GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP TINDAKAN TENT

Laporan Hasil Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TENTANG 3M (MENGUBUR BARANG BEKAS, MENUTUP DAN MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR) PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN TAHUN 2009

Oleh : MEUTIA WARDHANIE GANIE 060100381 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tentang 3M (Menutup, Mengubur, Menguras Tempat Penampungan Air) Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009

Nama : MEUTIA WARDHANIE GANIE Nim : 060100381

Pembimbing

Penguji

( dr. Liberty Sirait, Sp.B ) ( dr. Alfred C.Satyo,MSc,MHPE Sp.F (K) )

Penguji

( Prof. dr. A.Afif Siregar,Sp. A(K), Sp.JP (K)

Medan, 2 Desember 2009 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH) Nip : 195402201980111001

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN TENTANG 3M (MENGUBUR BARANG BEKAS, MENUTUP, DAN MENGURAS TEMPAT PENAMPUNGAN AIR) PADA KELUARGA DI KELURAHAN PADANG BULAN TAHUN 2009

Latar Belakang, Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD. Fokus penelitian ini adalah manusia yakni usaha Pencegahan penyakit DBD yang dilakukan keluarga dengan melakukan 3M (Mengubur,Menguras, dan Menutup tempat penampungan air). Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang 3M pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan tahun 2009.

Metode, Penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan besar sampel sebanyak 99 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Quota sampling. Subjek penelitian adalah kepala keluarga dan pasangannya sebagai wakilnya. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 6 item pertanyaan pengetahuan, 5 item pertanyaan sikap, dan 5 item pertanyaan tindakan.

Hasil, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan respoden adalah sedang (54,5%), sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik (36.4%), dan tingkat pengetahuan kurang hanya sebagian kecil saja yaitu (9.1%). Untuk penilaian sikap sebagian besar respoden bersikap Baik (56.6%) terhadap pelaksanaan 3M, Sikap dalam kategori sedang (43.4%), dan sikap yang termasuk dalam kategori kurang tidak ditemukan pada responden. Terhadap pertanyaan tindakan sebagian besar tindakan tentang pelaksanaan 3M respoden termasuk sedang (75.8%), tindakan baik (18.2%), dan tingkat pengetahuan kurang hanya sebagian kecil saja yaitu (6.1%) .

Kesimpulan, Tingkat pengetahuan keluarga di Kelurahan Padang Bulan mayoritas termasuk dalam kategori Sedang dan sikap responden termasuk dalam kategori Baik dan untuk tindakan responden terhadap pelaksanaan 3M mayoritas termasuk kategori Sedang.

Kata Kunci : 3M, Pencegahan DBD, Pengetahuan 3M, Demam Berdarah Dengue

ABSTRACT

DESCRIPTIONS OF KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE REGARDING BY USING 3M METHOD (MENGUBUR BARANG BEKAS, MENGURAS DAN MENUTUP TEMPAT PENAMPUNGAN AIR) AMONG FAMILY AT KELURAHAN PADANG BULAN

YEAR 2009

Background, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is one of the most serious infectious diseases across the world. For a decade the prevalence or the incidence rate (IR) of DHF was increased insidiously. It is approximately 50 million people has been infected by DHF each year and 2.5 Billion people live in endemic areas. The main objective of this study is the prevention of DHF by using 3M method (Mengubur Barang Bekas, Menguras, dan Menutup tempat penampungan air ). One of the factors to prevent DHF is acknowledgment, attitude and actions from families. This study has been conducted at Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru and to find the actions of 3M on families at Kelurahan Padang Bulan year 2009.

Method, This study is a descriptive study with total sample of 99 respondents. Quota sampling was chosen on this study. The subjects of this study are head of families and their spouses as their representatives. The instrument for this study is questionnaire that consisted of 6 items of questions that are focus on acknowledgment, 5 items for attitude and 5 items for actions.

Result, This study showed most of the respondents’ acknowledgment is medium (54.5%), good (36.4%), low (9.1%). Most of the respondents’ attitude is good (56.6%) to 3M method, medium (43.4%) and no low percentage has been found. Most of the respondents’ action is medium (75.8%), good (18.2%) and low (6.1%).

Conclusion, The level of acknowledgment of the families at Kelurahan Padang Bulan is majority in medium category, level of attitude is good and majority the level of actions towards 3M is medium.

Keywords: 3M, Preventions of DHF, DHF, Knowledge about 3M

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis memilih judul : “Gambaran Pengetahuan, Sikap, Tindakan tentang 3M ( Mengubur barang bekas, Menutup, dan Menguras tempat penampungan air ) pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009”.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Liberty Sp.B, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam proses membimbing serta memberi arahan dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak dr .Alfred C.Satyo, Sp.F, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk- petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak Prof.dr.A.Afif Siregar, Sp.A (K), Sp.JP (K). , selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Marim Karo Karo, selaku Kepala Kelurahan Padang Bulan yang telah memberikan bantuan dan izin melakukan penelitian di Kelurahan tersebut.

8. Kedua orang tua tercinta, H. Bustamam Ganie S.E dan Dra. Hj. Sri Handriaty terima kasih atas kasih sayang, doa, motivasi dan dukungannya secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

9. Terima kasih buat adikkku tersayang Muhammad Siddiq dan Mila Lailyana atas do’a dan bantuannya selama ini, semoga pengorbanan kita akan memberikan kesuksesan di kemudian hari nantinya.

10. Teman-temanku : Dina, Derry, Eka, Duma, Deshinta, Amir, Aziela, Afif, Rocky, Wina, Deshinta dan semua teman-teman seangkatan stambuk 2006 serta yang lainnya yang tidak tersebutkan terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 23 November 2009 Penulis

Meutia Wardhanie Ganie 060100381

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman Tabel 3.1.

Judul

Definisi Operasional ……………………………………..... 19

Tabel 4.1.

Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.................... 21

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Persentasi Responden Menurut Tingkat

usia di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 .......... 27

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Persentasi Responden Menurut Jenis Kelamin

di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009.................. 27

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Persentasi Responden Menurut Pendidikan

di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009.................. 28

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Persentasi Responden Menurut Pekerjaan di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 ................ 29

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Persentasi jawaban Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009........................................ ................................. 24

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 ................................................ 30

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Tiap Pertanyaan Sikap Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009...................... 31

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Sikap Responden dalam Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 ...................................... 32

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Tiap Pertanyaan Tindakan Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 ........................ 32

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2009........................................ 33

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Responden Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2009 ................. 34

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Hubingan Pengetahuan dan Sikap Responden Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2009 ............................................ 35

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Hubungan Tindakan dan Sikap Responden Tentang Pelaksanaan 3M di Kelurahan Padang Bulan.................................................... 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Cara Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti..........

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II

Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN III

Informed Consent

LAMPIRAN IV

Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN V

Distribusi Demam Berdarah Dengue di Kota Medan

LAMPIRAN VI

Master Data

Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner

Hasil Output Data Penelitian

LAMPIRAN VII Peta Kelurahan Padang Bulan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia telah menyusun kebijakan pembangunan kesehatan baru yaitu gerakan pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI,1999).

Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.

Pada tahun 2007, dalam angka Case Fatality Rate (CFR) untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Indonesia menempati urutaan ke empat di ASEAN dengan CFR 1.01 setelah Bhutan, India, dan Myanmar. Sampai bulan September 2008, didapatkan CFR untuk kasus DBD Pada tahun 2007, dalam angka Case Fatality Rate (CFR) untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Indonesia menempati urutaan ke empat di ASEAN dengan CFR 1.01 setelah Bhutan, India, dan Myanmar. Sampai bulan September 2008, didapatkan CFR untuk kasus DBD

Penyakit DBD pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968, akan tetapi informasi virologist baru didapat pada tahun 1972. Sejak ditemukannya penyakit DBD pertama kali, jumlah kasus terus meningkat disemua daerah di Indonesia (Depkes RI,2003).

Angka insiden DBD di Kota Medan selama enam tahun terakhir ini menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya yaitu dari 11,8 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 31,7 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 39,1 per 100.000 penduduk pada tahun 2004 dan terus melonjak tajam menjadi 97,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2005 kemudian menurun menjadi 62,8 per 100.000 penduduk, pada tahun 2006 kemudian meningkat lagi menjadi 95,8 per 100.000 penduduk pada tahun 2007 (Dinkes Medan,2008).

Distribusi DBD pada periode 1 januari 2007 sampai dengan Desember 2007 di lima kecamatan yang tertinggi antara lain: Medan Perjuangan (154 kasus), Medan Tembung (122 kasus), Medan Johor (122 kasus), Medan Selayang (124 kasus), Medan Sunggal (168 kasus), Medan Helvetia (218 kasus). Sedangkan periode 1 januari 2008 sampai dengan mei 2008 kecamatan yang tertinggi kasus DBDnya adalah kecamatan Medan Sunggal (61 kasus) dan kecamatan Medan Helvetia (59 kasus). Distribusi DBD pada periode 1 Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 di lima kecamatan tertinggi antara lain:Medan Helvetia (181 kasus), Medan Johor (173 kasus), Medan Kota (127 kasus),Medan Sunggal (125 kasus ), Medan Baru ( 110 kasus ) data ini bisa terlihat pada lampiran 5 (Dinkes Medan, 2009).

Sehubungan dengan belum ditemukannya obat yang mampu membunuh virus dengue ini, serta belum adanya vaksin yang efektif untuk mencegahnya, maka pencegahan penyebaran penyakit ini lebih ditujukan kepada pemberantasan vektornya. (Depkes RI,1995).

Cara yang paling tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan memberantas jentik nyamuk ditempat perkembangbiakannya. Pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD) dapat dilakukan dengan metode 3M serta teknik abatesasi. Adapun program 3M itu terdiri atas: menguras bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air baik didalam maupun diluar rumah serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air Cara yang paling tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan memberantas jentik nyamuk ditempat perkembangbiakannya. Pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD) dapat dilakukan dengan metode 3M serta teknik abatesasi. Adapun program 3M itu terdiri atas: menguras bak mandi seminggu sekali, menutup tempat penampungan air baik didalam maupun diluar rumah serta mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air

Pelaksanaan PSN-DBD memerlukan partisipasi masyarakat. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat telah dilakukan pemerintah Kota Medan berupa pembentukan Kelompok Kerja Pemberantasan Penyakit DBD (Pokja-DBD) dan kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit DBD (Pokjanal DBD) di setiap Kecamatan sebagai wadah peran serta masyarakat. Pokja dan Pokjanal tersebut mempunyai tugas menyusun rencana, menyiapkan data, menganalisis masalah, serta melakukan pemantauan dan bimbingan teknis. Program pemberantasan DBD semestinya diaktifkan agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD (Depkes RI,1995).

Pada kenyataan angka insiden DBD di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan tetap tinggi dari tahun ketahun. Dengan demikian, peneliti bertujuan melakukan penelitian terkait dengan gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai 3M (Mengubur barang bekas, Menutup dan Menguras tempat penampungan air) pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai 3M (Menutup Tempat Penampungan Air, Mengubur barang bekas, Menguras Tempat Penampungan Air) pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang 3M pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan tahun 2009.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengetahuan masyarakat Kelurahan Padang Bulan tentang pelaksanaan 3M dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue.

b. Mengetahui sikap masyarakat Kelurahan Padang Bulan, tentang pelaksanaan 3M dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue.

c. Mengetahui Tindakan masyarakat Kelurahan Padang Bulan tentang pelaksanaan 3M dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas Medan Baru dan Dinkes Kota Medan

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui permasalahan dalam usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah dengue sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usaha pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue.

1.4.2. Bagi Fakultas Kedokteran

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kepustakaan Fakultas Kedokteran dalam bidang karya tulis ilmiah.

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pegangan bagi adik-adik junior yang nantinya akan membuat karya tulis ilmiah.

1.4.3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan perilaku sehat terhadap penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue.

1.4.4. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S1) dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

b. Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan bagi peneliti di bidang ilmu penyakit tropis yakni Demam Berdarah Dengue khususnya mengenai cara pencegahannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue

2.1.1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk tersebut hidup dan berkembang biak disekitar rumah dan tempat kerja (Depkes RI,2004). Penyakit ini dapat diderita oleh anak maupun oleh orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.

2.1.2. Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Virus Dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus , family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-

3, DEN-4. Infeksi salah satu streotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap streotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis (Depkes RI, 2004).

2.1.3. Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti telah lama dikenal sebagai penyebar virus Dengue penyebab penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini sekarang ditemukan di Negara-negara yang terletak di antara garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350 Lintang Selatan, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Penyebaran kosmopolit ini berkaitan erat dengan perkembangan sistem transportasi. Suatu studi mengenai kepadatan populasi nyamuk ini di Indonesia menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara musim kemarau dan musim penghujan. Namun peneliti lain mengatakan bahwa kepadatan nyamuk ini meningkat pada musim penghujan dan menurun pada musim kemarau. (Tri Wulandari,2001). Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dewasa (imago), sehingga termasuk metamorphosis sempur na (holometabola).

a. Telur Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0.5-0.8 mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada benda- benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan air. Telur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 20-40 akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari (Soegeng, 2006).

b. Larva Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan b. Larva Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan

c. Pupa Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala sampai dada lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung dada terdapat alat pernafasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengunyah yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air. Pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam 2-3 hari (Soegeng, 2006).

d. Dewasa (Imago) Nyamuk dewasa Aedes aegypti keluar dari pupa melalui celah antara kepala dan dada. Nyamuk dewasa betina yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan telurnya. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau belakang tubuh mangsanya. Umur Aedes aegypti di alam bebas sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini mengembangkan Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak dalam tubuhnya (Soegeng, 2006).

2.1.4. Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi Virus Dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus Dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dari sub genus Stegomyia. Aedes aegypti betina merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan Virus Dengue kepada Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi Virus Dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus Dengue yang ditularkan dari orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dari sub genus Stegomyia. Aedes aegypti betina merupakan faktor epidemik yang paling utama. Nyamuk Aedes tersebut dapat menularkan Virus Dengue kepada

Seseorang yang didalam darahnya mengandung Virus Dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.

Bila seorang penderita digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya (Depkes RI, 1992).

Daerah potensial untuk penularan penyakit DBD (Depkes.RI,1992) adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)

b. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat “berkumpulnya” orang- orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran beberapa tipe Virus Dengue. Tempat-tempat umum tersebut, antara lain :

1) Sekolah :

a) Anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah

b) Merupakan kelompok umur yang paling susceptible untuk terserang penyakit DBD.

2) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya: orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, Demam Berdarah Dengue atau carier Virus Dengue.

3) Tempat umum lainnya seperti : Hotel, Pertokoan, Pasar, Tempat Ibadah.

4) Pemukiman baru di pinggir kota: karena di lokasi ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe Virus Dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asalnya.

2.1.5. Upaya Pengendalian Vektor dalam Pencegahan Penyakit DBD

Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat perkembangbiakannya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat perkembangbiakannya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI,1995).

PSN-DBD tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut :

nN NYAMUK

Dengan insektisida (fogging)

DEWASA

Kimia

JENTIK

Dengan PSN Biologi

NYAMUK

Fisik

Gambar 2.1. Bagan cara pemberantasan nyamuk Aedes Sp. Sumber : Depkes.RI (1992).

Bagan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dengan Insektisida Adapun yang dimaksud dengan pencegahan dengan menggunakan insektisida adalah dengan cara fogging. Sistem ini menghasilkan fog dengan cara memecahkan tetesan larutan racun serangga oleh dorongan atau hantaman gas panas, sehingga menjadi butiran (droplet) larutan serangga yang sangat kecil dan terkumpul merupakan fog kabut. Ukuran droplet tersebut berkisar antara 5-100 mikrometer. Insektisida yang digunakan dalam system thermal fogging biasanya dilarutkan dalam minyak solar atau minyak tanah biasa. Sasaran fogging adalah rumah atau bangunan dan halaman atau pekarangan sekitarnya. Waktu operasi pagi hari atau sore hari untuk pengendalian nyamuk Aedes, karena puncak aktivitas menggigit Aedes pagi hari atau sore hari. Namun pemakaian insektisida tidak mungkin dilakukan terus-menerus, sebab selain mahal, dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan munculnya generasi nyamuk yang resisten terhadap insektisida yang bersangkutan (Agriculture, fisheries and conservation Departement Hongkong,2006).

b. Tanpa Insektisida Cara yang paling penting dalam pengendalian vektor adalah penatalaksanaan lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah atau mengurangi perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor- patogen. Pemberantasan terhadap jentik (larva) Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dilakukan dengan cara :

1. Kimia Cara memberantas jentik (larva) Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatesasi. Formulasi temephos yang digunakan ialah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gr

(± 1 sendok makan rata) residu 3 bulan. Selain itu dapat digunakan pula Bacillus thuringlensis var, israeliensis (btl) atau golongan insect growth regulator (Depkes RI,1992).

2. Biologi Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, yang bersaing dengan atau cara penurunan jumlah Aedes aegypti masih menjadi percobaan, dan informasi tentang keampuhannya didasarkan pada hasil operasi lapangan yang berskala kecil. Cara yang bisa digunakan adalah dengan memelihara :

a) Ikan gambusia affinis dan poicilia reticulate sebagai predator (pemakan larva nyamuk)

b) Mesocyclop aspericornis sebagai predator larva stadium 1

c) Larva toxorhynchites sp. Sebagai predator larva stadium instar 1,2,3 larva Aedes

d) Endotoksin bacillus thuringienis var. israelensis serotip H-14 sebagai biolarva terhadap Aedes dan Anopheles.

e) Hormon yang dapat menghambat perkembangan nyamuk atau insect Growth Regulator (IGR) seperti pyriproxyfen. Pyriproxyfen ini dapat menghambat perkembangan nyamuk Aedes.

Kerugian dari tindakan pengendalian biologis mencakup mahalnya pemeliharaan organisme, kesulitan dalam penerapan dan produksinya serta keterbatasan penggunaannya pada tempat-tempat yang mengandung air dimana suhu, pH, dan polusi organik dapat melebihi kebutuhan sempit agen, juga fakta bahwa pengendalian biologis ini hanya efektif terhadap tahap imatur dari nyamuk vektor (WHO,1999)

3. Fisik Manajemen lingkungan mencakup semua yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga kontak antara manusia dan vektor berkurang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tiga jenis manajemen lingkungan yakni :

• Modifikasi Lingkungan : pengubahan fisik habitat larva yang tahan lama

• Manipulasi lingkungan: pengubahan sementara habitat vektor yang memerlukan pengaturan wadah yang “penting” dan yang “tidak penting” ; serta manajemen atau pemusnahan tempat perkembangbiakan alami nyamuk.

• Perubahan habitasi atau perilaku manusia : upaya untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor.

Di Indonesia metode ini lebih dikenal sebagai metode Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) atau 3M (Menutup tempat penampungan air, Mengubur Barang-barang bekas,Menguras bak mandi), (WHO, 2004).

Adapun titik fokus dalam Manajemen lingkungan adalah: a)

Modifikasi Lingkungan • Perbaikan persediaan air • Tanki atau reservoir diatas atau bawah tanah harus anti nyamuk

b) Manipulasi Lingkungan • Drainase instalasi persediaan air

Tumpah/bocornya air dalam bangunan pelindung, dari pipa distribusi dan sumber air lainnya menyebabkan air tergenang dan dapat menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

• Penyimpanan air rumah tangga Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti adalah wadah penyimpanan air untuk kebutuhan rumah tangga yang mencakup gentong air dari tanah liat, keramik, dan wadah yang berukuran kecil untuk menampung air bersih atau air hujan. Wadah penyimpanan harus ditutup dengan tutup yang pas dan rapat yang harus ditempatkan kembali dengan benar setelah mengambil air.

• Pot/vas bunga dan jebakan semut Benda-benda tersebut harus dilubangi untuk saluran air keluar. Tindakan lainnya, bunga harus ditempatkan diatas wadah yang berisi pasir dan air. Bunga tersebut harus diganti dan dibuang setiap minggu dan vas digosok serta dibersihkan sebelum pakai kembali.

Jebakan semut untuk melindungi rak penyimpanan makanan dapat ditambahkan garam dapur atau minyak.

• Pembuangan sampah padat Sampah padat seperti, kaleng, botol, ember atau benda yang tak terpakai lainnya yang berserakan di sekeliling rumah harus dibuang dan dikubur di tempat penimbunan sampah. Barang-barang pabrik dan gudang yang tak terpakai harus disimpan dengan benar sampai saatnya dibuang.peralatan rumah tangga dan kebun harus disimpan dalam kondisi terbalik untuk menghindari tertampungnya air hujan. Sampah tanaman (batok kelapa, pelepah kakao) harus dibuang dengan benar tanpa menunda-nunda.

• Manajemen Ban Ban bekas kendaraan meruapakan lokasi utama perkembangbiakan nyamuk Aedes sehingga menimbulkan satu masalah kesehatan masyarakat yang penting. Depot ban bekas harus tertutup untuk mencegah tergenangnya air hujan dalam ban. Ban bekas juga bisa kita daur ulang untuk menghindari ban menjadi sarang nyamuk.

c) Perubahan habitasi manusia untuk mengurangi kontak dengan vektor • Pakaian pelindung

Pakaian mengurangi resiko tergigit nyamuk jika pakaian itu cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan nyamuk. Menambahkan zat kimia pada pakaian, misalnya dengan permentrin, merupakan tindakan yang sangat efektif untuk mencegah gigitan nyamuk.

• Tikar, Obat nyamuk bakar, dan Aerosol • Penolak serangga • Insektisida untuk Kelambu dan korden

Kelambu yang diberi insektisida (insecticide-treated mosquito nets,ITMN). Kegunaannya sangat terbatas dalam program pengendalian penyakit dengue karena spesies vektor menggigit pada siang hari.

Dari semua cara pengendalian tersebut diatas tidak ada satupun yang paling unggul. Untuk menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari beberapa cara tersebut diatas. Tapi yang paling penting diatas semua cara tersebut adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang mekanisme terjadinya penularan penyakit DBD, sehingga dapat berperan secara aktif menanggulangi penyakit DBD (WHO, 2004).

Penyuluhan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Sementara itu perubahan perilaku manusia memerlukan proses yang panjang berkelanjutan. Penyuluhan perorangan maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat harus diprioritaskan, terutama didaerah endemis dan wilayah resiko tinggi terjangkit DBD. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui saluran komunikasi personal, kegiatan kelompok, dan berbagai media massa (Depkes RI, 2004).

2.2. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Menurut Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior ) sebagai berikut:

a) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga a) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga

b) Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice). Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (Know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

2.2.2. Sikap

Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai pokok, yakni:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap terdiri dari berabagai tingakatan, antara lain :

a. Menerima (Receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator raktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep PENGETAHUAN

3M

SIKAP (Mengubur,Menutup, Menguras) TINDAKAN

3.2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala o.

N Variabel Definisi operasional

Cara

Hasil

Ukur Ukur

Ukur

1. 3M

Mengubur barang bekas, kuesio

Menutup tempat penampungan ner air, Menguras tempat penampungan air).

2. Keluarga Pada penelitian ini suami sebagai kuesio

kepala rumah tangga atau istri ner sebagai perwakilannya jika suami tidak ada dirumah

3 Pengetah Segala sesuatu yang diketahui Kuesi 1:Baik Ordi uan

responden tentang 3M oner

nal (Mengubur, Menutup, Sedang Menguras)

3: Kurang

4 Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesi

1: Baik Ordi responden tentang 3M oner

nal (Mengubur,Menutup, Menguras)

Sedang 3: Kurang

5 Tindakan Segala sesuatu yang telah Kuesi 1:Baik Ordi dilakukan responden sehubungan oner

nal dengan pengetahuan dan sikap

Sedang

tentang 3M (Menguras,

Menutup, Mengubur)

Kurang

3.3. Aspek Pengukuran

3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 6 pertanyaan. Responden yang menjawab Benar diberi skor 1 sedangkan yang menjawab Salah diberi skor 0. Jadi, skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 6.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, kurang, dengan definisi sebagai berikut: (Pratomo,1986)

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang 3M (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang 3M (Skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4).

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang 3M (Skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2).

3.3.2. Sikap

Sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman, Responden yang menjawab benar akan diberi skor 1, sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5 (Riduwan, 2005).

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang, dengan definisi sebagai berikut : (Pratomo, 1986)

a. Baik, apabila responden memiliki sikap yang baik terhadap sebagian besar atau seluruhnya tentang 3M (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4).

b. Sedang, apabila responden memiliki sikap yang baik terhadap sebagian tentang 3M (Skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4).

c. Kurang, apabila responden memiliki sikap yang baik terhadap sebagian kecil tentang 3M(skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu<2).

3.3.3. Tindakan

Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor

1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai 3M (Mengubur barang-barang bekas, Menutup, dan Menguras Tempat Penampungan air) pada keluarga di Kelurahan Padang Bulan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2. Waktu & Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan, Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada laporan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2008 yang menyatakan bahwa Incidence Rate (IR) tertinggi untuk penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Kecamatan Medan Baru khususnya Kelurahan Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret-Desember 2009, sedangkan pengambilan data telah dilakukan selama bulan Juli- November 2009.

4.3. Populasi & Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Kepala keluarga di Kelurahan Padang Bulan. Jumlah populasi kepala keluarga di Kelurahan Padang Bulan adalah sebanyak 2575

Kepala Keluarga (Kelurahan Padang Bulan,2007)

4.3.2. Sampel

Pengambilan Sampel menggunakan cara Quota Sampling, semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi (Sastroasmoro,2008).

Kriteria inklusi yang digunakan adalah :

a. Sampel yang akan diwawancarai adalah kepala keluarga atau pasangannya.

b. Sudah tinggal di kelurahan Padang Bulan selama minimal 6 bulan. Sedangkan kriteria eksklusi adalah:

a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian

b. Data tidak lengkap.

4.3.3. Besar Sampel

Dari jumlah populasi kepala keluarga yang diketahui, maka menurut (Notoatmodjo,2005) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah :

n=

keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan yakni 0,1

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Kelurahan Padang Bulan adalah berjumlah 2575 kepala keluarga maka didapati besar sampel sebanyak 99 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2005). Uji coba Uji coba kuesioner telah dilakukan sebelum digunakan pada subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2005). Uji coba

II Medan Kecamatan Medan Helvetia. Hasil uji validitas dan reliabilitas akan di sajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Total Pearson

Variabel Nomor

Status

Alpha

Status

Correlation

Pertanyaan

Pengetahuan 1

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Sikap

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Valid

Reliabel

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan 23 item yang diuji validitas dan reliabilitasnya, dimana pertanyaan tersebut bersumber dari penelitian-penelitian sebelumnya dan hasil rancangan dari peneliti sendiri didapatkan jumlah item pertanyaan yang valid dan reliabel sebanyak 11 item, dengan 6 item untuk pertanyaan pengetahuan dan 5 item untuk pertanyaa sikap. Selanjutnya peneliti menambahkan 5 pertanyaan yang merupakan pertanyaan untuk mengukur tindakan. Sehingga total jumlah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut adalah 16 pertanyaan.

4.4.2. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang akan disebarkan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi.

4.4.3. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Dinkes Kota Medan, Puskesmas Padang Bulan, Kantor Camat Medan Baru, kantor kelurahan Padang Bulan dan kepala lingkungan pada daerah penelitian.

4.5. Pengolahan & Analisa Data

Akan dikumpulkan data primer yakni data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian diberikan kepada responden yang terpilih. Terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid). Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS untuk mengujinya.

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Padang Bulan merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara dimana jarak antara kelurahan dengan kelurahan lain hanya dibatasi oleh jalan. Adapun batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Merdeka/Darat

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Titi Rantai