Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Prasarana di SMP Negeri 2 Tuntang Tahun Ajaran 2013/2014 T1 162010020 BAB IV

(1)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan jawaban atas tujuan yang telah disebutkan dalam bab satu. Pada bab ini yang akan diuraikan berkaitan dengan deskripsi profil SMP Negeri 2 Tuntang, manajemen sarana dan prasarana serta pembahasannya berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan.

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah

Secara geografis, SMP Negeri2 Tuntang Kabupaten Semarang terletak di daerah pedesaan, dekat dengan Rawapening tepatnya di desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (± 20 KM ke arah selatan dari pusat kota Ungaran). Meskipun demikian, lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau, baik menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi.

Dilihat darisisi akademik dan nonakademik, prestasi yang diraih oleh SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang bisa dikatakan belum memenuhi harapan masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Dari sisi akademik perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional dan prosentase kelulusan pada tahun pelajaran 2010/2011 mencapai prosentase kelulusan 100 %, namun rata-rata kelulusan masih belum sesuai harapan, dan masih ada nilai di bawah standar untuk mapel Matematika (2,75) dan Bahasa Inggris (2,50). Kemudian di tahun pelajaran 2011/2012 kelulusan juga mencapai 100%, untuk mapel bahasa Indonesia mengalami


(2)

40 kenaikan yang cukup signifikan dengan rata-rata 8,01 tetapi terjadi penurunan di 3 mapel yang lain, yaitu Bahasa Inggris (4,59), Matematika (5,11) dan IPA (5,35). Demikian juga masih terdapat nilai di bawah standar untuk mapel Bahasa Inggris 2,6, Matematika 2,5 dan IPA 2,0. Pada tahun 2012/2013 kelulusan juga mencapai 100 %, namun rata-rata untuk 3 mapel masih belum menggembirakan karena Matematika dan IPA mengalami penurunan ( Matematika 4,41 sedangkan IPA 4,69 ). Untuk itu, semua komponen pendidikan (sekolah dan komite sekolah) di SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang sudah memiliki komitmen bersama untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik dari tahun ke tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami mengadakan pelajaran tambahan untuk 4 mata pelajaran yang di UN kan, dimulai sejak bulan September 2013 yang bertujuan untuk mempersiapkan diri sejak dini dalam menghadapi Ujian Nasional, sehingga perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional pada tahun pelajaran 2014 / 2014 dan tahun-tahun berikutnya dapat meningkat, serta dapat mempertahankan prosentase kelulusan 100%. Berikut profil SMPN 2 Tuntang yang ditunjukkan dengan tabel :

Tabel 1. Profil Sekolah

Nama Sekolah SMP NEGERI 2 TUNTANG

No Statistik Sekolah

Tipe Sekolah A/ A1/ A2/ B/ B1/ B2/ C/ C1/ C2

Alamat Sekolah

Jl. Mertokusumo - Ds Candirejo, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Prop. Jawa Tengah

Telepon/ HP / Fax (0298) 3418143

Status Sekolah Negeri


(3)

41 A. Visi Sekolah

Mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk jenjang Pendidikan Dasar sebagaimana termaktub dalam PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (pasal 26), maka tujuan pendidikan di SMP/MTs adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sejalan dengan tujuan pendidikan dasar tersebut, maka visi sekolah di SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang dirumuskan sebagai berikut :

“ Terselenggaranya Pendidikan bermutu yang ditandai dengan meningkatnya prestasi dan budi pekerti luhur ”

Indikator Visi :

1.Terwujudnya pengembangan kurikulum yang adaptif;

2.Terwujudnya pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan;

3.Terwujudnya penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan;

4.Terwujudnya peningkatan fasilitas pendidikan; 5.Terwujudnya peningkatan kompetensi kelulusan;

6.Terwujudnya peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen;

7.Terwujudnya pengembangan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar, dan adil;

8.Terwujudnya pengembangan penilaian.

9.Terwujudnya pendidikan karakter dan imtaq yang terintegrasi dengan semua mata pelajaran dengan baik


(4)

42 B. Misi Sekolah

a. Mewujudkan pengembangan kurikulum yang adaptif;

b. Meningkatkan pengembangan tenaga pendidikan dan kependidikan; c. Mengupayakan penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan;

d. Mewujudkan peningkatan fasilitas pendidikan; e. Mewujudkan peningkatan kompetensi lulusan;

f. Mewujudkan manajemen bebasis sekolah yang tanguh;

g. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam peningkatan pembiayaan, pendidikan yang memadai, wajar, dan adil;

h. Meningkatkan pengembangan penilaian;

i. Mewujudkan pendidikan karaker dan imtaq yang erintegrasi dengan semua mata pelajaran dengan baik.

4.1.2 Manajemen Sarana dan Prasarana di SMPN 2 Tuntang

Manajemen sarana prasarabna yang ada di SMPN 2 Tuntang mencakup lima hal penting yaitu penentuan kebutuhan, proses pengadaan, penggunaan, pengurusan dan pencatatan dan pertanggung jawaban.

1. Penentuan Kebutuhan

Penentuan kebutuhan sarana prasarana merupakan langkah awal yang harus disusun oleh sekolah sebagai upaya untuk menambah sarana prasarana yang akan dientukan atas dasar kebutuhan secara nyata. Sebelum melaksanakan kegiatan pengadaan barang rutin, SMPN 2 Tuntang melakukan kegiatan penentuan kebutuhan terlebih dahulu.


(5)

43 Penentuan kebutuhanyang dilakukan selama ini terdiri dari 3 hal yakni program analisis kebutuhan yang dilaksanakan oleh masing-masing guru dan juga setiap penanggung jawab atau kepala ruang. Daftar kebutuhan tersebut berupa catatan sederhana yang berisi tentang kebutuhan sarana prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tahapan selanjutnya adalah penyampaian kebutuhan dalam kegiatan rapat pada awal tahun, yang melibatkan kepala sekolah, guru dan karyawan di SMPN 2 Tuntang. Seluruh kebutuhan yang diajukan akan ditampung, akan tetapi tidak dapat disetujui atau diadakan begitu saja. Namun sekolah telah memberlakukan kebijakan dimana permohonan kebutuhan akan diseleksi oleh kepala sekolah bersama pihak yang berkepentingan dalam rapat koordiansi terlebih dahulu sebelum disusun dalam rencana kebutuhan. Penyeleksian tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan kepentingan pendidikan, yakni sesuai dengan program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemilihan kebutuhan dipertimbangkan atas mana yang sangat penting, mana yang belum penting dan mana yang tdak penting. Selain itu, pertimbangan lain adalah mengenai anggaran yang dimiliki oleh SMPN 2 Tuntang.

Hasil akhirnya akan menjadi dasar bagi sekolah dalam melaksanakan pengadaan, yakni beruapa daftar kebutuhan apa saja yang dapa dipenuhi pada tahun ini.

Program penentuan kebutuhan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah atau pengelola sarana prasarana saja, namun melibatkan seluruh anggota sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, penanggung jawab setiap ruang, dan karyawan tata usaha.


(6)

44 2. Proses Pengadaan

Proses pengadaan adalah kegiatan pelaksanaan atas kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya dalam rapat awal tahun. Dalam proses pengadaan, SMPN 2 Tuntang selalu menyesuaikan dengan rencana yang telah disusun. Pengadaan semua sarana prasarana selama ini dengan menggunanakan dana dari Pemerintah, baik daerah maupun pusat. SMPN 2 Tuntang menyadarai bahwa dana tersebut juga terbatas, namun sesuai dengan peraturan bahwa sekolah tidak boleh menerima dana dari pihak manapun untuk proses pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan keadaan sarana prasarana belum memadai.

Pengadaan sarana prasarana juga tidak terlepas dari pembuatan proposal. Penyusunan proposal berbeda-beda, hal tersebut akan disesuaikan oleh dana atau anggaran yang dterima dan ditujukan untuk kegiatan tertentu, namun kepastian proposal selalu ditujukan kepada Pemerintah karena dana yang diperoleh hanya dari Pemerintah. Pengadaan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang juga melakukan pelaporan kepada Dinas yang berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban atas anggaran yang diperoleh.

Salah sau kenyataan yang ditemukan adalah tentang masalah yang berhubungan degan pengadaan gedung di SMPN 2.Sesuai dengan hasil yang telah disampaikan diatas, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan disesuaikan dengan rencana. Kaitan dengan gedung, juga dilaksanakan sesuai dengan kondisi nyata yang menunjukkan jika sekolah memang membutuhkan ruang tambahan. Saat ini ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tidak sebanding dengan jumlah rombongan belajar yang ada. SMPN 2 Tuntang mempunyai jumlah 20 rombongan belajar,


(7)

45 tetapi sekolah hanya memiliki 18 kelas sebagai tempat belajar sehari-hari. Sehingga rombongan belajar yang belum memiliki kelas harus menempati ruang media dan lab IPA untuk sementara. Kekurangan kelas ini terjadi karena pada tahun ajaran 2013/2014 sekolah menerima murid dalam jumlah lebih, artinya tidak sesuai dengan kelas yang dimiliki. Hal ini dilakukan SMPN 2 Tuntang dengan maksud untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat mengenai pendidikan. Kesadaran pendidikan masyarakat di rasa semakin meningkat, sehingga minat mereka untuk mengikuti pendidikan juga meningkat. Sebelum memutuskan untuk menerima siswa dengan jumlah lebih, SMPN 2 Tuntang sudah melaporkannya kepada Dinas tentang hal ini. Hasil dari laporan tersebut mendapatkan persetujuan dari Dinas atas beberepa pertimbangan, salah satunya adalah jarak antara SMPN 2 Tuntang dengan SMP lainnya. Persetujuan tersebut disertai dengan kesanggupan Dinas untuk membantu dalam pengusulan kelas baru untuk SMPN 2 Tuntang. Syaratnya adalah pengajuan proposal sesuai dengan kondisi nyata saat ini. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa SMPN 2 Tuntang memang kekurangan kelas yang ditunjukkan melalui foto. Pengajuan proposal telah dilakukan, namun sampai saat ini belum ada kejelasan tentang anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan kelas baru. Sehingga SMPN 2 Tuntang hanya bisa menunggu dana turun, baru dapat melaksanakan kegiatan pembangunan untuk kelas baru.

3. Penggunaan

Salah satu hal penting yang ada di dalam kegiatan manajemen sarana prasarana adalah pengelolaan atas penggunaan. Seluruh pihak yanag ada di


(8)

46 sekolah memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sarana prasarana yang dimilki sekolah, namun tanggung jawab khusus juga diterapkan di SMPN 2 Tuntang dengan sistem tertentu. Pengelolaan dalam pemakaian sarana dengan sistem tertentu sesuai dengan jenis barang, yakni sebagai berikut :

1. Bahan Habis Pakai

Pemakaian bahan habis pakai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing guru. Kebutuhan tersebut telah diajukan oleh guru pada awal tahun ajaran yang disetujui oleh kepala sekolah. Nantinya akan di belanjakan oleh tim pembelanjaan. Pengelolaan bahan habis pakai di SMPN 2 Tuntang menggunakan sistem pendistribusian langung, artinya barang-barang yang sudah diterima oleh pihak penerima barang akan langsung disalurkan kepada pihak yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu.

2. Bahan Tidak Habis Pakai

Pemakaian bahan tidak habis pakai di SMPN 2 Tuntang selalu ada pengawasan dari pihak pengelola sarana dan prasarana. Pengelolaan pemakaian bahan tidak habis pakai diberlakukan sistem pinjam. Dimana peminjaman akan dilakukan oleh pihak yang membutuhkan kepada penanggung jawab barang tersebut. Penanggung jawab disini sesuai dengan jenis dan lokasi barang tersebut tersimpan. Misalnya laptop ada di ruang guru, maka tanggung jawab ada pada salah satu guru di kantor tersebut. Contoh lain bahan tidak habis pakai adalah LCD, kendaraan roda dua, kamera dll. Sistem peminjaman bahan tidak habis pakai juga akan


(9)

47 dilakukan pencatatan, pencatatan berupa tanggal pinjam dan kembali yang disertai tanda tangan pihak yang meminjam.

4. Pengurusan

Pengurusan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang telah melibatkan semua anggota sekolah antara lain guru, karyawan dan siswa. Hal ini merupakan bentuk daripengaturan sarana prasarana. Pengaturan secara khusus dillaksanakan oleh penanggung jawab tertinggi yakni pihak pengurus sarpras, selain itu melibatkan tata usaha, kepala perpustakaan, dan kepala laboratorium untuk mengatur terkait dengan inventarisasi sarana prasarana yang ada, prosedur penggunaan, serta pemeliharaannya. Pemelihaarn yang dilakukan sebagai contoh aalah pengecatan tembok yang dilakukan setiap tahunnya. Guru dan seluruh karyawan maupun siswa juga ikut andil dalam pemeliharan atau menjaga sarana prasarana yang ada di sekolah. Dalam pengurusan semua sarana dan prasarana telah disertai denganpencatatan secara periodik. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mewujudkan efisiensi dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Pencataan tersebut dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana bagian pencatatan, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban aatas pengelolaan yang dilaksanakan.

Kegiatan yang dilakukan oleh SMPN 2 Tuntang terkait sarana prasarana adalah inventarisasi. Inventarisasi sarana prasarana di SMP 2 Tuntang meliputi seluruh sarana prasarana yng dimiliki. Pencatatan atau alat administrasi yang dimliki antara lain buku inventarisasi, buku pembelian dan kartu barang. Tetapi kepemilikan tiga instrumen tersebut, tidak dimanfaatkan oleh SMPN 2 Tuntang


(10)

48 sebagai alat/tempat untuk mencatat. Kenyataannya adalah bahwa saat ini pencatatan yang dilakukan hanya berupa inventaris sekolah secara komputerisasi. 5. Pertanggungjawaban

Penggunaan barang-barang inventaris di SMPN 2 Tuntang akan dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan secara rutin.Pembuatan laporan dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana, yakni bagian pencatatan. Laporan penggunaan dan kepemilikan barang-barang tersebut ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Laporan ini dilakukan pertahun, yakni dua kali dalam setahun.

Pembuatan laporan ini adalah tugas pihak pengelola sarana prasarana, sesuai dengan hasil dokumentasi ada beberapa komponen yang masuk dalam laporan. Komponennya sebagai berikut :

1. Kartu inventaris barang a. Tanah

No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), luas M2, tahun perolehan, status tanah yang terdiri dari hak dan sertifikat (tanggal dan nomor), penggunaan, asal-usul, harga serta keterangan. b. Peralatan dan mesin

No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), merk/tipe, ukuran/CC, bahan, tahun perolehan, nomor (rangka pabrik, mesin, polisi, bpkb), asal-usul, harga serta keterangan


(11)

49 c. Gedung dan bangunan

No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), konstruksi(tingkat/beton), luas lantai M2, letak atau alamat lokasi, dokumen gedung (tanggal, nomor, luas M2) dan status tanah (luas, status, kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat) serta keterangan.

d. Jalan, irigasi dan jaringan

No, jenis/nama barang, nomor (kode barang dan register), konstruksi, panjang KM, lebar M, letak lokasi, dokumen gedung (tanggal, nomor, status, kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat) serta keterangan.

e. Aset tetap lainnya

No, kode barang, jenis barang/nama barang, nomor registrasi, merk, tipe, bahan, tahun pembelian/perolehan, nomor pabrik, ukuran, jumlah, asal-usul/cara peroleh, harga, keterangan.

f. Konstruksi dalam pengerjaan

Laporan ini akan terisi apabila SMPN 2 Tuntang sedang melaksanakan kegiatan pembangunan gedung. Laporan terdiri dari kolom No, jenis barang/nama barang, bangunan, konstruksi bangunan (tingkat, beton), luas lantai, letak/alamat, dokumen gedung (tanggal, nomor), tanggal mulai kerja, tanah (status, kode), asal-usul, harga, keterangan.


(12)

50 2. Buku inventaris ekstracomtable

Daftar atau laporan inventaris ekstracomtable merupakan barang-barang yang mengisi atau dimiliki oleh lab IPA. Laporan didalamnya antara lain No, nomor (kode baranag dan register), jenis barang/nama barang, konstruksi (tingkat, beton), luas lantai M2, letak atau alamat lokasi, dokumen gedung (tanggal, nomor, luas M2, status tanah (luas, status, kode), asal-usul, harga, kondisi (baik, kurang baik, rusak berat), keterangan.

3. Bantuan yang menambah nilai aset APBD I SMPN 2 Tuntang

Kelengkapan laporan ini terdiri dari no, uraian, merk, type, bahan, kuitansi/bukti (tanggal, nomor), tahun, jumlah (satuan, harga, nilai aset), sumber dana, keterangan.

4. Bantuan yang menambah nilai aset APBD II SMPN 2Tuntang

Laporan terdiri dari no, uraian, merk, type, bahan, kuitansi/bukti (tanggal, nomor), tahun, jumlah (satuan, harga, nilai aset), sumber dana, keterangan. 4.2Pembahasan Manajemen Sarana Prasarana di SMPN 2 Tuntang

Manajemen sarana dan prasarana diterapkan di SMPN 2 Tuntang dengan maksud agar dapat mempermudah berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan sarana prasarana agar tujuan sekolah dapat tercapai. Arikunto (2012: 3) menjelaskan bahwa manajemen selalu menyangkut adanya 3 hal yakni usaha kerjasama, oleh dua orang atau lebih, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan manajemen menurut Daryanto, ada 5 kegiatan, antara lain penentuan kebutuhan, proses


(13)

51 pengadaan, penggunaan, pengurusan dan pencatatan, serta pertanggungjawaban. Pembahasan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Kebutuhan

Penentuan kebutuhan sarana prasarana merupakan langkah awal yang harus disusun oleh sekolah sebagai upaya untuk menambah sarana prasarana yang akan ditentukan atas dasar kebutuhan secara nyata.

Penentuan kebutuhanyang dilakukan selama ini terdiri dari 3 hal yakni program analisis kebutuhan yang dilaksanakan oleh masing-masing guru dan juga setiap penanggung jawab atau kepala ruang. Daftar kebutuhan tersebut berupa catatan sederhana yang berisi tentang kebutuhan sarana prasarana yang dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tahapan selanjutnya adalah penyampaian kebutuhan dalam kegiatan rapat pada awal tahun, yang melibatkan kepala sekolah, guru dan karyawan di SMPN 2 Tuntang. Seluruh kebutuhan yang diajukan akan ditampung, akan tetapi tidak dapat disetujui atau diadakan begitu saja. Namun sekolah telah memberlakukan kebijakan dimana permohonan kebutuhan akan diseleksi oleh kepala sekolah bersama pihak yang berkepentingan dalam rapat koordiansi terlebih dahulu sebelum disusun dalam rencana kebutuhan. Hal ini di dukung oleh Barnawi (2012: 51)

yang menjelaskan bahwa

perencanaansaranadanprasaranapendidikanmerupakan proses perancanganupayapembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daurulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusiataupembuatanperalatandanperlengkapan yang sesuaidengankebutuhansekolah. Penyeleksian tersebut akan dipertimbangkan


(14)

52 berdasarkan kepentingan pendidikan, yakni sesuai dengan program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemilihan kebutuhan dipertimbangkan atas mana yang sangat penting, mana yang belum penting dan mana yang tdak penting. Selain itu, pertimbangan lain adalah mengenai anggaran yang dimiliki oleh SMPN 2 Tuntang. Beberapa kegiatan di SMPN 2 Tuntang mengenai perencanaan kebutuhan di dalam proses penentuan kebutuhan, di

dukung oleh Bafadal (2003: 27),

perencanaansaranadanprasaranasekolahharusmemenuhiprinsip-prinsip:

a. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual.

b. Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan.

c. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran.

d. Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.

Hasil akhirnya akan menjadi dasar bagi sekolah dalam melaksanakan pengadaan, yakni berupa daftar kebutuhan apa saja yang dapa dipenuhi pada tahun ini.

Program penentuan kebutuhan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah atau pengelola sarana prasarana saja, namun melibatkan seluruh anggota sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, penanggung jawab setiap ruang, dan karyawan tata usaha.

2. Proses Pengadaan

Proses pengadaan adalah kegiatan pelaksanaan atas kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya dalam rapat awal tahun. Dalam proses


(15)

53 pengadaan, SMPN 2 Tuntang selalu menyesuaikan dengan rencana yang telah disusun. Hal ini sesuai dengan (Daryanto, 2013: 112) bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasi rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya Pengadaan semua sarana prasarana selama ini dengan menggunakan dana dari Pemerintah, baik daerah maupun pusat. Jadi semua sarana prasarana sekolah diuapayakan dengan pembelian sesuai dengan Barnawi (2012: 60) yang menyebutkan bahwa Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan. Sehingga pengadaan sarana prasarana juga tidak terlepas dari pembuatan proposal. Penyusunan proposal berbeda-beda, hal tersebut akan disesuaikan oleh dana atau anggaran yang dterima dan ditujukan untuk kegiatan tertentu, namun kepastian proposal selalu ditujukan kepada Pemerintah karena dana yang diperoleh hanya dari Pemerintah.

Salah satu kenyataan yang ditemukan adalah tentang masalah yang berhubungan degan pengadaan gedung di SMPN 2.Sesuai dengan hasil yang telah disampaikan diatas, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan disesuaikan dengan rencana. Kaitan dengan gedung, juga dilaksanakan sesuai dengan kondisi nyata yang menunjukkan jika sekolah memang membutuhkan ruang tambahan. Saat ini ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tidak


(16)

54 sebanding dengan jumlah rombongan belajar yang ada. SMPN 2 Tuntang mempunyai jumlah 20 rombongan belajar, tetapi sekolah hanya memiliki 18 kelas sebagai tempat belajar sehari-hari. Sehingga rombongan belajar yang belum memiliki kelas harus menempati ruang media dan lab IPA untuk sementara. Kekurangan kelas ini terjadi karena pada tahun ajaran 2013/2014 sekolah menerima murid dalam jumlah lebih, artinya tidak sesuai dengan kelas yang dimiliki. Kegiatan ini tidak mendukung teori Menurut (Daryanto. 2013: 109) yang menjelaskan bahwa Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/kabupaten.Selanjutnya, perhitungan kebutuhan raung belajar dapat diformulasikan sebagai berikut :

- Jumlah siswa

- Kebutuhan yang diperkirakan sekarang - Tambahan ruang belajar

- Jumlah siswa - Rata-rata per kelas 3. Penggunaan

Salah satu hal penting yang ada di dalam kegiatan manajemen sarana prasarana adalah pengelolaan atas penggunaan. Seluruh pihak yanag ada di sekolah memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sarana prasarana yang dimilki sekolah, namun tanggung jawab khusus juga diterapkan di SMPN 2 Tuntang dengan sistem tertentu. Pengelolaan dalam


(17)

55 pemakaian sarana dengan sistem tertentu sesuai dengan jenis barang, yakni sebagai berikut :

a. Bahan Habis Pakai

Penggunaan/ pemakaian bahan habis pakai disesuaikan dengan kebutuhan di SMPN 2 Tuntang. Menggunakan sistem pendistribusian langung, berarti barang-barang yang sudah diterima dan di inventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Sehingga SMPN 2 Tuntang telah menetapkan prinsip efektivitas, kegiatan tersebut mendukung teori Daryanto (2013: 112) bahwa Prinsip efektfitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu, teori lain juga mendukung bahwa hal ini dilakukan sekolah karena bahan habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat (Daryanto, 2013: 106). Oleh karenanya SMPN 2 Tuntang tidak melakukan penyimpanan atas barang habis pakai.

b. Bahan Tidak Habis Pakai

Pemakaian bahan tidak habis pakai di SMPN 2 Tuntang berada dibawah pengawasan pengelola sarana dan prasarana. Pengelolaan pemakaian bahan tidak habis pakai diberlakukan sistem pinjam. Sesuai pendapat Arikunto (2013: 107) yang menjelaskan bahwa barang tidak


(18)

56 habis pakai juga dapat dikategorikan sarana pendidikan tahan lama, adalah keselutuhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, SMPN 2 Tuntang mengelolanya dengan penyimpanan sesuai jenis barang dan lokasi penyimpanan. Barang-barang tersebut telah dikelola dengan sistem peminjaman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daryanto (2013: 112) tentang prinsip efisiensi yakni pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.

4. Pengurusan

Pengurusan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang telah melibatkan semua anggota sekolah terkait sarana prasarana yang ada. Dalam pengurusan semua sarana dan prasarana telah disertai dengan pencatatan secara periodik. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mewujudkan efisiensi dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Pencataan tersebut dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana bagian pencatatan, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban aatas pengelolaan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan oleh SMPN 2 Tuntang terkait sarana prasarana adalah inventarisasi. Bafadal( 2003: 61)mengemukakan pengertian inventarisasi, yakni pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Inventarisasi sarana prasarana di SMP 2 Tuntang meliputi seluruh


(19)

57 sarana prasarana yng dimiliki.Pencatatan atau alat administrasi yang dimliki antara lain buku inventarisasi, buku pembelian dan kartu barang. Tetapi kepemilikan tiga instrumen tersebut, tidak dimanfaatkan oleh SMPN 2 Tuntang sebagai alat/tempat untuk mencatat. Kenyataannya adalah bahwa saat ini pencatatan yang dilakukan hanya berupa inventaris sekolah secara komputerisasi.

5. Pertanggungjawaban

Penggunaan barang-barang inventaris SMPN 2 Tuntang telah dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan pengadaan dan penggunaan sarana prasarana. Hal ini juga sesuai dengan (Bafadal, 2003:61). yang menjelaskan bahwa Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya, sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya Sekolah negeri melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah, sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada yayasan.

Laporan tersebut yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Hal tersebut sejalan dengan teori Daryanto (2013: 126) yang menyebutkan bahwa kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan adalah kegiatan yangberhubungan dengan pembuatan laporan. Laporan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun, yakni satu semester (bulan 1 sampai bulan 6) dan satu tahun (bulan 1 sampai bulan


(20)

58 12).Pembuatan laporan ini merupakan salah satu tugas dari pihak pengelola sarana prasarana, sesuai dengan hasil dokumentasi ada beberapa komponen yang masuk dalam laporan adalah kartu inventaris barang, Buku inventaris ekstracomtable, Bantuan yang menambah nilai aset APBD I SMPN 2 Tuntang, Bantuan yang menambah nilai aset APBD II SMPN 2 Tuntang

Diantara beberapa komponen dalam laporan tersebut, sejalan dengan teori dari Koesmadji dkk (2004) dalam Daryanto (2013: 126) yang meyebutkan bahwa hal-hal umum yang diperlukan pada inventaris mencakup : kode alat/ bahan, nama alat/bahan, spesifikasi alat/bahan (merk, tipe, dan pabrik pembuatan alat, sumber pemberi alat dan tahun pengadaan, tahun penggunaan, jumlah dan kuantitas, kondisi alat (baik atau rusak).


(1)

53 pengadaan, SMPN 2 Tuntang selalu menyesuaikan dengan rencana yang telah disusun. Hal ini sesuai dengan (Daryanto, 2013: 112) bahwa pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasi rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya Pengadaan semua sarana prasarana selama ini dengan menggunakan dana dari Pemerintah, baik daerah maupun pusat. Jadi semua sarana prasarana sekolah diuapayakan dengan pembelian sesuai dengan Barnawi (2012: 60) yang menyebutkan bahwa Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan. Sehingga pengadaan sarana prasarana juga tidak terlepas dari pembuatan proposal. Penyusunan proposal berbeda-beda, hal tersebut akan disesuaikan oleh dana atau anggaran yang dterima dan ditujukan untuk kegiatan tertentu, namun kepastian proposal selalu ditujukan kepada Pemerintah karena dana yang diperoleh hanya dari Pemerintah.

Salah satu kenyataan yang ditemukan adalah tentang masalah yang berhubungan degan pengadaan gedung di SMPN 2.Sesuai dengan hasil yang telah disampaikan diatas, pelaksanaan pemenuhan kebutuhan akan disesuaikan dengan rencana. Kaitan dengan gedung, juga dilaksanakan sesuai dengan kondisi nyata yang menunjukkan jika sekolah memang membutuhkan ruang tambahan. Saat ini ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tidak


(2)

54 sebanding dengan jumlah rombongan belajar yang ada. SMPN 2 Tuntang mempunyai jumlah 20 rombongan belajar, tetapi sekolah hanya memiliki 18 kelas sebagai tempat belajar sehari-hari. Sehingga rombongan belajar yang belum memiliki kelas harus menempati ruang media dan lab IPA untuk sementara. Kekurangan kelas ini terjadi karena pada tahun ajaran 2013/2014 sekolah menerima murid dalam jumlah lebih, artinya tidak sesuai dengan kelas yang dimiliki. Kegiatan ini tidak mendukung teori Menurut (Daryanto. 2013: 109) yang menjelaskan bahwa Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/kabupaten.Selanjutnya, perhitungan kebutuhan raung belajar dapat diformulasikan sebagai berikut :

- Jumlah siswa

- Kebutuhan yang diperkirakan sekarang - Tambahan ruang belajar

- Jumlah siswa - Rata-rata per kelas 3. Penggunaan

Salah satu hal penting yang ada di dalam kegiatan manajemen sarana prasarana adalah pengelolaan atas penggunaan. Seluruh pihak yanag ada di sekolah memiliki tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sarana prasarana yang dimilki sekolah, namun tanggung jawab khusus juga diterapkan di SMPN 2 Tuntang dengan sistem tertentu. Pengelolaan dalam


(3)

55 pemakaian sarana dengan sistem tertentu sesuai dengan jenis barang, yakni sebagai berikut :

a. Bahan Habis Pakai

Penggunaan/ pemakaian bahan habis pakai disesuaikan dengan kebutuhan di SMPN 2 Tuntang. Menggunakan sistem pendistribusian langung, berarti barang-barang yang sudah diterima dan di inventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Sehingga SMPN 2 Tuntang telah menetapkan prinsip efektivitas, kegiatan tersebut mendukung teori Daryanto (2013: 112) bahwa Prinsip efektfitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu, teori lain juga mendukung bahwa hal ini dilakukan sekolah karena bahan habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat (Daryanto, 2013: 106). Oleh karenanya SMPN 2 Tuntang tidak melakukan penyimpanan atas barang habis pakai.

b. Bahan Tidak Habis Pakai

Pemakaian bahan tidak habis pakai di SMPN 2 Tuntang berada dibawah pengawasan pengelola sarana dan prasarana. Pengelolaan pemakaian bahan tidak habis pakai diberlakukan sistem pinjam. Sesuai pendapat Arikunto (2013: 107) yang menjelaskan bahwa barang tidak


(4)

56 habis pakai juga dapat dikategorikan sarana pendidikan tahan lama, adalah keselutuhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, SMPN 2 Tuntang mengelolanya dengan penyimpanan sesuai jenis barang dan lokasi penyimpanan. Barang-barang tersebut telah dikelola dengan sistem peminjaman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daryanto (2013: 112) tentang prinsip efisiensi yakni pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.

4. Pengurusan

Pengurusan sarana prasarana di SMPN 2 Tuntang telah melibatkan semua anggota sekolah terkait sarana prasarana yang ada. Dalam pengurusan semua sarana dan prasarana telah disertai dengan pencatatan secara periodik. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mewujudkan efisiensi dalam pengelolaan sarana dan prasarana. Pencataan tersebut dilakukan oleh pihak pengelola sarana prasarana bagian pencatatan, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban aatas pengelolaan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan oleh SMPN 2 Tuntang terkait sarana prasarana adalah inventarisasi. Bafadal( 2003: 61)mengemukakan pengertian inventarisasi, yakni pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Inventarisasi sarana prasarana di SMP 2 Tuntang meliputi seluruh


(5)

57 sarana prasarana yng dimiliki.Pencatatan atau alat administrasi yang dimliki antara lain buku inventarisasi, buku pembelian dan kartu barang. Tetapi kepemilikan tiga instrumen tersebut, tidak dimanfaatkan oleh SMPN 2 Tuntang sebagai alat/tempat untuk mencatat. Kenyataannya adalah bahwa saat ini pencatatan yang dilakukan hanya berupa inventaris sekolah secara komputerisasi.

5. Pertanggungjawaban

Penggunaan barang-barang inventaris SMPN 2 Tuntang telah dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan pengadaan dan penggunaan sarana prasarana. Hal ini juga sesuai dengan (Bafadal, 2003:61). yang menjelaskan bahwa Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya, sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya Sekolah negeri melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah, sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada yayasan.

Laporan tersebut yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Hal tersebut sejalan dengan teori Daryanto (2013: 126) yang menyebutkan bahwa kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan adalah kegiatan yangberhubungan dengan pembuatan laporan. Laporan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun, yakni satu semester (bulan 1 sampai bulan 6) dan satu tahun (bulan 1 sampai bulan


(6)

58 12).Pembuatan laporan ini merupakan salah satu tugas dari pihak pengelola sarana prasarana, sesuai dengan hasil dokumentasi ada beberapa komponen yang masuk dalam laporan adalah kartu inventaris barang, Buku inventaris ekstracomtable, Bantuan yang menambah nilai aset APBD I SMPN 2 Tuntang, Bantuan yang menambah nilai aset APBD II SMPN 2 Tuntang

Diantara beberapa komponen dalam laporan tersebut, sejalan dengan teori dari Koesmadji dkk (2004) dalam Daryanto (2013: 126) yang meyebutkan bahwa hal-hal umum yang diperlukan pada inventaris mencakup : kode alat/ bahan, nama alat/bahan, spesifikasi alat/bahan (merk, tipe, dan pabrik pembuatan alat, sumber pemberi alat dan tahun pengadaan, tahun penggunaan, jumlah dan kuantitas, kondisi alat (baik atau rusak).