FENOMENA PERTEMUAN DUA LAUTAN PERSPEKTIF AL QURAN DAN SAINS: ANALISIS PENAFSIRAN SURAT AR-RAHMAN AYAT 19-20 DAN AL FURQAN AYAT 53.
(Analisis Penafsiran Surat ar-Rah}ma>n Ayat 19-20 dan al-Furqa>n Ayat 53)
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir guna Memperoleh Gelar sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu al-Qur’an dan Hadis
Oleh:
MUHAMMAD FARID AL-AZHAR NIM: E03211071
JURUSAN AL-
QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
(2)
ii
FENOMENA PERTEMUAN DUA LAUTAN PERSPEKTIF
AL-
QUR’AN DAN SAINS
(Analisis Penafsiran Surat ar-Rah}ma>n Ayat 19-20 dan al-Furqa>n Ayat 53)
Skripsi Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu al-Qur’an dan Hadis
Oleh:
MUHAMMAD FARID AL-AZHAR NIM: E03211071
JURUSAN AL-
QUR’AN DAN
HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
(3)
(4)
(5)
(6)
iii
ABSTRAK
Farid al-Azhar, Fenomena Pertemuan Dua Lautan Perspektif al-Qur’an
dan Sains (Analisis Penafsiran Surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53). Seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, banyak juga temuan-temuan baru yang ketika dikaitkan dengan al-Qur’an, kemukjizatannya akan tampak. Al-Qur’an pada dasarnya tidak hanya berisi ayat-ayat seputar ibadah, melainkan lebih banyak dari al-Qur’an ayatnya berbicara mengenai alam semesta. Lautan sebagai ciri-ciri planet bumi diciptakan jauh lebih luas daripada daratan. Dari sekian ayat yang berbicara tentang laut dalam al-Qur’an, di antaranya ada satu pembahasan menarik, yaitu mengenai isyarat ilmiah pertemuan dua lautan dimana antara keduanya bercampur, namun tidak saling melampaui satu sama lain. Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis menggunakan jenis penlelitian kepustakaan (library research). Metodologi yang digunakan adalah analisis isi (content analysis) dengan pendekatan paralelistik. Metode analsis isi yaitu memilih beberapa ayat yang terkait dengan fenomena pertemuan dua lautan, kemudian dibahas secara rinci. Batasan ayat yang dipilih adalah surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53. Sedangkan pendekatan paralelistik adalah menyetarakan atau mengkolaborasikan antara tafsir al-Qur’an dengan sains dalam mengungkap makna maraj al-bah}rayn dan barzakh serta hikmahnya.
Data yang ditemukan bahwa terdapat perbedaan penafsiran di kalangan ulama mengenai maraj al-bah}rayn (pertemuan dua lautan) dan barzakh (pemisah di antara keduanya). Dari perbedaan-perbedaan tersebut kemudian dikaitkan dengan temuan-temuan sains yang ada, sehingga dari hal yang berbeda itu semuanya dapat diterima dalam konteksnya masing-masing dengan mengacu pada temuan sains. Temuan sains yang diperoleh di antaranya adalah bahwa dua lautan itu bisa dipahami bertemu berdampingan dengan pemisahnya secara vertikal dan juga bisa dipahami bertemu tumpang tindih dengan pemisahnya secara horisontal. Sedangkan untuk pemisahnya (barzakh), dipahami sebagai sebuah daerah dimana kedua lautan yang bertemu itu memang bercampur namun tidak saling melampaui akibat adanya tegangan permukaan di antara keduanya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jika surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 tidak bisa ditafsirkan dengan surat al-Furqa>n ayat 53, maka dua lautan (
al-bah}rayn) yang dimaksud adalah dua laut yang sama-sama asin, namun berbeda
karakteristiknya. Sebaliknya jika surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 bisa ditafsirkan dengan surat al-Furqa>n ayat 53, maka dua laut itu bisa dipahami dengan sungai yang tawar dan laut yang asin. Sedangkan yang menyebabkan kedua lautan tersebut tidak bisa bercampur secara total adalah dari perbedaan karakteristik kedua laut yang menimbulkan tegangan permukaan (gaya tolak menolak antar dua laut). Dan dari fenomena itu pula dapat diambil beberapa hikmah yaitu, perbedaan jenis flora dan fauna yang hidup sesuai habitatnya, sumber perhiasan dan sebagai sumber ideal pembangkit listrik tenaga air.
(7)
1
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an sebagai mukjizat berfungsi untuk menentang bagi siapa saja yang meragukan keotentikannya. Oleh karena itu, bagi umat Muslim al-Qur’an sudah tidak berfungsi sebagai mukjizat lagi karena pada dasarnya seluruh umat Muslim sudah yakin akan keotentikan al-Qur’an. umat Muslim dituntut untuk tidak menitikberatkan pandangan mereka kepada kemukjizatan al-Qur’an, tetapi perhatian akan lebih baik jika tertuju kepada hikmah yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an.1 Hikmah yang terkandung di dalam al-Qur’an salah satunya bisa berupa ilmu pengetahuan. Menurut al-Suyu>t}i>, al-Qur’an mencakup segala sesuatu. Adapun di bidang ilmu, tidak ada satu masalah pun yang tidak memiliki dasarnya di dalam al-Qur’an.2 Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:
َ َ بيَلَعَاَ
ۡا َنَغ
ب
ََ ٰ َت بلٱ
َ
َ َي ل بسُ
بل َٰىَ بُۡبَغَٗ َ بَۡرَغَىٗ ُهَغَٖءب َََ ُك لَاَٰٗيبب ت
٩
3
dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.4
1
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 336.
2Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 5 (Madinah: Mujamma‘ al-Malik
Fahd Li Thiba>‘ah al-Mus}h}af al-Syari>f, 1426H), 1920.
3
al-Qur’an, 16:89. 4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Penerbit J-Art, 2005), 278.
(8)
2
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia menyangkut segala aspek kehidupan. Di dalam al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang memancing manusia agar memikirkan potensi-potensi yang ada di alam semesta ini. Seperti contoh dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 164, Allah SWT berfirman:
َان إ
َ
َ
بلَخَ ِ
َ تَٰوٰ َ اس ٱ
َََغ
َ ضۡ
َ ب
ۡٱ
َََغ
َ فَٰ تبخٱ
َ
َ لب
َٱ
ا
َََغ
َ راَ اۡٱ
َََغ
َ بلُفبلٱ
َ
َ َ
الٱ
َ
َ َِي ب
َ
َ
َ بحَ
ۡٱ
ب
َ
َيَاَ ب
َُعَف
َ َسااۡٱ
َ
َ َظَ ن
َ
أَٓاَمَغ
َُاّٱ
َ
َ َ م
َ ءٓاَ اس ٱ
َ
َ بَاَيبح
َ
أَفَٖءٓاامَ م
َ َضۡ
َ ب
ۡٱ
َ
مَاَ ي فَ ا َبَغَاَ تب َ َ َ بعَب
َ في بَۡتَغَٖ ابتَلَ
ُك
َ ٰ َي ٱ
َََغ
َ جاَح اس ٱ
َ
َ ا َسُ
ب ٱ
َ
َ َ بيَب
َ ءٓاَ اس ٱ
َََغ
َ ضۡ
َ ب
ۡٱ
َ
ََن ُل قبعَيَٖمب َق لَ ٖ َٰيٓ
٤
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.5
Dari ayat tersebut, mengisyaratkan bahwa Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk memerhatikan banyak hal di balik penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut, Allah turunkan dari langit berupa air, kejadian bumi dan penyebaran segala jenis hewan di bumi.6
Al-Qur’an ketika pertama kali turun khususnya berbicara alam semesta tidak serta merta langsung dapat dibuktikan kebenarannya, akan tetapi manusia pada waktu itu cukup mengimaninya. Bukti kebenaran al-Qur’an akan ditunjukkan kepada umat manusia setelah al-Qur’an lengkap diturunkan sebagai kitab suci
5Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 26.
6M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 448.
(9)
terkahir.7 Oleh karena itu, al-Qur’an tidak hanya berlaku pada satu zaman ketika zaman Rasulullah SAW saja, akan tetapi sepanjang zaman selama manusia mengimanai al-Qur’an, maka ia akan selalu merasakan manfaat kebenaran berita al-Qur’an.8 Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa perkembangan pemahaman umat manusia terhadap alam semesta dan korelasinya dengan penjelasan Allah SWT dalam al-Qur’an berjalan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Alam semesta dan segala macam fenomena yang ada di dalamnya adalah suatu objek yang mengajak manusia untuk berpikir. Manusia dituntut untuk tidak memikirkan tentang dzat Allah karena itu adalah suatu hal yang hanya membuang-buang waktu, akan tetapi manusia dituntut mencurahkan potensi akalnya untuk memikirkan ciptaan-ciptaan Allah yang ada di langit dan yang ada di bumi serta yang ada dalam diri manusia itu sendiri.9 Sehingga Allah SWT akan menunjukkan suatu kesimpulan bahwa di antara penciptaan itu semua terdapat hikmah dan menyadari bahwa segala sesuatu ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia.10
Bumi sebagai tempat tinggal manusia tentunya memiliki karakteristik yang membedakan dengan planet lainnya. Karakteristik tersebut adalah lautan yang sangat luas dan juga dalam, bahkan luas lautan jauh lebih besar dibandingkan dengan luas daratan yang ada di bumi. Lautan di bumi membungkus sekitar 71% dari permukaan yang ada sehingga bumi menjadi planet biru.11 Dengan volume
7
Lihat al-Qur’an, 38: 88.
8Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan (Bandung: Mizan, 2012), 59.
9Yu>suf al-Qard}a>wi>, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 1998), 42.
10
Lihat al-Qur’an, 3: 191. 11
(10)
4
airnya yang tidak kurang dari 370 juta kilometer kubik, lautan menggenangi tiga per lima belahan bumi utara dan empat per lima belahan bumi selatan.12
T{a>riq al-Suwayda>n menemukan bahwa ayat al-Qur’an yang menggunakan
kata laut berjumlah 32, sedangkan ayat yang mnggunakan kata darat berjumlah 13, sehingga total ayat yang membicarakan keduanya adalah 45. Jika dihitung, jumlah ayat yang membicarakan laut berarti sebanyak = 32/45*100%= 71,11%, sedangkan jumlah ayat yang menggunakan kata darat sebanyak = 13/45*100%= 28,88%. Hal tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan sains kebumian dengan hasil pengukuran menggunakan satelit telah dengan akurat mencatat bahwa permukaan bumi ini sebanyak 71,11% tertutup oleh air laut, dan sisanya sebanyak 28,88% berupa daratan.13 Inilah kemukjizatan al-Qur’an yang mana mustahil Rasulullah SAW yang dikenal buta huruf mampu menciptakan ayat-ayat berbicara tentang rahasia lautan.
Lautan dengan jumlah yang begitu luas, ternyata menyimpan rahasia, hikmah, manfaat dan mukjizat yang semuanya telah disinggung dalam al-Qur’an. Salah satu fenomena lautan yang menarik untuk dikaji adalah tentang pertemuan dua lautan yang tidak bercampur, seakan-akan ada batas yang menghalangi di antara keduanya. Berawal dari ayat al-Qur’an surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20, Allah SWT berfirman:
ََجَ َ
َ
َ بيَ بحَ
ۡٱ
ب
َ
َ ناَي قَت
بلَي
٩
َ ناَي غببَيَ
ََٞخَزب َبَاَ ُ َ بيَب
ا
٠
12 Ibid.
13T{a>riq al-Suwayda>n
, Astonishing Facts About Quran, 2002; Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan (Bandung: Mizan, 2012), 63.
(11)
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.14
Surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20, oleh sebagian besar para mufasir ditafsirkan dengan surat al-Furqa>n ayat 53. Allah SWT berfirman:
َ َ ُهَغ
ي
َٱ
ا
َ
َ َجَ َ
َ بيَ بحَ
ۡٱ
ب
َ
َا ٗ ب حَغَ ا ٗخَزب َبَ اَ ُ َ بيَبَ َلَعَجَغَ ٞجاَج
ُ
أَ ٌ بل َ اَ ٰ َهَغَ ٞتاَ ُفَ ٞجب َعَ اَ ٰ َه
َاٗر ُ ب اَ
٣
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.15
M. Quraish Shihab, dalam tafsirnya menyebutkan bahwa al-
bah}rayn
dalam surat ar-Rah}ma>n sesuai dengan surat al-Furqa>n ayat 53 yang menyifati kedua laut itu.16 Menurut M. Quraish Shihab makna al-bah}rayn
tersebut adalah sesuai dengan kesepakatan para ulama yaitu sungai yang tawar lagi segar dan laut yang asin lagi pahit.17 Sehingga dengan demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwaal-bah}rayn
yang dimaksud adalah sungai dan laut bukan kedua-duanya laut.Kemudian Yu>suf al-Qard}a>wi> seorang ulama kontemporer juga turut berkomentar mengenai fenomena di atas. Menurutnya, Penafsiran surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dengan surat al-Furqa>n ayat 53 tidak tepat, sebab ruang lingkupnya berbeda. Ayat di dalam surat al-Furqa>n menyebutkan laut yang tawar lagi segar dan
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 533 15Ibid., 365.
16
Shihab, Tafsir al-Mishbah..., Vol. 13, 293.
17M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2013), 182.
(12)
6
laut yang asin lagi pahit. Sementara dalam surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 berbicara tentang dua laut dari satu jenis, yaitu lautan yang asin.18
Pada akhir abad ke-19 sampai abad ke-20, para pakar ilmu kelautan mencoba melakukan penelitian seputar fenomena tersebut. Pada tahun 1873, pakar ilmu kelautan dengan menggunakan kapal Challanger berhasil menemukan perbedaan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temperatur, jenis flora atau fauna dan sebagainya.19 Kemudian pada tahun 1962, tim ekspedisi peneliti dari Jerman dan juga seorang pakar ilmu kelautan Perancis ternama, Jacques Yves Cousteau, berhasil menemukan adanya pembatas air di antara dua laut, dimana air pembatas tersebut tersusun dari unsur-unsur yang berbeda dari unsur-unsur pembentuk air dua laut itu.20
Pembuktian terkait fenomena pertemuan dua lautan yang tidak bercampur seperti yang telah diungkapkan di atas merupakan sebuah pencapaian yang baru. Namun, jauh sebelum pembuktian tersebut, sekitar 1400 tahun yang lalu al-Qur’an dalam surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan surat al-Furqa>n ayat 53 telah lebih dulu memberitakannya. Oleh karena itu, fenomena tersebut oleh sementara pakar yang tekun dalam bidang kemukjizatan al-Qur’an menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilmiah al-Qur’an.21
18Yu>suf al-Qard}a>wi>
, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an, ter. Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), 447.
19
Shihab, Mukjizat al-Qur’an..., 183.
20Na>diyah T{a>yya>rah, Sains dalam al-Qur’an, ter. M. Zaenal Arifin, dkk. (Jakarta: Zaman, 2014), 537.
21
(13)
Al-Qur’an tidak hanya berisi ayat-ayat qawliyyah atau ayat-ayat yang menerangkan seputar fikih saja, melainkan al-Qur’an juga berisikan ayat-ayat
kawniyyah yang menerangkan berbagai persoalan yang ada di dalam kehidupan,
antara lain menyangkut alam semesta ini dan juga fenomena alam yang ada.22 Dari 6.236 ayat al-Qur’an yang disepakati oleh jumhur ulama, terdapat sekitar 750 ayat yang berisi ayat-ayat kawniyyah. Jumlah tersebut belum termasuk ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat dan bahkan lebih banyak daripada ayat-ayat yang menerangkan seputar fikih.23 Oleh karena itu, pembahasan mengenai ayat-ayat
kawniyyah, khususnya tentang fenomena pertemuan dua lautan sangat penting
untuk dikaji.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Fenomena pertemuan dua lautan yang kemudian tidak bercampur, dikarenakan adanya batas (barzakh) sebagai pemisah di antara keduanya merupakan salah satu kemukjizatan al-Qur’an dari aspek ilmiah. Oleh karena itu, dalam mengkaji ayat-ayat al-Qur’an berkenaan hal tersebut, penelitian ini bermaksud menjadikan penemuan sains sebagai pendukung penafsiran ulama modern-kontemporer. Pemikiran para saintis ketika mencoba mengkaitkan ayat al-Qur’an dengan pembuktian ilmiah masih bisa diterima asalkan tidak spekulatif dan tidak mengabaikan kaidah-kaidah tafsir.24 Sedangkan bagi para mufasir, hal ini juga
22M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1998), 131.
23T{ant}a>wi> Jawhari>
, al-Jawa>hir fi Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz. 1 (Kairo: Must}afa al-Ba>bi> wa al-H}albi>, 1351 H), 3.
24
(14)
8
menjadi tantangan tersendiri dan bisa terjerumus ke dalam kesalahan apabila tanpa dibekali dengan pengetahuan yang memadai.25
Penelitian ini akan difokuskan kepada ayat-ayat al-Qur’an mengenai fenomena pertemuan dua lautan yang tidak bercampur, disebabkan adanya barzakh yang diciptakan oleh Allah. Secara khusus yang menjadi fokus dalam penelitian ini, dua lautan dan barzakh yang dimaksudkan tersebut ada di dalam surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53. Sedangkan secara umum, ayat al-Qur’an yang terkait dengan fenomena pertemuan dua lautan juga terdapat pada beberapa surat, yaitu surat an-Naml ayat 61, Fa>t}ir ayat 12 dan al-Kahfi> ayat 60.
Dikarenakan penemuan ilmiah terhadap fenomena ini baru, maka sumber penafsiran yang dipilih dibatasi hanya pada mufasir era modern-kontemporer saja, dengan catatan bahwa pengertian periode tafsir modern dan kontemporer adalah bersinonim, baik dari segi substansi pemikiran dan metodologi maupun dari segi kritik terhadap produk tafsir klasik.26
Analisis penafsiran dari beberapa mufasir modern-kontemporer dengan didukung penelitan sains modern yang telah mapan akan digunakan sebagai alat dalam mengungkap apa makna maraj al-bah}rayn dan barzakh yang dimaksudkan dalam al-Qur’an serta hikmah dari fenomena tersebut.
25Ibid. 26
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an: Studi Aliran-aloran Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer (Yogyakarta: Adab Press, 2014), 145-146.
(15)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada subbab latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran ulama modern-kontemporer terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang fenomena pertemuan dua lautan khususnya dalam surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53?
2. Bagaimana hikmah atas fenomena pertemuan dua lautan perspektif al-Qur’an dan sains?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk menjawab beberapa rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, yakni sebagai berikut:
a. Untuk merekonstruksi penafsiran ulama modern-kontemporer terhadap ayat-ayat yang berbicara fenomena pertemuan dua lautan khususnya dalam surat
ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53, yang dianalisis dengan
temuan-temuan para saintis.
b. Untuk mengetahui hikmah yang terkandung dari fenomena bertemunya dua lautan berbeda yang dipisahkan oleh barzakh, baik yang tersurat di dalam al-Qur’an maupun yang tersirat.
(16)
10
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian skripsi yang dilakukan ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoretis maupun secara praksis. Adapun manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Manfaat teoretis.
1) Sebagai bahan rujukan mahasiswa yang hendak meneliti ayat-ayat tentang isyarat ilmiah dalam al-Qur’an terutama tentang fenomena pertemuan dua lautan.
2) Menjadi inspirasi bagi setiap orang khususnya mahasiswa tafsir hadis yang hendak meneliti ayat-ayat kawniyyah dalam al-Qur’an terlebih tentang isyarat ilmiah pertemuan dua lautan.
b. Manfaat praksis.
1) Untuk membuka cakrawala setiap orang bahwa al-Qur’an tidak hanya berisi ayat-ayat seputar ibadah saja melainkan lebih dari itu, yakni mencakup pula isyarat-isyarat tentang fenomena alam yang ada di sekitar. 2) Untuk menambah keimanan setiap muslim bahwa agama Islam dengan kemukjizatan yang ada di dalam al-Qur’an adalah satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah.
3) Untuk menggugah semangat cendekiawan muslim dan pakar teknologi untuk selalu menggali makna-makna yang terkandung di dalam al-Qur’an terutamana ayat-ayat yang berhubungan dengan fenomena alam melalui penelitian sains.
(17)
E. Penegasan Judul
Penegasan judul diperlukan untuk memperjelas dan menghindari salah pengertian tentang judul proposal skripsi ini. Oleh karena itu, ada beberapa istilah dari judul proposal skripsi ini yang akan diberikan penjelasan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Fenomena : Hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam).27
Dua Lautan : Dua lautan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yaitu al-bah}rayn.
Al-bah}rayn yang dimaksud bisa berarti dua hal,
pertama dari aspek jenis yaitu laut air asin dan air tawar. Kedua al-
bah}rayn juga bisa berarti dua lautan yang sama-sama asin yang
telah diketahui di Arab.28
Perspektif : Sudut pandang atau pandangan.29
Al-Qur’an : Kalam Allah SWT. yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf, disampaikan dengan berangsur-angsur dan membacanya adalah ibadah serta diawali dari surat al-Fa>tih}ah sampai dengan surat an-Na>s.30
27Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), 300.
28T>{a>hir Ibn ‘A<shu>r, Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Juz 27 (Tunis: Da>r al-Tuni>s, 1984), 249. 29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar..., 864.
30MKD IAIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 3-4.
(18)
12
Sains : Ilmu pengetahuan pada umumnya; pengetahuan sistematis tentang
alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi dan sebagainya; pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yg mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yg sedang diselidiki, dipelajari dan sebagainya.31
Dari ulasan istilah judul penelitian di atas, dapat dipahami bahwa maksud penelitian ini yaitu mengeksplor pendapat-pendapat ulama modern-kontemporer yang dianggap berbeda dalam memahami fenomena pertemuan dua lautan dalam ayat-ayat al-Qur’an, dengan mengacu pada temuan-temuan sains sebagai pisau analisisnya. Dari fenomena tersebut juga akan diungkapkan hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an baik tesurat maupun tersirat.
F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau tinjauan pustaka adalah uraian teoretis berkaitan dengan variabel penelitian yang tercermin dalam permasalahan penelitian. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan harus menggunakan teori-teori yang sudah mapan yang bersumber pada literatur dan atau hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain.32
31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar..., 1026. 32
Nana Sudjana dan Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), 37.
(19)
Sesuai dengan judul proposal skripsi ini, ada beberapa literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain sebagai bahan rujukan atau kerangka berpikir dalam penyusunan penelitian ini. Di antaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Nuri Qomariah Maritta dengan judul Konsep Geologi Laut dalam
al-Qur’an dan Sain; Analisa Surat ar-Rahman Ayat 19-20, Surat an-Naml Ayat 61
dan Surat al-Furqan Ayat 53. Skripsi tersebut berasal dari Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010. Skripsi tersebut menjelaskan seputar ilmu geologi laut meliputi komposisi, struktur dan proses pembentukan dasar laut dengan objek kajiannya adalah ayat-ayat fenomena pertemuan dua lautan dalam al-Qur’an.
Selanjutnya, terdapat literatur buku yang fokus meneliti permasalah lautan, yakni buku berjudul Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan karya Agus S. Djamil. Ia adalah seorang saintis muslim. Buku tersebut berisi fenomena-fenomena yang ada di lautan dengan disertai penjelasan-penjelasan yang ilmiah. Buku tersebut mencoba merelevansikan tafsir ayat-ayat al-Qur’an dengan penemuan-penemuan ilmiah yang berhubungan dengan lautan, sehingga penjelasan terhadap kandungan ayat-ayat al-Qur’an akan semakin kaya dan selalu aktual.
Kemudian jurnal sains, teknologi dan agama yang ditulis oleh Ahmad Abtokhi dan Himmatul Barroroh dengan judul Selaput Tipis Membelah Lautan. Jurnal tersebut disusun oleh Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang No. 3 Tahun 2 September-Desember 2004. Jurnal tersebut memaparkan alasan pertemuan dua lautan tetapi tidak bercampur dari sisi sains yaitu pendekatan ilmu fisika dan kimia.
(20)
14
Pada dasarnya dari sekian telaah pustaka yang tersusun di atas, terdapat persamaan dan perbedaan dalam penulisan skripsi ini. Persamaannya meliputi tema, pendekatan penelitian dan objek penelitian. Sedangkan perbedaanya, yakni kurangnya penulis skripsi, buku maupun jurnal tersebut dalam menyajikan tafsir al-Qur’an dengan berbagai varian yang berbeda, sehingga yang dirasakan adalah komposisi penemuan sains jauh lebih ditekankan daripada tafsir-tafsir yang ada. Oleh karena itu, masih terdapat celah dalam melahirkan sebuah karya ilmiah yang berbeda, yakni dengan menyajikan macam-macam penafsiran para mufasir era modern-kontemporer. Sedangkan penemuan sains dipergunakan sebagai pendukung guna memperkaya khazanah penafsiran yang ada.
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam proposal skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang terfokus pada pengumpulan data berupa buku-buku kepustakaan, karya-karya tulis atau data lain dalam bentuk dokumentasi. Karena penelitian ini berupa studi kepustakaan, maka jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif.
2. Sumber Data
Objek utama dalam penelitian ini adalah penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an tentang fenomena pertemuan dua lautan khususnya dalam surat
a-Rah}ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53. Dalam hal ini sumber data yang
digunakan akan dibagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan dari sumber utamanya.
(21)
Sedangkan data sekunder adalah berupa literatur-literatur yang fungsinya adalah untuk menguatkan dan memberikan penjelasan terhadap sumber primer.33 Sumber data primer dan sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Sumber data primer.
Sumber data primer yang digunakan sebagai rujukan utama dalam penelitian ini adalah kitab tafsir karya ulama modern-kontemporer dan buku sains yang khusus membahas fenomena pertemuan dua lautan. Dalam hal ini antara lain:
1) Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.
2) Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r karya T>{a>hir Ibn ‘A<shu>r.
3) Al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>nal-Kari>m karya T{ant}awi> Jawhari>. 4) Menyelami Rahasia Lautan Karya Agus S. Djamil.
b. Sumber data sekunder.
Sumber data sekunder yang digunakan sebagai pendukung sumber data primer adalah literatur-literatur yang terkait dengan pembahasan isyarat ilmiah dalam al-Qur’an mengenai pertemuan dua lautan namun tidak bercampur. Sumber sekunder diperlukan dalam ranka sebagai komparasi sumber primer guna menemukan masalah-masalah yang ada. Selain itu juga diperlukan sebagai pendukung dan penambah khazanah penafsiran yang ada. Di antara sumber sekunder yang digunakan antara lain:
33
Sumadi Suryabrata, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 85.
(22)
16
1) Tafsi>r Fi> Z{ila>li al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}ub. 2) Tafsir Departemen Agama Republik Indonesia. 3) Shafwah al-Tafa>si>r karya M. ‘Ali> al-S{a>bu>ni> 4) Mah}a>sin al-Ta’wi>l karya al-Qa>simi>.
5)
Tafsi>r al-Muni>r karya Wah}bah al-Zuhayli>.6) Kaifa Nata’a>mal ma’a al-Qur’a>n karya Yu>suf al-Qard}a>wi>.
3. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan paralelistik. Paralel berarti sejajar atau menyetarakan, tetapi yang disetarakan bukan antara ayat al-Qur’an dengan temuan sains karena pada dasarnya al-Qur’an tanpa perlu pembuktian sudah mutlak kebenarannya dan abadi sepanjang zaman. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Demikian pula kebenaran yang digali, ditemukan dan ditafsirkan oleh manusia dari ayat-ayat al-Qur’an. Ia boleh saja diterima pada suatu saat sesuai dengan kondisi masyarakat atau kondisi keilmuan yang berkembang pada saat itu, tetapi masih bisa direvisi lagi setelah muncul bukti-bukti kebenaran yang baru ditemukan kemudian.34 Sehingga maksud pendekatan paralelistik di sini adalah menyetarakan antara penafsiran al-Qur’an dengan temuan sains.
34
(23)
4. Teknik Analisis Data
Setelah data tersusun secara lengkap dari berbagai sumber baik yang diperoleh dari sumber primer maupun sekunder, maka langkah selanjutnya yakni mengolah data tersebut sehingga penelitian dapat terlaksana secara rasional, sistematis dan terarah. Adapun metode-metode dalam pengolahan data yang digunakan antara lain adalah metode analisis isi (content analysis) dan dilanjutkan dengan penyajian data secara deskriptif-analitis.
Metode analisis isi (content analysis) adalah metode yang digunakan untuk penelitian pemikiran yang bersifat normatif.35 Dalam hal ini, penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan fenomena pertemuan dua lautan oleh beberapa mufasir modern-kontemporer dianalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah tafsir yang berlaku, dan juga dengan dikaitkan dengan penemuan-penemuan sains modern.
Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis), maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan penyajian secara deskriptif-analitis. Langkah yang dimaksud adalah menguraikan penafsiran dari beberapa mufasir dan saintis yang telah dipilih, secara teratur dan sistematis. Metode deskriptif ini lebih terfokus kepada ayat-ayat al-Qur’an berkaitan dengan fenomena dua lautan yang tidak bercampu, khususnya pada surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan surat al-Furqa>n ayat 53.
35
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmu Agama Islam (Jakarta: Logos, 1998), 56.
(24)
18
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dengan cara pemeriksaan secara konsepsional atas makna maraj al-bah}rayn dan barzakh serta hikmahnya yang terkandung dalam ayat tersebut melalui berbagai penafsiran. Setelah itu dikolaborasikan dengan pemahaman makna maraj al-bah}rayn dan
barzakh serta hikmahnya dalam temuan sains.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan disusun guna memudahkan dan memberikan kerangka sederhana keseluruhan isi dari penelitian ini, sehingga alurnya jelas, tidak melebar dan sistematis. Adapun susunan sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut.
Bab satu merupakan uraian tentang pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, yaitu memaparkan mengapa masalah dalam penelitian ini layak untuk diangkat dan sekilas seputar permasalahan. Identifikasi masalah, yaitu batasan-batasan masalah yang perlu diketahui agar pembahasan tidak melebar. Selain itu ada juga rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sumber pustaka serta metodologi penelitian yang digunakan.
Bab dua merupakan uraian tentang landasan teori mengenai gambaran umum tentang permasalahn yang akan diangkat. Dalam bab ini berisi pandangan laut secara umum dan sains meliputi asal usul laut, manfaat laut dan karakteristik air laut; pandangan laut dalam al-Qur’an yang meliputi, pengertian laut, kata yang semakna dengan bah}r (laut) serta penggunaan kata laut dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan fenomena alam; kata barzakh dalam pandangan al-Qur’an
(25)
yang meliputi, pengertian barzakh dan berapa kali kata tersebut diulang dalam al-Qur’an
Bab tiga merupakan kumpulan data-data terkait pembahasan yang akan diteliti, yaitu berupa penafsiran ayat al-Qur’an. Bab ini berisikan deskripsi umum tentang surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 dan surat al-Furqa>n ayat 53; munasabah ayat dari kedua surat tersebut; tafsir kosakata yang terdiri dari beberapa kata yang perlu diberikan penafsiran; dan tafsir ayat secara umum dan rinci menurut beberapa ulama modern-kontemporer yang meliputi: perbedaan pendapat tentang maraj
al-bah}rayn, barzakh dan juga perspektif sains terhadap fenomena pertemuan dua
lautan.
Bab empat merupakan analisis tentang makna maraj al-bah}rayn dan juga
barzakh sebagai pemisah dua lautan, dan sebab kedua lautan tidak bisa bercampur
secara total serta apa saja hikmah yang terkandung baik yang tersurat dalam al-Qur’an maupun yang tersirat berdasarkan pembuktian ilmiah.
Bab lima merupakan akhir dalam pembahasan ini, yaitu berupa kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah dan juga dari seluruh pembahasan yang telah diuraikan serta dalam bab ini juga berisi saran-saran.
(26)
20
BAB II
WAWASAN AL-
QUR’AN DAN SAINS SEPUTAR
LAUT DAN FENOMENANYA
A. Pengetahuan Umum tentang Laut
Istilah laut, lautan dan kelautan sering digunakan secara bergantian. Secara umum laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang sangat banyak dan luas, yang berfungsi menghubungkan atau memisahkan antara suatu benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.1 Kemudian laut dengan sufiks –an yaitu lautan bermakna laut yang sangat luas. Oleh karena itu, lautan bisa juga diartikan dengan samudra. Sedangkan kelautan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan laut.2
Para ahli kelautan menyepakati bahwa ada lima lautan atau yang dikenal dengan samudra, yaitu Samudra Pasifik, Samudra Atlantik, Samudra Hindia, Samudra Arktik dan Samudra Antartik. Samudra Pasifik adalah samudra terluas di dunia dengan ukuran 166 juta km2 sekaligus merupakan lautan terdalam. Sedangkan samudra terkecil adalah Samudra Arktik dengan luasnya yaitu 14,956 juta km2. Samudra Arktik terletak di kutub utara, sehingga sebagian besar wilayahnya tertutp es, selain itu Samudra Artktik juga merupakan samudra terdangkal di dunia.3
1
Rokhmin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 13.
2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 645.
3
Susilo Soekardi dan Tauhid Nur Azhar, Air dan Samudra: Mengurai Tanda-tanda Kebesaran Allah di Lautan (Solo: Tinta Medina, 2012), 50.
(27)
Jumlah lautan yang lebih luas daripada daratan, mengajak manusia untuk berpikir mengapa Allah ciptakan demikian? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, perlu dipahami beberapa hal sebagai berikut:
1. Asal Mula Laut
Semua ciptaan Allah baik yang bernyawa atau pun tidak, semuanya terjadi melalui proses dan tahapan-tahapan tertentu. Demikian pula dengan lautan, ia tidak hadir begitu saja tanpa melaui proses yang sangat lama hingga lautan bisa tampak seperti yang ada sekarang. Ada beberapa teori mengenai asal mula terjadinya laut yang akan dipaparkan pada bagian ini.
Salah satu teori pembentukan laut yang sering dikenal oleh para ahli kelautan adalah teori Wegener atau disebut juga dengan teori gerakan kontinen. Teori tersebut mengatakan bahwa Pangaea4 mengalami gerakan kontinen dan terpecah menjadi beberapa benua. Setelah benua tersebut terbentuk menjadi seperti yang ada sekarang, maka selanjutnya terjadi pelapukan batuan di darat oleh air hujan yang membawa berbagai jenis garam mineral melalui sungai yang akhirnya menuju ke laut. Dari lautan akan terjadi proses penguapan karena kenaikan suhu pada siang hari dan uap terakumulasi membentuk awan yang akhirnya jatuh ke bumi menjadi hujan. Begitu seterusnya sehingga proses tersebut membentuk suatu siklus yang berlangsung terus menerus untuk mencapai keseimbangan alam.5
4
Pangaea adalah benua purba yang terdiri dari Eurasia, Afrika, Amerika Selatan, India, Australia dan Antartika yang kesemuanya terbentuk menjadi satu kesatuan daratan pada ± 225 juta tahun yang lalu. M.S. Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan (Jakarta: Grasindo, 2005), 27.
(28)
22
Selanjutnya ada pula teori yang menceritakan asal mula terbentuknya lautan yaitu sekitar empat miliar tahun silam, ketika permukaan bumi masih sangat panas. Karena panasnya, air pun tidak dapat bertahan dalam wujud cair. Zat cair yang dikeluarkan dalam wujud uap dari kawah gunung berapi bersama gas-gas vulkanik lain, terlepas begitu saja ke langit. Akhirnya, sekitar 3,85 miliar tahun silam, bumi mulai mendingin diikuti dengan terbentuknya atmosfer yang menyelubungi permukaan bumi. Atmosfer tersebut tersusun atas gas-gas vulkanik dan salah satunya adalah uap air.6
Pada perkembangan selanjutnya, air mulai mengembun sehingga terbentuk genangan-genangan lautan di cekungan-cekungan permukaan bumi. Itulah awal mula terbentuknya laut. Sejak laut terbentuk, hujuan mulai turun dan turunnya hujan membasahi bumi serta merperan besar dalam mengikis garam dari bebatuan lalu membawanya ke lautan. Pengikisan yang berlangsung terus menerus mengakibatkan berkumupulnya garam-garam tersebut sehingga mengakibatkan rasa air laut menjadi asin.7
2. Manfaat Laut
Pada dasarnya Allah menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia. Lautan diciptakan lebih luas oleh Allah memiliki tujuan dan tujuan tersebut telah diinformasikan dalam al-Qur’an. Salah satunya ada di dalam surat al-Nahl ayat 14, Allah SWT. berfirman:
6Soekardi, Air dan Samudra…, 53.
7 Ibid.
(29)
َۉُهَو
يِ
َٱ
َ
َښَخ َس
َښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ىَښَتَو ۖاَۈَنۉ ُسَبۡڿَت مةَيۡڿِح ُهۡۅِم
ْاۉُجِښۡخَتۡسَتَو امليِښَط امۂََۡ ُهۡۅِم ْاۉُڿُكۡأَِِ
ٱ
َكۡڿُفۡل
ِهِڿ ۡضَف ۃِم ْاۉُغَتۡبََِِو ِهيِف َښِخاَۉَم
ۦ
َنوُښُك ۡشَت ۡۀُكَڿَعَلَو
٤
dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.8
Ayat tersebut menginformasikan bahwa makanan di dalam laut melimpah ruah. Manusia juga bisa menghasilkan perhiasan dan kemudian berniaga dari hasil-hasil lautnya. Semua hal itu diciptakan oleh Allah agar manusia selalu bersyukur kepada-Nya.
Peneletian sains menyebutkan bahwa penyumbang oksigen terbesar di bumi adalah ganggang laut yang hidup di lautan sejak kurang lebih 3,8 miliar tahun lalu. Kehadirannya selama beberapa ratus juta tahun di dalam lautan menyebabkan oksigen hadir melimpah di bumi.9 Ganggang laut atau yang lebih umum dikenal dengan rumput laut merupakan jenis tumbuhan yang paling sering ditemukan di laut. Selain menghasilkan oksigen, ganggung juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena di dalamnya kaya akan vitamin dan mineral serta berkadar lemak rendah.10
Seandainya daratan diciptakan lebih luas daripada daratan, maka atmosfer bumi akan didominasi oleh karbondioksida, sehingga akan menghambat hadirnya kehidupan di planet bumi. Semuanya diciptakan oleh Allah agar
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Penerbit J-Art, 2005), 269.
9
Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an (Bandung: Mizania, 2009), 84.
10
(30)
24
manusia tidak bersusah payah mendapatkan makanan yang melimpah, perhiasan dan oksigen sebagai unsur terpenting pendukung kehidupan. Selain itu, masih banyak lagi kekayaan laut yang dapat diambil oleh manusia yaitu sebagai sumber bahan tambang, mineral, logam, minyak dan gas serta sebagai sumber pembangkit listrik.11
3. Karakteristik Laut
Pada hakikatnya, di seluruh permukaan bumi hanya ada satu lautan karena semua laut saling berhubungan satu sama lain. Namun, air laut tidak diam di tempat melainkan mereka beredar dan berpindah tempat dari lautan satu ke lautan yang lain. Oleh karena itu, air laut antara lautan yang satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Bahkan, para ilmuwan, khususnya ahli kelautan, membagi karakteristik lautan ke dalam beberapa bagian yaitu ada yang bersifat kimia, fisika, biologi dan sebagainya.12 Pada bagian ini, akan disebutkan secara umum beberapa karakteristik dari laut, antara lain: a. Warna laut.
Laut pada umumnya berwarna biru, bervariasi antara biru muda sampai biru tua. Warna biru laut disebabkan karena penyerapan dan penebaran sinar matahari oleh partikel-partikel halus yang melayang di dalam laut (fitoplankton). Sinar biru yang bergelombang lebih pendek ditebarkan lebih efektif daripada sinar berwarna lainnya sebab sinar biru lebih sedikit diserap oleh air laut. Pada saat sinar matahari melewati atmosfer, sinar biru
11
Sudarmojo, Menyibak Rahasia..., 84. 12
(31)
paling banyak sampai di permukaan bumi dan di laut sedangkan warna yang lain hanya sedikit yang sampai karena telah diserap oleh lapisan-lapisan udara.13
Ada beberapa nama lautan yang diberi spesifikasi nama khusus, seperti laut merah, laut hitam dan laut putih. Laut hitam terkurung oleh daratan dan dihubungkan dengan laut tengah oleh pintu yang sempit dan dangkal. Dalam bentuknya yang demikian, laut di bagian dalam mengalami stagnasi. Hanya permukaannnya saja yang mengandung oksigen sedangkan pada bagian bawah pada kedalaman 200 meter tidak ada oksigen dan hanya dihuni oleh bakteri-bakteri yang memakan benda-benda organik yang turun dari permukaan. Kotoran bakteri dan sisa-sisa makanan menjadi busuk dan karena pembusukan tersebut kadar oksigen sangat sedikit sehingga sulfida hidrogen menumpuk dalam lampisan yang tebal. Akibatnya lumpur di dasar laut menjadi hitam sehingga dari luar terlihat hitam.14
Kemudian laut putih, karena letaknya yang dekat dengan daerah kutub dan sering tertutup es berwarna putih sehingga dinamakan dengan laut putih. Sedangkan laut merah disebabkan berkembang biaknya ganggang laut jenis Trichodesmium erythraeum dengan sangat cepat sehingga mengakibat laut menjadi berwarna kemerah-merahan.15
13
Rambe, Rahasia Lautan..., 16 14
Ibid. 15
(32)
26
b. Salinitas.
Air laut memang dikenal sudah asin sejak aslinya. Rasa asin air laut berasal dari campuran mineral garam dan tempat pembusukan atau penghancuran bahan baku biologis.16 Sebagai zat pelarut yang paling baik pula, air di lautan melarutkan berbagai macam zat yang meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas yang terlarut. Semua gas-gas udara yang terlarut di dalam air laut memiliki karakteristik yang sama dengan yang ada di atmosfer.17 Sedangkan garam-garaman utama yang terdapat di dalam air laut melipti klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3,69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri atas bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida.18
Jenis garam yang paling banyak larut adalah natrium klorida (NaCl) atau garam dapur. Jumlah garam yang terlarut dalam air disebut dengan salinitas. Salinitas air laut rata-rata adalah 3,5%, artinya dalam satu liter air laut terdapat 35 gram. Secara keseluruhan, air laut mengandung banyak sekali garam yang cukup untuk menutupi seluruh daratan dengan lapisan setebal 150 meter.19
16
Sudarmojo, Menyibak Rahasia..., 79.
17Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, Pengantar Oseanografi (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008), 57.
18Soekardi, Air dan Samudra..., 64-65. 19
(33)
Sebagian besar garam laut berasal dari hasil proses erosi perlahan dan pelapukan batuan beku dari lempeng bumi. Selain itu, garam laut juga berasal dari pelapukan batuan pegunungan hasil erosi oleh air hujan dan aliran sungainya yang membawa mineral-mineral ke dalam laut. Beberpa garam laut terbentuk dari hasil pelapukan batuan sedimen di dasar lautan. Sumber lainnya berasal dari material padat dan gas yang dilepaskan lempeng bumi melalui gunung berapi. Proses ini telah terjadi selama jutaan tahun, sehingga lautan pada zaman dahulu tidak seasin lautan sekarang.20
c. Suhu
Suhu merupakan derajat panas suatu benda yang dapat berubah ruang dan waktu dimana penyebarannya disebabkan oleh gerakan air seperti arus air laut. Suhu air laut di daerah tropis berkisar antara 2600 C-3000 C. Semakin dalam masuk ke laut, maka suhunya akan semakin dingin karena cahaya matahari mulai kurang, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200-1000 meter sehingga suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.21
Perbedaan suhu permukaan laut antara siang dan malam umumnya relatif kecil. Hal ini disebabkan karena sifat air laut yang lambat menerima panas dan lambat melepaskan panas yang diterima. Karateristik suhu air laut didaerah tropis, subtropis dan kutub berbeda. Daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena
20
Sudarmojo, Menyibak Rahasia..., 79. 21
(34)
28
faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropis. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropis, pancaran sinar matahari yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas. Sedangkan daerah tropis lebih banyak menerima panas daripada daerah kutub. Hal ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1) Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum sampai di daerah kutub bila di bandingkan dengan daerah equator.
2) Karena besarnya perbedaan sudut datang sinar matahari ketika mencapai permukan bumi. Pada daerah kutub sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada di daerah equator.
3) Di daerah kutub lebih banyak panas yang diterima oleh permukaan bumi yang di pantulkan kembali ke atmosfer.22
d. Densitas atau berat jenis.
Air laut memiliki berat jenis atau densitas yang besar sehingga memberikan keseimbangan bagi lempeng bumi. Tanpa adanya air laut yang menutupi lautan, kemungkinan besar kulit bumi yang tidak tebal akan terangkat oleh desakan energi termal dari dalam bumi.23
22
Ibid., 59-60 23
(35)
Berat jenis atau densitas adalah satu komponen paling penting yang mengontrol pergerakan air laut. Densitas ini tidak seragam pada segala kedalaman dan lokasi laut, antar satu dengan yang lainnya ada batas-batas yang tidak saling melampaui. Perbedaan densitas yang membatasi antara laut satu dengan yang lain bergantung pada suhu, salinitas dan tekanan. Perbedaan suhu permukaan air laut yang disebabkan oleh sinar matahari cukup untuk menyebabkan perubahan kecil pada densitas aur laut. Perubahan tersebut pada akhirnya akan menghasilkan perubahan aliran arus laut, baik di permukaan maupun di kedalaman laut.24
B. Laut dalam al-Qur’an
1. Pengertian Laut (Bah}r) dalam al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab suci hadir dengan menggunakan bahasa Arab sejak pertama kali turun. Istilah laut di dalam al-Qur’an disebutkan dengan kata bah}r dengan segala bentuk derivasinya yang terulang sebanyak 41 kali. Rincian
tersebut terbagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut: (1) kata bah}r dalam
bentuk mufrad/ tunggal terulang sebanyak 33 kali dan tersebar di dalam 32 ayat.25 (2) kata bah}r dalam bentuk tathniyyah yaitu bah}ra>n dan bah}rayn,
24Agus S. Djamil, Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan (Bandung: Mizan, 2012), 69. 25
Kata bah}r dalam bentuk tunggal terdapat pada 32 ayat al-Qur’an yaitu, QS. Al-Baqarah: 50 dan 164; QS. Al-Ma>’idah: 96; QS. Al-An‘a>m: 59, 63 dan 97; QS. Al-A‘ra>f: 138 dan 163; QS. Yu>nus: 22 dan 90; QS. Ibra>hi>m: 32; QS. An-Nah}l: 14; QS. Al-Isra>’: 66,67 dan 70; QS. Al-Kahf: 61, 63, 79 dan 109; QS. T{a> Ha>: 77, QS. Al-H{ajj: 65; QS. QS. An-Nu>r: 40; QS. Al-Syu‘ara>’: 63; QS. An-Naml: 63; QS. Ar-Ru>m: 41; QS. Luqman: 27 dan 31; QS. Al- Syu>ra>: 32; QS. Al-Dukha>n: 24; QS. Al-Ja>thiyah: 2; QS. At}-T{hu>r: 6; QS. Ar-Rah}ma>n: 24. Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Baqi>, Mu‘jam al-Mufahras Li alfa>z}i al-Qur’a>n (Kairo:
(36)
30
masing terulang sebanyak satu dan empat kali serta tersebar di dalam lima ayat.26 (3) kata bah}r dalam bentuk plural/ jamak yaitu abh}ur dan bih}a>r masing-masing terulang satu dan dua kali serta tersebar di dalam tiga ayat.27 Fungsi pengulangan kata dalam al-Qur’an sesuai kaidah tafsir adalah untuk mengokohkan suatu permasalahan dalam hati masyarakat, serta menunjukkan pentingnya permasalahan yang tersembunyi di balik kata tersebut agar mendapatkan perhatian.28
Di dalam penelitian ini, yang menjadi objek pembahasan adalah kata bah}r dalam bentuk tathniyyah yaitu bah}ra>n dan bah}rayn yang tersebar di dalam lima ayat al-Qur’an. Kelima ayat tersebut berbicara tentang fenomena pertemuan dua lautan. Satu dari kelima ayat tersebut menceritakan kisah Nabi Musa as yang sedang melakukan perjalanan sampai di pertemuan dua lautan untuk mencari hamba Allah guna belajar ilmu darinya.29 Sedangkan empat ayat yang lain merupakan isyarat ilmiah yang perlu digali kembali kandungan hikmah dibaliknya.
Menurut Ra>ghib al-Is}faha>ni>, makna kata bah}r adalah setiap tempat yang luas yang mencakup air yang banyak. Setiap sesuatu yang luas bisa dikatakan
bah}r. Kata bah}r juga bisa berarti orang yang luas ilmunya. Sebagian ahli bahasa
mengatakan bahwa pengertian asal kata bah}r adalah hanya bagi air asin bukan
26Kata bah}r dalam bentuk tathniyyah terdapat pada lima ayat al-Qur’an yaitu, QS.
Al-Kahf: 60; QS. Al-Furqa>n: 53; QS. An-Naml: 61; QS. Fat}i>r: 12; QS. Ar-Rah}ma>n: 19. Al-Baqi>, Mu‘jam al-Mufahras…, 114.
27Kata bah}r dalam bentuk jamak terdapat pada tiga ayat al-Qur’an yaitu, QS. Luqman: 27; QS. At-Takwi>r: 6; QS. Al-Infit}a>r: 3. Al-Baqi>, Mu‘jam al-Mufahras…, 114.
28Ah}mad Ah}mad Badawi>
, Min Bala>ghat al-Qur’a>n (Kairo: Nahd}ah Misr, 2005), 143. 29
(37)
air tawar sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Furqan ayat 53. Kata bah}r bisa juga dikatakan untuk air tawar karena ia bertemu bersamaan dengan air asin sebagaimana dikatakan bagi kata al-shams dan al-qamar pada kata al-qamara>n (matahari dan rembulan).30
Sedangkan menurut Ibn Manz}ur, dijelaskan kata bah}r adalah air yang banyak, baik yang asin maupun tawar. Lawan kata dari barr (daratan) dan dikatakan bah}r karena luasnya air tersebut. Bentuk jamaknya adalah abh}ur,
buh}u>r, bih}a>r. Pendapat lain mengatakan, kata bah}r dipakai untuk air yang asin
saja, sebagian yang lain mengatakan bah}r adalah kata yang menunjukkan terbentang dan luasnya air. Ada pula yang mengatakan, kata bah}r sebagai ungkapan bagi orang yang luas pengetahuannya.31
2. Kata yang Semakna dengan Bah}r
Di dalam al-Qur’an terdapat istilah lain yang memiliki arti laut selain kata
bah}r, yaitu yamm. Kata yamm merupakan bentuk masdar dari kata kerja dasar
yumma-yumammu-yamman, berasal dari akar kata ya’-mim-mim yang
bermakna terlempar ke laut.32 Pakar Bahasa Arab menyatakan bahwa kata yamm merupakan padanan kata bah}r yang berarti laut.33
Kata yamm di dalam al-Qur’an terulang sebanyak 8 kali dan terdapat pada tujuh ayat dan empat surat. Lima ayat dari kata yamm bermakna laut dan
30Ra>ghib al-Is}faha>ni
, al-Mufrada>t fi> Ghari>b al-Qur’a>n, Juz 1 (Riyadh: Maktabah Naza>r Must}afa> al-Ba>z, 1987), 47-48.
31Ibn Manz}ur,Lisa>n al-‘Arab, Juz 1 (Kairo: Da>r al-Ma‘a>rif, 1984), 215-216. 32Luwi>s Ma‘lu>f
, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Adab wa al-‘Ulu>m(Beirut: al-Mat}ba‘ah al -Ka>thu>li>kiyyah, 1827), 926.
33 Ibid.
(38)
32
masing terdapat pada QS. Al-A‘ra>f: 136, QS. T{a> Ha>: 78 dan 97, QS. Al-Qas}as}: 40 dan QS. Az}-Z{a>riya>t: 40.34 Sedangkan dua ayat yang lain kata yamm bermakna sungai Nil yang terdapat pada QS. T{a> Ha>: 39 (terulang dua kali) dan
QS. Al-Qas}as: 7.35
Ulama bahasa sepakat bahwa kata yamm adalah bah}r. Dalam al-Qur’an,
oleh ahli tafsir dikatakan bahwa kata yamm tersebut adalah sungai Nil di Mesir.
Ibn Siddah mengatakan setiap sungai besar dikatakan bah}r. Al-Zajjaj
mengatakan, setiap sungai yang airnya tidak putus alirannya maka dinamakan
bah}r. Azhari mengatakan setiap sungai yang tidak putus alirannya sebagaimana
sungai Dajlah atau pun Nil atau yang lainnya dari beberapa sungai air tawar yang besar dikatakan bah}r.36
Menurut al-Laith, yamm adalah laut yang tidak bisa dijangkau kedalamannya dan tidak bertepi, dikatakan juga yamm adalah laut yang luas serta dalam. Sedangkan al-Zajjaj berpendapat bahwa sebagian mereka menduga bahwa kata yamm adalah bahasa Surya>niyyah yang telah diarabisasikan. Kata
yamm menunjukkan laut yang airnya asin dan juga sungai besar yang airnya
tawar, Ibu Nabi Musa as diperintahkan agar menaruh Musa (masih bayi) untuk dimasukkan pada peti lalu dihanyutkan dalam yamm yaitu sungai Nil di Mesir, ketika ia melahirkan dan khawatir terhadap Fir‘aun. Sedangkan air yamm (sungai) tersebut adalah air tawar.37 Allah SWT berfirman:
34al-Baqi>
, Mu’jam al-Mufahras…, 774. 35
Ibid. 36Manz}ur
,Lisa>n al-‘Arab…, 216. 37Ibid…, 4966.
(39)
ِن
َ
أ
ِهيِفِڙۡقٱ
ِِ
ِتۉُباَِٱ
َف
ِهيِفِڙۡقٱ
ِِ
ِلۀَ
ۡٱ
ۡ
ِهِڹۡڿُيۡڿَف
ۀَ
ۡٱ
ۡ
ِب
ِڽِحا َس ٱ
ُ
َ
ّ ٞلوُژَعَو ِ
ّ ٞلوُژَع ُهۡڙُخ
ل
ۡ
أَي
َ
ُډۡيَڹۡل
أَو
َ
ٓ ِّۡيَع ٰ
َ َل َڮَۅ ۡڤَُِِو ِلِّلم مةَڇَ ََ َكۡيَڿَع
38
٩
Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir´aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.39
Ayat tersebut menunjukkan batalnya perkataan Laith yang mengatakan bahwa kata yamm adalah laut yang tidak bisa dijangkau kedalamannya dan tidak bertepi.
3. Penggunaan Istilah Laut dalam al-Qur’an yang Berhubungan dengan
Fenomena Alam
a. Api di dalam lautan terdapat pada satu ayat al-Qur’an, yaitu surat at}-T{ur ayat 6.
َو
ِښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ِرۉُڑ ۡسَۂ
ۡ ٱ
٦
dan laut yang di dalam tanahnya ada api.40
b. Laut yang berlapis-lapis terdapat pada satu ayat al-Qur’an, yaitu surat an-Nu>r ayat 40.
ۡو
َ
أ
ِهِقۡۉَف ۃِلم ٞجۡۉَم ُهٰى َشۡغَي لل ِلج ل لښۡ ََ ِِ لډَٰ ُڿُڭَك
ۦ
ِهِقۡۉَف ۃِلم ٞجۡۉَم
ۦ
اَۈ ُضۡعَب ۢ ُډٰ َ ُڿ ُظ ٞباَحَس
ُهَژَي َجَښۡخ
َ
أ ٓاَمِإ ٍڥۡعَب َقۡۉَف
َ
ِڽَعۡ
ََ ۡۀَل ۃَمَو ۗاَۈٰىَښَي ۡژَكَي ۡۀَ
ُ َّٱ
َُّ
َ
َُّ اَۂَف امرۉُن
َ
ٍرۉ ن ۃِم
٠
atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
38
Al-Qur’an, 20: 39.
39Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 315. 40
(40)
34
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.41
c. Laut dalam yang gelap gulita.
1) Al-Qur’an surat al-An‘a>m ayat 97.
َۉُهَو
يِ
َٱ
َ
ُۀُكَل َڽَعَج
َعۉُڑ نٱ
ِډٰ َ ُڿ ُظ ِِ اَۈِب
ْاوُژَتۡۈَِِ
ِلَب
ۡلٱ
َو
ِښۡحَ
ۡٱ
ۡ
اَۅۡڿ َڤَف ۡژَق
ٓٱ
ِډٰ َي
َنۉُۂَڿۡعَي لمۡۉَڹِل
٧
dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.42
2) Al-Qur’an surat al-A‘ra>f ayat 163.
ۡسَو
ۡۀُۈۡڿ
ِۃَع
ِةَيۡښَڹۡلٱ
ِت
َلٱ
َحَ ِِاَح ۡډَن ََ
ِښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ِِ َنوُژۡعَي ۡمِإ
ِډۡڇ َس ٱ
ِح ۡۀِۈيِت
ۡ
أَت ۡمِإ
ۡۀُۈُناَتي
َنۉُڹ ُسۡفَي ْاۉُن ََ اَۂِب ۀُهۉُڿۡڇَن َكَِٰذَك ۡۀِۈيِتۡأَت ََ َنۉُتِبۡسَي ََ َعۡۉَيَو مَٗ َُ ۡۀِۈِتۡبَس َعۡۉَي
٣
dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.43
3) Al-Qur’an surat an-Nu>r ayat 40.
ۡو
َ
أ
ِهِقۡۉَف ۃِلم ٞجۡۉَم ُهٰى َشۡغَي لل ِلج
ل لښۡ ََ ِِ لډَٰ ُڿُڭَك
ۦ
ِهِقۡۉَف ۃِلم ٞجۡۉَم
ۦ
ۢ ُډٰ َ ُڿ ُظ ٞباَحَس
ُهَژَي َجَښۡخ
َ
أ ٓاَمِإ ٍڥۡعَب َقۡۉَف اَۈ ُضۡعَب
َ
ِڽَعۡ
ََ ۡۀَل ۃَمَو ۗاَۈٰىَښَي ۡژَكَي ۡۀَ
َُّٱ
َُّ
َ
َُّ اَۂَف امرۉُن
َ
ٍرۉ ن ۃِم
٠
atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang 41 Ibid., 356. 42 Ibid., 141. 43 Ibid., 172.
(41)
bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.44
d. Batas dua lautan dan hikmahnya. 1) Al-Qur’an surat al-Furqa>n ayat 53.
َۉُهَو
يِ
َٱ
َ
َجَښَم
ِۃۡيَښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ٞتاَښُف ٞبۡڙَع اَڙٰ َه
ا مخَزۡښَب اَۂُۈَۅۡيَب َڽَعَجَو ٞجاَج
ُ
أ ٌحۡڿِم اَڙٰ َهَو
امرۉُڑۡ ََ امښۡڑِحَو
٣
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.45
2) Al-Qur’an surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20.
َجَښَم
ِۃۡيَښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ِناَيِڹَت
ۡڿَي
٩
ِناَيِغۡڇَي
َ ٞخَزۡښَب اَۂُۈَۅۡيَب
َ
٠
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.46
3) Al-Qur’an surat an-Naml ayat 61.
ۃَم
َ
أ
َڽَعَج
َضۡ
َ ۡ
ۡٱ
َ َۡۡب َڽَعَجَو َ ِِٰ َوَر اَۈَ َڽَعَجَو امښٰ َهۡن
أ ٓاَۈَڿَٰ ِخ َڽَعَجَو امراَښَق
َ
ِۃۡيَښۡحَ
ۡٱ
ۡ
َڮَم ٞهَٰلِء
َ
أ ۗاًڛِجاَح
َِّٱ
َنۉُۂَڿۡعَي
َ ۡۀُهُ ََۡك
َ
َ
أ ۡڽَب
١
atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.47
44Ibid., 356. 45 Ibid., 365. 46 Ibid., 533. 47 Ibid., 383.
(42)
36
4) Al-Qur’an suat Fat}ir ayat 12.
اَمَو
يِۉَت ۡسَي
ِناَښۡحَ
ۡٱ
ۡ
ُهُباَ ََ ٞٓاَس ٞتاَښُف ٞبۡڙَع اَڙٰ َه
َ
ل
ل ُك ۃِمَو ۖٞجاَجُأ ٌحۡڿِم اَڙٰ َهَو
ىَښَتَو ۖاَۈَنۉ ُسَبۡڿَت مةَيۡڿِح َنۉُجِښۡخَت ۡس
َتَو امليِښَط امۂََۡ َنۉُڿُكۡأَت
َكۡڿُفۡلٱ
َِِ َښِخاَۉَم ِهيِف
ْاۉُغَتۡب
ِهِڿ ۡضَف ۃِم
ۦ
ۡۀُكَڿَعَلَو
َنوُښُك ۡشَت
٢
dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.48
C. Pemisah (Barzakh) dalam al-Qur’an
Pada dasarnya ulama sepakat bahwa pengertian barzakh adalah pemisah di antara dua hal. Pengarang kitab Lisa>n al-‘Arab mengartikan barzakh adalah ma> baina kulli shai’aini, yaitu sesuatu yang terdapat di antara dua hal, dan al-hajizu
baina al-shai’aini, yaitu pembatas atau penghalang di antara dua hal. Barzakh juga
bisa bermakna bara>zi>kh al-‘I>><man, yaitu pembatas antara keraguan dan keyakinan.
Barzakh juga berarti alam yang dilalui manusia setelah kehidupan di dunia
menjelang akhirat kelak, yaitu alam kubur sebelum manusia akan dihimpun kelak di hari kebangkitan. Orang yang telah meninggal dikatakan berada di alam barzakh karena ia terhalang untuk kembali ke dunia dan belum sampai pada alam akhirat.49
48
Ibid., 437. 49
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya, Vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 136
(43)
Kata barzakh di dalam al-Qur’an hanya ditemukan sebanyak tiga kali. Pertama dalam surat al-Mu’minu>n ayat 100, Allah SWT. berfirman:
ِٓ
للَعَل
ۡڇُي ِعۡۉَي ٰ
ِّإ ٌخَزۡښَب ۀِۈِئ
َ
ٓاَرَو ۃِمَو ۖاَۈُڿِئٓاَق َۉُه ٌةَۂِ َݎ اَۈَنِإ ٓ َ َل ُډۡكَښَت اَۂيِف امحِڿٰ َص ُڽَۂۡعَأ
َنۉُثَع
٠
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.50
Kata barzakh di dalam ayat tersebut diterjemahkan dinding yang bermakna alam barzakh, yaitu alam penantian yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat. Sedangkan Hamka, menyebutkan alam barzakh sebagai masa peralihan dari dunia menuju akhirat, ia juga menambahkan bahwa alam barzakh adalah masa menunggu panggilan.51
Adapun dua di antara tiga kata barzakh yang ditemukan di dalam al-Qur’an telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, yakni terdapat pada surat
ar-Rah}ma>n ayat 20 dan al-Furqa>n ayat 53. Kata barzakh dari kedua surat dan ayat
tersebut sama-sama berbicara dalam konteks pertemuan dua lautan yang terdapat
barzakh di antara keduanya sehingga tidak bercampur, yang menjadi fokus
pembahasan dalam penelitian ini.
50Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, , 349. 51
(44)
38
BAB III
PANDANGAN ULAMA DAN SAINTIS TERHADAP SURAT
AR-RAH{MA<N
AYAT 19-20 DAN
AL-FURQA<N
AYAT 53
A. Deskripsi Surat ar-Rah{ma>n Ayat 19-20 dan al-Furqa>n Ayat 53
ََجَ َ
َ
َ بيَ بحَ
ۡٱ
ب
َ
َ ناَي قَت
بلَي
٩
ََبيَب
َ ناَي غببَيَ
ََٞخَزب َبَاَ ُ
ا
٠
1
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.2
َ َ ُهَغ
ي
َٱ
ا
َ
َ َجَ َ
َ بيَ بحَ
ۡٱ
ب
َ
َاٗ ب حَغَا ٗخَزب َبَاَ ُ َ بيَبَ َلَعَجَغَ ٞجاَج
ُ
أَ ٌ بل َاَ ٰ َهَغَ ٞتاَ ُفَ ٞجب َعَاَ ٰ َه
َُ ب اَ
َاٗر
٣
3
dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.4
Surat ar-Rah{ma>n disebut juga dengan nama‘Aru>s al-Qur’a>n yang artinya adalah pengantin al-Qur’an. Dinamakan demikian karena indahnya surat tersebut dan di dalamnya terulang sekian kali ayat fa bi ayyi ‘a>la>’i Rabbikuma> tukadzdziba>n serta diibaratkan dengan aneka hiasan yang dipakai oleh pengantin.5
Tema utama surat ini adalah uraian tentang nikmat-nikmat Allah, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar yatu al-Qur’an. Kemudian surat ini membuka lembaran-lembaran alam yang menjadi saksi nikmat-nikmat Allah yang besar dan
1
Al-Qur’an, 55: 19-20. 2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Penerbit J-Art, 2005), 533.
3
Al-Qur’an, 25: 53. 4
Ibid., 365
5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 13
(45)
pengaruh-pengaruhnya yang agung dan tidak terbatas. Matahari dan bulan, bintang dan pepohonan, langit yang tinggi tanpa tiang, keajaiban kekuasan Allah di darat maupun di laut serta bumi yang di dalamnya tersebar aneka ragam buah-buahan dan tanaman sebagai rezeki umat manusia.6
Kemudian surat al-Furqa>n, nama surat ini telah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Sebab nuzul yang menjadi turunnya surat ini adalah yang menjadi bahasan pada studi ilmu al-Qur’an dengan apa yang dikenal dengan sab‘at ah}ruf (al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf).7 Tema utama surat ini salah satunya sama dengan surat ar-Rah}ma>n, yaitu berbicara tentang pembuktiaan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya. Dinamakan al-Furqa>n, menurut al-Biqa‘i sebagaimana yang dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya adalah sebagai peringatan kepada seluruh mukallaf tentang kekuasaan Allah yang menyeluruh serta pengetahuan-Nya yang mencakup segala sesuatu. Hal tersebut dibuktikan dengan al-Qur’an dan dari hal itu pula bertujuan mengukuhkan Allah sebagai pencipta segala sesuatu karena hanya Dia yang haq sedangkan selain-Nya adalah batil.8
Kedua surat di atas, khususnya pada ayat 19-20 surat ar-Rah{ma>n dan ayat
53 pada surat al-Furqa>n merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah, sekaligus
menjadi bukti kemukjiazatan ilmiah al-Qur’an. Perbedaan dari keduanya, pada surat ar-Rah{ma>n ayat 19-20 tidak ada keterangan lebih jelas yang dimaksud dengan dua lautan itu apakah dua lautan yang sama-sama asin atau dua lautan dari dua jenis air, yaitu air asin dan air tawar seperti yang tercantum dalam surat al-Furqa>n ayat
6M. ‘Ali> al-S{a>bu>ni>
, S{afwat Tafa>si>r, Juz 3 (Beirut: Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m, 1981), 292. 7
Shihab, Tafsir al-Mishbah..., Vol. 9, 3-4. 8
(46)
40
53. Sehingga dari perbedaan tersebut, juga mempengaruhi perbedaan penafsiran pula di kalangan ulama.9
Menurut beberapa pendapat, ada dua tafsiran mengenai ayat 19 pada surat
ar-Rah{ma>n tersebut yaitu, pertama menunjukkan dengan mengikuti arti harfiah dari
kata maraja yang artinya bercampur10, sehingga terjemahan harfiah ayatnya menjadi dua lautan yang bertemu kemudian bercampur satu sama lain. Namun, pada kenyataannya, lanjutan ayatnya yaitu pada ayat ke-20, al-Qur’an menyebutkan adanya barzakh sebagai penghalang yang mencegah kedua lautan tersebut melampaui atau melanggar satu sama lain.11
Tafsiran kedua, sebagian berpendapat bahwa maksud dari kata maraja adalah bukan bercampur sebagaimana yang dikehendaki dalam arti harfiahnya, akan tetapi dalam pendapat yang kedua ini mereka menyimpulkan bahwa kedua lautan tersebut memang tidak bertemu dan mencari arti lain dari kata maraja. Oleh karena itu, pendapat yang kedua ini selanjutnya menyebutkan bahwa keterlibatan sains modern akan sangat membantu dalam menyelesaikan persoalan tersebut.12
Sedangkan dalam surat al-Furqa>n ayat 53, Allah menyebutkan secara spesifik dua jenis lautan yang dimaksud yaitu, laut air tawar lagi segar dan laut air asin lagi pahit. Untuk memahami teks, baik dalam surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 maupun surat al-Furqa>n ayat 53, perlu dipahami terlebih dahulu terjemahan dari
9
Lihat Bab I, 5-6. 10
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), 1323.
11
Abdullah M. Rehaili, Bukti Kebenaran Quran, ter. Purna Sofia Istianati (Yogyakarta: Padma, 2003), 103.
12 Ibid.
(47)
kata bah}r sendiri yaitu sekelompok air yang besar, sehingga kata tersebut dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Eufrat.13
Deskripsi lebih jelas seputar problematika makna maraj al-bah}rayn dan
barzakh serta hikmah dari fenomena tersebut akan dipaparkan pada bagian
penafsiran dari surat ar-Rah{ma>n ayat 19-20 dan al-Furqa>n ayat 53 dalam bab ini dan bab selanjutnya.
B. Munasabah Ayat
Di dalam surat ar-Rah{ma>n ayat 19-20, Allah menyebutkan salah satu bentuk kekuasaan-Nya dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada dalam surat ar-Rah{ma>n. Pada ayat sebelumnya, disebutkan tanda kekuasaan Allah yaitu berupa pemeliharaan dan pengendalian-Nya menyangkut matahari. Kemudian di dalam ayat ini diuraikan tanda kekuasaan-Nya berupa lautan. Allah mengalirkan dua buah lautan, dimana terdapat penghalang (barzakh) di antara keduanya sehingga masing-masing tidak saling melampaui satu sama lain.14
Kemudian dalam surat al-Furqa>n ayat 53, ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang keingkaran kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah dan kenabian Muhammad SAW, karena mereka menuhankan hawa nafsu.15 Pada ayat ini, Allah menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an melalui bukti kekuasaan-Nya untuk
13
Maurice Buccaille, Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern, ter. H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 206.
14
Shihab, Tafsir al-Mishbah..., Vol. 13, 292.
15Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan, Jilid 7 (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 28.
(48)
42
menentang keingkaran kaum musyrikin. Bukti kemukjizatan tersebut yaitu adanya fenomena pertemuan dua lautan yang tidak melampaui satu sama lain, akibat adanya barzakh yang diciptakan oleh Allah.
Menurut T>{a>hir Ibn ‘A<shu>r, walaupun ayat tersebut berbicara tentang kuasa Allah menyangkut pertemuan dua lautan yaitu laut yang asin dan sungai yang tawar, dalam celah kandungannya terdapat perumpamaan tentang dakwah Islam di Mekkah pada saat zaman Rasulullah serta perumpamaan tentang percampuran antara kaum mukmin dengan kaum kafir yang serupa dengan laut dan sungai. Sungai yang airnya tawar menyegarkan diibaratkan sebagai iman yang dimiliki oleh kaum mukmin, sedangkan laut yang asin lagi pahit diibaratkan sebagai kaum kafir. Allah menciptakan penghalang (barzakh) di antara keduanya, sehingga sungai yang tawar tidak dapat diasinkan oleh lautan, begitu pula dengan kaum musyrik yang tidak dapat memasukkan kekufurannya kepada seorang mukmin.16 Perumpamaan seperti itu menurur Ibn ‘A<shu>r selanjutnya, sangat serasi jika dikaitkan dengan hubungan antar ayat, yaitu surat al-Furqa>n ayat 53 yang berisi bukti kekuasaan Allah dalam al-Qur’an ditempatkan setelah adanya larangan menaati kaum kafir serta perintah berjihad.17
C. Tafsir Kosakata
1. Surat ar-Rah{ma>n Ayat 19-20
ََجَ َ : Pada mulanya berarti melepas. Menggambarkan binatang yang dilepas untuk mencari sendiri makanannya. Melepas laut berarti
16Muh}ammad T>{a>hir Ibn ‘A<shu>r, Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r
, Juz 19 (Tunis: Da>r al-Tuni>s, 1984), 54.
17 Ibid.
(1)
pertemuan secara berdampingan apabila barzkah-nya terlihat secara vertikal dan pertemuan secara tumpang tindih apabila barzkah-nya terlihat secara horisontal. Sedangkan apabila ditinjau dari segi letak geografisnya, maka dua lautan yang dimaksud adalah bisa dimana saja selama kedua lautan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, baik antara sungai dengan laut maupun sama-sama laut. Hal ini didasarkan pada keumuman lafal baik pada surat ar-Rah}ma>n ayat 19-20 maupun surat al-Furqa>n ayat 53.
Penafsiran terhadap barzakh sebagai pemisah dua lautan juga bisa dipahami dengan beberpa hal. Pertama, yaitu muara sungai, karena di situ merupakan tempat bertemunya antara sungai dengan laut. Dari sisi sains barzakh juga bisa dipahami sebagai suatu daerah dimana terjadi percampuran antara kedua lautan namun tidak total (Mixed Water Area), akibat tegangan permukaan yang ditimbulkan dari kedua lautan yang berbeda karakteristik.
2. Hikmah yang dapat diambil dari fenomena pertemuan dua lautan yang masing-masing tidak saling melampaui adalah keanekaragaman jenis flora dan fauna yang hidup pada habitatnya sendiri-sendiri; sumber perhiasan yang tidak hanya terbatas pada mutiara melainkan lebih dari itu termasuk jenis batu-batu mulia; dan sebagai sumber ideal pembangkit listrik tenaga air.
B. Saran-saran
Berdasarkan rangkaian pembahasan yang telah disusun dari awal hingga akhir, ada beberapa saran yang diharapkan guna mengevaluasi penelitian ini. Di antara saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
(2)
82
1. Penulis menyadari bahwa karya yang disusun ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan ada pihak-pihak tertentu, baik di kalangan mahasiswa atau yang lain untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait isyarat-isyarat ilmiah yang ada di dalam al-Qur’an, khususnya tentang fenomena pertemuan dua lautan. Hal tersebut disebabkan kekurangan penulis dalam menggali berbagai informasi lebih kaya.
2. Baik isi, teknik maupun metodologi yang digunakan juga sangat sederhana sehingga diharapkan dapat dikembangkan lagi dengan lebih kopmprehensif. Utamanya tentang masalah fenomena pertemuan dua lautan, bisa dikupas lebih rinci, jelas dan mudah dipahami.
3. Kepada jajaran terkait program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya perlu menambahkan kurikulum terkait Tafsir yang bertemakan isyarat-isyarat ilmiah (sains) dalam al-Qur’an, dengan alasan bahwa al-Qur’an tidak hanya berisi ayat-ayat seputar ibadah saja melainkan jauh lebih banyak ayat yang membicarakan tentang fenomena alam yang ada dalam kehidupan.
(3)
83
Abdurrahman, Muhammad Yusuf bin. Keajaiban Sains: Para Ilmuwan Dunia yang Menemukan Kebenaran Islam melalui Penelitiannya. Yogyakarta: Diva Press, 2013.
Abtokhi, Ahmad dan Himmatul Baroroh. “Selaput Tipis Membelah Lautan”. Saintika: Jurnal Sains, Teknologi dan Agama Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. No. 3 Tahun 2. September-Desember, 2004.
Anas, Abu> ‘Abdulla>h Ma>lik bin. al-Muwata’. Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
‘A<shu>r, Muh}ammad T>{a>hir Ibn. Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r. Tunis: Da>r al-Tuni>s, 1984.
Badawi>, Ah}mad Ah}mad. Min Bala>ghat al-Qur’a>n. Kairo: Nahd}ah Misr, 2005. Baqi>, Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd. Mu‘jam al-Mufahras Li alfa>z}i al-Qur’a>n. Kairo:
Mat}ba’ah Da>r al-Kutb al-Mis}riyyah, 1364 H.
Bisri, Cik Hasan. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmu Agama Islam. Jakarta: Logos, 1998.
Buccaille, Maurice. Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern. ter. H.M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Dahuri, Rokhmin. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Penerbit J-Art, 2005.
---. Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang Disempurnakan. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
(4)
84
Djamil, Agus S. Al-Qur’an Menyelami Rahasia Lautan. Bandung: Mizan, 2012. Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2005.
Hewan dan Tumbuhan, http://hewantumbuhan.com/2013/10/07/aneka-macam-tanaman-air-tawar-untuk-pembersih-kolam “Aneka Macam Tanaman untuk Pembersih Air Kolam” (Selasa, 6 Januari 2015)
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008.
Indra Setiawan, http://www.backpackerborneo.com/2013/08/danau-labuan-cermin-keajaiban-dua-rasa.html “Danau Labuan Cermin, Keajaiban Dua Rasa” (Senin, 5 Januari 2015)
Is}faha>ni, Ra>ghib. al-Mufrada>t fi> Ghari>b al-Qur’a>n. Riyadh: Maktabah Naza>r Must}afa> al-Ba>z, 1987.
Jawhari>, T{ant}a>wi>, Al-Jawa>hir fi Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m. Mesir: Must}afa al-Ba>bi> wa al-H}albi>, 1350 H.
Ma‘lu>f, Luwi>s. al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Adab wa al-‘Ulu>m. Beirut:
al-Mat}ba‘ah al-Ka>thu>li>kiyyah, 1827.
Manz}ur, Ibn. Lisa>n al-‘Arab. Kairo: Da>r al-Ma‘a>rif, 1984.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif, 1984.
Mustaqim Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an: Studi Aliran-aloran Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern-Kontemporer. Yogyakarta: Adab Press. 2014.
Qard}a>wi>, Yu>suf. Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. ter. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 1998.
---. Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an. ter. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008.
(5)
Qa>simi>, Muh}ammad Jamal al-Di>n. Mah}a>sin Ta’wi>l. Kairo: ‘I<sa> Ba>bi> wa al-H{alabi>, 1957.
Qut}ub, Sayyid. Tafsir fi> Z{ilal al-Qur’a>n. ter. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
Rambe, Nawawi. Rahasia Lautan. Jakarta: Widjaya, 1985.
Rehaili, Abdullah M. Bukti Kebenaran Quran. ter. Purna Sofia Istianati. Yogyakarta: Padma, 2003.
Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan, 2005.
Sani, Ridwan Abdullah. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1998.
---. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
---. Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
---. Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati, 2013.
---. Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2013.
S{a>bu>ni>, M. ‘Ali>. S{afwat Tafa>si>r. Beirut: Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m, 1981.
Soekardi, Susilo dan Tauhid Nur Azhar. Air dan Samudra: Mengurai Tanda-tanda Kebesaran Allah di Lautan. Solo: Tinta Medina, 2012.
Sudarmojo, Agus Haryo. Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an. Bandung: Mizania, 2009.
(6)
86
Sudjana, Nana dan Awal Kusumah. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.
Suryabrata, Sumadi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n. al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Madinah: Mujamma‘ al-Malik Fahd Li Thiba>‘ah al-Mus}h}af al-Syari>f, 1426H.
T{albah, Hisha>m. Ensiklopedia: Mukjizat al-Qur’an dan Hadis. ter. Syarif Hade Masyah. Bandung: Sapta Sentosa, 2010.
T{a>yya>rah, Na>diyah. Sains dalam al-Qur’an, ter. M. Zaenal Arifin, dkk. Jakarta: Zaman, 2014.
Wibisono, M.S. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Grasindo, 2005.
Wikipedia, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekosistem “Ekosistem” (Selasa, 6 Januari 2015)