Conference on Thinking. Singapore [online] tersedia : http://georgejacobs.net/Cooperative_Learning_in_the_Thinking_Classroo m.doc. 15/05/2012

Jamaris, Martini, (2004). Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi. Jurnal Ilmu Pendidikan “Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas

Negeri Jakarta.

Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School

Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social

Psychology, 134 (5).

Johnson, D.W, R. Jhonson, and K. Smith. (1991). Active Learning: Coperative in the Callage Classroom. Edina, Minn: Interaction Book Company.

Kibler, Robert J, et al, (1981). Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Koentjaraningrat (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (cetakan kesembilan belas), Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kridaningtyas. N. P (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Metode Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Meningkatkan Peran Serta Siswa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Diterbitkan Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory

of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books. Marx, M.H. (1976). Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing

Company, Inc.

Maryani, Enok (2011), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keteramoilan Sosial. Bandung: Alfabeta

McClelland, David C (1961). The Aschieving Society. Pricenton N.J: Van Nostrad Co, Inc.


(3)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

McMillan dan Schumacher (2001). Penelitian Dalam Pendidikan ( Terjemahan ), Longman New York & London.

Murray, E.J. (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.

Mitchell. (1997). Research in Organization Behavior. Greenwich, CT: JAI Press NCSS (1994). Carting A Course. Social Studies for 21st Century.

Panitz, Ted (1996), A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. tersedia:

http://londonmet.ac.uk/deliberations/collaborativelearning/panitz.html. (10-05-2012)

Panitz, Ted (1997). Collaborative Versus Cooperative learning- a Comparison of the Two Concepts Which Will Help Us Understand the Underlying Nature of Interactive Learning.

Tersedia :

http://home.capecod.net/~tpanitz/tedsarticles/coopdefinition.htm (12-05-2012)

Permana, H (2009). Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Permendinas No 22 (2006). tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Popenoe, David. (1983). Sociology. Fifth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Popham dan Baker (2008). Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, Elida (1998). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta PPLPTK Depdikbud. Reksohadiprojo dan Handoko (1996). Organisasi Perusahaan. Edisi kedua

Yogyakarta: BPFE

Renchler, R (1992). Student motivation, school culture, and academic achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management- University of Oregon.


(4)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Robbins, Stephen P. et all. (2008). Perilaku Organisasi (organization Behavior) Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Rosyada, D. (2007) Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model pelibatan Masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: Kencana. Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi) Bandung: Tarsito.

Samuelson, Paul. A dan William D Nordhaus. (1990). Ekonomi. Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka Wasana. Jakarta:Erlanga

Santrock, John W (2007). Educational Psychology, 2rd Edition McGraw-Hill Company, Inc. Edisi Terjemahan Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sapriya at al (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Pres.

Sardiman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman, (2007). Interaksi dan Motivasi Belaja Mengajar. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Sardiman (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Schugurensky, D (1958). Continuum Library of Educational Thought Vol 16. Typeset by Newgen Imaging System Pvt Ltd, Chennai, India. Printed and bound in Great Britain

Schultz, Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company

Schwab, Joseph J (1969). Structure of Dicipline Meaning and Significance dalam G.W Ford et al. The Structure of Knowledge and The Curriculum. Rand McNally Curriculum Series

Setyosari, P. (2009). Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Shadily, Hasan. (1952). Sosisologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Pembangunan


(5)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Siregar, E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor, Ghalia Indonesia.

Slavin, R. E. (1991). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Slavin (1994). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo Somantri, S. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Spitzers, R. D. (1995). Super Motivation. (A Blueprint Association) New York Organization. AMACOM. American Management Association. New York Sudrajat, Achmad (2005). Teori-teori Motivasi. http://www.konselingcentre.co.id Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta Bandung.

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. IV

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : Bumi Aksara

Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah (2006). Teori Motivasi dan pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah (2010). Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

: Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wexley, K.W dan Gray A. Yulk (1977). Organizational Behavior and Personnel Psycholgy. Homewood Illionois: Richard D. Irwin.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Wiyono, (1995). Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah, Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti-PPPMTK, BP3SD.

Wiyono, Bambang B. (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa. Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15. Nomor 1. Juni 2003. Yana, I. B. (2007). Penerapan Pendekatan Collaborative MURDER untuk

meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Sosiologi Peserta didik Kelas XI IPS1 SMAN 2 Semarapura. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan Kab. Klungkung. Tidak Diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DETECT, EXPAND, DAN REVIEW) DALAM KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIANTAR NARUMONDA TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 25

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER ( MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT BEKERJA SAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN KELAS X AP SMK NEGERI 1 TEBING TEBING TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013.

0 1 14

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP(CONCEPT ATTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA: kuasi eksperimen pada mata pelajaran ips kelas viii smp negeri 6 kota bandung.

6 43 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN TEKNIK DASAR PASSING DALAM PEMBELAJARAN BOLA TANGAN : Studi Kuasi Eksperimen Pembelajaran Bola Tangan Di SMP Negeri 15 Bandung.

4 23 61

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

1 11 49

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK ICEBREAKER TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Bandung.

5 15 48

IMPLEMENTASI MURDER (MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW) BERBANTU MUTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

1 4 54

PENERAPAN TEKIK MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DETECT DAN REVIEW) DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI PADA SISWA SMK PGRI 2 CIMAHI.

0 1 74

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW (MURDER) DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN MURDER PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA

0 0 19

Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review (Murder) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas VII SMP Negeri 1 Barru - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 112