DEBY SARTIKA GEA NIM: 100707030

TARI MAS MERAH CIPTAAN FREIDY IDRIS DALAM KEBUDAYAAN MELAYU DI KOTA BINJAI: DESKRIPSI STRUKTUR GERAK DAN MUSIK IRINGAN

Skripsi Sarjana Dikerjakan

OL DEBY SARTIKA GEA NIM: 100707030

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap suku bangsa di Nusantara ini masing-masing memiliki bentuk-bentuk kesenian tradisional yang khas dan beragam yang sering disebut dengan kebudayaan lokal yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Meskipun masyarakat pendukungnya mengalami perubahan, kesenian tradisional tersebut terus berkembang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan yang merupakan pencerminan dari pola pikir, tingkah laku, dan watak masyarakat pemiliknya. Pada prinsipnya, sebuah bentuk kesenian diciptakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Salah satu masyarakat tersebut adalah masyarakat Melayu.

Sejak abad ke-13 ketika Islam menjadi akar tunjang peradaban Melayu, maka segala aktivitas kebudayaan Melayu bersandar kepada Islam yang mencerahkan. Sehingga di abad ke-20 sampai sekarang ini lazim pula dikenal istilah Dunia Melayu Dunia Islam. (Takari, 2008)

Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini merangkai suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam perdaganggan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut ikut dalam aktifitas perdagangan dan pertukaran barang dan kesenian dari berbagai wilayah dunia.

Kelompok ras Melayu dapat digolongkan dalam kumpulan Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepulauan Melayu, Polinesia, dan

Madagaskar. Dalam konteks Sumatera Utara, ciri kemelayuan yag utama adalah budaya dan agama Islam (Takari dan Dewi, 2008:2).

Etnik Melayu adalah salah satu etnik di Sumatera Utara yang wilayah kebudayaannya mencangkup Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Ini adalah kawasan yang berada di pesisir Timur Provinsi Sumatera Utara. Di dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, proses mempertahankan identitas dan mengambil unsur-unsur kebudayaan yang heterogen telah terjadi selama ratusan tahun, dan menjadi suatu kelaziman dalam strategi kebudayaan mereka. Untuk mempertahankan, mengembangkan, dan mempopulerkan budaya, salah satu upayanya adalah lagu dan tari Melayu. Lagu dan tari Melayu inilah salah satu menjadi cerminan dari identitas etnik Melayu.

Dalam tulisan ini, penulis akan mengangkat judul tulisan tentang tari Mas

1 Merah 2 yang diciptakan oleh Freidy Idris. Freidy Idris adalah salah satu seniman tari Melayu yang terkenal di Sumatera Utara, secara khusus di Kota Binjai. Freidy

Idris juga salah satu seniman yang sudah banyak menggarap tarian seprti: tari sigale- gale, tari renjak, dan salah satunya tari Mas Merah.

Tarian merupakan hasil ekspresi seniman tari dalam mengembangkan idenya dalam bentuk gerak sebagai lahan untuk mentransformasikan satu ide ke dalam

1 Tarian Mas Merah berasal dari kisah cerita “Kasih Tak Sampai” cinta Salam dan Salmah yang terjadi di Pulau Kampai. Dimana dalam cerita tersebut Salam

merantau dari Malaysia ke Belawan dan bertemu Salmah, dan mereka menjalin hubungan dengan diam-diam. Tetapi, Salmah dijodohkan orangtuanya sama orang India Karena orangtuanya memiliki utang kepada orang India tersebut. Dan di pernikahan Salmah, Salam memaikan alat musik Biola sambil benyanyi “Kaulah Mas Merahku” Mas Merah yang dimaksud Salam adalah si Salmah.

2 Freidy Idris salah satu seniman tari Melayu yang sudah banyak menciptakan tarian. Beliau juga memiliki sanggar seni tari “sanggar Melati Suci” di Kota Binjai

yang di pimpin oleh Beliau sendiri. Beliau juga bekerja di Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Sumatera Utara.

bentuk sebuah garapan tari yang mengandung nilai pendidikan dan estetis (Arifni, 2003).

Cerita Mas Merah diangkat dari kisah cerita percintaan Salam dan Salmah yang terjadi di Pulau Kampai 3 pada tahun 1890 yang lalu, yang diangkat dari kisah

hikayat kebudayaan Melayu Sumatera Utara. Awal mulanya Bapak Freidy ingin menciptakan tarian Mas Merah berawal dari perlombaan yang akan diadakan di Taman Mini Jakarta pada tahun 2010. Beliau memikirkan tarian apa yang akan ditampilkan pada perlombaan tersebut dan pada akhirnya, Freidy Idris terinspirasi untuk menganggkat cerita Mas Merah sebagai alur cerita dalam tarian yang akan diciptakan Beliau untuk perlombaan di Taman Mini Jakarta pada tahun 2010 dan tarian Mas Merah berhasil medapatkan jura penyajian terbaik, musik terbaik, dan jura seSumatera Kepulauan Riau dalam perlombaan di Taman Mini Jakarta. Setelah memenangkan perlombaan tarian yang diperlombakan di Taman Mini Jakarta para penonton yang melihat tarian tersebut merespon dengan baik dan mulai ada tawaran untuk mempertunjukan tarian Mas Merah di berbagai Kota-kota besar, seperti : Jakarta, Batam, Medan, Binjai, Pekan Baru, Kalimantan, Aceh, dan Kota-kota lain. Tarian Mas Merah perdana dipertunjukan di Kota Medan pada hari Sabtu, 9 juli 2011 di Taman Budaya Medan. Sanggar yang di pimpin oleh Bapak Freidy dipanggil ke Malasiya untuk mempertunjukan 2 tarian dalam sebuah acara, dan mereka ingin

mempertunjukan tarian Mas Merah dan tarian Sigale-gale 4 yang sudah digarap oleh Bapak Freidy. Wawancara penulis dengan Bapak Freidy (21 November 2013)

3 Pulau Kampai adalah nama sebuah pulau yang terletak di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Di Pulau

Kampai ini asal mulanya terjadi cerita Mas Merah.

4 Sigale-gale yang artinya lemah gemulia iyalah tarian yang berasal dari Sumatera Utara yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Batak Toba. Dahulu ada

seorang raja yamng memiliki anak yang bernama manggale. Ia tewas di dalam sebuah peperangan. Sang rajapun menjadi sedih dan jatuh sakit karena merindukan

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji dua aspek dari tarian Mas Merah, yaitu deskripsi tari dan struktur musik iringan dalam melodi. Gerak tari akan difokuskan yang meliputi motif gerak, hitungan dan siklus, pola lantai, busana, properti tari, dan hal-hal sejenis. Kemudian untuk musik iringan meliputi alat-alat musik yang digunakan dalam mengiringi tari Mas Merah secara khusus melodi dalam alat musik biola.

Struktur garapan tari Mas Merah berasal dari Rongeng Melayu 5 gerakan tariannya merupakan gerakan tari kreasi baru dimana gerakan tari Mas Merah berupa

kisah perjalanan cinta Salam dan Salmah. Tarian ini merupakan sendra tari yang mengandung nilai sosial. Jumlah penari Mas Merah berjumlah sepuluh penari, lima penari perempuan dan lima penari laki-laki dan sepasang di antara kesepuluh penari berperan menjadi Salam dan Salmah sebagai pemeran utama dalam cerita Mas Merah . Busana yang dikenakan oleh penari Mas Merah adalah karya kreasi Bapak Freidy yang mengkombinasikan busananya perpaduan India dengan busana Melayu. Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah baju berwana hijau yang panjangnya di atas mata kaki, dan memakai baju dalam berwarna merah dengan memakai celana panjang berwarna merah. Aksesoris yang di pakai oleh penari perempuan adalah sunting (hiasan seperti mahkota di atas kepala wanita), bungga hias, anting-anting, cincin, kalung. Sedangkan penari laki-laki memakai baju dalam warna merah dan memakai celana panjang warna merah serta mengenakan blazer. Penari laki-laki juga memakai kain pingang yang berwarna hijau panjangnya di atas lutut dan memakai tali pingang yang terbuat dari kain, serta memakai topi semi tengkuluk. Properti tamabahan yang dipakai saat menari adalah satu payung yang

anaknnya. Akhirnya dibuatlah boneka kayu yang persis mirip Manggale dan di panggillah roh Manggale untuk masuk ke dalam boneka.

5 Ronggeng Melayu adalah salah satu wujud seni yang memadukan tari, musik, dan sastra (pantun).

terbuat dari kertas yang di pegang oleh Salmah dimana payung tersebut melambangkan cinta.

Musik iringan tari Mas Merah diciptakan oleh Syarial Felani 6 dan bersama Freidy Idris. Musiknya hanya sebagai pengiring tarian atau sebagai memperkokoh

tariannya dan yang diutamakan struktur setiap gerakannya. Musik iringan tari Mas Merah bersumber dari irama zapin yang tampak dari hentakan-hentakan tariannya. Wawancara dengan Bapak Syarial Felani (Rabu, 5 Februari). Instrumen yang digunakan mengiringi tari Mas Merah adalah biola sebagai melodi, arkodion sebagai melodi, gambus sebagai melodi, cello sebagai bass, jimbe sebagai ritem, rebana sebagai pembawa ritem, marwas sebagai peningkah dan Vokal. Saat perlombaan tarian di Taman Mini Jakarta pada tahun 2010, instrumen musik untuk mengiringi tari Mas Merah, semua di tampilkan/dipertunjukan secara langsung. Tetapi setelah perlombaan, instrumen musiknya tidak digunakan lagi dan saat menari mereka memakai tape yang didalamnya sudah terekam isi instrumen musik yang mengiringi tari Mas Merah. Tetapi jika permintaan konsumen meminta memainkan alat musik lengkap, mereka akan memainkan instrumen yang lengkap.

Penelitian ini juga akan memperhatikan pertunjukan tari Mas Merah di masyarakat Melayu Kota Binjai. Adapun aspek utama yang akan penulis diskusikan di dalam penulisan ini adalah bagaimana tari dan musik iringan dalam penyajiannya pada pertunjukan tari Mas Merah di masyarakat Melayu Kota Binjai? Gerak-gerak yang bagaimanakah yang diekspresikan penari Mas Merah?

6 Bapak Syarial felani salah satu seniman Melayu di Indonesia, yang memiliki keahlian bermain musik Melayu khususnya bermain Gambus Melayu, dan Bapak

Syarial felani juga dapat membuat Gambus Melayu.

Berdasarkan pertanyaan yang muncul dalam tulisan ini, penulis memilih judul untuk penelitian adalah: Tari Mas Merah Ciptaan Freidy Idris dalam Kebudayaan Melayu di Kota Binjai ; Deskripsi Tari dan Musik Iringan

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan urain pada latar belakang di atas, maka penulis menentukan tiga pokok permasalahan yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana gerak tari Mas Merah ciptaan Bapak Fredy dalam kebudayaan Melayu di Kota Binjai? Pokok masalah ini akan melibatkan deskripsi tentang pola lantai, motif gerak, frase gerak, struktur tari, hitungan tari, busana tari, properti tari, dan hal-hal sejenisnya yang berkaitan.

2. Bagaimana musik iringan tari Mas Merah dalam kebudayaan Melayu di kota Binjai? Selanjutnya juga akan dikaji melodi utama yang disajikan oleh Biola. Juga syair melodi yang terdapat pada musik Mas Mewrah. Untuk melodi akan dikaji mengenai aspek: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, formula, jumlah nada yang digunakan, kadensa, dan kontur.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Secara umum peneliti bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan objek yang diteliti, ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan dari suatu maslah yang ditelitih antara lain:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana gerak yang dilakukan penari Mas Merah.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur melodi musik pengiringan tari Mas Merah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah refrensi tulisan tentang kesenian, khususnya tari Mas Merah dalam konteks kebudayaan Melayu.

2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca dan masyarakat mengenai kesenian tari Mas Merah.

3. Dapat memberikan pemikiran terhadap deskripsi tarian-tarian yang diciptakan Bapak Freidy.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. R. Merton mendefenisikan sebagai berikut: “Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati. Seterusnya, konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan hubungan empiris” (Merton, 1963:89).

Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud dengan tari Mas Merah Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud dengan tari Mas Merah

Istilah masyarakat dalam penulisan judul memiliki arti seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1993:106-107), yaitu sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu. Selain itu Soerjono Soekanto menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tidak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian.

Masyarakat Melayu yang penulis maksud di sini, adalah masyarakat yang telah lama ada di Kota Binjai, serta masyarakat Masyarakat yang telah melakukan perpindahan dari daerah asalnya dan menetap ke Kota Binjai dengan membawa kebiasaan mereka, adat istiadat, tingkah laku, budaya, serta tradisi mereka. Dimana perpindahan tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti halnya faktor ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Seperti yang juga dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:160), bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh rasa identitas bersama.

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan atau kerangka berfikir dalam membahas permasalahan. Sumantri (1993:143) mengatakan, teori juga merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10).

Dalam meneliti gerak tari tersebut, penulis akan menganalisis bagaimana gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari Mas Merah tersebut. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari bersama. Ditambah dengan penyesuaian ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, semuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23). Dalam hal ini,yang dimaksud koreografi adalah gerakan- gerakan yang dilakukan para penari pada pertunjukan tari Mas Merah, yang memiliki ciri-ciri khas tertentu dari bentuk tarian etnik lain yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelaku dan penontonnya. Gerakannya terpola didalam aturan-aturan dan nilai keindahan setempat yang dilakukan secara simbolis. Dalam meneliti gerak tari tersebut terdapat teori Kinesiologi yang membahas penulisan tari dalam bentuk tulisan.

Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar

Untuk musik iringan tari Mas Merah ini, khususnya struktur melodi biola yang berfungsi secara musikal sebagai pembawa melodi utama, penulis menggunakan teori “bobot tangga nada”, yang ditawarkan oleh William P. Mal (1977:8). Ia menawarkan delapan parameter untuk mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) distribusi nada, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadnsa, dan (8) kontur. Dalam hal ini, penulis juga akan membuat transkrip musik pengiring Mas Merah dengan menggunakan teori Nettl (1964:98) yang memberikan dua pendekatan, yaitu: 1. kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, 2. kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas dan kita dapat menganalisa apa yang kita lihat tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah membutuhkan suatu metode penelitian agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sistematis. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1985:7) yang mengatakan bahwa, metode adalah cara atau jalan. Untuk meneliti tari Mas Merah pada masyarakat Melayu di Kota Binjai, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualiatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya.” Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah membutuhkan suatu metode penelitian agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sistematis. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1985:7) yang mengatakan bahwa, metode adalah cara atau jalan. Untuk meneliti tari Mas Merah pada masyarakat Melayu di Kota Binjai, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualiatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya.” Penelitian

Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan seorang peneliti untuk mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu, kamera DCLR merk Nikon, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) tari Mas Merah di Kota Binjai.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama.

Dalam tahap menganalisis data, penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori. Dan sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Dalam tahapan ini penulis mencari, mempelajari, dan menggunakan literatur- literatur yang berhubungan dan dapat membantu pemecahan permasalahan. Dari hasil studi kepustakaan yang dilakukan penelitian tari Mas Merah dalam budaya

Melayu masih sulit didapat. Tetapi, penulis juga berusaha mencari refrensi lain dari internet.

Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Melayu yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harsja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku Metodemetode penelitian masyarakat . Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan:

(1) Observasi (pengamatan), dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan-kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan, maka pengamat menghadapi persoalan bagaimana cara ia dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan tanpa harus bersembunyi, tetapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan-kegiatan yang diamatinya.

Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang bagaimana berjalannya tari Mas Merah, sarana yang dipergunakan, pelaku, dan masalah- masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang bagaimana berjalannya tari Mas Merah, sarana yang dipergunakan, pelaku, dan masalah- masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil

(2) Wawancara, dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirianpendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan dari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu

Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan. Dalam wawancara yang akan berlangsung, ditetapkan Bapak Freidy sebagai informan kunci dan Bapak Syarial Felami sebagai informan pangkal.

(3) Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara, yaitu (a) perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan kamera digital Nikon. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera Digital Nikon. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak pimpinan sanggar.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan. Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspek struktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang interdisipliner dan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehingga permasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun dalam bentuk skripsi. Jika data yang dirasa masih kurang lengkap, maka penulis melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal ini dilakukan berulang-ulang.

1.6 Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih Kota Binjai sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan tari Mas Merah hanya satu-satunya terdapat di sanggar Melati Suci. Lokasi penelitian penulis berada di Jl. Sei Mencirim No.1 Rambung Barat Binjai.

BAB II MASYARAKAT MELAYU DI KOTA BINJAI

2.1.1 Letak Geografis Kota Binjai

Wilayah Kota Binjai dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.

Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Batas wilayah

Utara Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Selatan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang Barat Kabupaten Langkat Timur Kabupaten Deli Serdang

Kota Binjai terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat dengan 37 kelurahan dan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 219.145 jiwa. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Binjai Selatan (29,96 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Binjai Kota (4,12 km2).

Selain dikenal sebagai kota dagang, Binjai juga dikenal sebagai kota penghasil rambutan. Luas areal perkebunan rambutan di Kota Binjai saat ini mencapai 425 Hadengan dan jumlah produksi sekitar 2.400 ton per tahun. Selain sebagai buah segar, buah rambutan juga diolah menjadi selai atau buah kaleng. Beberapa potensi wilayah dari Kota Banjai ini adalah di sektor pertanian, terutama tanaman padi walaupun hasil pertanian ini cukup potensial (kegiatan perekonomian terbesar ketiga di Kota Binjai), namun demikian sektor yang lebih menonjol dalam kegiatan perekonomian daerah adalah sektor industri pengolahan dan perdagangan. Sedangkan potensi peternakan, sebagian besar penghasil ternak di Kota Binjai adalah berada di Kecamatan Binjai Selatan. (sumber: Kantor Walikota Binjai)

2.1.2 Gambaran Umum Masyarakat Melayu Di Kota Binjai

Menurut Tengku Lah Husni, Orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antar suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari (Lah Husni, 1957:7). Selanjutnya Husni menyebutkan lagi bahwa, orang Melayu Pesisir Sumatera Timur merupakan turunan campuran antara orang Melayu yang memang sudah menetap di Pesisir Sumatera Timur dan suku-suku Melayu pendatang, seperti Johor, Melaka, Riau, Aceh, Mandailing, Jawa, Minangkabau, Karo, India,Bugis dan Arab yang selanjutnya memakai adat resam dan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan antara sesamanya atau dengan orang dari daerah lain, serta yang terpenting adalah beragama Islam. Suku Melayu berdasarkan falsafah hidupnya, terdiri dari lima dasar : Islam, beradat, berbudaya, berturai dan berilmu.

(Lah Husni, 1975:100). Berturai adalah mempunyai susunan-susunan sosial dan berusaha menjaga integrasi dalam perbedaan di antara individu.

Pelzer (1985:18-19) menyebutkan bahwa masyarakat yang tinggal di Sumatera Timur tersebut diperkirakan sebagai keturunan dari para migrant dari berbagai daerah kebudayaan seperti: Semenanjung Melaka, Jambi, Palembang, Jawa, Minangkabau, Bugis, yang telah menetap dan bercampur diwilayah setempat. Percampuran dan adaptasi Melayu dalam pengertian sebagai kelompok etnik dangan kelompok etnik lain, terjadi di sepanjang pantai pulau Sumatera, semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Demikian dapat disimpulkan bahwa orang Melayu terdiri dari berbagai macam asal-usul sehingga membentuk suatu kelompok atau masyarakat yang mendiami daerah pesisir dan daerah sepanjang sungai hilir, mereka hidup didaerah maritim dan kelangsungan hidupnya sangat erat berkaitan dengan lingkungan alam di laut maupun pesisir.

Begitu juga pada daerah penelitian penulis yakni di Kota Binjai yang dominan menggunakan adat-istiadat Melayu, Kota Binjai terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain : Melayu, Batak Karo, Batak Pak-pak, Batak Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Jawa, Aceh, Minangkabau dan lain-lain yang pada umumnya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

2.1.3 Sistem Agama dan Kepercayaan

Masyarakat yang tinggal di Kota Binjai. umumnya adalah orang Melayu. Selain itu, terdapat juga Ras Batak, Jawa dan Warga Negara Indonesia keturunan Cina, dan India yang dalam kehidupan sosial masyarakat mereka cukup menyatu dengan masyarakat setempat. Sebagaimana halnya masyarakat Melayu secara umum adalah pemeluk agama Islam, seperti yang dikatakan oleh Masindan (1987: 10-11) Masyarakat yang tinggal di Kota Binjai. umumnya adalah orang Melayu. Selain itu, terdapat juga Ras Batak, Jawa dan Warga Negara Indonesia keturunan Cina, dan India yang dalam kehidupan sosial masyarakat mereka cukup menyatu dengan masyarakat setempat. Sebagaimana halnya masyarakat Melayu secara umum adalah pemeluk agama Islam, seperti yang dikatakan oleh Masindan (1987: 10-11)

Pepatah Melayu menyebutkan "tak hilang adat dimakan zaman" yang artinya adat istiadat sampai hari terakhir atau hari kiamat pun masih ada. Sesuai dengan pepatah tersebut, masyarakat di Kota Binjai masih memegang teguh adatistiadat leluhurnya seperti tampak dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat di Kota Binjai masih mempergunakan adat-istiadat turun-temurun seperti kenduri turun ke sawah, memberkati anak bayi, kenduri pada akhir bulan safar, dan sebagainya.

Walaupun penduduk Melayu itu telah beragama Islam, tanda-tanda Animisme masih ada pada sebagian penduduknya. Ada kepercayaan pada masyarakat Melayu bahwa kita harus memberi salam kepada penghuni rimba, sungai, dan tanah yang berbukit (busut), dan tempat-tempat yang dianggap angker. Kalau tidak memberi salam, ada kepercayaan, kita akan sakit atau sesat dalam perjalanan.

Jenis kepercayaan lainnya adalah tentang burung Sibirit-birit yang terbang pada malam hari dianggap membawa kabar tidak baik. Selain itu, kunyit dianggap mempunyai daya tangkal. Kunyit dapat menjaga seorang ibu yang baru bersalin dan anak yang baru dilahirkan dari gangguan roh orang yang sudah meninggal. Kunyit juga berkhasiat untuk ”memanggil semangat” orang yang sedang menghadapi suatu kejadian atau sakit.

Bahasa yang dipakai oleh masyarakat adalah bahasa Melayu dialek Deli yang dipakai dan dikenal secara umum oleh masyarakat pesisir. Sama akan halnya suku Batak, WNI keturunan Cina, dan India mereka jumlahnya hampir seimbang dengan orang Melayu, akibat kemajemukan bahasa itulah sehingga, sebagai alat komunikasi Bahasa yang dipakai oleh masyarakat adalah bahasa Melayu dialek Deli yang dipakai dan dikenal secara umum oleh masyarakat pesisir. Sama akan halnya suku Batak, WNI keturunan Cina, dan India mereka jumlahnya hampir seimbang dengan orang Melayu, akibat kemajemukan bahasa itulah sehingga, sebagai alat komunikasi

2.1.4 Sistem Kekerabatan

Dalam kebudayaan Melayu, garis keturunan ditentukan berdasarkan pada garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak Ayah maupun Ibu. Namun, dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan etnik Melayu yang dijadikan pandangan hidupnya, maka garis keturunan cenderung ke arah garis keturunan patrilineal, yaitu berdasar kan garis keturunan ayah. Pembagian harta pusaka berdasarkan kepada hukum Islam (syara`) yang mengatur pembagian yang adil.

Sistem kekerabatan etnik Melayu di Kota Binjai sistem kekerabatan secara vertikal yang dimulai dari urutan tertua sampai yang termuda, adalah : (1) nini, (2) datu, (3) oyang(moyang), (4) atok(datuk), (5) ayah(bapak), (6) anak, (7) cucu, (8) cicit, (9) piut, dll. Sedangkan sistem kekerabatan secara horizontal adalah (1) saudara satu ibu dan satu ayah(ayah tiri), (2) saudara sekandung yaitu saudara seibu atau lain ayah, (3) saudara seayah yaitu saudara satu ayah lain ibu(ibu tiri), (4) saudara sewali yaitu ayah nya saling bersaudara, (5) saudara berimpal yaitu anak dari makcik(saudara perempuan ayah).

Sapaan dan istilah kekerabatan adalah sebagai berikut : (1) ayah, (2) emak,(3) abang(abah), (4) akak(kakak), (5) uwak (saudara ayah atau ibu yang paling tua umurnya), (6) uda (saudara ayah atau ibu yang paling muda umurnya), (7) uwak ulung (saudara ayah atau saudara ibu yang pertama baik laki-laki maupun perempuan), (8) uwak ngah (uwak tengah, saudara ayah atau saudara ibu yang kedua baik laki-laki maupun perempuan), (9) uwak alang (saudara ayah atau saudara ibu yang ketiga baik laki-laki maupun perempuan), (10) uwak utih

(saudara ayah atau saudara ibu yang keempat baik laki-laki maupun perempuan), (11) uwak andak (saudara ayah atau saudara ibu yang kelima baik laki-laki maupun perempuan), (12) uwak uda (saudara ayah atau saudara ibu yang keenam baik laki- laki maupun perempuan), (13) uwak ucu (saudara ayah atau saudara ibu yang bungsu/paing akhir baik laki-laki maupun perempuan).

2.1.5 Sistem Kesenian

Orang Melayu di Kota Binjai memiliki berbagai genre kesenian, yang difungsikan di dalam kehidupan mereka seperti: marhaban, barzanji, syair, gurindam, pantun, tari serampang dua belas, tari inang, tari zapin, tari inai , dan lain-lain. Kesenian-kesenian ini hidup dan berkebang terus sampai sekarang. Marhaban dan barjanzi adalah seni berunsur Islam yang umum digunakan di dalam upacara-upacara yang berkaitan dengan agama Islam, seperti perkawinan, khitanan, mengantar calon dan menyambut haji, festival budaya Islam, dan lain-lain. Kesenian ini bersumber dari Kitab Al-Barzanji yang didalamnya adalah kisah tentang kehidupan Nabi Muhammad. Kitab ini dikarang oleh ulama Islam ternama yaitu Syekh Ahmad Barzanji. Seni barzanji biasanya disajikan secara bersama dengan seni marhaban sekaligus.

Selanjutnya syair adalah salah satu genre seni sastra yang dipertunjukkan. Isinya berupa kisah-kisah atau riwayat, yang disajikan menurut aturan-aturan puisi tradisional Melayu yang disebut syair. Genre ini disajikan dengan cara bernyanyi dengan menggunakan melodi-melodi yang khas digunakan untuk pembacaan syair, seperti melodi Selendang Delima, Dandan Setia, dan lain-lain. Di samping itu ada pula seni gurindam, yang juga merupakan salah satu puisi tradisional Melayu. Gurindam berisi tentang nasihat-nasihat yang berakar dari ajaran Islam. Di antara Selanjutnya syair adalah salah satu genre seni sastra yang dipertunjukkan. Isinya berupa kisah-kisah atau riwayat, yang disajikan menurut aturan-aturan puisi tradisional Melayu yang disebut syair. Genre ini disajikan dengan cara bernyanyi dengan menggunakan melodi-melodi yang khas digunakan untuk pembacaan syair, seperti melodi Selendang Delima, Dandan Setia, dan lain-lain. Di samping itu ada pula seni gurindam, yang juga merupakan salah satu puisi tradisional Melayu. Gurindam berisi tentang nasihat-nasihat yang berakar dari ajaran Islam. Di antara

Pantun adalah salah satu genre sastra tradisional Melayu yang paling lazim dan umum digunakan dalam berbagai konteks kebudayaan Melayu. Pantun dapat terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris. Penggal pertama adalah sampiran dan penggal kedua adalah isi pantun. Antara sampiran dan isi pantun terjadi kesatuan, baik dari segi isi, tema, dan rima (persajakan). Yang paling umum adalah pantun empat baris atau pantun empat rangkap, dengan rima rata (aa- a-a) maupun binari (a-b-a-b). Pantun dapat disajikan dengan gaya berbicara sehari-hari, tetapi dapat juga dinyanyikan dengan berbagai melodi dalam budaya musik Melayu. Tari Serampang Dua Belas (XII) adalah tari yang memang berasal; dari Kesultanan Serdang, yang awalnya disebut musik dan tari Pulau Sari yang kemudian dipolakan oleh Guru Sauti dibantu oleh seniman O.K. Adram. Tarian ini menjadi begitu populer di era awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia. Tarian ini bercerita tentang pengalaman sepasang kekasih dari mulai kenal, memadu kasih, sampai bersanding di atas pelaminan. Tarian ini setiap waktu selalu diperlombakan, termasuk di Kota Binjai sendiri. Tari inang adalah tari-tarian Melayu yang ditata dari rentak inang. Di antaranya yang terkenal adalah tari Mak Inang Pulau Kampai dan tari Mak Inang Pak Malau. Tarian ini biasanya adalah untuk fungsi hiburan dalam berbagai pertunjukan budaya Melayu, termasuk di Kota Binjai. Tarian inang ini diambil dari nama para inang-inang pengasuh keluarga kesultanan yang memang biasanya menarikan inang ini dalam konteks hiburan di istana-istana kesultanan .

Selanjutnya tari zapin adalah satu jenis tari dalam kebudayaan Melayu dan berbnagai kelompok masyarakat Nusantara ini yang begitu populer. Tarian ini dipercayai berasal dari kawasan Arabia, khususnya Yaman. Tarian ini awalnya digunakan untuk hiburan para tetamu di acara pesta perkawinan. Tari zapin memiliki berbagai nama sesuai dengan judul lagu atau musik yang diciptakan untuk mengiringinya. Dalam kebudayaan Melayu di antara tari zapin yang terkenal adalah Ya Salam, Selabat Laila, Zapin Persebatian, Bunga Hutan, Menjelang Maghrib, Zapin Deli, Zapin Serdang, dan lain-lain.

2.2.1 Pulau Kampai

Pulau kampai secara administratif terletak di Kecamatan Pangkalam Susu, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Pulau Kampai berada di sebelah utara Teluk Aru yang bersebelahan dengan Pulau Sembilan. Di sebelah utara dan barat pulau Kampai, terdapat sungai Serangjaya yang ditumbuhi oleh hutan Mangrove dan di sebelah tenggara terdapat Sungai Besitang yang terhubung langsung dengan Teluk Aru.

Masyarakat yang tinggal di Pulau Kampai sebagian besar berpenghasilan sebagai nelayan, bertani, berternak, berkebun, dan ada juga sebagai PNS. Pulau Kampai terkenal dengan terasi yang diproduksi oleh masyarakat yang ada di Pulau Kampai. Suku yang ada di masyarakat Pulau Kampai adalah suku Melayu, Batak Karo, Batak Toba, Jawa, Aceh. Melalui pemaparan cerita dari Kakek Edi Yusuf yang berusia 75 tahun mengatakan bahwa suku yang paling dominan di Pulau Kampai adalah suku Melayu. Berikut penuturan Kakek di Yusuf.

Ya betul suku yang ada di Pulau Kampai ini suku melayu yang paling banyak. Karena dulu-dulunyapun sewaktu kakek lahir Ya betul suku yang ada di Pulau Kampai ini suku melayu yang paling banyak. Karena dulu-dulunyapun sewaktu kakek lahir

Menurut penuturan Kakek Edy Yusuf yang mengatakan bahwa suku yang paling dominan di Pulau Kampai adalah suku Melayu. Kakek Edy Yusuf juga mengatakan bahwa suku Melayu lah yang menjadi suka yang tertua di Pulau Kampai karena suku Melayu yang pertama kali membuka Pulau Kampai. Kakek Edy Yusuf juga memberi tahukan kepada penulis, bahwa arti nama Pulau Kampai adalah Pulau Tak Sampai. Alasannya karena dari Sembilan Pulau yang ada di sekitar Pulau kampai tersebut, Pulau Kampai lah yang sangat susah untuk dibuka sebagai tempat permukiman karena sebelum Pulau Kampai di buka, banyak penyamun di Pulau tersebut.

Pulau Kampai tersebut juga terdapat kompleks makam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan “Makam Keramat Panjang”. Di dalam kompleks makam tersebut terdapat dua makam, yang satu berukuran normal 1,5-2 meter dan satu lagi berukuran antara 6-8 meter. Kedua makam tersebut dilengkapi dengan batu nisan bercorak Islam yang mirip dengan nisan yang terdapat di Aceh. Diduga, nisan tersebut didatangkan dari Aceh pasca masuknya kependudukan Aceh di Pulau Kampai pada awal abad 17. (menurut masyarakat setempat). Kakek Edy Yusuf juga menjelaskan kisah dari kuburan panjang yang sebagai berikut.

Kalau cerita kuburan panjang tu, tak ada satupun orang tahu siapa yang didalam tu. Tapi menurut semua masyarakat di sini makam tu ada sebelum pulau kampai ni ada. Karena kita bisa lihat, di atas kuburan panjang tu, ada batu karang di atas kuburan itu. Nah berartikan, dulunya kuburan panjang tu, ada di dasar laut dulunya sebelum pulau ni ada. Menurut masyarakat di sini, kami percaya juga bahwa orang yang ada di kuburan tu adalah orang yang lahir di jaman nabi Musa. Karena jaman nabi Musa kan semua orang tinggi dan besar dan orang yang ada di dalam kuburan tu hanya ada satu orang aja, dan pasti orangnya tinggi besar makanya kuburannya seperti tu panjangnya. Banyak orang yang datang untuk minta sesuatu ke kuburan tu. Ada dulu orang yang setres di bawak ke sutu sembuh juga. Ada orang yang datang supaya punya anak,dikabukan juga. Tapi setelah bermohon, harus gantungkan baru di atas pintu masuk kuburan panjang tu. Banyak orang yang percaya. Tapi kalu sekarang sudah berkurang orang yang percaya. Karenakan sudah ada agama yang menuntun kita percaya sama Allah.

Kakek Edy Yusuf mengatakakan bahwa kuburan panjang tersebut adalah kuburan yang ada sebelum terbetuknya Pulau Kampai yang mereka tinggali. Penduduk setempat salah satunya adalah Ibu Umi Sarah yang berusia 54 tahun juga mempercayai bahwa kuburan tersebut adalah kuburan keramat dan didalam kuburan tersebut yang dikuburkan adalah orang yang lahir pada saat di zaman Nabi Musa. Banyak orang yang datang mengunjungi kuburan panjang tersebut untuk meminta Sesuatu, dan setelah bermohon batu harus digantungkan di atas pintu kuburan panjang tersebut.

Selain kuburan panjang, ada juga kuburan yang menjadi pusat perhatian pengunjung Pulau Kampai yaitu kuburan Mas Merah. Kuburan Mas Merah adalah kuburan sepasang suami istri yang dimana kisah percintaan yang sangat panjang dan banyak memiliki rintangan untuk bersatu.

Kisah cerita Mas Merah berawal dari kisah percintaan antara Serawak Malaysia dan Medan Labuhan Belawan Pada tahun 1890 seorang pria bernama Salam tinggal di Serawak Malaysia pergi merantau ke Medan Labuhan Belawan, Kisah cerita Mas Merah berawal dari kisah percintaan antara Serawak Malaysia dan Medan Labuhan Belawan Pada tahun 1890 seorang pria bernama Salam tinggal di Serawak Malaysia pergi merantau ke Medan Labuhan Belawan,

Saat pementasan di daerah Medan Labuhan, dengan kehendak Tuhan, Salam bertemu dengan Salmah. Salmah adalah kembang di Medan Labuhan-Belawan. Salam dan Salmah saling mencitai, tetapi kedua orangtua Salmah menikahi putrid bersama dengan pria keturunan India. Orangtua Salmah terpaksa menikahi putrinya karena orangtuanya mempunyai hutang kepada pria keturunan India tersebut.

Di saat acara perkawinan Salmah dengan seseorang pria keturunan India yang bernama Tambi, diundanglah Salam untuk pementasan sandiwara ntuk mengisi acara pernikahan Salmah dengan Tambi. Salam memainkan biola sambil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul "Kau adalah Mas Merahku".

Mendengar bait lagunya, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan. Setelah melaut selama berbulan-bulan, Salam dapat melupakan Salmah. Namun Salmah tidak menyukai Tambi dan akhirnya mereka bercerai.

Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Tidak seorang pun dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai tersebut. Paman dan Ayah Salmah besert dengan Salmah, mereka pergi ke hutan Pulau Kampai untuk membuka lahan di sana. Namun, di tengah perjalanan mereka dirampok penyamun yang dikenal dengan Pendekar Nayan (Pendekar Senayan). Mereka diikat di tiang layar. Salmah dibawa ke tempat para penyamun dan ia berteriak meminta pertolongan.

Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein, karena Pulau Kampai tempat yang berbahaya pada saat itu. Salam tetap ingin menolong orang yang sedang berteriak meminta pertolongan. Akhirnya terjadilah perkelahian antara Pendekar Nayan dengan Salam. Pendekar Nayan kalah dan bertemulah Salam dengan Salmah. Ayah Salmah awalnya tidak menyukai Salam akhirnya berbaik hati untuk menyetujui anaknya berteman dengan Salmah.

Salam pergi ke mana saja dengan membawa biola. Ia selalu menyanyikan lagu "Kau adalah Mas Merahku". Di daerah itu ada seorang tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai. Ia juga melihat hubungan Salam dengan Salmah yang sudah serius, dan ingin menjodohkan Salam dan Salmah.

Mereka menikah selama sepuluh tahun dan tidak mempunyai keturunan. Suatu hari keduanya terkena penyakit cacar. Pada tahun 1920 tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salam meninggal, dan disusul oleh Salmah pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam berpesan kepada Husein, temannya, "Kalau nanti aku meninggal tolong kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan kami berdua,". Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai.

Cerita ini diceritakan oleh sahabat Salmah yaitu Husein. Ia menceritakan kepada teman-temannya, dan cerita ini secara turun-temurun dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai sejarah Pulai Kampai dapat di huni oleh masyarakat yang tinggal di Pulau tersebut. Berikut cerita dari Kakek Edy Yusuf.

Kalu cerita tentang mas merah yang kuburannya di sebelah rumah kakek ni, ya benar begitu kisah ceritanya. Dulunya orang tu

Dokumen yang terkait

PENGARUH PELATIHAN PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA KALA I FASE LATEN DI RS BERSALIN DEWI SARTIKA DAN RSUD IBNU SINA KAB. GRESIK

1 30 27

EFEKTIVITAS PEMASARAN PRODUK KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK JATIM Tbk CABANG PASURUAN NOOR ADILLA NIM: 201110190511007

0 7 22

PENERAPAN PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI PEMERINTAH (KIP) PADA PT BANK JATIM CABANG SUMENEP LISA LUSIANA NIM: 201110190511008

0 12 19

STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN HAJI PADA PT. BANK JATIM Tbk CABANG PASURUAN LELI PURNIA NIM: 201110190511021

0 17 20

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN KOTA TEGAL

37 176 262

USAHA RUMAH MAKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN Drs. Sardan, MM. Nama: Damar Jaler Prastowo NIM: 10020005 Jurusan: Teknik Elektro UNIVERSITAS SURYADARMA JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN - USAHA RUMAH MAKAN

0 0 12

View of ALFIANA SARTIKA PENDAFTARAN PENDUDUK PINDAH DATANG DI KELURAHAN SANGASANGA DALAM KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

0 0 13

Juni 2016 THE EFFECT OF WORK SAFETY AND HEALTH, TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP, AND ORGANISATIONAL CULTURE ON THE ORGANISATIONAL COMMITMENT OF EMPLOYEES OF MATARAM FISH QUARANTINE, HARVESTING AND FISH QUALITY CONTROL CLASS II By : MILIS NIM: I2A013096 ABSTRA

0 0 13

JAKUB SINULINGGA SINULINGGA NIM: 070707014

0 0 70

CHRISMES ELISABET MANIK NIM: 070707009

1 2 154