PENGARUH PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 42 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 Dalam Pembelajaran IPS Dengan Tema Globalisasi.

(1)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 9

C. Tujuan Penelitian. ... 10

D. Manfaat Penelitian. ... 11

E. Hipotesis ... 12

G. Paradigma Peneitian. ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Metode Quantum Teaching sebagai Alternatif Pembelajaran yang Efektif dan Efesien ………... 16


(2)

xi

2. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching. ……… 26

B. Keunggulan Quantum Teaching ... 29

C. Kelemahan Quantum Teaching……….. 33

D. Penerapan Metode Quantum Teaching Dalam Pembelajaran IPS. 37 1. Guru. ... 41

2. Sekolah ... 44

3. Petunjuk Pelaksanaan Quantum Teaching ……… 46

E. Hasil Belajar Siswa... 50

F. Peranan Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 72

A. Pendekatan Dan Metode Penelitian……… 72

B. Variabel Penelitian. ... 75

C. Populasi Dan Sampel. ... 77

1. Populasi ... 77

2. Sampel ... 77

D. Instrumen Penelitian. ... 78

1.Tes Hasil Belajar Siswa. ... 78

2. Pedoman Wawancara Siswa ... 80

3. Pedoman Angket Guru ... 81

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data. ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data. ... 83


(3)

xii

F. Deskripsi Operasional Variabel. ... 85

G. Prosedur Penelitian. ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102

A. Hasil Penelitian ... 102

1. Hasil Test ... 102

2. Hasil Angket Guru ……… 3. Analisis Hasil Wawancara Siswa ………. 117 119 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 123

BAB V KESIMPULAN ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Rekomendasi ... 140


(4)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1 Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru (Data Awal) SMP N 42

Bandung ………... 7

2 Desain Penelitian ………. 74

3 Variabel Penelitian ……….. 76

4 Rata-Rata Nilai Ulangan Harian ... 78

5 Kriteria Pemilihan Soal Pilihan Ganda ... 80

6 Pedoman Wawancara Siswa ... 81

7 Pedoman Angket Guru IPS ... 82

8 Teknik Pengumpulan Data ... 83

9 Variabel Penelitian ……… 85

10 Hasil Pre Test ……….. 103

11 Uji Normalitas Nilai Pre Test ………. 106

12 Uji Homogenitas Nilai Pre Test ……… 108

13 Uji Anova Satu Faktor ……… 109

14 Hasil Pos Test ……….. 110

15 Uji Normalitas Nilai Pos Test ………. 113

16 Uji Homogenitas Nilai Pos Test ……… 115

17 Uji Anova Satu Faktor ……… 116

18 Tabel Correlations ………... 117

19 Hasil Angket Guru ……….. 118


(5)

xiv

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

1 Paradigma Penelitian ………. 15

2 Prosedur Penelitian ……… 88

3 Normalitas Nilai Pre Test ……….. 107

4 Homogenitas Nilai Pre Test ……… 108

5 Normalitas Nilai Post Test ………. 114

6 Homogenitas Nilai Post Test ……… 115


(6)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Pemetaan Mata Pelajaran IPS Terpadu. 2 Silabus.

3 RPP IPS. 4 Peta Konsep

5 Kisi-Kisi Instrumen Pretest Dan Postest Pembelajaran IPS. 6 Tabel Perhitungan Validitas

7 Reliabilitas Instrumen Soal

8 Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Soal. 9 Pre Test Dan Post Test

10 Daftar Hasil Pre Test Dan Post Test Kelas Kontrol 11 Daftar Hasil Pre Test Dan Post Test Kelas Eksperimen 12 Perhitungan Hasil Pre Test.

13 Perhitungan Hasil Post Test

14 Dokumentasi kegiatan Quantum Teaching. 15 Daftar Riwayat Hidup Penulis


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Baru-baru ini seorang professor pendidikan dari Harvard University, Howard Gardner, mengenalkan delapan jenis kecerdasan; kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Delapan jenis kecerdasan tersebut menghasilkan juara-juara di bidangnya masing-masing, sebut saja Goenawan Muhammad ataupun K.H. Abdullah Gymnastiar dengan kecerdasan linguistiknya, pakar telematika Roy Suryo dengan kecerdasan logika-matematikanya, Affandi ataupun Basuki Abdullah dengan kecerdasan visual-spasialnya, Melly Goeslow ataupun Dhani Ahmad dengan kecerdasan musikalnya, Susi Susanti ataupun Dedy Mizwar dengan kecerdasan jasmani-kinestetiknya, Purdhi E. Chandra ataupun Andy F. Noya dengan kecerdasan interpersonalnya, dan sebut juga Hembing dengan kecerdasan naturalisnya.

Tetapi ironisnya, segala perbedaan latar belakang dari jenis kecerdasan-kecerdasan yang cemerlang tersebut harus diukur dengan sebuah alat yang sama di bangku pendidikan kita, nilai matematis dan linguistis. Seakan-akan para olahragawan, musisi, pelukis, ahli matematika, pemasar, orator, arsitek, penulis, akuntan, ahli hukum, politisi, ahli permata, juru masak, dokter dan programmer komputer yang berprestasi cemerlang semuanya punya bakat yang sama.


(8)

2

Manusia masing-masing memiliki rangkaian otak dan kemampuan yang berbeda-beda, preferensi yang tidak sama satu dengan lainnya, sehingga manusia juga akan menerima informasi, menyimpan pengetahuan, dan mengambilnya kembali dengan cara yang berbeda-beda, ringkasnya setiap manusia masing-masing memiliki gaya belajar dan memahami sesuatu secara berbeda.

Peerubahan gaya belajar tidak akan pernah terjadi jika tidak didukung dengan perubahan gaya mengajar oleh para guru.

“Tidak mungkin akan ada inovasi penting dalam pendidikan apabila tidak berpusat pada sikap guru-gurunya, keyakinan, asumsi, perasaan para guru, semua itulah yang membentuk atmosfer dalam lingkungan belajar; yang menentukan kualitas pendidikan”. (Postman dan Weingartner, 1994:22)

Ketika preferensi gaya belajar yang berbeda-beda tersebut difasilitasi hanya dengan satu model pembelajaran ceramah : siswa harus duduk tegak dan diam, belajar hanya dengan mendengar dan membaca, dan siswa dituntut memahami permasalahan dengan satu cara, yakni cara guru, yang tentu saja menyebabkan beberapa hal: memenjarakan tubuh dalam wilayah yang terbatas, memenjarakan energi pada kegiatan yang terbatas, membatasi stimulasi indra, membatasi interaksi sosial, membatasi pengalaman-pengalaman di kelas, menomor-duakan inisiatif atas hal-hal lainnya. Maka bisa dipastikan akibat yang fatal terjadi pada pribadi anak, terutama yang memiliki preferensi gaya belajar berbeda, timbullah kecemasan, frustasi, kebosanan, ketegangan, dan penurunan motivasi anak. “tidak ada yang lebih tidak adil dari perlakuan yang sama terhadap orang-orang yang berbeda” (Rita Dunn, 2004:11). Maka mutlak perubahan gaya mengajar diperlukan.


(9)

3

Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh-kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif (Degeng dalam Budiningsih, 2005:24).

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. paedagogik dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh


(10)

4

pendidik dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran.

Siswa tidak saja membutuhkan perlakuan yang sesuai dengan perkembangan psikologisnya, namun juga mempunyai hak untuk dihormati, dilindungi, dimajukan dan dipenuhi hak-haknya. Pengertian “kebutuhan” menunjukkan bahwa siswa secara alamiah sebagai makhluk Tuhan membutuhkan perlakuan dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan potensinya, sehingga tercerabutnya siswa dari keadaan demikian berpotensi menghambat pencapaian kesejahteraan jiwa dan perkembangan yang optimal. Pengertian “hak” menunjukkan bahwa ada jaminan pemenuhan yang bersifat perlindungan, adanya pihak yang berperan dan terlibat sebagai aktor yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi perlindungan tersebut, dan ketika tidak dipenuhi berarti telah terjadi pelanggaran hak.

Menurut Rogers (dalam Palmer 2003:25), “pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri”. Proses pembelajaran yang baik menurut Purkey & Novak (dalam Eggen & Kauchak, 1997:64) “adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut.”

Uraian tersebut menunjukkan pentingnya menilai dan menerima siswa secara positif, membangun hubungan dan kepercayaan siswa, dan mengembangkan pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi dirinya. Di sisi


(11)

5

lain, keadaan yang sering dijumpai justru seringkali menempatkan siswa dalam posisi tidak berarti, selalu salah, dan hubungan “guru benar dan siswa salah”.

Beberapa aktivitas mengajar yang dimaksud adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis, memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan, menceritakan pengalaman, menulis cerita, menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak buku bacaan, dan memberikan aktivitas brainstorming.

Guru yang sering mengalami penilaian yang kurang tepat tersebut akan semakin sulit untuk menerima anak apa adanya, apalagi harus mengormati dan menghargai mereka. Perlakuan yang tidak semestinya mudah muncul antara lain berupa kata-kata yang kurang tepat, membedakan dari teman-temanya karena dianggap kurang pandai atau nakal dan akhirnya menyebabkan guru kehilangan harapan positif terhadap siswa atau memvonis bahwa siswa tersebut nakal atau kurang pandai.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa

Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa cenderung dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap siswa. Sebagai contoh ketika siswa memandang siswa bodoh maka siswa kurang diberi pengalaman yang menantang, kurang dihargai jawabannya, dan cenderung kurang diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang sulit. (De Potter dkk., 2000:32)

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan ditingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan disekolah mempunyai tujuan untuk mengubah agar dapat memiliki


(12)

6

pengetahuan keterampilan dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku hasil belajar. Perubahan dari hal ini biasanya dilakukan oleh guru dengan menggunakan beberapa metode dan kegiatan praktek untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar sehingga siswa aktif di dalammya (Hadi, 1994:21).

Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan adalah dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Siswa menggunakan otak untuk mempelajari berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan menarik hati dalam belajar. Didalam mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiskusikannya dengan yang lain. Di dalam belajar aktif yang paling penting siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melaksanakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki (Silberman, 2001:34).

Pada saat proses belajar mengajar, guru mempunyai kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar disekolah. Agar para guru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hendaknya para guru memahami dengan seksama hal-hal yang penting dalam proses belajar mengajar (Usman, 1990:22).

Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan, oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian pula dari siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. Proses belajar mengajar pasti terdapat beberapa kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Adapun contoh dari


(13)

kelemahan-7

kelemahan yang ditemukan di kelas yaitu : (1) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dalam setiap pembelajaran, (2) Siswa tidak mempunyai kemauan dalam pembelajaran, (3) konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran dan (4) Kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran. Kelemehan-kelemahan di atas merupakan masalah desain dan stategi pembelajaran di kelas yang penting dan mendesak untuk dipecahkan. Karena interaksi dalam pembelajaran akan berjalan pincang dan berakibat luas pada rendahnya mutu proses maupun keluaran pembelajaran.

Tabel 1

Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru (Data Awal) SMP N 42 Bandung

Aktivitas Siswa Kinerja guru

1. Siswa kurang nyaman dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari :

Berwajah murung , posisi duduk kaku.

Tidak berani tampil di depan kelas, ketika guru meminta mempersentasikan hasil diskusi kelompok (cenderung saling menyuruh).

Siswa ragu-ragu untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru.

Kurang antusias saat merespon tindakan guru. Menunjukan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukan dengan mengobrol dan menguap

1. Guru kurang fokus ketika mengajar

2. Sebagian besar siswa menunjukan sikap kurang menghargai yaitu :

Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan. Kelas merespon negatif ketika siswa yang dianggap bodoh menjawab pertanyaan guru.

2. Guru Kurang menghargai

jawaban/hasil kerja siswa (langsung mengatakan salah) 3. Kerjasama saat diskusi kelompok belum kompak :

Dalam mengerjakan tugas kelompok, dominan

dikerjakan oleh siswa yang dianggap pintar, sementara yang lainnya tidak terlibat aktif.

3 Guru kurang ramah dalam pembelajaran

4. Hasil belajar siswa rendah

(data dari rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010)

4. Guru kurang

mengarahkan proses diskusi kelompok Sumber : Hasil observasi awal pembelajaran IPS di SMP N 42 Bandung.

Dari uraian di atas jelas bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Apabila guru mengajar dengan metode yamg kurang baik maka akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah


(14)

8

saja, akan menjadikan siswa bosan, pasif, tidak ada minat belajar. Oleh karena itu guru dituntut menggunakan metode lain atau metode-metode yang baru disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar motivasi dan minat siswa untuk belajar tetap tinggi dan akhirnya tujuan belajar dapat tercapai dengan efektif, efisien, cepat, dan tepat.

Sejalan dengan persoalan diatas dalam proses belajar mengajar IPS pun diperlukan metode-metode baru yang inovatif yang dapat membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan bersemangat tinggi. Oleh karena itu harus dicari metode-metode baru yang tepat dan dapat menarik siswa kearah belajar yang lebih baik dan bersemangat dalam mempelajari IPS.

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.

Quantum Teaching atau diindonesiakan menjadi pembelajaran kuantum, yaitu suatu metode pembelajaran yang mengintegrasikan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran, baik pengajar, materi, lingkungan maupun peserta didik, sedemikian rupa sehingga tercipta suatu atmosfir yang kondusif dalam mencapai tujuan pengajaran melalui proses yang efisien.

Metode pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih agar pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan. Quantum Teaching atau yang juga dikenal dengan istilah pembelajaran


(15)

9

kuantum merupakan suatu metode pembelajaran yang telah diterapkan di banyak negara dan banyak mendapatkan pujian dari para pakar.

Menurut De Porter (2004:3) Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Dengan adanya metode pembelajaran Quantum Teaching diharapkan situasi pembelajaran IPS yang membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “PENGARUH PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP N 42 Bandung Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam Pembelajaran IPS Terpadu dengan Tema Globalisasi)”.

B. Rumusan Masalah.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mempertegas lingkup yang diteliti agar pokok permasalahan terarah dan dapat dikaji secara mendalam. Permasalahan-permasalahan difokuskan sebagai berikut: 1). Subjek Penelitian : Siswa kelas VIII Semester II SMPN 42 Bandung. 2). Objek penelitian : Metode pembelajaran dengan Quantum Teaching. 3). Hasil Belajar: merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk aspek. Penelitian ini difokuskan hanya pada aspek kognitif saja yaitu hasil belajar.

Kondisi yang dipaparkan tersebut di atas, maka penelitian berkenaan dengan masalah quantum teaching ini dalam pembelajaran IPS. Sementara pembelajaran IPS


(16)

10

dengan menggunakan quantum teaching belum ada yang melaksanakan di persekolahan. Berdasarkan pembatasan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini dalam pertanyaan pokok sebagai berikut : Apakah penerapan metode quantum teaching berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung ?

Mengacu kepada permasalahan pokok di atas, maka secara rinci dengan dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat persamaan antara kelas eksperiman dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test).

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol antara pre test dengan post test.

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen antara pre test dengan post test

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

”Untuk mengetahui penerapan metode quantum teaching dalam pembelajaran IPS berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung.” dengan rincian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran pelakasanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 42 Bandung.


(17)

11

2. Untuk mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 42 Bandung dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode quantum teaching.

D. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS. Manfaat yang dipetik dari hasil penelitian antara lain :

a. Siswa

1. mendorong siswa untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa dan dapat meningkatkan hubungan interpersonal siswa dalam pembelajaran

2. membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, kreatif, dan lebih kritis 3. mengusahakan siswa dapat mengaplikasikan manfaat belajar dalam

kehidupan sehari-hari. b. Guru

1. memberikan gambaran tentang pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model quantum teaching sehingga kondisi di kelas optimal dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan

2. memberikan motivasi kepada guru untuk terus melakukan pembaharuan-pembaharuan pembelajaran yang dapat membantu memperlancar tugas profesinya.


(18)

12 c. Lembaga

1. memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan kondisi di kelas untuk meningkatkan hasil belajar

2. dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang terjadi di sekolah.

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan pada bab 2, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat persamaan antara kelas eksperiman dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol antara pre test dengan post test.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen antara pre test dengan post test.

4. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).

F. Paradigma Penelitian.

Peran guru dan metode pembelajaran yang digunakan untuk membawakan materi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Banyak siswa yang tidak tertarik mengikuti pelajaran IPS karena bosan dan mengantuk. Sebenarnya tidak ada


(19)

13

pelajaran yang membosankan tetapi yang benar adalah gurunya yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi IPS yang baik, santai, menyenangkan dan menarik minat serta perhatian siswa.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru dipelbagai bidang, falsafah dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam dunia yang lepas kendali atau berlari tunggang-langgang sekarang, falsafah dan metodologi pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan secara serempak; satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan atau dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.

Konsep-konsep alternatif solusi sistem pendidikan sebagai wahana untuk menutupi kekurangan sistem pendidikan konvensional masih dibutuhkan dalam kaitan membangun idealisme sistem pendidikan yang baik untuk kemajuan dan kecerdasan bangsa. Strategi kemudian perlu ditawarkan metode quantum teaching sebagai alternatif bentuk metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan anak didik. Tantangannya adalah bahwa masyarakat masih dalam posisi dinamis. Belum dapat ditemukan alternatif solusi yang tepat dan pasti sebagai rujukan sistem pendidikan nasional, karenanya wacana konsepsional dihadirkan di sini dalam rangka membangun idealitas


(20)

14

sistem/metode pendidikan/pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang terus cenderung dinamis dan berkembang sampai saat ini.

Metode quantum teaching diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Pemanfaatan sains dan teknologi sebagai media pembelajaran juga dibutuhkan untuk mencapai tingkat kemajuan seiring dengan globalitas di dunia pendidikan. Pada tataran berikutnya adalah konsisten dalam membangun metode pembelajaran yang kreatif dan sistem pendidikan yang menyenangkan. Yang pada akhirnya dukungan dari berbagai pihak yang bersimpati di dunia pendidikan dapat menjadikan alternatif metode pembelajaran quantum teaching sebagai solusi di dunia pendidikan. Guru merupakan faktor penting untuk memberikan pemahaman pengetahuan dan penanaman nilai kepada peserta didik. Harapan yang dapat disampaikan adalah guru hendaknya dapat berperan sebagai fasilitator, observer dan desainer dan tanggap terhadap perubahan dan perkembangan dunia pendidikan.


(21)

72 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan analisa data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis data menggunakan perhitungan statistik. Oleh karena itu pendekatan kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan hasilnya

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa dunia merupakan realitas tunggal yang diukur dengan instrumen, bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab perubahan fakta sosial (Mc. Millan dan Shumacher dalam arikunto 2002:10).

Ditinjau dari cara tingkat penjelasannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikasi. Menurut Mc. Millan dan Shumacher penelitian deskriptif adalah :

Penelitian yang menyangkut status sesuatu pada masa sekarang dan masa lalu. jenis penelitian ini menerangkan tentang preatasi, sikap perilaku atau karakteristik lain suatu kelompok atau subyek. (Mc. Millan dan Shumacher, 2001:283)

Menurut Sukardi (2003:157) penelitian deskriptif ditujukan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat. Cara ini digunakan untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia, yaitu studi yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya. (Sudjana 2000:52). Data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan, dan disimpulkan.


(22)

73

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini adalah satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat, sehingga dapat digunakan untuk menguji suatu teori jika teori tersebut berada dalam pase krisis atau dipermasalahkan.

Menurut Ali (1999) Eksperimen adalah merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu, dan setiap gejala yang muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya gejala tersebut. sebagaimana dikemukakan oleh Wermeister sebagai berikut :

Experimentation ….,consists in the deliberate and controlled modification of the condition determining an event, and in the observation and interpretation of the ensuing changes in the event itself” (Wermeister dalam Van Dallen, 1973: 259). Definisi di atas menyatakan, bahwa suatu ‘percobaan merupakan modifikasi kondisi yang dilakukan secara disengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada peristiwa itu sendiri”.

Eksperimen adalah suatu penelitian dimana satu variabel bebas atau lebih dimanipulasikan, dan dimana pengaruh semua atau hampir semua variabel yang mungkin berpengaruh akan tetapi tidak ada hubungannya dengan masalah penelitian dikontrol sampai pada batas yang minimum. Dalam eksperimen laboratorium (yang dibedakan dengan eksperimen lapangan) hal ini dilakukan dengan jalan mengisolasikan penelitian itu dalam suatu situasi fisik yang terbatas, dan dengan jalan memanipulasikan dan mengukur variabel-variabel tersebut dalam kondisi khusus yang terkontrol. (Wayan Ardhana, 1987: 128). Dengan kontrol ketat seperti dilukiskan di atas, variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikat tanpa dirancu oleh pengaruh variabel lain. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa ciri utama penelitian eksperimen terutama terletak pada adanya kontrol yang ketat. Dalam konteks eksperimen, kontrol berarti


(23)

74

pendefinisian, pembatasan, restriksi, dan isolasi kondisi-kondisi situasi penelitian sehingga keyakinan akan kebenaran hasil penelitian dimaksimalkan. Dengan perkataan lain kemungkinan adanya penjelasan lain tentang fenomena yang dipelajari diminimalkan.

Penelitian ini menggunakan Kuasi Eksperimental. Pemilihan subyek penelitian secara acak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol merupakan ciri disain eksperimen yang terpenting. Namun, kadang-kadang dalam penelitian pendidikan pemilihan acak semacam itu tidak mungkin dilakukan. Dalam kondisi semacam itu masih dimungkinkan untuk melakukan eksperimen yang memiliki validitas internal dan eksternal yang memadai. Disain eksperimen semacam itu oleh Campbell dan Stanley dalam Wayan Ardana (1987) dinamakan “eksperimen quasi”,

Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai grup control. Pada penelitian kuasi eksperimen peneliti dapat membagi grup yang ada dengan tanpa membedakan antara control dan grup secara nyata dengan tetap mengacu pada bentuk alami yang sudah ada. (Creswell, John W, 2003:14)

Penelitian ini menggunakan eksperimen quasi dengan Disain kelompok kontrol yang non-ekuivalen (Nonequivalent Control Group Design)

Tabel 2 Desain Penelitian

KELAS Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan :

O1 : Test awal (Pre test) Kelas Eksperimen

O2 : Test akhir (Post test) Kelas Eksperimen

O3 : Test awal (Pre test) Kelas Kontrol

O4 : Test akhir (Post test) Kelas Kontrol


(24)

75

Disain ini merupakan disain kuasi eksperimental yang paling banyak dipergunakan dalam penelitian pendidikan. Kesulitan utama dalam disain ini adalah masuknya faktor lain di luar faktor eksperimen yang ikut berpengaruh, misalnya pengaruh keadaan sekolah. Kesulitan ini tidak akan terjadi kalau bisa dilakukan penunjukan secara random. Kalau hal semacam ini tidak dapat dilakukan beberapa hal lain dapat dilakukan, antara lain:

1). Melakukan pemasangan sebelum perlakuan dilakukan dengan maksud menyamakan kelompok. 2). Melakukan perandoman kelompok berdasarkan kelas (penggunaan nilai rerata kelompok). 3). Menggunakan analisis kovarian dalam analisis data yang dimaksudkan untuk mengurangkan perbedaan dengan mengunakan teknik statistik. (Van Dallen, 1973:34)

B. Variabel Penelitian.

Dalam setiap penelitian istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan. Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang mejadi titik perhatian satu penelitian, Menurut Mc Millan dan Shumacher (2001:82) dan mengatakan :

Suatu variabel merupakan suatu perisitwa, katagori, atau atribut yang mengungkapkan kontruk dan nilai yang berbeda, tergantung pada cara variabel itu digunakan dalam penelitian tertentu untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. (Mc Millan dan Shumacher dalam Sugiyono, 2003:38)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas, stimulus, prediktor, atau antecendent, ialah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel dependen sering juga disebut variabel terikat, output, kriteria adanya variabel independen. Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independent adalah penerapan metode quantum teaching (X) dan variabel dependen adalah hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 42 Bandung (Y).


(25)

76 Table 3 Variable Penelitian

X

Y

Metode QuantumTeaching Hasil Belajar Siswa Conditioning • Komitmen : Menentukan tujuan,

kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan kelas bersama antara guru dengan siswa.

• Mengatur meja dan kursiseperti bentuk U. Menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah kanan.

• menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar.

• Membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas bernomor.

• Menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa alat dan bahan untuk pembelajaran.

• Meminta siswa untuk membuat yel tiap kelompok.

• Mengatur pencayahaan dan ventilasi udara (jendela) dengan menggunakan tirai dan lampu.

• Mendengarkan musik klasik dan instrumental dengan suara lembut.

Pre Test Post Test

Invetigasi • Perumusan masalah : merumuskan masalah materi pembelejaran IPS dengan tema “globalisasi”.

• Mencari data dan informasi melalui buku paket, penunjang, surat khabar, atau lainnya di perpustakaan atau di internet. • Klarifikasi data dan informasi yang

didapat oleh siswa.

Diskusi Siswa berkelompok dalam melakukan investigasi dan dilanjutkan mempresentasi-kannya di depan kelas, diakhiri dengan pembuatan laporan.


(26)

77 C. Populasi Dan Sampel.

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 42 Bandung yang terdiri dari kelas VII, kelas VIII dan kelas IX sebanyak 1.080 siswa. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut sangat unik, dimana sekolah tersebut terletak dipinggir kota Bandung namun sekolah itu mendapat juara I tingkat nasional pada perlombaan sekolah binaan oleh P3GT (Pusat Pendidikan dan Pengembangan Guru Tertulis). Sekolah ini terakreditasi A pada tahun 2006 selain itu SMP tersebut termasuk kedalam kluster ketiga di kota Bandung.

2. Sampel

Arikunto (2006:131) menjelaskan ”sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun ajaran 2009/2010 sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII A sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebanyak 40 siswa sebagai kelas kontrol. Penetapan ini didasarkan pertimbangan bahwa kelas tersebut terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang relatif homogen, terlihat pada data yang di peroleh berupa hasil rata-rata ulangan harian kelas tersebut pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 SMP N 42 Bandung sebagai berikut :


(27)

78 Tabel 4

Rata-Rata Nilai Ulangan Harian KELAS VIII A KELAS VIII H

5,5 5,5

5,8 5,7

6.0 6,2

5,9 5,8

6,2 6,2

5,7 5,8

5,85 5,86

D. Instrumen Penelitian.

1. Tes Hasil Belajar Siswa.

Penyusunan tes hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal yang dikonsultasikan dengan Dosen Pembimbing dan dilakukan uji coba soal. Tes diuji cobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Item soal yang dikembangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa berbentuk soal pilihan ganda yang berkaitan dengan materi Globalisasi mata pelajaran IPS. Indikator hasil belajar siswa meliputi pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data maka test tersebut diuji cobakan kepada kelas VIII D (bukan kelas kontrol maupun kelas ekaperimen).

Berikut rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus :


(28)

79 a. Validitas Butir Soal.

Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (x) dengan skor total (y) dengan rumus korelasi Product moment dalam SPSS.

b. Reliabilitas Tes.

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus K-R. 20 dalam SPSS

c. Daya Pembeda.

AB

DP = - (Surapranata, 2004:31) n A n B

Keterangan :

DP = Indeks Daya Pembeda.

A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas.

B = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah.

n A = Jumlah peserta tes kelompok atas. n B = Jumlah peserta tes kelompok bawah. (Surapranata, 2004:31)

Klasifikasi daya pembeda adalah :

DP ≤ 0,00 : Sangat rendah. 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : Rendah. 0,20 ≤ DP ≤ 0,40 : Cukup/sedang. 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 : Baik.

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 : Sangat Baik. (Surapranata, 2004:9).

d. Tingkat Kesukaran. ∑ r P =

Sm N Keterangan :


(29)

80

P = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran. ∑ r = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar. Sm = Skor maksimum.

N = Jumlah peserta. (Surapranata, 2004:12).

Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi tiga katagori yaitu :

P < 0,3 : Sukar. 0,3 ≤ P ≥ 0,7 : Sedang P > 0,7 : Mudah. (Surapranata, 2004:21)

e. Kriteria Pemilihan Soal.

Kriteria pemilihan soal yang digunakan adalah kriteria menurut Surapranata yaitu sebagai berikut :

Tabel 5

Kriteria Pemilihan Soal Pilahan Ganda.

Kriteria Koefisien Keputusan

Tingkat Kesukaran

0,30 s.d. 0,70 Diterima

0,10 s.d. 0,29 atau 0,70 s.d. 0,90 Direvisi < 0,10 dan > 0,90 Ditolak Daya Pembeda

> 0,30 Diterima

0,10 s.d. 0,29 Direvisi

< 0,10 Ditolak

Proposi Jawaban > 0,05

(Surapranata, 2004:47)

2. Pedoman Wawancara Siswa

Pedoman wawancara siswa dibuat untuk mendukung instrumen utama guna memperoleh informasi tanggapan siswa tentang pengalaman siswa belajar dengan menggunakan metode quantum teaching. Berikut pedoman wawancara siswa :


(30)

81 Tabel 6

Pedoman Wawancara Siswa

NO PETANYAAN DAN JAWABAN

1

Bagaimana selama ini kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS ?

2

Bagaimana pengalamanmu dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS selama ini ?

3

Bagaimana tanggapanmu setelah belajar pelajaran IPS dengan metode quantum teaching ?

4

Bagaimana pengalamanmu dengan kegiatan belajar dengan menggunakan metode quantum teaching ?

3. Pedoman Angket Guru.

Pedoman angket guru dulakukan untuk membantu instrumen utama guna memperoleh informasi tanggapan guru IPS terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dengan metode quantum teaching. Berikut pedoman angket guru sebagai berikut :


(31)

82 Tabel 7

Pedoman Angket Guru IPS

NO PERNYATAAN S R TS

1 Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching lebih terarah dan sistematis

2

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching menuntut kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

4

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran

5

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar.

6

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching secara langsung mengidentifikasi kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan siswa akan bermakna dalam membantu siswa dalam memahami materi pelajaran IPS.

7

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching dapat menumbuhkan interaksi dari siswa dengan siswa dan dari siswa dengan guru

8

Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching membuat siswa dan guru saling menghargai satu sama lain.

9 Pembelajaran dengan menggunakan quantum teaching cocok dalam pembelajaran IPS

Keterangan : S = Setuju R = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju

E. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, wawancara, dan angket. Tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif hasil belajar siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan pengalaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode quantum teaching dan


(32)

83

pedoman angket untuk mengetahui pendapat guru mata pelajaran IPS yang lain mengenai pembelajaran dengan metode quantum teaching.

1. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara,. Tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif hasil belajar siswa yang dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan pengalaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode quantum teaching dan mengenai pembelajaran dengan metode quantum teaching. Angket digunakan untuk memperoleh tanggapan guru mengenai penerapan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS.

Tabel 8

Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Jenis Data Teknik Pengambilan Data Instrumen Siswa

Hasil Belajar siswa sebelum (Pre test) dan setelah (Post

test) perlakuan.

Pre test

Post test Butir soal pilihan Siswa

Tanggapan mengenai penggunaan metode Quantum

Teaching Wawancara Pedoman Wawancara Guru Tanggapan mengenai penggunaan metode Quantum

Teaching


(33)

84 2. Teknik Analisis Data.

Teknik pengolahan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik :

a. Menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelompok dengan uji Kai/Chi Kuadrat (X²) dalam SPSS

b. Menguji homogenitas varian kedua kelompok dengan uji F dalam SPSS c. Menguji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata, setelah

data diuji ternyata berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji t dalam SPSS

d. Menghitung prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran. e. Mendeskripsikan pendapat siswa.

f. Mendeskripsikan pendapat guru mata pelajaran IPS yang lain.

Apabila data yang diolah tidak merupakan sebaran normal maka peneliti harus menggunakan statistik parametrik. Rumus statistik non-parametrik yang akan digunakan dalam penelitian adalah Wilcoxon Match Pairs Test. Untuk mengujinya maka diperlukan tabel penolong test Wilcoxon. (Arikunto, 2006:314)

Apabila distribusinya akan mendekati distribusi normal maka digunakan rumus z dalam SPSS pengujiannya.


(34)

85 F. Deskripsi Operasional Variabel.

Variabel penelitian terdiri dari variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Tabel 9

Variabel Penelitian

Variabel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Independen Metode pembelajaran

Quantum Teaching

Metode Pembelajaran Konvensional.

Dependen Hasil Belajar Siswa

1. Pengaruh, yang dimaksud dengan pengaruh di dalam penelitian adalah pengaruh merupakan sesuatu yang mengakibatkan peningkatan hasil belajar siswa SMP N 42 Bandung.

2. Pembelajaran Quantum Teaching adalah desain pembelajaran tatap muka di kelas yang merupakan suatu upaya yang dilakukan guru untuk mengubah potensi yang dimiliki anak didik (minat dan bakat alamiah) melalui cara-cara: conditioning, investigasi, diskusi secara mudah, menyenangkan, dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan untuk saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dengan aktifnya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan mengupayakan pengelolaan kelas yang kondusif untuk menumbuhkan sikap positif dalam proses belajar


(35)

86

agar lebih bermakna atau bermanfaat minimal bagi dirinya dan berguna bagi orang lain sehingga mampu mandiri.

Identifikasi : a. Conditioning :

• Komitmen : Menentukan tujuan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan kelas bersama antara guru dengan siswa.

• Mengatur meja dan kursi seperti bentuk U.

• Menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah kanan.

• menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar.

• Membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas bernomor.

• Menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa alat dan bahan untuk pembelajaran.

• Meminta siswa untuk membuat yel tiap kelompok.

• Mengatur pencayahaan dan ventilasi udara (jendela) dengan menggunakan tirai dan lampu.

• Mendengarkan musik klasik dan instrumental dengan suara lembut. b. Investigasi :

• Perumusan masalah : merumuskan masalah materi pembelejaran IPS dengan tema “globalisasi”.


(36)

87

• Mencari data dan informasi melalui buku paket, penunjang, surat khabar, atau lainnya di perpustakaan atau di internet.

• Klarifikasi data dan informasi yang didapat oleh siswa.

c. Diskusi : siswa berkelompok dalam melakukan investigasi dan dilanjutkan mempresentasikannya di depan kelas, diakhiri dengan pembuatan laporan.

3, Pembelajaran IPS yang dimaksud adalah pembelajaran IPS terpadu pada tema “Globalisasi” di Kelas VIII Semester genap dari Silabus dan Peta Kompetensi Dasar yang Berpotensi IPS Terpadu sumber dari Panduan Pengembangan Pembelajaran Terpadu IPS : Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (PSMP) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007.

4. Hasil belajar siswa, adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran merupakan perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor. Dalam hal ini hasil belajar siswa adalah kemampuan menyelesaikan tes tertulis yang dibuat guru yang ditunjukkan dengan nilai akhir yang berhubungan dengan materi Globalisasi kelas mata pelajaran IPS dalam ranah kognitif yang mencakup C1 (Pengetahuan : Kemampuan mengingat bahan yang telah diajarkan), C2 (Pemahaman : Kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan dan menafsirkan), C3 (Penerapan : Kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata) sesuai dengan taksonomi Bloom.


(37)

88 G. Prosedur Penelitian.

Prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2 Prosedur Penelitian

Identifikasi Masalah

Penyusunan Instrumen

Pre test

Uji Coba Instrumen

Analisis Uji Coba

Perbaikan Instrumen

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Post test

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Aktivitas

pembelajaran Quantum Teaching

Aktivitas pembelajaran Konvensional

Pedoman Wawancara

siswa Pedoman

Angket Guru


(38)

89

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching di kelas VIII SMP Negeri 42 Bandung dengan jadwal sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS di sekolah dengan persetujuan Kepala Sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut :

Tahap pertama : Mengumpulkan data berupa hasil belajar siswa pada empat kali ulangan harian di akhir semester Genap. Data tersebut diperoleh dari guru mata pelajaran IPS disekolah tersebut. Dari beberapa kelas VIII yang terdapat di sekolah tersebut, dicari kelas dengan hasil rata-rata empat ulangan harian yang hampir sama, kalaupun tidak ditemukan maka dicari nilai rata-rata yang tidak terlalu jauh perbedaannya. Jika sudah didapatkan, maka kelas VIII tersebut dipilih sebagai kelas eksperimen. Selanjutnya dilakukan pretest terhadap kelas tersebut. Pretest yang diberikan terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching sebanyak empat kali pertemuan. Setiap kali pertemuan dilakukan kuis, untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas eksperimen tersebut. Guru pengajarnya adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII di sekolah tersebut yang telah dilatih oleh peneliti terlebih dahulu bagaimana penerapan metode quantum teaching di kelas. Selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode quantum teaching, dilakukan observasi oleh peneliti dan dibantu oleh guru IPS yang lainnya. Setelah selesai kegiatan belajar mengajar sebanyak empat kali, maka dilakukan postest. Soal postest yang diberikan sama dengan soal pretest.

Alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas yaitu dengan menerapkan model quantum teaching melalui penelitian eksperimen kuasi. Adapun gambaran langkah-langkah penerapan


(39)

90

metode quantum teaching dengan menerapkan 8 kunci keunggulan quantum teaching adalah sebagai berikut :

Persiapan I sebagai salah satu penerapan kunci keunggulan quantum teaching yaitu kunci komitmen dan kunci tanggung jawab (dilaksanakan dua hari sebelum KBM) Menentukan tujuan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan kelas dengan langkah-langkah : 1) mengadakan pertemuan kelas untuk mendiskusikan peraturan saat pembelajaran IPS tentang Globalisasi dua hari sebelum pembelajaran dilaksanakan. 2) membagikan kertas dan meminta kepada siswa menuliskan tiga peraturan yang harus diikuti semua siswa agar pembelajaran tertib dan menyenangkan, baik saat belajar individu maupun belajar kelompok. (di bimbing dan diarahkan guru jika siswa belum paham, supaya lebih efektif). 3) membuat daftar peraturan dari semua kertas yang telah di tulis siswa pada papan tulis. Kemudian meminta siswa untuk membuang yang tidak perlu, menyusun prioritas peraturan, dan mengkonsolidasikannya dengan seluruh siswa. (dibimbing dan diarahkan guru jika siswa belum paham). 4) membuat kesepakatan dengan siswa untuk menetapkan peraturan yang telah dipilih dan diprioritaskan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi. 5) mendiskusikan konsekuensi pelanggaran peraturan. Diskusikan juga alasan-alasan konsekuensi dan perasaan siswa mengenai konsekuensi tersebut. (di bimbing dan diarahkan guru jika siswa belum paham). 6) menuliskan konsekuensi-konsekuensi hasil diskusi tersebut pada papan tulis. Konsolidasikan dengan seluruh siswa, kemudian buat kesepakatan. 7) membacakan semua peraturan dan konsekuensi pelanggarannya, kemudian meminta seluruh siswa untuk menyepakatinya. Jika ada siswa yang tidak menyepakati, maka diberikan pengertian manfaat disiplin pada peraturan. Misalnya jika kita melanggar rambu-rambu lalulintas di jalan raya maka kita bisa celaka. 8) membuat daftar tanda tangan seluruh siswa


(40)

91

sebagai bukti kesepakatan pada peraturan dan konsekuensi yang telah di diskusikan bersama. 9) membagikan daftar peraturan dan konsekuensi yang telah disepakati kepada siswa. 10) menempelkan satu daftar peraturan dan konsekuensi serta daftar tanda tangan guru dan siswa sebagai tanda kesepakatan, pada dinding kelas (cari tempat yang strategis yang mudah dibaca oleh siswa).

Persiapan II (dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan pembelajaran) : 1) mengatur meja dan kursi seperti bentuk U. 2) menempatkan tanaman hias pada bagian tengah, depan sebelah kiri, dan depan sebelah kanan 3) menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi yang telah dipersiapkan oleh guru untuk menarik perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa untuk belajar. 4) membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa kertas bernomor. 5) menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa “harta karun” berupa alat dan bahan untuk pembelajaran. 6) meminta siswa untuk membuat yel tiap kelompok.

Pelaksanaan pembelajaran (Realisasi Kegiatan di Kelas) : Kegiatan awal : 1) Guru mengkondisikan siswa dan kelas menuju pembelajaran yang kondusif (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci keseimbangan). 2) Guru meminta siswa untuk berdoa kemudian guru mengecek kehadiran siswa (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup disaat ini). 3) Guru melakukan apersepsi (kunci integritas, kunci kegagalan awal kesuksesan, kunci berbicara dengan niat baik). 4) Guru mempersiapkan bahan pengait yang menarik bagi siswa (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, hidup di saat ini, kunci tanggung jawab). 5) Guru menjelaskan cara siswa belajar, baik secara individu maupun kelompok, sesuai dengan peraturan dan konsekuensi yang telah disepakati bersama (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab). 6) Guru mengarahkan siswa bagaimana


(41)

92

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab). 7) Guru menyajikan materi pelajaran tentang Globalisasi berupa LKS (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tangggung jawab). 8) beberapa siswa diminta untuk bertanya tentang apa yang akan dipelajari terkait dengan LKS yang dibagikan (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini).

Kegiatan inti : 1) Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari Globalisasi (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab). 2) Guru berkeliling ke setiap kelompok dan sesekali bergabung dengan siswa melakukan aktivitas pembelajaran (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab). 3) Siswa dibimbing menemukan konsep Globalisasi dengan bahan pengait berupa poster icon yang di pajang di dinding kelas (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes). 4) Guru mengorganisasikan diskusi kelas yang bertujuan untuk mencari solusi yang paling efisien dari berbagai jawaban siswa hasil kerja kelompok. (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes).

Kegiatan akhir : 1) Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari melalui pertanyaan dan bahan pengait poster icon dan poster afirmasi (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci komitmen, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes). 2) Siswa diberikan evaluasi melalui pemberian soal (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes, kunci keseimbangan).. 3) Guru memberikan komando agar siswa mengumpulkan kembali


(42)

93

LKS (kunci integritas, kunci berbicara dengan niat baik, kunci hidup di saat ini, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes, kunci keseimbangan). 4) Guru menutup pelajaran (kunci integritas, berbicara dengan niat baik, kunci tanggung jawab, kunci sikap luwes). Tugas guru mengelola pengajaran dengan lebih baik, efektif, dinamis, efisien, ditandai dengan keterlibatan siswa secara aktif, mengalami, serta memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Yang dimaksud dalam proses pengajaran adalah guru dan siswa sama-sama aktif karena keduanya sebagai subjek pengajaran. Dalam proses pengajaran, ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum, diantaranya adalah sebagai berikut :

Prinsip Aktivitas. Pengalaman belajar yang baik hanya bisa didapat bila siswa mau mengaktifkan dirinya sendiri dengan bereaksi terhadap lingkungan. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat dan aktif dengan anggota badan. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Memberikan kesempatan beraktivitas kepada siswa bukan dalam arti semua kegiatan belajar mengajar diserahkan kepada siswa tetapi prinsip aktivitas maksudnya adalah bahwa guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu dalam mengembangkan dirinya dan mengekpresikan kemampuannya secara total. Dengan demikian guru hanyalah men-stimulant, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Jadi belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif.

Aplikasi prinsip ini dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi dengan menerapkan metode quantum teaching adalah sebagai berikut : a) Membangkitkan keaktifan siswa melalui guru banyak mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi


(43)

94

kelompok b) Mencari berbagai informasi tentang Globalisasi kemudian siswa menyimpulkan, dan memberi pendapat.

Prinsip Motivasi. Motivasi berasal kata motive–motivation yang berarti dorongan atau keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan, merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar individu. Seorang guru harus berusaha untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Bentuk kegiatan guru adalah menciptakan kondisi belajar sedemikian rupa (bermacam-macam motif) sehingga siswa mau melakukan apa yang dapat mereka lakukan (termotivasi untuk belajar). Beberapa cara untuk menumbuh-kembangkan motivasi pada siswa adalah dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi melalui penerapan metode quantum teaching adalah dengan cara mengajar yang variatif (volume suara, tata bahasa, metode, media), pemasangan poster icon, poster-poster kata afirmasi, penempatan tanaman hias di ruangan kelas. Kemudian mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulan baru, dengan mengaitkan pertanyaan tentang materi Globalisasi dengan poster icon, memberikan kesempatan pada siswa untuk menyalurkan keinginan belajar, dan menggunakan media dan alat peraga atau alat bantu yang menarik perhatian siswa berupa benda-benda konkret dan gambar yang terkait dengan materi pelajaran Globalisasi.

Prinsip Individualitas (Perbedaan Individu). Setiap manusia adalah individu yang mempunyai kepribadian dan kejiwaan yang khas. Secara psikologis, prinsip perbedaan individualitas sangat penting diperhatikan karena: (a) setiap anak


(44)

95

mempunyai sifat, bakat, dan kemampuan yang berbeda (b) setiap individu berbeda cara belajarnya (c) setiap individu mempunyai minat khusus yang berbeda (d) setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda (e) setiap individu membutuhkan bimbingan khusus dalam menerima pelajaran yang diajarkan guru sesuai dengan perbedaan individual (f) setiap individu mempunyai irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda (Sudrajat, Oktober 2008).

Maksud dari irama pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda adalah bahwa siswa belajar di kelas dalam usia perkembangan. Masing-masing siswa tidak sama perkembangannya, ada yang cepat ada yang lambat maka guru harus bersabar dalam tugas pelayanan belajar pada anak didiknya.

Prinsip ini di aplikasikan dalam model quantum teaching melalui : (a) membentuk dan memberikan tugas kelompok, didasarkan pada tingkat kepandaian siswa (b) Guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa tes individual (c) pembelajaran tentang Globalisasi dilakukan melalui pencarian informasi dari berbagai sumber untuk membangkitkan motivasi dan aktivitas siswa.

Prinsip Lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu hal yang berada di luar diri individu. Lingkungan pengajaran adalah segala hal yang mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pengajaran atau sumber belajar. Di antaranya; guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar. Siswa memiliki berbagai potensi yang tumbuh dan berkembang tergantung pada interaksi siswa dengan lingkungannya. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai oleh individu, tetapi lingkungan sangat menentukan dalam kenyataan.

Antara lingkungan dan pembawaan saling membutuhkan dan saling melengkapi, sehingga keduanya terdapat jalinan yang erat. Menurut sebagian pakar psikologi, faktor pembawaan lebih menentukan untuk pembentukan intelegensi, fisik,


(45)

96

dan reaksi indrawi, sedangkan faktor lingkungan sangat menetukan pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap, nilai, dan sebagainya.

Prinsip Konsentrasi. Konsentrasi adalah pemusatan secara penuh terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan atau berlangsungnya suatu peristiwa. Konsentrasi sangat penting dalam segala aktivitas, terutama aktivitas belajar mengajar. Pekerjaaan yang amat berat di dalam kelas bagi seorang guru adalah bagaimana menciptakan suasana kelas sehingga siswa bisa berkonsentrasi. Guru harus berupaya sekuat tenaga membuat dan mendorong siswa berkonsentrasi dan melakukan suatu penyelidikan, serta menemukan sesuatu yang dapat digunkan kelak untuk kehidupannya dalam masyarakat. Maka dalam setiap pengajaran, guru dituntut untuk dapat mengatur atau mengelola pengajaran sebaik dan sebijaksana mungkin.

Prinsip Kebebasan. Prinsip kebebasan dalam pengajaran yang dimaksud adalah kebebasan yang demokratis, yaitu kebebasan yang diberikan kepada siswa dalam aturan dan disiplin tertentu. Dan disiplin merupakan suatu dimensi kebebasan dalam proses penciptaan situasi pengajaran. Seorang guru dituntut berusaha bagaimana menerapkan suatu metode mengajar yang dapat mengembangkan dimensi kebebasan self direction, self discipline, dan self control.

Setiap siswa harus dapat mengembangkan dirinya secara bebas. Untuk itu mereka harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka mampu mandiri. Guru tidak boleh memaksakan kehendak mereka pada siswa, sehingga akan berdampak pada siswa, yang mengakibatkan mereka tidak mandiri, tergantung pada orang lain, dan tidak punya inisiatif.

Quamtum teaching, memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, diantaranya dengan memberikan kesempatan kepada siswa dalam menentukan peraturan dan konsekuensi dalam pembelajaran (penerapan kunci


(46)

97

komitmen dan kunci tanggung jawab dari delapan kunci keunggulan quantum teaching) pada saat pelaksanaan tindakan persiapan I.

Prinsip Kerjasama dan Persaingan. Kerjasama dan persaingan adalah dua hal berbeda. Namun dalam dunia pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan orang atau siswa lain.

Kerjasama kelompok sangat penting bagi siswa untuk membangun sikap demokratis, maka guru dituntut melaksanakan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Dalam kerja kelompok terbentuk relasi antar individu secara aktif, namun di dalamnya tidak tertutup kemungkinan terjadi persaingan secara sehat dan baik. Maka sebelum belajar kelompok, guru dituntut memberikan arahan yang baik pula. Kunci komitmen dalam quantum teaching diterapkan sebagai perwujudan mengkondisikan siswa untuk bersaing sehat dengan siswa atau kelompok yang lain dalam pembelajaran, dengan adanya komitmen yang jelas maka persaingan yang tidak sehat dapat diminimalisir.

Prinsip Apersepsi. Apersepsi berasal dari kata apperception berarti menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Kesan yang lama itu disebut bahan apersepsi. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Prinsip Korelasi. Korelasi yaitu menghubungkan pelajaran dengan kehidupan siswa atau dengan pelajaran lain sehingga pelajaran itu bermakna baginya. Korelasi


(47)

98

akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran yang disampaikan. Dalam quantum teaching prinsip ini di aplikasikan dengan mengaitkan disiplin waktu dalam pembelajaran dengan surat wal’asri sebagai perwujudan korelasi pelajaran IPS dengan pelajaran agama.

Prinsip Efisiensi dan Efektifitas. Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, member nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan siswa) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.

Prinsip Globalitas. Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.

Prinsip Permainan dan Hiburan. Setiap individu atau siswa sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat siswa cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.

Mengacu kepada prinsip-prinsip pengajaran tersebut di atas, pembelajaran IPS tentang Globslisasi dengan pengoptimalan kondisi sosio emosional di kelas melalui penerapan metode quantum teaching, menyajikan pembelajaran yang bukan hanya berupaya mengaktifkan siswa tetapi juga berupaya pengoptimalan kondisi sosio


(48)

99

emosional di kelas. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip quantum teaching yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum konsep, akui setiap usaha, jika layak dipelajari layak pula dirayakan.

Satu diantara karakteristik siswa adalah emosional. Menurut Afgani (Desember, 2008) bahwa melakukan pembelajaran dengan mempertimbangkan faktor emosional lebih banyak berhasil daripada menonjolkan aspek intelektual. Maka dalam pembelajaran IPS tentang Globalisasi perlu mengoptimalkan kondisi sosio emosional di kelas. Ketika kaitan emosi terjalin saatnya guru membawa siswa ke dunia guru, hal ini sesuai dengan metode quantum teaching yang bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Apapun materi yang disajikan dan dieksplorasi lebih mudah dipahami siswa secara otomatis pembelajaran melibatkan seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru. Bila ini terjadi semua materi yang dipelajari akan dirasakan kebermaknaannya oleh siswa. Guru akan semakin berkembang wawasan dan pengalamannya melalui proses tersebut.

Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa emosi adalah pengalaman batin yang menyertai apa saja yang dilakukan oleh individu, dorongan-dorongan yang mengandung kebutuhan dasar yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian individu.

Emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku perasaan dan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan individu dari saat ke saat saling membahu dengan pikiran rasional mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri. (Goleman, 1995 dalam De Portter, 2001:22).

Dalam kaitan ini peran emosi banyak terlibat dalam aktivitas manusia. Hal ini dapat dilihat pada keadaan dalam diri kita, yang tidak sadari selalu bereaksi dalam keadaan emosi, reaksi dalam diri ini berpengaruh pada persepsi, pembelajaran, pemikiran, dan secara umum segala yang dikerjakan. Keterlibatan emosi dalam pembelajaran lebih nyata khususnya mata pelajaran yang melibatkan inner-self manusia


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1987). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Al Muchtar, Suwarma (2004). Pengembangan Berpikir Dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri. Bandung.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Budiningsih, Asri C. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Bruce Joyce., Marsha Weil (2000). Model of Teaching. Boston : Allyn and Bacon Bruner, Jerome S. (1963). The Process of Education. New York : Vontage Books Burton, L. (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith

Cowan University.

Burns, D.D. (1988). Terapi Kognitif. Pendekatan Baru Bagi Penanganan depresi. Penerbit Erlangga. Jakarta

Buzan, Tony (1993). The Min Map Book, New York: Dutton,

Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

Csikszentmihalyi (1993). “the Evolving Self : Apsychology for the Third Milllenium, ”. ---

Corebima (2002). Teori Belajar Konstruktivisme. Jakarta Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : choosing among the five traditions.. London : Sage Pu blications

Creswell, John W. (2003). Research Design. Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Second edition.. London : Sage Publications Dahar, Ratna Wilis (1989). Teori-Teori Belajar. IKIP Bandung.

Dallen, Van (1973) An Introduction to Critical Thinking”. ---


(2)

Davis, Russel G. (1980). Planning Education for Development: Volume Issue and Problems in The Planning of Education in Developing Coutries. Cambridge. Massachusetts.

Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Ilmu Sosial (IS). Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum. Jakarta.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki (1999) Quantum Learning, Membiasakan Belajar Menyenangkan (diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman). KAIFA. Bandung.

DePorter, Bobbi (2000) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

DePorter, B., Reardon M., & Singer-Nourie, S. (2000). Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas (terjemahan : Ary Nilandari). Bandung : Penerbit Kaifa

DePorter, Bobbi (2001) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

DePorter, Bobbi (2005) Quantum Teaching, Orchestrating Student Success (diterjemahkan oleh Ary Nilandari). KAIFA. Bandung.

Dimyati, M. (1996). Media Massa Sebagai Lembaga Pendidikan Kelima Dalam Masyarakat Indonesia : Dilema Pendidikan Anak Bangsa. Makalah. Malang : IKIP Malang

Disdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dryden, Gordon & Jeanette Vos. (1999). The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.

Eggen, P. & Kauchak, D. 1997. Educational Psychology, Windows on Classroom. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Ely, G. (1971). Teaching and Media Systematic Approach. New Jersey Prentice Hall, Inc.

Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.


(3)

Gagne, Ellen, D. (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company

Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Gardner., White Blythe (1992). Multiple Modalities of Learning (Multiple Ontelligences).USA : CORD Communications, Inc

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Good, C.V. (1973). Dictionary of Education. New York : McGraw - Hill Book Company.

Hamalik, Oemar (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Hamid, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud. Hernowo (2007). Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Secara

Menyenangkan (Bandung: MLC),

Heryatin, Tintin (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2009. Hidayat. Nandang (2008). Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum

(Quantum Learning): Bogor.

Jarrolimek, J. (1996). Social Studies in Elementary School. Albany, NY: Brookline Books.

Jensen. Eric dan Karen Makowitz (2002). Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung.

Kusnendi (2008). “Bahan Kuliah Metode Statistik dengan Menggunakan SPSS dan Amos” Program Magister IPS – Sekolah Pascasarjana UPI”.

Lie, Anita (2005). Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta.

Lozanov, George (1987). Suggestology and Suggestopedia, Paris : makalah yang disajikan kepada United Nations Educational Scientific and Cultural Organization,

McKenzie, Jamie (2000). Beyond Edutainment and Technotainment. ---

Megensen, Vernon (1993). Innovative Abstracks 5, 25 National Institute for Staff and Organizational Development, University of Texas, Austin, Texas,


(4)

Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.

Merriam, Sharan B. ( 1998). Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San Franscisco: Jossey-Bass Publishers

Messick, C. (1997). Methods and Strategies for Teaching in Elementary Schools (3rd.ed.). White Plains, NY: Longman.

Miqdad, Yeljen (1995) Globalitas Persoalan Manusia Modern (Solusi Tarbiyah Islamiyah), Risalah Gusti, Surabaya,

Mudhoffir & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyusunan Program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. ( 2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik Dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,

Mohammad, Ali (1999), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung. Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Kepada Siswa Dan

Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Natawidjaya, R. (1989). Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Newman, Isadore and Benz, Carolyn R. (1998). Qualitative-Quantitative Research

Methodology. Exploring the Interactive Continuum.. Souther Illinois University.

Nur, M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi matematika dan Sains Sekolah UNESA.

Pannen, Paulina dkk. (2005). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.

Palmer, J.A. (2003). 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta : Tanpa Penerbit.

Pollio, H.R., (1984. ) “What Students Think About and Do in College Lecture Classes” dalam Teaching-Learning Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre, University of Tennesse,


(5)

Puskur Balitbang Depdiknas. (2003). Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007. Riduwan (2006). Metoda Dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

Riduwan (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti Pemula. Alfabeta. Bandung.

Ruseffendi, H. E. T. (2001), Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya, Semarang: IKIP Semarang Press.

Sagala, Syaiful (2004). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.

Salim, Agus dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sidi, Indra Jati (2004). Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Silberman, Mel (2004). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS,

Singarimbun, Masri dkk. (1985). Metode Penelitian Survey. LP3 Ekonomi. Bandung.

Somantri, Muhammad Numan (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, N. (1994), Desain Dan Analisis Eksperimen, Penerbit Tarsito Bandung. Sudjana, N (1990). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Universitas Indonesia. Sudjana, N (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Sugiarto, Iwan (2004) Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik

Dan Kreatif. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suparno (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar IPS. Jakarta: P2GSD Ditjen Dikti Depdiknas.


(6)

Surapranata, Sumarna (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas Dan Interprestasi Hasil Tes. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran Dan Mengajar. Pustaka Bani Quraisy. Bandung.

.

Suryosubroto. B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tim MKDK IKIP Semarang. (1990). Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Trihendradi, Cornelius (2005). Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta : Andi.

Trimo, dan Rusantiningsih, (2008). “Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing” (http://pps.upi.edu/org/abstrak thesis /abstrakpk /abstrakpk08.html). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Media Pustaka Mandiri

Wahab, Abdul Azis (2007). Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Alfabeta. Bandung.

Walgito, Bimo (1997).Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset,

Wayan, Ardhana (1987). Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.

Wenger, Win (2004). Beyond Teaching and Learning: Memadukan Quantum Teaching dan Quantum Learning. Bandung: Nuansa,

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo Wowo, Sunaryo Kuswana & Yayat, Sriyono. (2003). Model, Pendekatan, Strategi,

Metode, Gaya.

Yamin, Martinis (2003). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Gaung Persada Press,


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

1 12 12

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 124

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGARUH PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP RESPON DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP

0 8 11