2015 3394 ped Pedoman Pencacah Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015
PEDOMAN PENCACAH SURVEI
LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN
TANAMAN PANGAN 2015
(VP2015-S)
BADAN PUSAT STATISTIK
(2)
(3)
SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS
LAHAN TANAMAN PANGAN
(4)
(5)
Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dimaksudkan untuk mendapatkan data luas panen dan luas baku lahan dengan pendekatan rumah tangga pertanian dan pengukuran lahan di lapangan. Dari hasil survei ini akan diketahui seberapa besar perbedaan data luas panen dan luas tanam jika dibandingkan dengan hasil pendataan Statistik Pertanian (SP) yang rutin dilakukan setiap tahun. Survei ini juga diharapkan dapat memperoleh angka konversi galengan terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas tanam bersih di lahan sawah.
Buku pedoman pencacah ini memuat penjelasan teknis dalam melakukan kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 yang meliputi latar belakang, tujuan, cakupan, organisasi lapangan, jadwal pelaksanaan, metodologi penarikan sampel, tata cara pemutakhiran rumah tangga, tata cara pelaksanaan pencacahan, dan tata cara pengisian Daftar VP2015-P, Daftar VP2015-DSRT, dan Daftar VP2015-S.
Keberhasilan pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 ini ditentukan oleh niat, tekad, dan kesungguhan kita semua. Oleh karena itu, para petugas diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Kepada semua pihak, baik di BPS pusat maupun di BPS daerah, yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 ini diucapkan terima kasih.
Selamat Bekerja.
Jakarta, 27 Maret 2015
Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik,
Adi Lumaksono
(6)
(7)
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan... 2
1.3. Landasan Hukum... 3
1.4. Cakupan... 4
1.5. Jenis Dokumen... 4
1.6. Jadwal Kegiatan... 5
BAB 2 ORGANISASI LAPANGAN 2.1. Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan Daerah... 7
2.2. Petugas Pelaksanaan Pencacahan... 7
BAB 3 METODOLOGI PENARIKAN SAMPEL 3.1. Kerangka Sampel... 9
3.2. Stratifikasi Blok Sensus... 10
3.3 Jumlah Sampel... 14
3.4 Prosedur Pengambilan Sampel... 16
3.5 Prosedur Estimasi... 17
3.6 Pemilihan Sampel Pengukuran Lahan... 18
BAB 4 TATA CARA PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA 4.1. Penelusuran Wilayah Kerja... 19
4.2. Pemutakhiran Rumah Tangga... 20
4.3. Tata Cara Pengisian Dfatra VP2015-P... 21
BAB 5 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-DSRT 5.1. Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT... 35
BAB 6 TATA CARA PELAKSANAAN PENCACAHAN 6.1. Tahap Pelaksanaan Pencacahan... 39
6.2. Tata Cara Wawancara... 39
BAB 7 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VP2015-S 7.1 Tata Tertib Pengisian Daftar VP2015-S... 43
7.2 Petunjuk Pengisian Daftar VP2015-S... 44
7.3 Keterangan yang Dikumpulkan... 44
7.4 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-S... 45
LAMPIRAN... 69
(8)
(9)
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan, memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau mencakup 67,83 persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah tangga pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan merupakan sumber penghidupan utama sebagian besar petani Indonesia.
Subsektor tanaman pangan juga memainkan peranan penting dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan asupan gizi masyarakat. Hal itu tercermin dari peran strategis komoditas beras sebagai sumber pangan utama (makanan pokok) masyarakat Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan dinamika harga beras sangat mempengaruhi inflasi sebagai salah satu variabel makro ekonomi yang sangat krusial dalam perekonomian nasional. Karena itu, tingkat ketersediaan beras dan juga komoditas pangan lainnya, dalam jumlah yang mencukupi dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, tidak hanya mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional, tapi juga stabilitas sosial dan politik.
Dewasa ini, upaya mewujudkan swasembada pangan masih menjadi prioritas utama agenda pembangunan pemerintah di sektor pertanian. Hal itu tercermin dari pencanangan target swesembada padi (beras), jagung, dan kedelai yang harus diwujudkan dalam dua tahun mendatang. Target pemerintah ini merupakan manifestasi dari visi ketujuh pemerintah yang tertuang dalam program Nawacita, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah satunya, sektor pertanian melalui upaya membangun dan mewujudkan kedaulatan pangan.
(10)
Untuk mewujudkan kedaulatan pangan ini, khususnya padi (beras), jagung, dan kedelai, pemerintah melakukan berbagai cara melalui pelaksanaan program UPSUS (Upaya Khusus), seperti rehabilitasi jaringan irigasi teknis (JIT), optimasi lahan, perluasan areal tanam, dan sebagainya sebagai upaya pembangunan pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan pertanian ini membutuhkan dukungan data yang akurat sebagai pijakan perencanaan dan formulasi kebijakan sehingga dapat tepat sasaran. Salah satu jenis data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai luas panen padi, jagung, dan kedelai serta informasi luas baku lahan sawah yang merupakan basis penghitungan angka produksi komoditas tersebut.
Secara faktual, akurasi data luas panen padi, jagung, dan kedelai yang selama ini dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), yang dikumpulkan dengan menggunakan Daftar SP-Padi dan SP-Palawija, dipertanyakan oleh berbagai kalangan, seperti peneliti, akademisi, legislator, dan praktisi pertanian. Data tersebut diduga mengalami overestimate
atau lebih tinggi dari kondisi riil yang ada di lapangan karena menggunakan metode yang kurang ilmiah, yaitu eye estimate. Konsekuensinya, data produksi padi (beras), jagung, dan kedelai yang dihitung dengan mengalikan data produktivitas dan luas panen ditengarai juga mengalami overestimate.Oleh sebab itu, diperlukan metode pengumpulan data luas panen lain guna memperoleh data yang lebih akurat dan obyektif. Karena itu, penelitian dengan wawancara langsung ke petani sampel melalui Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 sangat penting dan mendesak untuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui apakah metode wawancara dapat digunakan untuk pengumpulan data luas, khususnya luas panen dan luas baku lahan.
b. Mengetahui akurasi data luas panen dan luas baku lahan yang selama ini dikumpulkan melalui Survei Pertanian (SP).
(11)
c. Mengetahui angka konversi galengan terbaru untuk perhitungan luas panen dan luas tanam bersih di lahan sawah.
1.3 Landasan Hukum
Pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 didasarkan pada sejumlah peraturan perundangan yang meliputi:
1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683);
2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854);
3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik;
4) Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah; dan
5) Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, sebagai pengemban undang-undang, maka BPS wajib melaksanakan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dalam rangka menjalankan amanah undang-undang tersebut, baik diminta maupun tidak, seluruh jajaran BPS di daerah dari tingkat tertinggi hingga terendah membantu dan mengambil peran sesuai dengan bidangnya masing-masing demi suksesnya Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015.
(12)
1.4 Cakupan
Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dilakukan di 7 (tujuh) provinsi di Indonesia, yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan, dengan jumlah sampel untuk wawancara sebanyak 30.002 blok sensus dan 300.000 rumah tangga, serta 30.000 sampel rumah tangga untuk pengukuran lahan.
1.5 Jenis Dokumen
Jenis dokumen yang digunakan:
1) Peta ST2013-WB
Peta wilayah yang digunakan dalam pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah peta blok sensus tanpa simbol bangunan fisik yang digunakan pada saat pencacahan lengkap ST2013. Peta ini digunakan untuk pemutakhiran rumah tangga di blok sensus terpilih, orientasi wilayah kerja petugas, dan sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi lokasi rumah tangga sampel yang akan dicacah dengan Daftar VP2015-S.
2) Daftar VP2015-P
Daftar ini digunakan untuk pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih; identifikasi rumah tangga yang melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai pada setiap subround, serta identifikasi lokasi, jenis lahan, status usaha, dan luas panen tanaman terpilih.
3) Daftar VP2015-DSRT
Daftar ini berisi nama-nama kepala rumah tangga terpilih yang harus dicacah oleh petugas. Daftar ini diperoleh dari penarikan sampel di BPS Kabupaten/Kota setelah pemutakhiran rumah tangga selesai dilaksanakan.
(13)
4) Daftar VP2015-S
Daftar ini digunakan untuk melakukan pencacahan (wawancara) pada rumah tangga terpilih yang tercantum pada Daftar VP2015-DSRT.
5) Buku Pedoman Pencacah (VP2015-PCS)
Buku ini memuat aturan/tata cara pencacahan rumah tangga usaha tanaman padi dan palawija terpilih, konsep definisi, tata cara pemutakhiran rumah tangga dalam blok sensus terpilih dengan Daftar P, pengisian Daftar DSRT, dan VP2015-S.
1.6 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penyusunan kerangka sampel, penarikan sampel, pelatihan instruktur dan petugas, pencacahan, pengolahan, dan publikasi pada kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Tangan 2015 adalah sebagai berikut:
(14)
Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015
No. Kegiatan Jadwal
(1) (2) (3)
1. Penyusunan Metodologi 1 Januari-6 Februari 2015
2. Pelatihan Innas Pencacahan
Lapangan 6-9 April 2015
3. Pelatihan Inda 12-16 April 2015
4. Pelatihan Petugas 20-29 April 2015
5. Pemutakhiran Blok Sensus Terpilih
1-10 Mei 2015 (tahap I)
1-13 September 2015 (tahap II) 1-10 Januari 2016 (tahap III)
6. Penarikan Sampel
11-17 Mei 2015 (tahap I) 7-13 September 2015 (tahap II) 4-10 Januari 2016 (tahap III)
7. Editing/Coding
8 Juni-31 Juli 2015 (tahap I)
28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari 2016-29 Februari 2016 (tahap III)
8. Data Entry
22 Juni-2 Agustus 2015 (tahap I)
28 September-31 Oktober 2015 (tahap II) 25 Januari-29 Februari 2016 (tahap III)
9. Tabulasi 1-16 November 2015 (tahap I dan II) 1-20 Maret 2016 (tahap III)
(15)
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan di Pusat dan di Daerah
Penanggung jawab pelaksanaan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 secara keseluruhan adalah Kepala BPS. Pengarah untuk kegiatan pelaksanaan pencacahan adalah Deputi Bidang Statistik Produksi yang merangkap sebagai Ketua Tim Teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 sedangkan Pejabat Eselon I lainnya, bertanggung jawab sebagai pengarah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Penanggung jawab bidang teknis Survei Luas Panen dan Luas Lahan adalah Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan sedangkan Pejabat Eselon II terkait bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Penanggung jawab secara keseluruhan di daerah adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Bidang Statistik Produksi, sedangkan Pejabat Eselon III lainnya bertanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas di daerah masing-masing.
Penanggung Jawab secara keseluruhan di tingkat kabupaten/kota adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota. Penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Produksi. Pejabat Eselon IV lainnya bertanggung jawab sesuai dengan penugasan.
2.2 Petugas Pelaksanaan Pencacahan
Pelaksanaan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman pangan 2015 dilakukan oleh Petugas Pencacah Survei (PCS) dan Petugas Pengawas/Pemeriksa Sampel (PMS). Satu orang PCS melakukan pencacahan sekitar 90 rumah tangga untuk 3 subround. Setiap PMS membawahi 3-4 orang PCS. Adapun tugas dari petugas pencacah Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 adalah sebagai berikut:
(16)
1) PCS
a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015.
b. Bersama-sama PMS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.
c. Melakukan pemutakhiran blok sensus dengan menggunakan daftar VP2015-P. d. Melakukan pencacahan dengan menggunakan Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S. e. Mendiskusikan dengan PMS jika ada permasalahan teknis di lapangan.
f. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, dan VP2015-S segera setelah pencacahan selesai dilakukan serta diperiksa kelengkapan dan kebenaran isiannya. g. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.
2) PMS
a. Mengikuti pelatihan petugas Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015.
b. Mendistribusikan peta ST2013-WB, VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, sesuai wilayah tugas PCS.
c. Bersama-sama PCS melakukan pengenalan batas luar blok sensus yang menjadi wilayah tugasnya dengan menggunakan peta ST2013-WB.
d. Melakukan pengawasan pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dan pemeriksaan isian Daftar VP2015-S hasil pencacahan PCS.
e. Melakukan pengukuran luas panen dan luas lahan dengan menggunakan Daftar VP2015-U (pengukuran luas baku lahan, pengukuran galengan, dan saluran air dengan menggunakan GPS).
f. Bersama-sama PCS mendiskusikan permasalahan teknis yang terjadi di lapangan. g. Menyerahkan dokumen VP2015-P, VP2015-DSRT, VP2015-S, dan VP2015-U yang
telah diperiksa ke BPS Kabupaten/kota.
(17)
3.1 Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap pertama, dan kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap ke dua.
1. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap pertama adalah kerangka sampel blok sensus, berisi daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan yang tercakup dalam ST2013 dan dilengkapi dengan informasi jumlah rumah tangga yang menguasai/mengusahakan tanaman padi (padi sawah, padi ladang) dan/atau palawija (jagung, kedelai) hasil pencacahan lengkap ST2013 (ST2013-L).
Blok sensus eligible adalah blok sensus yang terdapat minimal 1 rumah tangga
eligible. Sedangkan rumah tangga eligible adalah rumah tangga yang
menguasai/mengusahakan tanaman padi sawah atau padi ladang atau jagung atau kedelai yang diperoleh dari dokumen ST2013-L Blok III Rincian 301a, Rincian 301b, Rincian 303a, dan Rincian 303b yang ada isian; dan lahan terluas yang dikuasai berlokasi di dalam desa, atau di luar desa dalam kecamatan, atau di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama dengan lokasi rumah tangga (isian dokumen ST2013-L Blok IX Rincian 901a6 Kolom (3) atau Rincian 901b1 Kolom (3) berkode 1, 2, atau 3).
Blok-blok sensus eligible tersebut distratifikasi berdasarkan potensi jenis tanaman pangan dan subround tanam pada level kabupaten/kota, dan menghasilkan kerangka sampel yang dibedakan menurut subround-nya, yaitu:
Kerangka sampel blok sensus subround I (Januari-April), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai) bulan September-Desember 2012 hasil ST2013-L per strata per blok sensus.
METODOLOGI
(18)
Kerangka sampel blok sensus subround II (Mei-Agustus), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai) bulan Januari-April 2013 hasil ST2013-L per strata per blok sensus.
Kerangka sampel blok sensus subround III (September-Desember), merupakan kelompok blok sensus yang diurutkan menurut luas tanam tanaman pangan terpilih (padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai) bulan Mei-Agustus 2012 hasil ST2013-L per strata per blok sensus.
2. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap kedua adalah kerangka sampel rumah tangga, berisi daftar nama kepala rumah tangga hasil pemutakhiran dengan Daftar VP2015-P yang dibedakan menurut jenis tanaman yang dipanen, dan diurutkan menurut luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas.
3.2 Stratifikasi Blok Sensus
Stratifikasi blok sensus ditujukan untuk mengelompokkan unit-unit area (blok sensus) menurut komposisi jumlah relatif luas tanam yang diusahakan rumah tangga per jenis tanaman per subround. Strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis tanaman
per subround merupakan sekelompok blok sensus dengan komposisi jumlah luas tanam
yang dominan. Stratifikasi dilakukan pada level kabupaten/kota. Pembentukan stratifikasi blok sensus dilakukan seperti penjelasan berikut:
1. Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus, berikut ini disajikan notasi-notasi yang digunakan:
h : menyatakan blok sensus (i = 1, 2, …, H)
ij : menyatakan jenis tanaman i pada subroundj (i = 1, 2 3, 4 dan j = 1, 2, 3)
dengan:
1 : tanaman padi sawah 2 : tanaman padi ladang 3 : tanaman jagung
(19)
4 : tanaman kedelai
Nhij : luas tanam tanaman i pada subroundj di blok sensus h.
A.ij : jumlah blok sensus yang memuat luas tanam minimal satu jenis tanaman pada
subroundj.
N.ij : jumlah seluruh luas tanam jenis tanaman i pada subroundj di kabupaten/kota.
2. Proses Stratifikasi
i). Nhij=0 untuk semua ij, blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata
non usaha.
ii). Menghitung rata-rata luas tanam tanaman i pada subround j pada blok sensus dengan rumus: ij ij ij A N B . . .
iii). Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dengan rumus:
ij h ij h ij B N I .
iv). Membuat peringkat untuk Iij di antara seluruh Iij (ij = 1, 2, …,12) untuk setiap blok
sensus:
R1h = 1 untuk nilai Iij terbesar pertama
R2h = 2 untuk nilai Iij terbesar kedua
Rijh = 0 untuk seluruh ij dengan Nhij=0.
v). Definisikan R1h = i bersesuaian dengan luas tanam tanaman i subround j untuk
Rijh=1 dalam blok sensus h dan R1h= 0 jika N.h=0
vi). Definisikan R2h = i bersesuaian dengan luas tanam tanaman i subroundj untuk Rijh
=2 dalam blok sensus h dan R2h = 0 jika N.h=0
vii). Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h.
Untuk lebih jelasnya, skematis proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut subsektor dapat dilihat pada Gambar 3.1.
(20)
Gambar 3.1: Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
BS
Jumlah Luas Tanam Tanaman iSubroundj
(ij = 1, 2, …, 12)
Indeks
Konsentrasi (Ihij) R1h R2h Strata
1 … ij … 12 1 … Ij … 12 1
2
…
h Nh1 …. Nhij …. Nh12 Ih1 … Ihij … Ih12
…
H
N.ij N.1 …. N.ij …. N.12
A.ij A.1 …. A.ij …. A.12
B.ij B.1 …. B.ij …. B.12
Contoh :
R1h=1 dan R2h=0, adalah kelompok blok sensus yang hanya memuat luas tanam
padi sawah subround 1.
R1h=1 dan R2h=2, adalah kelompok blok sensus yang memiliki peringkat pertama
indeks konsentrasi pada luas tanam padi sawah subround 1, sedangkan peringkat keduanya terdapat pada luas tanam padi ladang subround 1.
3. Evaluasi
Proses stratifikasi pada butir 2 akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang harus dievaluasi agar menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi blok sensus awal adalah sebagai berikut:
i). Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal maka dilakukan perubahan notasi berikut:
k : blok sensus
j : peringkat pertama indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada
(21)
j’ : peringkat kedua indeks konsentrasi luas tanam tanaman tertentu pada
subround tertentu (j’= 0, 1, 2,…., 12). Untuk j’=0 berarti blok sensus
tersebut hanya memuat luas tanam j.
j j j k
N(,') : jumlah luas tanam tanaman tertentu pada subround tertentu j dalam
substrata (j , j’) j
j
N : rata-rata jumlah luas tanam tanaman tertentu pada subround tertentu j
dalam strata j
ii). Prosedur evaluasi
Untuk j’=0
Bila j j j k
N(,')<
j j
N , maka j=13, artinya blok sensus k digolongkan dalam strata non
konsentrasi.
Untuk j’0
Bila j j j k
N(,')>
j j
N dan ' ) ' , ( j j j k
N > ''
j j
N , maka j=j
Bila j j j k
N(,')<Njjdan '(,')
j j j k
N >Njj'', maka j=j’
Bila j j j k
N(,')<Njjdan '(,')
j j j k
N <Njj'', maka j=13
iii). Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan ke dalam salah satu strata, yaitu:
Strata 1 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround I. Strata 2 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi ladang subround I. ...
Strata 5 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II. Strata 6 : Blok sensus konsentrasi luas tanam padi sawah subround II. ...
Strata 11: Blok sensus konsentrasi luas tanam jagung subround III. Strata 12 : Blok sensus konsentrasi luas tanam kedelai subround III.
Strata 13 : Blok sensus nonkonsentrasi luas tanam padi/palawija (padi sawah/padi ladang/jagung/kedelai).
(22)
Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh kelompok-kelompok blok sensus yang teridentifikasi dalam 13 strata. Selanjutnya, kerangka sampel tiap subround dibentuk dengan mengelompokkan blok sensus-blok sensus hasil stratifikasi ke dalam 3
subround sesuai dengan strata konsentrasinya, sehingga terbentuk menjadi 3
kerangka sampel blok sensus. Pengelompokkan blok sensus dilakukan sebagai berikut:
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 1 s.d. strata 4 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Januari-April 2013) dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround II;
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 5 s.d. strata 8 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan Mei-Agustus 2012) dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround III;
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 9 s.d. strata 12 (dominan luas tanam tanaman pangan (sesuai stratanya) pada bulan September-Desember 2012) dikelompokkan menjadi kerangka sampel subround I.
Blok sensus yang terkategori sebagai strata 13 (strata nonkonsentrasi luas tanam tanaman pangan (padi sawah/padi ladang/jagung/kedelai)), digabungkan ke dalam kerangka sampel blok sensus masing-masing subround sesuai dengan luas tanam jenis tanaman pangan terluas dari ketiga subround.
5. Keluaran Daftar Sampel Blok Sensus
Untuk kemudahan penggunaan Daftar Sampel Blok Sensus (VP2015-DSBS) dilapangan, maka nomor urut strata blok sensus hasil stratifikasi diurutkan kembali mulai dari nomor 1 untuk setiap subround. Dengan demikian strata 5 s.d. strata 8 hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka sampel subround III; strata 9 s.d. strata 12 hasil stratifikasi menjadi strata 1 s.d. strata 4 pada kerangka sampel subround I; sedangkan strata 13 menjadi strata 5 yang tersebar pada setiap kerangka sampel.
3.3 Jumlah Sampel
Desain sampel Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dirancang untuk estimasi tingkat kabupaten per subround per jenis tanaman. Jumlah sampel rumah
(23)
tangga sebanyak 300.000 rumah tangga yang tersebar di 7 provinsi (Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan). Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman per kabupaten di lakukan di BPS dengan prosedur sebagai berikut.
Dari target sampel rumah tangga, dilakukan secara power allocation berdasarkan data luas panen 2014. Alokasi sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan dengan rumus: m M M m t t t
t
4 1 , dengan: tM : luas panen jenis tanaman t provinsi p.
Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman dilakukan alokasi sampel rumah tangga per provinsi dilakukan dengan rumus:
t p tp tp tp m M M m
7 1 , dengan: tpM : luas panen jenis tanaman t provinsi p.
Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman per provinsi, dilakukan alokasi sampel rumah tangga per subround dilakukan dengan rumus:
tp
r tp r tp r
tp r m
M M
m
3 1
dengan:
tp r
M : luas panen jenis tanaman t provinsi p subroundr.
Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman per provinsi per subround
(24)
tp r K
k
tp r k tp r k
tp r k m
M M
m
1
dengan:
tp r k
M : luas panen jenis tanaman t provinsi p subroundr kabupaten k.
Dari target sampel rumah tangga per jenis tanaman per provinsi per subround per kabupaten, dilakukan alokasi sampel rumah tangga per strata dengan rumus:
tp r k H
h
tp r kh tp r kh
tp r kh m
M M
m
1
dengan:
tp r kh
M : luas panen jenis tanaman t provinsi p subroundr kabupaten k strata h.
3.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Desain sampling yang digunakan adalah two-stage stratified sampling design. Pengambilan sampel pada setiap subround per strata dilakukan secara independen dengan prosedur sebagai berikut:
Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus diambil sejumlah blok sensus secara probability proporsional to size dengan size luas tanam jenis tanaman terpilih yang diusahakan rumah tangga sesuai stratanya. Misalnya pengambilan sampel blok sensus pada kerangka sampel subround 1 untuk strata 1 (padi sawah), digunakan
size luas tanam padi sawah subround 1 yang diusahakan rumah tangga. Khusus untuk pengambilan sampel blok sensus pada strata nonkonsentrasi, size yang digunakan adalah jumlah luas tanam dari keempat komoditas terpilih yang diusahakan rumah tangga pada subround yang sesuai.
Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga di setiap blok sensus, diambil rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan terpilih secara sistematik, dengan implicit stratification berdasarkan variabel luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas.
(25)
Pengambilan sampel blok sensus dilakukan di BPS, sedangkan pengambilan sampel rumah tangga dilakukan di daerah setelah pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus selesai. Entri data hasil pemutakhiran, pengambilan sampel rumah tangga, dan pencetakan daftar sampel rumah tangga menggunakan sistem yang disiapkan oleh Direktorat Sistem Informasi Statistik.
3.5 Prosedur Estimasi
Estimasi karakteristik hasil pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dilakukan pada level kabupaten per subround per jenis tanaman. Prosedur penghitungan faktor pengali sebagai berikut:
Tahap Unit
Jumlah unit dalam
strata h Metode Penarikan sampel Peluang Fraksi Populasi Sampel
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Blok sensus Nh nh
pps, sizeLhi
(luas tanam tanaman terpilih di setiap blok sensus) h
h i L L h h i h L L n
2 Rumah tangga Mh i mh i Sistematik
h i M 1 h i h i M m
Berdasarkan tabel sampling scheme di atas, design weight untuk setiap rumah tangga pada blok sensus i setiap subround dapat dihitung dengan rumus:
h i h i h i h h h i m M L n L
w ,
dengan
Lh : Total luas tanam tanaman terpilih hasil pencacahan ST2013-L dari seluruh
blok sensus suatu kabupaten di strata h,
Lhi : Jumlah luas tanam hasil pencacahan ST2013-L pada strata h blok sensus i,
nh : Jumlah sampel blok sensus pada strata h,
h i
M : Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran (dokumen VP2015-P) pada blok
(26)
h i
m : Jumlah sampel rumah tangga pada strata h blok sensus i.
Estimasi karakteristik Y suatu kabupaten berdasarkan data hasil pencacahan pada strata h blok sensus i rumah tangga ke-j adalah:
h h nh h i
i m j h ij h i H h n i m j h ij h i h i h i h h y w y m M L n L Y 1 1
1 1 1
1
,
dan variansnya adalah:
H h n i h h i h h h i Y Y n n Y v 1 1 2 * ) 1 ( 1 ) ( ,
dengan:
mh i
j
h ij h i
h i
h i y
m M Y
1 *
ˆ dan
nh h i
i m j h ij h i h i h i h h h y m M L n L Y 1 1 ˆ .
Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan sampel rumah tangga pengukuran luas lahan adalah daftar rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 pada setiap kabupaten/kota. Dari kerangka sampel tersebut diambil 10 % sampel rumah tangga untuk dilakukan pengukuran lahan. Pemilihan sampel dilakukan secara sistematik melalui sistem yang telah disiapkan oleh Direktorat Sistem Informasi Statistik:
i. Data yang digunakan adalah daftar seluruh rumah tangga terpilih Survei Luas panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 dari seluruh blok sensus sampel dalam satu kabupaten/kota yang diurutkan menurut identitas rumah tangga dan jenis tanaman terpilih. Satu rumah tangga yang terpilih sampel untuk dua atau lebih jenis tanaman dianggap sebagai dua atau lebih entitas rumah tangga.
ii. Membuat stratifikasi implisit berdasarkan variabel jenis tanaman, luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas.
iii. Melakukan pemilihan sampel rumah tangga secara sistematik.
iv. Memberi tanda bintang (*) untuk rumah tangga terpilih sampel pengukuran luas lahan pada daftar sampel rumah tangga yang sama dengan sampel rumah tangga yang diwawancarai.
(27)
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pemutakhiran blok sensus terpilih dengan menggunakan Daftar VP2015-P.
Penelusuran wilayah kerja perlu dilakukan agar petugas mengenali batas-batas luar blok sensus yang menjadi wilayah kerjanya. Dengan demikian, kesalahan cakupan dapat dihindari. Penelusuran wilayah kerja dilakukan oleh tim (pengawas dan pencacah) sebelum melakukan pemutakhiran dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengunjungi ketua/pengurus SLS untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah tersebut dengan membawa surat tugas dari BPS Kabupaten/Kota. Tanyakan posisi rumah tangga pertama pada daftar VP2015-P, kemudian beri simbol (√) pada posisi rumah tangga pertama tersebut di peta blok sensus. Gunakan landmark sebagai referensi posisi.
2. Menelusuri wilayah kerja dengan membawa peta blok sensus.
3. Mengenali arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark (bangunan yang mudah dikenali sebagai batas, seperti rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb). Periksa ketepatan posisi landmark dan tambahkan landmark pada batas luar SLS dan batas luar blok sensus bila belum ada. Perhatikan secara seksama batas terluar blok sensus, karena hal ini berkaitan dengan cakupan rumah tangga dalam blok sensus tersebut. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara batas terluar peta blok sensus dengan rumah tangga yang tercakup dalam Daftar VP2015-P, petugas harus memastikan batas terluar blok sensus tersebut.
4. Jika ditemui ketidaksesuaian arah utara, batas luar blok sensus, jalan, dan landmark
penting lainnya (rumah ibadah, sekolah, kantor, dsb), petugas memperbaiki dan/atau 4.1 Penelusuran Wilayah Kerja
TATA CARA PEMUTAKHIRAN
(28)
melengkapi arah utara, batas luar blok sensus, jalan dan landmark penting lainnya dengan menggunakan warna yang berbeda, sesuai keadaan di lapangan.
5. Tim merencanakan kegiatan pemutakhiran dengan cermat agar rumah tangga dalam blok sensus tersebut tidak terlewat cacah atau tercacah lebih dari satu kali.
6. Memperkirakan kapan pemutakhiran rumah tangga pada masing-masing blok sensus.
7. Melakukan identifikasi karakter masyarakat dan menyusun rencana untuk menyesuaikan diri (waktu berkunjung, dll).
4.2 Pemutakhiran Rumah Tangga
Pemutakhiran rumah tangga dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga dari rumah ke rumah (door to door) untuk seluruh rumah tangga dalam blok sensus, baik yang tercetak maupun yang belum tercetak pada Daftar VP2015-P, dan wawancara langsung terhadap responden. Prosedur pemutakhiran rumah tangga dengan metode ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan rumah tangga, yaitu ditemukan, ganti kepala rumah tangga, pindah dalam blok sensus, baru, bergabung dengan rumah tangga lain, pindah keluar blok sensus, dan tidak ditemukan. Instrumen yang digunakan dalam pemutakhiran adalah Daftar VP2015-P dan Peta ST2013-WB. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Kunjungi rumah tangga nomor urut pertama yang tercetak pada Daftar VP2015-P dilanjutkan dengan rumah tangga berikutnya, baik yang tercetak maupun tidak tercetak pada Daftar VP2015-P, yang ada di blok sensus tersebut sampai seluruh rumah tangga dikunjungi. Sebelum melakukan wawancara pada rumah tangga pertama, petugas harus terlebih dahulu menghapus simbol (√) yang sebelumnya dituliskan pada Peta ST2013-WB.
2) Pada setiap rumah tangga yang dikunjungi, lakukan pemutakhiran rumah tangga dengan wawancara berdasarkan Daftar VP2015-P Blok V.
3) Apabila rumah tangga yang dikunjungi belum dapat diwawancarai, lanjutkan ke rumah tangga berikutnya. Sebelum periode pencacahan berakhir, petugas harus kembali ke rumah tangga tersebut.
(29)
4) Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga yang tidak tercantum pada Daftar VP2015-P, maka tuliskan keterangan rumah tangga baru tersebut setelah baris terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti bangunan fisik dan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian akhiran berupa abjad A, B, C, dst.
5) Jika ternyata rumah tangga pada Daftar VP2015-P sudah pindah atau ganti penghuni, maka keterangan rumah tangga pada Daftar VP2015-P tidak perlu diubah. Sedangkan rumah tangga pengganti (rumah tangga baru) dicatat pada baris kosong setelah baris terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus yang ditempatinya.
6) Lakukan pemutakhiran rumah tangga dalam satu blok sensus hingga selesai terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus berikutnya yang menjadi tanggung jawab petugas.
7) Setelah pengisian Daftar VP2015-P untuk satu rumah tangga selesai, gambarkan
lingkaran kosong (○) pada Peta ST2013-WB untuk lokasi rumah tangga yang tidak melakukan panen padi, jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu, dan gambarkan lingkaran isi ( ) untuk lokasi rumah tangga yang melakukan panen padi, jagung, dan/atau kedelai selama subround yang lalu kemudian beri nomor urut sesuai nomor urut hasil pemutakhiran pada kolom (7) Daftar VP2015-P. Bila dalam satu bangunan sensus ada tiga rumah tangga dengan nomor urut hasil pemutakhiran rumah tangga 10, 11, dan 12, lingkaran yang digambar cukup satu dan diberi nomor urut rumah tangga 10-12.
001. Kode dan nama subround yang lalu: Kode dan nama subround sudah pre-printed
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
Blok ini berisi keterangan wilayah yang akan dilakukan pemutakhiran, dan isiannya telah tercetak (pre-printed). Blok ini berisi kode dan nama wilayah administrasi (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan), klasifikasi desa/kelurahan (perdesaan
(30)
dan perkotaan), nomor blok sensus, dan nomor nomor kode sampel (NKS) serta nomor dan nama SLS. Apabila di lapangan ditemukan ada perubahan nama SLS, tuliskan nama SLS tersebut di Rincian 108 dalam tanda kurung.
Contoh: pre-printed (001) RT 07, (002) RT 08 Pemutakhiran: tuliskan (RT 09)
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
Blok ini berisi keterangan identitas petugas dan keterangan waktu pelaksanaan pemutakhiran dan pemeriksaannya. Petugas terdiri dari Pencacah (PCS) dan Pengawas/Pemeriksa (PMS) yang bertanggung jawab melakukan pemutakhiran dan pemeriksaan Daftar VP2015-P.
Rincian 201. Kode Petugas
Tuliskan kode petugas pemutakhiran pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat
unique dalam satu kabupaten/kota. Kode PMS dan PCS terdiri dari 3 digit. Kode petugas
diinformasikan pada saat pelatihan petugas.
Rincian 202. Nama Petugas
Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 203. Tanggal Pemutakhiran/Pemeriksaan
Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pemutakhiran/pemeriksaan sampai dengan selesai pemutakhiran/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.
Rincian 204. Nomor HP Petugas
Tuliskan nomor HP petugas pada kotak yang tersedia. Nomor HP petugas pencacahan diisikan pada kolom (2), sementara nomor HP pengawas diisikan pada kolom (3).
Rincian 205. Tanda Tangan
Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar VP2015-P. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/pemeriksaan. Penandatangan adalah orang yang benar-benar telah melakukan tugasnya.
(31)
BLOK III. REKAPITULASI
Tujuan pengisian Blok III adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil pemutakhiran rumah tangga pada suatu blok sensus. Blok ini diisi setelah kegiatan pemutakhiran dalam satu blok sensus selesai dilakukan. Isian Blok III disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi (Rincian “c”, Kolom 8), atau nomor urut terbesar. Sebelum mengisi Blok III, petugas pemutakhiran harus yakin bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran isiannya.
Rincian 301. Jumlah rumah tangga ST2013
Isian rincian ini sudah tercetak, merupakan jumlah rumah tangga yang nomor urutnya tercetak pada Blok V Kolom (3).
Rincian 302. Jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran
Isian rincian ini adalah nomor urut terbesar yang tercantum pada Blok V Kolom (7).
Rincian 303. Jumlah rumah tangga yang panen padi, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu
Isian rincian ini disalin dari Blok V halaman terakhir Rincian C, Kolom (8).
BLOK IV. CATATAN
Blok ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
BLOK V. HASIL PEMUTAKHIRAN DAN KETERANGAN KEGIATAN PERTANIAN
Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh rumah tangga pada suatu blok sensus. Pada sudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “halaman … dari … halaman” yang sudah tercetak. Periksa terlebih dahulu urutan nomor halaman sebelum melakukan pemutakhiran.
Kolom (1) s.d. (5): Nomor Bangunan Fisik, Nomor Bangunan Sensus, Nomor Urut Rumah Tangga, Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga, dan Alamat.
Isian kolom ini telah tercetak (preprinted). Isian Kolom (1), (2), dan (3) tidak perlu diperbaiki meskipun terdapat ketidaksesuaian isian kolom-kolom tersebut dengan kondisi di lapangan.
(32)
Kolom (4) dan/atau Kolom (5) harus diperbaiki jika nama kepala rumah tangga dan/atau alamat tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.
Kolom (1): Nomor Bangunan Fisik
Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan fisik hasil pemutakhiran ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan.
Kolom (2): Nomor Bangunan Sensus
Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor bangunan sensus hasil pemutakhiran ST2013. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan tidak berurutan.
Kolom (3): Nomor Urut Rumah tangga
Nomor urut yang tercantum pada kolom ini adalah nomor rumah tangga hasil pemutakhiran ST2013.Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini berurutan.
Kolom (4): Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga
Nama-nama yang tercantum pada kolom ini adalah nama kepala rumah tangga.
Kolom (5): Alamat
Alamat yang tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal kepala rumah tangga beserta anggotanya hasil pemutakhiran ST2013.
Kolom (6): Hasil pemutakhiran rumah tangga
Kolom ini merupakan hasil pemutakhiran yang dilakukan oleh PCS. Kolom ini diisi dengan kode yang sesuai dengan kondisi keberadaan rumah tangga yang dikunjungi sebagai berikut:
a. Kode 1. Ditemukan, adalah kondisi nama kepala rumah tangga dan alamat pada saat pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah tangga dan alamat yang tercetak
(pre-printed). Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama kepala rumah tangga
berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercetak adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan penulisan pada saat pemutakhiran sebelumnya, dan perbedaan
(33)
alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pemutakhiran sebelumnya, sehingga mengakibatkan kesalahan pada Daftar VP2015-P.
b. Kode 2. Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga sama dengan alamat yang tercetak tetapi terjadi pergantian kepala rumah tangga yang diakibatkan kepala rumah tangga yang namanya tercantum pada daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain misalnya bercerai. Termasuk dalam kondisi ini adalah terjadinya kesalahan pengklasifikasian yang dilakukan oleh petugas pada saat pemutakhiran sebelumnya.
c. Kode 3. Pindah dalam Blok Sensus, adalah kondisi alamat pada saat pemutakhiran rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga yang tercetak (tetapi masih dalam satu blok sensus) sedangkan nama kepala rumah tangga tetap sama. Tidak termasuk perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan alamat pada saat pemutakhiran sebelumnya.
d. Kode 4. Baru, adalah kondisi rumah tangga ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercetak dalam Daftar VP2015-P. Hal ini bisa diakibatkan karena terlewat cacah pada saat pemutakhiran sebelumnya, anggota rumah tangga pre-printed yang membentuk rumah tangga baru, pindahan dari blok sensus lain dan sejenisnya.
e. Kode 5. Bergabung dengan rumah tangga lain, adalah kondisi nama kepala rumah tangga yang tercetak beserta anggota rumah tangganya, ditemukan sebagai anggota rumah tangga pada rumah tangga lain.
f. Kode 6. Pindah ke luar blok sensus, adalah kondisi rumah tangga yang nama kepala rumah tangganya tercetak, pada saat pemutakhiran tidak ditemukan, dan setelah dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut telah pindah tempat tinggal di luar blok sensus yang sedang dilakukan pemutakhiran. Termasuk pula rumah tangga tunggal yang telah meninggal dunia pada saat pemutakhiran.
g. Kode 7. Tidak Ditemukan, adalah apabila pada saat pemutakhiran nama kepala rumah tangga yang tercetak beserta anggota rumah tangganya tidak ditemukan dan
(34)
setelah dikonfirmasi kepada tetangga di sekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut tidak ada di dalam blok sensus tersebut.
Agar lebih mudah memahami kondisi-kondisi pemutakhiran di atas, perhatikan ilustrasi gambar berikut ini.
1 6 3 7 2 6 3 4
Kondisi ST 2013 Kondisi Survei Subsektor 2014
2 4 7 3 6 ? ? ? ? 5 5 1
Keterangan Gambar 4.1.:
Nomor 1. Rumah tangga ditemukan
Nomor 2. Rumah tangga ganti kepala rumah tangga
Nomor 3. Rumah tangga pindah dalam blok sensus
Nomor 4. Rumah tangga baru
Nomor 5. Bergabung dengan rumah tangga lain
Nomor 6. Rumah tangga pindah ke luar blok sensus
Nomor 7. Rumah tangga tidak ditemukan
Kolom (7): Jika Kolom (6) berkode 1, 2, 3, atau 4, isikan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran. Jika Kolom (6) berkode 5, 6, atau 7 STOP
Kolom ini hanya diisi jika Kolom (6) berisi kode 1, 2, 3, dan 4. Isian kolom ini boleh tidak berurut, tergantung pada pelaksanaan lapangannya, tetapi nomor urut yang dicantumkan
Gambar 4.1.
Pemutakhiran Rumah Tangga Kondisi ST2013 dan VP2015-P Kondisi ST2013 Kondisi VP2015-P
(35)
pada kolom ini tidak boleh ada yang terlewat atau tercatat lebih dari satu kali. Nomor urut terbesar mencerminkan banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran.
Berikut ini penjelasan pengisian Blok V untuk setiap kondisi pemutakhiran:
Apabila rumah tangga ditemukan, maka isikan kode “1” pada Kolom (6), kemudian
tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhirannya pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga ganti kepala rumah tangga, coret isian Kolom (4) yaitu nama kepala rumah tangga, kemudian tuliskan nama kepala rumah tangga yang baru.
Selanjutnya isikan kode “2” pada Kolom (6) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga pindah dalam blok sensus, isikan kode “3” pada Kolom (6) dan
tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7) pada saat rumah tangga tersebut dikunjungi pada alamat baru.
Apabila yang dikunjungi PCS adalah rumah tangga baru, tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris kosong setelah baris terakhir yang terisi. Pengisian nomor bangunan fisik (Kolom (1)) dan bangunan sensus (Kolom (2)) mengikuti bangunan fisik dan bangunan sensus terdekat sebelumnya dengan pemberian akhiran berupa abjad A, B, C, dst. Tuliskan nama kepala rumah tangga pada Kolom (4) dan alamat di Kolom (5). Selanjutnya isikan kode “4” pada Kolom (6) dan tuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan bangunan fisik baru, maka penulisan nomor bangunan fisik mengikuti nomor bangunan fisik terdekat sebelumnya, dengan pemberian indeks berupa abjad A, B, C dst.
Apabila rumah tangga ditemukan, tetapi ternyata rumah tangga tersebut bagian dari
anggota rumah tangga lain, maka isikan kode “5” pada Kolom (6), dan tidak perlu menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga pindah ke luar blok sensus, isikan kode “6” pada Kolom (6) dan tidak perlu menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
Apabila rumah tangga tidak ditemukan, isikan kode “7” pada Kolom (6) dan tidak perlu menuliskan nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran pada Kolom (7).
(36)
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan, serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga.
Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga yang menginap atau ART lainnya), baik yang sedang berada di rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Termasuk ART:
1. Bayi yang baru lahir.
2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap (pindah datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih.
3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap (pindah datang).
4. Pembantu rumah tangga, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya bergabung dengan rumah tangga majikan.
5. Orang yang mondok dengan makan (indekos) jumlahnya kurang dari 10 orang. 6. KRT yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara
periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja tambang.
Tidak termasuk ART:
1. Anak yang tinggal di tempat lain (luar BS) misalnya untuk sekolah atau bekerja, meskipun kembali ke orang tuanya seminggu sekali atau ketika libur, dianggap telah membentuk rumah tangga sendiri atau bergabung dengan rumah tangga lain di tempat tinggalnya sehari-hari.
2. Seseorang yang sudah bepergian 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan pindah.
3. Orang yang sudah pergi kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk pindah. 4. Pembantu rumah tangga yang tidak tinggal di rumah tangga majikan. 5. Orang yang mondok tidak dengan makan.
(37)
6. Orang yang mondok dengan makan (indekos) lebih dari 10 orang.
Contoh:
Windi Maulina tinggal di Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia bekerja di BPS Pusat. Setiap hari Sabtu dan Minggu, Windi Maulina "pulang" ke rumah orang tuanya di Depok. Dalam kasus ini, Windi Maulina dicatat sebagai ART Pisangan Baru, Jakarta Timur.
Kepala rumah tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Penjelasan:
1) KRT yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu tempat tinggalnya dimana ia berada paling lama.
2) KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, asalkan masih kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.
3) KRT yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di kapal berbendera asing dan lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.
Seseorang yang tinggal kurang dari 6 bulan dan tidak berniat menetap, tetapi telah meninggalkan rumahnya 6bulan atau lebih,
maka orang tersebut dicatat di mana dia tinggal pada saat pencacahan, bukan di rumah asalnya.
Untuk menghindari adanya lewat cacah atau cacah ganda dalam pencatatan ART, maka kepada setiap rumah tangga perlu ditanyakan,
(38)
Contoh:
Febrim Sipayung adalah KRT yang bekerja dan tinggal di Jakarta selama hari kerja. Istri dan anak-anaknya tinggal di Cirebon. Setiap hari Jumat sore ia pulang ke Cirebon dan kembali ke Jakarta pada Senin pagi. Maka Febrim Sipayung tetap dicatat sebagai KRT di Cirebon.
Catatan:
Jika diketahui seorang suami mempunyai istri lebih dari satu, maka ia harus dicatat di salah satu rumah tangga istri dimana dia lebih lama tinggal. Bila diketahui lamanya tinggal bersama istri-istrinya sama, maka ia dicatat di rumah istri yang paling lama dinikahi.
Kolom (8): Apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu ...?
Tanyakan kepada responden apakah ada anggota rumah tangga yang melakukan panen padi, jagung, atau kedelai pada referensi waktu pencacahan (subround yang terisi pada pojok kiri atas Daftar VP2015-P halaman pertama). Isikan kode “1” jika rumah tangga melakukan panen padi, jagung, atau kedelai selama referensi waktu pencacahan dan “-” jika tidak. Jika isian kolom (8) “-”, proses pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (8) dan dilanjutkan pada rumah tangga berikutnya.
Kolom (9): Apakah ada panen yang berlokasi di dalam kabupaten/kota? Tanyakan kepada responden apakah melakukan panen padi, jagung, atau kedelai yang berlokasi di dalam kabupaten/kota tempat tinggal responden (sesuai rincian 102). Isikan kode 1 jika “ya”, dan kode “-“ jika “tidak”. Jika isian kolom (9) berkode “-“, proses pemutakhiran berhenti (STOP) pada kolom (9), dan dilanjutkan pada rumah tangga berikutnya.
(39)
Kolom (10)-(21): Identifikasi luas tanaman yang dipanen, jenis lahan luas panen terluas, dan status usaha luas panen terluas menurut jenis tanaman (padi sawah, padi ladang, jagung, dan kedelai)
Luas Tanaman yang Dipanen
Kolom (10), (13), (16), dan (19): tanyakan kepada responden berapa luas tanaman yang dipanen (sesuai jenis tanaman) yang diusahakan responden selama referensi waktu pencacahan dalam satuan m2. Isikan kode yang bersesuaian dengan jawaban responden sesuai kode luas tanaman yang dipanen selama referensi waktu pencacahan. Kode luas panen berbeda-beda menurut kabupaten/kota, jenis tanaman, dan subround.
Jenis Lahan Luas Panen Terluas
Kolom (11), (14), (17), dan (20): tanyakan kepada responden jenis lahan luas panen terluas (sesuai jenis tanaman). Isikan kode jawaban responden sesuai jenis lahan luas panen terluas. Kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:
a. Kode 1: Sawah Irigasi b. Kode 2: Sawah Tadah Hujan c. Kode 3: Sawah Rawa Pasang Surut d. Kode 4: Sawah Rawa Lebak
e. Kode 5: Lahan Pertanian Bukan Sawah
Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan tersebut. Lahan yang dimaksud termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi Bangunan, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami padi, palawija atau tanaman semusim lainnya.
Sawah irigasi adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya dikuasai dan diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) maupun yang dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi
(40)
terdiri dari: lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah irigasi sederhana, dan lahan sawah irigasi desa/non PU.
Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang pengairannya bergantung pada air hujan.
Sawah rawa pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
Sawah rawa lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut).
Lahan pertanian bukan sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah. Lahan pertanian bukan sawah yang disajikan dalam publikasi ini terdiri dari tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan.
Status Usaha Luas Panen Terluas
Kolom (12), (15), (18), dan (21): tanyakan kepada responden status usaha luas panen terluas. Isikan kode jawaban responden sesuai dengan status usaha tanaman yang dipanen. Isian kode jawaban responden adalah salah satu dari kode berikut:
a. Kode 1: Mengelola usaha pertanian milik sendiri b. Kode 2: Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil
c. Kode 3: Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah
Usaha pertanian tanaman pangan adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian tanaman pangan (padi, jagung, dan/atau kedelai) tanpa memperhatikan apakah sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga) atau tidak.
Mengelola usaha pertanian milik sendiri adalah apabila salah satu atau lebih anggota rumah tangga tanaman pangan memiliki usaha padi, jagung, dan/atau kedelai dan pengelolaannya dilakukan sendiri secara langsung, baik menggunakan buruh maupun tidak.
Contoh:
(41)
ditanami padi. Dalam mengelola usaha tanaman padi tersebut, Pak Iskandar dibantu oleh Fandi dengan memberi upah.
Dalam hal ini Pak Iskandar dianggap melakukan usaha tanaman padi sawah dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (dibantu buruh).
2. Pak Takdir tinggal di Mamuju dan mempunyai lahan tegalan seluas 5.000 m2 di dekat rumahnya. Lahan tersebut ditanami jagung yang dikelola sendiri oleh Pak Takdir.
Dalam hal ini Pak Takdir dianggap melakukan usaha tanaman jagung dengan status mengelola usaha pertanian milik sendiri (tanpa menggunakan buruh). Mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil adalah apabila salah satu atau lebih anggota rumahtangga melakukan usaha tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai yang merupakan usaha bersama atau usaha salah satu pihak dengan sistem bagi hasil, dan rumah tangga bersangkutan mengelola langsung usaha pertanian tersebut dengan sistem bagi hasil. Dengan demikian, dalam usaha dengan sistem bagi hasil yang dicakup hanya salah satu rumah tangga saja, yaitu yang melakukan pengelolaan.
Contoh:
Pak Eno tinggal di Kabupaten Tegal. Di samping menjadi buruh tani, ia sehari-hari juga sibuk mengurus/mengelola lahan sawah milik Pak Nian yang ditanami padi dengan sistem bagi hasil. Pak Nian adalah famili Pak Eno yang tinggal di Comal, Kabupaten Pemalang. Dalam pengelolaan lahan sawah tersebut semua sarana produksi (pupuk, benih, dan pestisida) disuplai oleh Pak Nian. Selebihnya, semua kegiatan budidaya mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan dilakukan dan menjadi tanggung jawab Pak Eno. Pembagian hasilnya adalah secara paro, yakni gabah hasil panen akan dibagi dua.
Berdasarkan contoh di atas, Pak Eno dianggap sebagai petani di wilayah blok sensusnya (tempat tinggalnya) dan “mengelola usaha pertanian dengan sistem bagi hasil”. Sedangkan Pak Nian tidak dianggap sebagai rumah tangga yang mengelola/mengusahakan tanaman pangan (padi sawah).
Mengelola usaha pertanian dengan menerima upah adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga melakukan pengelolaan usaha tanaman padi, jagung, dan/atau
(42)
kedelai milik orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap usaha tersebut dengan menerima upah. Dengan demikian, buruh tidak tetap/serabutan tidak termasuk dalam kategori ini.
Memiliki usaha pertanian yang dikelola oleh orang lain dengan memberi upah adalah apabila satu atau lebih anggota rumah tangga memiliki usaha tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada orang lain dengan memberi upah.
Contoh:
Pak Eka yang tinggal di Kabupaten Sukabumi mengelola dua bidang lahan sawah yang ditanami padi. Lahan sawah tersebut merupakan milik Pak Dena yang tinggal di Kota Bekasi. Dalam mengelola lahan sawah Pak Dena, Pak Eka mendapat kepercayaan secara penuh untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan lahan sawah Pak Dena, sementara Pak Dena hanya menyediakan biaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Berdasarkan contoh di atas, rumah tangga Pak Eka merupakan rumah tangga
pengelola/usaha tanaman padi sawah dengan status pengelolaan “mengelola usaha
tanaman padi sawah dengan menerima upah”. Sementara Pak Dena dianggap sebagai “ memiliki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah”.
Jika status pengelolaan tanaman padi, jagung, dan/atau kedelai yang diusahakan rumah tangga sebagian besar atau sepenuhnya
dikelola oleh orang lain dengan memberi upah, rumah tangga tersebut tidak dicakup dalam Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015. Dengan kata lain, rumah tangga tersebut dianggap tidak melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai selama subround yang lalu. Isian pada kolom (8) untuk
(43)
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian Daftar VP2015-DSRT.
5.1 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-DSRT
Daftar ini berisi nama kepala rumah tangga terpilih Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015, alamat, informasi jenis tanaman terpilih untuk pencacahan dengan Daftar VP2015-S, informasi apakah pada rumah tangga terpilih akan dilakukan pengukuran luas lahan, dan hasil pencacahan setiap rumah tangga.
001. Subround yang lalu:
Isikan kode subround yang lalusudah tercetak.
Blok I. Pengenalan Tempat Isian untuk blok ini sudah tercetak.
Blok II. Rekapitulasi
Blok ini digunakan untuk rekapitulasi jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu serta rumah tangga yang berhasil diwawancarai, pindah ke luar blok sensus, tidak dapat diwawancarai sampai dengan batas waktu pencacahan, atau menolak diwawancarai.
Rincian 201. Jumlah rumah tangga yang panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai pada subround yang lalu
Isian Rincian 201, 201.a, 201.b, 201.c, dan 201.d sudah tercetak.
Rincian 202. Jumlah rumah tangga yang berhasil diwawancarai Isian Rincian 202 diperoleh dari banyaknya kode 1 di Blok IV Kolom (15).
Rincian 203. Jumlah rumah tangga yang pindah ke luar blok sensus Isian Rincian 203 diperoleh dari banyaknya kode 2 di Blok IV Kolom (15).
TATA CARA PENGISIAN
(44)
Rincian 204. Jumlah rumah tangga yang tidak dapat diwawancarai sampai dengan batas waktu pencacahan
Isian Rincian 204 diperoleh dari banyaknya kode 3 di Blok IV Kolom (15).
Rincian 205. Jumlah rumah tangga yang menolak diwawancarai Isian Rincian 205 diperoleh dari banyaknya kode 4 di Blok IV Kolom (15).
Blok III. Catatan
Blok ini digunakan untuk mencatat sesuatu yang dianggap perlu dan penting untuk dicatat.
Blok IV. Keterangan Rumah Tangga Terpilih
Kolom (1) s.d. Kolom (6): Nomor BF; Nomor BS; Nomor Urut Rumah Tangga Padi, Jagung, atau Kedelai Hasil Pemutakhiran, Nomor Urut Sampel, Nama Lengkap Kepala Rumah Tangga, dan Alamat
Isian kolom-kolom ini sudah tercetak untuk seluruh rumah tangga sampel. Isian Kolom (5) yang sudah tercetak dapat diperbaiki apabila nama kepala rumah tangga berbeda dengan kondisi di lapangan, tetapi masih merupakan satu rumah tangga yang sama. Dalam hal ini dapat disebabkan ganti kepala rumah tangga. Perbaikan juga dapat dilakukan pada kolom (6) apabila ada perbedaan alamat yang disebabkan kesalahan penulisan pada saat pemutakhiran maupun pindah dalam blok sensus.
Perbaikan nama kepala rumah tangga dapat dilakukan dengan mencoret nama yang tercetak, kemudian tuliskan perbaikan nama tersebut di sebelahnya. Perbaikan alamat dilakukan dengan cara yang sama, yaitu mencoret alamat yang tercetak kemudian tuliskan perbaikan alamat di sebelahnya.
(45)
Contoh:
Sebelum perbaikan Setelah perbaikan Nama KRT AMRAN GAJAH AMRAN GAJAH RAMLAN
GAJAH
Alamat DUSUN 1 DUSUN 1 DUSUN 2
Kolom (7-14): Jenis Tanaman Terpilih
Isian kolom ini berupa tanda cek (√). Tanda cek tersebut menandakan bahwa rumah tangga bakal dicacah dengan Daftar VP2015-S dan/atau Daftar VP2015-U sesuai dengan jenis komoditasnya.
Kolom (15): Hasil Pencacahan (Kode)
Isian kolom ini disalin dari Rincian 301 Daftar VP2015-S. Kode hasil pencacahan merupakan salah satu dari kode berikut:
b. Kode1: Berhasil diwawancarai c. Kode 2: Pindah ke luar blok sensus
d. Kode 3: Tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan e. Kode 4: Menolak diwawancarai
Blok V. Keterangan Petugas
Blok ini berisi keterangan identitas pencacah (PCS) dan pengawas/ pemeriksa (PMS). Isikan kode dan nama petugas, tanggal pencacahan/pemeriksaan, nomor HP petugas, dan bubuhkan tanda tangan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kebenaran isian pada Daftar VP2015-DSRT.
Rincian 501. Kode Petugas
Tuliskan kode petugas pada kotak yang tersedia. Kode petugas dibuat unique dalam satu kabupaten. Kode PMS terdiri dari 4 digit, 3 digit pertama menyatakan nomor urut PMS dalam suatu kabupaten, sedangkan digit ke-4 adalah 0 (nol). Kode PCS terdiri dari 4 digit, digit 1-3 menyatakan nomor urut PMS, sedangkan digit 4 menyatakan nomor urut PCS
(46)
dalam koordinasi PMS yang sama. Kode petugas diinformasikan pada saat pelatihan petugas.
Rincian 502. Nama Petugas
Tuliskan nama lengkap PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 503. Tanggal Pencacahan/Pemeriksaan
Tuliskan tanggal mulai pelaksanaan pencacahan/pemeriksaan sampai dengan selesai pencacahan/pemeriksaan dalam satu blok sensus pada kolom yang tersedia.
Rincian 504. Nomor HP Petugas
Isikan nomor HP PCS dan PMS pada kolom yang tersedia.
Rincian 505. Tanda Tangan
Sebelum membubuhkan tanda tangan, PCS dan PMS harus memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar VP2015-DSRT. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggung jawab pencacahan dan pengawasan/ pemeriksaan. Penandatangan adalah orang yang benar-benar telah melakukan tugasnya.
(47)
6.1 Tahap Pelaksanaan Pencacahan
Tahapan pelaksanaan pencacahan adalah sebagai berikut:
1) Penyiapan Dokumen
Dokumen yang harus disiapkan sebelum pencacahan ke lapangan meliputi peta ST2013-WB, Daftar VP2015-DSRT, dan VP2015-S.
2) Pengenalan wilayah kerja
Sebelum melakukan pencacahan, PCS harus mengenali wilayah kerjanya secara cermat dengan menggunakan Peta ST2013-WB.
3) Pencacahan
Pencacahan dilakukan pada rumah tangga terpilih dengan Daftar VP2015-S sesuai Daftar VP2015-DSRT.
4) Penyerahan hasil pencacahan
Daftar VP2015-DSRT harus diserahkan kembali kepada PMS bersama-sama dengan hasil pencacahan Daftar VP2015-S secara bertahap tanpa menunggu seluruh dokumen yang menjadi tanggung jawabnya selesai.
6.2 Tata Cara Wawancara
Dalam melakukan kunjungan/wawancara dengan rumah tangga perhatikan tata cara berikut:
1) Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga responden ada di rumah pada waktu wawancara.
2) Dalam melaksanakan pencacahan, saudara akan menjumpai berbagai sikap responden, sebagian besar diantaranya terus terang (jujur) dan senang membantu, beberapa orang ragu-ragu dan tidak tegas, sebagian kecil curiga dan dengan sikap
TATA CARA PELAKSANAAN
(48)
menentang. Gunakan kecakapan, kesabaran dan sikap bijaksana saudara agar wawancara berhasil.
3) Tidak seorangpun diperkenankan untuk menemani saudara kecuali pengawas dan atau atasannya.
4) Sebelum saudara memasuki rumah untuk mengadakan wawancara, saudara harap minta ijin dengan mengucapkan salam, mengetuk pintu atau dengan cara lain yang biasa berlaku di daerah setempat.
5) Tunjukkan selalu sikap ramah dan sopan santun kepada mereka.
6) Mulailah setiap wawancara dengan memperkenalkan diri dengan menjelaskan maksud kedatangan saudara. Bila perlu tunjukkan surat tugas/tanda pengenal saudara.
7) Sebelum melakukan pencacahan beri penjelasan tentang pentingnya memberikan keterangan yang benar dan yakinkan kepada mereka mengenai kerahasiaan keterangan yang dikumpulkan.
8) Tegaskan bahwa keterangan-keterangan yang dikumpulkan hanya akan digunakan untuk keperluan perencanaan pembangunan dan tidak ada sangkut pautnya dengan penyidikan dan pajak.
9) Kerja sama dengan responden perlu diperhatikan, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.
10) Kadang-kadang saudara menemui responden yang menolak untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saudara ajukan. Usahakanlah dengan bijaksana untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan dengan menjelaskan kembali tujuan dan kegunaan survei, sifat kerahasiaan keterangan yang dikumpulkan dan pentingnya jawaban yang diperoleh dari responden untuk keperluan pembangunan.
11) Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu responden, dan jawablah pertanyaan responden dengan tepat dan jelas.
12) Jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan responden atau kehilangan kesabaran. Bersikaplah tenang dalam menghadapi suasana yang tidak diinginkan.
(49)
13) Jika responden membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang dari pelaksanaan survei, kembalikan secara bijaksana pembicaraan ke arah daftar isian dan usahakan mendapatkan keterangan yang diperlukan.
14) Setelah selesai melakukan pencacahan, jangan lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan responden. Katakan kepada responden, kemungkinan ada petugas yang akan datang kembali untuk mendapatkan keterangan tambahan. Kemudian lanjutkan pada rumah tangga sampel berikutnya.
15) Lakukan kunjungan ulang jika memang diperlukan. Hal ini mungkin terjadi karena pada kunjungan pertama, saudara tidak berhasil mendapatkan semua keterangan yang diperlukan, atau mungkin atas perintah PMS, saudara diminta untuk melakukan kunjungan ulang.
(50)
(51)
Daftar VP2015-S digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik rumah tangga yang melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai. Karakteristik tersebut dikumpulkan melalui wawancara dan mencakup keterangan mengenai penguasaan lahan dan penggunaan lahan pada saat pencacahan, keterangan usaha tanaman terpilih yang dipanen selama referensi waktu pencacahan (subround yang lalu), keterangan kegiatan panen tanaman terpilih pada subround yang lalu, dan keterangan stok gabah dan beras.
7.1 Tata Tertib Pengisian Daftar VP2015-S
Tata tertib pengisian Daftar VP2015-S adalah sebagai berikut:
1) Semua pengisian Daftar VP2015-S harus dengan pensil hitam. Tinta dan pensil berwarna tidak boleh digunakan.
2) Kata-kata harus dituliskan dalam huruf balok (huruf cetak) dengan jelas dan tidak boleh disingkat agar mudah dibaca, kecuali singkatan yang sudah baku dan nama yang terlalu panjang. Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi).
3) Telitilah setiap rincian yang telah diisi dan perbaiki bila terdapat kesalahan-kesalahan didalam pengisian, sebelum diserahkan kepada pemeriksa.
4) Definisi dan cara pengisian Daftar VP2015-S yang telah ditentukan harus dipegang teguh dan tidak boleh diubah.
5) Rahasiakan keterangan yang diperoleh dari responden terhadap orang lain yang tidak berkepentingan.
TATA CARA PENGISIAN
(52)
7.2 Petunjuk Pengisian Daftar VP2015-S
Tata cara pengisian Daftar VP2015-S harus memenuhi beberapa standar baku pengolahan. Hal ini menjadi penting, sebagai salah satu upaya memperlancar proses pengolahan yang efisien dan efektif. Beberapa tata cara yang harus dilakukan:
1) Gunakan pensil 2B untuk menulis.
2) Tulisan angka dan huruf harus bisa terbaca dengan jelas.
3) Tulisan angka dan huruf hendaknya dalam ukuran optimal, tidak melewati batas tempat yang disediakan dan tidak terlalu kecil. Untuk penulisan huruf, penulisan harus menggunakan huruf kapital dan tidak terlalu rapat.
Contoh Penulisan, Blok II Rincian 202
Salah Benar
Nama Petugas: Baron Sipahutar Nama Petugas: BARON SIPAHUTAR 4) Apabila terjadi kesalahan penulisan, hapus sampai bersih dan tulis kembali isian yang
benar.
5) Apabila pada saat melakukan wawancara memerlukan penghitungan maka tidak diperbolehkan melakukan corat-coret di Daftar VP2015-S, sebaiknya gunakan lembar kertas kosong sebagai lembar kerja.
6) Jenis tanaman terpilih wajib dituliskan di setiap halaman pada tempat yang disediakan.
7.3 Keterangan yang Dikumpulkan
Keterangan yang dikumpulkan dalam Daftar VP2015-S terdiri dari 8 blok yaitu:
Blok I : Keterangan Tempat
Blok II : Keterangan Petugas
Blok III : Keterangan Pencacahan
Blok IV : Keterangan Penguasaan dan Penggunaan Lahan Pada Saat Pencacahan
(53)
yang Lalu (Sesuai Rincian 001) Pada Lahan Sawah yang Berlokasi di Dalam Kabupaten/Kota
Blok VI : Keterangan Usaha Tanaman Terpilih yang Dipanen Pada Subround
yang Lalu (Sesuai Rincian 001) Pada Lahan Bukan Sawah yang Berlokasi di Dalam Kabupaten/ Kota
Blok VII : Keterangan Kegiatan Panen Tanaman Terpilih Pada Subround yang lalu (Sesuai Rincian 001)
Blok VIII : Keterangan Stok Gabah dan Beras
7.4 Tata Cara Pengisian Daftar VP2015-S 001. Subround yang lalu:
Isikan kode subround yang lalu sesuai dengan referensi waktu pencacahan. Kode yang diisikan adalah salah satu dari kode berikut:
a. Kode1: Subround Januari-April b. Kode 2: Subround Mei-Agustus
c. Kode 3: Subround September-Desember
002. Jenis tanaman terpilih:
Isikan kode jenis tanaman terpilih. Kode jenis tanaman terpilih yang diisikan adalah salah satu dari kode berikut:
1101 = Padi Sawah; 1102 = Padi Ladang; 1201 = Jagung; 1202 = Kedelai
Jenis tanaman terpilih harus selalu dituliskan pada pojok kanan atas Daftar VP2015-S, di setiap halaman, sebelum menanyakan informasi yang terdapat pada halaman tersebut.
Blok I. Keterangan Tempat
Blok I memuat keterangan identitas rumah tangga terpilih yang melakukan panen padi sawah, padi ladang, jagung, atau kedelai. Blok ini harus terisi untuk rumah tangga terpilih yang dicacah.
(54)
Rincian 101–107: Disalin dari Daftar VP2015-DSRT
Isian Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan, Nomor blok sensus, dan Nomor Kode Sampel (NKS) disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok I rincian 101-107.
Rincian 108: Nomor bangunan fisik
Isian nomor bangunan fisik disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok IV kolom (1).
Rincian 109: Nomor bangunan sensus
Isian nomor bangunan sensus disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok III kolom (2).
Rincian 110: Nomor urut rumah tangga
Isian nomor urut rumah tangga disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok IV kolom (3).
Rincian 111: Nomor urut sampel
Isian nomor urut sampel disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok IV kolom (4).
Rincian 112: Nama kepala rumah tangga
Isian nama kepala rumah tangga disalin dari Daftar VP2015-DSRT Blok III kolom (5).
Rincian 113: Nama pemberi informasi
Isikan nama responden yang diwawancarai atau pemberi informasi.
Rincian 114: Nomor telepon/HP pemberi informasi Isikan nomor telepon responden atau pemberi informasi.
Blok II. Keterangan Petugas
Blok ini terdiri dari 5 rincian, yaitu kode petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa, nama petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa, tanggal pelaksanaan, nomor HP petugas, dan tanda tangan petugas pencacah dan pengawas/ pemeriksa.
Rincian 201 s.d 205: Tuliskan kode petugas, nama petugas, tanggal pelaksanaan, dan nomor HP petugas serta bubuhkan tanda tangan pada kolom yang sesuai. Informasi mengenai petugas pencacah diisikan di kolom (2), sementara pengawas/pemeriksa diisikan di kolom (3).
(55)
Blok III. Keterangan Pencacahan Rincian 301: Hasil Pencacahan
Lingkari kode hasil pencacahan dan tuliskan pada kotak yang tersedia. Isiannya adalah salah satu kode 1 s.d 4.
Kode isian rincian 301:
1. Berhasil diwawancarai 2. Pindah ke luar blok sensus
3. Tidak dapat diwawancarai sampai dengan batas waktu pencacahan 4. Menolak diwawancarai (...)
Jika rincian 301 berkode 2,3, atau 4 pencacahan selesai (STOP)
Jika rumah tangga terpilih tidak bisa diwawancarai karena pindah ke luar blok sensus, tidak bisa ditemui hingga batas akhir waktu pencacahan, atau menolak diwawancarai, pencacahan tidak dilanjutkan dan Daftar VP2015-S yang terisi hanya Blok I sampai III.
Blok IV. Keterangan Penguasaan dan Penggunaan Lahan Pada Saat Pencahahan Pada blok ini petugas mencatat keterangan penguasaan dan penggunaan lahan rumah tangga terpilih, baik itu lahan sawah maupun lahan pertanian bukan sawah, pada saat pencacahan.
Rincian 401a: Apakah blok ini seharusnya terisi?
Lingkari kode 1 jika rumah tangga sampel hanya terpilih untuk pencacahan satu komoditas, atau kuesioner dengan kode terkecil jika rumah tangga terpilih untuk pencacahan lebih dari satu komoditas.
Jika rumah tangga terpilih ternyata tidak mengusahakan tanaman terpilih yang terdapat pada Daftar VP2015-DSRT, tuliskan kode “99” untuk melengkapi deskripsi kode 4.
(56)
Rincian 401b: Jika Rincian 401a berkode 2, blok ini terisi pada kuesioner jenis tanaman terpilih:
Dalam pencacahan Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015, ada kemungkinan satu rumah tangga dicacah/diwawancarai untuk lebih dari satu jenis tanaman terpilih. Misalnya, selain terpilih sebagai sampel untuk tanaman padi sawah, suatu rumah tangga juga terpilih sampel untuk tanaman kedelai. Untuk kasus seperti ini, rumah tangga sampel akan dicacah dengan dua kuesioner berbeda (sesuai jenis tanaman terpilih), yakni kuesioner untuk padi sawah dan kuesioner untuk kedelai.
Pada Blok IV, pengisian Rincian 402-406 cukup dilakukan pada salah satu kuesioner, yakni kuesioner yang digunakan untuk jenis tanaman terpilih dengan kode terkecil. Hal tersebut dilakukan karena pada dasarnya informasi yang diisikan pada Blok IV bersifat umum, yakni mengenai penguasaan dan penggunaan lahan pada saat pencacahan, atau bukan informasi khusus terkait tanaman terpilih.
Contoh 1: rumah tangga Pak Nian yang tinggal di Desa Cibalung, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, terpilih sebagai sampel Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan 2015 untuk referensi waktu pencacahan subround Januari-April. Karena terpilih sampel untuk tanaman padi sawah (kode: 1101) dan kedelai (kode: 1202), isian Blok IV Rincian 402-406, Daftar VP2015-S, untuk rumah tangga Pak Nian hanya akan terisi pada kuesioner yang digunakan untuk pencacahan padi sawah, sementara pada kuesioner yang digunakan untuk pencacahan kedelai dikosongkan dan pencacahan langsung dilanjutkan ke Blok V. Berikut adalah contoh pengisian Rincian 401 untuk kasus rumah tangga Pak Nian:
(57)
Rincian 402: Penguasaan dan Penggunaan Lahan Pada Saat Pencacahan (m2)
Pada rincian ini petugas pencacah menanyakan kepada responden keterangan mengenai luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga terpilih pada saat pencacahan. Keterangan tersebut dirinci menurut status penguasaan (dimiliki, berasal dari pihak lain, dan berada di pihak lain) dan jenis lahan pertanian (sawah dan bukan sawah). Informasi mengenai luas lahan yang diisikan pada Rincian 402 harus dalam m2 bilangan bulat. Jika jawaban responden bukan dalam satuan m2 (misalnya, bata atau hektar), petugas pencacah harus mengkonversikan terlebih dulu jawaban responden tersebut ke dalam satuan m2 bilangan bulat sebelum diisikan ke kolom yang sesuai.
Berikut adalah sejumlah konsep dan definisi yang harus dipahami oleh petugas terkait pengisian Blok IV:
Lahan yang dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dan dikurangi lahan yang berada pada pihak lain.
Lahan milik sendiri meliputi:
i. Lahan pembelian adalah lahan yang didapat secara pembelian, baik secara tunai maupun angsuran.
ii. Lahan warisan adalah lahan yang diterima oleh ahli waris berdasarkan pembagian dari harta orang yang telah meninggal dunia.
iii. Lahan hibah adalah lahan yang diterima/didapat secara cuma-cuma dari orang yang masih hidup.
iv. Lahan yang dimiliki berdasarkan :
a. Land Reform
b. Permohonan biasa
c. Pembagian lahan transmigrasi
d. Pembagian lahan dari pembukaan hutan e. Hukum adat
(58)
Lahan yang berasal dari pihak lain adalah lahan yang diperoleh secara bagi hasil, sewa, gadai, bengkok, maupun lainnya.
a. Lahan bagi hasil (sakap) adalah lahan sewa yang dibayar dengan hasil panen. Besarnya bagian panen yang akan diserahkan kepada pemilik lahan sudah ditentukan lebih dulu, misalnya, setengah atau sepertiga dari hasil panen. Istilah-istilah yang dipakai di beberapa daerah antara lain maro, meniga, martilu, toyo, nengah, jejuron, kujang, dan mampatigoi.
b. Lahan sewa adalah lahan yang berasal dari pihak lain dengan membayar sewa yang besarnya sudah ditetapkan terlebih dulu tanpa melihat besar kecilnya hasil produksi. Pembayaran sewa dapat berupa uang atau barang. Dalam sewa menyewa, pemilik lahan tidak ikut menanggung ongkos-ongkos produksi maupun risiko dari penggarapan lahannya.
c. Lahan gadai adalah lahan yang berasal dari pihak lain sebagai jaminan pinjaman uang pihak yang menggadaikan lahannya. Lahan tersebut dikuasai oleh orang yang memberi pinjaman uang sampai pemilik lahan membayar kembali utangnya.
d. Lahan bengkok/pelungguh adalah lahan milik desa/kelurahan yang dikuasakan kepada pamong desa atau bekas pamong desa sebagai gaji atau pensiun.
e. Lainnya yaitu lahan bebas sewa, serobotan, dan lahan garapan lainnya.
Lahan yang berada di pihak lain meliputi:
1. Lahan yang disewakan 2. Lahan yang dibagihasilkan 3. Lahan yang digadaikan
4. Lahan yang diserahkan kepada pihak lain dengan bebas sewa 5. Lahan yang dikuasai pihak lain secara tidak sah.
Lahan Sawah adalah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau status lahan tersebut. Lahan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)