PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Keahlian Administrasi Per

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran

Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Manajemen Perkantoran Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Oleh Nita Loreta NIM 1104419

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran

Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh:

Nita Loreta

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Nita Loreta

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran

Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing

Dr. Janah Sojanah, M.Si. NIP. 195712191984032002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran

Dr. Budi Santoso, M.Si. NIP. 196008261987031001


(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR

CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 11 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015) Oleh:

NITA LORETA 1104419

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa Kelas X (Sepuluh) Program Keahlian Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada nilai ujian akhir semester kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor mata pelajaran pengantar administrasi perkantoran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran pair checks dan kelas yang menggunakan model pembelajaran think pair share pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan desain non-equivalent control group design. Penelitian ini terdiri dari 2 kelas yakni kelompok eksperimen adalah Kelas X AP 2 yang diterapkan model pembelajaran pair checks dan kelompok kontrol adalah Kelas X AP 4 yang diterapkan model pembelajaran think pair share dengan masing-masing kelompok berjumlah 35 orang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran pair checks dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran think pair share. Dari perbedaan tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran pair checks lebih unggul daripada model pembelajaran think pair share dikarenakan model pembelajaran pair checks dapat meningkatkan hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran think pair share


(5)

INFLUENCE OF APPLYING THE LEARNING MODELS OF PAIR

CHECKS TOWARD STUDENT COGNITIVE LEARNING

OUTCOMES

(quasi eksperimental studies on basic competence is explaining about communications of office in Class X Office Administration expertise SMK Negeri

11 Bandung, years of shcool 2014/2015)

By: NITA LORETA

1104419 ABSTRACT

The problem in this research contents is about the low of student cognitive learning outcomes in Class X Office Administration expertise in SMK Negeri 11 Bandung which characterized by quite a few of students that not getting yet the minimum graduation criteria for the final exam outcomes on basic competence is explaining about communications of office.

The purpose this research is to find of description the difference of students cognitive learning outcomes who apply the learning model pair checks and students who apply learning model think pair share in basic competence is explaining about communications of office

The method used in this research is quasi eksperimental design and used non-equivalent control group design. The research consisted of two groups are the first group is the eksperimental group is X AP 2 which apply learning model pair checks and the second group is the controller group is X AP 4 which apply learning model think pair share both of the group have 35 students

The results of this research showed that there is an influence of students cognitive learning outcomes between the eksperimental group which applied learning model of pair checks and the controller group which applied learning model of think pair share.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ... Error! Bookmark not defined. 1.2. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH . Error! Bookmark not defined. 1.3. TUJUAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 1.4. MANFAAT/SIGNIFIKANSI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. BAB II LANDASAN TEORITIS ... Error! Bookmark not defined. 2.1. KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1. Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3. Model Pembelajaran Pair Checks ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4. Model Pembelajaran Think Pair Share ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5. Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.1.6. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.


(7)

2.2. KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not defined. 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1. OBJEK PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.2. DESAIN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.3. SUMBER DATA ... Error! Bookmark not defined. 3.4. ALUR PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.5. SKENARIO PEMBELAJARAN ... Error! Bookmark not defined. 3.6. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL ... Error! Bookmark not defined. 3.7. UJI INSTRUMEN ... Error! Bookmark not defined. 3.8.1. Uji Validitas Intrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.8.2. Uji Reabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.8.3. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.8.4. Daya Pembeda Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 3.8. TEKNIK ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined. 3.9.1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 3.9.2. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3.9.3. Uji Beda (Uji-t) ... Error! Bookmark not defined. 3.9.4. Perhitungan Skor Gain Ternormalisasi ... Error! Bookmark not defined. 3.9. PENGUJIAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2. Uji Tingkat Kesukaran Soal ... Error! Bookmark not defined.


(8)

4.1.3. Daya Pembeda Soal ... Error! Bookmark not defined. 4.2. PROSES PEMBELAJARAN ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1. Kelas Eksperimen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2. Kelas Kontrol ... Error! Bookmark not defined. 4.3. DESKRIPSI DATA ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1. Analisis Data Nilai Pre-Test ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2. Analisis Data Nilai Post-Test ... Error! Bookmark not defined. 4.3.3. Hasil Pengujian Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASIError! Bookmark not defined.

5.1. SIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. 5.2. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah

rendahnya hasil belajar siswa Kelas X (Sepuluh) Program Keahlian Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.

Guna memperkuat pernyataan bahwa hasil belajar siswa Kelas X (Sepuluh) Program Keahlian Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung adalah rendah, Berikut ini merupakan Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Ujian Sekolah Siswa Kelas X (Sepuluh) Program Keahlian Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 sampai dengan 2014/2015 sebelum dilakukan remedial pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Standar Kompetensi Mengaplikasikan Dasar Komunikasi :

Tabel 1

Rekapitulasi Siswa dengan Nilai Dibawah KKM Standar Kompetensi Mengaplikasikan Dasar Komunikasi Pada KTSP Tahun Ajaran 2010/2011 sampai dengan 2012-2013

No Tahun Ajaran

Kelas

Jumlah

(%) Keterangan X AP 1

(%)

X AP 2 (%)

X AP 3 (%)

X AP 4 (%)

1 2010/2011 80 76,31 94,60 28,58 69,88 -

2 2011/2012 0 60 5,40 5,71 17,78 Turun 52,1%

3 2012/2013 80 30,55 5,88 0 29,10 Naik 11,32%

Sumber : SMK Negeri 11 Bandung

Dilihat pada Tabel 1 tahun ajaran 2010/2011 presentase jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM tertinggi diperoleh oleh Kelas X AP 3 dengan presentase sebesar 94,60%, kemudian Kelas X AP 1 memperoleh presentase


(10)

sebesar 80%, didapat selisih presentase Kelas X AP 3 dan Kelas X AP 1 yaitu 14,60%. setelah itu diikuti oleh Kelas X AP 2 dengan perolehan presentase sebesar 76,31%, jika dibandingkan dengan Kelas X AP 1 didapat selisih presentase sebesar 3,70%, dan yang terakhir yaitu Kelas X AP 4 dengan perolehan presentase 28,58% didapat selisih dengan Kelas X AP 2 yakni sebesar 47,73%.

Kemudian, tahun ajaran 2011/2012 presentase jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM tertinggi diperoleh oleh Kelas X AP 2 dengan presentase sebesar 60%, kemudian Kelas X AP 4 memperoleh presentase sebesar 5,71%, didapat selisih presentase Kelas X AP 2 dan Kelas X AP 4 yaitu 54,29%. setelah itu diikuti oleh Kelas X AP 3 dengan perolehan presentase sebesar 5,40%, jika dibandingkan dengan Kelas X AP 4 didapat selisih presentase sebesar 0,31%, dan yang terakhir yaitu Kelas X AP 1 dengan perolehan presentase 0% didapat selisih dengan Kelas X AP 3 yakni sebesar 0,31%.

Setelah itu, tahun ajaran 2012/2013 presentase jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM tertinggi diperoleh oleh Kelas X AP 1 dengan presentase sebesar 80%, kemudian Kelas X AP 2 memperoleh presentase sebesar 30,55%, didapat selisih presentase Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 yaitu 49,45%. setelah itu diikuti oleh Kelas X AP 3 dengan perolehan presentase sebesar 5,88%, jika dibandingkan dengan Kelas X AP 2 didapat selisih presentase sebesar 24,67%, dan yang terakhir yaitu Kelas X AP 4 dengan perolehan presentase 0% didapat selisih dengan Kelas X AP 3 yakni sebesar 5,88%.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1 dapat diperoleh kesimpulan bahwa presentase siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM tahun 2010 dengan penerapan KTSP adalah sebesar 69,88%, kemudian pada tahun 2011 mengalami penurunan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sebesar 52,1% menjadi 17,78%. Selanjutnya di tahun 2012 mengalami kenaikan kembali siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebesar 11,32% menjadi 29,10%. Ini berarti bahwa dari tahun ke tahun selama menerapkan kurikulum KTSP, presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Selanjutnya pada tahun ajaran 2013/2014 sampai 2014/2015, SMK Negeri 11 Bandung menerapkan kurikulum 2013 dengan perolehan presentase


(11)

siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yang peneliti gambarkan pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Rekapitulasi Siswa Dengan Nilai Dibawah KKM Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Pada Kurikulum 2013 Tahun 2013/2014 sampai dengan 2014-2015

No Tahun Ajaran

Kelas

Jumlah

(%) Keterangan X AP 1

(%)

X AP 2 (%)

X AP 3 (%)

X AP 4 (%)

1 2013/2014 45,58 91,42 60 77,14 68,53 Dibanding dengan KTSP

tahun 2012, naik 39,43% 2 2014/2015 97,37 74,29 69,44 67,64 77,19 Naik 8,66% Sumber : SMK Negeri 11 Bandung

Dilihat pada Tabel 2 tahun ajaran 2013/2014 presentase jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM tertinggi diperoleh oleh Kelas X AP 2 dengan presentase sebesar 91,42%, kemudian Kelas X AP 4 memperoleh presentase sebesar 77,14%, didapat selisih presentase Kelas X AP 2 dan Kelas X AP 4 yaitu 14,28%. setelah itu diikuti oleh Kelas X AP 3 dengan perolehan presentase sebesar 60%, jika dibandingkan dengan Kelas X AP 4 didapat selisih presentase sebesar 17,14%, dan yang terakhir yaitu Kelas X AP 1 dengan perolehan presentase 45,58% didapat selisih dengan Kelas X AP 3 yakni sebesar 14,42%.

Kemudian, tahun ajaran 2014/2015 presentase jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM tertinggi diperoleh oleh Kelas X AP 1 dengan presentase sebesar 97,37%, kemudian Kelas X AP 2 memperoleh presentase sebesar 74,29%, didapat selisih presentase Kelas X AP 1 dan Kelas X AP 2 yaitu 23,08%. setelah itu diikuti oleh kelas X AP 3 dengan perolehan presentase sebesar 69,44%, jika dibandingkan dengan Kelas X AP 2 didapat selisih presentase sebesar 4,85%, dan


(12)

yang terakhir yaitu Kelas X AP 4 dengan perolehan presentase 67,64% didapat selisih dengan Kelas X AP 3 yakni sebesar 1,8%.

Diperoleh kesimpulan untuk Tabel 2 bahwa presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM Kurikulum 2013 dibandingkan dengan presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM pada KTSP tahun 2012/2013 mengalami kenaikan kembali sebesar 39,43% menjadi 68,53%. Selanjutnya tahun 2014 presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM mengalami kenaikan kembali sebesar 8,66% menjadi 77,19%.

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat diperoleh kesimpulan bahwa terhitung selama 5 tahun ajaran yakni tahun 2010/2011 sampai dengan tahun 2014/2015 sempat mengalami penurunan presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yakni pada tahun 2012 , kemudian pada tahun berikutnya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami kenaikan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM secara terus menerus dari tahun ke tahun.

Jika permasalahan rendahnya hasil belajar ini dibiarkan, tentu akan mengkhawatirkan kondisi pendidikan pada masa akan datang yang akan berdampak pada kualitas/mutu pendidikan di Indonesia. Sehingga permasalahan rendahnya hasil belajar siswa perlu segera diatasi, pihak pihak terkait dalam pendidikan tentunya harus berupaya semaksimal mungkin agar selama tahun ajaran berlangsung tidak mengalami kenaikan presentase siswa yang memperoleh hasil belajar rendah seperti yang peneliti gambarkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Berikut ini Gambar 1 menggambarkan mengenai presentase siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM dari tahun ke tahun :

Gambar 1

Presentase Siswa dengan Nilai Dibawah KKM 0.00%

20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 PRESENTASE SISWA DENGAN NILAI DIBAWAH KKM


(13)

Selain pengumpulan data mengenai rekapitulasi nilai ujian sekolah sebelum dilakukan remedial selama tahun 2010/2011 sampai dengan tahun 2014/2015 yang diperoleh dari SMK Negeri 11 Bandung, peneliti mengajukan beberapa daftar pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Kelas X SMK Negeri 11 Bandung dengan jumlah sebanyak 141 orang, dikarenakan populasi tersebut menurut peneliti jumlahnya adalah besar, dan juga dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi, sehingga peneliti memutuskan responden dari daftar pernyataan yang peneliti akan ajukan dengan teknik penarikan sampel dari populasi penelitian dengan menggunakan rumus dari Slovin :

n =

Dari perhitungan menggunakan rumus Slovin diperoleh ukuran sampel sebanyak 104 orang, yang mana 104 sampel tersebut peneliti dapat dari populasi yang peneliti undi.

Alasan peneliti menetapkan siswa sebagai responden yang menjawab daftar pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan objek penelitian ini adalah siswa dan siswa mengalami sendiri apa yang dirasakan dan dialami siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain itu, siswa pun mengamati dan merasakan secara langsung keadaan di sekolah sehingga siswa akan mampu mengutarakan pendapatnya mengenai keadaaan sekolah berdasarkan pengalaman dan penilaian dari sudut pandang siswa.

Selanjutnya, peneliti mengajukan sebanyak 14 butir pernyataan. Berikut ini pernyataan yang peneliti ajukan mengacu pada faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Muhibbin Syah (2008, hlm. 132-139) :


(14)

Tabel 3

Indikator Faktor Yang Berpengaruh Pada Hasil Belajar

No Faktor Indikator Deskriptor

1 Internal 1.1.Fisiologis

(Kondisi Jasmani Siswa)

1.1.1 Tidak sedang sakit kronis/ siswa dalam keadaan sehat jasmani

1.1.2 Siswa selalu

makan-makanan yang

bergizi

1.2.Psikologis 1.2.1.Sikap terhadap guru Siswa merasa tidak suka ketika guru mengajar di kelas 1.2.2.Bakat

Siswa memiliki bakat pada bidang/jurusan yang ditekuninya 1.2.3.Minat

Siswa memiliki minat untuk mendapatkan nilai yang tinggi 1.2.4.Motivasi

Siswa mendapatkan motivasi baik dari dalam dirinya dan dari luar diri sendiri

2 Eksternal 2.1.Sosial 2.1.1.Keluarga selalu

memberikan motivasi kepada siswa untuk mendapatkan nilai yang tinggi

2.1.2.Guru selalu memberikan motivasi belajar untuk siswa agar mendapatkan hasil belajar yang tinggi

2.1.3.Staff tata usaha, administrasi, dan pihak lain disekolah selain guru membuat siswa nyaman dalam melaksanakan proses


(15)

pembelajaran di sekolah

2.1.4.Teman sekolah selalu

membantu dan

memberikan motivasi dalam belajar

2.1.5.Siswa bergaul dengan teman di luar sekolah atau teman rumahnya yang membantu siswa dalam belajar

2.2.Non Sosial 2.2.1.Gedung dan fasilitas sekolah mendukung aktivitas

pembelajaran 3 Pendekatan Pembelajaran 3.1.Pendekatan

pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran

3.1. 1.Siswa merasa tidak termotivasi dan tidak semangat belajar dengan metode para guru mengajar di kelas

3.1. 2.Metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru ketika

pembelajaran dikelas menggunakan metode ceramah saja.

Sumber : Muhibbin Syah (2008, hlm. 132)

Berdasarkan beberapa pernyataan yang peneliti ajukan kepada para siswa, Berikut ini Gambar 2 pernyataan dari para siswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.


(16)

Gambar 2

Faktor Internal Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Kelas X AP

Dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa permasalahan yang memperoleh presentase tertinggi mengenai faktor internal adalah rendahnya sikap positif siswa terhadap guru. Dari daftar pernyataan yang peneliti ajukan yakni 90% dari 104 responden menyatakan bahwa ada sikap negatif dalam diri siswa terhadap guru, Sebagaimana yang jelaskan oleh Muhibbin Syah (2008, hlm. 132) bahwa sikap negatif siswa terlihat dari siswa tidak menyukai gurunya ketika mengajar yang mana apabila ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan siswa menjadi kurang semangat dan malas mengikuti proses belajar mengajar.

Gambar 3

Faktor Eksternal Yang Hasil Belajar Siswa Kelas X AP makan makanan yang sehat dan bergizi SEHAT (dari penyakit kronis) SIKAP (positif pada guru-guru BAKAT (bidang adm.perk antoran) MINAT (mendapa t nilai tinggi) MOTIVASI (motivasi dalam diri untuk belajar)

ya 76.40% 70.83% 10% 47.22% 87.50% 81.94%

tidak 23.61% 29.17% 90% 52.78% 12.50% 18.06%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% P re se n ta se

FAKTOR INTERNAL (FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS)

motivasi dari keluarga motivasi dari guru motivasi dari pihak sekolah selain guru motivasi dari teman fasilitas memadai bergaul dengan teman yang rajin belajar

ya 81.94% 50% 27.72% 90.27% 22.22% 51.39%

tidak 18.06% 50% 69.44% 9.80% 77.78% 48.61%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% P re se n ta se


(17)

Dari faktor eksternal pada Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa permasalahan dengan presentase tertinggi adalah rendahnya fasilitas yang disediakan oleh sekolah untuk kegiatan pembelajaran. Diperoleh pernyataan sebanyak 77,78% responden menyatakan bahwa fasilitas yang ada di sekolah masih belum memadai seperti kurangnya ruang kelas, contoh kasus adalah pada saat kegiatan pembelajaran, siswa belajar di aula yang dirasa siswa kurang nyaman dikarenakan bising, pada saat guru menjelaskan tidak terdengar oleh murid, keadaan yang tidak kondusif karena terkadang yang menggunakan aula sekolah adalah beberapa kelas. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai lainnya adalah belum meratanya pemasangan infokus.

Gambar 4

Faktor Pendekatan Pembelajaran Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dari Gambar 4 faktor pendekatan pembelajaran bahwa permasalahan dengan presentase tertinggi berada pada guru tidak menggunakan model pembelajaran yang variatif, membangkitkan semangat dan melibatkan keaktifan siswa sehingga siswa merasa jenuh dan tidak memperhatikan materi yang guru sampaikan. Hal ini dibuktikan dari pernyataan yang dikemukakan para responden yakni sebesar 97,22% responden memandang bahwa guru tidak menggunakan model pembelajaran yang variatif, membangkitkan semangat dan melibatkan keaktifan

menggunakan metode ceramah dan tanya

jawab

menggunakan model belajar variatif, membangkitkan

semangat dan melibatkan keaktifan

siswa

ya 90.27% 2.78%

tidak 9.72% 97.72%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

P

re

se

n

ta

se


(18)

siswa. Kemudian diperkuat kembali dengan pernyataan bahwa 90,27% memandang guru menggunakan model pembelajaran ceramah saja.

Berdasarkan hasil analisis pada ketiga faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, maka dapat peneliti jelaskan pada Tabel 4 dibawah ini bahwa:

Tabel 4

Gambaran Persepsi Siswa Mengenai Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 11 Bandung

No Faktor Penyebab hasil belajar rendah

Masalah Presentase

(%)

1 Faktor internal Sikap negatif siswa pada guru 90,27% 2 Faktor Eksternal Keterbatasan fasilitas sekolah (

masih kurangnya kelas dan LCD (Proyektor)

77,78%

3 Pendekatan pembelajaran

Guru menggunakan model pembelajaran ceramah saja

90,27% Guru tidak menggunakan model

pembelajaran variatif, membangkitkan semangat dan melibatkan keaktifan siswa

97,22%

Sumber : Daftar pernyataan yang telah diolah peneliti

Gambar 5

Simpulan faktor yang mempengaruhi hasil belajar SMKN 11 Bandung

Sikap negatif siswa pada guru Keterbatasan fasilitas sekolah Guru menggunakan model pembelajaran ceramah Guru tidak menggunakan model pembelajaran variatif

Faktor Penyebab hasil belajar rendah 90.27% 77.78% 90.27% 97.22%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%


(19)

Dari Gambar 5 diperoleh gambaran bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang dinilai paling tinggi tingkat pernyataannya adalah 97,22% dari 104 responden memandang bahwa guru tidak menggunakan model pembelajaran yang variatif, membangkitkan semangat dan melibatkan keaktifan siswa dan 90,27% respoden memandang bahwa guru menggunakan model pembelajaran ceramah saja dikelas.

Atas hal tersebut, maka guru dapat mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa yakni menggunakan model pembelajaran yang variatif (tidak hanya ceramah), membangkitkan motivasi siswa, dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di kelas.

Dalam hal ini, ada beberapa model pembelajaran yang dapat guru pilih sebagai pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang harus disampaikan kepada siswa.

Diniyati (2014, hlm. 18) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

penerapan model pembelajaran berfikir induktif tehadap hasil belajar siswa

menjelaskan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya adalah:

a) Menurut Nurhadi (2003) mengemukakan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

b) Menurut Sugianto (2009, hlm. 70) mengemukakan bahwa model pembelajaran quantum merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolongistik yang jauh sebelumnya sudah ada.

c) Model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) menurut Sofan Amri & Iif khoiru Ahmadi (2010, hlm. 67) merupakan model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Adapun model pembelajaran yang menurut peneliti tepat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Sebagaimana dijelaskan oleh Slavin (dalam Sanjaya, 2006, hlm. 242) bahwa terdapat dua alasan mengapa pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli untuk di gunakan yaitu:


(20)

1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan social, menmbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. 2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Sejalan dengan itu, Sitompul (2013, hlm. 3) dalam karya tulisnya yang berjudul

Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Terhadap Keefektifan Kegiatan Pembelajaran. Hotmaida Sitompul mengemukakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif akan memudahkan siswa dalam menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Trianto (dalam Sitompul, 2013, hlm. 6) mengemukakan bahwa :

Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan – keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan – keterampilan tanya jawab.

Dari uraian-uraian di atas, dapat digambarkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Siswa tidak bersaing dengan siswa lainnya untuk mencapai sukses. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing – masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

Adapun salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe pair

checks.

Model pembelajaran kooperatif tipe pair checks merupakan salah satu cara untuk membantu siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerja sama secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan (Danasasmita, 2008, hlm. 18).


(21)

Kemudian Slavin (dalam Sitompul, 2013, hlm. 19) menjelaskan bahwa pembagian kelompok siswa secara berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan (Knowledge) dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan diatas, maka upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti bermaksud melakukan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pair

checks yang akan diterapkan pada kelas X AP 2 (Kelas Eksperimen). Sedangkan

untuk kelas X AP 4 (Kelas Kontrol), peneliti akan menerapkan model pembelajaran think pair share dikarenakan model pembelajaran tersebut juga merupakan model pembelajaran kooperatif yang mana siswa diatur untuk berdiskusi secara berpasangan. sehingga menurut peneliti, dengan membandingkan eksperimen model pembelajaran yang memiliki karakteristik yang sama akan lebih efektif untuk dibandingkan.

Adapun mengenai waktu pelaksanaan studi kuasi eksperimen dilaksanakan selama bulan April sampai dengan bulan Mei 2015 dengan rencana pertemuan di kelas eksperimen sebanyak 6 kali pertemuan dan kelas kontrol sebanyak 6 kali pertemuan. Penentuan kelas eksperimen yakni Kelas X AP 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pair checks dan kelas kontrol yakni Kelas X AP 4 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair

share.

Untuk itu, peneliti akan mengkaji masalah dengan judul : “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)


(22)

1.2.IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini, yang menjadi fokus permasalahan adalah rendahnya hasil belajar siswa yang berdampak pada rendahnya kualitas/mutu pendidikan Indonesia.

Pemerintah selalu berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan informasi dan data yang peneliti peroleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah menyelenggarakan program/proyek untuk pendidikan beberapa proyek peningkatan diantaranya proyek MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah), Proyek Perpustakaan, Proyek BOMM (Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu), Proyek BIS (Bantuan Imbal Swadaya), Proyek Peningkatan Mutu Guru, Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek DBL (Dana Bantuan Langsung), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), BKM (Bantuan Khusus Murid), hingga merubah atau memperbaiki kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi Kurikulum 2013.

Retno Listyarti selaku Sekretaris Jendral (Sekjen) FSGI (dalam Abi Arkann , 2013) mengemukakan bahwa:

Hasil berbagai survei menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Dan sayangnya, rendahnya kualitas pendidikan ternyata di jawab salah oleh pemerintah. Saya menilai kebijakan pemerintah (kurikulum 2013) dinilai tidak tepat untuk menyikapi persoalan pendidikan di Indonesia. Jawaban pemerintah tidak sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pendidikan Indonesia. Harusnya kualitas guru dulu yang dibenahi bukan perubahan kurikulum. Sebagus apa pun kurikulumnya tapi kualitas guru tidak dibenahi, maka tidak akan ada perbaikan.

Dalam kenyataannya, berdasarkan survei yang telah dilakukan di Indonesia memperoleh hasil bahwa kualitas/mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah. Apabila mengingat dari dimensi kebijakan pemerintah, segala sarana dan prasarana sebagian besar telah didukung dan disediakan oleh pemerintah, juga proyek untuk mengembangkan pendidikan telah terlaksanakan dan diterapkan. Namun itu semua, belum mampu memberikan kabar yang menggembirakan untuk dunia pendidikan.


(23)

Sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Retno Listyarti bahwa dalam dunia pendidikan, apabila kualitas guru tidak dibenahi, Maka tidak akan ada perbaikan. Ini berarti guru sebagai kunci utama untuk membuka gerbang bagi pendidikan sehingga pendidikan Indonesia mampu melebarkan sayap setinggi-tingginya di negeri sendiri bahkan hingga mancanegara.

Menurut peneliti, solusi untuk menjawab persoalan rendahnya kualitas/mutu pendidikan termaktub dalam UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa :

“Guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.”

Kemudian dipertegas kembali pada UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada Bab II tentang Kedudukan, Fungsi, Dan Tujuan pasal 4 bahwa :

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Berdasarkan hal diatas, mengingat bahwa guru memiliki fungsi dan peran dalam peningkatan mutu/kualitas pendidikan Indonesia. ini berarti guru merupakan alternatif solusi yang strategis untuk menyelesaikan persoalan rendahnya hasil belajar siswa.

Dikarenakan kualitas/mutu pendidikan diukur dari hasil belajar siswa, maka upaya yang bisa dilakukan oleh guru adalah membantu siswa meningkatkan hasil belajar agar memenuhi standard yang telah ditetapkan, bahkan sangat baik sekali apabila siswa mampu memperoleh hasil yang melebihi standard yang telah ditetapkan dengan sebenar-benarnya.

Oleh karena hal tersebut, berdasarkan segala pertimbangan dari fakta dan data yang telah peneliti kemukakan diatas. maka dengan ini peneliti menetapkan guru sebagai solusi untuk memecahkan persoalan rendahnya hasil belajar siswa. Untuk


(24)

itu, Tentunya perlu dipahami terlebih dahulu tugas-tugas guru dalam menjalankan profesinya.

Berikut ini merupakan kewajiban guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan berdasarkan UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada BAB IV pasal 20 tentang Guru , Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik

guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Sudjana (2005, hlm. 39) bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Dikarenakan dari hasil analisis daftar pernyataan yang telah peneliti ajukan kepada para siswa SMKN 11 Bandung, bahwa faktor tertinggi adalah dari guru yang termasuk kedalam faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran tersebut akan ditentukan oleh guru yakni pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang guru terapkan. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada BAB IV pasal 20 tentang Guru pada point a.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti menduga bahwa perbaikan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa.

Dijelaskan oleh Muhibbin Syah (2008, hlm. 132) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan pembelajaran. Dari ketiga faktor tersebut, pendekatan pembelajaran merupakan faktor yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan


(25)

evaluasi pembelajaran. yang mana pendekatan pembelajaran yang efektif akan menimbulkan dorongan dan ambisi siswa untuk memiliki prestasi yang tinggi.

Hal ini juga sejalan dengan hasil pengolahan daftar pertanyaan yang peneliti ajukan kepada siswa Kelas X SMK Negeri 11 Bandung yang mana 97,22% dari responden memandang bahwa guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang tidak variatif, tidak membangkitkan semangat siswa dan tidak melibatkan keaktifan siswa dalam belajar. Kemudian 90,22% responden memandang bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah saja pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Fenomena yang terjadi di SMK Negeri 11 Bandung, bahwa pengajaran guru di kelas sebagian besar guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang sama yakni metode ceramah, metode ini menjadikan siswa yang berpusat pada guru (teacher centered), bukan guru yang berpusat pada siswa. sehingga perbedaan setiap masing-masing siswa tidak dapat terperhatikan secara keseluruhan.

Atas hal tersebut, maka guru harus memiliki kemampuan dalam mendesain pembelajaran agar tidak mengakibatkan kemonotonan dalam belajar, sehingga siswa tidak jenuh dalam belajar dan melarikan perhatiannya pada aktivitas lain seperti menggunakan handphone di kelas ketika pembelajaran berlangsung, tidur, mengobrol, dan aktivitas lain yang seharusnya tidak dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga diperlukan metode pengajaran yang harus memusatkan pada siswa yakni metode pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. selain itu dengan desain pengajaran yang melibatkan keaktifan siswa akan mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Untuk itu, guru dapat mengambil tindakan dengan menggunaan model pembelajaran yang variatif dengan struktur pembelajaran yang efektif pada saat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Dikarenakan dengan model pembelajaran yang memiliki tujuan, lingkungan dan sistem pengelolaan yang struktural akan mampu mengarahkan pada suatu pendekatan pembelajaran yang efektif .

Seperti yang telah peneliti kemukakan pada bagian latar belakang penelitian ini halaman 7-10, maka peneliti menetapkan pernyataan masalah (problem statement)


(26)

yakni rendahnya hasil belajar siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang tidak variatif yakni hanya menggunakan model pembelajaran ceramah yang cenderung dilakukan secara terus menerus dalam setiap kali pertemuan pembelajaran, kurang membangkitkan motivasi siswa, dan kurang melibatkan keaktifan siswa pada saat belajar di kelas.

Atas hal diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada Kompetensi Dasar Menjelaskan tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Studi Keahlian Administrasi Perkantoran yang menggunakan model pembelajaran pair

checks dan kelas yang menggunakan model pembelajaran think pair share

di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung ?

1.3.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti menetapkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada Kompetensi Dasar menjelaskan tentang Komunikasi Kantor Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Program Studi Keahlian Administrasi Perkantoran yang menggunakan model pembelajaran pair

checks dan kelas yang menggunakan model pembelajaran think pair share

di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung ?

1.4. MANFAAT/SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki dua macam kegunaan yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Secara teoritis

Penelitian ini akan memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh model pembelajaran pair checks terhadap hasil belajar kognitif siswa .


(27)

2. Secara praktis a) Bagi Peneliti

Menjadi sumber informasi keilmuan yang mengkaji disiplin ilmu mengenai model pembelajaran pair checks.

b) Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan bagi guru bahwa penerapan model pembelajaran pair checks dalam mengajar merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

c) Bagi Siswa

Diharapkan melalui penerapan model pembelajaran pair checks dapat memberikan pengalaman bagi siswa dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

d) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh penerapan model pembelajaran pair checks terhadap hasil belajar kognitif siswa .


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.OBJEK PENELITIAN

Tempat penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung dan objek penelitian ini adalah siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran 2 berjumlah 35 orang dengan diterapkan model pembelajaran pair checks dan Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran 4 berjumlah 35 orang diterapkan model pembelajaran think pair

share.

3.2.DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Menurut E Mulyatiningsih (dalam Rustiani, 2013, hlm. 59), metode ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh percobaan perlakuan terhadap karakteristik subjek yang diinginkan oleh peneliti. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak ekuivalen), pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dua kelompok tersebut diberi pre-test kemudian diberikan treatment dan terakhir diberikan post-test. Setelah itu, hasil dari kedua kelompok tersebut dibandingkan.

Adapun gambaran mengenai rancangan nonequivalent control group design Sugiyono (2013, hlm. 116) sebagai berikut :

O1 X O2

O3 O4

Gambar 1


(29)

Keterangan :

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen X : Penerapan model pembelajaran Pair Checks

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok control

Desain penelitian ini terdiri dari dua kelompok yang dipilih bukan dengan teknik random. Kelompok pertama (kelompok eksperimen) diberi perlakuan (X) yaitu model pembelajaran pair checks, sedangkan kelompok kedua (kelompok kontrol) tidak diberi perlakuan tersebut. Peneliti menggunakan desain ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor yang diberikan treatment dengan yang tidak diberi treatment.

Adapun Langkah - langkah metode kuasi eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Mengujikan soal pre test kepada peserta didik di kelas treatment dan kelas

kontrol.

2) Hasil dari pre test dari kelas treatment dan kelas control diujikan dengan uji beda yaitu uji-t. untuk mengetahui tidak adanya perbedaan kemampuan awal siswa yang signifikan.

3) Setelah teruji kelas treatment dan kelas control tidak memiliki perbedaan, maka dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran masing-masing kelas. Bila hasil tes uji beda menyatakan adanya perbedaan maka eksperimen tidak bisa dilanjutkan.

4) Setelah kelas treatment dan kelas control diberikan perlakuan model pembelajaran. Langkah selanjutnya melakukan mengujikan post test.

5) Hasil dari post test kelas treatment dan kelas kontrol diujikan kembali dengan skor gain untuk melihat peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dan


(30)

dilakukan kembali pengujian uji beda (uji-t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara signifikan.

6) Langkah yang terakhir adalah mengujikan proses pembelajaran dengan menghitung skor gain dan uji beda pre test dan post test untuk mengetahui bahwa proses bermakna secara signifikan dapat tidaknya meningkatkan hasil belajar.

3.3.SUMBER DATA

Sumber data penelitian yang digunakan adalah sumber-sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini baik yang secara langsung berhubungan maupun tidak langsung dengan objek penelitian. Adapun peneliti menggunakan sumber data meliputi :

a. Data primer

Sumber data primer adalah sumber data dimana data tersebut diperoleh secara langsung dari lapangan melalui tes tertulis, observasi pra penelitian dan dokumen Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung

b. Data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini yakni meliputi buku-buku, karya ilmiah serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini yang peneliti jadikan referensi dan rujukan

3.4.ALUR PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti telah merancang langkah-langkah untuk melaksanakan penelitian studi kuasi eksperimen untuk 6 kali pertemuan yang peneliti jelaskan pada Gambar 9 berikut ini :


(31)

Gambar 2 Alur Penelitian Kuasi Eksperimen 3.5.SKENARIO PEMBELAJARAN

Berikut ini pada Tabel 8 Skenario Pembelajaran merupakan skenario model pembelajaran pair checks yang akan diterapkan untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran think pair share yang akan diterapkan untuk kelas kontrol selama 4 kali pertemuan.

Pre test Pre test

Post test Post test

A2 (Kelas Kontrol) A1 (Kelas

Eksperiment)

Uji Beda

Proses Pembelajaran Kelas Treatment

Proses Pembelajaran Kelas Kontrol

Gain

Uji Beda Gain

Uji Beda

Uji Beda Gain

=


(32)

Tabel 1

Skenario Pembelajaran

Model Pembelajaran Pair Checks pada kelas eksperimen

Model Pembelajaran Think Pair Share pada kelas kontrol

1) Tahap Persiapan

a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Guru menyiapkan materi yang

akan dibahas

c. Guru menyiapkan daftar periksa untuk pre test dan post test

1) Tahap Persiapan

a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Guru menyiapkan materi yang

akan dibahas

c. Guru menyiapkan daftar periksa untuk pre test dan post test

2) Tahap Pelaksanaan

a. Pendahuluan

a) Pembacaan doa

b) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa c) Guru melakukan apersepsi dan

motivasi siswa mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembeajaran Pair

Checks

2) Tahap Pelaksanaan

a. Pendahuluan

a) Pembacaan doa

b) Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kehadiran siswa c) Guru melakukan apersepsi dan

motivasi siswa mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

e) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembeajaran

Think Pair Share b. Kegiatan Inti

a) Pair Works

Siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok tersebut terbagi menjadi beberapa pasangan. Satu kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap pasangan memiliki dua peran; penyaji (pemecah masalah) dan

coach (pelatih). Salah seorang

diantara masing-masing pasangan mengerjakan worksheet atau soal. Sementara pasangannya mengamati dengan cermat, memberi atau mencatat kesalahan yang muncul.

b) Coach Checks

Pada langkah ini coach memeriksa pekerjaan pasangannya. Bila coach dan penyaji tidak sepakat dengan jawabannya atau idenya. Mereka meminta pendapat pasangan lain

c. Kegiatan Inti

a) Berfikir (Think)

 Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi

 Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada seluruh siswa

 Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

b) Berpasangan (Pair)

 Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya.

 Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan c) Berbagi (Share)

 Satu pasang siswa dipanggil secara acak untk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di


(33)

dalam satu kelompok.

c) Coach Praises

Bila pasangan sepakat maka coach memberi pujian atau hadiah berupa kupon yang pada akhir pembelajaran akan ditukarkan kepada guru

d) Partner switch roles

Setelah selesai mengecek maka pasangan itu bergantian peran. Dan ulangi langkah 1- 3

e) Pair checks

Pasangan melakukan pengecekan.

kelas dengan dipandu oleh guru d) Penghargaan

 Siswa dinilai secara individu dan kelompok

3) Tahap Penutupan

a. Guru mengecek setiap kelompok atas jawaban yang telah dibuat dan membimbing juga mengarahkan pemahaman siswa

b. Guru menyimpulkan materi pembelajaran

c. Guru memberikan

penghargaan/hadiah

d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya

1) Tahap Penutupan

a. Guru menyimpulkan materi pembelajaran

b. Guru memberikan

penghargaan/hadiah

c. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya

3.6.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Dalam penelitian ini, memiliki dua variabel yaitu Variabel Independen ( X ) dan Variabel Dependen (Y). Variabel independen atau variabel bebas merupakan varibel yang yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau dengan kata lain variabel yang mempengaruhi yaitu model pembelajaran pair checks. Sedangkan variabel dependen atau varibel terikat merupakan variabel yang menjadi akibat atau dengan kata lain variabel yang dipengaruhi yaitu hasil belajar kognitif.

Berikut ini operasionalisasi varibel :

Tabel 2

Operasionalisasi Varibel

Variabel Dimensi Indikator


(34)

3.7.UJI INSTRUMEN 3.8.1.Uji Validitas Intrumen

Menurut Arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 73) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Untuk mengetahui kesejajaran tersebut maka dapat digunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson, sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Sumber: Uno (2012, hlm. 108) Keterangan :

r_xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan variabel yang dikorelasikan

x : Skors tiap items x y : Skors tiap items y

N : Jumlah responden uji coba

Instrumen dapat dikatakan valid apabila telah diketahui nilai r_xy, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r hitung dan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel.

3.8.2.Uji Reabilitas Instrumen

Uji reabilitas intrumen dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan kecermatan suatu instrumen penelitian. Menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali M (dalam Rustiani, 2013, hlm. 75) menjelaskan bahwa formula yang


(35)

digunakan untuk menguji reabilitas instrumen dalam penelitian adalah menggunakan koefisien alfa (α) dari Cronbach sebagai berikut :

[ ][ ] ∑

Dimana :

R11 : Realibilitas tes secara keseluruhan K : Jumlah butir instrumen

n : Jumlah Varians butir : Varians total

Tabel 3

Interprestasi Derajat Reliabilitas

Rentang Nilai Klasifikasi

0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,201-0,400 Derajat reliabilitas rendah

0,401-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,601-0,800 Derajat reliabilitas tinggi 0,801-1,000 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Sumber : Rustiani (2013, hlm. 76)

3.8.3.Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Penelitian ini menggunakan instrumen tes berupa soal tes, soal-soal tersebut dapat dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan sukar mudahnya suatu soal disebut sebagai indeks kesukaran (Difficulty Index) dengan kode P yaitu proporsi. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 yang artinya soal terlalu sukar sampai dengan 1,00 yang artinya soal tersebut terlalu mudah, semakin kecil angka indeks maka semakin tinggi tingkat kesukaran soal dan semakin besar angka indeks maka


(36)

semakin rendah tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Sumber: Arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 78) Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : Banyak peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar Js : jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk mengetahui kriteria dari soal yang digunakan, indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4 Tingkat Kesukaran

No Rentang Nilai tingkat kesukaran Klasifikasi

1 0,70-1,00 Mudah

2 0,30-0,70 Sedang

3 0,00-0,30 Sukar

Sumber: Arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 78)

3.8.4.Daya Pembeda Instrumen

Dijelaskan oleh arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 78) bahwa “Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi atau pandai dan siswa yang berkemampuan rendah”.

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut sebagai indeks diskriminasi (D), indeks diskriminasi ini antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk mengetahui daya pembeda instrumen maka dapat digunakan rumus berikut ini :


(37)

Sumber: Arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 79) Keterangan :

D : Indeks diskriminasi (daya pembeda)

B_A : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar B_B : Hanyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar J_A : Hanyaknya peserta kelompok alas

J_B : Banyaknya peserta kelompok bawah

P_A : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar P_B : Proporsi kelompok bawah yang menjawab salah

Tabel 5

Klasifikasi Daya Pembeda No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 0,00-0,19 Jelek

2 0,20-0,39 Cukup

3 0,40-0,69 Baik 4 0,70-1,00 Baik Sekali

5 Negatif Tidak Baik

Sumber: Arikunto (dalam Rustiani, 2013, hlm. 79)

3.8.TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data tersebut perlu untuk dilakukan pengolahan data (Data Analysis).

Dalam penelitian ini diperoleh data berupa data kualitatif diantaranya hasil observasi dan pengamatan aktivitas guru beserta siswa dan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil Pre-test dan post-test yang diujikan kepada siswa kelas


(38)

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menganalisis data tersebut dapat menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji beda (Uji-t) dan uji N-Gain

3.9.1. Uji Normalitas

Menurut Harun (dalam Sambas Ali M, 2010, hlm. 93) menjelaskan bahwa uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu distribusi data normal atau tidak dan untuk memperkecil kesalahan perkiraan (estimasi). Dalam penelitian ini normalitas akan diuji dengan menggunakan uji Liliefors.

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut Somantri dan Muhidin (2011, hlm. 289-290) , sebagai berikut:

1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.

2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatimya.

4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). 5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoretical Proportion pada table z 6) Menghitung Theoretical Proportion.

7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8) Carilah selisih terbesar di luar titik observasi

Berikut ini merupakan tabel distribusi pembantu untuk pengujian normalitas :

Tabel 6

Tabel Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

Xi Fi Fki Z -

-

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber : Somantri dan Muhidin (2011, hlm. 291) Keterangan :


(39)

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fk sebelumnya Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, ( ) = fk/n

Kolom 5 : Nilai Z, formula, ̅

Dimana : ̅ ∑ dan S = √∑ (∑ )

Kolom 6 : Theoretical Proportion (label z): Proporsi Kumulalif Luas Kurva Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada label distribust normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Proportion dengan Theoretical Proportion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6)

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut Adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada a = 0,05 dengan cara

√ . Kemudian

membuat kesimpulan dengan kriteria :

1) D hitung < D tabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal. 2) D hitung ≥ D tabel, maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi

normal.

3.9.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk kepentingan akurasi data dan keterpercayaan terhadap hasil penelitian. Dengan kata lain, uji homogenitas ini untuk menguji sampel yang diambil telah homogen atau telah memiliki karakteristik sifat yang sama.

Dalam penelitian ini, Uji statistika yang akan digunakan adalah Uji


(40)

menyatakan varians skornya homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima. Menurut Somantri dan Muhidin (2011, hlm. 294-295) Nilai hitung diperoleh dengan rumus:

[ ∑ ]

Dimana :

= Varians tiap kelompok data

= n – 1 = Derajat kebebasan tiap kelompok B = Nilai Barlett = (Log

= Varians gabungan = = ∑

Somantri dan Muhidin (2011, hlm. 295) mengemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan kolompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

2) Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan, dengan model tabel sebagai berikut:

Tabel 7

Model Tabel Uji Burlett

Sampel db = n-1

1 2

….. ∑


(41)

4) Menghitung log dari varians gabungan 5) Menghitung nilai Barlett

6) Menghitung nilai 7) Membuat kesimpulan

3.9.3. Uji Beda (Uji-t)

Uji beda (uji-t) ini digunakan untuk mencari perbedaan pada soal pre-test, perbedaan pada saat proses ketika terjadi perlakuan, dan juga perbedaan pada soal

pos-test. Uji beda ini dilakukan untuk mengetahui kesignifikansi statistik

perbedaan atau perubahan yang terjadi. Berikut dibawah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung uji beda (uji-t) :

̅̅̅ ̅̅̅

(Sumber: Sugiyono, 2006:118)

Keterangan:

: rata-rata skor gain kelompok eksperimen : rata-rata skor gain kelompok kontrol : jumlah peserta didik kelas eksperimen : jumlah peserta didik kelas kontrol

: varians skor kelompok eksperimen : varians skor kelompok control

3.9.4. Perhitungan Skor Gain Ternormalisasi

Normalisasi gain (N-Gain) merupakan perhitungan yang dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor pada mata pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran. Hal ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan persamaan Hake (1999) :

(g) =


(42)

Kemudian nilai gain ternomalisasi (g) yang diperoleh di interprestasikan dengan klasifikasi pada tabel berikut ini:

Tabel 8

Interprestasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai (g) Klasifikasi

(g) ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > (g) ≥0,3 Sedang

(g) < 0,3 Rendah

3.9.PENGUJIAN HIPOTESIS

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan skor rata-rata Gain (N-Gain) kelas eksperimen (Kelas X AP 2) dan kelas kontrol (Kelas X AP 4). Adapun proses pengujian hipotesis akan meliputi uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menggunakan statistik parametrik yakni dengan menggunakan uji t.


(43)

(44)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini yakni mengenai rendahnya hasil belajar siswa pada kelas X Administrasi perkantoran SMKN 11 Bandung, Dari hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran

pair checks dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada kompetensi

dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor. Hal ini ditunjukan oleh hasil analisis data bahwa setelah diberikan perlakuan (treatment), terdapat perbedaan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada Kelas eksperimen (Kelas X AP 2) yang diterapkan model pembelajaran pair checks dengan siswa pada Kelas kontrol (Kelas X AP 4) yang menggunakan model pembelajaran think

pair share.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pair checks lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran think pair share dikarenakan model pembelajaran pair checks dapat meningkatkan hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran think pair share dengan beberapa kelebihan yaitu model pembelajaran pair checks menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian. Pada strategi ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling memeriksa mengecek pekerjaan atau pemecahan masalah masing-masing pasangannya.

5.2. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi bagi para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif , salah satunya yaitu model pembelajaran pair checks sebagai alternatif pilihan model


(45)

pembelajaran yang efektif digunakan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal

Diniyati, Nirma. (2014). “Pengaruh penerapan model pembelajaran berfikir

induktif tehadap hasil belajar siswa”. Jurnal Fakultas Pendidikan Ekonomi

dan Bisnis UPI Bandung.

Febrian,W.(2012). “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurnal

pendidikan akuntansi indonesia. Vol. 2. No. 2

Hotmaida Sitompul. (2013). “Manfaat penerapan model pembelajaran terhadap

keefektifan kegiatan pembelajaran”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Medan.

K Widya, Febrian dan A. Nur, Mimin. (2012). “Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips 1 Sma Negeri 2 Wonosari Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 2 (X).

43-63

Lestari, R. (2012). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Social Skill Siswa”. Jurnal Fisika.190-194

2. Buku

Arends, Richard I. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta Danasasmita, Wawan. 2008. Model-Model Pembelajaran Alternatif. Bandung:

UPI.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jones.(2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Lie, Anita. (2005). Cooperatif Learning. Mempraktekan Cooperatif Learning Di


(47)

Muhidin, S.A. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung : Karya Andhika Utama

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sagala, Syaiful. (2008). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Kencana Somantri, A. & Muhidin, S.A. (2011). Aplikasi statistika dalam penelitian.

Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana,Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembejaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm.132-139

Schunk, D.H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective,

Sixth Edition. Pearson Publishing : Boston.

Trianto.(2010).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif.Jakarta : Kencana.

Uno, H.B. (2012). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.hlm. 108

3. Selain jurnal dan buku

a. Skripsi, Thesis, atau Disertasi

Komara, Sakinah.(2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair

Checks Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Sarjana Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta:Tidak diterbitkan.

Muliasari, Dwi. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Role

Playing Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Psikomotor Siswa Pada Kompetensi Dasar Merencanakan Perjalanan Bisnis Di Kelas XII AP.

Skripsi Sarjana pada FPEB UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Patrianto, Utama. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share Untuk Memahamkan Materi Logaritma Kelas X Smkn 5 Malang. Skripsi Sarjana Pada Universitas Negeri Malang:tidak diterbitkan


(48)

Qurannita, Rustiani. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Number Heads

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Skripsi

Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:Tidak diterbitkan.

Susanti,Amelia.(2012).Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair

Checks Menggunakan Lks Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 4 X Koto. Skripsi Sarjana Program Studi Pendidikan

Matematika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukit Tinggi:Tidak diterbitkan.

b. Publikasi Departemen

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.(2005). Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta:

Departemen Hukum dan HAM. hlm.1, hlm. 4 dan hlm. 11

Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari. (2011). Laporan Akhir Penelitian

Tindakan Kelas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X A SMA Negeri 7 Kendari Pada Materi Pokok Gerak Lurus, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari.

4. Sumber dari Internet

Abi Arkan.(2013).Alasan Kemendikb mengganti kurikulum.Detik.com

[online].Tersedia : http://www.dusunblog.com/2013/01/alasan-kemendikbud-mengganti kurikulum.html. [5 januari 2015]

Faiq.(2013).Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Model Pembelajaran.Blogger [online].Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe -modelpembelajarankooperatif. [8 Januari 2015]

Fandi, Adi. (2008). Makalah Psikologi Tentang Belajar. [online]. Tersedia :

http://www.anakciremai.com/2008/11/makalah-psikologi-tentang-belajar.html. [12 januari 2015]

Fisika Online. (2011). “Metode Pembelajaran Pair check”. [online] Tersedia

pada http://www.fisikaonline.webnode.com [1 Maret 2015]

Gunawan, Bakti . (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam interaksi

Belajar Mengajar. [online]. Tersedia:

www.komasiana.com/baktigunawan/ Penerapan-Teori-Belajar-Vygotsky-dalam-interaksi-Belajar-Mengajar_550d985b8133115d22b1e4d8. [1 Maret 2015]


(49)

Novalia, Eka. 2014. Jurnal Belajar Pembelajaran 12. Academia.edu [online]. Tersedia : Jurnal Belajar Pembelajaran 12 | Novalia Ecka Nurnazila - Academia.edu. [8 januari 2015]

Sitompul, Hotmaida. (2013). Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Terhadap

Ke Efektifan Kegiatan Pembelajaran. Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Medan.. Blogger[online]. Tersedia:

http://maidastp.blogspot.com/2014/04/manfaat-penerapan-model pembelajaran.html. [ 9 Januari 2015]

Sugeng. (2013). Pandangan Para Ahli Tentang Pengertian Belajar Dan Ciri-Ciri

Belajar. Wawasan pendidikan [online]. Tersedia:

http://www.wawasanpendidikan.com/2013/07/artikel pendidikan-tentang-pandangan-para-ahli-tentang-belajar-dan-ciri-ciri-belajar.html. [7 januari 2015]

Universitas Mataram Fakultas Ilmu Pendidikan. (2011) . “Teori

Konstruktivisme”. Universitas Mataram. [online]. Tersedia :

www.nizwaayuni.blogspot.com. [12 Januari 2015)

Yantiani, Ni Made. (2014). “Pembelajaran kooperatif pair checks berpengaruh

terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun daftar siswa kelas

IV Gugus IV Semarapura”. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia. Tersedia :

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/1188/10 51. [1 Maret 2015]


(1)

Nita Loreta, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini yakni mengenai rendahnya hasil belajar siswa pada kelas X Administrasi perkantoran SMKN 11 Bandung, Dari hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran pair checks dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi kantor. Hal ini ditunjukan oleh hasil analisis data bahwa setelah diberikan perlakuan (treatment), terdapat perbedaan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada Kelas eksperimen (Kelas X AP 2) yang diterapkan model pembelajaran pair checks dengan siswa pada Kelas kontrol (Kelas X AP 4) yang menggunakan model pembelajaran think pair share.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pair checks lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran think pair share dikarenakan model pembelajaran pair checks dapat meningkatkan hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran think pair share dengan beberapa kelebihan yaitu model pembelajaran pair checks menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian. Pada strategi ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling memeriksa mengecek pekerjaan atau pemecahan masalah masing-masing pasangannya.

5.2. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi bagi para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif , salah satunya yaitu model pembelajaran pair checks sebagai alternatif pilihan model


(2)

pembelajaran yang efektif digunakan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.


(3)

Nita Loreta, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal

Diniyati, Nirma. (2014). “Pengaruh penerapan model pembelajaran berfikir

induktif tehadap hasil belajar siswa”. Jurnal Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung.

Febrian,W.(2012). “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas

XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurnal

pendidikan akuntansi indonesia. Vol. 2. No. 2

Hotmaida Sitompul. (2013). “Manfaat penerapan model pembelajaran terhadap keefektifan kegiatan pembelajaran”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.

K Widya, Febrian dan A. Nur, Mimin. (2012). “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips 1 Sma Negeri 2 Wonosari

Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 2 (X).

43-63

Lestari, R. (2012). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks

Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Social Skill Siswa”. Jurnal

Fisika.190-194

2. Buku

Arends, Richard I. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta Danasasmita, Wawan. 2008. Model-Model Pembelajaran Alternatif. Bandung:

UPI.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Jones.(2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Lie, Anita. (2005). Cooperatif Learning. Mempraktekan Cooperatif Learning Di


(4)

Muhidin, S.A. (2010). Statistika 2 Pengantar Untuk Penelitian. Bandung : Karya Andhika Utama

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sagala, Syaiful. (2008). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Kencana Somantri, A. & Muhidin, S.A. (2011). Aplikasi statistika dalam penelitian.

Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana,Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembejaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm.132-139

Schunk, D.H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective, Sixth Edition. Pearson Publishing : Boston.

Trianto.(2010).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif.Jakarta : Kencana.

Uno, H.B. (2012). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.hlm. 108

3. Selain jurnal dan buku

a. Skripsi, Thesis, atau Disertasi

Komara, Sakinah.(2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta:Tidak diterbitkan.

Muliasari, Dwi. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Psikomotor Siswa Pada Kompetensi Dasar Merencanakan Perjalanan Bisnis Di Kelas XII AP. Skripsi Sarjana pada FPEB UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Patrianto, Utama. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Memahamkan Materi Logaritma Kelas X Smkn 5


(5)

Nita Loreta, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Qurannita, Rustiani. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:Tidak diterbitkan.

Susanti,Amelia.(2012).Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Menggunakan Lks Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 4 X Koto. Skripsi Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukit Tinggi:Tidak diterbitkan.

b. Publikasi Departemen

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.(2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta: Departemen Hukum dan HAM. hlm.1, hlm. 4 dan hlm. 11

Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari. (2011). Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pairs Check Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X A SMA Negeri 7 Kendari Pada Materi Pokok Gerak Lurus, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari.

4. Sumber dari Internet

Abi Arkan.(2013).Alasan Kemendikb mengganti kurikulum.Detik.com

[online].Tersedia :

http://www.dusunblog.com/2013/01/alasan-kemendikbud-mengganti kurikulum.html. [5 januari 2015]

Faiq.(2013).Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Model Pembelajaran.Blogger [online].Tersedia:http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe -modelpembelajarankooperatif. [8 Januari 2015]

Fandi, Adi. (2008). Makalah Psikologi Tentang Belajar. [online]. Tersedia :

http://www.anakciremai.com/2008/11/makalah-psikologi-tentang-belajar.html. [12 januari 2015]

Fisika Online. (2011). “Metode Pembelajaran Pair check”. [online] Tersedia

pada http://www.fisikaonline.webnode.com [1 Maret 2015]

Gunawan, Bakti . (2012). Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam interaksi

Belajar Mengajar. [online]. Tersedia:

www.komasiana.com/baktigunawan/ Penerapan-Teori-Belajar-Vygotsky-dalam-interaksi-Belajar-Mengajar_550d985b8133115d22b1e4d8. [1 Maret 2015]


(6)

Novalia, Eka. 2014. Jurnal Belajar Pembelajaran 12. Academia.edu [online]. Tersedia : Jurnal Belajar Pembelajaran 12 | Novalia Ecka Nurnazila - Academia.edu. [8 januari 2015]

Sitompul, Hotmaida. (2013). Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Terhadap Ke Efektifan Kegiatan Pembelajaran. Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Medan.. Blogger[online]. Tersedia:

http://maidastp.blogspot.com/2014/04/manfaat-penerapan-model pembelajaran.html. [ 9 Januari 2015]

Sugeng. (2013). Pandangan Para Ahli Tentang Pengertian Belajar Dan Ciri-Ciri

Belajar. Wawasan pendidikan [online]. Tersedia:

http://www.wawasanpendidikan.com/2013/07/artikel pendidikan-tentang-pandangan-para-ahli-tentang-belajar-dan-ciri-ciri-belajar.html. [7 januari 2015]

Universitas Mataram Fakultas Ilmu Pendidikan. (2011) . “Teori

Konstruktivisme”. Universitas Mataram. [online]. Tersedia : www.nizwaayuni.blogspot.com. [12 Januari 2015)

Yantiani, Ni Made. (2014). “Pembelajaran kooperatif pair checks berpengaruh terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun daftar siswa kelas

IV Gugus IV Semarapura”. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia. Tersedia :

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/1188/10 51. [1 Maret 2015]


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR ADMINISTRASI PERKANTORAN : studi kuasi eksperimen di SMK Kencana kota Bandung.

0 3 57

PENERAPAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS TUTORIAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : STUDI KUASI EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN KORESPONDENSI DENGAN KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN KOMUNIKASI TERTULIS PADA PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANT

0 0 61

PENERAPAN METODE CLASSWIDE PEER TUTORING (CWPT) TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK : studi kuasi eksperimen pada kompetensi dasar menjelaskan tentang komunikasi lisan di program keahlian administrasi perkantoran kelas X SMK Pasundan 1 kota Bandung tahun

0 17 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : studi kuasi eksperimen kelas X administrasi perkantoran pada mata pelajaran pengantar administrasi perkantoran kompetensi dasar mengidentifikasikan fasilitas dan lingkungan kantor sert

0 2 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Jenis-Jenis Surat/Dokumen Kantor pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran

0 2 52

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun

0 2 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

0 1 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

1 3 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun A

0 2 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasikan Fasilitas dan Lingkungan Kantor Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 3 Bandung)

0 0 13