PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK : studi kuasi eksperimen pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi lisan di program keahlian administrasi perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 kota Bandung tahun

(1)

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER

TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

INDRI OKTAVIANI 1100197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN

PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING

(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Indri Oktaviani

1100197

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Indri Oktaviani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

INDRI OKTAVIANI

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING

(CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing,

Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd. NIP. 195704011984031003

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran

Dr. Budi Santoso, M.Si. NIP. 196008261987031001


(4)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X

SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

INDRI OKAVIANI 1100197

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung yang ditandai dengan banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) pada ulangan tengah semester. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan bentuk nonequivqlenty control group design. Penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang menerapkan Metode CWPT (X AP 1) dan kelas kontrol yang menerapkan Metode RPT (X AP 2). Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode CWPT dengan kelas kontrol yang metode RPT. Berdasarkan temuan penelitian peneliti menyarankan: (1) Bagi pihak pendidik untuk menerapkan metode CWPT dan RPT dalam pembelajaran. (2) Bagi kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan mengenai metode CWPT dan RPT kepada para pendidik yang lain. (3) Bagi para peneliti disarankan agar dapat melanjutkan penelitian serupa pada kompetensi dasar yang lain atau pada mata pelajaran yang lain, sehingga diperoleh temuan-temuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.


(5)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

IMPLEMENTATION OF CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT)

METHOD ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENTS

(A Quasi-experimental Study of the Basic Competence of Explaining Verbal Communication in Office Administration Expertise Program of the Grade-X of

SMK Pasundan 1 of Bandung City Academic Year of 2014/2015)

INDRI OKAVIANI 1100197

This Mini-thesis under supervision of: Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.

The background of the research was the low learning achievements of grade-X students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City as indicated by the large number of those students who got a score below the Minimal Passing Criteria (KKM) in mid-semester examinations. The purpose of the research was to determine whether there is a difference in the students’ learning achievements between the class that implemented Classwide Peer Tutoring (CWPT) method and the class that implemented Reciprocal Peer Tutoring (RTP) method. The research method used was a quasi-experimental method in form of nonequivalent control group design. The research was carried out on grade-X AP 1 and grade-X AP 2 students of Office Administration Expertise Program of SMK Pasundan 1 of Bandung City in the Basic Competence of Explaining Verbal Communication. The research comprised two classes, i.e., one experimental class that implemented CWPT method (X AP 1) and one control class that implemented RTP method (X AP 2). The results of data analysis show that there was’nt difference in the learning achievements between the class that applied a CWPT method and the class that applied a RPT method. Based on the findings of the study researchers suggest: (1) For the educators to implement the method CWPT and RPT in learning. (2) For the principal should socialize the CWPT and RPT methods to other educators. (3) For the researchers suggested in order to continue similar research on other basic competence or on other subjects, in order to obtain useful findings for education.


(6)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan MasalahError! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Metode Classwide Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.1.4 Metode Reciprocal Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.1.5 Kekurangan Metode Peer TutoringError! Bookmark not defined.

2.2 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.


(7)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data .... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian . Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis DataError! Bookmark not defined.

3.5.2 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Skenario Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Profil SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.

4.2.1 Sejarah Singkat SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Visi dan Misi SMK Pasundan 1 Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Tujuan SMK Pasundan 1 Kota BandungError! Bookmark not defined.

4.2 Alur Penelitian Eksperimen ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Tahap Awal (Tahap Persiapan) . Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Tahap Pelaksanaan (Pelaksanaan Pengumpulan Data) ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Tahap Akhir (Tahap Pengambilan Keputusan) ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Hasil Pengujian Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Uji Reliabilitas... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Uji Tingkat Kesukaran InstrumenError! Bookmark not defined.

4.3.4 Daya Pembeda Instrumen... Error! Bookmark not defined.


(8)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

4.5 Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Perhitungan Skor Gain ... Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Perhitungan Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.5.3 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran. Namun, hingga saat ini rendahnya hasil belajar peserta didik masih terjadi disemua jenjang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang terdapat pada portal berita www.beritasatu.com yang ditulis oleh Wahyuni dengan judul

“Skor PISA jeblok, Kemdikbud janji tidak tinggal diam”, Selasa, 23 Juli 2013. Pada berita tersebut mengungkapkan bahwa “Berdasarkan survey dari PISA, pada tahun 2009 Indonesia berada di peringkat ke 57 dari 63 negara. Kemudian, pada tahun 2012 yang diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65 negara dan wilayah menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke 64 dari total 65

negara.”

Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik di Indonesia masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Maka tidak heran, jika sampai saat ini topik penelitian di Indonesia seperti: skripsi, tesis, disertasi, maupun karya tulis ilmiah lainnya seakan tidak ada habisnya membahas mengenai hasil belajar peserta didik yang rendah di berbagai jenjang pendidikan.

Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan tingkat menengah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMK bertujuan untuk menciptakan lulusan yang siap kerja, oleh karena itu seluruh peserta didik di SMK dituntut untuk menguasai seluruh kompetensi yang diajarkan oleh pendidik sebagai bekal untuk masuk ke dunia kerja. Pencaiapan kompetensi tersebut dapat terlihat dari hasil belajar peserta didik yang tercermin dalam nilai Ujian Tengah Semester (UTS).

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMK Pasundan 1 Kota Bandung pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X,


(10)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan hasil belajar yang belum optimal pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Kondisi tersebut terlihat dari persentase jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada UTS, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1. 1.

Daftar Rekapitulasi Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan

No Tahun Ajaran

Kelas

Jumlah

(%) Keterangan X AP 1

(%)

X AP 2 (%)

X AP 3 (%)

X AP 4 (%)

1 2013/2014 97 63 57 56 68 -

2 2014/2015 48 52 100 - 67 Turun 1%

Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tabel 1.1 menunjukkan dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan Tahun Ajaran 2014/2015 persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM tidak terjadi secara fluktuatif, yaitu hanya mengalami penurunan sebesar 1%. Namun, pada setiap tahunnya persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM sangat tinggi. Di Kelas X AP 1 persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2013/2014 dengan persentase sebesar 97%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 48%. Di Kelas X AP 2 persentase tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2013 sebesar 63%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 52%. Di Kelas X AP 3 persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM tertinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 100%, sedangkan persentase terendah terjadi pada Tahun Ajaran 2013/2014 sebesar 100%. Berbeda dari kelas yang lainnya, sehubungan dengan kurangnya jumlah peserta didik maka Kelas X AP 4 hanya terdapat pada Tahun Ajaran 2013/3014 dengan persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM sebesar 56%.

Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 1.1 peneliti menyimpulkan bahwa setiap kelas memiliki persentase tertinggi untuk jumlah peserta didik yang berada


(11)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di bawah KKM pada Tahun Ajaran 2013/2014, kecuali Kelas AP 3 yang memiliki persentase paling tinggi pada Tahun Ajaran 2014/2015.

Selanjutnya data pra-penelitian yang diperoleh dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung, peneliti gambarkan ke dalam grafik sebagai berikut.

Sumber: Data pra-penelitian yang diolah dari SMK Pasundan 1 Kota Bandung

Gambar 1. 1. Persentase Jumlah Peserta Didik yang Berada di Bawah KKM pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan

Periode Tahun Ajaran 2010/2011 s.d 2014/2015

Gambar 1.1 menunjukkan persentase jumlah peserta didik yang berada di bawah KKM dari Tahun Ajaran 2013/2014 sampai dengan 2014/2015. Persentase paling tinggi terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kelas X AP 3, yaitu sebesar 100%, Sedangkan persentase paling rendah terjadi pada Tahun Ajaran 2014/2015 sebesar 48% di Kelas X AP 1. Tingginya persentase peserta didik yang berada di bawah KKM selama dua tahun terakhir mengindikasikan belum optimalnya hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan.

Masalah tersebut sangat penting untuk dibahas, karena jika dibiarkan, dalam jangka pendek akan berdampak terhadap kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut, yang akan menghambat untuk mempelajari materi selanjutnya. Sedangkan dalam jangka panjang, akan berdampak terhadap rendahnya kualitas lulusan sekolah yang akan terjun ke dunia kerja.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

X AP 1 X AP 2 X AP 3 X AP 4

2013/2014 97% 63% 57% 56%

2014/2015 48% 52% 100%

Per

sen


(12)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kualitas lulusan sekolah merupakan cerminan dari kualiatas pendidikan suatu sekolah. Jika lulusan sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik, maka masyarakat akan menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan di sekolah tersebut juga baik. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas lulusan sekolah masih rendah maka masyarakat akan mengambil kesimpulan bahwa kualitas pendidikan di sekolah tersebut juga rendah.

Menurut Wijayati dkk. (2008:281) mengemukakan bahwa “Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan

prasarana, pendidik, peserta didik dan metode.”

Menurut Hakim (2008:6) menjelaskan bahwa :

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan atau hasil belajar peserta didik terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, seperti: kondisi fisik, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik seperti: kurikulum, sarana dan prasarana, pendidik, metode pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik adalah penggunaan metode pembelajaran. Selama ini dalam pembelajaran, pendidik cenderung menggunakan metode konvensional. Adapun metode konvensional yang digunakan, yaitu metode ceramah dan tanya jawab.

Harsanto (2007:87) menyebutkan bahwa “Mengajar secara konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin kepada peserta


(13)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pusat dalam pembelajaran, sehingga pendidik yang berperan aktif dan lebih menentukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan peserta didik ditempatkan sebagai objek, yaitu sebagai penerima informasi yang diberikan oleh pendidik. Meskipun metode konvensional telah lama digunakan, namun peneliti masih menemukan kondisi hasil belajar peserta didik yang rendah.

Sebagai bentuk penanganan terhadap hasil belajar peserta didik yang belum optimal, maka dibutuhkan penerapan metode-metode pembelajaran yang inovatif. Salah satu inovasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode-metode yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran, sehingga peserta didik harus lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator.

Menurut Wicaksono (2014:35) menyatakan bahwa :

Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota bekerja saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Lie (2008:28) bahwa: Pembelajaran kooperaif adalah suatu sistem kerja atau kerja kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang saling ketergantungan, yaitu saling ketergantungan secara positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok

Pemaparan mengenai pembelajaran kooperatif di atas menegaskan bahwa pembelajaran kooperati merupakan suatu pembelajaran dimana pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, pendidik dapat membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 sampai 5 orang. Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat metode-metode yang dapat diterapkan oleh pendidik salah satunya, yaitu Metode Classwide Peer Tutoring


(14)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(CWPT). Namun, sebelum menerapkan sebuah metode tentu saja harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

Menurut Cheung dan Winter (1999:191) menyatakan bahwa “Metode CWPT merupakan sebuah sistem bimbingan teman sebaya antara tutor-tutee

secara berpasangan yang bekerja sama di dalam kelas.” Mereka mengatakan

Classwide Peer Tutoring (CWPT) is a peer tutoring system involving tutor-tutee pairs working together on a classwide basis.”

Sedangkan menurut Sugiharto dan Prayitno (2010:475) menyatakan bahwa:

CWPT adalah sebuah bentuk pembelajaran di mana siswa dipasang-pasangkan oleh guru. Satu berperan sebagai tutor (guru) sedangkan yang satunya berperan sebagai tutee (siswa). Siswa yang berperan sebagai tutor menjalankan fungsinya sebagai guru termasuk memberikan pertanyaan untuk mengevaluasi siswa yang berperan sebagai tutee. Pada termin berikutnya dilakukan pergantian peran tutor menjadi tutee dan tutee

menjadi tutor.

Sehingga peneliti simpulkan bahwa Metode CWPT merupakan sebuah metode dimana peserta didik dikelompokkan berpasangan, seorang peserta didik bertugas menjadi tutor dan seorang peserta didik yang lainnya menjadi tutee.

Salah satu kompetensi dasar dalam Mata Pelajaran Korespondensi adalah Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan yang merupakan kompetensi dasar yang pertama pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X dan merupakan materi dasar dalam korespondensi. Oleh karena itu, peserta didik harus mengusai materi-materi dalam kompetensi dasar tersebut. Selain itu, komunikasi merupakan hal yang sangat dalam menjalankan organinsasi. Seperti yang

dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2011:4) yang menyatakan bahwa “ Komunikasi yang baik sangat penting bagi efektivitas kelompok atau organisasi”.

Mengingat komunikasi sangat penting dalam organisasi maka peserta didik yang nantinya akan terjun ke dalam dunia kerja yang tidak lain masuk dalam sebuah organisasi, maka peserta didik harus memahami materi-materi dalam Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan secara meyeluruh guna menunjang kelancaran organisasi. Adapaun materi yang dibahas dalam kompetensi dasar


(15)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut meliputi: dasar-dasar komunikasi, peralatan/mesin komunikasi dan tata cara menerima panggilan telepon. Dalam mempelajari materi tersebut diperlukan sebuah kemampuan membaca yang baik agar peserta didik dapat dengan mudah memahami materi tersebut.

Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan merupakan sebuah kompetensi dasar yang termasuk kedalam aspek kognitif. Oleh karena itu, peserta didik dituntut untuk menjelaskan tentang komunikasi lisan secara menyeluruh. Cara agar peserta didik dapat dengan mudah mengingat dan memahami materi tentang komunikasi lisan adalah dengan merangkum materi tersebut ke dalam pola 5M+1H (what, where, when, who, why and how).

Peserta didik dapat dengan mudah merangkum semua materi Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Lisan ke dalam pola 5W+1H, apabila didukung dengan tingkat kemampuan membaca yang baik. Hal ini dikarenakan, dengan kemampuan membaca yang baik materi tersebut dapat dengan mudah untuk diingat dan dipahami dengan tepat, sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang optimal pada saat evaluasi pembelajaran. Selain itu, dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk bekerja sama dan aktif dalam pembelajaran, maka peserta didik dituntut untuk menggali setiap informasi dan mengingat setiap informasi bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Berdasarkan karakteristik kompetensi dasar yang telah dijelaskan, maka peneliti memilih Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT), karena Metode CWPT mengelompokkan peserta didik secara berpasangannya yang berperan sebagai tutor (guru) dan tutee (siswa) sehingga pembelajaran akan lebih fokus. Selain itu, Metode CWPT dapat membantu peserta didik untuk mengingat materi melalui bacaan-bacaan yang disediakan karena pada dasarnya seseorang dapat mendapatkan informasi yang akurat berdasarkan informasi yang mereka baca. Setelah proses membaca, dilakukan penguatan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh tutor kepada tutee. Tutee akan langsung mendapatkan respon dari tutor berdasarkan jawaban yang mereka berikan, sehingga tutee dapat mengetahui apakah jawaban yang mereka berikan benar atau salah. Apabila


(16)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawaban tutee benar, maka tutee akan mendapatkan point. Namun, apabila jawaban tutee salah maka tutee akan mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Selain itu, peneliti memilih Metode CWPT karena didasarkan pada pendapat ahli sebagai berikut:

Menurut Kamps dkk. (1994:56) menyatakan bahwa metode CWPT dapat meningkatkan prestasi akademik dan interaksi sosial antar peserta didik melalui peningkatan dalam kemampuan membaca dan tanggapan terhadap pertanyaan berdasarkan sumber bacaan. Dia mengatakan bahwa:

Classwide peer toring was an effective and efficient strategy for increasing the academic achievement and social interactions of students with autism and their non-disabled peers. Specifically, CWPT positively affected academic achievement for the majority of students by increasing reading fluency (rate ofwords read correctly) and correct responses to reading comprehension questions.

Selanjutnya Greenwood (1997:53) menyatakan bahwa melalui metode

Classwide Peer Tutoring, peserta didik dapat menguasai pembelajaran dan melakukan interaksi sosial yang positif di dalam kelas. Dia mengatakan bahwa

CWPT provides the opportunity for student to practice and master what they are learning while encouraging positive social interaction among student.”

Kesimpulannya melalui CWPT peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan dengan cepat dan tepat karena mereka membaca sumber bacaan, kemudian mereka saling melontarkan pertanyaan dan langsung mendapatkan respon atas jawaban yang mereka berikan. Sehingga Metode CWPT tidak hanya mampu meningkatkan hasil belajar, tetapi juga dapat meningkatkan interaksi sosial dengan kelompoknya.

Metode CWPT merupakan salah satu tipe dari Peer Tutoring (Bimbingan Sebaya). Di dalam Metode CWPT terdapat pergantian peran antara tutor dan tutee

secara tersturktur, dimana mereka saling memberikan bantuan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan informasi dari Institute of Education Science

menyatakan Metode CWPT adalah suatu metode dimana peserta didik berkelompok secara berpasangan. Seorang peserta didik berperan sebagai tutor


(17)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan peserta didik yang lainnya berperan sebagai tutee (yang di tutor). Adapun prosedurnya menurut Burks (2004:302) sebagai berikut:

(1) During the CWPT condition, student were randomly divided each week into a tutoring pair.

(2) One student in each pair served as tutor for 10 minute, while the other student was the tutee. After 10 minutes, the switched roles for another 10 minutes.

(3) The tutor read assigned spelling word to tutee, who was supposed to write down a word, the tutor checked it for spelling accuracy.

(4) If spelling was incorrect, the tutee had to spell the word correctly three times.

(5) Each tutor/tutee receive 2 points for each word spelled correctly, 1 point for corrected spelling words, or no point if the student could not spell a word correctly after the third attempt or refuse to spell it.

(6) CWPT protocol, the teacher gave 1 or 2 extra points to teams that were on task and demonstrate appopriate behavior.

(7) The objective was for each team to obtain as many points as posibble during their allotted time.

(1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok berpasangan.

(2) Seorang peserta didik berperan sebagai tutor selama 10 menit, satu orang lainnya berperan sebagai tutee. Setelah 10 menit mereka berganti peran. (3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee,

tutee harus menjawab pertanyaan tersebut dan tutor mengecek jawaban

tutee.

(4) Jika jawaban tutee salah, maka tutee menuliskan jawaban yang benar sebanyak tiga kali.

(5) Tutor/tutee akan mendapatkan dua poin jika jawabannya benar, 1 point untuk mengoreksi, atau tidak mendapatkan point jika tidak dapat menjawab.

(6) Dalam CWPT, pendidik memberikan tambahan 1 atau 2 point untuk kelompok yang menjalankan tugas dengan benar.

(7) Penghargaan diberikan kepada kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.

Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian peneliti adalah kuasi eksperimen. Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang serumpun dengan CWPT. Adapun metode pembanding yang dipilih oleh peneliti adalah Metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT).


(18)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan metode Reciprocal Peer Tutoring, tidak jauh berbeda dengan metode Classwide Peer Tutoring. Hanya saja di dalam Reciprocal Peer Tutoring, jika tutee tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan tutor, maka tutor tidak langsung memberikan jawabnnya, tetapi mendorong tutee untuk berpikir lagi jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan grand theory

belajar dari Lev Vygotsky. Vygotsky merupakan salah satu pencetus teori belajar kontruktivisme sosial. Vygotsky (Abu, 2007:55) berpandangan bahwa

“Pembelajaran tidak berlaku sekiranya tidak ada interaksi antara pendidik dengan kanak-kanak dan kanak-kanak dengan rekan sebaya.”

Lebih jelasnya Vygotsky (Woolfolk, 2009a:82) yang diterjemahkan oleh Soetjipto dan Soetjipto menyatakan bahwa “Perkembangan kognitif terjadi melalui percakapan dan interaksi sosial, dengan anggota-anggota yang lebih mampu di budayanya—orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.” Dalam hal ini, contoh dari orang dewasa adalah guru dan orang tua.

Berdasarkan beberapa teori mengenai teori kontruktivisme sosial, maka peneliti simpulkan bahwa teori konstruktivisme sosial adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran di mana peserta didik berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya, baik dengan teman di dikelas, pendidik, ataupun orang tua yang dianggap lebih mampu dalam rangka membagun pengetahuan mereka. Selanjutnya pandangan tersebut dikenal dengan istilah konstruktivisme sosial, karena berfokus terhadap interaksi sosial di dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti: PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).


(19)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 1 Kota Bandung. Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang di halaman 4, jika hal ini dibiarkan akan berdampak terhadap kompetensi lulusan sekolah.

Berdasarkan informasi yang terdapat pada bkddiklat.ntbprov.go.id yang ditulis oleh Hidayat dengan judul “Psikology Pendidikan”, Sabtu, 1 Februari 2014 mengatakan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Faktor intern, yaitu semua faktor yang yang ada pada pribadi peserta didik baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis).

2. Faktor ektern, yaitu semua faktor, keadaan, kondisi, situasi diluar diri pribadi peserta didik, antara lain cahaya atau penerangan, suara atau bunyi-bunyian, temperatur atau iklim, situasi atau kondisi, tempatpeserta didik belajar, bau-bauan, orang orang atau benda benda disekeliling kita, situasi dan kondisi sekitar.

3. Faktor tehnik atau pendekatan belajar, yaitu teknik dan metode pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil kajian empirik dan hasil wawancara kepada beberapa peserta didik Kelas X AP di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, permasalahan yang terjadi diduga karena penerapan metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dirasa kurang efektif dan kreatif sehingga membuat peserta didik bosan dan tidak mampu untuk menyerap materi yang disampaikan secara optimal. Akibatnya, setelah dilakukan ujian banyak peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM atau lulus tapi dengan nilai yang kurang memuaskan. Selain itu, pengelompokkan peserta didik yang beranggotakan lebih dari empat orang mengakibatkan adanya pembagian kerja yang tidak proposional antar anggota kelompok. Akibatnya jika, ada pengelompokkan peserta didik memilih untuk berkelompok dengan orang-orang yang mereka anggap dapat bekerja sama dengan baik. Berawal dari hal tersebut, muncul kelompok-kelompok informal dikelas atau yang biasa disebut gang. Akibatnya interaksi sosial di dalam kelas tidak berjalan sesuai harapan.


(20)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh sebab itu, pendidik memerlukan suatu inovasi metode pembelajaran untuk diterapkan dalam proses KBM. Inovasi metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode CWPT. Karena selain dapat meningkatkan hasil belajar metode CWPT dapat meningkatkan interaksi sosial yang positif antar peserta didik. Adapun dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik yang dikaji adalah hasil belajar ranah kognitif.

Merujuk pada permasalah yang telah dipaparkan, maka secara spesifik masalah tersebut dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang menerapkanMetode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk memperoleh informasi melalui kajian ilmiah tentang penerapan metode

CWPT terhadap hasil belajar peserta didik.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan Metode Classwide Peer Tutoring (CWPT) dengan kelas yang menerapkan Metode Reciprocal Peer Tutoring

(RPT).

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:


(21)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian yang peneliti lakukan berguna untuk menambah wawasan bagi dunia pendidikan dan pengembangan metode pembelajaran yang ideal untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat dijadikan bahan kajian oleh pihak lain sehingga dapat menemukan temuan-temuan ilmiah lain yang lebih inovatif.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peserta didik, apabila penelitian ini berhasil dapat membantu meningkatkan hasil belajar mereka.

b. Bagi pendidik, sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

c. Bagi sekolah, sebagai media informasi mengenai metode pembelajaran yang dapat dikembangkan disekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.


(22)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


(23)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Desain Penelitian Eksperimen

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Secara umum menurut Sugiyono (2013:3) menyatakan bahwa

“Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena penelitian yang diajukan peneliti adalah penelitian ilmiah di bidang pendidikan, maka peneliti harus menggunakan langkah-langkah ilmiahdi dalam mendapatkan data guna memecahkan permasalah dalam bidang pendidikan.

Lebih jelasnya metode pelitian yang digunakan peneliti adalah quasi experimental design dengan bentuk nonequivqlenty control group design, sehingga peneliti harus membandingkan dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas perlakuan (eksperimen) yang tidak dipilih secara random. Kelompok kelas perlakuan mendapatkan treatment, sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan

treatment. Masing-masing kelompok diukur sebanyak dua, yaitu sekali sebelum

treatment dan satu kali setelah treatment. Pada pengukuran sebelum treatment

peneliti akan memberkan pretest dan setelah treatment peneliti akan memberikan

post test untuk kedua kelompok.

Pada kelompok eksperimen peneliti akan memberikan treatment dengan menggunakan metode CWPT sedangkan pada kelompok kontrol peneliti akan memberikan perlakuan metode RPT. Agar lebih jelas, desain penelitian yang digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut:

Eksperimen ∶ Kontrol ∶

O X O O X O

Keterangan :

O : Pre test pada kelompok eksperimen


(24)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O : Pre test pada kelompok kontrol

O : Post test pada kelompok kontrol

X1 : Penerapan metode pembelajaran Classwide Peer Tutoring

X2 : Penerapan metode pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring

Selanjutnya langkah-langkah penelitian kuasi eksperimen bentuk

nonequivalent control group design peneliti digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Peneliti, 2015

Pre test Pre test

Post test Post test

Kelas Kontrol Kelas

Eksperimen

Uji Beda

Proses Pembelajaran Kelas Treatment

Proses Pembelajaran

Kelas Kontrol Uji

Beda Uji

Beda

Gain

Uji Beda


(25)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3. 1. Kerangka Eksperimen

Adapun langkah-langkah metode kuasi eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik di kelas treatment dan kelas kontrol.

2) Hasil dari pre test dari kelas treatment dan kelas kontrol diujikan dengan uji beda yaitu uji-t. untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan.

3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas kontrol memiliki tidak memiliki perbedaan, maka dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan ada perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.

4) Setelah kelas treatment dan kelas kontrol diberikan perlakuan metode pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.

5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan.

6) Selanjutnya melakukan uji beda antara hasil pre-test dengan post post pada masing-masing kelas.

7) Selanjutnya melakukan perhitungan skor gain pre test dan post test pada masing-masing kelas.

8) Langkah terakhir, hasil perhitungan gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol diujikan dengan uji beda untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Classwide Peer Tutoring, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik ranah kognitif. Adapun objek yang diteliti adalah peserta didik Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung.


(26)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen diberikan treatment dengan Metode CWPT, sedangkan kelas kontrol dengan Metode RPT. Selanjutnya hasil belajar peserta didik antara ke dua kelas tersebut dibandingkan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X Program Studi Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandung, yaitu Kelas X AP 1, X AP 2, X AP 3. Sedangkan sampel yang digunakan adalah Kelas X AP 1 dengan Kelas X AP 2. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik nonprobability, yaitu berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun alasan peneliti memilih Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 karena kedua kelas diampu oleh guru yang sama, yaitu Ibu Mitya.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data untuk mendukung penelitiannya. Dalam memilih teknik pengumpulan data tentu saja disesuaikan dengan jenis penelitian yang dipilih digunakan. Dalam rangka mengumpulan data, peneliti dapat menggunakan metode non tes dan tes. Adapun dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan metode non tes berupa wawancara dan metode tes untuk mengumpulkan data.

3.4.1 Pengujian Instrumen Penelitian

Menurut Gulo (2002:123) instrument penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode tes dan non tes. Instrumen untuk metode non tes (wawancara) adalah pedoman wawancara yang terdiri dari tujuh pertanyaan yang


(27)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diajukan kepada peserta didik. Sedangkan intrumen penelitian yang peneliti gunakan untuk metode tes adalah instrumen berbentuk tes.

Menurut Bruce (Djaali dan Muljono, 2007:6) menyatakan bahwa:

Tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperloleh individu dari bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, tes merupakan alat ukur yang banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan.

Instrumen tes dibuat setelah peneliti mempelajari terlebih dahulu Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan. Dalam penelitian, peneliti membuat instrument tes berupa soal dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 40 soal. Setelah instrument tes dibuat, kemudian instrumen tes tersebut di uji coba terhadap peserta didik Kelas X di SMK Profita Bandung untuk mengetahui apakah intrumen tersebut layak digunakan sebagai alat pengambilan data. Setelah diketahui bahwa instrument tes tersebut layak untuk digunakan, maka instrument tes tersebut diberikan kepada peserta didik kelas X dikelas kontrol dan kelas eksperimen. Berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Di bawah ini merupakan langkah-langkah untuk menganalisis instrumen berbentuk tes:

3.4.1.1 Uji Validitas Instrumen

Instrument yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu harus melalui tahap diuji validitas, agar instrument dapat mengukur sesuai dengan kenyataannya atau mengukur yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2004:109) suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukut apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas yang dilakukan peneliti diuji dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan nilai validitas instrumen menggunakan koefsien Product Moment dari Person. Di bawah ini merupakan rumus dari perhitungan koefsien Product Moment:

� = n ∑ xy − ∑ x . ∑ y


(28)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Uno (2012:108)

Keterangan :

� : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan

x : Skors tiap items x y : Skors tiap items y

N : Jumlah responden uji coba

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka nilai � dibandingkan dengan nilai � ��. Nilai � �� diperoleh dari tabel statistika

Critical Value of The r Product Moment dengan harga r pada taraf signifikan ∝ = 95% dan taraf kebebasan (db)=n-2. Suatu butir soal dikatakan valid jika � >��.

3.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Sugiyono (2013:364) menyatakan bahwa suatu data dinyatakan reliable apabila:(i) dua peneliti atau lebih dalam obyek yang sama, (ii) atau peneliti yang sama dalam waktu yang berbeda, (iii) atau sekelompok data bila dipecah ketiga-tiganya akan menghasilkan data yang sama. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan.

Semiawan (2010:136) menyatakan bahwa “Reliabilitas menunjuk kepada

tingkat konsistensi bila penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti yang lain atau oleh peneliti yang sama tapi tempat yang berbeda.“ Peneliti menggunakan rumus

koefisien alpha (α) dari cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

� = [ �

� − ] [ − ∑ �

� ]


(29)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

: Realibilitas tes secara keseluruhan k : Jumlah butir instrumen

∑ σb : Jumlah varians butir σt : Varians total

3.4.1.3 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh peserta didik pada setiap soal. Dari jawaban tesebut, pendidik dapat melihat apakah suatu soal termasuk kedalam kategori mudah, sedang, ataupun sulit. Adapaun untuk menguji tingkat kesukaran instrumen peneliti menggunakan rumus dibawah ini:

P =

Sumber: Arikunto (2006:100) Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan mudah, sedang, atau sukar, peneliti menggunakan kriteria yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 1. Tingkat Kesukaran No. Rentang Nilai tingkat

kesukaran Klasifikasi

1 0,70-1,00 Mudah

2 0,30-0,70 Sedang

3 0,00-0,30 Sukar


(30)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.1.4 Daya Pembeda Instrumen

Berdasarkan perhitungan daya pembeda instrument atau soal, pendidik dapat mengukur kemampuan peserta didik. Sehingga nantinya, pendidik dapat mengetahui mana peserta didik yang berkemampuan tinggi dan mana saja peserta didik yang berkemampuan rendah. Adapaun untuk mengetahui daya pembeda peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

D =

� +

� = � − �

Sumber: Arikunto (2006:100) Keterangan :

D : Daya pembeda

� : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

� : Hanyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

� : Hanyaknya peserta kelompok atas

� : Banyaknya peserta kelompok bawah

� : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

�� : Proporsi kelompok bawah yang menjawab salah

Tabel 3. 2.

Klasifikasi Daya Pembeda

No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 0,00-0,19 Jelek

2 0,20-0,39 Cukup

3 0,40-0,69 Baik

4 0,70-1,00 Baik Sekali

5 Negatif Tidak Baik


(31)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah uji beda (uji-t) dua rata-rata. Pengujian ini dilakukan untuk mengatahui dan menguji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.5.1 Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan digunakan. Adapun untuk menguji normalitas peneliti menggunakan uji

Liliefors Test.

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Somantri dan Muhidin (2011:289-290), sebagai berikut:

1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.

2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.

4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).

5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z 6) Menghitung Theoretical Proportion.

7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8) Carilah selisih terbesar di luar titik observasi

Tabel 3.5 merupakan tabel distibusi pembantu untuk pengujian normalitas data:

Tabel 3. 3.

Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

Xi Fi Fki � Z � � -

� ��

��− -


(32)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : (Somantri & Muhidin, 2011:291) Keterangan :

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, (�) = fk/n Kolom 5 : Nilai Z, formula, � =Xi− �̅

S

Dimana : �̅ = ∑ �� dan S = √∑ �� − (∑ ��)2

� −

Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada ∝ = 0,05 dengan cara ,886

√ .

Kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :

1) D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal.

2) D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.

3.5.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji perbedaan varians kelompok yang digunakan untuk menguji apakah data yang diambil memiliki karakteristik sifat


(33)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sama untuk taraf signifikan sebesar ∝. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. Perhitungan uji homogenitas peneliti lakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010,

yaitu Uji F (F-Test Two-Sample for Variances).

Uji F memiliki kriteria, apabila nilai F (Fhitung) < nilai F critical one-tail

(Ftabel), maka varians skor data homogen. Sedangkan, apabila F (Fhitung) > nilai F critical one-tail (Ftabel), maka varians skor data tidak homogen. Data yang

diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif yang diambil dari hasil pretest

dan hasil postest.

3.5.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan dua rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan nilai pre test dan post test yang telah dilakukan. Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui apakan hipotesis dalam penelitian ini di tolak atau diterima.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian hipotesis menurut Rasyid (Somantri dan Muhidin, 2006:161), adalah sebagai berikut:

a) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan hipotesis

penelitian yang diajukan.

b) Menentukan taraf kemaknaan/nyata α (level of significance α).

c) Kumpulkan data melalui sampel peluang (probaility sample/random sample).

d) Gunakan statistik uji yang tepat.

e) Tentukan titik kritis dan daerah kritis (daerah penolakan) H0

f) Hitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan.

g) Perhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau penolakan?

h) Berikan kesimpulan statistik.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan rata-rata ini akan menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring CWPT) dengan kelas yang


(34)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung.

Dalam penelitian ini, uji-t yang peneliti lakukan menggunakan bantuan

software Microsoft Excel 2010, yaitu T-test (Two-Sample Assuming Equal Variances). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus uji-beda (uji-t) polled variance sebagai berikut:

� = �̅̅̅ − �̅̅̅

√ � − � + � − – � − � + �

(Sumber: Sugiyono, 2013:273) Keterangan:

X : rata-rata skor gain kelompok eksperimen

X : rata-rata skor gain kelompok kontrol

n : jumlah peserta didik kelas eksperimen

n : jumlah peserta didik kelas kontrol

S : Standar deviasi skor kelompok eksperimen

S : Srandar deviasi skor kelompok kontrol

Uji beda (uji-t) ini akan digunakan untuk mencari perbedaan pada soal

pretest, perbedaan pada saat proses ketika terjadi perlakuan, dan juga perbedaan pada soal postest. Uji beda ini dilakukan agar mengetahui kesignifikansi statistik perbedaan atau perubahan yang terjadi.

Apabila nilai t Stat (Thitung) > t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 ditolak.

Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring CWPT)

dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT) pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian


(35)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung dapat diterima.

Apabila nilai t Stat (Thitung) < t Critical one-tail (Ttabel), maka H0 diterima.

Artinya hipotesis yang diajukan, yaitu tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang menerapkan metode Classwide Peer Tutoring CWPT) dengan kelas yang menerapkan metode Reciprocal Peer Tutoring (RPT)

pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung ditolak.

3.6 Skenario Pembelajaran

Dibawah ini adalah langkah-langkah penerapan metode pembelajaran

Classwide Peer Tutoring (kelas eksperimen) dan penerapan metode pembelajaran

Reciprocal Peer Tutoring (kelas kontrol):

Tabel 3. 4. Skenario Pembelajaran Metode Pembelajaran CWPT (Kelas

Eksperimen)

Metode Pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring (Kelas Kontrol) 1. Tahap Persiapan

a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Pendidik menyiapkan materi yang

akan dibahas

c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

1. Tahap Persiapan

a. Pendidik membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Pendidik menyiapkan materi yang akan dibahas

c. Menyiapkan soal-soal untuk pre test dan post test

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Pendidik mengkondisikan peserta didik dan mengecek kehadiran. 2) Apersepsi: Mengaitkan materi

yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya.

3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan

4) Pemberian Acuan:

a) Pendidik memberikan pre test

kepada peserta didik

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pendahuluan

1) Pendidik mengkondisikan peserta didik dan mengcek kehadiran.

2) Apersepsi: Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya

3) Motivasi: Memberikan gambaran manfaat mempelajarai materi yang akan disampaikan 4) Pemberian Acuan:


(36)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.

c) Pendidik terlebih dahulu harus

mengorganisir dan

mengelompokkan peserta didik berpasangan.

d) Seorang peserta didik menjadi tutor (pendidik) dan seorang peserta didik yang lainnya menjadi tutee (peserta yang dibimbing)

e) Menjelaskan langkah-langkah

Classwide Peer Tutoring

b. Kegiatan Inti

Tahap pelaksanaan CWPT

1) Pendidik membagikan materi yang akan dipelajari.

2) Setiap peserta didik membaca dan mendiskusikan materi tersebut dengan pasangannya.

3) Setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Berdasarkan 5W+1H (who, what, when, where, why and how). (Greenwood, 1997:54)

4) Tutee harus menjawab pertanyaan tersebut.

5) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.

6) Jika jawaban tutee salah atau tutee

tidak mampu menjawabnya, maka tutorlah yang menyediakan jawabannya; kemudian tutee

menuliskan jawaban tersebut sebanyak tiga kali, membaca jawaban kembali tersebut dengan tepat, atau bahkan mengoreksi kesalahan yang mungkin terdapat dalam jawaban itu. 7) Tutor berganti peran dengan tutee

setiap 10 menit.

8) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan.

test kepada peserta didik b) Pendidik menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada peserta didik.

c) Pendidik terlebih dahulu harus mengorganisir dan mengelompokkan peserta didik berpasangan.

d) Seorang peserta didik menjadi tutor (pendidik) dan seorang peserta didik yang lainnya menjadi tutee

(peserta yang dibimbing). e) Menjelaskan

langkah-langkah Reciprocal Peer Tutoring

b. Kegiatan Inti

Tahap pelaksanaan Reciprocal Peer Tutoring

1) Setiap tutor mempersiapkan materi yang akan diajarkan. 2) Setiap tutor mengajarkan

materi yang telah ia persiapkan kepada pasangannya.

3) Setiap pasangan membaca dan mendiskusikan materi tersebut. 4) Tutor membuat soal dalam bentuk pilihan ganda dan menyerahkan soal tersebut kepada pendidik untuk dilihat kelayakannya.

5) Apabila soal tersebut layak maka setiap tutor menyajikan atau menanyakan suatu masalah kepada tutee. Namun, jika soal tersebut tidak layak maka tutor harus mengganti dengan soal yang lain.

6) Tutee harus menjawab

pertanyaan tersebut.

7) Tutee akan mendapatkan poin jika jawabannya benar.

8) Jika jawaban tutee salah atau

tutee tidak mampu

menjawabnya, maka tutor tidak langsung memberikan


(37)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Pendidik memonitoring dan membimbing peserta didik selama pembelajaran.

10) Pada pertemuan berikutnya, pasangan tutor dan tutee

berubah.

jawaban kepada tutee, tetapi mendorongnnya untuk berfikir lagi atau jika tidak maka tutor menyajikan masalah-masalah alternatif lain yang sekiranya bisa dijawab oleh tutee.

9) Bersama-sama peserta didik membahas soal yang telah diberikan bersama-sama. 10)Pendidik memonitoring dan

membimbing peserta didik selama pembelajaran.

11)Tutor berganti peran dengan

tutee pada pertemuan

berikutnya. Tanpa merubah pasangan.

3.Kegiatan Penutup

1) Pendidik membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan mengenai keseluruhan materi pembelajaran yang didiskusikan oleh peserta didik.

2) Mengadakan refleksi

3) Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.

4) Pendidik menutup proses pembelajaran.

3.Kegiatan Penutup

1. Pendidik membuat kesimpulan bersama peserta didik mengenai materi pembelajaran yang dipelajari.

2. Mengadakan refleksi

3. Menginformasikan rencana kegiatan berikutnya.

4. Pendidik menutup proses pembelajaran.


(38)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti kemukakan pada bab pembahasan, maka peneliti menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen yang menerapkan metode CWPT dengan kelas kontrol yang menerapkan metode RPT pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan di Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Pasundan 1 Kota Bandung. Selain itu, kedua metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik cukup signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan terdapat beberapa saran berkaitan dengan temuan penelitian yaitu:

1. Bagi pendidik hendaknya menjadikan Metode CWPT dan Metode RPT sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk diterapkan pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Lisan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan mengenai metode CWPT dan RPT kepada para pendidik yang lain, sehingga mereka dapat menerapkan metode tersebut pada mata pelajaran yang mereka ampu.

3. Bagi para peneliti disarankan agar dapat melanjutkan penelitian serupa pada kompetensi dasar yang lain atau pada mata pelajaran yang lain, sehingga diperoleh temuan-temuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.


(1)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ei=P6MlVZzcBdLJuATHhIDYBg&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage& q=%29.%20Cooperative%20learning%20activities%20in%20the%20libra ry%20media%20center.%20USA%3A%20Libraries%20unlimited&f=fals e

Gora, S. & Sunarto. (2007). Pakematik: strategi pembelajaran inovatif berbasis TIK. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=D5MYVbhT81UC&printsec=frontco ver&dq=Pakematik:+strategi+pembelajaran+inovatif+berbasis+TIK&hl=i d&sa=X&ei=kKMlVZfqGNCPuATP44C4Cg&ved=0CBsQ6AEwAA#v= onepage&q=Pakematik%3A%20strategi%20pembelajaran%20inovatif%2 0berbasis%20TIK&f=false

Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=lFJfR5jf-osC&printsec=frontcover&dq=Metode+Penelitian+gulo&hl=id&sa=X&ei =7aMlVbWbHYqPuASq2oCYAg&ved=0CBoQ6AEwAA#v=onepage&q =Metode%20Penelitian%20gulo&f=false

_____. (2005). Strategi belajar mengajar (cover baru). Jakarta: Grasindo. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=A9NuJgpTRCEC&printsec=frontcov er&dq=Strategi+belajar+mengajar+%28cover+baru%29.++gulo&hl=id&s a=X&ei=LaQlVcafCtHiuQSEgoGAAQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepa ge&q=Strategi%20belajar%20mengajar%20%28cover%20baru%29.%20 %20gulo&f=false

Hakim, T. (2005). Belajar secara efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=-cMn5UtUwjAC&printsec=frontcover&dq=belajar+secara+efektif&hl=id &sa=X&ei=UqQlVbu9NpOWuATY04CQCQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v= onepage&q=belajar%20secara%20efektif&f=false

Harsanto, R. (2007). Pengelolaan kelas yang dinamis. Yogyakarta: Kanisius.

Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=5EPXPwGYCO0C&printsec=frontco ver&dq=Pengelolaan+kelas+yang+dinamis&hl=id&sa=X&ei=i6QlVfyvF

8y-uASDmoLYCQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Pengelolaan%20 kelas%20yang%20dinamis&f=false

Kanisius. (2001). Paradigma Pedagogi Reflektif. Jakarta: Grasindo. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=DeYO21_tkfYC&pg=PA121&dq=Pa radigma+Pedagogi+Reflektif.&hl=id&sa=X&ei=q6QlVcnXMsy3uASqi4 HYCw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Paradigma%20Pedagogi% 20Reflektif.&f=false

Maulana, H. (2007). Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.


(2)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

https://books.google.co.id/books?id=sDKnWExH6tQC&printsec=frontcov er&dq=Promosi+kesehatan&hl=id&sa=X&ei=zKQlVZPiBMeduQSosoCI Dw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Promosi%20kesehatan&f=fal se

Olivia, F. (2011). Teknik ujian efektif. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=n5G9H731fb8C&pg=PR3&dq=Tekni

k+ujian+efektif&hl=id&sa=X&ei=6qQlVf-fPIbkuQT_-oDQBw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Teknik%20ujian%20efek tif&f=false

Ormrod, J.E. (2009). Psikologi pendidikan edisi ke enam. Jakarta: Erlangga. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=Z3LWS-xbTv4C&pg=PA10&dq=Psikologi+pendidikan+edisi+keenam&hl=id&sa =X&ei=HKUlVfX2LYKBuwTGz4CQAw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=one page&q=Psikologi%20pendidikan%20edisi%20keenam&f=false

Prayitno. (2001). Dasar teori dan praksis pendidikan. Jakarta: Grasindo. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=w9DtLvg_zB0C&printsec=frontcove r&dq=dasar+teori+dan+praksis+pendidikan&hl=id&sa=X&ei=RaUlVfCv DIG1uAT8xoB4&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=dasar%20teori% 20dan%20praksis%20pendidikan&f=false

Rangkuti, F. (2007). Riset pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=CdE7MiKx8_kC&printsec=frontcove r&dq=Riset+pemasaran&hl=id&sa=X&ei=ZaUlVdKjBpHauQTRv4HAD w&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Riset%20pemasaran&f=false Santrock, J.W. (2000). Adolescence, edisi6. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=Z3LWS-xbTv4C&pg=PR4&dq=Adolescence,+edisi+6.+santrock&hl=id&sa=X&ei =kKUlVfTnNYuluQSVsICoBA&ved=0CB0Q6AEwAA#v=onepage&q= Adolescence%2C%20edisi%206.%20santrock&f=false

Semiawan, C.R. (2010). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Grasindo. Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=dSpAlXuGUCUC&printsec=frontcov er&dq=Metode+penelitian+kualitatif&hl=id&sa=X&ei=wqUlVaK1K9fku QSdqoGgCw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Metode%20peneliti an%20kualitatif&f=false

Simamora, R.H. (2008). Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. jakarta: penerbit buku kedokteran egc. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=vzwTvoYEdcIC&printsec=frontcover &dq=Buku+ajar+pendidikan+dalam+keperawatan&hl=id&sa=X&ei=KaY


(3)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lVaTCHMPhuQTAl4DwDQ&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Buk u%20ajar%20pendidikan%20dalam%20keperawatan&f=false

Sukartini, S.P. & Baihaqi, I.M. (2007). “Teori psikologi pendidikan”,dalamilmu dan aplikasi pendidikan bagian i: ilmu pendidikan teoretis. Bandung: Grasindo.

Diakseshttps://books.google.co.id/books?id=TkqF8C8ffK4C&pg=PA3&d q=%E2%80%9CTeori+psikologi+pendidikan%E2%80%9D,dalam+ilmu+ dan+aplikasi+pendidikan+bagian+i:+ilmu+pendidikan+teoretis&hl=id&sa =X&ei=TaYlVbrFDoOYuQT_hIHwCA&ved=0CBoQ6AEwAA#v=onepa ge&q=%E2%80%9CTeori%20psikologi%20pendidikan%E2%80%9D%2 Cdalam%20ilmu%20dan%20aplikasi%20pendidikan%20bagian%20i%3A %20ilmu%20pendidikan%20teoretis&f=false

Sumantri, J.S. (2001). Ilmu dalam perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Diakses dari

https://books.google.co.id/books?id=Jq_kZ68TuFAC&printsec=frontcover &dq=Ilmu+dalam+perspektif.&hl=id&sa=X&ei=e6YlVaDYJcSKuAT7-IGQBg&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Ilmu%20dalam%20perspe ktif.&f=false

Tolla, B. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Jakarta: Grasindo. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=B35Cf_WXgp4C&pg=PA524&dq=Il mu+dan+aplikasi+pendidikan+tolla&hl=id&sa=X&ei=oaYlVZ_EMpHau QTRv4HADw&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=Ilmu%20dan%20a plikasi%20pendidikan%20tolla&f=false

Wicaksono, A. (2004). Menulis kreatif sastra: dan beberapa model pembelajarannya. Yogyakarta: Gharudawaca. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=Q_wYAwAAQBAJ&printsec=frontc over&dq=Menulis+kreatif+sastra:+dan+beberapa+model+pembelajaranny a&hl=id&sa=X&ei=2qYlVdqrEczauQTXpoCIDg&ved=0CBsQ6AEwAA #v=onepage&q=Menulis%20kreatif%20sastra%3A%20dan%20beberapa %20model%20pembelajarannya&f=false

Yusuf, Y. & Auliya, U. (2007). Sirkuit pintar melejitkan kemampuan matematika & bahasa inggris. Jakarta: Visi Media. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=0EKlxTOwY9kC&printsec=frontcov er&dq=Sirkuit+pintar+melejitkan+kemampuan+matematika+%26+bahasa

+inggris.&hl=id&sa=X&ei=-KYlVY7-CsmUuASp-IHYCg&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=Sirkuit%20pintar%20mel ejitkan%20kemampuan%20matematika%20%26%20bahasa%20inggris.& f=false


(4)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Haerini, E. (2013). Model pembelajaran pikat alami namai tujukan dan ulangi untuk meningkaklan hasil belajar siswa dalam menulis pantun (kajian eksperimen pada siswa kelas VII SMPMN 2 Cipeundeuy). (Skripsis). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diakses dari repository.upi.edu/1863/6/T_BIND_1101633_Chapter3.pdf

Sumber Disertasi

Suherman, A. (2013). Pengembangan model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis kompetensi di sekolah dasar. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diakses dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fdigilib.upi.edu%2Fadministrat or%2Ffulltext%2Fd_pk_039791_ayi_suherman_chapter2a.pdf&ei=o6clVc W9H4adugSiuYCoAw&usg=AFQjCNHWzrhM4Gev301GQR48W-uCNBldFw&bvm=bv.90491159,d.c2E

Sukoco, D.H. (2013). Pengembangan model pembelajaran koperatif untuk perkuliahan metode pekerjaan sosial. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diakses dari http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1470

Sumber Jurnal dan Proseding

Abbott, M. dkk. (2006). Using technology-based teacher support tools to scale up the classwide peer tutoring program. Reading & Writing Quarterly, 22, 47-64.

Backer, L.D. dkk. (2012). Exploring the potential impact of reciprocal peer

tutoring on higher education students’ metacognitive knowledge and

regulation. Springer Science, 40, 559-588.

Burks, M. (2004). Effects of classwide peer tutoring on the number of words spelled correctly by student with ld. Intervention In School and Clinic, 39 (5), 301-304.

Cheung, C.C. & Winter, S.J. (1999). Classwide peer tutoring with or without reinforcement: effects on acedemic responding, content coverage, achievment, instrinsic interest and reported project esperiences. Educational Psychology, 19 (2), 193-207

Delquadri, J. dkk. (1986). Classwide Peer Tutoring. Journal Exceptional Children, 52 (6), 535-542.


(5)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Heron, T.E. dkk. (2006). Peer tutoring system. Application in classroom and specialized environments. Reading & Writing Quarterly, 22, 27-45.

Hidayah, dkk. (2012). Penerapan model pembelajaran classwide peer tutoring (cwpt) disertadi media ceragem untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa kelas 7 sma negeri 2 sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (2), 98-108.

Fulk, B.M. & King, K. (2001). CWPT at work. Journal Teaching Exceptional Children, 34 (2), 49-51.

Greenwood, C. (1997). Classwide peer tutoring. Journal Behavior and Social Issues, 7 (I), 53-56.

Griffin, M.M. dkk. (1995). Investigation of the effects of reciprocal Peer Tutoring on achievement, self-efficacy, and test anxiety. Paper presented at the Annual Meeting of the National Consortium for Instruction and Cognition (hlm. 4-5). San Francisco: CA.

Henson, L.D. dkk. (2009). The effectiveness of reciprocal Peer Tutoring (rpt) on the academic performance of students in mathematics. Proceedings of the 2nd International Conference of Teaching and Learning (ICTL 2009) (hlm. 4). Malaysia: INTI University College.

Husni, M., dkk. (2013). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap prestasi belajar pkn kelas iv sd gugus i selong ditinjau dari motivasi belajar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, 3, 3.

Kamps, dkk. (1994).Classwide Peer Tutoring: an integration strategy to improve reading skills and promote peer interactions among students with autism and general education peers. Journal of Applied Behavior Analysis, 27 (1), 56.

Mahendrayani, dkk. (2014). Pengaruh model pmii tipe cwpt berbantuan mnemonic terhadap hasil belajar ipa siswa kelas v sd. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1), 1.

Mcduffie, K.Y.A. dkk. (2009). Differential effects of peer tutoring in co-tought and non-co-tought classes: result for content learning and student-teacher interaction. Exceptional Children, 75 (4), 493-510.

Perrott, L.B. (2009). Classwide peer tutoring an effective strategy for students with emotional and behavioral disorders. Journal Intervention in School and Clinic, 44 (5), 256-267

Pigott, H.E., dkk. (1986). The effects of reciprocal peer tutoring and group contingencies on the academic performance of elementary school children. Journal of Applied Behavior Analysis, 19 (1), 93-98.


(6)

Indri Okaviani, 2015

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rittschof, K.A. & Griffin, W. (2001). Reciprocal Peer Tutoring: re-examining the value of a co-operative learning technique to college students and instructors. Journal Educational Psychology, 21 ( 3), 113-115.

Septi, dkk. (2014). Penerapan pembelajaran kooperatif classwide peer tutoring untuk meningkatkan aktivias dan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar kelas viii d smp negeri 7 jember semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Jurnal Kadikma, 5 (2), 73-78. Sugiharto, B. & Prayitno, B.A. (2010). Mengoptimalkan minat, keaktifan

berkomunikasi, keterampilan metakognitif dan penguasaan konsep dengan classwide peer tutoring (CWPT) pada pembelajaran biologi siswa sma. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010.

Wijayati, N. dkk. (2008). Penggunaan model pembelajaran numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2 (2), 281-286.

Sumber Website

Gardner, A., dkk. (2015). Peer tutoring. Diakses dari http://ltrc.edc.polyu.edu.hk/student02_1.html

Hidayat, S. (2014). Phycology Pendidikan. Diakses dari http://bkddiklat.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2014/01/phycology-pendidikan.pdf

Terry, B. (2009). ClassWide Peer Tutoring. Diakses dari http://www.specialconnections.ku.edu/?q=instruction/classwide_peer_tuto ring/teacher_tools/classwide_peer_tutoring_the_standard_program

Wahyuni, N.C. (2013). Skor PISA jeblok, Kemdikbud janji tidak tinggal diam. Diakses dari http://www.beritasatu.com/pendidikan/153810-skor-pisa-jeblok-kemdikbud-janji-tidak-tinggal-diam.html

Mneimneh, M,. (2004). Disadvantages of Peer Tutoring. Diakses dari http://issuu.com/mmneimneh/docs/peertutoring

Sumber Publikasi Departemen

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pengembangan kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Keahlian Administrasi Per

0 0 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK W

0 0 59

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DENGAN ADVANCE ORGANIZER DALAM RANGKA MENCAPAI HASIL BELAJAR KEARSIPAN : Studi pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Sistem Kearsipan di Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Kota Bandu

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun

0 2 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY-INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK : Studi Quasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Dokumen dan Dokumentasi Kearsipan Di Kelas X Program Administrasi Perkantoran SMK Pasundan 1 Kota

0 1 70

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

0 1 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun A

0 2 55

PENGGUNAAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR: Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Melakukan Penggandaan Dokumen Kelas X Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pasundan 1 Cimahi Tahun Ajaran 2

0 0 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasikan Fasilitas dan Lingkungan Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung)

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasikan Fasilitas dan Lingkungan Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung)

1 2 13