Pengaruh pemberian dosis pupuk dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak terhadap pertambahan populasi Daphnia Magna.

(1)

ABSTRAK

“Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk dari Air Endapan Campuran Kotoran Ayam dan Dedak terhadap Pertumbuhan Daphnia magna”

Marcela Widya Ninggar 121434064

Universitas Sanata Dharma 2016

Daphnia magna termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Tidak semua orang mengetahui bahwa Daphnia magna dapat dijadikan pakan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Selain itu, tidak banyak orang yang membudidayakannya. Hal ini dikarenakan penggunaan Daphnia sebagai pakan ikan kurang populer di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna, serta mengetahui dosis manakah yang cocok bagi pertumbuhan Daphnia magna untuk berkembangbiak lebih cepat.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan menggunakan tiga perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan yang digunakan yaitu A (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 1,5ml/l), B (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak k 4,5 ml/l), dan C (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 7,5ml/l) dengan menggunakan tiga kali ulangan. Jenis data yang diperoleh yaitu data kualitatif yang meliputi parameter fisik air aquarium (suhu, warna dan bau), parameter kimia (pH, DO, dan TDS) dan data kuantitatif yaitu banyaknya populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan dan ulangan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Anova one factor between subject design dan uji lanjut yaitu Tukey test.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa dosis pupuk kotoran ayam dan dedak mempengaruhi pertumbuhan populasi Daphnia magna secara signifikan. Hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna. Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l merupakan dosis yang paling baik karena mampu meningkatkan populasi Daphnia magna.


(2)

ABSTRACT

Effect of Dose Fertilizer Mixtures of water Deposition Chicken Manure and Rice Bran of the population Added Daphnia magna

Marcela Widya Ninggar 121434064

Sanata Dharma University 2016

Daphnia included in Arthropoda phylum living in common in fresh waters. Not everyone knows that daphnia magna could become feed fish having nutritional value high. Moreover, not many people cultivate it. This is because the use of Daphnia as fish feed is less popular in the community. This research aimed to determine the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna, and to know which one dose suitable for the growth of Daphnia magna to proliferate more rapidly.

The research is a pure experiment using three treatments and one control. The treatment used is A (a mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as 1,5ml/l), B (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment of 4.5 ml/l ), and C (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as much 7,5ml / l). using three replications . The type of data obtained by the qualitative data that include physical parameters of aquarium ( temperature, color and smell ), chemical parameters ( pH and DO) and quantitative data that is number of Daphnia magna populations in each treatment and repetition. Quantitative data were analyzed using Anova one between subject factor design and advanced test that Tukey test.

Based on the statistical test result that doses of chicken manure and rice bran population growth of Daphnia magna affect significantly. This means there is the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna. giving dose as 7,5ml / l is the best dose because it can increase the population of Daphnia magna.


(3)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP

PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Diajukan Oleh : Marcela Widya Ninggar

NIM : 121434064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(4)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP

PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Diajukan Oleh : Marcela Widya Ninggar

NIM : 121434064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

In the name of the

Father and Son

and The Holy

Spirit Amen.

Kupersembahkan untuk :


(8)

(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK DARI AIR ENDAPAN CAMPURAN KOTORAN AYAM DAN DEDAK TERHADAP PERTAMBAHAN POPULASI Daphnia magna”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai dan membertkati dari awal penelitian sampai selesai sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

2. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi, Bapak Stevanus Daljiono dan Ibu Lucia Nenti atas seluruh kasih sayang dan segala pengorbanan, doa serta dukungan moral dan materian yang telah diberikan.

3. Venantius Angga Tejatama dan Maria Maharani selaku kakak saya yang selalu memberikan semangat, dukungan dan nasihat.

4. Romo Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh ibu dan bapak Dosen Prodi Pendidikan Biologi Universitas Sanata

Dharma, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

6. Ahmad Reza Nasution yang telah memberikan semangat, dukungan dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir.

7. Maria Shinta Pramudya Hardhani, Lapida Yunianti, Ray Justin Eldi, Endang Kustina, Maya Gita Aprilia, Hiasniawati Maria yang telah banyak


(11)

(12)

ABSTRAK

“Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk dari Air Endapan Campuran Kotoran

Ayam dan Dedak terhadap Pertumbuhan Daphnia magna Marcela Widya Ninggar

121434064

Universitas Sanata Dharma 2016

Daphnia magna termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Tidak semua orang mengetahui bahwa Daphnia magna dapat dijadikan pakan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Selain itu, tidak banyak orang yang membudidayakannya. Hal ini dikarenakan penggunaan Daphnia sebagai pakan ikan kurang populer di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna, serta mengetahui dosis manakah yang cocok bagi pertumbuhan Daphnia magna untuk berkembangbiak lebih cepat.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan menggunakan tiga perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan yang digunakan yaitu A (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 1,5ml/l), B (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak k 4,5 ml/l), dan C (campuran kotoran ayam dan dedak dalam endapannya sebanyak 7,5ml/l) dengan menggunakan tiga kali ulangan. Jenis data yang diperoleh yaitu data kualitatif yang meliputi parameter fisik air aquarium (suhu, warna dan bau), parameter kimia (pH, DO, dan TDS) dan data kuantitatif yaitu banyaknya populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan dan ulangan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Anova one factor between subject design dan uji lanjut yaitu Tukey test.

Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa dosis pupuk kotoran ayam dan dedak mempengaruhi pertumbuhan populasi Daphnia magna secara signifikan. Hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian pupuk kotoran ayam dan dedak terhadap peningkatan populasi Daphnia magna. Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l merupakan dosis yang paling baik karena mampu meningkatkan populasi Daphnia magna.


(13)

ABSTRACT

Effect of Dose Fertilizer Mixtures of water Deposition Chicken Manure and Rice Bran of the population Added Daphnia magna

Marcela Widya Ninggar 121434064

Sanata Dharma University 2016

Daphnia included in Arthropoda phylum living in common in fresh waters. Not everyone knows that daphnia magna could become feed fish having nutritional value high. Moreover, not many people cultivate it. This is because the use of Daphnia as fish feed is less popular in the community. This research aimed to determine the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna, and to know which one dose suitable for the growth of Daphnia magna to proliferate more rapidly.

The research is a pure experiment using three treatments and one control. The treatment used is A (a mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as 1,5ml/l), B (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment of 4.5 ml/l ), and C (mixture of chicken manure and rice bran in the sediment as much 7,5ml / l). using three replications . The type of data obtained by the qualitative data that include physical parameters of aquarium ( temperature, color and smell ), chemical parameters ( pH and DO) and quantitative data that is number of Daphnia magna populations in each treatment and repetition. Quantitative data were analyzed using Anova one between subject factor design and advanced test that Tukey test.

Based on the statistical test result that doses of chicken manure and rice bran population growth of Daphnia magna affect significantly. This means there is the effect of chicken manure and rice bran to the increasing population of Daphnia magna. giving dose as 7,5ml / l is the best dose because it can increase the population of Daphnia magna.


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... …. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... …. ii

HALAMAN PENGESAHAN ... …. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... …. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... …. v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... …. vi

KATA PENGANTAR ... …. vii

ABSTRAK ... …. ix

ABSTRACT ... …. x

DAFTAR ISI ... …. xi

DAFTAR TABEL ... …. xiv

DAFTAR GAMBAR ... …. xv

DAFTAR LAMPIRAN ... …. xvi

BAB I PENDAHULUAN ... …. 1

A. Latar Belakang ... …. 1

B. Rumusan Masalah ... …. 5

C. Tujuan Penelitian ... …. 5

D. Manfaat Penelitian ... …. 5

1. Bagi Peneliti ... …. 5

2. Bagi Masyarakat... …. 6

3. Bagi Dunia Pendidikan ... …. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... …. 7

A. TEORI TERKAIT ... …. 7

1. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia magna ... …. 7

2. Reproduksi dan Siklus Hidup ... …. 11

3. Pakan dan Kebiasaan Makan ... …. 14

4. Budidaya Daphnia sp ... …. 14

5. Kotoran Ayam ... …. 16

6. Dedak ... …. 17

7. Kualitas Air ... …. 19

a. Suhu ... …. 19

b. pH ... …. 20

c. Oksigen Terlarut (DO) ... …. 21


(15)

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... …. 23

C. Kerangka Berpikir ... …. 24

D. Hipotesa... …. 26

BAB III METODE PENELITIAN ... …. 27

A. Jenis Penelitian ... …. 28

B. Variabel Penelitian ... …. 28

1. Variabel Bebas ... …. 28

2. Variabel Terikat ... …. 28

3. Variabel Kontrol... …. 28

C. Batasan Penelitian ... …. 28

D. Alat dan Bahan Penelitian ... ... 29

1. Alat ... ... 29

2. Bahan... …. 30

E. Prosedur Kerja Penelitian ... …. 30

F. Tabulansi Data ... …. 34

G. Metode Analisis Data ... …. 35

1. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan Kesimpulan ... …. 36

a. Hipotesis ... …. 36

b. Hipotesis Penelitian ... …. 36

c. Pengambilan Kesimpulan... …. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... …. 37

A. Hasil Penelitian ... …. 37

1. Pertumbuhan Populasi Daphnia magna ... …. 37

2. Laju Pertumbuhan populasi Daphnia magna ... …. 38

3. Kondisi Air Aquarium Berdasarkan Parameter ... …. 39

a. Faktor Fisik ... …. 39

b. Faktor Kimiawi ... …. 39

B. Pembahasan ... …. 40

C. Keterbatasan Peneletian ... …. 56

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM KEGIATANPEMBELAJARAN... …. 58

A. Kompetensi Inti ... …. 58

B. Kompetensi Dasar ... …. 59

BAB VI PENUTUP ... …. 61

A. Kesimpulan ... …. 61 …. 61


(16)

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Pupuk Kandang ... 16

Tabel 2.2 : Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut ... 22

Tabel 2.3 : Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami ... 22

Tabel 3.1 : Pembagian Kelompok Uji ... 27

Tabel 3.2 : Tabel Tabulansi Data ... 35

Tabel 4.1: Laju pertumbuhan daphnia magna pada berbagai dosis pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak ... 38

Tabel 4.2 : Faktor Fisik yang Mempengaruhi Perairan ... 39

Tabel 4.3 : Faktor Kimiawi yang Mempengaruhi Perairan... 39


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Daphnia magna ... 9

Gambar 2.2 Morfologi Daphnia sp ... 9

Gambar 2.3 Siklus Hidup Daphnia sp ... 13

Gambar 2.4 Alur Proses Budidaya Daphnia magna ... 25

Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Populasi Daphnia magna ... 38

Gambar 4.2 Perilaku Daphnia magna yang Mengikuti Cahaya ... 43

Gambar 4.3 Gambar Indukan dan anakan Daphnia magna ... 45


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ...66

Lampiran 2. Rencana Proses Pembelajaran ...74

Lampiran 3. Perhitungan Populasi Daphnia Magna ...128

Lampiran 4. Hasil Uji Normality Populasi Daphnia magna ...138

Lampiran 5. Hasil Uji Homogenitas Populasi Daphnia magna ...139

Lampiran 6. Hasil Uji Anova Populasi Daphnia magna ...140

Lampiran 7. Hasil Uji Tukey Populasi Daphnia magna ...141


(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil lautnya yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan merupakan negara kepulauan. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2. Laut di Indonesia banyak ditumbuhi oleh terumbu karang yang merupakan salah satu dari habitat untuk ikan. Indonesia memiliki sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar di dunia.

Dewasa ini banyak masyarakat yang mulai merambah bisnis dalam budidaya ikan. Hal ini sama halnya dengan yang dilakukan oleh masyarakat di desa Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Sumber air yang melimpah pada daerah tersebut mendorong minat masyarakat untuk mengembangkan usaha-usaha budidaya perikanan. Masyarakat di daerah tersebut biasanya membuat kolam dengan menggunakan terpal ataupun keramba untuk membudidayakan ikan. Hal ini berarti kebutuhan benih ikan terus meningkat dari tahun ke tahunnya oleh karena itu, usaha pembenihan terus bertambah setiap tahunnya. Selain itu, masyarakat Indonesia juga menjadikan ikan sebagai salah satu makanan utamanya.

Produksi ikan hasil budidaya meningkat dari tahun ke tahun. Capaian angka konsumsi ikan pada tahun 2015 adalah sebesar 41,11 kg/kap/th


(21)

melebihi target yang telah ditentukan yaitu sebesar 40,90 kg/kap/th (100,51%). Sementara itu, penyediaan konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton atau meningkat 10,01% dari tahun 2013. Peningkatan penyediaan ikan diikuti juga dengan peningkatan penyediaan ikan per kapita yang mencapai 51,80 kg/kap/th atau meningkat sebesar 8,44% dibandingkan tahun 2013 (Ditjen Perikanan, 2016). Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia termasuk gemar makan ikan sebagai lauk.

Untuk menghasilkan ikan dengan kualitas terbaik, tentunya pada saat ikan masih berupa benih perlu diberikan makanan yang memiliki nilai gizi yang baik. Selama ini jenis pakan yang digunakan adalah pakan ikan buatan. Akan tetapi sebagai pakan benih ikan, jenis pakan ikan buatan ini mempunyai banyak kekurangan dibandingkan dengan pakan ikan alami yang memiliki komponen penyusun yang lengkap (Djarijah, 1995). Selain dari nilai gizi, kekurangan pakan ikan buatan biasanya akan menyebabkan air mejadi lebih keruh jika pakan tersebut tidak dimakan oleh ikan dan akan mengendap di dasar kolam atau aquarium. Semakin banyak pakan ikan yang mengendap di dasar kolam atau aquarium akan menyebabkan terbentuknya ammonia di dalam air. Hal ini dikarenakan pakan ikan buatan memiliki nilai protein yang relatif tinggi. Jika kadar ammonia di dalam air semakin meningkat maka akan mempengaruhi kadar oksigen di dalam air. Kadar oksigen akan menurun dan akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang hidup di dalam kolam atau


(22)

Dalam pemberian pakan ikan, pemilihan jenis pakan juga berpengaruh pada pertumbuhan benih ikannya. Untuk benih ikan makanan yang paling tepat adalah pemberian pakan alami, yakni zooplankton. Hal ini dikarenakan mengandung nilai gizi yang tidak kalah tinggi dengan pakan buatan seperti kadar protein, lemak dan serat. Selain itu ukuran yang kecil sangat cocok untuk mulut dari benih ikan tersebut. Jika pakan alami tidak dimakan oleh ikan, maka pakan alami tersebut masih dapat hidup di dalam air dan tidak akan memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan hidup ikan tersenut. Namun sayangnya, kebutuhan pakan ikan alami ini sulit dipenuhi karena belum banyak, bahkan belum ada pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami.

Tidak semua orang mengetahui bahwa Daphnia magna dapat dijadikan sebagai pakan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Selain itu, tidak banyak orang yang membudidayakannya. Hal ini dikarenakan penggunaan Daphnia sebagai pakan ikan kurang popular di masyarakat. Daphnia magna merupakan zooplankton yang sering digunakan sebagai pakan alami pada pembenihan ikan air tawar. Kandungan nutrisi Daphnia magna. yang cukup tinggi meliputi protein 42,65%, lemak 8%, kadar air 94,78%, serat kasar 2,58% dan abu 4% sangat baik untuk mendukung pertumbuhan larva ikan (Darmanto, 2000). Salah satu permasalahan dalam membudidayakan Daphnia magna adalah sumber nutrien yang kurang mendukung untuk pertumbuhan populasi Daphnia magna.


(23)

Dalam membudidayakan Daphnia magna biasanya menggunakan metode pemupukan. Baik itu pemupukan organik maupun anorganik. Namun yang paling baik adalah metode pemupukan dengan menggunakan bahan organik. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang biasanya dijadikan sebagai pupuk alami dalam bidang pertanian. Hal ini karena kotoran ayam memiliki kandungan unsur N yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang jenis lainnya. selain tinggi akan kandungan unsur nitrogennya kotoran ayam juga tinggi akan kandungan bahan organiknya dibandingkan dengan jenis kotoran hewan lainnya. Kedua jenis kandungan inilah yang sangat penting digunakan untuk mengembangkan mikroorganisme di dalam air yang berguna sebagai sumber nutrisi utama bagi Daphnia magna.

Dalam usaha menumbuhkan mikroorganisme di dalam air sebagai sumber nutrisi bagi Daphnia magna, maka perlu adanya asupan protein yang berguna bagi nutrisi mikroorganisme. Sumber protein ini dapat diperoleh dari dedak padi. Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras, dedak mempunyai kualitas yang bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu proses pemutihan beras. Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan dedak padi memiliki kandungan gizi yang tinggi salah satunya memiliki kadar protein berkisar antara 12–14%, harganya yang relatif murah dan juga mudah diperoleh. Sebagai bahan pakan yang berasal dari limbah, dedak mempunyai


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pupuk campuran kotoran ayam dengan dedak terhadap pertambahan populasi Daphnia magna ?

2. Pada dosis berapakah yang cocok untuk pertambahan populasi Daphnia magna tumbuh lebih cepat ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh pupuk kotoran ayam terhadap peningkatan populasi Daphnia magna.

2. Mengetahui dosis manakah yang cocok untuk pertambahan populasi Daphnia magna tumbuh lebih cepat.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Dari percobaan atau ekperimen yang dilakukan ini diharapakan bisa menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai mahasiswa sehingga nantinya bisa dikembangkan lagi saat terjun ke masyarakat


(25)

b. Bagi Masyarakat

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat bahwa Daphnia magna. dapat dijadikan sebagai pakan alami dan alternatif ikan.

2. Penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan dan membuat pakan ikan secara alami tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal.

c. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber masukan informasi dalam bahan praktikum untuk mata pelajaran Biologi pada materi pengolahan limbah.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Terkait

1. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp.

Daphnia termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna. Di alam, genus Daphnia mencapai lebih dari 20 spesies dan hidup pada berbagai perairan tawar, terutama di daerah sub tropis. Daphnia sp memiliki ukuran 1–2 mm, tubuh berbentuk lonjong, pipih, dan terdapat ruas-ruas/segmen (Chumaidi dan Djajadireja, 2006).

Daphnia sp. mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung habitatnya. Spesies daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di daerah litoral memiliki warna yang bervariasi mulai dari coklat kekuningan, coklat kemerahan, kelabu, sampai berwarna hitam. Umumnya cara berenang Daphnia sp. tersendat-sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak dapat berenang/bergerak dengan merayap karena beradaptasi hidup di alga rambut dan sampah daun dari hutan tropik. Daphnia sp. dapat hidup dengan baik pada suhu berkisar


(27)

antara 22-32°C, pH berkisar antara 6-8, oksigen terlarut (DO) > 3,5 ppm, dan dapat bertahan hidup pada kandungan amoniak antara 0,35 ppm–0,61 ppm (Kusumaryanto, 2001).

Menurut Pennak dalam Firmandus (2014), klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Branchiopoda Subkelas : Diplostraca Ordo : Cladocera Subordo : Eucladocera Famili : Daphnidae Subfamili : Daphnoidea Genus : Daphnia

Spesies : Daphnia magna

Daphnia sp merupakan salah satu hewan fototaksis, yang artinya selalu bergerak mendekati atau menuju ke arah datangnya cahaya. Menurut Whitman dalam Muhammad (2016), dimana memang sudah respon alami Daphnia magna di alam untuk mengikuti sumber cahaya kontras di malam hari seperti cahaya bulan, dengan harapan untuk memenuhi sumber nutrisinya, yaitu populasi fitoplankton dan juga menghindar dari predatornya yang aktif pada malam hari.


(28)

Keterangan : A : Otak

B : Ruang pengeraman C : Caecum Pencernaan D : Mata

E : Fornix Gambar 2.1 Morfologi Daphnia magna F : Antena Pertama (Director RSB, 2016)

G : Usus I : Jantung J : Ocellus K : Ovarium L : Paruh

M : Kelenjar Kulit

Gambar 2.2 Morfologi Daphnia sp. (Mokoginta, 2003)

Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang


(29)

kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapacenya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya (Mokoginta, 2003).

Menurut Waterman (1960) dalam Firmandus (2014), beberapa Daphnia memakan Crustacea dan Rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus.

Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk, occellus, dan lima pasang alat tambahan. Alat tambahan yang pertama disebut antena pertama, terletak di bagian ventral, berukuran kecil, tidak bersegman, dan berfungsi sebagai alat penciuman. Alat tambahan yang kedua disebut


(30)

sebagai alat berenang/gerak. Tiga pasang antena yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut (Casmuji, 2002).

Bagian tubuh Daphnia sp. memiliki lima pasang kaki. Sepasang kaki pertama dan kedua berfungsi untuk menciptakan arus air dan partikel tersuspensi, sepasang kaki ketiga dan keempat berperan sebagai filter, dan sepasang kaki kelima berperan untuk menghisap air. Bagian tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan, sedangkan pada bagian perut memiliki rongga. Bagian antara cangkang dan bagian tubuh ini berfungsi sebagai tempat pengeraman dan perkembangan telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang berbulu keras berfungsi untuk melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan (Mokoginta, 2003).

2. Reproduksi dan Siklus Hidup

Masa hidup Daphnia sp. sangat pendek. Masa tersebut melalui berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai dewasa dalam waktu 4–6 hari, menjadi induk dalam waktu 8–10 hari, dan umurnya hanya bertahan sampai 12 hari (Mokoginta, 2003).

Perkembangbiakkan Daphnia sp. juga bisa dibilang unik. Hewan ini bisa berkembangbiak dengan dua cara, yaitu parthenogenesis (tanpa perkawinan) dan seksual (dengan perkawinan). Pada keadaan baik Daphnia sp berkembang biak secara parthenogenesis di mana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan


(31)

menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia sp dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto, 2001).

Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata 10–20 butir dengan variasi antara 2– 40 butir. Sedangkan pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya temperatur yang berfluktuasi, kurangnya ketersediaan makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan berkembang menjadi individu jantan. Hal ini disebabkan karena kondisi-kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga akan mempengaruhi mekanisme kromosomnya, terutama pada kromosom sexnya, yang menentukan jenis kelamin dari kutu air tersebut. Dengan munculnya Daphnia sp. jantan maka populasi mulai bereproduksi secara seksual, di mana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode. Telur yang dihasilkan mempunyai cangkang tebal yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk, berwarna gelap/buram, berukuran lebih besar dan memiliki kuning telur yang lebih banyak. Daphnia sp. jantan berukuran lebih kecil dibandingkan Daphnia sp. betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan yang terletak di bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk


(32)

Telur yang sudah dibuahi kemudian akan dilindungi oleh lapisan yang disebut sebagai ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan buruk sampai kondisi ideal untuk menetas. Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi siklus hidup Daphnia sp.

Gambar 2.3 Siklus Hidup Daphnia sp. Sumber : Mokoginta (2003)

Siklus hidup Daphnia sp. bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungannya. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari, selanjutnya setiap 2 hari sekali dapat menghasilkan keturunan sebanyak 29 ekor, selama hidupnya mampu bertelur sebanyak 7 kali, dan hanya bertahan sampai 12 hari. Daphnia sp. hidup pada kisaran pH yang netral dan relatif basa, yaitu pada pH 7,1–8,0 dan masih dapat hidup berkembangbiak dengan baik pada kandungan amoniak 0,35 ppm– 0,61 ppm (Kusumaryanto, 2001).


(33)

3. Pakan dan Kebiasaan Makan

Daphnia sp. merupakan hewan filter feeder yang memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organik terlarut. Daphnia sp. muda berukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran antara 20–30 mikrometer, sedangkan Daphnia sp. dewasa dengan ukuran 2–3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60–140 mikrometer. Dalam memakan makanannya, Daphnia sp. melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan menggunakan cakar/kuku berbulu (Mokoginta, 2003).

Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. yang dipelihara dalam air yang mengandung bahan organik tersuspensi dan mineral, menyaring dan memakan seluruhnya tanpa membedakan dalam dua jam pertama. Selanjutnya makanan yang ditemukan dalam esofagus hanya partikel organik. Kusumaryanto (2001) juga menjelaskan bahwa perkembangan populasi Daphnia sp. dengan ketersediaan makanan yang cukup akan mempercepat pertumbuhan Daphnia sp. Apabila ketersediaan makanan tidak mencukupi populasi Daphnia sp. akan menurun, hal ini terjadi karena mortalitas akibat persaingan makanan.

4. Budidaya Daphnia sp.


(34)

dan anorganik. Menurut Boyd dalam Casmuji (2002), pupuk organik lebih efektif dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Daphnia sp. dan organisme makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Umumnya kolam yang dipupuk dengan pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi makanan alami ikan yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi ikan.

Pupuk organik yang biasa digunakan untuk kultur Daphnia sp. adalah kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domba dan kotoran kuda. Namun, dari berbagai jenis kotoran tersebut menurut Kadarwan dalam Casmuji (2002) kotoran ayam dianggap lebih baik dari pada kotoran kandang lainnya. Seperti dicantumkan oleh Kadarwan dalam Casmuji (2002) pada tabel 2.1, terlihat bahwa kotoran ayam mengandung unsur hara yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kotoran kandang lainnya. Kadar nutrisi kotoran ayam berdasarkan analisa proksimat adalah protein 11,25%, lemak 0,78%, serat kasar 4,71%, air 0% dan abu 54,20% (Chumaedi dan Djajadiredja, 1982).


(35)

Tabel 2.1 Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Pupuk Kandang Jenis

Kadar (%)

Nitrogen Phospor Kalium Bahan Organik

Kotoran ayam 4 3.2 1.9 74

Kotoran Kambing

2.77 1.78 2.88 60

Kotoran domba 2 1 2.55 60

Kotoran babi 1 0.75 0.85 30

Kotoran kuda 0.7 0.34 0.52 60

Kotoran sapi 0.7 0.3 0.65 30

Sumber : Kadarwan (1974)

Kusumaryanto (2001) menyatakan bahwa laju pertumbuhan dan puncak populasi tertinggi diperoleh pada Daphnia sp. yang diukur dalam media kotoran ayam yang menggunakan konsentrasi 2,4 g/l dengan padat penebaran awal 18 ekor/l.

5. Kotoran Ayam

Tinja masih mengandung banyak komponen zat makanan setelah keluar dari saluran pencernaan tanpa sempat dicerna atau belum diserap sepenuhnya. Kandungan zat makanan dalam tinja tergantung dari : 1. kondisi fisiologi ayam, 2. ransum yang diberikan, 3. lingkungan kandang


(36)

serta karakteristik lainnya (Sheppard dkk dalam Subagyo, 1981). Menurut laporan Smith dan Whecler dalam Subagyo (1981) tergantung pada ransum yang dimakan, pengumpulan dan pengolahan.

Smith dalam Subagyo (1981) mengatakan bahwa nitrogen yang dieksresikan lewat urine 75%, sedangkan lewat tinja hanya 25%. O’Dell dkk dalam Subagyo (1981) menganalisa nitrogen dalam urine ayam dan melaporkan hasil analisanya bahwa terdapat N-urea 4,5%, N-NH3 10%, N-asam amino 2,2%, N-asam urat 80,7% dan N-lainnya ada 2,1%. Produk lainnya itu terdiri dari base nitrogen, nitrogen, dan dikemukakan 90% nitrogen dalam tinja ayam adalah N-protein sejati. Menurut Scaible dalam Subagyo (1981) tinja ayam mengandung protein kasar 16–35% dengan protein sejati 10–11%. Kandungan N-protein total akan menurun dengan semakin tingginya temperatur atau lamanya pemanasan (Sheppard dkk dalam Subagyo, 1981).

6. Dedak

Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia.


(37)

Produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak. Proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Rasyaf dalam Casmuji 2002).

Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak. Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun, dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640–1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf dalam Casmuji 2002).


(38)

dedak, berwarna coklat dan tidak menggumpal. Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan melebihi waktu tertentu (Rasyaf dalam Casmuji 2002).

7. Kualitas Air a. Suhu

Kehidupan Daphnia sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain temperatur, oksigen terlarut dan pH. Daphnia sp. dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan lingkungannya karena termasuk dalam kategori hewan yang eritropik. Daphnia sp. tahan terhadap fluktuasi suhu harian ataupun tahunan. Kisaran suhu yang ditolerir Daphnia sp. bervariasi dengan umur dan adaptasinya pada suhu tertentu. Daphnia magna yang telah diadaptasikan pada suhu 29– 32,5 OC menjadi lebih tahan lama pada suhu 37–39,5 OC, sedangkan adaptasi pada suhu rendah memungkinkan spesies ini hidup pada suhu 3OC di bawah nol. Yuliati (1985) dalam Subagyo (1981) menyatakan bahwa untuk kultur Daphnia sp. umumnya digunakan suhu antara 24– 28 OC, sedangkan untuk kultur massal Daphnia sp., suhu optimum yang digunakan berkisar antara 25–30OC (Geavskaya dalam Kusumaryanto, 2001). Pennak (1953) dalam Firmandus (2014)


(39)

mengatakan bahwa umur Daphnia magna bergantung pada suhu lingkungan. Pada suhu 28 OC, 18 OC, 8OC masing-masing dapat mencapai umur 26, 42, 108 hari.

Siklus hidup Daphnia sp. sangat bervariasi tergantung spesies dan lingkungannya. Djarijah (1995), menyatakan suhu air media yang rendah antara 14–17OC akan menghasilkan individu jantan, di mana kondisi tersebut akanmengubah metabolism Daphna sp. sehingga dapat mempengaruhi mekanisme kromosom. Daphnia sp. akan mencapai reproduksi tertinggi pada suhu 21OC.

b. pH

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktifitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Umumnya Cladocera dapat hidup pada kisaran pH antara 6,5–8,5 (Pennak, 1953) dalam Firmandus (2014). Hal ini dikuatkan oleh Innes (1966) dalam Kusumaryanto (2001) yang menyebutkan bahwa jenis-jenis Cladocera yang hidup dalam perairan asam tidak dapat mencapai populasi besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Zarinskaya; Rodiana; Ivleva (1973) dalam Casmuji (2002), yang menyatakan bahwa lingkungan perairan netral dan relatif


(40)

Daphnia sp. Selanjutnya Mudjiman (1985) dalam Kusumaryanto (2001) menyatakan bahwa pada lingkungan yang ber-pH antara 6,6– 7,4 Daphnia sp. telah menjadi dewasa pada umur 4–5 hari, sedangkan menurut Djarijah (1995) Daphnia sp mampu hidup pada pH 6,3–6,7.

c. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan Daphnia sp. menurut Ivleva dalam Ansaka (2002), Daphnia sp. dan Moina sp. hidup di dalam air yang kadar oksigennya bervariasi dari hampir nol sampai dengan lewat jenuh. Umumnya Daphnia sp. dapat hidup pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup tinggi yaitu 4,2–5,1 ppm Casmuji (2002).

Daphnia sp tidak berkembang biak pada konsentrasi oksigen terlarut kurang dari saru ppm. Daphnia obusta dan D. thomsoni masing-masing mati pada konsentrasi oksigen 00,2 dan 0,4 ppm. Sementara D. pulex dan D. magna mati pada konsentrasi oksigen antara keduanya. D. longispina mati pada konsentrasi oksigen 0,6 ppm, dan beberapa Moina sp. mati pada konsentrasi 0,8 ppm (Pennak dalam Casmuji (2002).

Ketahanan Daphnia sp. dalam perairan yang miskin oksigen mungkin disebabkan oleh kemampuannya dalam mensintesis hemoglobin. Naiknya kadar hemoglobin dalam darah Daphnia sp. selain diakibatkan oleh kurangnya oksigen terlarut di perairan juga


(41)

diakibatkan oleh naiknya temperature dan tingginya kepadatan populasi Daphnia sp. itu sendiri. (Ivleva dalam Ansaka (2002).

Tabel 2.2 Status Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut No Kadar Oksigen Terlarut Status Kualitas Air

1 >6,5 Tidak tercemar sampai tercemar

sangat ringan

2 4,5–6,4 Tercemar ringan

3 2,0–4,4 Tercemar sedang

4 <2,0 Tercemar berat

Sumber Jeffries/mills, (1996) dalam Budin (2015)

8. Keunggulan Daphnia sp. Sebagai Pakan Ikan

Menurut Darmanto, dkk (2000) Kandungan gizi setiap pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan alami gizi pakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.3 Kandungan Gizi dan Kegunaan Pakan Alami Jenis Pakan

Alami

Kadar Air (%)

Kadar Kandungan Sizi

Kegunaan Protein Lemak Serat

Kasar Abu Infusoria /

Paramecium - - - - -

Pakan larva baru menetas

Moina 90,60 37,38 13,29 - 11,00

Pakan benih umur 2–6 hari

Daphnia

magna 94,78 42,65 8 2,58 4

Pakan benih umur 6 -12


(42)

Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah untuk dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuh yang relative kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva / benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih / larva ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Darmanto, 2000).

B. Hasil Penelitian yang relevan

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yang melakukan budidaya Daphnia sp. sebagai pengganti pakan ikan alami seperti yang dilakukan oleh Sanyoto (2000), Casmuji (2002), dan Firmandus (2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanyoto (2000), peneliti menggunakan konsentrasi kotoran kuda terhadap pertumbuhan dan puncak populasi Daphnia sp. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanyoto (2000) dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan terhadap mortalitas (tingkat kematian) dan biomasa Daphnia sp.

Penelitian yang dilakukan oleh Casmuji (2002), peneliti menggunakan kotoran ayam dan tepung terigu dalam membudidayakan Daphnia sp. tersebut. Penelitian dapat disimpulkan bahwa Penggunaan kotoran ayam mampu meningkatkan Daphnia sp. dalam berkembang biak, sehingga mampu meningkatkan populasi Daphnia sp. selain itu juga dengan penambahan tepung terigu akan membuat populasi Daphnia sp. menjadi semakin


(43)

bertambah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Firmandus (2014), peneliti menggunakan kulit buah pisang yang direndam dan dijadikan sebagai sumber nutrien dalam membudidayakan Daphnia sp. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompos kulit buah pisang bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan fitoplankton dan memberikan pengaruh nyata selama selama kultur Daphnia sp.

C. Kerangka berpikir

Daphinia magna merupakan salah satu pakan benih ikan alami yang memiliki kadar gizi yang tinggi. Dalam pertumbuhnannya Daphnia magna membutuhkan kadar nutrisi yang tinggi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh Daphnia magna berasal dari mikroorganisme.

Mikroorganisme bisa ditumbuhkan dengan menggunakan limbah seperti kotoran ayam dan dedak. Dengan cara mencampurkan kedua bahan tersebut dengan air dan mengendapkannya. Campuran kotoran ayam dan dedak tersebut diendapkan selama 3 hari, tujuannya untuk menumbuhkan mikroorganisme. Pupuk yang terbuat dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak kemudian disaring agar ampasnya tidak ikut tercampur. Pemberian pupuk air endapan campuran dedak dan kotoran ayam yang tinggi akan mikroorganisme dengan pemberian dosis yang berbeda maka akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna.


(44)

+

Gambar 2.4 Alur Proses Budidaya Daphnia Magna Menggunakan Air Endapan Campuran Dedak Dan Kotoran Ayam

Pakan ikan alami

Kandungan gizi yang tinggi

Kotoran ayam Dedak

Diendapkan selama 3 hari Limbah

Pupuk kandang

Pupuk air endapan campuran dedak dan kotoran ayam

Meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna

Disaring

Kaya akan mikroorganisme

Limbah

Nutrisi utama untuk pertumbuhan Daphnia magna

Kandungan protein relatif tinggi (12–14 %)

Sebagai sumber protein bagi mikroorganisme Kandungan nitrogen dan bahan

organik yang tinggi

Sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme

Daphnia magna


(45)

D. Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil hipotesa sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dapat mempengaruhi pertambahan populasi Daphnia magna.

2. Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dengan dosis 7,5 ml/l akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna yang paling cepat.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 1 kontrol dan dengan 3 kali pengulangan perlakuan dan 3 kali pengulangan perhitungan. Selain itu juga dilakukan pengukuran dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran metode kualitatif mengukur keadaan air yang meliputi bau dan warna air, sedangkan untuk metode pengukuran kuantitatif mengukur jumlah popolasi Daphnia magna pada setiap perlakuan.

Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Uji

B1 B3 K3 A1

B2 K1 C1 A2

A3 C3 C2 K2

Keterangan : K : Kontrol

A : Pemberian air hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5 ml/l

B : Pemberial air hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l

C : Pemberian air hasil endapan kotoran ayam dan dedak Sebanyak 7.5 ml/l

1–2–3: Pengulangan

*)


(47)

B. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perbedaan pemberian air endapan dari campuran kotoran ayam dan dedak dengan lama proses pengendapan selama 3 hari antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya. Perlakuan pertama (A) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5ml/l pada media kultur Daphnia magna, perlakuan yang ke dua (B) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l pada media kultur Daphnia magna, perlakuan yang ke tiga (C) yaitu penambahan pupuk hasil endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7.5 ml/l pada media kultur Daphnia magna serta perlakuan ke empat (D) yaitu perlakuan kontrol yang tidak diberikan pupuk.

b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pertumbuhan populasi Daphnia magna.

c. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah pH, suhu, kondisi air di aquarium eksperimen serta waktu pemberian perlakuan dan waktu perhitungan Daphnia magna.

C. Batasan Penelitian

Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini berfokus pada pertambahan jumlah populasi Dapnia magna dengan menggunakan pupuk yang terbuat dari air endapan campuran


(48)

2. Lama waktu pengendapan pupuk air endapan kotoran ayam dan dedak adalah tiga hari.

3. Dosis pupuk yang terbuat dari campuran air endapan kotoran ayam dan dedak dibuat dalam tiga konsentrasi yaitu 1,5 ml/l, 4,5 ml/l dan 7,5ml/l. 4. Kotoran ayam yang digunakan adalah kotoran yang berasal dari ayam

kampung yang telah mengering selama satu minggu.

5. Dedak yang digunakan berasal dari dedak padi yang didapat dari penjual pakan unggas yang terdapat di daerah pasar Setan, Tajem, Yogyakarta. 6. Daphnia yang digunakan adalah Daphnia magna yang didapat dari

pembudidaya Daphnia magna yang terdapat di daerah Widomertani, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

7. Perhitungan dilakukan secara manual.

D. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat

1. Aquarium ukuran 15 cm x 15 cm x 20 cm sebanyak 12 buah yang digunakan sebagai media kultur Daphnia magna

2. Stoples ukuran 10 lt sebanyak 2 buah yang digunakan sebagai tempat pembuatan pupuk.

3. Batang Pengaduk 4. Timbangan digital 5. Cawan petri


(49)

6. Kaca pembesar (loop)

7. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 100 ml sebanyak 1 buah 8. Gelas ukur kaca merk pyrex ukuran 10 ml sebanyak 1 buah. 9. Gelas ukur plastik merk lyon star ukuran 500ml sebanyak 2 buah 10. Alat pengukur parameter air yaitu, DO meter, Termometer dan pH

meter.

b. Bahan

1. Kotoran ayam sebanyak 50 gr 2. Dedak sebanyak 50 gr

3. Air

E. Prosedur Kerja Penelitian

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Prapenelitian I

a. Kotoran ayam sebanyak 15 gr dan dedak sebanyak 75 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples.

b. Kotoran ayam sebanyak 50 gr dan dedak sebanya 50 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples.

c. Kotoran ayam sebanyak 75 gr dan dedak sebanyak 15 gr dicampurkan dengan air sebanyak 5 lt ke dalam stoples.


(50)

e. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap stoles sebanyak 10 ekor/liter.

2. Prapenelitian II

a. Kotoran ayam sebanyak 1,5 gr dan dedak sebanyak 7,5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples.

b. Kotoran ayam sebanyak 5 gr dan dedak sebanya 5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples.

c. Kotoran ayam sebanyak 7,5 gr dan dedak sebanyak 1,5 gr dicampurkan dengan air sebanyak 1 lt ke dalam stoples.

d. Air dimasukan ke dalam stoples sebanyak 1 lt, sebagai kontol.

e. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap stoles sebanyak 10 ekor/liter.

3. Persiapan pupuk yang terbuat dari air endapan kotoran ayam dan dedak. a. Kotoran ayam yang diperoleh dari peternak ayam didaerah sekitar

Universitas Muhammadiah Yogyakarta ditimbang sebanyak 50 gr. b. Dedak yang diperoleh dari penjual makanan burung di daerah Pasar

Stan, Maguwoharjo, Yogyakarta ditimbang sebanyak 50 gr.

c. Ke dua bahan tersebut dicampur ke dalam stoples ukuran 10 lt sembari diaduk

d. Air sebanyak 10 lt ditambahkan ke dalam toples sembari diaduk perlahan.


(51)

e. Setelah tercampur rata, stoples diletakkan yang berisi campuran kotoran ayam dan dedak tersebut di tempat yang terkena sinar matahari. Hal ini bertujuan untuk penguraian unsur organik yang terdapat pada kotoran ayam.

f. Campuran kotoran ayam dan dedak tersebut didiamkan selama 3 hari. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti zooplankton dan fitoplankton pada media tersebut.

g. Campuran kotoran ayam dan dedak diaduk setiap 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 10.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB.

4. Mempersiapkan media kultur Daphnia magna.

a. 12 buah aquarium kaca ukuran 15cm x 15cm x 20 cm diisi air sebanyak 2lt pada setiap aquariumnya.

b. Setiap aquarium diberi label A, B, C, D dan pengulangan 1, 2, 3. c. Air endapan kotoran ayam dan dedak ditambahkan ke dalam

masing-masing aquarium. Untuk label A ditambahkan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1.5ml/l, untuk label B diberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4.5 ml/l, untuk label C diberikan air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7.5 ml/l. Sedangkan untuk aquarium berlabel D merupakan kontrol yang berisi air yang berasal dari kebun penelitian Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. 5. Proses Persiapan Daphnia magna


(52)

a. Daphnia magna dibeli langsung ke pembudidaya Daphnia magna yang terdapat di daerah Widomertani, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

b. Daphnia magna dimasukan ke dalam setiap aquarium sebanyak 10 ekor/l.

6. Proses Pemberian Perlakuan

a. Air endapan kotoran ayam dan dedak disaring sebelum diberikan ke dalam aquarium yang berisi Daphnia magna.

b. Air endapan kotoran ayam dan dedak diberikan sesuai dengan label yang ada pada aquarium, label A diberikan sebanyak 1,5 ml/l, label B diberikan sebanyak 4,5 ml/l, label C diberikan sebanyak 7,5 ml/l dengan menggunakan gelas ukur kaca.

c. Air endapan kotoran ayam dan dedak diberikan setiap dua hari sekali di waktu sore hari yaitu pada pukul 17.00 WIB.

7. Proses Perhitungan Daphnia magna

a. Daphnia magna dihitung setiap hari sekali di waktu malam hari, setiap jam 19.00 dengan pengulangan perhitungan sebanyak 3 kali.

b. Sebelum Daphnia magna dihitung, aquarium diaduk secara perlahan dengan gerakan W (tidak memutar O ) hal ini untuk menghindari Daphnia magna berkumpul di tengah aquarium.


(53)

c. Air yang ada di aquarium dituang ke dalam gelas ukur plastik ukuran 500ml sebanyak 500ml lalu Daphnia magna mulai dihitung dengan tiga kali pengulangan perhitungan.

d. Hasil yang diperoleh dicatat ke dalam tabel.

e. Untuk mengetahui jumlah Daphnia magna dalam 1000ml maka dihitung dengan menggunakan rumus perbandingan lurus, yaitu :

F. Tabulansi Data

Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik ANOVA Single Factor dan deskriptif analitik. Setiap menghitung pertumbuhan Daphnia magna dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, setelah itu hasil tersebut dirata-rata. Hasil rata-rata yang diperoleh akan di uji statistic dengan menggunakan uji statistik ANOVA Single Factor.


(54)

Tabel 3.2 Tabel Tabulansi Data

No Tanggal Perlakuan Ulangan

Populasi Daphnia

magna Rata

-rata pH DO Suhu 1 2 3

1 A

1 2 3

2 B

1 2 3

3 C

1 2 3

4 D

1 2 3

G. Metode Analisa Data

Penelitian ini terdiri dari 3 kelompok perlakuan yaitu perlakuan A dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 1,5 ml/l, perlakuan B yaitu dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 4,5 ml/l, dan perlakuan C dengan pemberian dosis pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l dan 1 kontrol tanpa pertambahan pupuk dari air endapan kotoran ayam dan dedak, dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan


(55)

menggunakan Uji ANOVA one factor between subject design sebagai uji statistiknya, dengan α adalah 0.05. Apabila hasil yang diperoleh signifikan maka dilanjukan dengan uji Tukey.

1. Pengujian Hipotesis dan Pengambilan Keputusan a. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan secara signifikan dari beberapa perlakuan. Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

b. Hipotesis Penelitian

1 Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam akan mempengaruhi pertambahan populasi Daphnia magna.

2 Pemberian pupuk yang terbuat dari air endapan campuran dedak dan kotoran ayam dengan dosis 7,5 ml/l akan meningkatkan jumlah populasi Daphnia magna yang paling cepat.

c. Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan hasil statistik.

Apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang nyata dari beberapa kelompok perlakuan.

Apabila Asymp. Sig. < 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat


(56)

BAB IV

Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi mikroorganisme di dalam air dari hasil pemupukan dengan menggunakan campuran kotoran ayam dan dedak dengan pemberian dosis yang berbeda. Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan fitoplankton, bakteri, alga bersel satu dan mikroorganisme lainnya yang merupakan sumber makanan Daphnia magna. Namun, sumber makanan yang utama yaitu fitoplankton. Pada penelitian ini terdapat empat perlakuan dengan tiga kali ulangan. Perlakuannya yaitu perlakuan A : pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l , perlakuan B : pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l , perlakuan C : pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l , dan kontrol. Penelitian ini berlangsung selama dua puluh hari, dengan melakukan perlakuan setiap dua hari sekali. Perhitungan dilakukan setiap dua hari sekali setiap malam hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pertumbuhan populasi Daphnia magna.

Budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi mikroorganisme di dalam air seperti zooplankton dan fitoplakton dari hasil pemupukan menggunakan campuran kotoran ayam dan dedak dengan pemberian dosis yang berbeda dapat meningkatkan populasi


(57)

Daphnia magna hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini, populasi Daphnia magna meningkat dari hari ke hari hingga hari ke dua puluh.

Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Populasi Daphnia magna 2. Laju pertumbuhan populasi Daphnia magna

Laju pertumbuhan populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Laju pertumbuhan daphnia magna pada berbagai dosis pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak. Ulangan

Perlakuan

A (1,5 ml/l) B (4,5 ml/l) C (7,5 ml/l) K

1 393 592 1143 295

2 491 547 943 292

3 361 605 1027 280

Jumlah 1245 1744 3113 867

Rerata 415 581.3333 1037.667 289

Keterangan :

Perlakuan A : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l Perlakuan B : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l

0 50 100 150 200 250 300

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

J um la h Da p hn ia m a g na ( ek o r) Hari ke

Grafik Pertumbuhan Daphnia magna

Perlakuan A

Perlakuan B

Perlakuan C


(58)

3. Kondisi Air Aquarium Berdasarkan Parameter Fisik-Kimiawi a. Faktor Fisik

Tabel 4.2 Faktor fisik yang mempengaruhi perairan No Parameter Perlakuan

A Perlakuan B Perlakuan C Kontrol

1 Suhu (OC) 28 OC 28 OC 28 OC 28 OC

2 Warna Cokelat

keruh Cokelat keruh Cokelat keruh Cokelat keruh 3 Bau Tidak bau Tidak bau Tidak bau Tidak bau

Keterangan :

Perlakuan A : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l Perlakuan B : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l Perlakuan C : Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l

K : Kontrol

b. Faktor Kimiawi

Tabel 4.3 Faktor Kimiawi yang mempengaruhi perairan No Parameter Perlakuan

A Perlakuan B Perlakuan C Kontrol

1 DO (mg/L) 5.6 (mg/L) 5.5 (mg/L) 5.2 (mg/L) 5.9 (mg/L)

2 pH 7.8 7.9 7.93 7.5

Keterangan :

Perlakuan A : Pemberian dosis sebanyak 1,5ml/l Perlakuan B : Pemberian dosis sebanyak 4,5ml/l Perlakuan C : Pemberian dosis sebanyak 7,5ml/l


(59)

B. Pembahasan

Daphnia magna merupakan salah satu jenis dari zooplankton yang hidup di air tawar yang tenang. Daphnia ini termasuk ke dalam filum Arthropoda yang memiliki bentuk tubuh lonjong dan segmen badannya tidak terlihat. Daphnia magna memiliki enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang seta. Bagian tubuh Daphnia sp. tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan, sedangkan pada bagian perut memiliki rongga. Bagian antara cangkang dan bagian tubuh ini berfungsi sebagai tempat pengeraman dan perkembangan telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang berbulu keras berfungsi untuk melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan (Mokoginta, 2003).

Siklus hidup Daphnia sp. terbilang sangat pendek, hal ini dikarenakan Daphnia sp. umumnya hanya dapat bertahan hidup selama dua belas hari. Menurut Mokoginta, (2003) Masa tersebut melalui berbagai fase, yaitu telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daphnia sp. mencapai fase dewasa dalam waktu 4–6 hari, menjadi induk dalam waktu 8–10 hari, dan umurnya hanya bertahan sampai 12 hari. Hewan ini bisa berkembangbiak dengan dua cara, yaitu parthenogenesis (tanpa perkawinan) dan seksual (dengan perkawinan). Pada keadaan baik Daphnia sp berkembang biak secara parthenogenesis dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur


(60)

sp dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto, 2001).

Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata 10–20 butir dengan variasi antara 2–40 butir. Sedangkan pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya temperatur yang berfluktuasi, kurangnya ketersediaan makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan berkembang menjadi individu jantan, hal ini disebabkan karena kondisi-kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga mempengaruhi mekanisme kromosomnya, terutama pada kromosom seknya yang menentukan jenis kelamin kutu air tersebut. Dengan munculnya Daphnia sp. jantan maka populasi mulai bereproduksi secara seksual, dimana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode dan telur yang dihasilkan mempunyai cangkang tebal yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk. Perkembangbiakannya juga dapat dihasilkan telur berupa kista yang dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemanapun dan jika berada dalam kondisi lingkungan yang mencukupi telur tersebut dapat berkembang menjadi Daphnia.

Pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai pertambahan jumlah individu dalam suatu populasi. Budidaya Daphnia magna dengan menggunakan pakan berupa populasi fitoplankton hasil pemupukan campuran kotoran ayam dengan dedak dengan perlakuan pemberian dosis pemupukan yang berbeda,


(61)

yaitu 1,5 ml/l, 4,5 ml/l, 7,5 ml/l, untuk meningkatkan populasi Daphnia magna dari hari pertama hingga hari ke dua puluh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perbedaan pemberian dosis pemupukan dapat mempengaruhi jumlah populasi Daphnia magna, dan juga untuk mengetahui dosis pemupukan mana yang sesuai untuk meningkatkan populasi Daphnia magna.

Dalam melakukan perhitungan penelitian ini dilakukan pada malam hari, hal ini karena Daphnia magna merupakan hewan yang peka terhadap cahaya, mereka akan mengikuti sumber datangnya cahaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Whitman dalam Muhammad (2016), dimana memang sudah respon alami Daphnia magna di alam untuk mengikuti sumber cahaya kontras di malam hari seperti cahaya bulan, dengan harapa untuk memenuhi sumber nutrisinya, yaitu populasi fitoplankton dan juga menghindar dari predatornya yang aktif pada malam hari. Sehingga dengan perhitungan dilakukan di malam hari dengan baruan senter dari handphone dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan Daphnia magna. Dalam menghitung Daphnia magna digunakan gelas ukur yang terbuat dari plastic dengan ukuran 500ml, hal ini dikarenakan gelas ukur yang terbuat dari plastik tidak membiaskan cahaya seperti pada gelas ukur yang terbuat dari kaca, tetapi mengumpulkan cahaya, sehingga dapat memudahkan dalam proses perhitungan juga.


(62)

Gambar 4.2 Perilaku Daphnia magna yang mengikuti cahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan dapat terlihat dengan jelas pada grafik di atas (Gambar 4.1). Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap harinya populasi Daphnia magna pada setiap perlakuan mengalami peningkatan (Gambar 4.1). Pada grafik tersebut terlihat jelas bahwa setiap harinya Daphnia magna mengalami peningkatan baik itu yang menggunakan perlakuan maupun kontrol. Pada grafik menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian dosis pemupukan berupa campuran kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l sangat baik, hal ini dikarenakan pertambahan populasi Daphnia magna mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

Pertumbuhan jumlah populsi Daphnia magna yang paling tinggi adalah pada berlakuan C yaitu dengan pemberian pupuk campuran kotoran ayam dan dedak sebanyak 7,5 ml/l. Peningkatan jumlah populasi Daphnia magna mulai terlihat dengan jelas dimulai pada hari ke enam dan terus meningkat pada hari ke dua puluh. Disusul dengan perlakuan A dan B yang mulai terlihat mengalami peningkatan jumlah populasi dengan jelas pada hari


(63)

ke sepuluh dan terus meingkat hingga hari ke dua puluh. Pada perlakuan kontrol peningkatan populasi mulai jelas terlihat pada hari ke dua belas dan terus mengalami peningkatan hingga hari ke dua puluh.

Pada gambar 4.1, grafik pertumbuhan Daphnia magna pada perlakuan B di hari ke tujuh hingga tiga belas mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi pada hari ke tiga belas hingga hari ke tujuh belas mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan, kemudian di hari ke tujuh belas sampai hari ke sembilan belas terjadi peningkatan kembali. Hal ini dikarenakan pada hari ke tujuh hingga tiga belas banyak telur dari indukan Daphnia magna yang telah menetas, sehigga mengakibatkan peningkatan jumlah populasi yang tinggi. Sedangkan untuk hari ke tiga belas hingga tujuh belas hanya terlihat sedikit anakan Daphnia magna. Hal ini dikarenakan anakan Daphnia magna ini sedang dalam proses pendewasaan. Di hari ke tujuh belas sampai hari ke sembilan belas mengalami peningkatan kembali hal ini dikarenakan anakan Daphnia magna yang sudah dewasa mulai menetas kembali. Mudjiman dalam Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. sudah menjadi dewasa pasa umur empat hari dan mengalami kematian pada unur dua belas hari.

Kenaikan jumlah populasi Daphnia magna ini juga disebabkan oleh peningkatan jumlah Daphnia magna muda yang baru menetas. Daphnia magna muda ini mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan juga ketersediaan makanan yang melimpah, yakni fitoplakton terutama pada


(64)

juga terjadi peningkatan populasi Daphnia magna, walaupun tidak diberikan perlakuan. Hal ini dikarenakan masih tersedianya mikroorganisme di dalam air yang cukup melimpah, seperti zooplankton dan fitoplankton.

Gambar 4.3 gambar pada lingkaran kuning merupakan indukan Daphnia magna

sedangkan untuk lingkaran biru merupakan anakan Daphnia magna

Penempatan perlakuan yang berada di ruangan terbuka dan terkena sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan mikroorganisme, selain itu juga paparan sinar matahari di waktu siang hari menyebabkan dinding aquarium ditumbuhi oleh ganggang atau alga hijau yaitu alga rambut (Green Hair Algae). Biasa disebut alga rambut dikarenakan bentuk alga yang menempel pada dinding aquarium ini panjang, tipis dan seperti rambut. Namun sayangnya masyarakat keliru akan penyebutan alga rambut ini. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan lumut air. Alga rambut ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai umpan dalam memancing.


(65)

Alga rambut dapat tumbuh di dalam air dikarenakan ketersediaan zat hara seperti nitrogen yang tersedia di dalam air selain itu juga paparan sinar matahari yang melimpah. Alga rambut inilah yang merupakan salah satu cadangan makanan Daphnia magna, semakin banyak populasi Daphnia magna dalam suatu aquarium maka semakin sedikit juga alga rambut yang tumbuh pada dinding aquarium. Hal ini terjadi karena Daphnia magna memakan alga rambut yang terdapat pada dinding aquarium selain makanan yang telah diberi pada perlakuan.

Alga rambut yang tumbuh terlalu banyak akan mangakibatkan Daphnia magna terjebak dan menyangkut pada alga rambut tersebut sehingga lama kelamaan akan menyebabkan Daphnia magna tersebut mati, karena ruang gerak yang terbatas. Salah satu bentuk perawatan terhadap keberlangsungan hidup Daphnia magna adalah jika alga rambut tumbuh terlalu banyak akibat cahaya yang berlebih, maka sebaiknya alga rambut harus dibersihkan. Peneliti menggunakan sebatang lidi untuk membersihkan alga rambut dengan cara memutar-mutar lidi tersebut di dinding aquarium yang ditumbuhi oleh alga lumut, kemudian alga lumut akan tersangkut pada lidi tersebut.


(66)

Gambar 4.4 Lingkaran merah menunjukan bahwa Daphnia magna tersangkut di alga rambut

Daphnia magna merupakan hewan filter feeder, yaitu hewan yang memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus dan bahan organik terlarut. Daphnia magna muda yang berukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran antara 20 sampai 30 mikrometer. Sedangkan untuk Daphnia magna dewasa dengan ukuran 2 sampai 3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60 sampai 140 mikrometer.

Menurut Mokoginta (2003), dalam memakan makanannya Daphnia sp. melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara melakukan pemisahan komponen yang tidak dapat dimakan dengan menggunakan cakar/kuku berbulu. Kusumaryanto (2001), menyatakan bahwa Daphnia sp. yang dipelihara dalam air yang mengandung bahan organik tersuspensi dan mineral, menyaring dan memakan seluruhnya tanpa membedakan dalam dua jam pertama. Selanjutnya makanan yang ditemukan dalam esofagus hanya partikel organik.

Pada penelitian ini laju pertumbuhan populasi Daphnia magna dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa laju


(67)

pertumbuhan populasi Daphnia magna yang paling cepat adalah pada perlakuan C. Hal ini karena dari yang semula dimasukan sebanyak 10 ekor Daphnia magna dalam 1 Liter air, hasilnya mencapai 943 hingga 1143 ekor dalam waktu dua puluh hari. Selanjutnya pada perlakuan B dengan jumlah mencapai 605 ekor, sedangkan perlakuan A mencapai jumlah 491 ekor. Pada perlakuan kontrol merupakan pertumbuhan populasi Daphnia magna yang paling sedikit, yaitu hanya mencapai 295 ekor.

Daphnia magna dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hidup Daphnia magna, akan menyebabkan umur Daphnia magna menjadi lebih panjang, sehingga jumlah populasi akan meningkat. Selain dari kondisi lingkungan ketersediaan makanan pun menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan laju populasi Daphnia magna.

Kondisi lingkungan yang sesuai dan ketersediaan makanan yang tercukupi akan membuat Daphnia magna akan berkembang biak secara parthenogenesis dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi Daphnia magna dan dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit. Cara ini hanya menghasilkan individu betina saja dan menghasilkan telur dengan rata-rata 10–20 butir dengan variasi antara 2– 40 butir. Dengan munculnya Daphnia magna betina yang banyak inilah maka


(68)

populasi mulai bereproduksi secara seksual, dimana seekor Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode.

Makanan yang tersedia akan meminimalisir persaingan makanan antar Daphnia magna. Kusumaryanto (2001) menjelaskan bahwa perkembangan populasi Daphnia sp. dengan ketersediaan makanan yang cukup akan mempercepat pertumbuhan Daphnia sp. Apabila ketersediaan makanan tidak mencukupi populasi Daphnia sp. akan menurun, hal ini terjadi karena mortalitas atau tingkat kematian akibat persaingan makanan.

Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan yang pertama yaitu pemberian dosis makanan sebanyak 1,5 ml/l, perlakuan yang kedua yanitu pemberian makanan sebanyak 4,5 ml/l, perlakuan yang ke tiga yaitu pemberian dosis makanan sebanyak 7,5 ml/l, dan kontrol yang tidak diberikan makanan yang berasal dari campuran kotoran ayam dan dedak.

Penentuan pemberian banyak dosis pupuk yang terbuat dari kotoran ayam dan dedak di karenakan peneliti sebelumnya melakukan prapenelitian untuk mengetahui berapa campuran dari dedak dan kotoran ayam yang sesuai untuk pertumbuhan populasi Daphnia magna. Namun ternyata hasilnya adalah semua Daphnia magna yang telah dimasukan mati. Hal ini dikarenakan karena campuran kotoran ayam dan dedak yang tidak sesuai bagi pertambahan populasi Daphnia magna dan juga dikarenakan Daphnia magna langsung dimasukan ke dalam campuran dedak dan kotoran ayam tersebut. Kotoran ayam yang dicampurkan ke dalam air akan mengalami penguraian dan dalam penguraian inilah membutuhkan oksigen yang tinggi dan cahaya matahari,


(69)

sehingga kadar oksigen di dalam air akan menurun secara derastis dan menganggu kelangsungan hidup Daphnia magan. Selain itu juga pemberian dedak yang terlalu banyak menyebabkan adanya kandungan ammonia di dalam air karena dedak tidak dapat larut di dalam air dengan baik. Dedak yang mengendap di dalam air akan menyebabkan adanya kandungan ammonia di dalam air. Adanya kandungan ammonia ini dikarenakan karena kandungan protein di dalam dedak yang relatif tinggi.

Menurut hasil uji ANOVA One-Way (lampiran 6) pemberian pupuk dari air endapan campuran kotoran ayam dan dedak untuk pertambahan populasi Daphnia magna menunjukan bahwa level signifkan 0.000 < 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari beberapa

kelompok perlakuan antara kontrol, pemberian dosis sebanyak 1,5 ml/l, pemberian dosis sebanyak 4,5 ml/l dan pemberian dosis sebanyak 7,5 ml/l. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara pemberian dosis pemupukan yang berbeda dari campuran dedak dan kotoran ayam terhadap laju pertumbuhan populasi Daphnia magna atau bisa disebut juga ada perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan.

Dikarenakan hasil uji Anova signifikan maka dilanjutkan dengan menggunakan uji beda nyata, yaitu dengan menggunakan uji tukey (lampiran 7). Pada uji tukey dapat diketahui bahwa perlakuan A memiliki bedan yata terhadap perlakuan B dan C, perlakuan B memiliki beda nyata terhadap perlakuan A, C dan D. perlakuan C memiliki beda nyata terhadap perlakuan


(70)

A, B dan D. Sedangkan perlakuan D memiliki beda nyata terhadap perlakuan B dan C.

Penggunaan kotoran ayam bertujuan untuk meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air seperti zooplankton yang merupakan makanan utama Daphnia magna. Hal ini dikarenakan kotoran ayam merupakan kotoran yang mengandung unsur hara yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kotoran kandang lainnya, kandungan unsur hara yang banyak inilah yang menyebabkan kotoran ayam paling baik untuk meningkatkan zooplankton di dalam air dibandingkan dengan penggunaan kotoran hewan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Kadarwan (1974) kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara yang paling tinggi dibandingkan kotoran kandang lainnya, kotoran ayam memiliki kadar Nitrogen sebesar 4%, Phospor sebanyak 3,2%, kalium 1,9% dan bahan organik sebanyak 74%.

Penggunaan Dedak sebagai campuran kotoran ayam bertujuan sebagai sumber protein yang utama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hidup mikroorganisme yang terdapat di dalam air, seperti bakteri, alga, zooplankton dan fitoplankton yang merupakan sumber nutrisi bagi kelangsungan hidup Daphnia magna, hal ini dikarenakan dedak mengandung protein yang berkisar antara 12-14%. Selain memiliki kadar protein yang cukup tinggi, harga dedak yang relatif murah dan mudah didapatkan juga menjadi alasan penggunaan dedak dalam campuran pakan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan sumber nutrisi utama untuk Daphnia magna. Campuran pupuk tersebut diendapkan selama 3 hari, hal ini berguna untuk mempersiapkan


(71)

pertumbuhan mikroorganisme seperti, bakteri, alga, zooplankton dan fitoplankton yang merupakan sumber makanan utama Daphnia magna pada pupuk tersebut.

Kualitas air sangat mempengaruhi kelangsungan hidup Daphnia magna., oleh karena itu peneliti melakukan pengukuran kualitas air aquarium berdasarkan parameter fisik yang meliputi suhu, warna dan bau. Pengukuran suhu dilakukan pada siang hari menjelang sore hari, yaitu sekitar pukul tiga sore. Hasil pengukuran terhadap suhu air pada setiap perlakuan memperoleh hasil yang tidak berbeda jauh antar setiap perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa kondisi air tersebut relatif konstan pada setiap perlakuan.

Menurut Afrianto, 1988 menyatakan bahwa keadaan temperatur sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan organisme yang hidup di dalamnya. Suhu lingkungan yang terlampau tinggi menyebabkan kemampuan air meningkat sehingga oksigen menjadi menurun, sehingga kandungan oksigen di dalam air menjadi berkurang, padahal kebutuhan organisme terhadap oksigen justru akan semakin meningkat.

Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 20– 30OC (Effendi, 3013). Hal ini berarti sesuai dengan suhu yang terdapat pada air aquarium. Suhu yang optimum akan menyebabkan plankton tumbuh dengan baik pada air aquarium, hal ini juga menyebabkan tetap tersedianya makanan bagi Daphnia magna.


(72)

magna bergantung pada suhu lingkungan. Pada suhu 28, 18, 8 OC masing-masing dapat mencapai umur 26, 42 dan 108 hari. Pada penelitian ini suhu berkisar antara 28 dan 29 OC hal ini menyebabkan Daphnia magna berumur lebih dari dua belas hari, sehingga dapat mempengaruhi jumlah populasi Daphnia magna.

Berdasarkan dari hasil pengamatan mengenai warna air didapati hasil bahwa terdapat perbedaan warna air dari hari pertama hingga hari ke dua puluh, Hasil yang didapat adalah warna air yang awalnya jernih menjadi semakin keruh. Perubahan warna air aquarium ini merupakan salah satu parameter pertumbuhan mikroorganisme yang hidup di dalam air. Semakin keruh warna air maka semakin banyak juga mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Selain itu juga, air yang semula berwarna jernih, lama kelamaan ditumbuhi alga rambut pada dinding dan dasar aquarium. Pertumbuhan alga rambut ini dikarenakan tempat penelitian terpapar orleh sinar matahari, sehingga menyebabkan pertumbuhan alga rambut di dalam air meningkat. Selain suhu dan warna air, parameter fisik lainnya adalah bau. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai bau dari air aquarium yang digunakan sebagai media tumbuh Daphnia magna maka didapati hasil bahwa tidak terjadi perubahan bau pada setiap perlakuan.

Selain mengukur kualitas air dengan parameter fisik maka digunakan juga parameter kimia untuk mengetahui kualitas suatu perairan. Pada penelitian ini parameter kimia yang diukur adalah pH (derajat keasaman) dan DO (oksigen terlarut). Pengukuran pH dan DO dilakukan pada setiap sampel.


(1)

cxliii

No Gambar Keterangan

1.

Proses penimbangan dedak

2.

Proses penimbangan kotoran ayam kering

3.

Pupuk campurran kotoran ayam dan dedak


(2)

cxliv 4.

yang terbuat dari air endapan kotoran ayam

dan dedak

5.

Tata letak rancangan acak lengkap penelitian

6.

Proses pemilihan Daphnia magna


(3)

cxlv 7.

Daphnia magna pada saat perhitungan malam hari

8.

Proses perhitungan Daphnia magna pada

malam hari

9.

Jumlah Daphnia magna pada perlakuan C di hari


(4)

cxlvi

10. Perhitungan pH

11. Perhitungan DO


(5)

cxlvii

13. Pemberian perlakuan

14.

Pertumbuhan alga rambut pada dinding dan dasar

aquarium

15. Jumlah Daphnia magna

pada perlakuan kontrol di hari terakhir.


(6)

cxlviii

terakhir.

17. Jumlah Daphnia magna

pada perlakuan B di hari terakhir.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayam Petelur dan Banyak Barisan Tanaman Terhadap Kualitas Rumput Raja (Pennisetum Purpupoides)

6 47 56

Pengaruh Pemberian Berbagai Mva Dan Pupuk Kandang Ayam Pada Tanaman Tembakau Deli Terhadap Serapan P Dan Pertumbuhan Ditanah Inceptisol Sampali

3 43 52

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Dosis Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Peleng (Spinacia oleracea l.A)

0 45 72

Ekotoksisitas Biodiesel dari Minyak Jelantah (Sumber:Rumah Makan Cepat Saji) dengan Bioindikator Daphnia Magna Linn

2 7 73

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annum L.).

0 2 15

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicumannum L.).

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicumannum L.).

0 1 6

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicumannum L.).

0 3 12

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.).

0 1 14

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.).

0 4 12