Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

(1)

2.1. Personal hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti kebersihan perseorangan. Menurut Perry dan Potter (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri yang kurang adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Berbagai penyakit infeksi dan menular pada manusia disebabkan oleh tingkat kebersihan diri yang kurang.

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila yang bersangkutan dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, dan telinga serta kebersihan genitalia (Badri, 2008). 2.1.1 Macam-macam Personal hygiene

Macam-macam personal hygiene yang dibahas dalam penelitian ini adalah kebersihan kulit, rambut dan kulit kepala, kuku dan tangan, kaki, serta genitalia. a. Kebersihan kulit

Kulit sebagai lapisan terluar yang membungkus tubuh harus diperhatikan kebersihannya. Selain berpengaruh kepada penampilan seseorang, kebersihan kulit juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang. Berbagai penyakit kulit sering


(2)

Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian dan handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih. Menurut Webhealthcentre (2006) dalam Frenki (2011), aktivitas mandi yang dapat mencegah individu dari penyakit kulit adalah:

1. Mandi satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang

mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut.

3. Gunakan sabun yang lembut. Sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari.

4. Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.

b. Kebersihan rambut dan kulit kepala

Kasus gangguan kesehatan rambut sangat sering ditemukan, misalnya ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya seseorang yang berketombe sering menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut menjadi tidak higienis. Upaya menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala diantaranya adalah keramas dengan memakai sampo minimal 2 kali dalam seminggu, menjaga kelembaban rambut, dan menghindari pinjam-meminjam sisir (Badri, 2008).

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku


(3)

buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor. Mencuci tangan dengan memakai sabun lebih efektif untuk menghilangkan kotoran yang menempel di tangan.

Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar baik untuk mencegah penyakit seperti Schistomiasis. Mencuci kaki perlu dilakukan setelah pulang dari bepergian dan sebelum tidur, agar kamar tetap bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain itu, kuku pada jari-jari tangan dan kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran tidak tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012).

d. Kebersihan genitalia

Pengetahuan yang kurang mengenai kebersihan genitalia menjadi penyebab terjadinya infeksi pada alat reproduksi dan daerah di sekitarnya. Daerah genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Diantara cara untuk menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya adalah dengan (Frenki, 2011):

1. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Pada cara cebok yang salah, perempuan lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapat masuk ke dalam genitalia.

2. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana dalam. Hal ini dikarenakan pada kulit kelamin yang lembab dan basah, keasaman akan meningkat dan memudahkan pertumbuhan jamur.


(4)

2.1.2 Faktor–Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene

Menurut Perry dan Potter (2005), sikap seseorang dalam melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Citra tubuh (Body image)

Gambaran seseorang terhadap bagaimana berpenampilan semestinya sangat berpengaruh pada kesadaran untuk menjaga kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial.

Interaksi sosial seseorang selama hidupnya dapat meningkatkan personal hygiene. Selama masa kanak-kanak, anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua seperti menggosok gigi sebelum tidur. Hal ini akan menjadi kebiasaan yang berlanjut hingga dewasa.

c. Status sosio-ekonomi

Perbedaan status sosial dan tingkat kemapanan ekonomi akan menjadikan tingkat personal hygiene setiap orang berbeda. Pada individu dengan ekonomi yang mampu akan ada kesadaran untuk mandi minimal dua kali sehari karena fasilitas air bersih yang tersedia dalam jumlah yang cukup.

d. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai personal hygiene berpengaruh terhadap kesadaran seseorang untuk menjaga kebersihan diri. Seseorang yang tahu mekanisme penularan penyakit panu pada kulit tentu tidak akan memakai baju yang sama selama berhari-hari tanpa dicuci.


(5)

e. Budaya

Aturan adat isitiadat dapat mempengaruhi seseorang untuk tidak menjaga kebersihan diri selama beberapa waktu tertentu. Di daerah-daerah di Indonesia masih banyak larangan mencuci rambut (bersampo) dan memotong kuku pada wanita selama haid.

f. Kebiasaan individu

Banyak orang yang tidak menjaga kebersihan diri dikarenakan tidak biasa melakukannya. Bagi seseorang yang belum membiasakan menggosok gigi sebelum tidur maka dia akan jarang atau bahkan tidak melakukannya.

g. kondisi fisik/psikis

Ketika mengalami sakit biasanya individu susah menjaga personal hygiene, seperti kesulitan mandi, dan membersihkan rumah. Hal tersebut juga bisa terjadi kepada seseorang dengan gangguan psikis seperti stress.

2.2 Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar yang membungkus tubuh manusia. Kulit terletak di bagian luar tubuh, dengan luas kurang lebih 1,5 m2 dan beratnya sekitar 15% berat badan. Kulit manusia mempunyai fungsi penting untuk melindungi organ dalam dari berbagai pengaruh luar, baik terhadap faktor fisika, kimiawi, maupun infeksi. Kulit menjadi sawar terhadap dehidrasi atau cairan dari luar, mengatur suhu tubuh melalui keringat dan efek vasolidator/ vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Adanya ion hidrogen di lapisan permukaan kulit menjadi pelindung terhadap infeksi (Andrianto & Tie, 1989).


(6)

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Rangkuti, 2012).

2.2.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan struktur fibrosa elastik yang rumit, dan berhubungan langsung dengan organ dalam melalui jaringan ikat di dermis yang kaya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serat (Andrianto & Tie, 1989). Rata-rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Paling tebal adalah 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis.

Kulit dibagi menjadi epidermis, dermis atau korium, dan subkutis atau hipodermis. Lapisan kulit mulai dari yang terluar adalah sebagai berikut (Andrianto & Tie, 1989):

a. Epidermis

Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng. Lapisan epidermis dibagi menjadi (dalam urutan dari permukaan ke dalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

b. Dermis

Dermis (korium, derma atau kutis vera) merupakan lapisan fibrosa padat dan elastis di bawah epidermis. Dalam jaringan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, struktur kelenjar, folikel rambut, otot, jaringan lemak dan saraf bersama organ


(7)

c. Subkutis

Jaringan subkutis (hipoderma) terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung liposit dan sel ini menyimpan lemak.

d. Alat tambahan kulit

Alat tambahan kulit(‘appendages’) mencakup kelenjar keringat dan sebasea, alat ujung saraf, kuku, rambut, otot serta pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

2.2.2 Fungsi Kulit

Brown & Burns (2005) merincikan fungsi-fungsi kulit pada manusia sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial

Stratum korneum dengan sel-selnya yang saling tumpang tindih dan lemak interselulernya menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh. Tanpa stratum korneum maka air yang hilang keluar akan meningkat 10 kali lipat atau lebih.

2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme

Stratum korneum merupakan sawar (rintangan) yang sangat efektif terhadap penetrasi dari luar. Keutuhan struktur stratum korneum juga melindungi terhadap invasi mikroorganisme.

3. Fungsi-fungsi imunologis

Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan berperan penting bagi pertahanan tubuh. Keratinosit mempersiapkan antigen eksternal untuk


(8)

4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi ultra violet

Fungsi melanin sebagai pelindung untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat ultra violet.

5. Mengatur suhu tubuh

Kulit merupakan bagian penting dari sistem pengaturan suhu tubuh. Respon kulit terhadap keadaan dingin adalah dengan vasokonstriksi dan banyak mengurangi aliran darah, sehingga akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh.

6. Sintesis Vitamin D

Vitamin D (Kolekalsiferol) dibentuk kulit melalui aktivitas sinar UV pada dehidrokolesterol.

7. Resptor Sensoris

Kulit banyak mengandung resptor sensoris untuk merasakan panas, dingin, nyeri, rabaan, tekanan, dan rasa gatal.

2.2.3 Penyakit Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

Penyakit kulit yang berbeda bisa menampilkan tanda dan gejala yang sama, namun penyakit yang sama juga bisa menampilkan tanda dan gejala yang berbeda. Bentuk lesi bisa menentukan jenis obat yang diberikan, selain itu gejala subjektif


(9)

juga harus diperhatikan. Gejala Subjektif kulit bisa terdiri dari rasa gatal, baal, seperti terbakar, parestesi, seperti ditusuk-tusuk dan sebagainya.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).

2.2.4 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain:

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain. c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,


(10)

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan

produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.

2.2.5 Jenis-Jenis Gangguan Kulit

Andrianto & Tie (1989) menyatakan jenis-jenis gangguan kesehatan kulit yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:

a. Infeksi Bakteri pada Kulit

Beberapa penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri adalah Pidermi, Ulkus tropikum, Tuberkulosis kutis, Lepra, dan Frambusia tropika. Pidermi dengan jenis Furunkel (bisul) sangat sering terjadi di semua usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Furunkel adalah suatu infeksi folikel rambut dan sekelilingnya oleh S. aureus atau S. pyogenes. Furunkel memiliki nyeri tekan dan dapat pecah spontan, mengeluarkan jaringan nekrosisnya lalu furunkel sembuh sendiri. Bakteri dapat masuk ke lapisan kulit melalui iritasi, tekanan, garukan, dan pencukuran bulu ketiak.


(11)

b. Infeksi Virus pada Kulit

Beberapa gangguan kulit yang disebabkan oleh virus adalah Variola, Herpes simpleks, Varisela, dan Herpes zoster. Biasanya infeksi virus pada kulit tidak disebabkan oleh kebersihan diri yang kurang.

c. Infeksi Jamur

Penyakit kulit karena infeksi jamur banyak terjadi di Indonesia, terutama dengan udara yang lembab dan panas (daerah tropis), hygiene yang kurang baik, lingkungan yang padat, dan sosio-ekonomi yang rendah. Dermatomikosis dibagi atas mikosis profunda bila menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit sistemik, mikosis superfisialis yang terbatas pada kulit dan membrane mukosa, serta mikosis intermediate bila mempunyai kedua sifat tersebut.

Mikosis superfisialis merupakan jenis paling lazim terjadi diantaranya adalah Dermatifitosis. Dermatofitosis memiliki nama lain Tinea atau ‘ringworm’ atau kurap. Berdasarkan tempat munculnya, tinea kapitis bila timbul di kepala, tinea korporis bila timbul di badan, tinea manus pada tangan, tinea kruris pada lipat paha, tinea pedis pada kaki, tinea unguium pada kuku, dan tinea barbae pada jengggot. Penularan terjadi jika terdapat kontak dengan kulit penderita.


(12)

Mikosis superfisialis lainnya adalah Tinea versikolor. Nama lain dari penyakit kulit ini adalah Pitiriasis versikolor, karena ditemukan skuama halus dan warnanya bermacam-macam mulai dari putih kelabu, kekuningan, kehitaman, dan sebagainya. Penyakit ini lebih dikenal dengan nama panu.

Panu disebabkan oleh Malassezia furfur atau Microsporum furfur. Warna panu bermcam-macam tergantung warna kulit. Keluhan biasanya berupa gatal ringan. Panu terutama timbul pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya, lebih sering pada golongan sosioekonomi rendah.

Gambar 3. Panu (Tinea versikolor) d. Penyakit Parasit

Penyakit kulit karena parasit diantaranya adalah Skabies, Pedikulosis (Ftiriasis), Insect bites.

1. Skabies

Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var homonis. Skabies didapat di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir scabies adalah manusia; penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang atau lewat peralatan seperti pakaian. Hal ini dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya.


(13)

2. Pedikulosis

Pedikulosis disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis (tuma kepala), P. humanus var corporis (tuma badan), dan P. phthirus pubis (tuma kemaluan)yang melekat pada kulit dan menghisap darah. Serta melalui gigitan bisa menularkan demam balik-balik.

3. Insect bites

Beberapa serangga menimbulkan gangguan pada kulit ketika menggigit manusia, misalnya Paederus fuscipes. Serangga ini adalah kumbang yang lebih dikenal dengan nama Tomcat.

Gambar 2.4 Penyakit kulit karena gigitan Tomcat

2.3 Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban, pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).

2.3.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan sumber daya yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci. Air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air yang memiliki


(14)

kuantitas dan kualitas yang layak untuk digunakan. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari:

1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi seperti air sungai dan air danau. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya. 2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi: air tanah dangkal yaitu terjadi

akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Air tanah biasa didapat masyarakat dengan membuat sumur.

3. Air angkasa atau air hujan, kualitasnya dapat menurun jika terdapat zat pencemar di udara.

Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kesehatan diri, dapat menimbulkan penyakit kulit dan mata (Abram, 1970). Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah Trachoma, dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan jamur dan bakteri.

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000):

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari pendrita atau karier misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya


(15)

3. Water Washed disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah penyakit kulit

penyakit infeksi aluran pencernaan seperti diare.

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.

Air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Syarat –syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Syarat fisik: tidak berbau , tidak berasa

b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l

c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002). Air sumur dan sumber air perpipaan merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat di Indonesia.


(16)

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Ditjen P2M & PL, 1998). Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan CO2. Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyakit yang multikompleks. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, Schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007). Untuk mencegah penularan penyakit dari tinja manusia maka pembuangan kotoran harus di tempat yang semestinya, yakni jamban. Jamban yang sehat adalah memenuhi persyaratan antara lain:

1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan lain sebagainya.

2. Memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan lain sebagainya. 3. Sedapat mungkin ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu pandangan,

tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.


(17)

Tipe-tipe jamban menurut Notoatmodjo (2007) antara lain:

1. Jamban cemplung (Pit Latrine) adalah jamban cemplung sering dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Jamban cemplung tanpa rumah jamban dan tanpa tutup akan memudahkan serangga untuk masuk dan menyebarkan bau busuk. 2. Jamban empang (Fishpond Latrine) dibangun di atas empang ikan. Jamban

ini mempunyai fungsi, yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).

3. Septi tank adalah cara yang paling memenuhi persyaratan dan dianjurkan. Septi tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Proses tinja di dalam tangki terbagi dua, yakni proses kimiawi dan biologis.

2.3.3 Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

1. Karakteristik air limbah

Karakteristik air menentukan bentuk pengolahan yang perlu dilakukan sehingga penting untuk diketahui. Secara garis besar karakteristik air limbah


(18)

a. Karakteristik fisik

Air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram seperti laturan sabun, sedikit berbau. Selain itu mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

b. Karakteristik kimiawi

Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni:

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine, dan asam amino.

b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun, dan karbohidrat, termasuk selulosa.

c. Karakteristik biologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun tidak berperan dalam proses pengolahannya.

Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, tifus abdominalis, disentri basiler.


(19)

c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya.

f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.

2. Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana a. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, baru dibuang ke badan-badan air.

b. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)

Air limbah dialirkan ke kolam, dan melalui pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.

c. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.

2.3.4 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah segala yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai


(20)

a. adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya sampah dibagi menjadi: a. Sampah ano-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. Sampah dapat mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) juga dapat menarik seranggga sebagai agen penyebaran dan penularan penyakit. Sampah harus dikelola sedemikian rupa untuk menghindari dampak buruk di atas. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah dikumpulkan di suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA) sampah.

Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutan sampah diaerah perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, dan dibantu oleh partisipasi masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya didaur ulang menjadi pupuk.


(21)

a. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, permukaan halus pada bagian dalam.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak mengotori tangan.

c. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.

d. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat kegiatan.

e. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.

Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan serangga, terhindar dari gangguan biantang.

b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.

c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.

Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh kendaraan dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengangkutan sampah antara lain adalah sebagai berikut:

a. Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.


(22)

c. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui. d. Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah di Indonesia sudah beragam. Diantaranya adalah sebagai berikut (Damanhuri & Padmi, 2008):

Jenis Peralatan

Konstruksi/ bahan

Kelebihan Kelemahan Catatan

Truk biasa terbuka -Bak konstruksi kayu -Bak konstruksi plat besi -harga relatif murah -perawatan relatif lebih mudah -kurang sehat -memerlukan waktu pengoperasian lebih lama -estetika kurang -banyak dipakai di Indonesia -diperlukan tenaga lebih banyak Dump Truck/ Tupper Truck

-Bak plat baja -Dump truck dengan peninggian bak pengangkutnya -tidak diperlukan banyak tenaga saat pembongkaran. -pengoperasian lebih efisien dan efektif -perawatan lebih sulit -kurang sehat -kurang estetis -relatif lebih mudah berkarat -sulit untuk pemuatan -perlu modifikasi bak Arm Roll Truck -Truk untuk mengangkut/ membawa kontainer-kontainer hidrolis

-praktis dan cepat dalam

pengoperasian -tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak

-lebih bersih dan sehat -estetika baik -penempatan lebih fleksibel -hidrolis sering rusak -harga relatif mahal -biaya perawatan lebih mahal -diperlukan lokasi (areal) untuk penempatan dan pengangkutan -cocok pada lokasi dengan produksi sampah yang relatif banyak Compactor Truck -truk dilengkapi dengan alat pemadat sampah -volume sampah yang terangkut lebih banyak -lebih bersih dan higienis -estetika baik -praktis dalam pengoperasian -tidak diperlukan banyak tenaga kerja -harga relatif mahal -biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal -waktu pengumpulan lama bila untuk sistem door to

door

-cocok untuk pengumpulan dan angkutan secara komunal


(23)

membawa kontainer secara hidrolis pengoperasian -tidak diperlukan banyak tenaga kerja -penempatan lebih fleksibel -diperlukan lokasi (areal) untuk penempatan dan pengangkatan produksi sampah yang relatif banyak -pernah digunakan di Makasar Truck with Crane -truk dilengkapi dengan alat pengangkat sampah -tidak memerlukan banyak tenaga untuk menaikkan sampah ke truk -cocok untuk mengangkut sampah yang besar (bulky waste) -hidrolis sering rusak -sulit digunakan di daerah yang jalannya sempit dan tidak teratur

-telah digunakan di DKI Jakarta

Mobil Penyapu Jalan (Street Sweeper) -truk dilengkapi dengan alat penghisap sampah -pengoperasian lebih cepat -sesuai untuk jalan-jalan protokol yang memerlukan pekerjaan cepat -estetis dan higienis -tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak -harga lebih mahal -perawatan ebih mahal -belum memungkinkan untuk kondisi jalan di Indonesia umumnya

-baik untuk jalan-jalan protokol: yang tidak rata, tidak berbatu, dan dengan batas jalan yang baik

Kontainer untuk pengangkutan sampah ada yang terpisah dari truk sehingga dapat dinaikturunkan dari truk dalam proses pengangkutan sampah. Selain itu ada truk yang dapat terbuka dengan pengungkit di bagian belakangnya sehingga tidak memerlukan pekerja khusus untuk mengeluarkan sampah dari truk.


(24)

Gambar 6. Jenis Truk Pengangkut Multi-loader, Arm-roll dan Roll-on b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah pada adalah sebagai berikut:

1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk tanaman dapat dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat diambil oleh para pemulung, sehingga permasalahan sampah berkurang.

2.4 Perilaku Kesehatan


(25)

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Slamet (2002), Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini mencakup hal-hal berikut:

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

Perilaku kesehatan memiliki tiga domain, yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan memiliki 6 tingkatan:


(26)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket atau menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.


(27)

2.4.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila dirinya ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek. Pendapat tersebut dalam bentuk setuju, kurang setuju, dan tidak setuju atas pernyataan yang disediakan.

2.4.3 Tindakan

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan:


(28)

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.5 Komponen Fisik Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh, maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002). Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara lain:

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan:


(29)

1. Bahan bangunan

a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai ubin dan semen adalah baik.

b. Dinding yang paling baik adalah tembok, akan tetapi tidak cocok apabila ventilasi rumah tidak cukup.

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin,

panas dan hujan, debu, asap dan lain-lain. 2. Ventilasi

Ventilasi mempunyai mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. 3. Pencahayaan


(30)

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Sumber cahaya untuk perumahan antara lain:

a. Cahaya alamiah yaitu matahari, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2untuk setiap orang di dalam keluarga (Slamet, 2002).

2.6 Asrama Mahasiswa

Berdasarkan Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama, asrama adalah rumah susun sederhana sewa


(31)

(rusunawa) yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri. Ketentuan dalam pembangunan rusunawa untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. luas unit sekurang-kurangnya 21m2

b. kamar mandi komunal berada di luar unit hunian

c. jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan sebanyak-banyaknya berjumlah 5 lantai

d. lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/ atau komersial e. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk satu blok (mono block) atau dua

blok (twin block)

Menurut PP No. 4 tahun 1998 tentang rumah susun, sebuah rumah susun harus memenuhi syarat antara lain, secara teknis semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang berlaku. Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap gempa, hujan, angin, dan banjir. Kelengkapan rumah susun antara lain:

a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan.


(32)

b. Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta

pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan. c. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas, dan pemasangan.

d. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan.

e. Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan.

f. Tempat jemuran


(33)

2.7 Kerangka Konsep

Personal Hygiene:

- Kebersihan kulit - Kebersihan kuku,

tangan, dan kaki - Kebersihan rambut

dan kulit kepala - Kebersihan genitalia

Sanitasi Dasar

Asrama:

-Penyediaan air bersih -Jamban

-Pengelolaan air limbah -Pembuangan sampah

Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri USU Perilaku:

-Pengetahuan -Sikap

-Tindakan

Komponen Fisik Asrama:

- Langit-langit - Dinding - Lantai

- Jendela Kamar - Ventilasi - Pencahayaan


(1)

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.5 Komponen Fisik Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh, maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002). Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara lain:

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan:


(2)

1. Bahan bangunan

a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai ubin dan semen adalah baik.

b. Dinding yang paling baik adalah tembok, akan tetapi tidak cocok apabila ventilasi rumah tidak cukup.

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin,

panas dan hujan, debu, asap dan lain-lain. 2. Ventilasi

Ventilasi mempunyai mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. 3. Pencahayaan


(3)

merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Sumber cahaya untuk perumahan antara lain:

a. Cahaya alamiah yaitu matahari, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah.

b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (over crowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2untuk setiap orang di dalam keluarga (Slamet, 2002).

2.6 Asrama Mahasiswa

Berdasarkan Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama, asrama adalah rumah susun sederhana sewa


(4)

(rusunawa) yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri. Ketentuan dalam pembangunan rusunawa untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. luas unit sekurang-kurangnya 21m2

b. kamar mandi komunal berada di luar unit hunian

c. jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan sebanyak-banyaknya berjumlah 5 lantai

d. lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/ atau komersial e. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk satu blok (mono block) atau dua

blok (twin block)

Menurut PP No. 4 tahun 1998 tentang rumah susun, sebuah rumah susun harus memenuhi syarat antara lain, secara teknis semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang berlaku. Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap gempa, hujan, angin, dan banjir. Kelengkapan rumah susun antara lain:

a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan.


(5)

b. Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta

pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan. c. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas, dan pemasangan.

d. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan.

e. Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan.

f. Tempat jemuran


(6)

2.7 Kerangka Konsep

Personal Hygiene: - Kebersihan kulit - Kebersihan kuku,

tangan, dan kaki - Kebersihan rambut

dan kulit kepala - Kebersihan genitalia Sanitasi Dasar Asrama:

-Penyediaan air bersih -Jamban

-Pengelolaan air limbah -Pembuangan sampah

Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama Putri USU Perilaku:

-Pengetahuan -Sikap

-Tindakan

Komponen Fisik Asrama:

- Langit-langit - Dinding - Lantai

- Jendela Kamar - Ventilasi - Pencahayaan


Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

4 81 106

Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan.

6 63 130

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

11 78 148

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 1 14

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 0 2

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 0 5

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 2 3

Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar, serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU Tahun 2014

0 0 29

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 2 13

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017

0 0 2