CHRISMES ELISABET MANIK NIM: 070707009

INKULTURASI MUSIK BATAK TOBA DALAM ORDINARIUM PADA PERAYAAN MISA GEREJA KATOLIK SANTO ANTONIUS HAYAM WURUK MEDAN: ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL DAN TEKSTUAL SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN OL CHRISMES ELISABET MANIK NIM: 070707009 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

INKULTURASI MUSIK BATAK TOBA DALAM ORDINARIUM PADA PERAYAAN MISA GEREJA KATOLIK SANTO ANTONIUS HAYAM WURUK MEDAN: ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL DAN TEKSTUAL SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN OL H CHRISMES ELISABET MANIK

NIM: 070707009

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Rithaony Hutajulu, M.A Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. NIP. 1963 1116 1990 032001

NIP. 1956 082 8198 601 2001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang Ilmu Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Katolik merupakan salah satu agama Kristen yang ada, berkembang, dan diakui keberadaannya di Negara Indonesia. Masuk dan berkembangnya agama ini ke Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku pada abad XV-XVI. Kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku adalah untuk mencari pusat rempah-rempah sehingga Portugis mampu melakukan monopoli perdagangan. Dalam pelayaran itu para rohaniawan juga turut serta untuk pemeliharaan rohani para pelaut, pedagang, dan serdadu-serdadu selama perjalanan. Salah satu rohaniawannya yaitu Santo Fransiskus Xaverius, ia mendatangi pulau Ambon, Halmahera, Molotai dan Ternate pada tahun 1546- 1547. Disana ia memulai karya misi, menyebarkan injil dan membaptis beberapa ribu penduduk menjadi Katolik sehingga menjadi “Tonggak sejarah Katolik” di Indonesia (Boelaars, 2005:61).

Diawal perkembangannya di Nusantara, agama Katolik dalam beberapa era 1 banyak mengalami kendala karena situasi politik yang tengah ricuh baik dari

dalam maupun luar Indonesia. Berbagai tekanan, hukuman mati, dan pengusiran terhadap imam 2 Katolik kerap terjadi bila ketahuan mengajarkan agama dan

1 Era VOC (1619-1799), Era Hindia Belanda( 1808-1811), Masa pastor Van Lith (1896-1911), Era Perjuangan Kemerdekaan, dan Era Kemerdekaan.

http://sejarahindonesiasma.wordpress.com/2012/10/ 2 Imam adalah pemimpin upacara-upacara gereja atau yang mempersembahkan korban Misa; Paus, http://sejarahindonesiasma.wordpress.com/2012/10/ 2 Imam adalah pemimpin upacara-upacara gereja atau yang mempersembahkan korban Misa; Paus,

mulai diakui oleh pemerintah. Pada 29 Juni 1967 diangkatlah kardinal 4 I Indonesia, kemudian uskup 5 Indonesia juga ikut berpartisipasi dalam Konsili Vatikan II 6 (1962-1965). Tahun 1970 Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia,

beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II kembali mengunjungi Indonesia; diantaranya kota Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta), Maumere (Flores) dan Dili (Timor Timur) (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah Gereja Katolik di Indonesia).

Sejak berkembangnya agama Katolik di Maluku, agama ini mulai menyebar kedaerah-daerah lain di Nusantara, termasuk ke tanah Batak. Sekitar tahun 1934, tujuh puluh satu tahun setelah Nommensen datang menabur injil di Pearaja Tarutung, agama Katolik masuk ke daerah Tapanuli dibawa oleh pastor- pastor muda dan mereka menanam benih-benih Katolik dengan waktu relatif singkat. Karya misi itu terus dilakukan sampai tahun 1942 sewaktu tentara Jepang

merebut Hindia Belanda dan memenjarakan semua misionaris 7 . Sesudah

3 Misa Kudus Perayaan Ekaristi yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus berupa roti dan anggur serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya.

4 Kardinal merupakan pejabat senior dalam Gereja Roma Katolik sebagai penasehat Paus, berada dibawah Paus dan dipilih langsung oleh Paus. Tugas utamanya ialah memilih paus baru bila terjadi

kekosongan kekuasaan; karena meninggal, sakit, atau pengunduran paus yg cukup lama 5 Uskup merupakan pimpinan agama Katolik yang bertugas mengatur umat yang dipimpinnya dan

gereja dalam suatu wilayah keuskupan (sebuah wilayah administratif). Uskup merupkan bagian hierarki dalam Gereja Roma Katolik, setelah Sri Paus, Kardinal, kemudian Uskup.

6 Kepala agama Katolik, yang memiliki otoritas tertinggi Gereja, yang bertahta di Vatikan (Roma) 7 Misionaris merupakan orang yang dikirim ke suatu tempat untuk menyebarkan agama Kristen

atau Katolik. Pada tahun 1941 Jepang telah menghancurkan armada kapal Amerika Serikat dengan membom pelabuhan Pearl Harbour, kemudian kekaisaran Jepang menghancurkan Kekaisaran atau Katolik. Pada tahun 1941 Jepang telah menghancurkan armada kapal Amerika Serikat dengan membom pelabuhan Pearl Harbour, kemudian kekaisaran Jepang menghancurkan Kekaisaran

Pada awal misinya, para misionaris bergerak dari Balige dalam garis besar bergerak ke tiga arah: 1. Ke Pulau Samosir yang sebagian besar belum dikristenkan, 2. Ke Kampung Lintongnihuta di arah barat dan selanjutnya menuju daerah Pakkat dan Parlilitan, 3. Ke Selatan menuju pegunungan di sekitar Rura Silindung. Untuk menghindari konflik dengan gereja Protestan para misionaris sengaja tidak mau langsung ke Tarutung sebagai pusat Protestan. Namun belakangan muncul undang-undang gereja untuk memasuki daerah tersebut, dan para misionarispun menjalankan tugasnya (Kurris, 2006:11).

Dengan berkembangnya agama Katolik di tanah Batak dan di berbagai daerah-daerah Nusantara, jumlah orang Katolik pun semakin bertambah. Maka

mulailah didirikan: gereja-gereja, seminari menegah 8 , sekolah pendidikan guru (kweekschool), sekolah-sekolah Katolik, rumah sakit, biara dan lainnya. Semakin

berkembangnya gereja Katolik di berbagai daerah, pola tata peribadatan pun mulai menjadi formal. Tata peribadatan Katolik di semua daerah umumnya sama karena mengikuti tata peribadatan pusat dari Vatikan Roma yang terdiri dari:

1) Misa. Misa merupakan suatu ibadat dimana dalam ibadat ini Tubuh dan Darah Kristus yang dilambangkan dalam rupa roti dan anggur menjadi suatu persembahan yang sangat sakral. Perayaan misa hanya dapat

misionaris yang berkebangsaan Belanda ditanah air pada masa penjajahan Jepang banyak yang ditahan dan diasingkan ketempat terpencil (Kurris, 2006:123).

8 Sekolah untuk para calon pastor yang setingkat dengan SMA. Seminari Tinggi, sekolah lanjutan 8 Sekolah untuk para calon pastor yang setingkat dengan SMA. Seminari Tinggi, sekolah lanjutan

biasanya dibawakan oleh frater 9 maupun kaum awam yang disebut prodiakon 10 . (Hotma, 2009:2).

2) Office, adalah ibadat Harian yang diselenggarakan hanya di biara-biara dan katedral-katedral setiap harinya. Ada delapan office yang diselenggarakan setiap hari, yakni: matins (sebelum matahari terbit), lauds (terbit matahari), prime (jam 06.00 pagi), terce (jam 09.00), sext (jam 12.00), nones (jam 15.00), vesparae (matahari terbenam), dan compline (sebelum tidur) (Rhoderick, 1998: 17). Perayaan misa umumnya dilakukan pada hari Minggu maupun pada hari-

hari lain yang merupakan perayaan besar dalam gereja. Berhimpun pada hari Minggu untuk merayakan perayaan ekaristi/misa kudus merupakan sebuah kebiasaan orang Kristen yang mengikuti tradisi para rasul yang berpangkal pada hari kebangkitan Kristus sendiri. Tradisi ini menjadi suatu kebiasaan bagi umat Katolik sampai sekarang.

9 Frater adalah seseorang yang masih sekolah di sekolah Pastoral dan dididik untuk menjadi seorang Pastor

10 Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh Uskup untuk membantu menerimakan

Tata peribadatan misa (Cunha, 2012: 19) terbagi dalam empat bagian utama yakni, Ritus 11 Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup.

Dimana setiap bagian terdiri atas berbagai unsur-unsur, yaitu:

1) Ritus Pembuka, diawali dengan perarakan masuk para petugas liturgi,

12 prodiakon 13 , misdinar , serta imam, diiringi dengan nyanyian pembukaan, penandaan tanda salib, salam, kata pengantar, tobat, nyanyian Tuhan

Kasihanilah Kami (Kyrie, ordinarium), madah Kemuliaan (Gloria, ordinarium ), dan doa pembuka (colecta).

2) Liturgi Sabda terdiri dari tiga bacaan yang diambil dari Kitab Suci,

14 15 mazmur tanggapan 16 , alleluia atau bait pengantar injil, homili , credo / syahadat, dan doa umat.

3) Liturgi Ekaristi terdiri dari persiapan persembahan, Doa Syukur Agung, dan upacara komuni.

4) Ritus Penutup terdiri dari pengumuman, pemberkatan, pengutusan dan diakhiri dengan perarakan keluar.

11 Ritus merupakan tata cara dalam upacara keagamaan. Umumnya Gereja Roma Katolik mempertahankan ritus dari Tradisi Suci dan Kitab Suci

12 Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh Uskup untuk membantu menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) yang berupa roti dalam Perayaan Ekaristi

13 Putra-putri altar atau misdinar (yang berarti 'asisten misa' dari Bahasa Belanda misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi. Tugas misdinar antara

lain membantu Imam, mengantar persembahan, dan menjadi panutan umat.

14 Mazmur tanggapan merupakan tanggapan umat atas sabda Allah. Tanggapan ini berupa kata- kata yang diambil dari kitab Mazmur, yang telah dipilih oleh para ahli liturgi secara seksama.

Mazmur umumnya dinyanyikan dengan dua cara yakni, cara responsorial dengan ayat ulangan, artinya pemazmur secara solois menyanyikan ayat ulangan yang dinyanyikan kembali oleh umat dan setiap syair yang dinyanyikan oleh pemazmur direspon umat dengan nyanyian ayat ulangan tersebut. Atau jika tidak dinyanyikan maka mazmur tanggapan dibawakan dengan cara dibaca (lihat Puji Syukur no.801). 15

Alleluia/Bait Pengantar Injil dinyanyikan oleh solis atau kor dan diikuti oleh umat. Nyanyian ini berupa ayat ulangan. Lih buku lagu Puji Syukur No951 dst. 16

Setiap misa yang dirayakan harus berdasarkan tahun liturgi gereja, dimana setiap tahunnya liturgi gereja selalu berbeda-beda. Dalam perayaan misa terdapat bagian-bagian liturgi yang selalu berubah disebut proprium dan terdapat bagian yang tetap disebut ordinarium. Bagian proprium yang berubah sesuai dengan

tahun liturgi, disusun dalam cantus planus Gregorian 17 yaitu introitus (nyanyian pembukaan), gradual (nyanyian sesudah bacaan kitab suci), alleluia (nyanyian

sebelum bacaan injil) atau tractus 18 , offerterium (lagu persembahan), dan communium (lagu perjamuan). Bagian-bagian yang tidak berubah disebut

ordinarium (nyanyian tetap) yaitu: Kyrie eleison (Tuhan Kasihanilah kami), Gloria in excelcis deo (Kemuliaan bagi Allah di surga), Credo (Aku percaya), Sanctus (Kudus), dan Agnus dei (Anak Domba Allah) (Karl-Edmund 1999: 94).

Sejak beberapa abad lamanya baik proprium maupun ordinarium nyanyian ini disusun dalam bentuk Gregorian chant yang menjadi bentuk musik sakral/suci yang selalu digunakan dalam gereja Roma Katolik. Bentuk musik Gregorian chant terdiri dari delapan modus gerejawi, dimana setiap lagu disusun dari salah satu modus gerejawi tertentu. Modus 1, 3, 5, dan 7 merupakan modus-modus asli yang sering disebut Doria, Frigia, Lidia, dan Miksolidia. Modus 2, 4, 6, dan 8 adalah versi plagal dari modus-modus asli. Hubungan antara teks dengan musik dalam Gregorian chant, memperlihatkan melisma-melisma panjang yang menggunakan 10-20 nada dalam satu suku kata (Rhoderik, 2002:18). Namun bentuk Gregorian chant ini cukup sulit dinyanyikan, hanya dinyanyikan oleh

17 Cantus Planus Gregorian adalah suatu tradisi musik gerejawi yang sangat tinggi sifatnya, mula- mula muncul pada abad pertengahan dimana pada masa itu musik gregorian adalah musik yang

tinggi dalam gereja (Rhoderick J. McNeill, dalam “Sejarah musik 1”. 1994. Hlm 17)

18 Tractus adalah nyanyian Alleluia sebelum pembacaan Injil. Tractus ini dipakai selama Masa 18 Tractus adalah nyanyian Alleluia sebelum pembacaan Injil. Tractus ini dipakai selama Masa

yang tak boleh diabaikan. Sehingga pada saat itu umat hanya terlibat secara pasif dalam perayaan misa.

20 Semenjak para uskup bersinode dan membentuk rapat pada tahun 1962- 1965, yang melahirkan dokumen-dokumen yang dikenal dengan Konsili Vatikan

II 21 , terjadi pembaruan yang segar pada gereja. Salah satu hasilnya ialah gereja mulai terbuka terhadap tradisi-tradisi dan budaya-budaya lokal. Hal ini disadari

karena gereja berdiri di berbagai daerah, suku, dan bangsa sehingga perlu adanya keterbukaan terhadap nilai kekayaan budaya dan tradisi dari daerah, suku dan bangsa tersebut. Sejauh unsur-unsur dari kebudayaan itu tidak bertolak belakang dengan ajaran pokok agama Katolik. Adanya hubungan antara agama dan kebudayaan dirasakan gereja sebagai cerminan dan proses terbentuknya interaksi budaya manusia sehingga terciptalah keselarasan, dan ini dipandang menjadi awal dari tahap proses inkulturasi. Tujuan dari inkulturasi itu sendiri ialah untuk membawa umat agar dapat mengungkapkan perayaan liturgi gereja dalam tata cara dan suasana yang selaras dengan budaya umat yang beribadat sehingga umat dapat terlibat dan aktif di dalamnya.

19 Schola Cantorum merupakan suatu kelompok penyanyi dan guru musik yang resmi, yang didirikan pada abad ke-8 atau dapat dikatakan sekolah Paduan Suara. (McNeill:2002, 15)

20 Sinode adalah sidang atau rapat antara pemimpin-pemimpin agama Kristen. 21 Konsili Ekumenis Vatikan Kedua atau Vatikan II (1962-1965), adalah sebuah Konsili Ekumenis

ke-21 dari Gereja Katolik Roma yang dibuka oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 dan ditutup oleh Paus Paulus VI pada 8 Desember 1965. Pembukaan Konsili ini dihadiri oleh hingga 2540 orang uskup Gereja Katolik Roma sedunia (atau juga disebut para Bapa Konsili), 29 pengamat dari 17 Gereja lain, dan para undangan yang bukan Katolik.

Hal ini khususnya sangat dirasakan di Indonesia sebagai bangsa yang beradat-istiadat juga kaya akan tradisi dan kebudayaan. Inkulturasi mendapatkan tempat dan bentuknya dalam gereja, baik dari bahasa, bangunan gereja, pakaian, dan musik liturgi. Dalam musik liturgi misalnya pemakaian bahasa lagu-lagu liturgi baik ordinarium maupun proprium dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun lokal/daerah. Usaha-usaha pengembangan inkulturasi musik liturgi di berbagai daerah di Indonesia terus dikembangkan oleh berbagai pihak bahkan sebelum Konsili Vatikan II antara lain di Flores Barat (Manggarai) oleh Mgr. (dibaca: Monsinyur) Van Bekkum, SVD dengan mengumpulkan para pemusik untuk menciptakan lagu gereja berdasarkan lagu daerah. Di Timor, Nusa Tenggara Timur oleh Pastor Vincent Lechovic, SVD yang melakukan hal serupa dengan menerbitkan buku “Tsi Taneb Uis Neno” lagu-lagu berbahasa Dawan, kemudian di Jawa Tengah uskup pribumi I Semarang, Mgr A. Soegijapranata, SJ menciptakan lagu liturgi khas Jawa yang dipakai dalam dan diluar perayaan liturgi . Setelah Konsili Vatikan II perkembangan inkulturasi musik liturgi semakin didorong dan dikembangkan dari berbagai pihak, salah satunya melalui

PML (Pusat Musik Liturgi) di Yogyakarta yang dibentuk oleh Romo 22 Karl- Edmun

Widyawan (http://juntim- juntim.blogspot.com/2012/03/pusat-musik-liturgi-yogyakarta.html). Inkulturasi dalam Gereja Katolik di Sumatera Utara, terus diusahakan dan didukung, baik oleh gereja maupun berbagai pihak-pihak lainnya. Uskup Agung Alfred Gonti Pius Datubara (mantan uskup Keuskupan Agung Medan),

Prier, SJ

22 Romo sebutan untuk seorang Imam dalam gereja Katolik yang umum dipanggil di Pulau Jawa, yang sama dengan Pastor. Kata Pastor berasal dari bahasa Latin artinya gembala, pemimpin umat.

mengatakan dalam khotbahnya, “Gereja mesti terus melestarikan budaya yang sesuai dengan nilai injil, hal ini sesuai dengan ajaran agama Katolik. Tarian Tor- tor dan musik Gondang merupakan warisan budaya Batak Toba, berasal dari Tuhan yang dipakai sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan”. Sama halnya dengan Uskup Agung Anicetus. B. Sinaga (selaku uskup Keagungan Medan saat ini) mengatakan, “Sejak awal kekayaan warisan budaya Batak telah banyak membentuk liturgi gereja Katolik di Sumatera Utara, dan telah memberi warna penuh terhadap kehidupan rohani umat”.

Dalam hal ini, gereja Katolik sudah menekankan pada inkulturasi dan inilah yang akan dilanjutkan. Melihat hal ini inkulturasi dirasakan berpengaruh terhadap liturgi dan bahkan membawa perubahan terhadap banyak gereja-gereja di Sumatera Utara, termasuk di Gereja Santo Antonius Hayamwuruk, Medan. Keanekaragaman umatnya yang terdiri dari berbagai suku dan golongan tentunya mempengaruhi pandangan gereja terhadap musik liturgi didalamnya. Penulis melihat di setiap perayaan Misa Gereja Santo Antonius Hayam Wuruk Medan, bagian ordinarium yang seringkali digunakan ialah menggunakan ordinarium musik lokal dibanding dengan Gregorian chant, meskipun beberapa kali penulis melihat adanya penggunaan ordinarium Gregorian chant. Ordinarium musik lokal yang umum digunakan dalam perayaan misa antar lain: ordinarium Misa Dolo-dolo dengan bernuansa Flores, ordinarium Misa Senja dengan bernuansa Timor, ordinarium Misa Keuskupan Agung Medan dengan bernuansa Batak Toba, dan ordinarium Misa Syukur dengan bernuansa Flores. Dari semua ordinarium yang memasukkan unsur musik tradisi, penulis melihat hal yang berbeda dan Dalam hal ini, gereja Katolik sudah menekankan pada inkulturasi dan inilah yang akan dilanjutkan. Melihat hal ini inkulturasi dirasakan berpengaruh terhadap liturgi dan bahkan membawa perubahan terhadap banyak gereja-gereja di Sumatera Utara, termasuk di Gereja Santo Antonius Hayamwuruk, Medan. Keanekaragaman umatnya yang terdiri dari berbagai suku dan golongan tentunya mempengaruhi pandangan gereja terhadap musik liturgi didalamnya. Penulis melihat di setiap perayaan Misa Gereja Santo Antonius Hayam Wuruk Medan, bagian ordinarium yang seringkali digunakan ialah menggunakan ordinarium musik lokal dibanding dengan Gregorian chant, meskipun beberapa kali penulis melihat adanya penggunaan ordinarium Gregorian chant. Ordinarium musik lokal yang umum digunakan dalam perayaan misa antar lain: ordinarium Misa Dolo-dolo dengan bernuansa Flores, ordinarium Misa Senja dengan bernuansa Timor, ordinarium Misa Keuskupan Agung Medan dengan bernuansa Batak Toba, dan ordinarium Misa Syukur dengan bernuansa Flores. Dari semua ordinarium yang memasukkan unsur musik tradisi, penulis melihat hal yang berbeda dan

Merriam (1964:7) dalam bukunya The Antropology of Music mendefinisikan Etnomusikologi sebagai studi musik didalam kebudayaan. Etnomusikologi pada dasarnya berurusan dengan musik-musik yang masih hidup termasuk di dalamnya instrument-instrumen dan tari yang terdapat di dalam tradisi lisan. Sehingga menjadi subyek dan sasaran utama dalam penelitian Etnomusikologi. Dengan melihat hal ini usaha memasukkan unsur-unsur musik dari budaya setempat kedalam perayaan misa gereja Katolik yang dikenal dengan inkulturasi merupakan salah satu kajian yang sesuai dengan Etnomusikologi.

Dengan melihat kekhasan gereja Katolik yang terbuka terhadap kearifan lokal, tradisi, serta budaya, penulis berusaha mengungkapkan proses serta hasil inkulturasi musik liturgi yang menggunakan unsur-unsur musik tradisi Batak Toba dalam perayaan misa. Dengan cara mengkaji struktur melodis dan tekstual dalam keempat nyanyian ordinarium bernuansa Batak Toba dalam Gereja Katolik Santo Antonius. Dan dengan alasan di atas penulis berkeinginan membuat tulisan ilmiah dengan judul: INKULTURASI MUSIK BATAK TOBA DALAM

ORDINARIUM PADA PERAYAAN MISA GEREJA KATOLIK SANTO ANTONIUS HAYAMWURUK MEDAN: ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL DAN TEKSTUAL.

1.2 Pokok Permasalahan

Dengan melihat latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka di dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana bentuk ordinarium yang dipakai dalam perayaan misa gereja Katolik?

2. Bagaimana bentuk ordinarium yang dipakai dalam perayaan misa gereja Katolik Hayam-wuruk Medan yang mengalami inkulturasi dalam musik Batak Toba dengan menganalisis struktur musikal dan tekstualnya.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Di dalam penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan dan manfaat yang ingin penulis capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan inkulturasi ordinarium yang bernuansa Batak Toba pada perayaan misa Gereja Katolik Hayam-wuruk Medan.

2. Untuk mengungkapkan perubahan yang terjadi setelah adanya inkulturasi.

3. Untuk mendeskripsikan jalannya tata ibadat perayaan Misa Gereja Katolik Santo Antonius Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat yang penting dari penelitian ini:

1. Memperluas wacana dan pengetahuan tentang tata peribadatan, liturgi, dan musik liturgi dalam Gereja Katolik. Sehingga membawa pengembangan pemahaman tentang musik Gereja khususnya bagi umat Katolik di Santo Antonius Medan.

2. Melihat proses perkembangan inkulturasi sebagai usaha Gereja setelah Konsili Vatikan II .

3. Menambah kajian maupun referensi tentang inkulturasi musik liturgi khususnya bagi Etnomusikologi maupun bagi kaum awam.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkret ( Badudu-Zain: 1996). Dalam proposal ini, konsep yang akan penulis uraikan terdiri dari: (a)Ordinarium, (b) Misa /Ekaristi (c) Inkulturasi, dan (d) Liturgi. Berikut, penulis akan membuat pengertiannya:

a Ordinarium adalah nyanyian tetap, artinya dalam misa bagian ini harus dinyanyikan. Ordinarium merupakan nyanyian ibadat yang hanya dapat dinyanyikan saat misa tidak demikian dalam perayaan ibadadat Sabda. Nyanyian ini terdiri dari: Kyrie eleison (Tuhan kasihanilah Kami), Gloria in exelcis Deo (Kemuliaan bagi Allah di surga), Credo (Aku percaya), Sanctus (Kudus), dan Agnus Dei (Anak Domba Allah). Namun terdapat a Ordinarium adalah nyanyian tetap, artinya dalam misa bagian ini harus dinyanyikan. Ordinarium merupakan nyanyian ibadat yang hanya dapat dinyanyikan saat misa tidak demikian dalam perayaan ibadadat Sabda. Nyanyian ini terdiri dari: Kyrie eleison (Tuhan kasihanilah Kami), Gloria in exelcis Deo (Kemuliaan bagi Allah di surga), Credo (Aku percaya), Sanctus (Kudus), dan Agnus Dei (Anak Domba Allah). Namun terdapat

b Misa kudus/Ekaristi merupakan perayaan kurban dimana umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus dalam bentuk

roti dan anggur 23 serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Hanya imam saja yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan

bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Ekaristi dipandang sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi umat dalam perayaan Ekaristi/Misa dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan untuk hari-hari lainnya (http://id.wikipedia.org).

c Inkulturasi. Istilah inkulturasi berasal dari diskusi teologis pada bidang Misiologi. Sebagai istilah, inkulturasi ini digunakan dalam Kongregasi

Jendral Yesuit 24 pada tahun 1974/1975 dan secara resmi digunakan pertama kalinya dalam dokumen resmi pada tahun 1977 ketika ada sinode

para uskup. Paus Yohanes Paulus II sudah terbiasa menggunakan istilah

23 Roti bundar kecil disebut hosti, yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi. Anggur yang harus terbuat dari buah anggur. Roti dan anggur inilah yang digunakan dalam ritus

Ekaristi .

24 Sebuah pertemuan besar dimana perwakilan Jesuit (imam Katolik) dari seluruh dunia akan hadir untuk membahas agenda-agenda penting (http://www.ignatiusloyola.net/2007/10/kongregasi- 24 Sebuah pertemuan besar dimana perwakilan Jesuit (imam Katolik) dari seluruh dunia akan hadir untuk membahas agenda-agenda penting (http://www.ignatiusloyola.net/2007/10/kongregasi-

dalam konteksnya, sehingga tidak asing lagi, tetapi terjalin dan menyatu dengan keseluruhan. Dalam hal ini tidak hanya tradisi kebudayaan yang menentukan tetapi situasi dan kondisi sosial pun turut berbicara. Paus Yohanes Paulus II menunjuk makna inkulturasi secara mendalam dengan berkata: “Inkulturasi berarti suatu transformasi nilai-nilai kebudayaan otentik secara mendalam melalui proses integrasi mereka ke dalam kekristenan dan meresapnya kekristenan ke dalam berbagai kebudayaan umat manusia” (Redemptoris Misio no.52). Hal inilah yang membuat Konsili Vatikan II memiliki konsep baru tentang arti pluralisme gereja dan rasa hormat terhadap kebudayaan umat manusia, penyesuaian menjadi pusat perhatian dalam dunia modern ini. Tentunya hal ini bukan sekedar basa-basi saja, namun bertujuan supaya iman sungguh berakar dan meresapi sebuah kehidupan orang perorangan dan masyarakat, maka iman itu sedapatnya harus menyatu dengan kebudayaan supaya dapat diekspresikan selaras dengannya. Konsili Vatikan II menegaskan, gereja Katolik tidak menolak apa yang baik dan berguna pada agama. Tidak menjauhi namun diajak agar umat Katolik familiar dan dekat kepada tradisi religius serta kebudayaan setempat, inilah salah satu usaha ke arah inkulturasi .

25 Diberbagai dokumennya seperti dalam Ensiklik Slavorum Apostoli, Anjuran Apostolik Catechesi

d Liturgi. Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah kata ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam perkembangannya, ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain, kata leitourgia memiliki arti yang lebih luas, yaitu pelayanan ibadat. Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti pelayanan imam, namun berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna keimaman Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk menunjukkan aktivitas ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi sudah mulai dibatasi, hanya mencakup perayaan ibadat yang dilakukan oleh imam baik paus, uskup dan pastor. Di kalangan umat, liturgi biasa dipahami sebagai upacara atau upacara publik gereja. Dalam hal ini berbicara mengenai liturgi adalah tentang urutan upacara, para petugas, peralatan yang harus ada, dan sebagainya.

e Analisis struktur musikal dan tekstual. Malm mengemukakan bahwa setiap susunan bunyi, dapat dianggap dan dipelajari sebagai musik, bila susunan bunyi tersebut merupakan kombinasi antara elemen-elemen nada, ritem, dan dinamika. Ditinjau dari pendapat Malm, maka ke empat nyanyian tetap/ordinarium ini dapat dianggap musik karena didalamnya terdapat elemen-elemen musik. Sedangkan tekstual adalah hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Merriam mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan e Analisis struktur musikal dan tekstual. Malm mengemukakan bahwa setiap susunan bunyi, dapat dianggap dan dipelajari sebagai musik, bila susunan bunyi tersebut merupakan kombinasi antara elemen-elemen nada, ritem, dan dinamika. Ditinjau dari pendapat Malm, maka ke empat nyanyian tetap/ordinarium ini dapat dianggap musik karena didalamnya terdapat elemen-elemen musik. Sedangkan tekstual adalah hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Merriam mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan

1.4.2 Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Tanpa ada teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar keilmuaan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan.

Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan antara lain:

1. Untuk melihat Sistem upacara keagamaan, maka penulis menggunakan teori upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002:377) secara khusus mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi ialah: (i)tempat upacara keagamaan dilakukan; (ii)saat- saat upacara keagamaan dijalankan; (iii) benda-benda dan alat upacara; (iv) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah, hari-

hari keramat dan suci, dan sebagianya. Aspek ketiga adalah tentang benda- benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu, syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu(i) bersaji; (ii) berkorban; (iii) berdoa; (iv) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa; (v) menari tarian suci; (vi)menyanyi nyanyian suci; (vii) berprosesi atau berpawai; (viii) memainkan seni drama suci; (ix) berpuasa; (x) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance, mabuk; (xi) bertapa; (xii) bersemedi.

2. Hubungan teks dengan melodi merupakan karakteristik yang sangat penting diperhatikan yakni hubungan antara musik (nada) dengan teks. Seperti yang dikemukakan oleh W.P Malm (1977:9). “Bila suatu not dipakai untuk masing-masing suku kata dari teks nyanyian tersebut disebut dengan silabis, dan jika suatu suku kata mempunyai beberapa buah not disebut dengan melismatis”. Dalam hal ini penulis juga membahas makna yang terkandung di dalamnya serta keterkaitan antara teks dan musik. Pendekatan teori yang penulis gunakan dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalam teks ordinarium ini menggunakan teori Semantik. Semantik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: semantikos yang berarti ‘Memberikan tanda’ dan berasal dari kata sema yang berarti ‘tanda’.

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pembelajaran tentang makna.

3. Untuk mengungkap perubahan yang terjadi dalam musik liturgi khususnya dalam ordinarium setelah adanya proses inkulturasi penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam (1964:303). Dalam tulisannya tentang Music and Culture is Dynamic di buku The Antropology of Music yang mengatakan “Culture change begins with the processes of innovation. Type of innovation is variation, invention, tentation, dan culture borrowing ”. Alan P Merriam mengemukakan bahwa perubahan bisa berasal dari lingkungan kebudayaan internal, dan juga bisa berasal dari luar kebudayaan eksternal. Perubahan yang timbul dari dalam dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, disebut dengan inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan perubahan merupakan sebuah tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana variasi-variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. (1964: 305).

4. Teori Tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: (1) tangga nada; (2) nada dasar; (3) wilayah nada; (4) jumlah nada- nada; (5) jumlah interval; (6) pola-pola kadensa; (7) formula-formula melodik; (8) kontur. Analisis musik yang dilakukan adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku percaya (credo), termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena bagian ini sangat sering dilafalkan saja.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yatu rasional, empiris, dan sistematis. Kata metode secara harafiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Ada juga yang mengatakan metode dalam penelitian sebagai alat dalam melakukan penelitian, yaitu dari pengumpulan data, penganalisisan data sampai dengan menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Triswanto, 2010:15).

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode yang sesuai terhadap permasalahan yang dikaji yaitu, metode kualitatif yaitu metode penelitian yang biasanya memerlukan data kata-kata tertulis, peristiwa, dan Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode yang sesuai terhadap permasalahan yang dikaji yaitu, metode kualitatif yaitu metode penelitian yang biasanya memerlukan data kata-kata tertulis, peristiwa, dan

Metode Observasi. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, obserasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Dalam hal ini penulis menggunakan metode Observasi Partisipasi. Metode ini adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data-data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana peneliti terlibat didalamnya.

Selain itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif serta metode perbandingan (comparative method). Metode perbandingan merupakan metode yang digunakan pada awal penyelidikan sebelum sasaran yang dibandingkan dapat dimengerti. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan imajinatif namun memiliki informasi yang akurat (Hood, 1995). Sedangkan metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan sebuah peristiwa, benda, dan keadaan dengan sejelas-jelasnya tanpa memengaruhi objek yang ditelitinya (Sugeng D Triswanto, 2010: 17).

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data yang terdapat pada buku antara lain: Sejarah Musik 1 oleh Rhoderick J.McNeill, Sejarah musik oleh Karl Edmund Prier dan Dieter Mack, The Antropology of Music oleh Alan P Merriam, Etnomusikologi oleh Alan P Merriam yang diterjemahkan oleh Sentosa dan Rizaldi Siagian dengan editor R. Supanggah, Teknik Menulis Karya Ilmiah oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana, Trik Menulis Skripsi dan Menghadapi Presentasi oleh Sugeng D. Triswanto, Prosedur Penelitian oleh Suharsimi Arikunto, Analisis Data Penelitian Kualitatif oleh B. Bungin dan lainnya. Selain buku tersebut penulis mencari sumber lain berupa buku yang sangat berkaitan dengan pokok pembahasan yaitu, Inkulturasi Musik Liturgi oleh Karl-Edmund Prier SJ, Mencintai Liturgi oleh Frans Sugiyono, Pedoman Umum Misale Romanum oleh Komisi Liturgi KWI, Ekaristi oleh Bosco da Cunha, Gereja Katolik memasuki Tapanuli oleh R. Kurris, Puji Syukur Nyanyian Doa dan Gerejawi oleh Komisi Liturgi KWI, Indonesianisasi Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia oleh Huub. J.W.M Boelaars.

Selain buku-buku penulis juga mencari data dalam skripsi-skripsi yaitu, Fungsi dan Peranan Gondang dalam Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan; Sebuah Kajian Deskriptif oleh Hotma Uli Manalu. Inkulturasi Musik Liturgi di Indonesia Pasca

Konsili Vatikan II oleh Rikalufi W. Wardhani. Pengaruh Konsili Vatikan II terhadap Inkulturasi Musik Liturgi dalam Ofisi di Biara Ordo Kapusin Santo Fransiskus Asisi Pematang Siantar oleh Dussel S. Banjarnahor. Dan beberapa artikel-artikel yang representatif dari website seperti, blogspot.com, ucanews.com, wikipedia.org, majalahhidupkatolik.com, dan www.reginacaeli.org.

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan

1.5.2.1 Observasi

Observasi disebut pengamatan atau peninjauan secara cermat. Pengamatan adalah pemusatan perhatian terhadap sebuah objek dengan menggunakan semua kemampuan pancaindera (Arikunto, 1998:164). Biasanya observasi dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan. Observasi yang dilakukan penulis ialah observasi partisipasi. Selama melakukan pengumpulan data dilapangan penulis melakukan pengamatan setiap hari Minggu dengan ikut merayakan perayaan misa di Gereja Santo Antonius. Beberapa kali penulis berusaha untuk datang lebih awal untuk melihat situasi dan keadaan disekitar gereja. Observasi awal yang dilakukan penulis yaitu memfokuskan pada tata peribadatan/runtutan perayaan misa, para petugas liturgi, misdinar (remaja putra atau putri yang melayani imam dalam upacara gereja Katolik; pelayanan misa ), imam, dan perayaan liturgi yang dirayakan. Selama perayaan ibadat, penulis mulai memperhatikan setiap bagian dari lagu ordinarium, baik pada perayaan misa pertama (07.00- 09.00), misa kedua (pukul 09.00-11.00) maupun pada misa Sore (pukul 17.00-19.00). Dan disetiap perayaan misa penulis Observasi disebut pengamatan atau peninjauan secara cermat. Pengamatan adalah pemusatan perhatian terhadap sebuah objek dengan menggunakan semua kemampuan pancaindera (Arikunto, 1998:164). Biasanya observasi dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan. Observasi yang dilakukan penulis ialah observasi partisipasi. Selama melakukan pengumpulan data dilapangan penulis melakukan pengamatan setiap hari Minggu dengan ikut merayakan perayaan misa di Gereja Santo Antonius. Beberapa kali penulis berusaha untuk datang lebih awal untuk melihat situasi dan keadaan disekitar gereja. Observasi awal yang dilakukan penulis yaitu memfokuskan pada tata peribadatan/runtutan perayaan misa, para petugas liturgi, misdinar (remaja putra atau putri yang melayani imam dalam upacara gereja Katolik; pelayanan misa ), imam, dan perayaan liturgi yang dirayakan. Selama perayaan ibadat, penulis mulai memperhatikan setiap bagian dari lagu ordinarium, baik pada perayaan misa pertama (07.00- 09.00), misa kedua (pukul 09.00-11.00) maupun pada misa Sore (pukul 17.00-19.00). Dan disetiap perayaan misa penulis

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Seperti percakapan biasa, wawancara adalah pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu narasumber dan pewawancara. Sebagai narasumber dari penelitian ini penulis memilih pastor paroki sebagai narasumber yang paling representative sekaligus pimpinan gereja yang tertinggi di Gereja Santo Antonius. Penulis juga mewawancarai beberapa pastor yang pernah memimpin misa di Hayam Wuruk, pengurus Gereja, dan umat yang beribadat di Gereja tersebut. Sehingga hasil dari wawancara ini dapat mendukung dan memperkuat penulisan skripsi ini.

1.5.2.3. Rekaman

Pada pelaksanaan kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan satu unit kamera digital Fuji dan satu unit alat rekam video Handycam Sony. Dalam pelaksanaan ini penulis merekam lagu-lagu ordinarium Batak Toba, kemudian mengdokumentasikan dalam bentuk foto instrument musik yang dipergunakan dalam mengiringi lagu ordinarium tersebut. Penulis juga mendokumentasikan para penyanyi, dan pemain musiknya. Pengambilan data dengan rekaman ini dilakukan penulis dengan merekonstrusi kembali ordinarium Batak Toba yang dilakukan oleh kaum Biarawan di Biara Kapusin Jalan Medan Pematang Siantar pada tanggal 20 Desember 2011.

1.5.3 Analisis Data di Laboratorium

Keseluruhan hasil wawancara dan rekaman audio visual yang diperoleh dari penelitian di lapangan, kemudian diolah dalam kerja laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk transkripsi nada dari lagu serta penganalisaan teksnya. Penulis akan melihat perbandingan ordinarium Gregorian Chant dan ordinarium Batak Toba terutama pada pola melodis dan tekstualnya.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Gereja Katolik Santo Antonius dari Padua, Jalan Hayam Wuruk No 1. Lokasi gereja ini terletak di Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru (20153) Medan, Sumatera Utara. Gereja Santo Antonius ini merupakan gereja paroki, yang dipimpin oleh Pastor Paroki Carolus Sembiring O.F.M Cap, dibawah Keuskupan Agung Medan yang dipimpin oleh Uskup Agung Anicetus Bongsu Antonius Sinaga, O.F.M Cap.

Penulis melihat beberapa keistimewaan pada Gereja Santo Antonius ini diantaranya, kuantitas perayaan misa pada hari Minggu yang diadakan sebanyak tiga kali. Gereja Santo Antonius Hayamwuruk memang merupakan gereja paroki, artinya pusat gereja dari suatu wilayah tertentu, namun perayaan misa yang dilakukan adalah yang paling banyak jadwal ibadatnya dibandingkan dengan dibeberapa paroki lain di daerah Medan. Selain hari Minggu, hari Sabtu sore perayaan misa juga berlangsung di Gereja Santo Antonius. Dari sini terlihat bahwa jumlah umatnya lebih besar dari beberapa paroki lainnya di Medan. Selain itu keragaman umat dalam gereja ini nampak terlihat. Terdapat beberapa etnis- etnis di Sumatera Utara menjadi umat dan ikut merayakan misa di Gereja Santo

Antonius. Penulis juga melihat bahwa perhatian gereja terhadap tradisi dan budaya setempat sungguh diapresiasi dengan semangat melakukan beberapa usaha-usaha inkulturasi disetiap perayaan besar gereja. Dengan beberapa alasan inilah penulis tertarik untuk membuat tulisan karya ilmiah dan melakukan penelitian.

BAB II SEJARAH GEREJA KATOLIK INDONESIA DAN TATA PERIBADATAN

2.1 Sejarah Gereja Katolik di Indonesia

Awal karya misi Katolik di Nusantara dimulai sejak pertengahan abad

VII 26 , dimana di pantai barat Sumatera Utara sudah terdapat pemeluk Kristen. Pada abad XIII dan XIV beberapa misionaris Fransiskan 27 singgah di Sumatera,

Jawa, dan Kalimantan ketika berlayar menuju Cina. Namun penyebaran misinya tidak bertahan lama. Kemudian pada tahun 1511 28 Portugis singgah di Malaka

dibawah pimpinan Vasco da Gamma. Portugis menaklukan Malaka, daerah Goa dan tempat-tempat lain serta melakukan monopoli perdagangan. Dari Malaka mereka bertolak melakukan pelayaran ke tempat asal rempah-rempah ke daerah Timur. Selama dalam perjalanan pelayaran para kaum rohaniawan juga turut serta untuk pemeliharaan rohani para pelaut, pedagang, serta serdadu-serdadu. Tahun 1512 kapal Portugis berlayar di Pulau Banda Maluku. Para pedagang Portugis berhasil melakukan perdagangan dengan baik dengan masyarakat Maluku, dan kaum rohaniawan juga turut menyebarkan misi di daerah ini. Namun situasi

26 Sumber KWI (Konfrensi Wali gereja Indonesia), yang ditegaskan kembali dengan fakta dari Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan

seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar berita- berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”, yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia. Berdasarkan berita dari Abu Salih al-Armini dapat diambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di pantai Barat Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni 27 Maria

Biarawan atau biarawati dalam Gereja Katolik yang menggabungkan diri pada Lembaga Hidup Bakti (tarekat), yang didirikan oleh pendiri tarekatnya. Ordo Fransiskan pendiri tarekatnya yakni Fransiskus, sehingga cara hidup kaum biarawan mengikuti jejaknya.

28 Kedatangan Portugis merupakan “semangat menjelajah” dunia yang tumbuh di Eropa pasca ditemukannya benua Amerika oleh Coloumbus dan Amerigo Vespuci serta perang Salib di Eropa

yang mengarah pada konflik terhadap Spanyol dan Portugis yang menghasilkan Perjanjian

keagamaan di Maluku saat itu sedang rumit. Pulau Tidore dan Ternate hampir seluruhnya menganut agama Islam dibawah pimpinan masing-masing sultannya. Sementara di pulau-pulau lain seperti Ambon, Seram, Buru dan lain-lain masih menganut kepercayaan para leluhur mereka. Walaupun situasi sedang rumit, ternyata ada seorang Kepala Kampung yang disebut mamoia atau mamuia datang dan mau dibaptis. Awalnya mamuia ini hanya meminta bantuan dan perlindungan kepada kaum missioner karena sering diganggu oleh kampung disekitarnya. Dia kemudian dibantu dan dilindungi di tempat kaum missioner dan diterima dengan baik. Selama dalam perlindungan dia melihat kehidupan para missioner, dia tertarik dan berkeinginan untuk dibaptis. Setelah dia menyatakan diri menjadi Katolik, orang-orang kampungnya pun ikut dibaptis. Namun ancaman tetap ada dari luar daerah kampung sekitar yang berakhir dengan terjadinya pembunuhan terhadap seorang misionaris Simon Vaz.

Karya misi ini kemudian dilanjutkan oleh Santo Fransiskus Xaverius yang datang mengunjungi kepulauan Maluku: Ambon, Ternate, Halmahera, dan Molotai pada tahun 1546-1547. Fransiskus banyak memberikan perhatian kepada kaum kecil di Maluku, membuka sekolah-sekolah bagi kaum pribumi sehingga banyak penduduk kampung menaruh perhatian, peduli, dan mulai santun padanya. Dari sinilah banyak penduduk yang berkeinginan untuk dibaptis oleh Santo Fransiskus Xaverius. Karya Fransiskus ini kemudian dilanjutkan oleh sejumlah missioner lain. Menjelang akhir abad XVI terdapat sekitar 30.000 umat katolik diantara jumlah penduduk yang diperkirakan sekitar 150.000 di Maluku. Itulah Karya misi ini kemudian dilanjutkan oleh Santo Fransiskus Xaverius yang datang mengunjungi kepulauan Maluku: Ambon, Ternate, Halmahera, dan Molotai pada tahun 1546-1547. Fransiskus banyak memberikan perhatian kepada kaum kecil di Maluku, membuka sekolah-sekolah bagi kaum pribumi sehingga banyak penduduk kampung menaruh perhatian, peduli, dan mulai santun padanya. Dari sinilah banyak penduduk yang berkeinginan untuk dibaptis oleh Santo Fransiskus Xaverius. Karya Fransiskus ini kemudian dilanjutkan oleh sejumlah missioner lain. Menjelang akhir abad XVI terdapat sekitar 30.000 umat katolik diantara jumlah penduduk yang diperkirakan sekitar 150.000 di Maluku. Itulah