HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO.

(1)

i

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG KELAS IV SEKOLAH DASAR

NEGERI SE-KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Argi Sofyan NIM 12108244057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Terus termotivasi untuk mencapai hasil dan prestasi yang tinggi. (Argi Sofyan)


(6)

vi

PERSEMBAHAN Karya ini khusus kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Pargi dan Ibu Sutini. 2. Agama, nusa, dan bangsa.


(7)

vii

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG KELAS IV SEKOLAH DASAR

NEGERI SE-KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

Oleh Argi Sofyan NIM 12108244057

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang kelas IV Sekolah Dasar negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif expost facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 378 siswa dengan sampel berjumlah 195 siswa yang diambil secara acak dengan teknik propotional random sampling. Teknik pengumpulan data skala psikologi untuk mengumpulkan data motivasi berpretasi siswa dan tes untuk mengukur hasil belajar matematika bangun ruang. Instrumen penelitian ini diujicobakan kepada 69 siswa. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan teknik expert judgment, sedangkan untuk mencari daya beda menggunakan rumus korelasi product moment. Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Cronbach Alpha. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji linieritas dan normalitas. Analisis data menggunakan teknik analisis korelasi pearson product moment.

Hasil penelitian menunjukkan skor pencapaian motivasi berprestasi siswa berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 81,03% dan skor pencapaian hasil belajar matematika bangun ruang siswa sebesar 68,72% yang berada dalam kategori sedang, sehingga terlihat kedua variabel tersebut sama-sama berada di kategori sedang. Besar korelasi antara variabel motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang adalah 0,679 dan termasuk dalam kategori kuat, yang berarti bahwa motivasi berprertasi berhubungan dengan hasil belajar matematika sebesar 67,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo” dengan sebaik -baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh Sarjana Pendidikan.

Penyususnan skripsi ini dapat terselesaikan berkat do’a, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripi.

4. Bapak P. Sarjiman, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan uji coba instrumen penelitian dan izin penelitian.

6. Guru kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo yang telah membantu dan berpartisipasi dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

ix

8. Kedua orang tua, Bapak Pargi dan Ibu Sutini yang telah memberikan doa restu, perhatian, semangat, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga kelas G prodi PGSD UNY 2012 yang telah memberikan dorongan, semangat, serta pengalaman selama 4 tahun masa kuliah.

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT peneliti bertawakal dan memohon hidayah-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi.


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10

1. Hakikat Motivasi Berprestasi ... 10

a. Pengertian Motivasi ... 10

b. Fungsi Motivasi ... 11

c. Ciri-ciri Motivasi ... 14

d. Macam-macam Motivasi ... 15

e. Motivasi Berprestasi ... 18

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 20


(11)

xi

2. Hakikat Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 24

a. Pengertian Hasil Belajar ... 24

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 26

c. Fungsi Hasil Belajar ... 30

d. Pengertian Matematika ... 33

e. Bangun Ruang ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 44

C. Kerangka Berfikir ... 46

D. Hipotesis Penelitian ... 48

E. Definisi Operasional Variabel ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 50

B.Variabel Penelitian ... 50

C.Paradigma Penelitian ... 51

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 54

G.Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi ... 67

B.Deskripsi Data ... 67

1. Hasil Analisis Deskriptif... 69

a. Variabel Motivasi Berprestasi... 69

b. Variabel Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 73

C.Teknik Analisis Data ... 78

1. Uji Pra Syarat ... 78

a. Uji Normalitas ... 78

b. Uji Linieritas ... 79

2. Uji Hipotesis ... 81

D. Pembahasan ... 82


(12)

xii

BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN ... 86

B.SARAN ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai Hasil Evaluasi ... 5

Tabel 2. Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 56

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang .... 57

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Skala Motivasi Berprestasi ... 58

Tabel 6. Distribusi Butir Layak dan Gugur Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 60

Tabel 7. Distribusi Butir Layak dan Gugur Motivasi Berprestasi ... 62

Tabel 8. Hasil Hitung Reliabilitas Instrumen ... 63

Tabel 9. Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisie Korelasi... 63

Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif ... 69

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 71

Tabel 12. Klasifikasi Data Motivasi Berprestasi ... 71

Tabel 13. Persentase Setiap Indikator Motivasi Berprestasi ... 73

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 75

Tabel 15. Klasifikasi Data Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 76

Tabel 16. Persentase Setiap Indikator Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 77

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas... 79

Tabel 18. Hasil Uji Linieritas ... 79

Tabel 19. Hasil Uji Coba Hipotesis ... 81


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bangun Ruang Sederhana ... 38

Gambar 2. Bangun Ruang Kubus ... 39

Gambar 3. Bangun Ruang Balok ... 40

Gambar 4. Bangun Ruang Tabung, Kerucut, dan Bola ... 42

Gambar 5. Contoh Jaring-jaring Kubus ... 43

Gambar 6. Contoh Jaring-jaring Balok ... 44

Gambar 7. Bagan Kerangka Berpikir ... 48

Gambar 8. Paradigma Penelitian ... 51

Gambar 9. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 71

Gambar 10. Klasifikasi Data Motivasi Berprestasi ... 72

Gambar 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 75

Gambar 12. Klasifikasi Data Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 77


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Populasi, Sampel, dan Distribusi Responden (Siswa) Uji

Coba Instrumen ... 91

Lampiran 2. Instrumen Uji Coba ... 94

Lampiran 3. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 102

Lampiran 4. Hasil Uji Daya Beda dan Reliabilitas ... 109

Lampiran 5. Instrumen Penelitian ... 114

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ... 121

Lampiran 7. Hasil Analisis Deskriptif ... 138

Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ... 139

Lampiran 9. Hasil Uji Linieritas ... 140

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 141


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari seorang individu. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku, sebagaimana dijelaskan oleh Slameto (2013: 2), yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dirinya dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2013: 4) menambahkan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya adalah perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang mau belajar karena ia telah menetapkan suatu tujuan. Tujuan yang ditetapkan seseorang tentunya bersifat positif, yaitu agar memperoleh hasil yang memuaskan dari apa yang ia pelajari.

Pendapat lain disampaikan oleh Hamalik (dalam Ahmad Susanto, 2013: 3-4) yang menjelaskan bahwa, belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melaui pengalaman. Menurut pengertian in, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun dari mengalami suatu peristiwa atau kegiatan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mempelajari suatu hal atau materi pelajaran untuk siswa agar apa yang ia pelajari mendapatkan hasil yang bagus. Faktor tersebut dijelaskan oleh Noehi Nasution (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 177), di antaranya faktor dari


(17)

2

dalam yaitu faktor fisiologis yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan kondisi panca inderanya, serta psikologis yang berkaitan dengan minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Faktor yang berasal dari luar, seperti faktor lingkungan dan faktor instrumental berupa program, sarana dan prasarana, kurikulum, fasilitas dan guru. Faktor lingkungan dan faktor instrumental tersebut dapat ditemui di sekolah sebagai lingkungan yang tidak dapat dilepaskan dari seorang siswa.

Dari beberapa faktor di atas ada salah satu faktor yang menurut peneliti penting adalah motivasi berprestasi, karena motivasi mampu mempengaruhi tindakan atau aktivitas seseorang menjadi lebih terarah dan fokus menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seseorang yang telah termotivasi akan berusaha lebih dari biasanya untuk mencapai sesuatu tujuan. Seorang siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berpeluang besar untuk berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang baik, bukan hanya ditunjukkan ketika seorang siswa memenangkan lomba renang atau bulutangkis, namun dapat juga ditunjukkan dengan hasil ulangannya yang memperoleh nilai maksimal. Dengan memperoleh nilai yang maksimal berarti siswa tersebut telah memahami materi yang ia pelajari dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ketika siswa memperoleh hasil belajar matematika yang baik, maka ia dapat mengaplikasikannya dalam transaksi jual-beli yang membutuhkan ilmu berhitung.


(18)

3

Manfaat dari mempelajari matematika yang lain yang didapat selain dalam bidang jual beli dikemukakan oleh Cornelius (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 253), yang menyatakan bahwa perlunya seorang siswa belajar matematika antara lain: (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreaktivitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Cockroft (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) yang menyatakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa perlu mempelajari bidang studi matematika karena matematika mampu membantu mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Matematika mampu menjadi sarana memecahkan masalah dengan berfikir secara jelas dan logis. Selain itu, matematika dapat dimanfaatkan untuk menyajikan informasi serta menjadi sarana komunikasi yang jelas, kuat, dan singkat. Lebih lanjut lagi, matematika mampu mengembangkan kreaktivitas siswa dan kesadaran akan perkembangan budaya yang terjadi. Matematika juga diperlukan oleh semua bidang studi. Oleh karena itu, siswa harus menguasai matematika untuk


(19)

4

mempelajari bidang studi lainnya, karena bidang studi lain memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.

Hasil belajar dan motivasi berprestasi sebagaimana dipaparkan juga memiliki hubungan timbal balik. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan belajar lebih giat untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga tujuan yang ditetapkan tersebut dapat tercapai. Sebaliknya, siswa yang memiliki hasil belajar yang baik memiliki kecenderungan untuk mempertahankan hasil belajar atau prestasi yang ia miliki, sehingga prestasinya tidak tergantikan oleh siswa yang lain. Dengan kata lain, hasil belajar sendiri juga memberi pengaruh terhadap motivasi berprestasi. Sebagaimana disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamah dan Aswan Zain (2006: 156), bahwa salah satu fungsi hasil belajar adalah mendorong anak didik untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang tinggi. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang menjadi objek ujian nasional.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan hasil belajar matematika, namun belum diketahu seberapa besar hubungan tersebut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di salah satu sekolah dasar (SD) di Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo, terlihat hasil belajar matematika bangun ruang di setiap siswa berbeda. Pengamatan dilakukan di kelas empat ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung pada materi matematika konsep bangun ruang. Dalam menyampaikan materi ajar


(20)

5

tersebut, guru tidak menggunakan media yang menarik. Guru hanya menggunakan media berupa gambar bangun ruang yang sudah terdapat di buku cetak siswa. Rasa ingin tahu siswa juga cenderung kurang, terlihat ketika beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru tentang materi ajar maupun ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apakah ada materi yang belum jelas untuk dipahami. Siswa hanya terdiam dan acuh terhadap guru. Ketika guru memberikan latihan soal di papan tulis, hanya ada dua siswa yang bersedia mengerjakan. Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi yang diberikan oleh guru. Selama proses mengerjakan soal evaluasi, masih banyak siswa yang terlihat kebingungan, selain itu beberapa siswa bekerjasama ketika mengerjakan soal evaluasi meskipun guru sudah menegur siswa tersebut agar mengerjakannya sendiri. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa beberapa siswa kurang memiliki motivasi untuk memperoleh prestasi yang unggul dibanding teman yang lain. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan observasi nilai hasil evaluasi. Berikut data nilai evaluasi yang didapatkan oleh peneliti.

Tabel 1. Nilai Hasil Evaluasi No. Absen Nilai

1. 60

2. 60

3. 75

4. 80

5. 70

6. 65

7. 60

8. 55

9. 50

10. 85

11. 80

12. 65

13. 75

14. 70


(21)

6

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai antara satu siswa dengan siswa yang lain memiliki perbedaan, ada yang mendapatkan nilai yang tinggi ada pula yang mendapatkan nilai belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70, sehingga perlu dilakukan remidial. Selain itu, rata-rata nilai yang didapat siswa sebesar 67,33. Dengan kata lain, rata-rata nilai yang diperoleh siswa masih di bawah KKM yang sebesar 70.

Pengamatan dilanjutkan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada guru kelas empat tentang kondisi dari beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah KKM serta apa yang menyebabkannya. Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh guru, beberapa siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM karena: 1) siswa kurang menyukai mata pelajaran matematika, karena siswa tersebut memiliki nilai yang baik pada mata pelajaran olahraga, 2) orangtua siswa yang sibuk, sehingga dimungkinkan ia kurang mendapat perhatian dari orangtuanya, 3) siswa termasuk anak yang cenderung bandel dan kurang memiliki rasa hormat kepada orang yang lebih tua.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan hasil belajar matematika bangun ruang dengan motivasi berprestasi siswa. Peneliti menyusun skripsi dengan judul: “ hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.“


(22)

7

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian latar belakang masalah dapat diidentiikasikan permasalahannya sebagai berikut :

1. Guru kelas tidak menggunakan media yang menarik dalam proses belajar-mengajar.

2. Rasa ingin tahu terhadap mata pelajaran matematika siswa rendah. 3. Motivasi berprestasi siswa rendah.

4. Hasil belajar matematika bangun ruang siswa rendah (dibawah KKM). 5. Beberapa siswa memiliki perilaku bandel seperti kurang menghormati

orang yang lebih tua (guru kelasnya).

6. Orang tua siswa kurang memperhatikan anaknya.

7. Belum diketahui seberapa besar hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil matematika bangun ruang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti hanya akan membatasi masalah pada hubungan motivasi berprestasi siswa dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.


(23)

8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana skor pencapaian dari motivasii berprestasi dan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah motivasi berprestasi berhubungan positif dan signifikan terhadap hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yaitu:

1. Mengetahui besarnya skor pencapaian dari motivasii berprestasi dan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.


(24)

9

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai motivasi berprestasi siswa dan hasil belajar matematika bangun ruang. 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi guru kelas SD dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika bangun ruang.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru dan pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa untuk mengoptimalkan hasil belajar matematika bangun ruang.

c. Sebagai bahan referensi lebih lanjut mengenai motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika bangun ruang.


(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Motivasi Berprestasi a. Pengertian Motivasi

Setiap orang memiliki faktor pendorong dalam melakukan aktivitas, salah satunya yaitu motivasi. Motivasi dapat berupa keinginan maupun kemauan yang timbul untuk melakukan aktivitas dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga tindakan yang dilakukan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.

Motivasi berasal dari kata dasar motif. Menurut Sardiman AM (2006: 8), “kata motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan”, selanjutnya Umbu Tagela Ibi Lesbi dan Sumardjono Padmomartono (2014: 81) menjelaskan lagi apabila “semua proses yang bertujuan merealisasikan motif disebut motivasi”. Menurut Mc. Donald (Sardiman AM, 2006: 73), “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Makmun Khairani (2014: 91) menjelaskan bahwa, motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang


(26)

11

beperilaku baik motif primer yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas, dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti memperoleh pengetahuan atau ketrampilan tertentu. Selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2007: 3), bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai sebuah tujuan dalam belajar. Seseorang harus memiliki motivasi yang kuat, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal.

b. Fungsi Motivasi

Motivasi berperan penting dalam usaha pencapaian suatu tujuan pembelajaran. Adanya motivasi yang tinggi akan mampu memicu siswa memiliki daya penggerak yang timbul dari dalam dirinya untuk meningkatkan hasil belajar. Jadi, apabila siswa telah memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka siswa telah memiliki dorongan diri yang


(27)

12

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan harapan hasil yang diperoleh semaksimal mungkin.

Sardiman AM (2006: 85), menjelaskan bahwa motivasi dapat mendorong mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan/pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagi penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Pendapat lain disampaikan oleh Purwanto (dalam Hamzah B. Uno, 2007: 64), bahwa fungsi motivasi bagi manusia yaitu:

1) Sebagai motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan,

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita,

3) Mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan, dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus ditempuh, 4) Menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan

mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampaikan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

Pendapat lain juga disampaikan oleh RBS. Fudyartanto (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 321-322), bahwa fungsi-fungsi motivasi sebagai berikut:


(28)

13

1) Motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu. Tingkah laku individu dikatakan bermotif jika bergerak menuju ke arah tertentu. Dengan demikian, suatu motif dipastikan memiliki tujuan tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan dalam bertindak.

2) Motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu yang bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih yang telah diniatkan oleh individu tersebut. Dengan kata lain, adanya motif menghindari individu menjadi buyar dan tanpa arah dalam bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah diniatkan sebelumnya.

3) Motif memberi energi dan menahan tingkah laku individu. Motif diketahui sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dapat memicu dan mendorong suatu perbuatan atau tindakan. Apabila motivasi tersebut bersifat positif, maka perbuatan atau tindakan yang timbul akan bersifat positif pula. Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai penentu arah perbuatan. Perbuatan atau tindakan yang dilakukan harus mengarah ke tujuan yang telah ditetapkan agar tujuan itu dapat tercapai dengan maksimal. Motivasi juga berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan. Penyeleksian perbuatan mampu


(29)

14

menghindarkan perbuatan-perbuatan yang mampu menghambat dalam mencapai tujuan, dalam hal ini yaitu hasil belajar yang baik.

c. Ciri-ciri Motivasi

Motivasi dalam diri seseorang dapat membentuk dirinya menjadi individu yang giat dan ulet dalam melakukan berbagai aktivitas, terutama yang mengarah pada pencapaian tujuannya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dapat dilihat dari tingkah lakunya, yang selalu rajin dan bekerja keras untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Apabila seseorang telah memiliki beberapa ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam hidupnya.

Menurut Sardiman AM (2006: 83), motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunana agama, politik, ekonomi, keadilan, dan sebagainya)

4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang ulang begitu saja, sehingga kurang kreaktif) 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu)

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal


(30)

15

Pendapat lain mengenai ciri-ciri motivasi juga disampaikan oleh Hamzah B. Uno (2007: 23), yang meliputi:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya penghargaan dalam belajar,

5) Adanya kegiatan menarik dalam kegiatan belajar, serta 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi tersebut, berarti individu tersebut telah memiliki motivasi yang cukup baik. Ciri-ciri motivasi tersebut harus dimiliki oleh setiap siswa terutama dalam kegiatan belajarnya. Kegiatan belajarnya akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila siswa berkeinginan dan tekun dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan, serta ulet dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri. Selain itu, siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, jika ia sudah yakin dengan apa yang ia yakini. Siswa harus memiliki tujuan yang dijadikan sebagai arah pencapaian hasil di masa akan datang, sehingga ia menganggap belajar merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri yang pada akhirnya siswa akan mendapat apresiasi yaitu memperoleh hasil belajar yang maksmial.

d. Macam-macam Motivasi

Setiap siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Motivasi yang dimiliki oleh siswa bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri siswa. Kedua motivasi tersebut harus seimbang


(31)

16

dan saling mendukung, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh siswa dalam hal ini yaitu hasil belajar, dapat tercapai secara maksimal.

Menurut Winkel (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 152), dilihat dari sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu:

1)Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapat pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau berupa cita-cita.

2)Motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.

Pendapat lain disampaikan oleh S.S Chauhan (Purwa Atmaja Prawira, 2014: 323), bahwa motif yang mendasari motivasi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Motif fisiologis, yaitu motif yang sangat penting dalam kelangsungan hidup individu, seperti motif-motif makan dan minum, seks, metabolisme, dan emosi.

2) Motif sosial, yaitu motif-motif yang dipelajari dalam lingkungan sosial yang dipengaruhi oleh warisan kultural dan pandangan hidup bangsanya, seperti motif belajar.


(32)

17

3) Motif personal, yaitu motif yang berkaitan dengan proses sosialisasi manusia, seperti motif-motif yang berhubungan dengan interest, sikap, nilai, tujuan, dan konsep diri.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Mc. Donald (dalam Sardiman AM, 2006: 86-91), yang menyatakan bahwa macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain:

1) Motivasi dapat dilihat dari dasar pembetukannya.

Motivasi pada dasarnya terbentuk dari motif-motif yang berasal dari motif bawaan maupun motif yang dipelajari. Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir dan ada tanpa perlu dipelajari, misalnya dorongan untuk makan maupun minum (bersifat biologis). Motif yang dipelajari yaitu motif yang timbul karena dipelajari terlebih dahulu , biasanya motif ini disyaratkan secara sosial, contohnya dorongan untuk belajar cabang ilmu tertentu, dorongan untuk hidup bermasyarakat, dan lain-lain.

2) Motivasi jasmaniah dan rohani

Motivasi yang termasuk motivasi jasmani misalnya refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan.

3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohseseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

b) Motivasi ekstrinsik ialah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar, sebagai contoh seseorang itu belajar karena besok pagi ada ujian agar mendapat nilai baik.

Pendapat lain mengenai macam-macam motivasi juga disampaikan oleh Davis dan Newstrom (dalam Nyanyu Khodijah, 2014: 152), bahwa motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku terbagi atas empat pola, yaitu:


(33)

18

1) Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju, dan berkembang,

2) Motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif,

3) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi, dan

4) Motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam motivasi baik yang berasal dari dalam maupun luar individu sangat penting bagi diri siswa dan harus selalu dikembangkan dan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Siswa juga harus mempertahankan dan meningkatkan motivasi yang telah dimiliki mulai dari tahap rajin belajar sampai pada kegiatan belajar bermakna, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. e. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan belajar. Motivasi berprestasi juga dapat dikatakan sebagai cara untuk meningkatkan prestasi yang selalu dilatarbelakangi oleh keinginan kuat individu untuk mencapai suatu tingkat keberhasilan di atas rata-rata atau ambisi kuat individu untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil yang pernah diperoleh. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi merupakan kecenderungan positif


(34)

19

dari dalam diri individu yang pada dasarnya merupakan reaksi individu terhadap adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Konsep motivasi berprestasi pertama kali dipopulerkan oleh Mc. Celleand (dalam Martini Jamaris, 2013: 175), yang menyatakan bahwa terdapat tiga jenis motivasi, yaitu motivasi berprestasi (achievement

motivation/ n-ach), motivasi terhadap kekuasaan (authority/ power

motivation/ n-pow), dan motivasi afiliasi (affilation motivation/ n-affil). Sementara itu, Djaali (2014: 103), menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).

Pendapat lain juga disampaikan oleh Hechausen (dalam Djaali, 2014: 103), bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan demi meraih hasil belajar setinggi mungkin. Jadi, motivasi berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang


(35)

20

dikerjakan seseorang. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, ia akan terdorong untuk belajar dengan giat agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut harus dapat dipahami dan diperhatikan dengan baik oleh siswa, agar dapat tercipta suatu pengaruh yang positif, serta menjadi pendorong bagi siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini yaitu hasil belajar yang optimal.

Menurut Howe (dalam Djaali, 2014: 104), motivasi berprestasi dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:

1) Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya.

2) An ego-enhancing one adalah keinginan siswa untuk

meningkatkan status harga dirinya, misalnya dengan berprestasi dalam segala bidang.

3) Komponen afiliasi adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain.

Pendapat lain disampaikan oleh Slameto (2013: 26), bahwa motivasi keberhasilan (achievement motivation) juga dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:

1) Dorongan kognitif.

Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan masalah.


(36)

21

Proses interaksi antara tugas atau masalah dapat menimbulkan dorongan kognitif.

2) Harga diri.

Komponen harga diri juga termasuk dalam motif kebrhasilan, seperti siswa tertentu yang mau belajar dengan tekun dan mau mengerjakan tugas-tugas dengan tujuan bukan untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri. 3) Kebutuhan berafiliasi.

Kebutuhan berafiliasi juga berhubungan dengan harga diri. Siswa yang giat belajar demi menguasai suatu bahan pelajaran memiliki tujuan untuk memperoleh pembenaran (approval) atau penerimaan dari teman, orang lain atau guru teman yang dapat memberikan status kepadanya. Dengan pembenaran atau penerimaan itu, maka siswa akan merasa senang dan akan terus mengerjakan tugas dan belajar dengan baik.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seorang siswa telah memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi maka ia akan mampu mencapai tujuan dalam belajar lebih optimal. Siswa harus memiliki dorongan kognitif. Siswa yang memiliki dorongan kognitif akan memiliki keinginan untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil sebaik-baiknya. Siswa juga harus memiliki harga diri. Harga diri


(37)

22

dalam hal ini yaitu siswa tekun belajar, melaksanakan tugas-tugas untuk memperoleh status dan harga diri. Selain itu, seorang siswa harus mempunyai kebutuhan berafiliasi, yaitu siswa belajar dengan giat untuk memperoleh penerimaan dari teman-temannya.

g. Indikator Motivasi Berprestasi

Sesorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari berbagai indikator. Indikator-indikator tersebut mampu membantu siswa untuk mengetahui tinggi atau rendahnya motivasi yang dimiliki. Selain itu, dapat pula dijadikan menjadi suatu pedoman bagi siswa untuk mencapai tujuan dari belajar, yaitu hasil belajar dengan maksimal.

Hamzah B. Uno (2007: 30), menyatakan bahwa karakteristik atau indikator individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah:

1) Berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan secepat-cepatnya, tanpa menunda pekerjaan tersebut.

2) Berani mengambil resiko untuk penyelesaian tugasnya.

3) Apabila terpaksa menunda pekerjaanya, ia akan segera menyelesaikan tugas tersebut dengan usaha yang sama dari sebelumnya.

4) Lebih suka memilih rekan kerja dengan kemampuan yang tinggi. Pendapat lain disampaikan oleh Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali, 2014: 109), yang mengemukakan bahwa individu


(38)

23

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik atau indikator sebagai berikut:

1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.

2) Memiliki tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.

3) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

4) Senang bekerja dan bersaing untuk mengungguli orang lain. 5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa

depan yang lebih baik.

6) Tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila halhal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai beberapa indikator, yaitu:

1) Menyukai dan menyelesaikan tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi secara tuntas (kesimpulan dari pendapat Hamzah B. Uno point 1 dan 3 dan pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 1),

2) Memiliki tujuan yang realistis dan menyukai tantangan (dari pendapat Hamzah B. Uno poin 2 dan pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 2 dan 5),

3) Bersedia menerima perubahan dan umpan balik (dari pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 3)

4) Senang bekerja mandiri, (dari pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 1)


(39)

24

5) Senang bersaing untuk mengungguli orang lain (dari pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 4 dan Hamzah B. Uno poin 4 ), dan

6) Memiliki dorongan untuk berprestasi (dari pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 6)

2. Hakikat Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang a. Pengertian Hasil Belajar

Pemahaman seorang siswa terhadap materi pembelajaran dapat dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat selama kegiatan pembelajaran berlansung maupun ketika evaluasi pembelajaran diberikan.

H.C Witherington (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 225) menjelaskan bahwa belajar memiliki berbagai definisi sebagai berikut: 1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang dapat

terjadi dalam hal kecakapan, suatu sikap, atau suatu pengertian, dan seterusnya.

2) Belajar adalah penguasaan pola-pola baru yang bersandar kepada beberapa prinsip atau pola total yang dikuasai dengan mengadakan integrasi yang memadai terhadap susunan-susunan dasar dari suatu pengalaman.

3) Belajar adalah penguasaan kecakapan (mengandung unsur praktik), sikap (hal-hal yang berhubungan dengan cara-car berfikir dan merasakan terhadap masalah-masalah yang mengandung nilai), dan


(40)

25

pengertian (hal-hal yang mempunyai kaitan dengan pengalaman-pengalaman rasional atau menurut akal sehat).

Pendapat lain disampaikan oleh Eviline Siregar dan Hartini Nara (2011: 3) bahwa belajar merupakan sebuah proses kompleks pada semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai serta sikap (afektif). Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan atau dipertimbangkan, selain itu belajar juga merupakan suatu penguasaan kebiasaaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (L.D Crow dan A. Row; dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 227).

Sedangkan hasil sendiri dapat diartikan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2010: 44). Jadi, hasil belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 37).

Sependapat dengan Mulyono Abdurrahman, Purwanto (2010: 45) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Pendapat lain juga disampaikan oleh Nawawi (dalam Ahmad Susanto (2013: 5) yang menjelaskan bahwa, hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa


(41)

26

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang diperoleh hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu dan dinyatakan ke dalam skor.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan tersebut dapat terlihat dari adanya perubahan pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Dengan kata lain, hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah keterampilan baru maupun sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahan dan penguasaaan nilai-nilai. Siswa dapat dikatakan memperoleh hasil belajar apabila ia telah mendapatkan pengetahuan baru, ketrampilan yang belum dikuasai, dan sikap baru dari hasil pembelajaran. Dengan kata lain, siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran berarti telah memperoleh hasil belajar.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimiliki oleh siswa yang satu dengan siswa yang lain tentu berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut harus diketahui dan dimengerti oleh siswa sehingga mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Djaali (2014: 101) menyampaikan bahwa hasil dalam proses belajar sangat ditentukan oleh kemampuan belajar peserta didik yang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:


(42)

27 1) Motivasi

Motivasi yang berpengaruh terhadap hasil belajar ialah motivasi berprestasi. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung intensitasnya. Jadi, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mampu mendapatkan hasil belajar yang optimal.

2) Sikap

Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.

3) Minat

Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan pada suatu aktivitas tanpa adanya perintah maupun paksaan. Selain itu, minat mampu menumbuhkan suatu usaha yang lebih untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan berusaha lebih ulet dan giat dalam memperoleh tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah hasil belajar yang optimal. 4) Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa dalam kegiatan belajar karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Siswa yang sudah menjadikan kegiatan belajar sebagai kebiasaan


(43)

28

akan merasa senang ketika ia belajar dan cenderung akan selalu mengulanginya sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin maksimal.

5) Konsep diri

Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan. Siswa yang menguasai konsep diri mampu berkompetisi dan berusaha untuk menunjukkan hasil belajar yang semaksimal mungkin.

Pendapat lain disampaikan oleh Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 140-141) yang menyampaikan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (terdapat dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berada di luar diri siswa). Faktor internal dapat digolongkan menjadi: yang meliputi:yaitu: 1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi: (a) faktor intelektual, terdiri atas faktor potensi (intelegensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi), (b) faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.


(44)

29

3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.

Sedangkan faktor eksternal dapat digolongkan menjadi: 1) Faktor sosial, yang terdiri dari:

a) Faktor lingkungan keluarga. b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat. d) Faktor kelompok.

2) Faktor budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagianya

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan

Lebuh lanjut lagi, Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 141) menyampaikan bahwa,

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang memengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi, dan kecemasan.

Pendapat lain juga disampaikan oleh John M. Keller (Mulyono Abdurrahman: 38) yang menyampaikan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu masukan pribadi dan masukan dari lingkungan. Masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu:

1) Motivasi atau nilai-nilai

2) Harapan untuk berhasil (expectancy) 3) Intelegensi dan penguasaan awal


(45)

30

4) Evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi.

Sedangkan masukan dari lingkungan terdiri dari tiga macam, yaitu:

1) Rancangan dan pengelolaan motivasional 2) Rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar 3) Rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan.

Bersadarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor-faktor yang tergolong di dalam faktor internal yaitu: motivasi berprestasi, sikap, minat, intelegensi, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu: faktor lingkungansosial, keluarga, sekolah, masyarakat, budaya, dan spiritual. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung sehingga mampu mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Siswa yang telah memiliki faktor-faktor tersebut lebih mudah dalam mencapai tujuan dari pembelajaran, yaitu hasil belajar yang maksimal.

c. Fungsi Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamah dan Aswan Zain (2006: 156), pemberian hasil kerja kepada anak didik dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Mengetahui kesalahan kerja anak didik kemudian dilakukan perbaikan dengan bantuan atau bimbingan dari guru sehingga dapat diperbaiki di masa depan.


(46)

31

2) Mendorong anak didik untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang tinggi

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar dapat berfungsi sebagai:

1) Menjadi tolak ukur pencapaian kegiatan belajar siswa

2) Menjadi penentu tindak lanjut dari guru (apakah memberikan remidial atau pengayakan)

3) Menjadi motivasi siswa untuk berprestasi tinggi

Menurut Aunurrahman (2010: 211-214), untuk mengukur keberhasilan belajar perlu dilaksanakan evaluasi yang memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:

1) Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan.

Evaluasi mampu menjadi sumber informasi yang tepat untuk menyimpulkan sejauh mana hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Evaluasi juga harus dapat menjawab apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2) Mengetahui apakah suatu mata pelajaran dapat dilanjutkan dengan bahan baru atau harus mengulanginya

Apabila anak-anak secara keseluruhan atau sebagian besar mampu mencapai hasil belajar yang cukup baik melalui evaluasi yang dilakukan, maka berarti pelajaran dapat dilanjutkan pada materi atau bahan pelajaran yang baru dan apabila belum mampu mencapai hasil


(47)

32

belajar yang cukup baik akan dilakukan pengulangan sebagian atau bahkan keseluruhan materi yang telah diajarkan.

3) Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seseorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tnggi atau harus mengulang di kelas semula.

Dasar untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan atau mengulang kelas adalah terpenuhi tidaknya standar yang ditentukan sebagai prasyarat kenaikan kelas siswa. Apabila hasil evaluasi memberikan petunjuk bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sudah mencapai standar yang ditentukan, maka anak tersebut dapat naik ke kelas berikutnya dan sebaliknya.

4) Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum

Kapasitas kemampuan siswa yang berbeda dapat dinilai dengan guru melakukan pendekatan-pendekatan individual dan mengamati perilaku belajar. Bilamana di dalam evaluasi diketahui bahwa hasil belajar yang dicapai oleh anak tidak sesuai dengan kapasitas kemampuannya, maka guru perlu menemukan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Sebagai tolak ukur pencapaian proses dalam belajar sesuai atau tidak dengan tujuan yang ditetapkan.


(48)

33

2) Sebagai penentu materi ajar yang ingin diajarkan selanjutnya. 3) Sebagai penentu dalam kenaikan kelas siswa.

4) Sarana mendeteksi penghambat siswa dalam belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) sebagai tolak ukur pencapaian siswa dalam proses belajar, (2) menjadi penentu tindak lanjut dari proses belajar-mengajar, seperti pemberian remidial, pengayakan, kenaikan kelas, dan sebagainya, (3) alat untuk mengetahui penghambat siswa dalam belajar, dan (4) memotivasi siswa untuk berprestasi tinggi. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi akan lebih termotivasi dalam belajar, sehingga ia dapat terdorong untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai.

d. Pengertian Matematika

Sebagian besar orang menganggap matematika adalah bidang studi yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga diperlukan untuk mempelajari berbagai bidang studi lainnya.

Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman 2003: 252) , menyampaikan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan kekurangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lebih lanjut lagi, Leaner (Mulyono


(49)

34

Abdurrahman 2003: 252) mengemukakan bahwa, matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Pendapat lain disampaikan oleh Beth dan Piaget (J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014:28) yang mengatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik.

Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan seseorang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Menurut Kurikulum Depdiknas 2004 (dalam Ahmad Susanto, 2013: 184) standar kompetensi matematika di sekolah dasar mencakup beberapa hal, yaitu: (1) pemahaman konsep matematika, (2) komunikasi matematis, (3) koneksi matematis, (4) penalaran dan pemecahan masalah, dan (5) sikap serta minat yang positif terhadap matematika. Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan adalah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Seorang siswa harus menguasai kompetensi-kompetensi tersebut untuk memperoleh hasil belajar matematika yang maksimal. Lebih lanjut lagi, menurut


(50)

35

Depdiknas (dalam Ahmad Susanto, 2013: 189) kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi: 1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

2) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat. 3) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan

penaksiran pengukuran.

4) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.

5) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Standar kompetensi di atas dijadikan tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar. Menurut Ahmad Susanto (2013: 184), secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang didasari dari Depdiknas sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 253), pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) mencakup tiga cabang, yaitu:

1) Aritmetika, merupakan cabang matematika yang berhubungan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan


(51)

36

perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dengan kata lain, aritmetika merupakan pengetahuan tentang bilangan.

2) Aljabar, yaitu penggunaan abjad dalam aritmetika yang berfungsi sebagai lambang bilangan yang diketahui maupun belum diketahui dan menggunakan lambang-lambang lain seperti titik-titik, misalnya 3+... = 5, lebih besar (>), lebih kecil (<), dan sebagainya.

3) Geometri, merupakan cabang matematika yang berhubungan dengan titik dan garis. Titik merupakan pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa matematika ialah bidang studi yang menggunakan bahasa simbol sebagai bahasa universal yang sudah terorganisir untuk membantu dalam mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan memudahkan dalam berfikir. Kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang meliputi aritmetika, aljabar, dan geometri, bertujuan untuk mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas, yaitu (1) melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume; (2) menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat; (3) menggunakan pengukuran yang terdiri dari: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan


(52)

37

penaksiran pengukuran; (4) menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan; dan (5) memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika. Seorang siswa yang mampu menguasai kompetensi atau kemampuan dasar tersebut akan memiliki hasil belajar matematika yang tinggi.

e. Bangun Ruang

Sri Subarinah (2006: 136), menjelaskan bahwa bangun ruang merupakan bangun geometri dimensi tiga dengan batas-batas berbentuk bidang dan atau bidang lengkung. Lebih lanjut lagi, Tim Penyusun (2006: 88) yang menyampaikan bahwa bangun ruang disebut juga bangun-bangun tiga dimensi, karena bangun ruang memiliki 3 ukuran/ dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi.

Sri Subarinah (2006: 136),menambahkan lagi bahawa macam-macam bangun ruang yang dipelajari siswa sekolah dasar adalah kubus, balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola. Fokus pembelajaran bangun ruang sekolah dasar adalah pengenalan bangun ruang dan menghitung isi bangun ruang.

Berdasarkan kompetensi dasar Sekolah Dasar (SD) kelas IV, yang dipelajari siswa SD kelas IV semester II meliputi:

1) Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, dan


(53)

38

Menurut Tim Matematika (2007: 92-8), bangun ruang sederhana yang dipelajari kelas IV semester II adalah kubus, balok, tabung, kerucut, dan bola.

Gambar 1. Bangun Ruang Sederhana 1) Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana

Sifat-sifat bangun ruang yang dipelajari antara lain sisi, rusuk, dan titik sudut. Yang dimaksud dengan tiga sifat bangun ruang tersebut yaitu:

a) Sisi merupakan bidang atau daerah bidang. b) Rusuk merupakan pertemuan dua titik sudut

c) Titik sudut merupakan pertemuan dua rusuk atau lebih.

Menurut Osman T (2007: 200), sisi, rusuk, dan titik sudut dapat diartikan sebagai berikut:

a) Sisi adalah bidang yang membentuk suatu bidang.

b) Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan antara dua sisi. c) Titik sudut adalah titik yang merupakan pertemuan dua rusuk atau

lebih.

Bangun ruang sederhana mempunyai sifat-sifat yang berkaitan dengan sisi, rusuk, dan titik sudut, yaitu sebagai berikut:


(54)

39

Adapun sifat-sifat kubus dapat diketahui dengan memperhatikan gambar berikut:

Gambar 2. Bangun Ruang Kubus

Dari gambar 2, sifat-sifat bangun ruang kubus yang meliputi sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH sebagai beikut:

(1) Sisi-sisi pada kubus ABCD EFGH adalah : - Sisi ABCD - Sisi EFGH

- Sisi ABFE - Sisi DCGH - Sisi ADHE - Sisi BCGF

Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama. (2) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah

- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE - Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF - Rusuk HG - Rusuk EH - Rusuk CG - Rusuk DC - Rusuk AD - Rusuk DH

Jadi, ada 12 rusuk pada bangunruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.

(3) Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: - Titik sudut A - Titik sudut E - Titik sudut B - Titik sudut F - Titik sudut C - Titik sudut G


(55)

40

- Titik sudut D - Titik sudut H

Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.

Dilihat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bangun ruang kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 6 buah persegi yang ukurannya sama.

b) Balok

Adapun sifat-sifat balok dapat diketahui dengan memperhatikan gambar berikut:

Gambar 3. Bangun Ruang Balok

Dari gambar 3, sifat-sifat bangun ruang balok yang meliputi sisi, rusuk, dan titik sudut pada balok ABCD.EFGH sebagai beikut: (1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:

- Sisi ABCD - Sisi EFGH - Sisi ABFE - Sisi DCGH - Sisi ADHE - Sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.

Sisi ABCD = Sisi EFGH Sisi BCFG = Sisi ADHE Sisi ABFE = Sisi DCHG

(2) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah

- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE

- Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF


(56)

41

- Rusuk DC - Rusuk AD - Rusuk DH

Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang balok. Rusuk AB = Rusuk EF = Rusuk HG = Rusuk AE Rusuk BC = Rusuk FG = Rusuk EH = Rusuk AD Rusuk AE = Rusuk BF = Rusuk CG = Rusuk DH

(3) Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: - Titik sudut A - Titik sudut E - Titik sudut B - Titik sudut F - Titik sudut C - Titik sudut G - Titik sudut D - Titik sudut H

Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang balok.

Dilihat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bangun ruang balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 3 pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama. c) Tabung, Kerucut, dan Bola

Tabung, kerucut dan bola sangat berbeda dengan kubus maupun balok. Dalam ketiga bangun ruang ini terdapat sisi yang melengkung. Bangun ruang kubus dan balok disebut bangun ruang sisi tegak. Bangun ruang tabung, kerucut, dan bola disebut bangun ruang sisi lengkung. Adapun sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut, dan bola dapat diketahui dengan memperhatikan gambar berikut:


(57)

42

Gambar 4. Bangun Ruang Tabung, Kerucut, dan Bola Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut.

Bangun ruang kerucut mempunyai 2 buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik puncak.

Yang terakhir, bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.

Berdasarkan uraian tentang bangun ruang di atas, maka dapat disimpulkan tentang sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana Bangun

Ruang

Banyaknya Sisi

Banyaknya Rusuk

Banyaknya Titik Sudut

Balok 6 12 8

Kubus 6 12 8

Tabung 3 2 -

Kerucut 2 1 Sebuah titik puncak


(58)

43 2) Jaring-jaring Kubus dan Balok

Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok.

a) Jaring-jaring Kubus

Contoh dari jaring-jaring kubus dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 5. Contoh Jaring-jaring Kubus

b) Jaring-jaring Balok

Contoh dari jaring-jaring balok dapat dilihat dari gambar berikut:


(59)

44

Gambar 6. Contoh Jaring-jaring Balok B.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berkaitan dengan motivasi berprestasi berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Swanida Mannnik Ajik pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi SMK N 1 Batang Tahun Pelajaran 2012/ 2013”. Populasi dalam penelitian tersebut adalah siswa kelas X Akuntansi SMK N 1 Batang yang berjumlah 66 siswa. Variabel dalam penelitian tersebut terdiri dari motivasi berprestasi sebagai variabel bebas dan prestasi belajar akuntansi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi


(60)

45

terdapat adanya pengaruh positif motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi SMK N 1 Batang sebesar 8%.

Penelitian yang relevan berkaitan dengan hubungan motivasi dengan hasil belajar matematika berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Chaerani pada tahun 2011 yang berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Global Islamic School Jakarta”. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil sampel sebanyak 40% dari seluruh siswa kelas IX. Instrumen penelitianyang diberikan berupa tes sebanyak 22 soal dengan tipe pilihan ganda dan angket motivasi berprestasi sebanyak 20 butir pertanyaan. Uji prasyarat analisis menggunakan uji linieritas yang menghasilkan Fhit (1,63) < Ftab (2,19),

yang berarti model regresi yang dipakai linier. Untuk menguji hipotesis penelitian dengan menghitung koefisien kolerasi antara X dan Y dengan menggunakan rumus ‘’person product moment”. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai rxy= 0,899 kemudian dibandingkan dengan rtabel atau

0,899 > 0,320, maka Ht diterima, sehingga terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa.

Penelitian yang relevan lainnya mengenai hubungan motivasi dengan hasil belajar matematika dilakukan oleh Nisfah M. Saleh pada tahun 2015 dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Siswa degan Hasil Belajar Matematika (Studi Penelitian di Kelas IX SMP Negeri 7 Telaga Biru)”. Populasi dalam penelitian tersebut adalah siswa kelas IX SMP Negeri 7 Telaga


(61)

46

Biru sebanyak 60 orang yang tersebar pada 3 kelas, yang juga merupakan sampel dalam penelitian tersebut dimana pengambilan instrumen digunakan pada penelitian ini terdiri dari angket untuk motivasi berprestasi dan tes untuk variabel hasil belajar matematika, yang telah dilakukan uji validasi dan reliabilitas melalui uji statistik. Pengujian hipotesis dalam penelitin tersebut menggunakan analisis regresi korelasi sederhana. Analisis ini digunakan untuk menyelidiki hubungan motivasi berprestasi (X) dengan hasil belajar matematika (Y). Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika yang ditunjukkan oleh nilai (rxy) sebesar 0,52, sedangkan pengaruh yang cukup

berarti antara motivasi berprestasi denga hasil belajar matematikayang ditunjukkan oleh koefisien determinasi (rxy)2 sebesar 0,27. Hal ini berarti ada

sebesar 27% kontribusi tingkat motivasi berprestasi (X) terhadap hasil belajar matematika (Y) melalui persamaan regresi Ŷ= + � = 0,812 + 0,72�.

C.Kerangka Berfikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari, karena matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, sebagai sarana komunikasi, membantu dalam menyajikan data dengan berbagai cara, dan meningkatkan cara berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, seperti dalam materi bangun ruang, serta memberikan kepuasaan dalam memecahkan suatu masalah. Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan seseorang mempelajari suatu hal termasuk matematika materi bangun ruang. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi berprestasi. Motivasi


(62)

47

berprestasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam hasil belajar siswa. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi berprestasi memicu seseorang berusaha lebih giat dan ulet dalam mencapai tujuannya. Seorang siswa akan mau untuk mempelajari suatu materi apabila dari dalam dirinya sudah terbangun motivasi, motivasi tersebut berupa motivasi untuk memiliki prestasi yang lebih dari siswa yang lain. Motivasi inilah yang akan mendorong siswa untuk belajar lebih keras sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik, termasuk dalam materi bangun ruang dalam matemetika.

Motivasi berprestasi memiliki hubungan timbal balik dengan hasil belajar. Motivasi berprestasi akan semakin terbangun ketika seorang siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Sebagian besar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak ingin jika temannya merebut prestasi yang telah diperolehnya, siswa tersebut cenderung ingin mempertahankan prestasinya. Oleh sebab itu, hasil belajar juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi siswa.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajar matematika bangun ruang siswa. Selain itu, hasil belajar matematika bangun ruang yang tinggi juga mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Oleh karena itu diduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang.


(63)

48

Kerangka pikir di atas dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini

Gambar 7. Bagan Kerangka Berfikir D.Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:96), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Menurut Sugiyono (2013:103), hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari permasalahan di atas , maka hipotesis asosiatifnya yaitu: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Lendah Tahun Ajaran 2015/2016

E.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian ini adalah: 1. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan demi meraih hasil belajar setinggi mungkin sehingga motivasi berprestasi bukan sekedar


(64)

49

dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.

2. Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang

Hasil belajar merupakan perolehan dari proses penguasaan pengetahuan maupun keterampilan mengenai bangun yang memiliki tiga dimensi, baik yang berupa pengetahuan dan sikap yang baru maupun memperkuat pengetahuan dan keterampilan yang sudah dikuasai sebelumnya.


(65)

50

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian pada penilitan ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 14), metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertetu, teknik pengambilan sambel pada umunya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis dan bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk hipotesis yang telah ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2007: 6), metode penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian survey, expost facto dan eksperimen. Metode dalam penelitian ini yaitu expost facto karena dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan khusus atau manipulasi terhadap variabel atau subjek yang diteliti dan dalam pelaksanaannya tidak memerlukan kegiatan belajar-mengajar serta eksperimen.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV sekolah dasar negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo?

B. Variabel Penelitian

Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2013: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari


(66)

51

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat satu macam variabel, yaitu variabel bebas. Variabel Bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/ terikat Sugiyono (2013: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika bangun ruang

C.Paradigma Penelitian

Setelah diketahui apa saja variabel yang digunakan dalam suatu penelitian, maka peneliti dapat menentukan pola hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti tersebut. Pola hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti disebut paradigma penelitian. Hal tersebut sesuai pendapat Sugiyono (2013: 66) yang menyatakan bahwa paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

Dalam penelitian ini, bentuk paradigma atau model penelitian yang digunakan seperti pada gambar 8.

Gambar 8. Paradigma Penelitian Keterangan:

X = Motivasi berprestasi

Y = Hasil belajar matematika bangun ruang H = Hipotesis yang Diajukan


(67)

52

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini akan dimulai pada bulan Mei 2016. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh sekolah dasar negeri se-Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo.

E.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV sekolah dasar negeri se-kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 378 siswa yang tersebar di 20 sekolah sekolah dasar negeri. Berikut ini disajikan daftar nama sekolah dan jumlah siswa yang dijadikan populasi (di lampiran).

2. Sampel

Menurut Riduwan (2003:10), sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan mewakilinya. Dalam hal ini sampel harus representatif, agar tidak salah dalam melakukan penarikan kesimpulan.


(68)

53

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbangan (proportional sampling).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:139) Teknik pengambilan sampel dengan sampel proporsi atau sampel imbangan dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengembalian subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing wilayah atau strata.

Dalam penelitian ini sampelnya adalah siswa kelas IV SD se-Kecamtan Lendah yang diperoleh dari populasi sebanyak 378. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan sifat populasi. Peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui jumlah sampel yang digunakan, yaitu:

Keterangan:

n = sampel

N = populasi

e = eror sampling

Berikut ini penghitungan sampel menurut rumus Slovin Diketahui :

N = 378

e = 5% sehingga


(69)

54

n = 194,3444 dibulatkan menjadi 195

Dari perhitungan di atas didapatkan sampel minimal sejumlah 195 sehingga peneliti menggunakan sampel sebanyak 195 siswa. Berikut ini penyebaran sampel untuk masing-masing sekolah dasar di kecamatan Lendah (di lampiran).

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 148), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian sebagai alat untuk mengambil data, seharusnya memberikan informasi yang sebenarnya sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi dan tes. Skala psikologi tersebut meliputi skala motivasi berprestasi, sedangkan instrumen tes digunakan untuk tes hasil belajar matematika bangun ruang siswa. Penggunaan instrumen ini bertujuan untuk mengungkap hubungan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika bangun ruang siswa. Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut.


(70)

55 1. Perencanaan dan Penulisan Butir Soal

Sebelum menuliskan butir soal, terlebih dahulu peneliti perlu merancang tujuan, indikator, dan kisi-kisi soal dari masing-masing variabel yang akan diteliti.

a. Skala motivasi berprestasi 1) Tujuan

Skala ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan data tentang motivasi berprestasi yang didapat siswa IV SD.

2) Indikator

Indikator motivasi berprestasi dalam penelitian ini antara lain: a) Menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi. b) Memiliki tujuan yang realistis dan menantang

c) Bersedia menerima perubahan dan umpan balik d) Senang bekerja mandiri

e) Senang bersaing untuk mengungguli orang lain f) Dorongan untuk berprestasi

3) Kisi-Kisi

Berdasarkan indikator di atas, dapat ditetapkan kisi-kisi butir skala sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)