PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KONSENTRAS (1)
DI SMA NEGERI 9 MANADO SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
JOKO MANTU
NIM: 08 2.3 113
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Sedangkan menurut Marimba, pendidikan yang berlangsung di sekolah bersifat sistematis, berjenjang, dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu, yang berlangsung dari taman
kanak-kanak sampai perguruan tinggi. 1 Dalam proses kegiatan belajar di sekolah, guru adalah manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting
dalam pendidikan. 2 Dalam mengarahkan proses pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas, guru tidak hanya menguasai metode dan teknik mengajar, akan tetapi
penting juga kemampuan guru dalam meningkatkan atau menumbuhkan konsentrasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran agama Islam.
Secara umum dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan. 3 Dalam menguasai sejumlah
pengetahuan tersebut sangat diperlukan konsentrasi. Tanpa konsentrasi siswa akan kesulitan menerima materi yang diberikan oleh guru. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa konsentrasi adalah faktor penting dalam belajar dan mendapatkan ilmu
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 152.
2 Syaiful B Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis P sikologis, (Cet.2; jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 1.
3 Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996), h. 2.
pengetahuan. Dan tentulah tanggung jawab seorang guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa di sekolah merupakan hal yang penting apalagi dalam mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam yang sudah terangkap dalam mata pelajaran Pendidikan agama Islam.
Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia untuk berkonsentrasi dan juga diam di saat sedang mendengarkan pembacaan ayat suci Al- Qur‟an, agar dapat memahaminya dengan baik. 4 Hal ini tampak dalam surat Al- A‟raaf ayat 204:
Terjemahnya :
Dan apabila dibacakan Al- Qur‟an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.(Q.S Al- 5 A‟raaf:204)
Dari ayat di atas sesungguhnya dapat dipahami jika dikaitkan dalam ranah pendidikan maka apapun yang sedang dilakukan dalam proses pembelajaran agar selalu terkonsentrasi pada apa yang sedang dipelajari. Kemudian, untuk mempermudah konsentrasi dan proses belajar, maka hendaknya dipaparkan terlebih dahulu makna-makna yang ada dalam setiap kalimatnya dengan cara yang sederhana. Selain itu, dapat dibandingkan dengan peristiwa nyata hingga dapat lebih dirasakan
dan dipahami maksud dari ayat tersebut. 6
4 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Narulita & Miftahul Jannah (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 328.
5 Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 387.
6 Op.cit, .
Ini mengingat, khususnya dalam sudut pandang Islam, keberadaan anak dan proses pendidikannya merupakan amanat Ilahi. 7 Tapi, tidak selamanya anak didik
(siswa) fokus di kelas, memperhatikan pelajaran dengan seksama. Adakalanya mereka kehilangan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. 8 Disinilah peran seorang
guru dalam memahami ketidakkonsentrasian siswa pada mata pelajaran. Mulai dari memahami setiap gejala baik faktor internal yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan dan mental siswa juga faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, ruangan kelas dll. Dengan demikian apa yang menjadi capaian dalam pembelajaran agama Islam akan bermanfaat bagi siswa dan bekalnya untuk kemudian hari. Peran penting seorang guru dalam meningkatkan konsentrasi siswa jika dapat diwujudkan oleh guru, maka kemungkinan besar akan memberikan hasil yang diharapkan. Apalagi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), yang merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Pendidikan agama Islam berkenaan dengan tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, usaha sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi peserta didik dalam rangka pembentukan manusia beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional
dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa. 9 Jadi tujuan pendidikan agama Islam yaitu membina manusia beragama yang
mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik, sehingga tercermin
7 Ibnu Hasan Najafi & Mohammed A. khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, Penerjemah, M. Anis Maulachena, (Jakarta: Cahaya 2006), h. 5.
8 Ahmad Zuhdi Firdaus, Menja di Guru Idola , (Yogyakarta: Gen-K Publisher, 2010), h. 72.
9 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 172.
pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya yang dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.
Pada setiap kegiatan belajar di sekolah, situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien terkadang belum terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi, karena mungkin kurangnya peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
Dengan alasan yang telah disebutkan di atas, penulis mengajukan judul tentang “Peran Guru Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran PAI Di SMA Negeri 9 Manado. ” Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam memperkaya pengetahuan mengenai dunia pendidikan terutama mengenai pentingnya meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa di SMA Negeri 9 Manado khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado?
2. Apa hambatan guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado?
3. Apa solusi guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Setiap aktifitas yang dilaksanakan memiliki target atau tujuan yang ingin dicapai begitu pula dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA 9 Manado.
3. Untuk mengetahui solusi apa saja yang diaplikasikan oleh guru dalam usaha meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
Selain tujuan penelitian ini pun disadari oleh suatu kegunaan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Mengharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang sangat berarti bagi peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PAI.
2. Sebagai sumbangsih peneliti dalam memperkaya khasanah kepustakaan PAI pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
D. Definisi Operasional Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “ Peran Guru Dalam Meningkatkan
Konsentrasi belajar siswa Pada mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Manado ” maka penulis merasa perlu untuk mendefinisikan beberapa istilah penting dalam judul tersebut untuk menghindari kesalahan persepsi.
Guru ialah orang yang mata pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 10 Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah tenaga pengajar PAI yang
ada di SMA Negeri 9 Manado. Konsentrasi ialah pemusatan perhatian atau suatu tingkat perhatian yang
tinggi. 11 Sedangkan dalam kamus KBBI edisi baru konsentrasi merupakan pemusatan pemikiran/perhatian pada suatu hal. 12 Yang dimaksudkan penulis yaitu kemampuan
guru dalam meningkatkan konsentrasi pada materi pelajaran terutama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan. 13 Pendidikan Agama Islam ialah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik (siswa) agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam islam secara keseluruhan.
Bekenaan dengan definisi operasional di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa dalam proses peembelajaran pendidikan agama Islam.
10 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , edisi IV (Jakarta: PT. Gramedia Puataka Utama, 2008), h. 469.
11 Sudarsono, Kamus Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 124.
12 Daniel Heryono, Kamus Besar Bahasa Indonesia , edisi baru. (Jakarta: Tim Pustaka Pheonix, 2013 ), h. 476.
13 Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar; Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 209.
mengangkat judul tentang “Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Manado”
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang sejenis dan dapat dirujuk untuk merelevansikan penelitian penulis. Penelitian tentang meningkatkan konsentrasi belajar siswa yang penulis temukan, antara lain :
Istianah, dalam skripsinya meneliti tentang, P engaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi . Skripsi ini menjelaskan tentang penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dan menelaah pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas, serta menjelaskan pentingnya sarapan sebelum melakukan aktivitas di pagi hari, dan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar siswa di kelas. 14 Dewi Puspitorini, Pengaruh Perlakuan Orang Tua di Rumah Terhadap
Konsentrasi Belajar di Sekolah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga . Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui perlakuan orang tua di rumah dan konsentrasi belajar di sekolah pada siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga tahun 2011. Dari penelitian ini dihasilkan rekomendasi bagi orang tua di rumah agar lebih memberikan perlakuan yang baik sehingga siswa dapat mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam belajarnya di sekolah karena terbukti terdapat pengaruh yang
14 Lihat Skripsi Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
signifikan antara perlakuan orang tua di rumah terhadap konsentrasi belajar di sekolah. 15
Nia Nurul Qomariyah, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X-5 (Atlet) Dalam Memahami Mata Pelajaran Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SMA NU Al Ma’ruf Tahun 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan kondisi siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X- 5 (atlet) SMA NU Al Ma‟ruf Kudus Tahun 2012/2013, dan memperoleh peningkatan konsentrasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X- 5 (atlet) SMA NU Al Ma‟ruf Kudus Tahun 2012/2013. 16
Kemudian penelitian skripsi yang dilakukan oleh Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya dan keberhasilan dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Manfaat penelitian ini memperkaya kajian tentang peningkatan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Peningkatan konsentrasi belajar siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi belajar siswa sebelum diberi layanan pada kriteria rendah (47,33%), dan setelah diberi layanan
15 Dewi Puspitorini, Pengaruh Perlakuan Orang Tua di Rumah Terhadap Konsentrasi Belajar di Sekolah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga Tahun 2011, (Salatiga: STAIN Salatiga,
16 Nia Nurul Qomariyah, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X-5 (Atlet) dalam Memahami Mata Pelajaran Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa SMA NU Al Ma’ruf
Tahun 2012/2013 , (Kudus: Universitas Muria Kudus, 2013).
bimbingan kelompok termasuk dalam kategori sedang (70,41%). Hasil Observasi meunjukkan adanya peningkatan sebesar 27,19%. Artinya konsentrasi belajar siswa
dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. 17 Berdasarkan beberapa hasil penelitian skripsi di atas yang sudah dilakukan
sebelumnya yaitu, menelaah pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa dikelas, dan pengaruh perlakuan orang tua di rumah terhadap konsentrasi belajar, dan kemudian dua penelitian yang sama tapi beda objek penelitian mengenai meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Maka pada kesempatan kali ini penulis menganggap penting mengangkat judul yang berkaitan d engan konsentrasi belajar dengan fokus penelitian tentang “Peran Guru dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 9 Manado”. Penelitian kali ini berupa upaya untuk melihat bagaimana guru mampu berperan dalam meningkatkan konsentrasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 9 Manado.
17 Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2013/2014 , (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014).
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsentrasi Belajar
1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi berarti pemusatan sepenuhnya perhatian dan kesadaran terhadap bahan yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan semua hal yang sama sekali
tidak berhubungan. 18 Sementara konsentrasi dalam bahasa Inggris disebut Concentrate 19 berarti memusatkan atau mengarahkan. Kemudian dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia konsentrasi merupakan pemusatan pemikiran/perhatian pada suatu hal. 20
Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan 21 karena dalam belajar, konsentrasi memiliki peran yang sangat penting, bila siswa tidak
berkonsentrasi dalam belajar maka siswa akan mengalami kesulitan menyerap setiap meteri atau informasi yang disampaikan guru. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Fadilah Suralaga dkk., bahwa konsentrasi merupakan syarat mutlak dalam
18 Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1994), h. 66.
19 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Media Eka Pustaka, 2005), h. 440.
20 Daniel Heryono, Kamus Besar Bahasa Indonesia , edisi baru. (Jakarta: Tim Pustaka Pheonix, 2013 ), h. 476.
21 Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, (Cet. 2; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997), h. 36.
proses belajar. Manusia tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau ia tidak berkonsentrasi untuk mendapatkannya. 22
Secara Psikologis, jika memusatkan perhatiannya pada sesuatu, maka segala stimulus lainnya tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Stimulus yang menjadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk kedalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh dan tidak mudah hilang begitu saja
bahkan dengan mudah untuk direproduksikan. 23 Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberpa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience .
b. Harold spears memberikan batasan : Learning is observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction .
c. Geoch, mengatakan: Learning is change in performance as a result of practice .
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. 24
22 Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 101.
23 Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajar (cet. 2; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 20.
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak. Seperti dikemukakan oleh Slameto bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. 25 Selain itu belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. 26
Di samping itu belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,
penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. 27 Dari beberapa pengertian terpisah tersebut The Liang Gie mendefinisikan
konsentrasi belajar dalam bukunya yang berjudul Cara Belajar Yang Efisien, bahwa konsentrasi dalam belajar berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan
pelajaran. 28 Kemudian menurut Dimyati dan Mudjiono Konsentrasi belajar
24 A. M. Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. 12; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 20.
25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Cet. 6; Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 2.
26 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 36.
27 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 20.
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. 29
Kemudian dari keseluruhan pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa konsentrasi belajar merupakan kegiatan pemusatan (fokus) perhatian atau kesadaran pada apa yang sedang dilakukan secara mendalam yang berkaitan dengan pelajaran kemudian menghasilkan perubahan pada tingkat kemampuan menyerap pengetahuan seseorang.
2. F aktor-faktor Gangguan Konsentrasi Belajar
Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat
bergantung pada intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya. 30 Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan konsentrasi belajar dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu berkaitan dengan ganguan eksternal (ganguan dari luar) dan internal (ganguan akibat dari kondisi dalam, diri dan jiwa).
28 Skripsi Istianah, Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), th.
29 Amalia Cahya Setiani, Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2013/2014 , (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014), h. 17.
30 Hendra Surya, Cara Belajar Orang Genius, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 69-70.
a. Gangguan Eksternal Gangguan belajar dari luar ini yang berkaitan dengan gangguan indra, seperti penglihatan, pendengaran dan penciuman. Faktor penyebab gangguan dari luar ini berkaitan dengan kondisi suasana lingkungan tempat belajar. Seperti suasana hiruk- pikuk kendaraan, suara musik yang keras, suara TV, suara orang yang sedang bertengkar, hilir mudiknya orang disekitar tempat belajar, dan lain-lain dapat mempengaruhi perhatian dan kemampuan seseorang untuk konsentrasi belajar. Hal lainnya, kondisi tempat belajar yang berantakan, tata ruang yang sumpek, kurang penerangan, aksesoris ruang yang menyolok dapat mempengaruhi perhatian dan menimbulkan rasa tak nyaman untuk belajar. Begitu juga, adanya bau yang menyengat dan mendatangkan cita rasa yang tak mengenakkan juga dapat
menyebabkan gangguan konsentrasi belajar. 31 Hasbullah Thabrany dalam bukunya mengatakan, teman dan orang-orang
disekitar kita bisa jadi sumber gangguan konsentrasi. Kalau kita sedang asik menekuni sesuatu kemudian kerap kali ada orang bertanya atau mengajak berbicara kepada kita; tentu saja konsentrasi kita akan terganggu. Atau misalnya kita belajar menghadap jendela atau di jalan dimana kita bisa melihat orang berlalu-lalang. Setiap gerak orang akan mengganggu konsentrasi kita. Tidak tersedianya alat-alat yang
diperlukan di meja belajar, juga dapat mengganggu konsentrasi. 32
31 Ibid , h. 72.
32 Hasbullah Thabrany, op. cit., h. 38.
b. Gangguan Internal Gangguan belajar yang datang dari dalam diri sendiri ini bisa berasal dari gangguan fisik dan psikis. Ganguan tersebut, antara lain:
1) Gangguan kesehatan jasmani . Seperti sakit, kurang tidur, keletihan sehabis bekerja dan begitu juga orang yang sedang dalam kondisi lapar dan kurang gizi sangat berpengaruh sekali pada kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi.
2) Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam . Perasaan tidak enak yang ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal, sehingga menyita sebagian besar perhatian. Dengan kata lain, kamu mudah sekali kehilangan konsentrasi belajar.
3) Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran . Kurangnya minat dan motifasi untuk belajar, maka mudah terpengaruh pada hal-hal lain yang lebih menarik perhatian ketika proses belajar berlangsung. Hal lain tersebut, tentunya masalah yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dipelajari, pada akhirnya tidak mengerti isi pelajaran yang seharusnya diperhatikan secara intensif.
4) Bersifat pasif dalam belajar . Pada umumnya, orang mudah sekali terjebak dalam pola belajar pasif, ketika melakukan proses belajar. Pola belajar pasif ini dapat terjadi karena kurang disadarinya. Terutama pada praktik belajar di kelas, yang cenderung menerima begitu saja apa yang diberikan atau dijejalkan guru.
5) Tidak memiliki kecakapan dalam cara -cara belajar yang baik . Untuk melakukan proses belajar, tentunya membutuhkan strategi pengaktifan pikiran agar tetap fokus pada pelajaran. Baik itu belajar dalam situasi mengikuti pelajaran dari guru maupun situasi belajar sendiri. Tanpa memiliki strategi cara belajar yang baik akan menimbulkan kejemuan dalam berpikir terutama
menghadapi bagian-bagian yang sulit dari pokok pelajaran. 33 Kemudian gangguan-ganguan internal juga merupakan gangguan yang datang
dari diri kita sendiri, misalnya tekad kita yang kurang kuat untuk belajar. Hal lain yang merupakan gangguan dari dalam adalah sifat emosi dan reaksi terhadap
lingkungan dapat mengganggu konsentrasi. 34
c. Faktor ADD dan ADHD Selain kedua faktor di atas, ada juga gangguan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsentrasi siswa pada saat proses pembelajaran yaitu ADD ( Attention Deficit Disorder ). Menurut Seifert, Attention Deficit Disorder (ADD) adalah masalah sukar memberi tumpuan dan mengawal desakan diri. Menurutnya lagi, Attention Deficit Disorder (ADD) merangkumi hyperactivity yaitu keaktifan melampau. Keaktifan melampau ini dikenali sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Menurut Kasmini Kassim, sindrom hiperkinesis yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) digunakan untuk menerangkan tingkah laku kanak- kanak yang tidak boleh duduk diam, kurang tumpuan perhatian, terlalu lasak, impulsif, resah, suka merosakkan harta benda, dan mudah mengalihkan perhatian
33 Hendra Surya, op. cit., h. 73-75.
34 Hasbullah Thabrany, op.cit., h. 37.
terhadap sesuatu perkara. Berdasarkan definisi yang diberikan, maka dapat merumuskan Attention Deficit Disorder (ADD) ialah satu tingkah laku kanak-kanak
yang menunjukkan kurang daya tumpuan terhadap sesuatu perkara. 35 Gangguan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsentrasi siswa pada saat
proses pembelajaran juga dijelaskan dalam jurnal Iqra‟ yang menunjukkan laporan beberapa pendidik mengeluh akan perilaku anak didiknya yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan tenang di kelas. Anak didiknya kurang perhatian disebabkan lebih banyak lari kesana-kemari, berbicara dan kadang disertai teriakan yang mengganggu anak didik lainnya. Hasil diagnosa psikolog dan psikiater menunjukkan anak tersebut
mengalami Attention Deficit Hyperactivity disorder (ADHD). 36 ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity disorder) dianggap sebagai kelainan
sistem saraf pusat, ditandai oleh problem dalam wilayah perhatian, impulsitivitas dan terkadang hiperaktif. Berikut adalah tanda-tanda seorang anak atau dewasa
didiagnosa sebagai ADHD: 37
1) Kurang mampu memperhatikan
a) Sering mendapat kesulitan untuk tetap memperhatikan dalam kegiatan tugas atau permainan.
35 http://notapendidikankhasku.blogspot.co.id/2013/01/1.html diakses pada tanggal 01 september 2015 pukul 20:15
36 Musdalifah Dachrud, Studi Kasus Program Modifikasi Perilaku Kognitif Terhadap Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD ), dalam Jurnal Iqra‟ (Vol. 11, No. 2; Pusat
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Manado, 2012), h. 92.
37 Ibid ., h. 94-95.
b) Sering seakan tidak mendengarkan kalau diajak bicara secara langsung.
c) Sering tidak memahami semua instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas kantor (bukan disebabkan perilaku menentang atau gagal memahai instruksi).
d) Sering mendapat kesulitan mengatur tugas atau kegiatan.
e) Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun dalam tugas yang menuntut upaya mental terus-menerus (misalnya pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).
f) Sering kehilangan benda-benda yang perlu untuk tugas atau kegiatan (misalnya, mainan, karangan, pensil, buku atau peralatan).
g) Sering gampang terganggu oleh rangsangan yang berlebihan.
h) Sering alpa dalam kegiatan sehari-hari.
2) Hiperaktivitas
a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam atau duduk dengan resah.
b) Sering meninggalkan kursi di kelas atau dalam situasi lainnya ketika diharapkan tetap duduk manis.
c) Sering lari kesana kemari atau banyak memanjat-manjat dalam situasi ketika diharapkan tetap duduk manis.
d) Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan kegiatan waktu luang
e) Sering “bergerak terus” atau sering bertindak seakan “didorong sebuah motor”.
f) Sering omong terus-menerus.
3) Impulsivitas
a) Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.
b) Sering tidak sabar menunggu giliran.
c) Sering menyela orang lain (misalnya menyela pembicaraan atau permainan). Dari penjelasan di atas yang dalam hal ini faktor penghambat konsentrasi belajar dapat menimbulkan masalah yang serius; seperti pasif dalam belajar sehingga berakibat kurangnya pemahaman (pengetahuan) seseorang terhadap sesuatu.
3. Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Cara membangun atau meningkatkan kemampuan dalam konsentrasi belajar, antara lain:
a. Lingkungan belajar harus kondusif Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Kemudian harus dapat memilih tempat belajar yang tenang. Juga, harus mengupayakan tempat dan ruangan belajar yang apik, teratur, bersih dan bebas dari bau yang menyengat. Suasana pun harus nyaman untuk belajar, bila perlu dapat mempergunakan iringan musik instrumental yang lembut.
b. Kesiapan belajar Sebelum melakukan aktivitas belajar, harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan, tekanan masalah atau ketegangan emosional, seperti gelisah, takut, cemas, b. Kesiapan belajar Sebelum melakukan aktivitas belajar, harus benar-benar dalam kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan, tekanan masalah atau ketegangan emosional, seperti gelisah, takut, cemas,
c. Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “Imajinasi Berpikir” dan “Aktif Bertanya”
Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu diketahui:
1) Apa yang dipelajari
2) Untuk apa mempelajari materi pelajaran yang hendak dipelajari
3) Apa hubungan materi pelajaran tersebut dengan kehidupan sehari-hari
4) Bagaimana cara mempelajarinya Dengan mengetahui keempat hal tersebut, belajar akan terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Selanjutnya, untuk membangkitkan faktor intelektual- emosional belajar, maka perlu mengembangkan dan membiasakan berimajinasi dalam berpikir . Maksudnya, membiasakan untuk berpikir menjelajah dengan berusaha mambayangkan gambaran bentuk yang dipelajari. Dengan kata lain, harus berusaha untuk menyusun atau membuat jalan pikiran pemahaman tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk kerangka berpikir cara memahami yang membentuk pengetahuan. Kemudian kembangkan hasrat ingin tahu lebih lanjut secara terfokus dan mendalam atau mendetail setiap apa yang dipelajari tersebut dengan aktif bertanya . Pertanyaan itu antara lain: Mengapa, apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana.
d. Cara belajar yang baik Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Cara belajar yang baik tentu harus memuat tujuan yang hendak dicapai dengan cara-cara menghidupkan dan d. Cara belajar yang baik Untuk memudahkan konsentrasi belajar dibutuhkan panduan untuk pengaktifan fokus masalah dan pengarahan rasa ingin tahu. Cara belajar yang baik tentu harus memuat tujuan yang hendak dicapai dengan cara-cara menghidupkan dan
e. Belajar aktif Intensitas konsentrasi belajar akan semakin menjadi optimal karena belajar aktif akan membuat seseorang menjadi subjek belajar. Sebagai subjek belajar mampu menyusun kerangka berpikir, sikap maupun perbuatan secara taktis, metodis dan sistematis dalam belajar.
f. Perlu disediakan waktu untuk menyegarkan pikiran (refreshing) saat menghadapi kejemuan belajar Kesulitan (jalan buntu) mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa jemu dan bosan. Jika hal ini terjadi, jangan paksakan untuk terus melanjutkan belajar. Jika dipaksakan akan menimbulkan kepenatan dan kelelahan, sehingga akan menimbulkan antipati untuk belajar. Jalan keluarnya harus menyediakan waktu 5-10 menit untuk beristirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal lain yang bersifat menyenagkan atau melakukan relaksasi. Jika kepenatan dan kelelahan daya pikir atau daya kerja otak hilang dan pikiran kembali
fresh, maka dapat melanjutkan pelajaran yang tertunda tersebut. 38
38 Hendra Surya, op.cit., h. 76-84.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Penggunaan istilah pendidikan dalam Islam sering diungkapkan dalam bentuk al-tarbiyah, al- ta’lim, al - ta’dib dan al-riyadlah . Setiap term tersebut memiliki arti yang berbeda, karena disebabkan perbedaan konteks kalimatnya ( al-syiaq al-kalam ), walaupun dalam hal-hal tertentu term-term tersebut memiliki makna yang sama.
a. Al-Tarbiyah Walaupun dalam Al- Qur‟an tidak ditemukan secara khusus istilah al-tarbiyah , akan tetapi, terdapat kata yang senada dengan term tersebut, seperti kata al-rab , rabayani , nurrabbi , ribbiyun , dan rabbani . Dari bentuk ini kemudian membentuk satu kata, bentuk masdar (Infinitife), yakni al-tabiyah . Kata al-tarbiyah memiliki tiga
akar kata dasar yang semuanya memiliki arti yang hampir sama, yaitu 39 :
1) Rabba-yarbu-tarbiyatan yang memiliki arti tambah dan berkembang.
2) Rabbi-yurabbi-tarbiyatan yang memiliki arti tumbuh dan menjadi besar, dan;
3) Rabba-yurabbi-tarbiyatan yang memiliki arti memperbaiki, memelihara, merawat, menunaikan, memperindah, mengasuh, memiliki, mengatur dan menjaga. Mushtafa al-Maraghiy dalam Ramayulis, membagi kegiatan al-tarbiyah
dengan dua macam. Pertama, tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyah diniyah tahzibiyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi. Berdasarkan
39 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 198.
pembagian tersebut, maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya dengan tuhan.
Al-Abrasyi, juga memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik
dengan lisan atau tulisan. 40
b. Al-Ta‟lim Istilah baru yang digunakan untuk menunjuk konsep pendidikan dalam Islam adalah ta’lim yang berarti suatu pengajaran. Konsep-konsep pendidikan yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut:
1) Ta’lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak lahir melalui pengembangan fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati. 41 Fungsi-fungsi
tersebut merupakan tanggungjawab keluarga ketika anak masih kecil, setelah dewasa hendaknya belajar secara mandiri sampai ia tidak mampu lagi meneruskan belajarnya. Baik karena usia tua renta atau karena meninggal dunia.
40 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (cet. 9; Jakarta: Kalam Mulia. 2011), h. 16.
41 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Isla m, (Jakarta: PT. Logos, 1999), h. 14.
2) Proses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan afektif. Pengetahuan yang berada pada batas-batas wilayah kognitif tidak akan mendorong untuk mengamalkannya, dan pengetahuan semacam itu biasanya
diperoleh atas dasar prasangka atau 42 taklid .
c. Al-Ta‟dib Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al- ta’dib. Istilah ini merupakan bentuk yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai istilah dalam pendidikan Islam, hal ini karena konsep inilah yang diajarkan Nabi kepada umatnya waktu terdahulu. Ia mengatakan, bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik, dan baik yang dimaksud disini adalah addab dalam artinya menyeluruh, yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Oleh karena itu menurutnya, orang yang benar-benar terpelajar menurut perspektif Islam di definisikan al-Attas dengan ber- adab.
Perkataan al- ta’dib sebagaimana dijumpai dalam hadits Nabi memiliki pengertian pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Allah di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian tersebut berdasar pada sebuah hadits Nabi, Addabani
42 Ibid., h. 8.
Rabbi Faahsana ta’dibi, Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadi baik pendidikanku. 43
Berdasarkan batasan tersebut maka al- ta’dib berarti ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam
tatanan wujud dan kepribadiannya. 44
d. Al- Riadhah Al-Ghazali yang menawarka istilah al-riyadhah . Baginya, al-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan pengguanan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak,
sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya. 45 Keempat istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan (agama) Islam; formal, informal dan nonformal. 46 Al-Qardhawi dalam Azyunardi Azra memberikan pengertian bahwa
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan
43 Heri Gunawan, op. cit., h. 200.
44 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 30.
45 Ramayulis, op. cit., h. 17.
46 Lihat Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), h. 125.
jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai s uatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat” 47 . Selain itu Haidar Putra Daulay, 48 mengatakan Pendidikan Islam pada dasarnya adalah
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Dalam rangka yang lebih rinci pengertian pendidikan agama Islam Secara terminologis oleh Ahmad Tafsir diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam. 49 Menurut H. Jalaluddin, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki rasa tanggungjawab terhadap pembinaan,
bimbingan, pengembangan, serta pengarahan potensi yang dimiliki agar mereka dapat berfungsi sebagaimana hakikat kejadiannya. 50
Muhammad Athiyah al-Abrasy dalam bukunya al-Tarbiyatul Islamiyah yang dikutip oleh Abdul Munir Mulkan Pendidikan Agama Islam adalah pengembangan berfikir bebas dan mandiri secara demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat
47 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Cet 4. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h. 5.
48 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam; Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 31.
49 Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
50 H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Cet. 8; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 19.
yang dititikberatkan pada pengembangan akhlak pendidikan Islam merupakan proses ikhtiarah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup peserta didik ke arah
kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya. 51 Zakiyah Daradjat mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh ( kaffah ). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 52 Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan agama Islam sebagai
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam. 53 Dari beberapa pengertian tersebut maka sangat jelas bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha sadar dalam membutuk akhlak atau kepribadian baik. Syahminan Zaini, menyatakan definisi pendidikan Islam ia lah “usaha mengembangkan fitrah manusia yang makmur dan bahagia”. 54 M. Arifin mengemukakan bahwa “hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim
yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. 55 ”
51 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 1997), h. 15.
52 Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
53 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al- Ma‟arif, 1989), h. 23.
54 Syahminan Zaini, P rinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), h. 4.
55 Soekarno & Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 7-8.
Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam kurikulum, 56 pendidikan agama Islam ialah sebagai upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al- Qur‟an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 57 Dari pengertian tersebut, dapat ditemukan bahwa hal yang perlu diperhatikan,
dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut: 58
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni kegiatan bimbingan, pengajarah dan atau latihan yang dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk, dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran Islam.
c. Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan bimbingan, pengajaran dan latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam.
56 Lihat, kurikulum 2004 dalam Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet. 4; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.
57 Heri Gunawan, op. cit., h. 201.
58 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.76.
d. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan dan kualitas pribadi juga untuk membentuk kesalehan sosial.
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakn para cendikiawan muslim di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah mutlak bagi setiap insan yang beragama (terutama para siswa karena pendidikan agama jika ditanamkan sejak dini maka etika pergaulannya akan terbentuk dengan baik), melalui pengajaran yang bernuansa keagamaan dapat membentuk pribadi yang sehat secara fisik dan mental. Selain itu, pendidikan agama akan membentuk setiap manusia untuk saling mengasihi sesama dan terutama membentuk pribadi yang taat terhadap perintah Tuhan. Kemudian dengan pemahaman agama yang baik seseorang akan bersikap kritis dalam artian bahwa semata-mata tidak menerima dengan begitu saja tetapi melalui nalar yang kritis demi nilai-nilai Islam yang telah terkandung dalam Al-Quran.
2. Landasan Teoritis Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah berdasarkan pada beberapa landasan. Majid mengatakan, paling tidak ada tiga landasan yang mendasari pelaksanaan pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut adalah:
a. Landasan yuridis formal Landasan yuridis maksudnya ialah landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu Negara. Landasan yuridis formal tersebut a. Landasan yuridis formal Landasan yuridis maksudnya ialah landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu Negara. Landasan yuridis formal tersebut
UU Dasar 45, dalam bab XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi, “ Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”, dan pasal 2 yang berbunyi, “ Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu ”. (c) Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 point a, yang mengatakan,
“ setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik yang seagama 59 ”.
b. Landasan Psikologis Landasan psikologis maksudnya ialah, landasan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram, sehingga memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu yang dinamakan dengan agama.
c. Landasan Religius Landasan religius itu maksudnya ialah landasan yang bersumber dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Allah swt., dan merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya. Landasan ini bersumber pada Al- Qur‟an dan Hadits. Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, diantaranya adalah firman Allah QS. An-Nahl ayat 125:
59 Lihat, Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Cet. 3; Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, tt), h. 40.
Terjemahnya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.(QS. An-
Nahl:125) 60
Ayat ini terkait dengan metode atau cara-cara yang digunakan dalam pendidikan Islam. Sementara itu, Islam mengajarkan secara umum bahwa materi pendidikan agama Islam mencakup tiga hal utama, pertama , berkaitan dengan keimanan ( al- ‘aqaid), kedua , berkaitan dengan aspek syari’ah yaitu suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya. Ketiga mencakup aspek akhlak, yang mencakup aspek akhlak manusia terhadap khaliknya dan manusia dengan makhluk
lainnya. 61 Melalui ketiga landasan teoritis di atas, pendidikan agama Islam dapat dilihat
fleksibel disetiap lini, maksudnya secara yuridis sudah dilegalkan, secara psikologis pendidikan agama Islam dapat membentuk jiwa yang sehat dan kemudian dalam
60 Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h 383.
61 Heri Gunawan, op.cit., h. 203.
ranah religius ia mampu memberikan penjelasan-penjelasan keagamaan sesuai prinsip agama Islam.
3. F ungsi Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam