T2 942008142 BAB III

(1)

BAB III

METODE PENELIT

IAN

3.1

Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Pendekatan ini dipilih karena bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran IPS, khususnya aspek nilai-nilai moralitas. Jenis ini dianggap sesuai untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan pengajaran di Kelas. Penelitian menggunakan pendekatan ini karena fokus penelitian ini berhubungan dengan masalah perilaku sosial manusia atau siswa dalam setting alamiah di sekolah.

Pemilihan Metode penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: a) Penelitian tentang implementasi pendidikan nilai ini berhubungan langsung dengan masalah perilaku manusia atau sosial siswa dalam setting alamiah. b) Masalah penelitian yang dikaji sangat deskriptif. c) Penelitian tentang implementasi pendidikan nilai berarti mementingkan proses maupun produk, serta mencari makna secara deskriptif. d) Data yang diutamakan tentang pendidikan nilai siswa adalah data primer.


(2)

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri dari empat komponen yaitu,

Perencanaan (planning), Tindakan (acting),

Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).

Hubungan dari keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1

Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart

Keterangan :

0 = Refleksi Awal 5 = Tindakan dan Observasi II 1 = Perencanaan 6 = Refleksi II

2 = Tindakan dan Observasi I 7 = Rencana Terevasi II

3 = Refleksi I 8 = Tindakan dan Observasi III 4 = Rencana Terevasi I 9 = Refleksi III

Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa penelitian ini bersifat kolaboratif didasarkan pada


(3)

permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang setiap siklusnya ada empat kali tindakan. Perlakuan tiga siklus ini dianggap cukup ideal, karena alokasi waktu yang ada di dalam setiap siklus cukup rasional. Di dalam setiap siklus terdapat empat kali tindakan. Setiap tindakan adalah dua jam pem-belajaran. Berarti dalam setiap siklus ada delapan jam aktivitas pembelajaran, sehingga untuk tiga siklus akan ada 24 jam pembelajaran. Jumlah tersebut telah cukup untuk pemberian perlakuan di dalam upaya peningkatan materi pembelajaran pada kelas.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, dan dilaksanakan di kelas V. Penentuan lokasi ini sebagai tempat penelitian, dengan per-timbangan, pertama, secara umum para siswa kelas tinggi yang ada di SD Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dianggap telah memahami serta mengenal konsep perbedaan serta telah mampu untuk saling menghargai sesama anggota kelompoknya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya ( nilai-nilai moralitas), namun menurut penulis, bentuk penghargaan terhadap keanekaragaman yang ada belum dilakukan secara universal di sekolah tersebut.


(4)

Kedua, penentuan kelas V sebagai sampel penelitian dikarenakan, siswa kelas V adalah siswa yang dianggap masih rentan dengan berbagai permasalahan sosial yang dihadapinya termasuk didalamnya etika moral ketika berinteraksi dengan teman seperjuang-annya, orang tua, guru, maupun lingkungan tempat tinggal.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari sampai April pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.

3.3

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peningkatan nilai moralitas siswa melalui pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Ban-dungan Kabupaten Semarang. Alasan peneliti menggunakan subyek yang diteliti tentang pe-ningkatan nilai moralitas siswa melalui pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Sidomukti 3 dikandung maksud agar dapat memberikan data yang akurat.

3.4

Jenis Tindakan

Atas dasar pemikiran di atas, maka jenis tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menyusun kegiatan pembelajaran yang memung-kinkan siswa untuk melakukan aktivitas individual, kelompok maupun kelas yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dengan mempertimbangkan


(5)

waktu yang tersedia dan keterbatasan kemampuan, maka lokasinya telah ditetapkan di satu sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri Sidomukti 3 Kecamatan Banadungan.

Tindakan yang digunakan untuk memperoleh data secara langsung dan lebih akurat dilakukan serta peneliti terlibat langsung di dalam setiap proses pembelajaran dan pendidikan nilai sosial dan keagamaan siswa di sekolah. Adapun dalam pengembangan tindakan, penulis berpedoman kepada Standar Lulusan (SKL) untuk bidang studi IPS pada jenjang Sekolah Dasar/ MI, yang diarahkan pada tiga hal, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta meletakkan keyakinan beragama sebagai dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.

Adapun dalam pengembangannya penulis meng-gunakan beberapa tindakan, yang dilakukan melalui:

1.Pengamatan langsung terhadap implementasi

pendidikan nilai siswa baik melalui intra-kurikuler maupun ekstraintra-kurikuler, meliputi pengamatan langsung terhadap perilaku siswa.

2.Pengamatan sendiri terhadap pelaksanaan

ibadah alamiah yang dilakukan siswa di lingkungan Sekolah.

3.Mencatat secara langsung terhadap fenomena

yang muncul pada saat pengamatan terhadap semua responden/ informan yang terlibat,


(6)

termasuk pelaku terhadap kepatuhan melak-sanakan tata tertib sekolah dan peraturan- peraturan yang telah ditetapkan

3.5

Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi,

Observasi adalah kegiatan untuk mengenali setiap gejala dan indikator dari proses dan hasil yang dicapai, baik yang ditimbulkan oleh tindakan maupun akibat sampingannya. Hal- hal yang diamati yaitu aspek moral siswa dalam aktivitas individual, aspek moral siswa dalam aktivitas kelompok, dan aspek moral siswa dalam aktivitas kelas.

2. Analisa Dokumen dan Catatan Lapangan,

Analisa dokumen dilakukan untuk mengetahui keadaan siswa sebagai subjek penelitian. Dokumen yang digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi adalah dokumen yang telah tersimpan di sekolah, dan dalam hal ini dokumen berada di dalam ruang bimbingan dan penyuluhan. Analisa catatan lapangan digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi- informasi penting, baik yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah tindakan, dipakai untuk mendukung validitas data. Dokumen yang dianalisis adalah catatan peneliti tentang


(7)

nilai moralitas siswa yang ditunjukan pada saat aktivitas individual, aktivitas kelompok dan aktivitas kelas.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang proses dan materi pelajaran. Wawancara dimulai dari dialog awal sebelum dilakukan tindakan. Dialog dilakukan dengan kolaborator dan kepala sekolah untuk mendiskusikan pembelajaran keterampilan berbicara. Wa-wancara selanjutnya dilakukan terhadap kolaborator, kepala sekolah, dan siswa, setelah tindakan pembelajaran dilakukan di kelas. Pada saat wawancara peneliti menanyakan secara lisan alasan siswa melakukan tindakan yang telah dicatat oleh peneliti selama aktivitas individual, aktivitas kelompok dan aktivitas kelas berlangsung.

4. Alat Bantu Observasi

Fotografi dan Slide digunakan untuk merekam gambar- gambar keadaan yang ada di sekolah, sperti bangunan sekolah, ruang belajar, dan untuk merekam kejadian-kejadian kritis di dalam kelas. Fotografi dilakukan dengan cara melakukan pemotretan- pemotretan terhadap hal- hal yang dianggap penting untuk mendukung validitas data. Slide dilakukan dengan cara melakukan perekaman audio visual terhadap sebagian proses tindakan yang terjadi


(8)

di dalam kelas serta hal- hal lain yang penting yang bisa digunakan untuk mendukung keabsahan data.

3.6

Instrumen Penelitian

Instrumen yang telah disusun terlebih dahulu divalidasi dengan mengkonsultasikan dengan pem-bimbing. Tujuannya agar data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran, seperti keterlaksanaan RPP dan keterlaksanaan rencana tindakan. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran IPS yang diberikan oleh guru, kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan kejadian-kejadian spesifik lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi ini juga difungsikan sebagai sarana untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun lembar observasi dapat dilihat pada kisi-kisi lembar observasi berikut:

Tabel 3. 1

Kisi-Kisi Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Aspek yang diamati Indikator

1.

Pendahuluan

Persiapan 2. Guru membuka pelajaran dengan salam


(9)

3. Guru menyiapkan tugas yang akan diberikan kepada siswa 4. Guru memberikan

deskripsi tugas yang dikerjakan siswa 5. Guru menjelaskan tata

cara kerja sama dalam kelompok 2. Kegiatan Inti Penyampaian Materi dan Strategi Pembelajaran Penggunaan Metode Pembelajaran

1. Guru membagi siswa dalam kelompok

2. Siswa bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan guru siswa dalam mengerjakan tugas kelompok mengikuti langkah a. Siswa memahami

masalah yang akan dipecahkan

b. Siswa

mengemukakan data/ fakta yang dijadikan solusi terhadap pemecahan masalah

c. Siswa memberikan pertimbangan positif dan negatif dalam pemecahan masalah d. Siswa mengambil

kesimpulan berdasar diskusi kelompok e. Siswa menyebutkan

pemecahan yang diambil oleh kelompok

f. Siswa memberikan penjelasan lain jika diperlukan

3. Penutup Penilaian Hasil Belajar

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya b. Guru mengkoordinir

pengumpulan tugas siswa

c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan


(10)

2. Lembar Angket Peningkatan Moralitas Siswa

Pada bab II telah dijelaskan bahwa peningkatan moralitas dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu pendekatan tradisional, pendekatan kebebasan, pendekatan memberi contoh dan pendekatan klarifikasi. Keempat metode pendekatan ini yang akan digunakan untuk mengukur bagaimana peningkatan moralitas siswa. Artinya pembelajaran penanaman nilai melalui mata pelajaran IPS, dapat dilakukan dengan menggunakan keempat metode ini, untuk melihat bagaimana peningkatan moralitas siswa. Adapun kisi-kisi peningkatan moralitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 2

Kisi-Kisi Peningkatan Moralitas Siswa

Variabel Aspek Indikator Item

Peningkatan moralitas siswa

Pendekatan tradisional

Penanaman nilai dengan cara

indoktrinasi dan

memberikan nasehat

1-4

Pendekatan kebebasan

Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih

nilai yang diangggap benar oleh siswa

Tidak ada sanksi jika


(11)

melakukan kesalahan Pendekatan

memberikan contoh

Berperilaku seperti nilai yang

diyakini dan tidak

berperilaku seperti nilai yang tidak diyakini

10-14

Pendekatan klarifikasi

Memberikan contoh Memberikan teguran jika salah

15-20

Untuk mengukur skala peningkatan moralitas, digunakan pernyataan skala menggunakan rumus Likert yang sudah dimodifikasi, yaitu skala terdiri dari empat tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap suatu pernyataan. Penggunaan modifikasi skala Likert ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung dalam skala lima tingkat. Modifikasi skala Likert meniadakan kategori meniadakan jawaban yang tengah (Hadi, 1991).

Tabel 3. 3

Skala Modifikasi Likert


(12)

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju

1 4

3.7

Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah siklus 2. Sedangkan untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

3.7.1.Analisa data hasil penelitian yang

tergolong data kuantitatif berupa peningkatan moralitas siswa yang dilakukan dengan menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat moralitas siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003), yaitu:


(13)

Dengan ketentuan sebagai berikut:

≥ 80 ke atas : tinggi

60 – 79 : sedang

≤ 59 : rendah

3.7.2. Validitas dan Reliabilitas

Sebuah instrument dikatakan tepat dan layak digunakan untuk diujicobakan, maka mendahului itu, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument tersebut. Sugiyono (2010) Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien

validitas ( rxy). Koefisien validitas suatu tes

dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan -1,00. Besar koefisien yang dimaksud adalah:

Tabel 3. 4

Koefisien Validitas Instrumen

Koefisien Kualifikasi

0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah


(14)

Setelah Setelah dilakukan uji validitas pada angket peningkatan moralitas, dari 25 butir soal, diketahui bahwa ada 20 butir soal yang dinyatakan valid dan 5 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Adapun soal yang valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25. Sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 5, 6, 12, 13, 18. Hasil pengujiannya dilampirkan pada halaman lampiran penulisan ini.

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuranya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas ( rtt ).

Untuk menentukan tingkat reliabilitas dengan rtt =

α yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Koefisien Reliabilitas No Koefisien

Reliabilitas

Kategori

1  ≤ 0, 7 Reliabilitas Rendah

2 0,7 <  < 0,8 Reliabilitas Sedang


(15)

4 α > 0,9 Reliabilitas memuaskan

Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. reliabilitas suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu dengan cara Analyze – Scale – Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil penghitungan,

apabila nilai alpha () kurang dari 0,7 maka

instrumen tersebut tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 6

Uji Reliabilitas Angket Peningkatan Moralitas Siswa

Berdasarkan tabel katogeri koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas instrumen peningkatan moralitas siswa berada pada kategori reliabilitas bagus. Hal ini dilihat dengan hasil alpha yaitu 0.904.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(1)

2. Lembar Angket Peningkatan Moralitas Siswa

Pada bab II telah dijelaskan bahwa peningkatan moralitas dapat dilakukan dengan empat pendekatan yaitu pendekatan tradisional, pendekatan kebebasan, pendekatan memberi contoh dan pendekatan klarifikasi. Keempat metode pendekatan ini yang akan digunakan untuk mengukur bagaimana peningkatan moralitas siswa. Artinya pembelajaran penanaman nilai melalui mata pelajaran IPS, dapat dilakukan dengan menggunakan keempat metode ini, untuk melihat bagaimana peningkatan moralitas siswa. Adapun kisi-kisi peningkatan moralitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 2

Kisi-Kisi Peningkatan Moralitas Siswa

Variabel Aspek Indikator Item Peningkatan

moralitas siswa

Pendekatan tradisional

Penanaman nilai dengan cara

indoktrinasi dan

memberikan nasehat

1-4

Pendekatan kebebasan

Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih

nilai yang diangggap benar oleh siswa

Tidak ada 5-9


(2)

melakukan kesalahan Pendekatan

memberikan contoh

Berperilaku seperti nilai yang

diyakini dan tidak

berperilaku seperti nilai yang tidak diyakini

10-14

Pendekatan klarifikasi

Memberikan contoh Memberikan teguran jika salah

15-20

Untuk mengukur skala peningkatan moralitas, digunakan pernyataan skala menggunakan rumus Likert yang sudah dimodifikasi, yaitu skala terdiri dari empat tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap suatu pernyataan. Penggunaan modifikasi skala Likert ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung dalam skala lima tingkat. Modifikasi skala Likert meniadakan kategori meniadakan jawaban yang tengah (Hadi, 1991).

Tabel 3. 3

Skala Modifikasi Likert


(3)

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3 Sangat tidak

setuju

1 4

3.7 Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah siklus 2. Sedangkan untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

3.7.1.Analisa data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa peningkatan moralitas siswa yang dilakukan dengan menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat moralitas siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003), yaitu:


(4)

Dengan ketentuan sebagai berikut:

≥ 80 ke atas : tinggi 60 – 79 : sedang

≤ 59 : rendah

3.7.2. Validitas dan Reliabilitas

Sebuah instrument dikatakan tepat dan layak digunakan untuk diujicobakan, maka mendahului itu, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument tersebut. Sugiyono (2010) Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas ( rxy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan -1,00. Besar koefisien yang dimaksud adalah:

Tabel 3. 4

Koefisien Validitas Instrumen

Koefisien Kualifikasi 0,91 – 1,00

0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah


(5)

Setelah Setelah dilakukan uji validitas pada angket peningkatan moralitas, dari 25 butir soal, diketahui bahwa ada 20 butir soal yang dinyatakan valid dan 5 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Adapun soal yang valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25. Sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 5, 6, 12, 13, 18. Hasil pengujiannya dilampirkan pada halaman lampiran penulisan ini.

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuranya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas ( rtt ). Untuk menentukan tingkat reliabilitas dengan rtt =

α yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3. 5

Koefisien Reliabilitas No Koefisien

Reliabilitas

Kategori

1  ≤ 0, 7 Reliabilitas Rendah 2 0,7 <  < 0,8 Reliabilitas Sedang 3 0,8 < α ≤ 0,9 Reliabilitas bagus


(6)

4 α > 0,9 Reliabilitas memuaskan

Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. reliabilitas suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu dengan cara Analyze – Scale –

Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat

hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil penghitungan, apabila nilai alpha () kurang dari 0,7 maka instrumen tersebut tidak reliabel. Hasil pengujian reliabilitas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 6

Uji Reliabilitas Angket Peningkatan Moralitas Siswa

Berdasarkan tabel katogeri koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas instrumen peningkatan moralitas siswa berada pada kategori reliabilitas bagus. Hal ini dilihat dengan hasil alpha yaitu 0.904.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items