Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur

Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh

NURY TANZILLAH 1105706

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI

JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN


(2)

NURY TANZILLAH

PENERAPAN METODE TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

DI SMK NEGERI 2 GARUT

Disetujui dan disahkan oleh, Pembimbing I

Dr. Asep Yudi Permana, S.Pd., M.Des.

NIP. 19690411 199703 1 002 Pembimbing II

Nuryanto, S.Pd., M.T.

NIP. 19760513 2006040 1 010

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Dra. RR Tjahyani Busono, M.T.


(3)

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan

Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Nury Tanzillah,

Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur, FPTK UPI

ABSTRAK

Proses pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung di SMK Negeri 2 Garut memiliki beberapa permasalahan di antaranya adalah semakin menurunnya prestasi belajar siswa dari tahun ke tahun, konsentrasi siswa dalam belajar belum terfokus pada proses pembelajaran, metode mengajar guru yang kurang baik mempengaruhi minat belajar siswa, dan guru kurang persiapan serta kurang menguasai bahan ajar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode tutorial dengan metode konvensional, peningkatan hasil belajar siswa tersebut dianalisis berdasarkan nilai N-Gain.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimental design) dengan desain nonequivalent control group design. Eksperimen dilakukan pada siswa kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2 masing-masing terdiri dari kelompok kontrol (16 responden) dan kelompok eksperimen (18 responden). Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode tutorial lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata N-Gain, yaitu kelas kontrol berada pada rentang golongan rendah, sedangkan untuk kelas eksperimen berada pada rentang golongan sedang. Berdasarkan dari hasil nilai N-Gain dan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan metode tutorial dengan siswa yang belajar menggunakan metode konvensional dalam mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Tutorial, Hasil Belajar, Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung


(4)

Application of the method of Tutorials on subjects pictures of Interior and exterior Building to improve the Learning Outcomes of students of Class XI Engineering

Building at SMK Negeri 2 Garut

Nury Tanzillah,

Department Of Architectural Engineering Education, The FPTK UPI

ABSTRACT

The process of learning Interior and exterior Image Building at SMK Negeri 2 Garut has some problems which are increasingly declining learning achievements of students from year to year, the concentration of students in learning have not focused on the process of learning, teachers teaching method that is less good of influencing interest in student learning, and teachers less preparation and less controlled materials. The purpose of this research is to know the difference increased student learning results that use the method of tutorial with conventional methods, the increase in the student learning outcomes were analyzed based on the value of N-Gain.

Research methods used in this research is a method of experimentation pseudo (quasi eksperimental design) and design nonequivalent control group design. Experiments conducted on grade XI TGB 1 and XI TGB 2 each consist of the control group (16 respondents) and experimental group (17 respondents). Results of the study showed that students who study results using the method of tutorial is higher compared to the results of a study of students who use conventional methods. It can be seen from the earnings, the average value of N-Gain, the control class is in the low range, whereas for class experiments are on the range of the medium. Based on the results of value N-Gain hypothesis test and results can be summed up, there is an increasing difference significant between learning outcomes of students who learn to use the method of tutorial with students who learn to use conventional methods in subjects pictures of Interior and exterior Image Building.

Keywords: Learning Methods, Tutorials, Learning Results, Interior and Exterior Image Building


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang memprioritaskan bidang keahlian, peserta didik mempelajari bidang yang mereka pilih. Tujuannya untuk mempersiapkan anak didiknya ke dunia industri atau dunia kerja sebagai sumber daya manusia yang unggul (Ismiati, 2013). SMK Negeri 2 Garut merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berperan sebagai salah satu lembaga formal di bidang teknologi dan industri. Salah satu mata diklat yang terdapat di kompetensi keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut adalah Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.

Unsur yang amat penting dalam suatu proses belajar mengajar adalah metode mengajar dan media pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkankan, kedua aspek ini saling berkaitan. Dalam proses pembelajaran siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan dari luar. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa di antaranya minat, bakat, motivasi, dan kreativitas. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Faktor luar diri siswa adalah dari lingkungan belajar siswa seperti guru, sarana dan prasarana belajar, media belajar, fasilitas sekolah, dan kondisi lingkungan sekolah. Dengan demikian, perlu adanya pengembangan terhadap faktor-faktor tersebut sehingga tercapai hasil belajar yang maksimal (Slameto, 2013).

Peran guru dalam pembelajaran adalah fasilitator, mediator, dan pembimbing. Keberhasilan pembelajaran diukur berdasarkan pada ketercapaian kompetensi yang ditetapkan sejak awal kegiatan pembelajaran. Guru dan siswa harus bekerja sama sedemikian rupa, saling mendukung sehingga memungkinkan tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar diperlukan langkah-langkah agar tujuan yang ditetapkan dapat dicapai.


(6)

Mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung merupakan pembelajaran yang penting pada Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut. Berdasarkan hasil observasi pada kelas XI TGB di SMK Negeri 2 Garut ini, metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi minat belajar siswa yang kurang baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan ajar sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, serta penggunaan metode yang kurang menarik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Untuk itu penggunaan metode dalam belajar sangat penting agar siswa tidak bosan ketika sedang mengikuti pelajaran atau ketika proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan pra penelitian mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung mengalami masalah pada hasil belajar siswa yang nilai ujian akhir semester mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dan rata-rata nilai ujian akhir sekolah juga masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Berdasarkan data dari SMK Negeri 2 Garut tahun pelajaran 2012/2013 ke tahun pelajaran 2013/2014 nilai rata-rata UAS mengalamai penurunan yakni 70,79 pada tahun pelajaran 2012/2013 dan pada tahun 2013/2014 nilai rata-rata UAS mengalamai penurunan yakni 68,96.

Penulis berupaya untuk menggunakan metode pembelajaran tutorial, karena metode tutorial ini merupakan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran siswa akan manfaat materi yang dipelajarinya. Penerapan metode tutorial sangat beralasan, karena pada hakekatnya proses pembelajaran harus diawali dengan kondisi-kondisi nyata yang dijumpai atau dialami langsung oleh siswa dilingkungannya untuk membangun pengalaman belajarnya. Melalui pembelajaran ini, siswa dapat lebih aktif menemukan, membentuk, dan mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, dengan penggunaan metode tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.


(7)

Penerapan metode tutorial dapat memandu peserta didik untuk mempelajari Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan bimbingan dari Tutor secara berkala, sehingga siswa mampu menguasai materi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Tutorial pada

Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik

Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut”.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui dan memperjelas kemungkinan permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa selama proses pembelajaran masih rendah, hal ini didasarkan pada pra penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2 dari hasil akhir nilai di bawah KKM;

2. Konsentrasi siswa dalam belajar belum terfokus pada proses pembelajaran, hal ini diketahui selama pengamatan penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan pada siswa kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2;

3. Sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, hal tersebut terlihat pada ketersediaan fasilitas belajar yang sangat terbatas, sehingga menjadi faktor siswa tidak terpacu minatnya dalam menggambar;

1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Objek penelitian, yaitu siswa kelas XI Teknik Gambar Bangunan kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2;

2. Keterampilan sketsa dibatasi pada kemampuan menggambar secara manual tanpa mistar;


(8)

3. Mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung, dibatasi pada perspektif interior dan perspektif eksterior;

4. Hasil belajar dalam bentuk nilai dan keterampilan sketsa menggambar manual hanya dilihat pada aspek psikomotorik.

Sedangkan rumusan masalahnya, adalah:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI TGB 1 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan menggunakan metode tutorial?;

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI TGB 2 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan metode sebelumnya melalui ceramah oleh guru secara satu arah?;

3. Seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa kelas XI TGB 1 dengan XI TGB 2 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung?.

1.4Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa kelas XI TGB 1 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan menggunakan metode tutorial;

2. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa kelas XI TGB 2 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan metode sebelumnya melalui ceramah oleh guru secara satu arah;

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa kelas XI TGB 1 dengan XI TGB 2 pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.


(9)

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan diskusi antar guru tentang metode tutorial sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat teoritis bagi siswa;

2. Hasil penelitian sebagai masukan dalam rangka penerapan belajar mengajar dengan menggunakan metode tutorial pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung kelas XI TGB 1;

3. Hasil penelitian sebagai pengkayaan bagi guru dalam memperkaya keilmuan teoritis tentang metode pembelajaran.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sketsa;

2. Bagi guru, dapat menerapkan metode tutorial pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung;

3. Bagi pihak sekolah, dapat memaksimalkan fasilitas penunjang proses pembelajaran;

4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.

1.6Defini Operasional

Definisi operasional dimaksud untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu:


(10)

1) Metode Pembelajaran Tutorial

Berdasarkan beberapa reverensi yang dibaca, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran tutorial adalah bimbingan, bantuan, petunjuk/arahan, dan motivasi dalam tutorial adalah membantu para siswa memecahkan masalah belajar dengan mengarahkan para siswa dalam mempelajari materi modul secara efektif dan efesien.

2) Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan beberapa reverensi yang dibaca, dapat disimpulakan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai siswa setelah siswa menerima informasi yang diberikan guru. Hasil belajar ini mempunyai peranan penting dalam proses belajar. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar

1.7Penelitian yang Relevan

Istiqomah (2009), meneliti tentang Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Sistem Tutorial Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP N 28 Semarang. Temuan penelitiannya adalah berdasarkan hasil penelitian pada kelas yang tidak memperoleh treatment yaitu kelas kontrol, pada kegiatan belajarnya digunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sedangkan pada kelas eksperimen yang memperoleh treatment digunakan metode pembelajaran sistem tutorial. Sebelum peserta didik memperoleh treatment, terlebih dahulu peserta didik diberi angket untuk mengukur kemandirian peserta didik. Metode pembelajaran sistem tutorial terhadap kemandirian belajar peserta didik dengan menggunakan rumus Uji t - test pada taraf signifikansi 5 % dan taraf signifikansi 1 % menyatakan adanya perubahan atau pengaruh yang signifikan.


(11)

Suryono (2013), meneliti tentang Penggunaan Facebook Sebagai Media Tutorial Pembelajaran Kimia Untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas X Yogyakarta. Temuan penelitiannya adalah cara menjadikan facebook sebagai media tutorial pembelajaran untuk pembelajaran kimia yaitu dengan membuat grup belajar “Belajar Kimia: dalam facebook yang berisikan kurang lebih 30 orang peserta didik, facebook yang dijadikan sebagai media tutorial pembelajaran harus memuat beberapa hal yaitu nateri pembelajaran secara ringkas, latihan soal, animasi-animasi serta hal-hal diluar pelajaran. Pembelajaran tutorial menggunakan facebook memliki manfaat, yaitu memungkinkan adanya akses selama 24 jam, peserta didik lebih aktif baik itu bertanya maupun mencari informasi secara online. Peserta didik memberikan respon positif terhadap akun facebook yang dijadikan sebagai media tutorial pembelajaran kimia. Kendala pembelajaran tutorial menggunakan facebook yaitu jika pendidik merupakan orang yang tidak menguasai IT maka pembelajaran tutorial meggunakan facebook tidak akan berjalan lancar.

Linda (2011), meneliti tentang Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Konstruksi Bangunan SMK Negeri 5 Bandung. Temuan Penelitiannya adalah pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, perolehan nilai rata-rata postes 91.20 pada kelompok eksperimen, yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang hanya mencapai nilai rata-rata postes 88.10. Perolehan skor 91.20 juga merupakan nilai yang lebih tinggi diatas Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan, yaitu 70. Sedangkan peningkatan (Gain) hasil belajar siswa di kelompok eksperimen juga lebih tinggi dengan perolehan nilai rata-rata gain mencapai 0.61, sedangkan rata-rata gain kelompok kontrol hanya 0.47.

Maryani (2010), meneliti tentang Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas Ak 1 SMK Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Temuan penelitiannya adalah siswa makin antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi, siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru, siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok


(12)

untuk menyelesaikan suatu tugas bersama, sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses pembelajaran. Fasilitas pembelajaran yang minim menyebabkan kelancaran proses pembelajaran menjadi terganggu, kemampuan siswa dalam bekerjasama dan berkomunikasi dengan siswa lain masih belum, dan kemampuan guru dalam mengelola kelas, khususnya dalam merangsang siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran masih belum optimal.

Wicaksono (2013), meneliti tentang Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1 Larangan Brebes. Temuan penelitiannya yaitu persepsi siswa terhadap penggunaan metode tutor sebaya dalam pembelajaran seni musik di kelas VIII SMP Negeri 1 Larangan Brebes terdapat 10 siswa (25%) memiliki persepsi metode tutor sebaya dengan kriteria Sangat Setuju, 21 siswa (52,5%) memiliki persepsi dengan kriteria Setuju, 5 siswa (12,5%) memiliki persepsi dengan kriteria Cukup Setuju, 2 siswa (5%) memiliki persepsi dengan kriteria Kurang Setuju, dan 2 siswa (5%) memiliki persepsi dengan kriteria Tidak Setuju Dalam hal ini dapat disimpulkan sebagian besar di kelas VIII SMP Negeri 1 Larangan Brebes ada 21 dari 40 siswa (52,5%) termasuk dalam kategori Setuju.

Dari beberapa peneitian di atas dapat disimpulkan, terdapat relevansi dari metode pembelajaran tutorial terhadap hasil belajar siswa. Letak perbedaan antara kelima hasil penelitian di atas dengan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah pada proses belajar dan mengajar dengan bimbingan secara berkala pada mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan menggambar sketsa secara manual menggunakan pensil, sehingga penelitian yang akan dilakukan bersifat orisinalitas karena belum ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya.


(13)

1.8Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab, dengan sistem penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang dasar-dasar yang menjadi pokok dalam penelitian yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian relevan, dan sistematika penulisan;

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan tentang kajian teori sebagai landasan dalam penelitian yang memuat antara lain metode pembelajaran, metode pembelajaran tutorial, minat belajar, keterampilan sketsa, mata pelajaran gambar interior dan eksterior bangunan gedung, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian;

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metodelogi penelitian yang menjelaskan tentang cara pengambilan dan pengolah data penelitian, diantaranya metode penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, langkah pembelajaran tutorial, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data;

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang menjabarkan tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data masalah penelitian sampai kepada hasil penyelesaian masalah;

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang simpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi berdasarkan bab-bab yang telah diuraikan sebelumnya.


(14)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2013). Perubahan yang terjadi dalam diri seorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Ciri ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, yaitu: 1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang kurangnya siswa merasakan telah terjadinya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, percakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena seorang bersangkutan tidak menyadari perubahan itu.

2) Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya


(15)

misalnya seorang anak belajar menggambar siswa akan mengalami perubahan dari tidak dapat menggambar menjadi dapat menggambar. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menggambarnya menjadi lebih baik dan sempurna. siswa dapat kmenggambar indah, dapat menggambar dengan pensil, dapat menggambar dengan pulpen, dapat menggambar dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menggambar yang telah dimilikinya siswa dapat memperoleh kecakapan kecakapan lainnya, dapat menggambar secara manual yaitu dengan cara real drawing dan redrawing sesuai dengan teknik yang telah diketahui. 3) Perubahan dalam belajar positif dan aktif

Dalam perubahan belajar, perubahan perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengn sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan, proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam. Hal tersebut tidak termasuk dalam pengertian belajar.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk bebeberapa saat saja, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dan perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar benar disadari.


(16)

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebgai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.2 Jenis Jenis Belajar

Jenis-jenis belajar menurut teori Gestalt (Koffka dan Kohler, 1971) sebagai berikut :

1) Belajar bagian (Part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau extensife, memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagain adalah cara belajar keseluruhan atau global.

2) Belajar dengan wawasan (Learning by Insight)

Teori wawasan merupakan proses merorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Wawan merupakan kreasi dari rencana penyelesaina yang mengontrol rencana renaca subordinasi lain yang terbentuk (pola tingkahlaku). 3) Belajar diskriminatif (Discriminatif Learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4) Belajar Global/Keseluruhan (Global Whole Learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya.

5) Belajar Insidental (Incidental Learning)

Konsep ini bertentangan dengan angapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan. Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak


(17)

ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut insidental apabila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Jumlah frekuensi materi insidental yang diperhatikan tidak memegang peran penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.

6) Belajar instrumental (Instrument Learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gaga. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (rein-forcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan.

7) Belajar intensional (Intentional Learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar incidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.

8) Belajar laten (Latent Learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. 9) Belajar mental (Mental Learning)

Perubahan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari, dimana tugas yang diberikan bersifat motorik

10)Belajar Produktif (Productive Learning)

Belajar produktif merupakan proses belajar dengan transfer yang maksimum (Berguis, 1964). Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lainnya.


(18)

11)Belajar verbal (Verbal Learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan, mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

2.1.3 Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Slameto (2013) prinsip-prinsip belajar yaitu: 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan pertisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasiyang kuat pada siswa untuk mencapai instruksional; c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar dengan efektif;

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu merupakan proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respone yang diharapkan.

3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;


(19)

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instructional yang harus dicapai.

4) Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, shingga siswa dapat belajar dengan tenang;

b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

2.1.4 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik (Ahmadi, 1997).

Menurut Abdorrakhman (2008) metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.

Metode pembelajaran adalah teknik atau pendekatan yang digunakan oleh pengajar agar peserta didik dapat memahami isi materi yang akan dipelajari. Pembelajaran yang efektif adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan tentang proses pendidikan termasuk metode pembelajaran yang ada dan cara penggunaannya pada beraneka ragam peserta didik dan lingkungannya (Bastable, 2002).

Menurut Surachmad (1990) bahwa dalam setiap interaksi edukatif harus ada tujuan yang akan dicapai, bahan yang menjadi isi interaksi, guru yang melaksanakan, metode tertentu untuk mencapai tujuan, situasi yang subur, dan penilaian terhadap hasil interaksi.


(20)

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, atau dapat didefinisikan sebagai cara kerja yang bersistem dalam memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna tercapainya suatu tujuan yang ditentukan.

2.1.5 Syarat-syarat Memilih Metode Pembelajaran

Menurut Nasution (2001), dalam memilih metode mengajar seorang guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1) Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan kemampuan siswa

2) Kompetensi pengajar dalam menggunakan metode tersebut

3) Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan fasilitas yang tersedia

4) Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan lingkungan pendidikan

2.1.6 Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran

Djamarah (2002) menyatakan bahwa kedudukan metode dalam proses pembelajaran adalah metode sebagai:

1) Alat Motivasi Ekstrinsik

Metode dalam proses pembelajaran dijadikan sebagai bagian dari motivasi agar peserta didik dengan cepat menerima informasi baru, ide, gagasan, pendapat dan hasil temuan dari pembicara.

2) Strategi Pengajaran

Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pengajaran yang bisa digunakan pengajar saat berinteraksi dengan peserta didik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan


(21)

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien (Djamarah, 2002).

3) Alat Untuk Mencapai Tujuan

Pembelajaran membutuhkan tujuan yang sangat jelas. Pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor pengajar dan peserta didik. Pengajar mempunyai cara untuk mempermudah tujuan dapat dicapai salah satunya melalui penggunaan metode pembelajaran.

2.1.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dalam Penentuan Metode Pembelajaran

Setiawati dalam Majid (2014) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan metode pembelajaran adalah:

1) Pengajar

Latar belakang pengajar mempengaruhi kompetensi pengajar dalam penyampaian materi atau pesan. Kurangnya kesiapan dan penguasaan metode pembelajaran akan menjadi kendala terhambatnya tujuan pembelajaran, dengan demikian kepribadian yang berbeda-beda dari masing- masing pengajar, latar belakang pendidikan dan pengalaman akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang digunakan. 2) Peserta Didik

Perbedaan individual peserta didik mulai dari biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual akan mewarnai suasana proses pembelajaran. Perbedaan individual peserta didik akan mempengaruhi seorang pengajar dalam menentukan metode pembelajaran yang akan membuat suasana pembelajaran lebih dinamis. Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Djamarah dan Zaini, 2002).


(22)

3) Tujuan

Sasaran yang akan dituju dari setiap proses pembelajaran. Tujuan dalam pembelajaran berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum memberikan gambaran akhir peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Tujuan khusus menunjukan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk masing- masing tahapan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan.

4) Situasi

Situasi pembelajaran dari waktu kewaktu sebaiknya tidak dibuat sama oleh pengajar. Situasi yang sama terus menerus akan membuat peserta didik cepat bosan dan akan menghambat tujuan pembelajaran. Pengajar mengkondisikan pembelajaran untuk peserta didik dapat dilakukan secara individu dan berkelompok. Metode pembelajaran yang digunakan harus melihat situasi saat itu, untuk pendekatan individu metode pembelajarannya akan lebih cocok dengan menggunakan diskusi, sedangkan untuk kelompok biasa menggunakan problem solving.

5) Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan pendukung dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran bed side teaching tidak dapat terlaksanan apabila tidak tersedianya fasilitas laboratorium. Demikian juga demonstrasi dan simulasi tidak bisa berjalan jika tidak ada alat peraga.

2.1.8 Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran menurut Depdiknas (PMPTK, 2008).

1) Metode Ceramah

Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran


(23)

melalui cara penuturan (lecture). Metode ini bagus jika penggunaan nya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media yang baik, serta mempertahankan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi pendengar (murid) untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya fakor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas jika dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar jika ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah sehinga timbul persepsi jika ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar, sedangkan jika tidak ada guru yang berceramah berarti tidak ada yang belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

2) Metode Demonstrasi

Demontrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif Karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sediri berdasarakan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi meripakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

Menurut Sagala (2005) metode demonstrasi adalah petunjuk tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata.


(24)

Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

3) Metode Diskusi

Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu peramasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Selama ini banyak guru merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan tersebut biasanya timbul dari asumsi:

a) Diskusi merupukan metode yang sulit diprediksi hasilnya karena interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan

b) Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terabatas sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru karena dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari

Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip pada metode diskusi dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi.


(25)

Materi palakaran dalam metode ceramah dan demonstrasi sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaiaknnya, sedangkan pada metode diskusi bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekedar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.

Secara umum ada dua jenis diskusi yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok dinamakan juga disebut diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengaturan jalannya diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.

Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub-masalah. Setiap kelompok memecahkan sub-masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.

4) Metode Simulasi

Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan mengunakan situasi tiruan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.


(26)

Menurut Depdiknas (2004) metode simulasi bertujuan untuk: a) Melatih keterlampilan tertentu baik bersifat professional

maupun bagi kehidupan sehari-hati

b) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip c) Melatih memecahkan masalah

d) Meningkatkan keaktifan belajar

e) Membari motivasi belajar kepada siswa

f) Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok

g) Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan

h) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi 5) Metode Tugas dan Resitasi

Secara donative, resitasi adalah pembacaan hafalan di muka umum atau hafalan yang diucapkan oleh murid-murid di dalam kelas. Dalam kamus besar ilmu pengetahuan (2002) tertulis bahwa resitasi (sebagai istilah psikologi) disebut sebagai metode belajar yang mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri.

Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan rasitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.

Uraian diatas menggambarkan bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam melakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang dicapai. Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok,


(27)

menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan memungkinkan untuk memperoleh hasil yang permanen.

6) Metode Pembelajaran Tutorial

Wardani dalam Ardiansyah (2014) menegaskan bahwa tutorial sama prinsipnya dengan pembelajaran yaitu membantu peserta didik belajar, maka prosedur umum tutorial sama dengan prosedur umum pembelajaran. Pada interaksi yang berbentuk tutorial, prinsip dasar langkah-langkah memulai penyajian informasi materi sama halnya pada waktu menyajikan materi lewat tutorial tatap muka. Dalam sajian tatap muka, tutor akan memulai kegiatannya dengan menguraikan luang lingkup materi tutorial, tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta menghubungkan keterhubungannya. Tutor memberikan kaitan atau relevansi materi antara materi yang akan dibahas paha hari itu dengan materi sebelumnya atau pun kasus sederhana dalam dunia sehari-hari.

Semiawan, Ischak, dan Warji (2003) mengemukakan bahwa tutorial adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Metode tutorial ini dipilih sebagai metode pembelajaran dalam penelitian, karena metode tutorial ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami langkah-langkah menggambar sketsa serta terlatih secara berkala dalam proses pembelajaran.

7) Metode Problem Solving

Problem solving (Metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan


(28)

metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi ‘Leaner Centered’ dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok. Metode problem solving sering disebut ‘metode ilmiah’ (scientivic mothode) karena langkah-langkah yang digunakan adalah langkah ilmiah yang dimulai dari: merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari data atau fakta, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru.

8) Metode Latihan (Drill)

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterlampilan dari apa yang telah dipelajari. Drill secara denotatif merupakan tindakan untuk meningkatkan keterlampilan dan kemahiran. Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterlampiran serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau berlatih merupakan proses belajar dan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu. Meningkatkan latihan ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, hendaknya guru atau pengajar memerhatikan tingkat kewajaran dari metode drill.

a) Latihan, digunakan untuk hal-hal bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain

b) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain


(29)

c) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dan lain-lain

Prinsip dan petunjuk penggunaan metode drill.

a) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu

b) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Jika kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan agar lebih sempurna

c) Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan d) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa

e) Proses latihan hendaknya medahulukan hal-hal yang esensial dan berguna

2.2 Metode Pembelajaran Tutorial 2.2.1 Pengertian Tutorial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 1997) disebutkan bahwa tutorial sebagai: (1) pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang peserta didik atau sekelompok kecil peserta didik atau (2) pengajaran tambahan melalui tutor.

Tutorial merupakan bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada peserta didik untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri peserta didik secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.

Wardani dalam Ardiansyah (2014) menegaskan bahwa tutorial sama prinsipnya dengan pembelajaran yaitu membantu peserta didik belajar, maka prosedur umum tutorial sama dengan prosedur umum pembelajaran. Pada interaksi yang berbentuk tutorial, prinsip dasar langkah-langkah memulai penyajian informasi materi sama halnya pada waktu menyajikan materi lewat tutorial tatap muka. Dalam sajian tatap muka, tutor akan memulai kegiatannya dengan menguraikan luang lingkup materi tutorial, tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta


(30)

menghubungkan keterhubungannya. Tutor memberikan kaitan atau relevansi materi antara materi yang akan dibahas pada hari itu dengan materi sebelumnya atau pun kasus sederhana dalam dunia sehari-hari.

Semiawan, Ischak, dan Warji (2003) mengemukakan bahwa tutorial adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Dapat disimpulkan bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efektif dan efesien.

Ahmadi menjabarkan apa yang dimaksud dengan bimbingan, bantuan, petunjuk/arahan, dan motivasi dalam tutorial sebagai berikut:

1) Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalah-masalah belajar

2) Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi modul

3) Petunjuk berarti memberikan penjelasan tentang cara belajar secara efektif dan efisien

4) Arahan berarti mengarahkan para siswa dalam mempelajari masing-masing modul

5) Motivasi berarti menggerakan kegiatan para siswa dalam mempelajari modul-modul, mengerjakan tugas-tugas, dan mengikuti penilaian

2.2.2 Merencanakan Aktivitas Tutorial

Proses pembelajaran akan terkesan tidak terarah apabila tidak mempunyai rencana dalam pelaksanaan tutoriai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka akan membutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelola. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Ardiansyah, Fatia, dan Paryanta, 2014).


(31)

Menurut Tasdik (2011) dalam Ardiansyah (2014) disebutkan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan

2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan

3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baikunsur guru maupun unsur murid

4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja

5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja 6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya

Menurut Sa’ud dan Makmun (2005), arti penting dari perencanaan mengajar adalah:

1) Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditunjukan kepada pencapaian tujuan pembangunan. 2) Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan

(forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin.

3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik (the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih kombinasi caya yang terbaik (the best combination) 4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.

Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.


(32)

5) Dengan adanya rencana, maka ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.

Suciati dan Puspitasari (2012) menjelaskan bahwa dalam satu semester pertemuan tutorial berdurasi antara dua sampai dua setengah jam sesuai dengan bobot Sistem Kredit Semester (SKS) matakuliahnya dan pelaksanaannya selama empat minggu atau satu bulan atau tepatnya sebanyak delapan kali pertemuan tutorial. Dalam hal ini tutor harus mempertimbangkan bentuk dan intensitas kegiatan tutorial untuk menentukan waktu. Sebagai contoh, apabila tutor memutuskan untuk menggunakan model tutorial diskusi kelompok, tutor perlu menghitung estimasi waktu untuk setiap bagian kegiatan, misalnya untuk membaca bacaan 10 menit, diskusi dala kelompok 20 menit, pelaporan dan komentar selama 20 menit, dan tes individual 20 menit. Walaupun ketika tutorial dilaksanakan akn terjadi penambahan atau pengurangan waktu sesuai dengan dinamika kelas, tapi perkiraan waktu tersebut akan membantu tutor untuk dapat mengendalikan waktu supaya seluruh rencana kegiatan tutorial terlaksana dengan baik.

2.2.3 Komunikasi dalam Kegiatan Tutorial

Komunikasi dalam kegiatan tutorial dapat menjadi aktif dan efektif apabila terjadi proses penyaluran informasi dua arah antara penutor dan pesertanya, ketika informasi tersebut direspon sesuai dengan harapan keduannya. Menurut Endang (2003) terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:

1) Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan. Sehingga tutor diminta untuk menyampaikan topik pembelajaran dengan bahasa sederhana


(33)

atau bahasa umum yang bisa diterima dengan mudah oleh peserta tutorial

2) Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. Tidak ada salahnya jika tutor ingin menggunakan bahasa daerah atau bahasa ilmiah untuk mengungkapkan atau memberikan sesuatu contoh, namun perlulah diingat agar bahasa atau kata tersebut bisa dimengerti.

3) Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4) Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

5) Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam komunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Iswanto dalam Ardiansyah (2014), kemampuan komunikasi dalam tutorial adalah:

1) Mengembangkan sikap positif peserta dalam kegiatan pembelajaran 2) Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran

3) Tampil bergairah dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran 4) Mengelola interaksi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran 5) Mengkondisikan kelas tutorial


(34)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi disampaikan dengan baik di dalam kelas menunjukkan sikap sebagai tutor yang energic, antusias, dan bersemangat. Perilaku tutor dalam proses belajar mengajar diyakini akan menjadi dinamis, mempertinggi ritme komunikasi antar tutor dengan peserta, dapat menarik perhatian peserta, dan semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal sehingga penerimaan materi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik.

2.2.4 Memahami Bahasa Tubuh dalam Kegiatan Tutorial

Menurut Mangunwijaya (1988) proses pembelajaran tidak hanya mengandalkan ada yang kita pahami, namun ada hal lain yaitu bahasa tubuh yang dipahami karena manusia tidak hanya dengan cakap lidah, tetapi dengan lambang tangan juga, anggukan kepala, kerling mata, lari menyambut, sayang mendekap, jengkel, dan membelakangi, dengki meninju, dan sebagainya.

Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas tutorial menggunakan bahasa tubuh agar dapat berjalan efektif, yaitu antara lain:

1) Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah merupakan bagian dari komunikasi dengan orang lain. Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang.

2) Jarak Komunikasi antar Komunikator dengan Komunikan

Jarak yang terlalu dekat bisa membuat lawan bicara merasa terancam. Sebaliknya, jarak yang terlalu jauh bisa diartikan menghindar atau menolak.

3) Memerhatikan Sikap Tubuh

Gerakan kompleks dari kedua tangan diatas pinggang yang disesuaikan dengan pembicaraan akan merefleksikan pemikiran yang kompleks. Gerakan tersebut juga memberikan keyakinan


(35)

pada pendengar terhadap pembicara. Peserta akan merasakan semangat di dalam mendengarkan pembicaraan atau topik pembelajaran yang sedang disampaikan.

4) Kontak Mata

Dalam konteks pembelajaran, jika ada peserta yang suka menatap ke luar kelas, menguap, atau mengantuk, itu menunjukan bahwa konsentrasinya dalam kondisi kurang baik. Seorang tutor yang mempunyai jam terbang tinggi dalam kelas tutorial akan berusaha mengembalikan minat peserta untuk fokus mengikuti kelas tutorial.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Widiyoko (2009) yang mengartikan hasil belajar erat hubungannya dengan pengukuran, kemudian akan terjadi penilaian untuk evaluasi dengan cara tes ataupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki, evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

Menurut Nana Sudjarna (2010) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: (1) pengetahuan; (2) pemahaman; (3) aplikasi; (4) analisis; (5) sintesis; (6) evaluasi), kemudian ada ranah afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yaitu: (1) penerimaan; (2) jawaban; (3) penilaian; (4) organisasi; (5) karakteristik nilai.)dan ranah psikomotorik (hasil belajarpsikomotoril tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan melakukan tindakan secara individu yang terdiri dari enam tingkatan keterampilan, yaitu: (1) gerakan refleks; (2) keterampilan pada gerakan dasar; (3) kemampuan perseptual; (4) kemampuan di bidang fisik; (5) gerakan-gerakan keterampilan; (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretative.)


(36)

Meurut pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai siswa setelah siswa menerima informasi yang diberikan guru. Hasil belajar ini mempunyai peranan penting dalam proses belajar. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sepenuhnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah saja namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, baik dari dalam diri siswa maupun pengaruh dari luar diri siswa tersebut.

Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Rusyan, 1993), yaitu:

1) Faktor internal, terdiri dari dua jenis, yaitu: (a) faktor fisiologis individu yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, seperti struktur tubuh dan sebagainya; (b) Faktor psikologis individu baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti intelektif (faktor potensial seperti intelegensi dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki) dan non intelekti (seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri).

2) Faktor eksternal, terdiri dari empat jenis, yaitu: (a) fakor sosial, meliputi keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan masyarakat; (b) faktor budaya,meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenia; (c) faktor lingkungan fisik, meliputi fasilitas belajar, fasilitas rumah, dan iklim; (d) faktor spiritual.


(37)

Hasil belajar pada penelitian ini dimaksudkan sebagai perubahan tingkah laku pada diri peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan menggunakan tes dalam rentang skor atau angka yang diberikan oleh guru.

2.4 Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung 2.4.1 Kompetensi dan Tujuan Mata Pelajaran Gambar Interior dan

Eksterior Bangunan Gedung di SMK Negeri 2 Garut

Mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung terdapat pada kelas XI TGB program keahlian Teknik Gambar Bangunan mempunyai alokasi waktu 2 x 2 x 45 menit. Kompetensi yang diharapkan setelah siswa mengikuti pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung sesuai dengan silabus, yaitu siswa dapat merencanakan desain interior dan eksterior. Tujuan dari mata pelajarannya adalah siswa diharapkan memahami gambar interior dan eksterior bangunan gedung dan memiliki kemampuan menggambar interior dan eksterior bangunan gedung sesuai kaidah teknik

2.4.2 Materi Pelajaran pada Mata Pelajaran pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung

Materi pelajaran kelas XI jurusan Teknik Gambar Bangunan mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung sebagai berikut:

1) Konsep dan Gaya Interior 2) Elemen Utama Interior 3) Dasar Perencanaan Interior

4) Konsep Ruang pada Interior dan Eksterior 5) Dekorasi dan Ornamen


(38)

Tujuan dari pembelajarannya yaitu:

1) Mengamati contoh gambar terkait konsep dan gaya interior, elemen utama interior, dasar perencanaan interior, konsep ruang pada interior dan eksterior, dekorasi dan ornamen, serta elemen pendukung interior;

2) Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang: konsep dan gaya interior, elemen utama interior, dasar perencanaan interior, konsep ruang pada interior dan eksterior, dekorasi dan ornamen, serta elemen pendukung interior;

3) Mengumpulkan informasi yang dipertanyakan dan menentukan sumber (melalui benda konkrit di lapangan, dokumen, buku, eksperimen) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan terkait konsep dan gaya interior, elemen utama interior, dasar perencanaan interior, konsep ruang pada interior dan eksterior, dekorasi dan ornamen, serta elemen pendukung interior;

4) Mengkategorikan informasi dan menentukan hubungannya, selanjutnya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait konsep dan gaya interior, elemen utama interior, dasar perencanaan interior, konsep ruang pada interior dan eksterior, dekorasi dan ornamen, serta elemen pendukung interior;

5) Menyampaikan hasil konseptualisasi tentang konsep dan gaya interior, elemen utama interior, dasar perencanaan interior, konsep ruang pada interior dan eksterior, dekorasi dan ornamen, serta elemen pendukung interior;dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.


(39)

2.4.3 Persyaratan Pembelajaran Kriteria Penilaian Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung

Persyaratan pembelajaran mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:

1) Kehadiransiswa di kelas (minimal 80% dari total pertemuan dan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar);

2) Menyelesaikan tugas terstruktur;

3) Melaksanakan kegiatan asistensi pada guru mata pelajaran dan mengumpulkan tugas tepat waktu;

4) Mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).

Adapun kriteria penilaian yang diberikan guru mata pelajaran kepada siswa, didasarkan pada aspek-aspek:

1) Aspek Kognitif, berdasarkan hasil belajar intelektual, mencakup ingatan atau pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian tentang mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung;

2) Aspek Afektif, berkenaan dengan sikap, mencakup penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian,pengkarakteristikan dan kedisiplinan siswa mengahadiri kelas mata pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung;

3) Aspek Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dan kemampuan bertindak, mencakup persepsi, kesiapan, responterbimbing, mekanisme, respon nyata kompleks, penyesuaian,dan penciptaan. Penilaian psikomotorik termasuk keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta hasil gambar tugas terstruktur.

Dari ketiga aspek penilaian tersebut pada penelitian ini penulis hanya menggunakan penilaian aspek psikomotorik, karena instrumen penelitian hanya berupa tes gambar. Peniliaian hasil belajar


(40)

psikomotorik yaiatu menurut Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.

2.5 Hipotesis Penelitian

1) Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara metode tutorial dengan metode sebelumnya melalui ceramah oleh guru secara satu arah.


(41)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimen dengan non-equivalent control group design. Menurut Sugiyono (2013) “Non-equivalent control group design hampir sama dengan pretest-post tes control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random”. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Random Tes awal

(pretest)

Perlakuan Tes Akhir

(posttest)

Kelas Eksperimen O1 X O2

Kelas Kontrol O3 - O4

Tabel 3.1. Skema Nonequivalent Control Group Design Sumber: Arikunto, 2013

Berdasarkan desain tersebut, penelitian quasi eksperimen ini melibatkan dua kelompok peserta didik, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberikan pre-test dan post test, tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan pengguanaan metode tutorial, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan penggunaan metode tutorial atau belajar hanya dengan menngunakan modul pembelajaran saja.

3.2Tempat Penelitian

Tempat yang dilakukan sebagai penelitian tentang “Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Garut” yaitu kelas XI TGB 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI TGB 2 sebagai kelas kontrol.


(42)

3.3Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

3.4Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa nilai pre-test, hasil pengamatan saat proses pembelajaran dan post test yang bersumber dari peserta didik kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Garut sebagau objek penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data yang diambil adalah peserta didik kelas XI TGB 1 dan XI TGB 2 SMK Negeri 2 Garut

3.5Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif, sehingga variabel yang muncul pada penelitian ini adalah variabel kuantitatif. Karena


(43)

penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka di dalamnya terdapat dua variabel yaitu:

1. Varibel eksperimen pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI TGB 1 yang diberikan pembelajaran dengan Metode Tutorial, hal ini berdasarkan hasil tes gambar, ternyata kelas yang tidak memenuhi standar nilai yaitu kelas XI TGB 1, maka kelas tersebut dijadikan kelas eksperimen;

2. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI TGB 2 yang tidak menggunakan Metode Tutorial, hal ini berdasarkan hasil tes gambar yang sebagian kecil memenuhi standar nilai, maka kelas tersebut dijadikan kelas kontrol.

3.6Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI TGB 1 sebanyak 18 peserta didik dan XI TGB 2 sebanyak 16 peserta didik. Jadi populasi dakam penelitian ini adalah 34 peserta didik.

Sampel yang diambil adalah peserta didik XI TGB 1 dan XI TGB 2 sebanyak 34 peserta didik maka sampel yang diambil adalah seluruh jumlah


(44)

populasi. Dalam hal ini peserta didik kelas XI TGB 1 menjadi kelas eksperimen sebanyak 18 peserta didik dan XI TGB 2 menjadi kelas kontrol sebanyak 16 peserta didik.

3.7Langkah Pembelajaran Tutorial

3.7.1 Format Pelaksanaan Pembelajaran Tutorial

FORMAT PELAKSANAAN TUTORIAL

Nama Tutor : Nury Tanzillah Tutorial ke : Satu dan dua

Mata Pelajaran : Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Semester : Dua

Kompetensi Umum : Siswa diharapkan dapat memahami konsep dan gaya desain interior Kompetensi Khusus : Siswa dapat:

1. Membuat konsep desain interior 2. Membuat gaya desain eksterior Pokok Bahasan

: Konsep dan gaya interior

Sub Pokok Bahasan

: 1. Konsep desain interior

2. Gayra desain interior

No Tahapan Rincian Kegiatan Media Waktu

Tutor Siswa

1. Persiapan Tutorial

1. Tutor mempersiapkan materi dari konsep dan

gaya desain interior

2. Tutor mempersiapkan gambar cara membuat

konsep interior

3. Tutor mempersiapkan gambar cara membuat

gaya desain interior

2. Kegiatan Pendahuluan

1. Membuka pertemuan

1. Siswa memberikan pertanyaan dan mengemukakan pendapat Sketsa Pensil (free hand) 10 menit 2. Menjelaskan

kompetensi yang akan dicapai pada tutorial pertama


(45)

3. Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat

3. Kegiatan Penyajian

1. Menunjuk salah satu siswa untuk

menjelaskan konsep desain yang akan dibuat

1. Menyajikan gambar sketsa tangan yang akan dibuat dan

memperhatikan konsep yang disajikan temannya Sketsa Pensil (free hand) 100 menit 2. Menjelaskan secara

umum konsep desain interior

2. Menjawab,

menanggapi pertanyaan 3. Meminta siswa duduk

di tempat masing-masing

3. Duduk berdasarkan tempat masing-masing 4. Membimbing siswa

berdiskusi tentang konsep desain interior

4. Berdiskusi, mencari sumber belajar

5. Memotivasi siswa untuk mencari sumber belajar menggambar, mengerjakan tugas gambar, dan mengenal cara belajar

menggambar

5. Mengerjakan tugas

6. Memicu dan

memelihara ketertiban siswa dengan konsisten dalam menggambar

6. Melatih berkomunikasi

7. Meminta masing-masing siswa untuk mempersentasikan hasil gambar konsep desain interior

7. Mempersentasikan hasil konsep desain

8. Menjawab pertanyaan dan memberikan respon positif pada hasil gambar siswa 8. Memberikan tanggapan, memberikan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan teman


(46)

9. Menguraikan langkah-langkah

membuat konsep desain interior dan

memberikan

kesempatan siswa untuk bertanya atau

mengemukakan

pendapat yang berkaitan dengan konsep desain interior

9. Siswa mengerjakan Tugas 1 secara individu

10. Memberikan Tugas 1

10. Mengumpulkan tugas 1

11. Mengumpulkan

Tugas 1

4. Kegiatan Penutup

1. Melibatkan siswa untuk mencatat bagaimana langkah-langkah membuat konsep desain interior pada tutorial pertama

1. Merangkum langkah-langkah tutorial pertama

15 menit 2. Menugaskan siswa

untuk menjawab secara lisan pada konsep desain interior


(47)

3.7.2 Tipe Tugas dan Evaluasi Tutorial

TIPE TUGAS DAN EVALUASI TUTORIAL

C1 C2 C3 C4 C5 C6

(Ingat) (Pemahaman) (Aplikasi) (Analisis) (Sintesis) (Evaluasi)

Menyebutkan Membedakan Menggunakan Membedakan Menghubung

kan Menafsirkan

Menunjukan Mengubah Menerapkan Menentukan Menghasikan Menilai

Mengenal Mempersiapkan Menghubungkan Mengklasifika

sikan

Mengkhusus

kan Menentukan

Mengingat Kembali

Mendemonstrasi

kan Menggeneralistikan

Mengkategori kan Mengemban gkan Membanding kan

Mengidentifikasi Memberi

Contoh Memilih Menganalisis

Menggabung

kan Membakukan

Mendefinisikan Memperkirakan Mengembangkan Membandingk

an

Mengorganis

asikan Memutuskan

Menentukan Mengorganisasikan Menyintesisi

kan

Mengidentifikas

ikan Memindahkan

Mengklasifik

asikan

Menyusun Menyimpulk

an

Mengklasifikasikan

Tabel 3.3. Tipe Tugas dan Evaluasi Tutorial

1) Pengetahuan (C1)

Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui, dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode. Aspek pengetahuan merupakan kemampuan berpikir yang mana mampu melihat dan menghapal apa yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar diharapkan peserta didik dapat menyerap sejumlah informasi tertentu dan keadaan tingkah laku yang diharapkan dalam mengingat informasi tertentu.


(48)

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari. Kemampuan memahami terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

a) Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya

b) Menginterpretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik.

c) Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dalam bahan yang dipelajari, pada aspek ini peserta didik dapat menguraikan pokok bahasan dan memiliki pemahanan tingkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengetahuan.

3) Penerapan (C3)

Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Aspek aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses belajar mengajar untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan ini dapat diukur kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

4) Analisis (C4)

Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan menjadi komponen-komponen atau unsur-unsur bagian, sehingga jelas eksplisit unsur-unsurnya, meliputi unsur-unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip yang terorganisir. Aspek analisis


(1)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman, G. 2008. Esensi Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Humaniora: Bandung

Ahmadi dan Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Pustaka Setia: Bandung

Andriyansah, Fatimah Fatia, Paryanta. 2014. Menjadi Tutor Terampil dan Profesional. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta

Antini, Dwi, Wardi. 2014. Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah Cetakan X. Penerbit DIVA Press: Jogjakarta Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Penerbit PT Rineka Cipta: Jakarta

Bastable, S.B. 2002. Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Penerbit EGC: Jakarta

Bergius. R. (1964). Belajar Mengajar. Penerbit Widya Utam: Jakarta

Depdiknas. 2004. Kumpulan Metode Pembelajaran/Pembandingan. Balai Pustaka: Jakarta

Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Ditjen PMPTK Depdiknas: Jakarta

Djamarah dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

Endang, Herawan, dan Nasihin. 2003. Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Tim Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI: Bandung

Herman, Yustiana. 2014. Penilaian Belajar Siswa di Sekolah. Penerbit PT Kanisius: Yogyakarta

Iskandar Sofyan. 2012. Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Penerbit LP3G: Banten

Ismiati Dwi. (2013). Skripsi Studi Kasus Mata Pelajaran Lay Out Dekorasi Interior dan Eksterior di Jurusan Teknik Gambar. Bangunan SMK N 1 Cilaku-Cianjur. Bandung: UPI


(2)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

82

Istiqomah. (2009). Skripsi Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Sistem Tutorial Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP N 28 Semarang. Semarang: IAIN Walisongo

Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Kedua, 1997. Penerbit Pustaka Sinar Harapan: Jakarta

Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Edisi Baru, 2002. Penerbit LPKN: Jakarta Killen, R. 1998. Effective Teaching Strategies, Lessons from Research and

Practice. Social Science Press: Australia

Koffa dan Kohler, Wolfgang. 1971. The Mentality Of Apes. Leveright: New

York. Tersedia:

http://www.amazon.com/The-Mentality-Apes-Wolfgang-Kohler/dp/0871401088. diakses tanggal 20 Mei 2015 pukul 19.56

Linda. (2011). Skripsi Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Konstruksi Bangunan SMK Negeri 5 Bandung. Bandung: UPI

Majid Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Penerbit Rosdakarya: Bandung Mangunwijaya, Y.B. 1988. Sastra dan Religiusitas. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta

Maryani. (2010). Skripsi Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas AK 1 SMK Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Surakarta: UNS

Moedjiono, Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud: Jakarta Nana Sudjana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Penerbit

PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Nasution, S. 2001. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta


(3)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

83

Ryan. 1980. Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor. [Online], Tersedia:https://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembang an-perangkat-penilaian-psikomotor/, diakses tanggal 9 Juli 2015 pukul 21.48

Sa’ud Syaefudin Udin dan Makmun Syamsudin Abi. 2005. Perencanaan Pendidikan. Penerbit Remaja Rosdakarya: Bandung

Rusyan, A. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif. Penerbit Bina Budaya: Jakarta

Sagala, S. 2005. Sepervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung

Semiawan, Ischak, dan Warji. 2003. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Penerbit Liberty: Yogyakarta

Setiawati. 2008. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Penerbit Trans Info Media: Jakarta

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

Sofan, Ahmad, dan Tatik. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter. Penerbit Prestasi Pustaka: Jakarta

Suciati dan Puspitasari, S. 2012. BMP Pengembangan Bahan Ajar. Universitas Terbuka: Jakarta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta: Bandung

Suhito. 1984. Ketuntasan Belajar Menurut Kurikulum. Penerbit Nusa Media: Bandung

Saputra, Suprian Atmaja. (2007). Statistika. Bandung: FPTK UPI.

Surachmad, Winarno. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Penerbit Tarsito: Bandung

Suryono, Edi. (2013). Skripsi Penggunaan Facebook Sebagai Media Tutorial Pembelajaran Kimia untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas X Yogyakarta. Yogyakarta: UIN


(4)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

Wicaksono, Agung. (2013). Skripsi Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1 Larangan Brebes

Widoyoko, S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta


(5)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (BAHAN AJAR)

A.1 Struktur Kurikulum Teknik Gambar Bangunan A.2 Silabus

A.3 RPP Kelas Kontrol A.4 RPP Kelas Eksperimen

LAMPIRAN B (INSTRUMEN PENELITIAN) B.1 Kisi-kisi Penilaian Instrumen

B.2 Instrumen Penelitian

B.3 Nilai Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013 dan 2013/2014 B.4 Daftar Hadir Siswa

B.5 Sampel Lembar Kerja Siswa

LAMPIRAN C (PENGUJIAN INSTRUMEN) C.1 Lembar Judgement Experts

LAMPIRAN D (ANALISIS DATA) D.1 Perolehan Nilai Pre-Test

D.2 Perolehan Nilai Post-Test D.3 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen D.4 Nilai N-Gain Kelas Kontrol

D.5 Perolehan Nilai Pre-Test Psikomotorik D.6 Perolehan Nilai Post-Test Psikomotorik D.7 Tabel Uji N-Gain

D.8 Tabel Uji Normalitas D.9 Tabel Uji Homogenitas


(6)

Nury Tanzillah, 2015

Penerapan Metode Tutorial pada Mata Pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Garut

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN E (TABEL PENGUJIAN) E.1 Tabel Distribusi Normal

E.2 Tabel Distribusi t-student E.3 Tabel Distribusi Chi-Kuadrat E.4 Tabel Distribusi F

LAMPIRAN F (SURAT)

F.1 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi F.2 Lembar Usulan Draft Skripsi (Seminar I) F.3 Berita Acara Ujian Sidang

F.4 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian F.5 Lembar Bimbingan


Dokumen yang terkait

PENERAPAN SIMULASI AUTOCAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN.

0 2 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 MEDAN.

0 4 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODESILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI PROGRAM KEAHLIAN GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 2 GARUT.

0 0 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA PELAJARAN MENGGAMBAR DENGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMKN 2 GARUT.

1 2 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMKN 1 CILAKU CIANJUR.

0 0 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG DI SMK NEGERI 2 SUKOHARJO MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GUIDED NOTE TAKING (GNT).

0 0 19

PERBANDINGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN KELAS XI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN (TGB) SMK NEGERI 2 SUKOHARJO.

0 0 18

GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

3 42 8

GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG Kelas XII

1 60 8

SILABUS GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

5 27 1