PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN KOTA TEGAL

(1)

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR

DAN MOTIVASI BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD

GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN

KOTA TEGAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Khoiru Nawawi

1401412507

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Hari, tanggal : Kamis, 2 Juni 2016


(4)

iv

Skripsi dengan judul Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal, oleh Khoiru Nawawi 1401412507, telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 14 Juni 2016.


(5)

v

Motto

1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS. Al Baqoroh: 286).

2. Manakala kalian lewat taman-taman surga (majelis-majelis ilmu), maka berbahagialah! (HR.Imam Thabrani).

3. Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu (R.A. Kartini).

4. Rumus 6x2 lebih baik daripada rumus 2x6, artinya enam kali belajar masing-masing dua topik lebih baik hasilnya daripada dua kali belajar masing-masing-masing-masing enam topik (Penulis).

Persembahan

Untuk Ibu Shofi’ah dan Bapak Abdul Qodar, Adik-adikku Indah dan Salisa, serta keluarga besarku.

Guru-guruku dan Dosen-dosenku, mahasiswa PGSD UPP Tegal FIP UNNES angkatan 2012, dan teman-teman di Kontrakan Abah Khoyir.


(6)

vi

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(7)

vii

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. Utoyo, M.Pd., sebagai dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan pengarahan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kesbangpolinmas, BAPPEDA Kota Tegal, Dinas Pendidikan Kota Tegal, dan UPPD Tegal Selatan yang telah memberikan izin penelitian.

8. Kepala Sekolah Dasar Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 9. Guru kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal

yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam mengadakan penelitian. 10. Segenap siswa kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin

Kota Tegal yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Tegal, 23 Mei 2016


(8)

viii

Nawawi, Khoiru. 2016. Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Noto Suharto, M.Pd dan Drs. Utoyo, M.Pd

Kata Kunci: Hasil belajar; kebiasaan belajar; motivasi belajar

Mutu pendidikan dapat diketahui salah satunya melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar diantaranya kebiasaan belajar dan motivasi belajar. Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang teratur dan rutin akan memengaruhi hasil belajar yang diperoleh. Begitu pula siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memengaruhi nilai hasil belajar yang tinggi juga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal.

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal yang berjumlah 197 siswa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan Proporsional Random Sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 132 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi untuk hasil belajar dan angket tertutup dengan skala likert 4 untuk kebiasaan belajar serta motivasi belajar. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,503 > 1,978 dan korelasi keduanya sebesar 0,214 atau rendah.

Besar sumbangan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 4,6%; (2) Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh diperoleh thitung > ttabel (3,522 > 1,978) dan korelasi

keduanya dalam kategori rendah (0,295). Besar sumbangan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 8,7%; (3) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh Fhitung > Ftabel (6,171 > 3,066) dan korelasi ganda dalam kategori rendah

(0,295). Besar sumbangan kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 8,7%. Saran peneliti adalah guru hendaknya membiasakan siswa suka membaca dan membantu menghadapi kesulitan belajar siswa seperti memberikan dorongan saat siswa dapat hasil belajar rendah.


(9)

ix

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 13

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 14

1.5.1 Tujuan Umum ... 14

1.5.2 Tujuan Khusus ... 14


(10)

x

2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori ... 17

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar ... 17

2.1.2 Kebiasaan Belajar ... 23

2.1.3 Motivasi Belajar ... 32

2.1.4 Hubungan antar Variabel ... 44

2.2 Penelitian yang Relevan ... 46

2.3 Kerangka Berpikir ... 53

2.4 Hipotesis Penelitian ... 56

3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 57

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 59

3.2.1 Waktu Penelitian ... 59

3.2.2 Tempat Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 59

3.3.1 Populasi ... 59

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 60

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 62

3.4.1 Variabel Penelitian ... 62


(11)

xi

3.5.2 Angket atau Kuesioner ... 66

3.5.3 Dokumentasi ... 66

3.6 Instrumen Penelitian ... 66

3.6.1 Instrumen Variabel Hasil Belajar ... 67

3.6.2 Instrumen Variabel Kebiasaan Belajar ... 67

3.6.3 Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 68

3.6.4 Uji Validitas Instrumen ... 70

3.6.5 Reliabilitas Instrumen ... 72

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 73

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 73

3.7.2 Teknik Prasyarat Analisis ... 74

3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 78

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 83

4.1.2 Deskripsi Responden ... 84

4.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 85

4.1.4 Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 102

4.1.5 Hasil Analisis Akhir ... 106


(12)

xii

5 PENUTUP

5.1 Simpulan ... 140

5.2 Saran ... 141

5.2.1 Bagi Orang Tua ... 141

5.2.2 Bagi Guru ... 142

5.2.3 Bagi Kepala Sekolah ... 142

Daftar Pustaka ... 143

Glosarium ... 147


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 60

3.2 Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian ... 62

3.3 Kisi-kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 68

3.4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 69

3.5 Hasil Uji Validitas Angket Kebiasaan Belajar ... 71

3.6 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 72

3.7 Pedoman Konversi Skala-5 ... 73

3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 79

3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 81

4.1 Data Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

4.2 Data Responden Penelitian Berdasarka Usia ... 85

4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 86

4.4 Rentang Nilai Indeks (Three Box Method) ... 90

4.5 Pedoman Konversi Skala-5 ... 90

4.6 Frekuensi Hasil Nilai Rata-rata UTS Genap ... 91

4.7 Nilai Indeks Kebiasaan Belajar ... 96

4.8 Nilai Indeks Motivasi Belajar ... 100

4.9 Rekapitulasi Rata-Rata Indeks Variabel ... 101

4.10 Hasil Uji Normalitas Data ... 102

4.11 Hasil Uji Linieritas Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 103

4.12 Hasil Uji Linieritas Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 104

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 105

4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 106

4.15 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Kebiasaan Belajar ... 107

4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Motivasi Belajar ... 107

4.17 Hasil Uji Regresi Ganda ... 111


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 147

2 Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 151

3 Daftar Nama Siswa Sampel Uji Coba Angket ... 155

4 Kisi-Kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 156

5 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 157

6 Angket Uji Coba Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 158

7 Kisi-Kisi Angket Penelitian Kebiasaan Belajar (Setelah Uji Coba) ... 164

8 Kisi-Kisi Angket Penelitian Motivasi Belajar (Setelah Uji Coba) ... 165

9 Angket Penelitian Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 166

10 Lembar Validasi Angket ... 171

11 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 176

12 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 178

13 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 180

14 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 182

15 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Penelitian ... 184

16 Rekapitulasi Uji Reabilitas ... 186

17 Data Hasil Penelitian Angket Kebiasaan Belajar ... 187

18 Data Hasil Penelitian Angket Motivasi Belajar ... 195

19 Rekapitulasi Skor Hasil Data Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 201

20 Daftar Nilai Rata-rata UTS pada Sampel Penelitian ... 205

21 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar (Y), Kebiasaan Belajar (X1) dan Motivasi Belajar (X2) ... 209

22 Tabel Kriteria Penilaian Hasil Belajar ... 213

23 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 214

24 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 216

25 Hasil Uji Normalitas Data ... 218

26 Hasil Uji Linearitas Data ... 220


(16)

xvi

28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 226

29 Hasil Analisis Regresi Sederhana Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 227

30 Hasil Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 228

31 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda ... 229

32 Surat Rekomendasi Permohonan izin Penelitian dari BAPEDA ... 230

33 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 232


(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu negara sangat bergantung dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Suatu negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka pembangunan negara tersebut akan berkembang secara pesat. Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat menghambat pembangunan nasional suatu negara. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah yang dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam hal ini adalah pendidikan.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu hak setiap individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut, telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Selanjutnya pada ayat 3 dituangkan

pernyataan yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:


(18)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Langeveld dalam Munib (2012: 23) mengemukakan bahwa “pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan”. Manusia dikatakan dewasa

apabila sudah mencakup indikator berikut: manusia yang mandiri, bertanggungjawab kepada perbuatannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya tersebut, serta telah mampu memahami dan melaksanakan norma-norma atau moral dalam kehidupan. Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan, dalam konteks ini pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi (upaya memanusiakan manusia) artinya suatu upaya dalam rangka membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya (Wahyudin, dkk, 2007: 1.29). Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu: pendidikan berlangsung seumur hidup, tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, serta pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia sebab dengan pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang (Munib, 2012: 24).

Selama berkembangnya manusia untuk berusaha meningkatkan kehidupannya, seperti pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan maka selama itulah pendidikan akan berjalan terus. Pendidikan mengemban tugas untuk


(19)

menghasilkan manusia yang berbudaya dan generasi yang baik. Pendidikan menyangkut kehidupan seluruh umat manusia yang digambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan pendidikan nasional yang sekarang berlaku mengacu berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila didukung oleh semua komponen yang ada di dalam sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur yang memengaruhi pendidikan meliputi: peserta didik, pendidik, tujuan, isi pendidikan, metode, dan lingkunagn (Munib, 2012 : 38). Demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka kegiatan pendidikan nasioanl dilaksanakan melalui tiga jalur sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 10

yang berbunyi: “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada

setiap jenjang dan jenis pendidikan”.

Salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Indonesia adalah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Adapun yang dimaksud jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan siswa, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan formal


(20)

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11). Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (BAB VI Pasal 17 ayat 1). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (BAB VI Pasal 17 ayat 2).

Pendidikan dasar berbentuk SD dapat diartikan sebagai proses membimbing, mengajar, dan melatih siswa yang berusia 6-13 tahun untuk memberi bekal kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial, dan personal yang sesuai dengan karakteristik perkembangannnya sehingga dia dapat melanjutkan pendidikan di SMP atau sederajat (Mikarsa, 2008: 1.13). Tujuan pendidikan di SD mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman dasar, dan seluk-beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk belajar pada jenjang yang lebih tinggi serta hidup dalam masyarakat. Sementara fungsi pendidikan SD adalah fungsi edukatif daripada fungsi pengajaran, yaitu upaya bimbingan dan pembelajaran diorientasikan pada pembentukan landasan kepribadian yang kuat (Mikarsa, 2008: 1.17).

Menurut Wahyudin, dkk (2007: 8.23) bahwa “kegiatan pendidikan hakikatnya belangsung sepanjang hayat, diselenggarakan di berbagai satuan pendidikan yang terdapat di jalur pendidikan informal, formal, dan nonformal”. Sekolah hanyalah sebagian saja dari keseluruhan kegiatan pendidikan, kegiatan


(21)

pendidikan berlangsung seumur hidup yang bisa diperoleh seseorang di lingkungan keluarga dan masyarakat. Maka peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah tetap melaksanakan pendidikan diantaranya dengan cara belajar.

Pengertian belajar Menurut Siregar dan Nara (2011: 3) adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Sementara itu, Spears dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan)”. Pendapat lain dikemukakan Ahmadi dan Supriyono (2013:

128), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeroleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Gagne (1997)

dalam Rifa’i dan Anni (2012: 68) membagi unsur belajar menjadi empat, yaitu:

peserta didik, rangsangan atau stimulus, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dan memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya stimulus tersebut.

Siswa terpacu belajar karena ada berbagai faktor. Menurut Slameto (2013: 54) faktor-faktor yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri


(22)

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern dibagi tiga golongan, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern digolongkan menjadi tiga, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Senada dengan itu, Rifa’i dan Anni (2012: 80-81) membagi faktor-faktor yang memengaruhi belajar menjadi dua, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, psikis, dan sosial. Sedangkan kondisi eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat yang akan memengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Hasil belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2011: 45) adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya. Hasil belajar peserta didik akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30). Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Menurut Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12), “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal”. Faktor internal


(23)

kesehatan, ketekunan, sikap, kondisi fisik, perhatian, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, seperti: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor masyarakat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi hasil belajar siswa yaitu kebiasaan belajar dan motivasi belajar.

Faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar. Aunurrahman (2013: 185) menyatakan “kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya”. Hal ini berarti kebiasaan belajar merupakan perilaku belajar yang dilakukan siswa secara berulang-ulang dan lama-kelamaan akan menjadi menetap dan bersifat otomatis. Menurut Djaali (2008: 128),

“kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan

pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Setiap siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan dirinya masing-masing. Kebiasaan belajar seseorang memengaruhi aktivitas belajarnya dan pada tujuannya dapat memengaruhi hasil belajar yang diperoleh.

Tujuan adanya kebiasaan belajar pada siswa adalah agar memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (Syah, 2015: 128). Djaali (2008: 128) mengungkapkan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avodian (menghindari keterlambatan) dan work methods (cara kerja). Delay avodian menunjukkan menghindari diri dari hal-hal tertundanya penyelesaian tugas,


(24)

sedangkan work methods menunjukkan penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah, guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi adanya faktor kebiasaan belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal yang masih buruk. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering dilakukan siswa berupa belajar tidak teratur, siswa mudah jenuh atau cepat bosan saat belajar, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, sering mencontek teman, kurang memiliki catatan pelajaran yang lengkap, dan lain-lain. Ketidak teraturan belajar siswa saat di rumah merupakan hal yang dianggap biasa saja oleh siswa. Ketidak teraturan tersebut dipicu anak ingin melihat TV atau ingin bermain serta tidak mempunyai jadwal belajar yang teratur. Kebanyakan anak juga kurang perhatian atau bimbingan dari orang tua sehingga anak tidak terbiasa untuk belajar mandiri. Hal lain yang sering dialami siswa adalah mencontek saat ulangan berlangsung. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa karena pada malam harinya tidak belajar sehingga saat ulangan berlangsung anak tidak memiliki pandangan jawaban yang berkaitan dengan soal serta kurang konsentrasi. Bentuk-bentuk perilaku yang buruk tersebut dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.


(25)

Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi (Sardiman, 2014: 40). Motivasi menurut Sardiman (2014: 73) diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49)

menyatakan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”.

Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual” (Sardiman, 2014: 75). Ali Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2013: 53-54) mengemukakan enam faktor yag memengaruhi motivasi belajar, sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar, kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran.

Siregar dan Nara (2011: 51) menyatakan terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar yaitu: pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa


(26)

yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak mempunyai semangat atau motivasi belajar yang tinggi, maka akan terjadi kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. Sebaliknya, jika anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Apabila motivasi peserta didik rendah, maka diasumsikan bahwa hasil belajar siswa yang bersangkutan akan rendah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah, guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Hasil belajar siswa rendah selain disebabkan kebiasaan belajar, juga dipengaruhi motivasi belajar siswa yang masih kurang. Kurang termotivasinya belajar siswa dikarenakan berbagai faktor, baik dari dalam siswa maupun luar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain anggapan siswa yang penting masuk sekolah, kurang semangat mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar, kurang bimbingan belajar dari keluarga, banyak teman yang ganggu saat hendak belajar, kurang konsentrasi saat di kelas, kurangnya pujian dan hadiah dari guru, serta guru kurang variasi dalam pembelajaran. Hal ini dirasa siswa kurang bersemangat dalam belajar sehingga nilai hasil belajar siswa masih banyak yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tanda siswa yang kurang motivasi belajar dapat dilihat saat mereka mengikuti pembelajaran, contohnya pasif saat pembelajaran, malu menjawab saat ditanya guru, kurang partisipasi dalam


(27)

kelompok, mudah mengeluh, susah menerima materi dari guru, dan sebagainya. Tanda semacam ini yang sangat dikeluhkan guru saat berlangsungnya pembelajaran. Jika guru menemui siswa yang seperti ini tidak dibiarkan begitu saja, namun guru memberikan pendekatan khusus agar mereka mau mengikuti pembelajaran dengan lebih giat.

Kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, baik tingkat kebiasaan belajar maupun motivasi belajar. Kebiasaan belajar siswa ada yang teratur dan ada yang kurang teratur. Guru hendaknya membangun kebiasaan belajar siswa yang teratur saat pembelajaran berlangsung. Orang tua juga dituntut agar lebih memerhatikan atau membimbing anak saat belajar di rumah. Tujuannya agar anak terbiasa melakukan belajar secara terus-menerus dan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan pada diri anak. Begitu pula motivasi belajar siswa, ada siswa yang motivasi belajar tinggi dan ada pula motivasi belajarnya rendah. Perbedaan tingkat motivasi ini dapat disikapi guru dengan cara membangkitkan motivasi siswa yang kurang motivasi belajarnya dan memuji siswa yang mempunyai motivasi tinggi. Orang tua juga perlu memotivasi anak agar lebih giat dalam belajarnya. Motivasi belajar yang tinggi dan seringnya siswa melakukan belajar setiap hari, secara tidak langsung akan berdampak pada tujuannya yaitu nilai hasil belajar yang memuaskan.

Penelitian yang relevan dengan masalah tersebut yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Setyowati (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”. Hasil


(28)

Semarang dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan diperoleh 29,766 dengan taraf signifikansi 5% yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya motivasi belajar yang memengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang sebesar 29,766 sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu, serta kemampuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman M.S (2012) dengan judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari

Kecamatan Gunung Kidul Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika, hal tersebut ditunjukkan dari harga rhitung yang diolah

dengan bantuan SPSS versi 17 sebesar 0,300 sedangkan rtabel dengan N=89 (90)

pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,207, sehingga rhitung > rtabel (0,300 > 0,207).

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa dengan judul

“Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

(1) Sebagian hasil belajar siswa masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Mimimal (KKM).


(29)

(2) Kebiasaan belajar siswa yang kurang teratur atau kurang disiplin saat dirumah.

(3) Kebiasaan belajar siswa yang masih buruk saat mengikuti pembelajaran di sekolah.

(4) Orang tua siswa kurang membimbing saat anak belajar. (5) Siswa kurang termotivasi saat proses belajar mengajar.

(6) Siswa masih perlu lebih banyak bentuk motivasi belajar dari luar siswa.

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian serta agar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, peneliti perlu membatasi masalah sebagai berikut:

(1) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. (2) Variabel yang akan diteliti yaitu kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan

hasil belajar siswa.

(3) Hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) genap Tahun Ajaran 2015/2016.

1.4

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016?


(30)

(2) Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016?

(3) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016?

1.5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian yang akan diuraikan dalam bagian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan tujuan penelitian dari sudut pandang secara luas. Tujuan khusus adalah tujuan penelitian dari sudut pandang yang lebih sempit. Berikut uraian tujuannya:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

1.5.2 Tujuan Khusus

(1) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

(2) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.


(31)

(3) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

(1) Memberikan gambaran tentang pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

(2) Menambah referensi bahan kajian penelitian yang relevan di bidang psikologi.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1Bagi Siswa

(1) Menumbuhkan kebiasaan belajar yang teratur dan baik.

(2) Menumbuhkan motivasi kepada siswa agar giat belajar dan memiliki motivasi belajar yang tinggi.

1.6.2.2Bagi Guru

(1) Guru mampu membiasakan siswa agar memiliki kebiasaan belajar yang baik dalam kelas.

(2) Hasil penelitian digunakan sebagai bahan masukan guru untuk meningkatkan keterampilan memberikan motivasi kepada siswa.

(3) Pedoman guru untuk mengajak orang tua siswa untuk lebih memerhatikan anaknya.


(32)

1.6.2.3Bagi Sekolah

(1) Memberikan informasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(2) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah. 1.6.2.4Bagi Orang Tua

(1) Membiasakan anak agar teratur belajar saat di rumah.

(2) Menambah pengetahuan dan menimbulkan kesadaran bagi orang tua untuk lebih memerhatikan dan memotivasi anaknya dalam belajar.

1.6.2.5Bagi Peneliti

(1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang psikologi pendidikan.

(2) Meningkatkan wawasan peneliti dalam bidang psikologi pendidikan berkaitan dengan kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa di sekolah dasar.


(33)

17

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hakikat hasil belajar, kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan hubungan antar variabel. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar

2.1.1.1Pengertian Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam kandungan hingga liang lahat (Siregar dan Nara, 2011: 3). Sementara itu, Spears dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan). Pendapat Gagne yang dikutip oleh Rifa’i dan

Anni (2012: 66) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan disposisi atau

kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan”. Sementara Whittaker dalam

Ahmadi dan Supriyono (2013: 126) mendefinisikan “belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.


(34)

Pendapat lain dikemukakan Abdillah dalam Aunurrahman (2013: 35) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memeroleh tujuan

tertentu”. Menurut Slameto (2013: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan atau psikomotorik (Susanto, 2015: 4). Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

Seseorang yang telah melakukan belajar akan memiliki ciri-ciri perubahan tingkah lakunya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut seperti diungkap oleh Slameto (2013: 3-7), diantaranya: perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan terjadi secara sadar berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, artinya satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.


(35)

Perubahan tingkah laku yang ketiga adalah perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, maksudnya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, berarti seseorang yang telah belajar akan bersifat menetap atau permanen. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku yang terakhir adalah perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Aspek tingkah laku tersebut adalah sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan yang berlangsung periode waktu tertentu demi perubahan kecakapan manusia dan perubahan perilaku. 2.1.1.2Pengertian Hasil Belajar

Proses pendidikan selalu ada input (masukan) berupa peserta didik kemudian dilakukan proses atau pembelajaran yang akhirnya menghasilkan output (keluaran) berupa lulusan yang memeroleh hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2014: 45) adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”.

Nawawi dalam Susanto (2015: 5) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat


(36)

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal

jumlah materi pelajaran tertentu”. Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa “hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pendapat lain oleh Karwati dan Priansa (2014: 216)

mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa

berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Hasil belajar siswa

akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30). Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar sehingga tampak pada dirinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang berubah bisa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2.1.1.3Macam-Macam Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar siswa mencakup berbagai hal yang dipelajari di sekolah. Kingsley dalam Sudjana (2011: 22) membagi macam-macam hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Hampir sama yang diungkap oleh Gagne dengan mengklasifikasikan kategori hasil belajar menjadi lima, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris.


(37)

Macam-macam hasil belajar menurut Susanto (2015: 6) meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari, sedangkan konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi, pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru atau seberapa jauh siswa mengerti tentang gagasan atau suatu pengertian berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang telah dilakukan. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep atau citra. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran di SD, umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan, baik ulangan harian, ulangan semesteran, maupun ulangan umum.

Bentuk atau macam hasil belajar yang kedua adalah keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Selain kedua macam hasil belajar tersebut, ada satu macam hasil belajar lagi yaitu sikap. Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau


(38)

tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, maka domain yang sangat berperan adalah pemahaman konsep dengan domain kognitif.

2.1.1.4Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Peristiwa belajar yang dialami siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar. Penentuan keberhasilan belajar

siswa adalah dengan mendapat nilai hasil belajar yang baik. Rifa’i dan Anni (2012:

80) menjelaskan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik (kesehatan organ tubuh), kondisi psikis (kemampuan intelektual dan emosional), serta kondisi sosial (kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan), sedangkan kondisi eksternal mencakup variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat. Belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal siswa dan situasi stimulus di luar siswa.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12) bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Faktor

internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dalam memengaruhi belajarnya, meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi hasil belajar, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lebih lanjut Djaali (2009) dalam Karwati dan Priansa (2014: 217) menyatakan bahwa faktor yang


(39)

memengaruhi pencapaian hasil belajar bisa berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada dari luar dirinya. Faktor dari dalam misalnya kesehatan, intelegensi, minat, cara belajar, dan motivasi, sedangkan faktor dari luar misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari diri siswa maupun dari luar siswa. Faktor yang datang dari diri siswa jauh lebih berpengaruh besar terhadap pencapaian hail belajar siswa, seperti kecerdasan anak, minat, kondisi fisik, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar.

2.1.2 Kebiasaan Belajar

2.1.2.1Pengertian Kebiasaan Belajar

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan yang dilalui siswa agar menjadi kebiasaan (Slameto 2013: 82).

Witherington dalam Djaali (2008: 128) mengartikan “kebiasaan adalah cara

bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis”. Sementara itu, Burghardt (1973) dalam

Syah (2013: 121) berpendapat bahwa “kebiasaan itu timbul karena proses

penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang

berulang-ulang”. Maksud dari penyusutan kecenderungan respons adalah pembiasaan pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Proses penyusutan atau pengurangan ini muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.


(40)

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka melakukan kegiatan belajar. Djaali (2008: 128) mengungkapkan tentang “kebiasaan belajar diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu

untuk menyelesaikan kegiatan”. Aunurrahman (2011: 185) mendefinisikan

“kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam

waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang

dilakukannya”. Sementara itu, Syah (2013: 128) mengemukakan bahwa “kebiasaan

belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-perbaikan yang telah ada”. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Pendapat lain dikemukakan Sudjana

(2014: 173) “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam aktivitas belajar siswa dengan waktu yang lama agar muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Perbuatan menyenangkan dalam belajar cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan kebiasaan belajar akan memengaruhi siswa dalam memraktikkan belajar dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.2.2Peranan Kebiasaan Belajar dalam Kegiatan Belajar

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka melakukan kegiatan belajar. Hal ini disebabkan kebiasaan sebagai cara yang mudah


(41)

dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Suryabrata dalam Djaali (2008: 129) merumuskan cara belajar yang efisien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien belum menjamin keberhasilan dalam belajar. Namun, yang paling penting siswa mampu memraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah.

Syah (2015: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar agar siswa memeroleh sikap-sikap perbuatan baru yang lebih positif dalam arti selaras dengan kebutuhan waktu dan ruang. Arti positif tersebut selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural. Kebiasaan belajar dapat diberlakukan untuk menopang pendidikan karakter. Djaali (2008: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avoidan dan work methods. Delay Avoidan (menghindari keterlambatan) merupakan kebiasaan belajar yang merujuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Work Methods (cara kerja) merupakan kebiasaan belajar yang menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar. 2.1.2.3Kebiasaan Tidak Baik dalam Belajar dan Cara Mengatasi

Melihat kondisi nyata yang ada dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik pada diri siswa. Kebiasaan tersebut


(42)

antara lain berupa: (1) belajar pada akhir semester; (2) belajar tidak teratur; (3) menyia-nyiakan kesempatan belajar; (4) bersekolah hanya untuk bergengsi; (5) datang terlambat bergaya pemimpin; (6) bergaya jantan seperti merokok; (7) sok

menggurui teman; dan (8) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar (Dimyati

dan Mudjiono, 2009: 246). Senada dengan pendapat tersebut, Aunurrahman (2011: 185) mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar diantaranya: (1) belajar tidak teratur; (2) daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa); (3) belajar ketika menjelang ulangan atau ujian; (4) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap; (5) tidak terbiasa membuat ringkasan; (6) tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; (7) senang menjiplak pekerjaan teman dan kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas; (8) sering datang terlambat; dan (9) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti merokok.

Jenis-jenis kebiasaan belajar tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak baik dalam belajar karena akan memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Maka dibutuhkan cara mengatasi atau mengubah sikap siswa yang tidak baik dalam belajar menjadi cara-cara yang baik dalam belajar. Crow and Crow (t.t) dalam Purwanto (2011: 116-120) mengemukakan cara-cara belajar yang baik, diantaranya: (1) adanya tugas-tugas yang jelas dan tegas; (2) belajar membaca yang baik; (3) gunakan metode keseluruhan dan metode bagian; (4) pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari; (5) buat catatan-catatan pada waktu belajar; (6) kerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan; (7) hubungkan bahan-bahan baru dengan


(43)

bahan yang lama; (8) gunakan berbagai sumber belajar; (9) pelajari baik-baik tabel, peta, grafik, dan gambar; serta (10) membuat rangkuman.

Cara yang pertama dalam perbaikan sikap siswa adalah dengan adanya tugas yang jelas dan tegas. Adanya tugas-tugas yang jelas dari guru akan membentuk kebiasaan belajar yang efektif. Tugas yang jelas membuat perhatian siswa dapat diarahkan kepada hal-hal khusus mana saja yang perlu dipelajari dengan baik dan bagaimana cara mempelajarinya. Semakin jelas tugas yang diberikan oleh guru, semakin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya.

Kemampuan membaca seseorang memengaruhi pencapaian hasil belajar yang baik. Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memeroleh pengetahuan dan benar-benar mengerti apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus diusahakan mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisanya itu. Membaca cepat dan efektif dapat tercapai dengan latihan terus-menerus.

Pemilihan metode yang tepat merupakan hal yang penting dalam belajar. Pemilihan metode belajar harus berdasarkan tingkat keluasan dan tingkat kesulitan materi atau bahan yang dipelajari. Misalnya untuk mempelajari materi yang luas mungkin kurang sesuai jika menggunakan metode keseluruhan. Namun, untuk mempelajari bab demi bab lebih sesuai menggunakan metode keseluruhan. Mempelajari sebuah bab kurang tepat jika menggunakan metode bagian karena pengertian yang kita peroleh menjadi terpecah-pecah sehingga tidak menjadi satu


(44)

kebulatan. Setelah bab demi bab dikuasai, baru kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut.

Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan membutuhkan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Bagian-bagian yang sukar itu harus dipelajari baik-baik agar dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari bahan pelajaran yang dipelajari. Pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Selain itu, guru juga harus memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian yang penting.

Catatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Catatan-catatan tersebut disusun ke dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besaar keseluruhan dari apa yang telah dipelajari. Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan membantu siswa pada saat mereka akan mengulangi pelajaran ketika akan menghadapi ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memerlukan waktu lebih lama.

Pada tiap akhir bab buku pelajaran terdapat beberapa pertanyaan yang bermaksud untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari serta memperluas pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan isi bab itu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebelum siswa mempelajari tugas untuk hari berikutnya, dia harus mengulangi pelajaran-pelajaran yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang akan dipelajarinya. Sumber yang digunakan dalam belajar tidak hanya satu saja. Berbagai macam sumber belajar akan dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka. Siswa tidak sekedar biasa membaca tabel, peta, grafik, dan


(45)

gambar tetapi siswa juga harus paham. Guru memiliki tugas untuk membimbing siswa bagaimana menginterpretasikan gambar, grafik, tabel, dan peta yang ada di dalam buku pelajaran serta bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan. Melalui penjelasan guru, siswa dapat membuat rangkuman yang baik dan mudah dipahami. Semakin pandai siswa membuat rangkuman, maka semakin mudah untuk melakukan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya. Rangkuman dan review berfungsi untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasai.

2.1.2.4Aspek Kebiasaan Belajar

Sudjana (2014: 165-173) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, yaitu: cara mengikuti pelajaran, cara belajar mandiri di rumah, cara belajar kelompok, mempelajari buku teks, dan menghadapi ujian. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah cara mengikuti pelajaran. Cara mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar, siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Pada saat pembelajaran, siswa berkosentrasi menerima pelajaran, mencatat pokok-pokok materi, dan mencatat hal yang tidak jelas untuk ditanyakan guru.

Cara belajar mandiri di rumah besar pengaruhnya dengan kebiasaan belajar. Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar di rumah adalah keteraturan belajar yaitu memiliki jadwal belajar meskipun waktunya terbatas. Belajar bukan merujuk lamanya tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar setiap harinya meskipun dengan jam yang terbatas.


(46)

Cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Perlu adanya variasi cara belajar lain seperti belajar bersama atau belajar kelompok dengan teman yang bisa dilakukan di sekolah, perpustakaan, di rumah teman ataupun tempat-tempat yang nyaman untuk belajar. Dengan belajar kelompok, siswa dapat memecahkan soal dengan kelompoknya.

Mempelajari buku teks juga akan memengaruhi kebiasaan belajar siswa. Buku adalah sumber ilmu, oleh karena itu keharusan bagi siswa untuk membaca buku. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh siswa agar lebih memahami bahan pelajaran dan dapat pula lebih tahu terlebih dahulu sebelum bahan pelajaran tersebut diberikan guru.

Keadaan yang paling mencemaskan bagi siswa adalah saat menghadapi tes, ulangan, ataupun ujian. Cemas, sibuk, dan kurang istirahat karena mengejar belajar untuk ujian sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang berakibat kepercayaan diri menurun. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik pada saat menghadapi ujian akan dapat menyelesaikannya dengan tenang.

Belajar merupakan cara yang harus dilalui siswa demi mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Cara atau jalan yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan memengaruhi hasil belajar itu sendiri. Slameto (2013: 82-91) mengungkapkan kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi hasil belajar, meliputi: (1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya; (2) membaca dan membuat catatan; (3) mengulangi bahan pelajaran; (4) konsentrasi; dan (5) mengerjakan tugas.


(47)

Pembuatan jadwal dan melaksanakan dengan baik merupakan langkah awal yang tepat dalam membina kebiasaan belajar. Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanaakan oleh sesorang tiap harinya. Kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil jika seorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Siswa yang mampu membuat jadwal dan melaksanakannya sesuai jadwal, menandakan siswa tersebut bisa membagi waktu untuk memilih kegiatan yang penting dan tidak penting. Kegiatan belajar yang sesuai dengan jadwal dan pelaksanaanya akan meningkatkan hasil belajar.

Selain pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, membaca dan membuat catatan juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Membaca merupakan alat belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sebelum membaca, sebaiknya mencari garis besar dari bab atau buku yang akan dibaca. Setelah itu, membuat pertanyaan terkait isi bab atau buku yang dibaca dengan harapan pertanyaan tesebut dapat dijawab setelah membaca. Kemudian menghafal pokok-pokok yang penting, mencatat pokok-pokok untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari. Membuat catatan memiliki pengaruh besar dalam membaca. Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam belajar, khususnya dalam membaca. Catatan tersebut tidak menimbulkan kebosanan dalam membaca.

Mengulangi bahan pelajaran merupakan besar pengaruhnya dalam langkah membina kebiasaan belajar, karena dengan adanya pengulangan bahan yang belum dikuasai maka akan materi yang telah dipelajari tetap tertanam dalam otak siswa.


(48)

Ringkasan yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Selain itu, dalam kegiatan belajar juga membutuhkan konsentrasi agar dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Siswa yang sudah bisa berkonsentrasi dapat belajar dengan baik kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya konsentrasi saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, agar siswa berhasil dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pengayaan, tes atau ulangan harian, ulangan umum, dan ujian.

2.1.2.5Dimensi dan Indikator Kebiasaan Belajar

Dimensi dan indikator kebiasaan belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan pendapat Sudjana (2014: 165-173) dan pendapat Slameto (2013: 82-91). Dimensi dan indikator tersebut yaitu (1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, indikatornya pembuatan jadwal belajar dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur; (2) membaca dan membuat catatan dari buku teks, indikatornya membaca buku teks atau buku pelajaran dan membuat catatan atau rangkuman; (3) penyelesaian tugas, indikatornya mengerjakan tugas di sekolah dan menyelesaikan tugas PR; (4) cara mengikuti pelajaran, indikatornya konsentrasi mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses pembelajaran; (5) cara belajar kelompok; serta (6) cara belajar mandiri di rumah.

2.1.3 Motivasi Belajar

2.1.3.1Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan.


(49)

melakukan sesuatu (Sardiman, 2014: 73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49) menjelaskan

“motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perlikau

tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”.

Menurut Slavin dalam Rifa’i dan Anni (2012: 135) “motivasi merupakan proses

internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus”. Sementara itu motivasi menurut Donald dalam Sardiman (2014: 73) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting, diantaranya: motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling seseorang, dan motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Sementara itu, Sardiman (2014: 75) menyatakan “motivasi belajar


(50)

adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual”. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Sumiati dan Asra (2011: 59) berpendapat “motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan perubahan energi dalam diri seorang siswa yang menimbulkan dorongan untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan memiliki dorongan dan semangat yang besar dalam belajar, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah akan memiliki dorongan dan semangat yang rendah dalam belajar.

2.1.3.2Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Menurut Djamarah (2011: 152) ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, yaitu: motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar, motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman, motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar, dan motivasi melahirkan prestasi belajar.

Prinsip yang paling utama adalah motivasi sebagai dasar penggerak mendorong aktivitas belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Selanjutnya prinsip motivasi intrinsik lebih utama daripada


(51)

motivasi ekstrinsik dalam belajar. Peserta didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Peserta didik belajar bukan pengaruh dengan mendapat nilai tinggi, mengharap pujian, dan mengharap hadiah tapi karena memeroleh ilmu sebanyaknya. Maka motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar.

Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan. Hal ini memberikan semangat untuk lebih meningkatkan prestasi. Berbeda dengan pujian, hukuman diberikan kepada anak untuk memberhentikan perilaku negatifnya. Prinsip selanjutnya adalah motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak adalah keinginannya untuk meguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Maka anak butuh kebutuhan yang wajar dalam belajarnya. Selain itu, motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Siswa yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Sehingga menghasilkan prinsip motivasi yang terakhir yaitu melahirkan prestasi dalam belajar. Tinggi rendahmya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi siswa atau tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Hover dalam Hamalik (2015: 163) mengklasifikasikan prinsip-prinsip motivasi menjadi tujuh belas, sebagai berikut: (1) pujian lebih efektif daripada hukuman; (2) semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan; (3) motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar; (4) terhadap jawaban yang serasi, perlu dilakukan usaha pemantauan atau penguatan; (5) motivasi mudah tersebar


(52)

terhadap orang lain; (6) pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi; (7) tugas yang dibebankan pada diri sendiri akan menimbulkan motivasi yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas itu dipaksakan guru; (8) pujian yang datangnya dari luar kadang diperlukan dan efektif untuk merangsang motivasi yang sebenarnya; (9) teknik mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara motivasi siswa; (10) manfaat motivasi yang yang telah dimiliki siswa adalah bersifat ekonomis; (11) kegiatan yang akan dapat merangsang motivasi siswa yang lemah mungkin kurang berharga bagi para siswa yang tergolong pandai; (12) kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitasn belajar; (13) kecemasan yang lemah dapat membantu belajar; (14) apabila tugas tidak terlalu sukar maka frustasi cepat menuju demoralisasi; (15) setiap siswa mempunyai tingkat frustasi toleransi yang berlainan; (16) tekanan per kelompok kebanyakan lebih efekif dalam motivasi daripada tekanan dari orang dewasa; (17) motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreativitas siswa.

2.1.3.3Fungsi Motivasi Belajar

Secara umum, terdapat dua fungsi atau peranan penting motivasi dalam belajar (Siregar dan Nara, 2011: 51). Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak melaksanakan kegiatan belajar.


(53)

Sardiman (2014: 85) menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, artinya motivasi merupakan daya penggerak dari kegiatan yang akan dikerjakan; (2) menentukan arah perbuatan, artinya motivasi memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; (3) menyelesaikan perbuatannya, artinya motivasi menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan (Djamarah, 2011: 156). Lebih jelasnya fungsi motivasi belajar menurut Djamarah (2011: 157) yaitu: (1) motivasi sebagai pendorong perbuatan, maksudnya sesuatu yang belum diketahui mendorong peserta didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu; (2) motivasi sebagai penggerak perbuatan, maksudnya peserta didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga; (3) motivasi sebagai pengarah perbuatan, maksudnya peserta didik dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

Motivasi belajar berperan penting dalam memperlancar dan menentukan keberhasilan belajar. Motivasi belajar berperan menggerakkan psikis dalam diri siswa dan membuat rasa senang. Motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong, menentukan arah tujuan belajar, dan menyelesaikan kegiatan belajar. Jadi kesimpulannya motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong usaha belajar peserta didik dan pencapaian hasil belajar siswa.


(54)

2.1.3.4Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar

Rifa’i dan Anni (2012: 137-143) menyatakan bahwa “terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki

dampak terhadap motivasi belajar siswa”. Keenam faktor yang dimaksud yaitu: (1)

sikap; (2) kebutuhan; (3) rangsangan; (4) afeksi; (5) kompetensi; (6) penguatan. Penjelasan tentang faktor motivasi yang awal adalah sikap. Sikap merupakan gabungan konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan dalam diri seseorang untuk merespon orang, kelompok, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap dapat berpengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap dapat tetap atau mengalami perubahan sesuai dengan apa yang dipelajari.

Siswa akan belajar jika pada dirinya muncul kebutuhan sehingga akan memotivasi dirinya untuk beraktivitas belajar. Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan. Teori kebutuhan yang terkenal yaitu teori hierarki kebutuhan dari Maslow. Hierarki kebutuhan atau tingkatan kebutuhan menurut Maslow merupakan pemenuhan kebutuhan sesuai tingkatannya. Tingkat kebutuhan fisik merupakan kebutuhan paling rendah, sementara kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi.

Rangsangan dan afeksi juga akan berpengaruh terhadap faktor seseorang termotivasi dalam belajar. Rangsangan merupakan perubahan pandangan di dalam


(55)

persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan dapat membuat seseorang bersifat aktif dan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan. Misalnya, rangsangan dengan media pembelajaran yang menarik dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Afeksi merupakan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Emosi seseorang berkaitan dengan dorongan-dorongan pada dirinya. Oleh karena itu, afeksi dapat memengaruhi motivasi belajar. Afeksi menjadi motivator intrinsik.

Selain itu, kompetensi akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang telah disepakati untuk mencapai tujuan itu.

Faktor terakhir yang dapat termotivasinya belajar siswa adalah penguatan. Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Penguatan dapat berupa nilai tes tinggi, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian. Penguatan dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif dapat meningkatkan perilaku. Penguatan negatif merupakan stimulus aversif (perasan tidak setuju yang disertai dorongan untuk menahan diri) atau peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya. Perhatian orang tua termasuk penguatan positif yang dapat meningkatkan perilaku atau motivasi belajar.


(56)

Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi juga di kemukakan Ali Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2011: 53-54) bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar, kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran. Senada dengan Karwati dan Priansa (2014: 181-183), mengklasifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi motivasi siswa menjadi sepuluh faktor, diantaranya: konsep diri (berfikir tentang dirinya), jenis kelamin, pengakuan, cita-cita, kemampuan belajar, kondisi siswa, keluarga, kondisi lingkungan, upaya guru memotivasi siswa, dan unsr-unsur dinamis dalam belajar.

2.1.3.5Macam-Macam Motivasi Belajar

Djamarah (2011: 149-152) membagi motivasi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan sadar melakukam sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran bukan keinginan lain, seperti pujian dan nilai tinggi. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.


(57)

Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya, seperti mencapai nilai tinggi dan kehormatan.

Sardiman (2014: 86-91) menyebutkan empat macam motivasi, diantaranya: (1) motivasi dilihat dari dasar pembentukan; (2) macam motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis; (3) motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah; (4) motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, terdiri dari motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari. Motif-motif bawaan adalah motif yang sudah ada sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari, contohnya dorongan untuk makan, minum, seksual, dan tidur. Motif-motif yang dipelajari, adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari, contohnya dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan.

Macam motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis, terdiri dari motif organis, motif darurat, dan motif objektif. Motif organis meliputi kebutuhan untuk makan, minum, bernapas, seksual, dan istirahat. Motif darurat yaitu motivasi timbul karena adanya rangsangan dari luar, contohnya dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk memburu. Motif objektif, yaitu motif yang muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, contohnya dorongan untuk melakukan eksplorasi dan dorongan untuk menaruh minat.

Macam motivasi selanjutnya adalah motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah berupa nafsu, insting otomatis, dan refleks, sementara motivasi rohaniah berupa kemauan. Macam motivasi yang lain adalah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang


(58)

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, contohnya yaitu seseorang senang membaca, maka tidak usah ada yang menyuruh dia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya belajar karena besok pagi akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan dipuji.

Berdasarkan macam-macam motivasi belajar dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa macam motivasi dibagi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, namun kedua motivasi tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini karena motivasi terkait dengan banyak hal yang kompleks. Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri seseorang baik berasal dari dalam atau dari luar diri orang tersebut.

2.1.3.6Ciri-ciri Motivasi Belajar

Ciri-ciri motivasi belajar merupakan tanda khas atau indikator untuk menentukan tingkat motivasi seseorang. Marx dan Tombuch dalam Riduwan (2013: 31-32) menyebutkan lima ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu: (1) ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) minat dan ketajaman dalam belajar; (4) berprestasi dalam belajar; (5) mandiri dalam belajar.

Selain itu, Sardiman (2014: 83-84) mengatakan bahwa “motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri”. Tingkat motivasi belajar seseorang dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut: (1) tekun menghadapi tugas (dapat


(59)

bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya; serta (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Ciri-ciri motivasi belajar dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Marx dan Tombuch dalam Riduwan (2013: 31-32). Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yaitu sebagai berikut: (1) ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; (4) berprestasi dalam belajar; (5) mandiri dalam belajar. Ciri-ciri motivasi tampak dalam perilaku sehari-hari siswa, baik perilaku di rumah atau perilaku di sekolah. 2.1.3.7Dimensi dan Indikator Motivasi Belajar

Dimensi motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini ada lima macam yang merupakan pendapat Marx dan Tombuch dalam Riduwan (2013: 31-32), yaitu (1) ketekunan dalam belajar; (2) ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; (4) berprestasi dalam belajar; (5) mandiri dalam belajar. Adapun indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari dimensi motivasi belajar pendapat Marx dan Tombuch dalam Riduwan (2013: 31-32), yaitu (1) dimensi tekun dalam belajar, indikatornya kehadiran di sekolah, mengikuti KBM di kelas, dan belajar di


(60)

rumah; (2) dimensi ulet dalam menghadapi kesulitan, indikatornya sikap terhadap kesulitan dan usaha menghadapi kesulitan; (3) dimensi minat dan ketajaman dalam belajar, indikatornya kebiasaan dalam mengikuti pelajaran dan semangat dalam mengikuti KBM; (4) dimensi berprestasi dalam belajar, indikatornya keinginan untuk berprestasi dan kualifikasi hasil; (5) dimensi mandiri dalam belajar, indikatornya penyelesaian tugas atau PR dan menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran.

2.1.4 Hubungan Antar Variabel

2.1.4.1Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan pertanda berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karwati dan Priansa (2014: 216)

mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa

berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Usaha yang

dimaksud tersebut adalah aktivitas belajar siswa yang berlangsung terus-menerus. Pengulangan aktivitas belajar secara terus menerus inilah yang disebut kebiasaan belajar.

Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12) menyatakan “hasil belajar yang

dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Salah satu faktor internal yang dapat

memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar. Dalam prinsip belajar adalah dengan usaha sekecil-kecilnya namun memberikan hasil yang sebesar-besarnya.


(1)

(2)

(3)

243

Lampiran 34

Dokumentasi Pengisian Angket

SDN Tunon 1


(4)

SDN Keturen


(5)

245

SDN Kalinyamat Wetan 1


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IV SDN GUGUS MUWARDI KECAMATAN KALIWUNGU

5 56 220

PENGARUH INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI SD GUGUS TERAMPIL KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

6 40 164

PENGARUH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL

3 52 190

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI GUGUS Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 2

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun 2011/2012.

0 0 6

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI GUGUS Pengaruh Kebiasaan Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Gugus Kihajar Dewantara Dabin I Karangpandan Karanganyar Tahun

0 0 19

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS DEWI SARTIKA SALAMAN MAGELANG.

0 0 188

HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DAN DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS DEWI SARTIKA UPPD TEGAL SELATAN KOTA TEGAL 2012/2013.

0 1 164

PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN GUGUS WERKUDORO KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL -

1 1 55

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS IV DI GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN CILONGOK

0 2 16