PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN: Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecama

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI

BAGIAN TUMBUHAN

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Tiktik Meika Satriani 1106778

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Titik Meika Satriani, 2013

2013

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Make a Match dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Struktur dan

Fungsi Bagian Tumbuhan

Oleh

Tiktik Meika Satriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tiktik Meika Satriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

Titik Meika Satriani, 2013

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI

BAGIAN TUMBUHAN

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok)

Oleh:

Tiktik Meika Satriani 1106778

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH: Pembimbing I

Eni Nuraeni, S.Pd., M.Pd. NIP. 197606052001122001

Pembimbing II

Drs. H. Dede Somarya, M.Pd. NIP. 195803051984031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendididkan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. H. Babang Robandi, M.Pd. NIP. 196108141986031001


(5)

(6)

I

Titik Meika Satriani, 2013

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI

BAGIAN TUMBUHAN

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok)

Tiktik Meika Satriani

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil ulangan harian pertama pada mata pelajaran IPA semester I tahun pelajaran 2012/2013 di kelas IV SD Negeri Pengasinan 01 Kecamatan Sawangan Depok yakni hanya 45% siswa yang mendapat nilai di atas KKM yang telah ditentukan, yaitu 65,0. Minat siswa terhadap pelajaran IPA kurang karena dalam proses pembelajaran guru menggunakan pendekatan yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa tidak aktif terlibat selama proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model cooperative learning tipe make a match. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrument yang digunakan berupa LKS, tes siklus I, tes siklus II, lembar observasi guru, dan lembar observasi keaktifan siswa. hasil dari pelaksanaan PTK ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan perubahan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Terlihat dengan hasil tes pada siklus I nilai rata-rata kelas 63,5 atau sebanyak 57% siswa mencapai nilai KKM dan pada siklus II nilai rata-rata kelas 73,2 atau sebanyak 93% siswa mencapai nilai KKM. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan telah tuntas, karena sudah lebih dari 80% siswa mencapai ketuntasannya. Disarankan bagi teman sesama guru diharapkan dapat menggunakan model cooperative learning tipe make a match sebagai salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Dasar.


(7)

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL

TYPE MAKE A MATCH TO INCREASING STUDENT’S

RESULT LEARNING IN MATERIAL THE PLANT

STRUCTURE AND FUNCTION

(Classroom Action Research Conducted at SDN Pengasinan 01 Class IV Semester I Academic Year 2012/1013 Sawangan Depok)

Tiktik Meika Satriani ABSTRACT

This research is motivated low first daily test results in science subjects the first semester of academic year 2012/2013 in the fourth grade at SDN Pengasinan 01 Sawangan Depok where only 45% of students who scored above a predetermined KKM, which is 65.0. Students interest towards science teaching in the learning process less because teachers use less approach engages students so that students are not actively involved during the learning process. The purpose of this research is to improve and enhance the student learning outcomes and increasing student activity in learning process. Learning model used in this study is a type of cooperative learning models make a match. the research method used was Classroom Action Research (CAR), which is conducted in two cycles, each cycle consisting of four stages: planning, implementation, observation, and reflection. Instruments used in the form of worksheets, first cycle test, second cycle test,

teacher’s observation sheets, observation and student activity sheet. Result of the implementation of this CAR is an increasing student learning outcomes from the first cycle to the second cycle. Improving student learning outcomes indicated by changes in the value of the average grade and completeness of student learning outcomes from the first cycle to the second cycle. Seen with the results of the tests on the first cycle class average value is 63.5 or as many as 57% of students


(8)

I

Titik Meika Satriani, 2013

reached the KKM and the second cycle class average value is 73.2 or as many as 93% of students reached the KKM. This implementation of the science lesson about the structure and function of the plant has been completed, because more than 80% of students achieving thoroughness. Suggested for fellow teachers are expected to use cooperative learning models type make a match as an alternative to improve the learning outcomes of student in primary school.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

II. KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Model Cooperative Learning Tipe Make a Match ... 11

B. Hasil Belajar ... 22

C. Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan ... 26


(10)

v

Titik Meika Satriani, 2013

A. Metode Penelitian ... 32

B. Model Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Prosedur Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Pengolahan dan Analisis Data ……… …….38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Siklus I ……….... 43

a. perencanaan Tindakan siklus I ………... 43

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ……….. 44

c. Pengamatan Tindakan Siklus I ……….. 52

d. Refleksi Tindakan Siklus I ………... 58

2. Siklus II ……….. 59

a. perencanaan Tindakan siklus II ………. 56

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……… 60


(11)

d. Refleksi Tindakan Siklus II ……….. 74

B. Pembahasan ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(12)

vii

Titik Meika Satriani, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 39

Tabel 3.2 Skala Penilaian ... 40

Tabel 3.3 Kategori Aktifitas Belajar Siswa... 41

Tabel 4.1 Daftar Nama Kelompok LKS ... 46

Tabel 4.2 Hasil LKS Kelompok A ... 47

Tabel 4.3 Hasil LKS Kelompok B ... 48

Tabel 4.4 Hasil Tes Akhir Siklus I ... 50

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Observasi KBM Siklus I ... 53

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Observasi KBM Siklus I ... 55

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I... 57

Tabel 4.8 Daftar Nama Kelompok LKS ... 62


(13)

Tabel 4.10 Hasil LKS Kelompok B ... 64

Tabel 4.11 Hasil Tes Siklus II ... 66

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Observasi KBM Siklus II ... 69

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Observasi KBM Siklus II ... 71

Tabel 4.14 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 73

Tabel 4.15 Ketuntasan Belajar Siswa... 76

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Diagram Alur PTK ... 34

Gambar 4.1 Grafik Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 52

Gambar 4.2 Grafik Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 68


(14)

ix


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan sangat pokok dalam kehidupan manusia. Pentingnya pendidikan terlihat dari banyaknya orang dari berbagai kalangan masyarakat dan pemerintah membicarakan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan menjadi harapan semua pihak. Banyaknya pembicaraan yang bertujuan mengevaluasi palaksanaan pendidikan dengan sasaran adanya peningkatan mutu pendidikan tersebut. Ramainya pembicaraan mengenai pendidikan tidak secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan, akan tetapi hal lain yang penting adalah usaha nyata dari segala pembicaraan itu harus secara baik dilaksanakan di lapangan agar tujuan pendidikan yang dihendaki dapat terwujud.

Dewasa ini banyak pihak yang menyoroti rendahnya mutu pendidikan Indonesia yang berada diperingkat 69 di dunia (Global Monitoring Report

2011, UNESCO). Data dari UNESCO tersebut cukup memprihatinkan

kalangan masyarakat terutama kalangan praktisi pendidikan dan menjadi tanggung-jawab semua pihak untuk mengadakan evaluasi dan perbaikan-perbaikan agar permasalahan ini dapat diatasi. Wujud peningkatan kualitas


(16)

2

Titik Meika Satriani, 2013

diharapkan dapat melahirkan lulusan yang berguna bagi masyarakat dan mampu bersaing ditingkat internasional.

Peningkatan kualitas pendidikan memerlukan keterlibatan semua pihak diantaranya masyarakat itu sendiri. Dukungan masyarakat itu diantaranya dengan menjaga lingkungan pendidikan yang kondusif agar pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Keluarga sebagai tempat berasalnya peserta didik merupakan lingkungan yang berpengaruh besar dalam membekali siswa agar dapat belajar dengan baik ketika mengikuti pembelajaran di sekolah atau kelas. Salah satu bentuk dukungan dari keluarga adalah membantu siswa dalam menyelesaiakn tugas-tugas sekolah.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

J. J. Rousseau (dalam Faturrahman dkk, 2012:1) menyatakan bahwa pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses pembekalan untuk mengembangkan keterampilan,


(17)

3

kebiasaan, dan sikap siswa yang berguna bagi kehidupannya dimasa yang akan datang dan agar dapat menjadi warga negara yang baik.

Pendidikan memiliki tiga aspek tujuan pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Aspek afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Sedangkan aspek psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sekolah atau pendidikan formal memiliki peran dalam pendidikan yaitu sebagai tempat dimana peserta didik dibimbing untuk mendapatkan bekal yang telah diperoleh dari pendidikan informal dalam keluarga baik berupa keterampilan pengetahuan dan sikap. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang utama sebagai penentu keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan. Belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Menurut Faturrahman, dkk (dalam Pengantar Pendidikan 2012:12-13)

Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain: (1) belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, (2) belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, (3) belajar merupakan


(18)

4

Titik Meika Satriani, 2013

kegiatan yang bertujuan ke arah yang ingin dicapai, (4) belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan seluruh tingkah laku secara integral, (5) belajar adalah proses interaksi, dan (6) belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi disebabkan siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan belajar. Tindakan belajar tersebut tampak seperti perilaku yang tampak dari luar.

Dalam KTSP Depdiknas Ditjen Manajemen dikdasmen Ditjen pembinaan Taman Kanak-kanak & Sekolah Dasar tahun 2007:13-14 mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya; (2) mengenbangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk meyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


(19)

5

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPA SD/MI Dalam Depdiknas Ditjen Manajemen dikdasmen Ditjen pembinaan TK & SD tahun 2007:14, secara garis besar terinci menjadi 4 kelompok, yaitu:

(1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interakinya dengan lingkungan serta kesehatan; (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat, dan gas; (3) energy dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana; (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Salah satu pokok bahasan IPA yang diajarkan di Sekolah Dasar kelas IV pada semester I adalah struktur dan fungsi bagian tumbuhan, yang mencakup akar, batang, daun, bunga, dan buah.

Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama pada mata pelajaran IPA semester I tahun pelajaran 2012/2013 di kelas IV SDN Pengasinan 01 Sawangan Depok, hanya 45% siswa yang mendapat nilai di atas KKM yang telah ditentukan, yaitu 65,0.

Upaya peningkatan hasil belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Model pembelajaran yang dipilh hendaknya dapat menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa hendaknya ditempatkan sebagai subjek bukan objek yang hanya menerima, karena hal ini akan membuat siswa jenuh sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai kurang terpenuhi. Oleh karena itu


(20)

6

Titik Meika Satriani, 2013

dalam proses pembelajaran siswa hendaknya dilibatkan untuk ikut berperan aktif dalam merumuskan dan menemukan konsep-konsep yang diajarkan.

Pengamatan yang dilakukan pada pembelajaran IPA di SDN Pengasinan 01, peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang variatif yang sesuai dengan materi dan kurangnya siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapakan lebih banyak menggunakan metode ceramah yang menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran. Ketika guru menerangkan banyak siswa yang mengantuk, atau melakukan aktivitas masing-masing seperti mengobrol, menggambar, mengganggu teman, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai kurang terpenuhi.

Kondisi ini menurut penulis perlu diperbaiki terutama dalam menentukan model pembelajaran yang diterapkan. Peneliti berpendapat salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa adalah pembelajaran model cooperative learning. Pembelajaran kooperatif atau cooperative

learning merupakan metode pengajaran yang mengacu pada kerjasama antar

siswa dalam kelompok kecil, saling membantu dalam belajar untuk menguasai konsep-konsep yang diberikan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali tipe. Salah satunya adalah tipe Make a Match, yaitu model pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa memainkan permainan dengan menggunakan media


(21)

kartu-7

kartu yang terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Adapun alasan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe make

a match dalam penelitian ini karena tipe ini cukup mudah dan sederhana

untuk dilakukan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe make a match memiliki kelebihan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa karena ada unsure permainan sehingga proses belajar menjadi menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make a Match dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa pada Materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan”, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini, nilai hasil belajar siswa dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match tentang materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di

SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok?


(22)

8

Titik Meika Satriani, 2013

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match tentang materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di

SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa tentang materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengungkapkan perencanaan model pembelajaran kooperatif tipe make

a match tentang materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di SDN

Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok.

2. Mengungkapkan pelaksanaan penerapan model pembelajarran kooperatif tipe make a match tentang materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok.


(23)

9

3. Mengungkapkan peningkatan hasil belajar siswa tentang materi struktur dan fungsi tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di SDN Pengasinan 01 Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Sawangan Kota Depok.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran di kelas.

b. Memberikan masukan dan memperluas wawasan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas peserta didik atau siswa terutama dalam pengembangan keaktifannya.


(24)

10

Titik Meika Satriani, 2013

4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran IPA di masa yang selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Adapun istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

2. Model Cooperative learning tipe make a match (mencari pasangan) adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaanya mengajak siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan melalui suatu permainan kartu pasangan dalam waktu tertentu.

3. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajar di sekolah dan melaksanakan tes.

4. Tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki zat hijau daun untuk membuat makannya sendiri. Tumbuhan (plantea) merupakan salah satu klasifikasi dari makhluk hidup. Tumbuhan merupakan makhluk hidup


(25)

11

yang memiliki klorofil atau zat hijau daun sebagai media untuk menciptakan makanannya sendiri.

5. Akar merupakan bagian tumbuhan yang arah tumbuhnya ke dalam tanah. Bentuk akar biasanya meruncing pada ujungnya. Bentuk runcing memudahkan akar menembus tanah.

6. Batang merupakan tempat untuk tumbuhnya akar, daun dan cabang tumbuhan. Batang dapat disebut sumbu tubuh tumbuhan. Arah tumbuh batang tumbuhan menuju sinar matahari. Struktur batang terdiri atas epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele).


(26)

32

Titik Meika Satriani, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research). Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru dalam pembelajaran.

Pengertian penelitian tindakan kelas menurut Kemmis (dalam Sumardoyo,

2012:19), yakni:

Kemmis (1983) penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Selanjutnya Kemmis & Teggart (1988:5-6) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan social mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap siswa tempat dilakukan praktik-praktik ini.

Menurut Elliot, 1999 (dalam Sumardoyo, 2012:19) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi social dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada di dalamnya.

Menurut Kasbolah (1998:12) penelitian tindakan kelas sebagai jenis penelitian tindakan yang dilaksanakan di kelas merupakan penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.


(27)

33

B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis & Teggart. Prosedur atau fase kegiatan, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Perencana (plan) merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke dapan. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan (action) merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Observasi (observation) mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti: memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Refleksi (reflection) merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalm perencanaan tindakan srategik. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi


(28)

34

Gambar 3.1. Diagram alur PTK

situasi sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana.

Desain keempat tahap atau fase tersebut digambarkan sebagai berikut:

Rencana Tindakan . , . , …. Pelakasanaan

tindakan

Observasi Refleksi

tidak berhasil

Refleksi awal

Refleksi Observasi

Pelakasanaan tindakan

Rencana Tindakan . , . , ….


(29)

35

Dalam penelitian ini diharapkan guru akan terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran IPA sehingga siswa akan lebih aktif, kreatif, serta inovatif, dapat meningkatkan aktifitas belajar serta meningkatkan hasil belajar.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pengasinan 01 yang beralamat di Jalan Raya Pengasinan RT.003 RW.003 Kecamatan Sawangan Kota Depok. Subyek penelitian tindakan kelas ini diambil dari siswa kelas IV-B SDN Pengasinan 01 Depok yang jumlahnya 44 orang siswa. penelitian ini dilakukan pada pembelajaran IPA pada standar kompetensi memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan yang berbentuk siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap refleksi akan ditemukan masalah yang perlu mendapat perhatian, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Kegiatan ini akan berlangsung secara berulang sampai tujuan yang diharapkan tercapai. Rencana pelaksanaan pada penelitian ini terdiri dari dua siklus. Adapun penjabaran kegiatan-kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut:


(30)

36

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi awal terlebih dahulu dengan mencari semua informasi yang dibutuhkan sehingga dirasakan adanya masalah, lalu dilakukan identifikasi masalah, analisis masalah, hingga perumusan masalah.

Selanjutnya peneliti membuat semua perencanaan tindakan, diantaranya membuat rencana pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran kooperatif tipe make a

match dan bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, mempersiapkan

sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan., dan mempersiapkan instrumen penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada tahap ini juga peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah pelaksanaan dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini adalah tahap penjelasan materi, pembentukan kelompok, penjelasan aturan dalam permainan, pembagian kartu soal/jawaban, mencari pasangan, melaporkan hasil, dan evaluasi. Setelah itu peneliti mengukur


(31)

37

kemapuan siswa melalui tes hasil belajar dalam bentuk soal pilihan ganda dan uraian.

3. Observasi

Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat atau observer mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, kerjasama yang terjalin antar siswa, dan mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti akan melakukan analisis dan pengkajian terhadap data hasil observasi serta pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan sebagai bahan refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya. Tahap refleksi ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah:


(32)

38

1. Instrument pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS).

2. Instrumen pengambilan data yang terdiri dari: a. Lembar Tes

Tes yang diberikan kepada siswa berupa lembar tes pilihan ganda dan uraian tentang materi pada standar kompetensi memahami hubungan antara struktur tumbuhan dengan fungsinya.

b. Lembar Observasi Guru dan Siswa

Lembar pengamatan yang digunakan adalah lembar pengamatan tersruktur yang terdiri dari beberapa pertanyaan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan tes dan lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi data hasil observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa. Teknis analisis dalam perhitungan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil tes

a. Ketuntasan belajar secara individu

Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan rumus:


(33)

39

b. Ketuntasan belajar secara klasikal

Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:

c. Rata-rata kelas

Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan rumus:

Keterangan: X = nilai rata-rata

∑ X = jumlah seluruh skor N = jumlah subjek (siswa)

Nilai rata-rata setiap siklus ini dikategorikan sesuai dengan kategori hasil belajar pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Kategori Hasil Belajar Siswa

Presentase Rata-rata Kategori 90 – 100 Sangat Baik

81 – 89 Baik 75 – 80 Cukup 51 – 74 Kurang


(34)

40

2. Menganalisis lembar observasi guru

Lembar observasi guru dianalisis untuk memeriksa totalitas penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam pembelajaran. Hal-hal yang terlewat pada proses pembelajaran yang telah dilakukan, dievaluasi dan direfleksikan pada proses pembelajaran berikutnya.

Data observasi diolah menggunakan skala penilaian dengan rentan nilai (4, 3, 2, 1) untuk penilaian keterlaksanaan guru dan pembelajaran yang berarti angka 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang. (Sudjana 2009:77-78) dengan cara memberi tanda centang pada kolom skala nilai. Setelah itu semua nilai diolah menggunakan rumus di bawah ini.

Dan dikonversikan pada skala nilai dengan rentan seratus untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Konversi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Skala Penilaian

Nilai Keterangan

10 – 29 Sangat Kurang 30 – 49 Kurang 50 – 69 Cukup 70 – 89 Baik 90 – 100 Baik Sekali


(35)

41

3. Menganalisis lembar observasi keaktifan siswa

Lembar observasi keaktifan siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang ikut serta aktif dalam pembelajaran kooperatif tipe make a match. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah siswa yang melakukan semua jenis aktivitas b. Menghitung persentase tingkat aktivitas siswa selama pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi aktivitas belajar siswa diolah dengan cara mengkonversi data tersebut tersebut menjadi bentuk persentase dengan menggunakan persamaan:

Selanjutnya skor akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, seperti klasifikasi pada table di bawah ini:

Table 3.3

Kategori Aktivitas Belajar Siswa

Presentase Rata-rata Kategori 80% atau lebih Sangat Baik

60% - 79,99% Baik 40% - 59,99% Cukup 20% - 39,99% Kurang


(36)

42

Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah siswa mampu menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang mengacu pada KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65 untuk ketuntasan individu dan 80% untuk ketuntasan klasikal dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Ketuntasan individu digunakan untuk menentukan ketuntasan secara klasikal, sedangkan ketuntasan klasikal digunakan untuk menentukan keberlangsungan siklus selanjutnya.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan serta hasil penelitian ini akhirnya peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan yang dilaksanakan di Kelas IV SDN Pengasinan 01Kecamatan Sawangan Depok sudah baik, ini terlihat dari indikator yang ingin dicapai yaitu siswa dapat mengetahui struktur batang pada tumbuhan dan fungsinya, siswa dapat mengetahui pengelompokkan batang dan ciri-cirinya, dan siswa dapat mengetahui fungsi batang bagi tumbuhan itu sendiri. Selain itu penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe make a match dengan menggunakan media kartu.

2. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan yang dilaksanakan di Kelas IV SDN Pengasinan 01Kecamatan


(38)

81

Titik Meika Satriani, 2013

Sawangan Depok sudah baik, ini terlihat dari semua aspek dalam pembelajaran yaitu menyampaikan tujuan, menyampaikan materi, menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a

match, memotivasi siswa, dan melakukan evaluasi dapat dilaksanakan

dengan baik sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pelaksanan pembelajaran ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu kegiatan awal yang meliputi apersepsi dan motivasi, kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan kegiatan akhir yang meliputi kesimpulan dan evaluasi.

3. Hasil penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan yang dilaksanakan di Kelas IV SDN Pengasinan 01Kecamatan Sawangan Depok maningkat, ini terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I yang mencapai ketuntasan sebesar 57% dan pada siklus II mencapai ketuntasan sebesar 93%, dengan demikian hasil yang diharapkan yaitu jumlah siswa mencapai ketuntasan lebih dari 80%.

B. Saran

Penelitian ini memberikan hasil yang positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA kelas IV SDN Pengasinan 01 kecamatan Sawangan Depok, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru


(39)

82

a. Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran di kelas.

b. Memberikan masukan dan memperluas wawasan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas peserta didik atau siswa terutama dalam pengembangan keaktifannya. 4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran IPA di masa yang selanjutnya.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terbatas pada pengambilan subjek yang sempit dan pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan, untuk itu perlu ada penelitian lanjutan dengan pengambilan subjek yang lebih luas dengan materi yang berbeda.


(40)

Titik Meika Satriani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Odong. (2010). Upaya meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar

Fisika siswa Kelas X MA Bagusrangin Jatitujuh Majalengka Tahun Pelajaran 2009/2010 Pada topic listrik Dinamis Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe numbered heads together (NHT).

Bandung : Univesitas Pendidikan Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikdakmen.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Faturrahman, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta.: Prestasi Pustaka Publisher.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara. Hayardin. (2012). Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]

Tersedia di: http://hayardin-blog.blogspos.com/2012/03/model-pembelajaran.html.

Ibrahim, Muslimin. Dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.

Permatasari, Intan Widuri. (2009). Penggunaan teknik argument Tandingan

Untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan Pendapat dalam Pembelajaran berbicara Pada siswa SMA negeri I lembang Kelas XI Tahun Pelajaran 2008/2009. Bandung : Universitas pendidikan Indonesia.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta.

Karli & Yuliariatiningsih. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif. [Online]. Tersedia di : http://artikel bagus.com/2011/06/kelebihan/kekurangan/pembelajaran/kooperatif.html. Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung. PT Refika Aditama.


(41)

Tersedia di:http://cetak.kompas.com/read/2012/10/20/04385981/indeks. pendidikan/peringkat.pendidikan.indonesia

Muhammad Asrori Ardiansyah. (2011). Tujuan Pembelajaran Kooperatif. [Online] tersedia di : http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/ tujuan-pembelajaran-kooperatif. Html.

Muhammad Faiq Dzaki. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. [Online]

Tersedia di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/prinsip-dasar-dan-ciri-ciri-dalam.html.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan

Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumadayo, Samsu. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Supriyadi, et.al. (2011). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru rayon 9

Universitas negeri Jakarta. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Wahyono, Budi, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

____ (2012) Taksonomi Bloom. [Online]

Tersedia di : http://file.upi.edu/bahan_ajar_..._bloom_11-13.html/08/2012 ____ (2012). Diagram Alur PTK . [Online]

Tersedia di : http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/04/ penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html/09/2012


(1)

42

Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah siswa mampu

menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang mengacu pada KKM yang

telah ditetapkan sekolah yaitu 65 untuk ketuntasan individu dan 80% untuk

ketuntasan klasikal dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Ketuntasan individu

digunakan untuk menentukan ketuntasan secara klasikal, sedangkan ketuntasan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan serta hasil penelitian ini akhirnya peneliti dapat

menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas

melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian

tumbuhan yang dilaksanakan di Kelas IV SDN Pengasinan 01Kecamatan

Sawangan Depok sudah baik, ini terlihat dari indikator yang ingin dicapai

yaitu siswa dapat mengetahui struktur batang pada tumbuhan dan

fungsinya, siswa dapat mengetahui pengelompokkan batang dan

ciri-cirinya, dan siswa dapat mengetahui fungsi batang bagi tumbuhan itu

sendiri. Selain itu penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sudah

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning

tipe make a match dengan menggunakan media kartu.

2. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas

melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian


(3)

81

Sawangan Depok sudah baik, ini terlihat dari semua aspek dalam

pembelajaran yaitu menyampaikan tujuan, menyampaikan materi,

menyampaikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a

match, memotivasi siswa, dan melakukan evaluasi dapat dilaksanakan

dengan baik sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pelaksanan

pembelajaran ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu kegiatan awal yang

meliputi apersepsi dan motivasi, kegiatan inti yang meliputi eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi, dan kegiatan akhir yang meliputi kesimpulan

dan evaluasi.

3. Hasil penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian

tumbuhan yang dilaksanakan di Kelas IV SDN Pengasinan 01Kecamatan

Sawangan Depok maningkat, ini terlihat dari hasil evaluasi yang

dilakukan pada siklus I yang mencapai ketuntasan sebesar 57% dan pada

siklus II mencapai ketuntasan sebesar 93%, dengan demikian hasil yang

diharapkan yaitu jumlah siswa mencapai ketuntasan lebih dari 80%.

B. Saran

Penelitian ini memberikan hasil yang positif terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada pelajaran IPA kelas IV SDN Pengasinan 01 kecamatan

Sawangan Depok, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:


(4)

82

a. Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan pembelajaran di kelas.

b. Memberikan masukan dan memperluas wawasan guru tentang model

pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui

model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa

dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas

peserta didik atau siswa terutama dalam pengembangan keaktifannya.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran

IPA di masa yang selanjutnya.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terbatas pada pengambilan

subjek yang sempit dan pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan,

untuk itu perlu ada penelitian lanjutan dengan pengambilan subjek yang lebih


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Odong. (2010). Upaya meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar

Fisika siswa Kelas X MA Bagusrangin Jatitujuh Majalengka Tahun Pelajaran 2009/2010 Pada topic listrik Dinamis Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe numbered heads together (NHT).

Bandung : Univesitas Pendidikan Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikdakmen.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Faturrahman, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta.: Prestasi Pustaka Publisher.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara.

Hayardin. (2012). Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. [Online] Tersedia di: http://hayardin-blog.blogspos.com/2012/03/model-pembelajaran.html.

Ibrahim, Muslimin. Dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press.

Permatasari, Intan Widuri. (2009). Penggunaan teknik argument Tandingan

Untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan Pendapat dalam Pembelajaran berbicara Pada siswa SMA negeri I lembang Kelas XI Tahun Pelajaran 2008/2009. Bandung : Universitas pendidikan Indonesia.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta.

Karli & Yuliariatiningsih. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif. [Online]. Tersedia di : http://artikel

bagus.com/2011/06/kelebihan/kekurangan/pembelajaran/kooperatif.html.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. PT Refika Aditama.


(6)

Tersedia di:http://cetak.kompas.com/read/2012/10/20/04385981/indeks. pendidikan/peringkat.pendidikan.indonesia

Muhammad Asrori Ardiansyah. (2011). Tujuan Pembelajaran Kooperatif. [Online] tersedia di : http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/ tujuan-pembelajaran-kooperatif. Html.

Muhammad Faiq Dzaki. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. [Online]

Tersedia di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/prinsip-dasar-dan-ciri-ciri-dalam.html.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan

Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumadayo, Samsu. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Supriyadi, et.al. (2011). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru rayon 9

Universitas negeri Jakarta. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Wahyono, Budi, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

____ (2012) Taksonomi Bloom. [Online]

Tersedia di : http://file.upi.edu/bahan_ajar_..._bloom_11-13.html/08/2012

____ (2012). Diagram Alur PTK . [Online]

Tersedia di : http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/04/ penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html/09/2012


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IVA SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS I A SD NEGERI I METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 9 71

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 SINDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN BUGEL 01 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH IPS DI KELAS V SD

0 0 13

PENERAPAN MAKE A MATCH PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

0 2 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI PADA SISWA KELAS IV SD 5 KARANGBENER KUDUS SKRIPSI

0 1 24