HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan Pembelajaran Uret Susu Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Di Depan Kelas Pada Siswa Kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong Dengan Pembelajaran Mendengarkan Cerita Sandiwara Pada Rekaman.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
SMA Muhammadiyah 4 Andong Boyolali berlokasi di Jalan Kacangan-Karanggede km 2. Sekolah ini dipimpin oleh Sumaryono, M. pd yang bertindak sebagai kepala sekolah. Pada tahun ajaran 2010/2011 sekolah ini memiliki 6 kelas. Jumlah kelasnya terbagi atas tiga tingkatan kelas. Kelas X sebanyak 4 lokal, kelas XI sebanyak 4 lokal, dan kelas XII sebanyak 4 lokal.
Bangunan yang ada di SMA Muhammadiyah 4 Andong meliputi 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang karyawan, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang komputer, 1 ruang TU, 1 ruang mushala, 4 ruang kamar mandi.
2. Guru dan Karyawan
Jumlah Guru SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupeten berjumlah 27. Hubungan antara sesama guru dengan kepala sekolah dan tenaga Tata Usaha terlihat akrab. Sesama guru bidang studi dan guru kelas menjalin hubungan yang komunikatif sebagai upaya dalam peningkatan mutu dan kualitas belajar mengajar di SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali.
(2)
3. Kegiatan Penunjang dan Ekstrakulikuler
SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali mengadakan kegiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk menggali bakat dan minat siswa. Kegiatan ekstrakulikuler penting dilakukan untuk melatih siswa dalam hidup bermasyarakat. Salah satunya kegiatan pramuka. Kegiatan tersebut dilakukan guna mendidik siswa dalam kemandirian, rasa setia kawan dan saling menghormati antar sesama. Selain pramuka, ekstrakulikuler yang diikuti oleh siswa adalah olahraga, baca tulis
Al-qur’an, dan kesenian.
B. Penerapan Pembelajaran Uret Susu untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Uret Susu adalah bentuk upaya kreatifitas guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan, sehingga siswa mampu membangun rasa percaya diri yang tinggi, dan kondisi yang nyaman juga akan lebih mendukung dalam penyampaian materi, Setelah diadakan penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara siswa. Tindakan yang di lakukan oleh guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran Uret Susu. Tujuanya adalah menciptakan pembelajaran yang aktif dan membangun pemahaman siswa utuk dapat berbicara dengan baik di depan kelas.
Penelitian ini mengacu pada keaktifan siswa melalui strategi pembelajaran Uret Susu. Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa
(3)
dalam penelitian ini, dapat dilihat dari indikator-indikator sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan. Adapun indikator-indikator yang menjadi patokan peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mampu menuliskan isi cerita sandiwara dengan urutan yang runtut, b. Mampu mengungkapkan cerita yang sudah dipahami sesuai dengan sumber aslinya, c. Mampu menyusun isi cerita sandiwara dengan baik, d. Mampu menyampaikan secara lisan isi cerita sandiwara secara runtut, e. Mampu menyampaikan isi cerita sandiwara dengan sopan.
Berdasarkan indikator-indikator dalam penerapan pembelajaran Uret Susu, keaktifan dan kemampuan berbicara siswa meningkat terbukti pada kondisi awal hanya terdapat 14 siswa atau 44% yang nilainya sudah tuntas, pada siklus I meningkat menjadi 22 siswa atau 63%, pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa atau 94%.
C. Penerapan Pembelajaran Uret Susu dalam Pembelajaran Mendengarkan Cerita Sandiwara yang Tersedia
1. Deskripsi Kondisi Awal
Proses pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara membuat para siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali merasa bosan dan tidak bersemangat.
Pada saat pembelajaran, siswa SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali terlihat tidak bersemangat, kurang memperhatikan pmbelajaran, pasif dalam menerima pembelajaran, karena siswa merasa
(4)
jenuh dan tidak ada yang dapat mengubah suasana hati mereka, hal ini mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.
Kemampuan siswa dalam mendengarkan cerita sandiwara pada tahap awal ini masih belum optimal. Hal ini terlihat dari hasil pemahaman siswa yang ditulis pada lembar kerja selama proses mendengarkan cerita sandiwara berlangsung. Ketercapaian indikator hasil lembar kerja siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara dengan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman sebagai berikut.
a. Kemampuan Menuliskan Isi Cerita dengan Urutan yang Runtut
Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam menuliskan kembali isi pada cerita sandiwara yang dibacakan guru belum menunjukkan hasil yang baik. Siswa terlihat masih kesulitan dalam menggali ide dan gagasan yang dimiliki tiap-tiap individu. Sebagian besar siswa hanya menuliskan gagasan mereka tanpa memperhatikan urutan isi cerita sandiwara. Peristiwa ini menunjukkan bahwa siswa kelas X.2 belum mampu menuliskan isi cerita sandiwara dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. Seperti pada data kemampuan menulis cerita sandiwara berikut.
a) Siswa mengeluh merasa kesulitan untuk menuliskan kembali gagasan mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara.
b) Siswa baru menuliskan upaya pasangan suami-istri (Bidin dan Semah) agar segera dikaruniai seorang anak, pencuri ikan (Jin Mata
(5)
Merah) di empang keluarga Badang, dan kemauan Badang untuk merantau dan mengabdi ke negeri Bentan.
Si Badang Hulu Balang Bentan
Ada sebuah pedesaan yang terpencil dan di sana ada 2 orang pasangan yang bernama bidin dan semak, mereka meminta dikaruniai sebuah buah hati dan syaratnya adalah pas di waktu bulan purnama tidak boleh makan hewan berkaki 2 maupun 4 selama 9 bulan purnama. Setelah syarat dilakuni si semak merasakan mual-mual dan pusing yang artinya hamil, akhirnya dia dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama si badang.
Setelah si badang dewasa ia mencintai putri nilasari yaitu musuh dari kerajaan di mana ia tinggal, suatu hari ia di angkat sebagai boddygad dan suatu hari bapaknya mengalami pencurian ikan di empangnya dan suatu hari ia punya ide, ia melakukan penjagaan di empangnya dan ternyata yang mencuri ikan tersebut adalah jin mermata merah.
c) Siswa mampu menceritakan ke dalam beberapa kalimat, tetapi jalan ceritanya belum sesuai dengan urutan yang runtut.
b.Kemampuan Mengungkapkan Isi Cerita Sesuai Sumber Aslinya
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali belum sepenuhnya menyusun hasil pemahan mereka sesuai dengan sumber aslinya. Pada saat mengerjakan tugas menyusun cerita sandiwara, peneliti menyaksikan banyak siswa yang saling menanyakan isi cerita, sehingga mengakibatkan jawaban siswa belum bisa maksimal. Seperti pada data kemampuan mengungkapkan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa belum mampu mengungkapkan isi cerita sandiwara secara detail dan jelas sesuai dengan sumber aslinya.
Si Badang Hulubalang Bentan
Ada sebuah pedesaan yang terpencil dan di sana ada anak dari seorang bangsawan yang bernama semak dan ada juga cowok bagus dari seorang anak bidin miskin dan mereka saling jatuh cinta akhirnya mereka direstui kedua belah pihak dan akhirnya mereka menikah dan sudah hampir beberapa tahun mereka belum bisa
(6)
mempunyai anak dan akhirnya mereka disuruh tidak boleh memakan ikan dan juga hewan yang berkaki 4
Sampai menjelang bulan purnama yang ke 9. Akhirnya putri semak hamil dan juga putra bidin ikut senangkarena mereka telah dikaruniai anak yang bernama ya badang dan mereka saling bahagia bersama anaknya.
b) Sumber asli dalam cerita sandiwara tersebut menceritakan tentang upaya pasangan suami-istri (Bidin dan Semah) agar segera dikaruniai anak, sang suami yang bertemu dengan malaikat, setelah lahir Badang menjadi anak yang berbakti, pencuri ikan di empang, keinginan Badang merantau, pertempuran dengan perompak, bertemu sang raja untuk mengabdi pada negeri, konflik antara negeri Cempe dan Bentan, putri Nilamsari dan Badang akhirnya menikah.
c. Kemampuan Menyusun Isi Cerita Sandiwara
Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali belum sepenuhnya mampu menyusun kembali isi cerita sandiwara dengan benar. Seperti pada data kemampuan menyusun isi cerita sandiwara berikut
a) Siswa menyusun Isi cerita tanpa memperhatikan urutan alur cerita sandiwara.
Si Badang Hulubalang Bentan
Disebuah desa ada pasangan suami istri yang sudah nikah beberapa tahun tidak dikaruniai anak. Desa ini jauh dari perkotaan dan pasangan suami istri itu berharap mendapatkan buah hati yg dia harapkan. Pada malam hari datanglah seorang malaikat yg berjanji akan memberikan anak kepada mereka, mereka harap semua ini akan terwujud apa yg mereka inginkan.
Beberapa hari lagi istri itu merasa pusing dan mual dan ini mempertandakan si istri hamil. Dan mereka akan mendapatkan anak yang diinginkanya, tapi istri itu mendapat perkataan dari malaikat itu dan malaikat itu bilang” janganlah kamu memakan hewan hewan berkaki 2 maupun 4 pada saat bulan purnama. Dan jika hanya anak
(7)
itu lahir berilah nama Badang dan istri itu hanya boleh makan sayur-sayuran saja. Dan beberapa bulan kemudian isteri hamil dan hampir melahirkan anak laki” yg diberi nama Badang, setelah dia dewasa dia menjadi anak yang baik dan menghormati orang tuanya. Beberapa tahun kemudian Badang menjadi raja dan selalu ada pengawalnya yang mengikutinya kemana badang pergi. Pada suatu hari ada pencuri dan badang berjaga di empang.
b)Siswa pada umumnya hanya menyusun sebagian dari keseluruhan isi cerita sandiwara.
c) Cerita “Pada suatu hari ada pencuri dan badang berjaga di empang” Seharusnya bagian isi cerita tersebut disusun sebelum Badang memutuskan untuk merantau.
d.Kemampuan Menyampaikan Secara Lisan Isi Cerita Sandiwara
Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam menyampaiakan secara lisan hasil penuagan ide dan gagasan mereka ke depan kelas belum menunjukkan hasil yang baik. Seperti pada data kemampuan menyampaikan secara lisan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa dalam menyampaikan isi cerita sandiwara terlalu
terburu-buru “gugup” sehingga siswa lain yang mendengarkan merasa
kurang nyaman.
b)Siswa kurang menguasai masalah (isi rekaman sandiwara) pada saat menceritakan di depan kelas, sehingga bunyi-bunyi bahasa yang dibicarakan terdengar kurang jelas.
Si Badang Hulubalang Bentan
Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang tinggal di desa terpencil, keluarga itu belum juga dikaruniai seorang anak padahal mereka sudah menikah begitu lama kemudian istrinya memohon kepada allah semoga cepat dikaruniai anak. Suatu hari sang suwami bermimpi bertemu dengan malaikat dan maikat itu berkata jika kamu
(8)
cepat dikaruniai seorang anak pada saat bulan purnama yang kesembilan kamu tidak boleh makan ikan, dan binatang yang berkaki 4 maupun 2. Kamu hanya dapat makan dengan sayur-sayuran dan jika anak itu lahir anak itu harus diberi nama badang.
Setan itu suami istri itu menuruti kata malaikat itu, dan tidak lama kemudian istrinya mual-mual dan pusing-pusing ternyata istrinya hamil dan tidak lama kemudian juga sang istri melahirkan dan anak itu tumbuh menjadi anak yang dewasa, rajin dan pandai. Tapi dia ingin menambah ilmu karena dia kasihan terhadap keluarganya karena banyak ikan di empang yang hilang. Dan suatu hari dia diangkat menjadi bodigat atau pengawal pribadi dan menjadi suami salah seorang anak raja. Dan akhirnya mereka hidup bahagia.
e. Kemampuan Menyampaikan Isi Cerita Sandiwara dengan Sopan
Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam menyampaikan isi cerita dengan sopan belum menunjukkan hasil yang baik. Seperti pada data kemampuan menyampaikan secara lisan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa belum menggunakan kalimat salam ketika mereka menyampaikan isi cerita sandiwara di depan kelas.
b)Siswa belum menguasi berbagai bahasa yang akan digunakan untuk menceritakan isi cerita sandiwara.
Si Badang Hulubalang Bentan
Di sebuah desa yang terpencil dan jauh dari negeri kerajaan, hidup sebuah keluarga yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak. Kemudian Bidin sang suami meminta kepada malaikat seorang anak, malaikat itu berkata “selama sembilan purnama kamu tidak boleh makan yang bernyawa seperti ikan, hewan berkaki empat maupun berkaki dua, dan hanya boleh memakan sayuran”.
Setelah beberapa bulan Semah sang istri merasa pusing dan mual, ternyata lelahan itu pertanda kehamilan. Beberapa bulan kemudian lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Badang, saran dari sang malaikat setelah dewasa Badang menjadi anak yang rajin dan berbakti kepada orangtuanya. Tapi akhir-akhir ini badang curiga pada ikan di empangnya selalu hilang, Badang memutuskan untuk menjaganya dan ternyata yang mencuri jin mata merah.
Badang memutuskan untuk memperkuat ilmunya di negeri seberang, setelah mendapatakan ijin dari orangtuanya kemudian Badang berlayar ke negeri itu dan ditengah perjalanan Badang bertemu dengan perompak jahat, dan Badang mampu mengalahkanya
(9)
kemudian Badang dijadikan hulubalang raja dan menikah dengan putri sang raja
c) Siswa terlalu terburu-buru dalam menyampaikan isi cerita sandiwara sehingga para siswa lain yang mendengarkan merasa kurang nyaman.
d)Cara berdiri siswa saat berbicara di depan kelas pada umumnya dengan malu-malu dan menundukan kepala.
e) Sebagian siswa menyampaikan isi cerita sandiwara dengan cara berteriak.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal
No Nama Siswa KKM 1 2 3 4 5 Jumlah
1 Ahmad Rudianto 65 12 12 15 12 13 61
2 Ali Abdul Rosyid 65 12 15 10 6 10 53
3 Amni Anami 65 15 20 12 13 14 74
4 Ari Widayanti 65 10 12 15 12 11 60
5 Ayu Setyanita 65 18 15 15 12 10 70
6 Devi Dewi W 65 14 18 16 10 10 68
7 Dita Suhartoro 65 10 10 13 11 12 56
8 Eka Afif S.H 65 11 10 15 12 14 62
9 Eko Agus Setiyono 65 14 20 15 13 13 72
10 Fikiyanti Sholihah 65 8 15 15 10 10 58
11 Hesty Nurul A 65 11 15 10 12 12 60
12 Hidayati 65 13 15 7 8 10 53
13 Irham Pamungkas 65 12 10 12 11 11 56
14 Istiklaliyah 65 15 15 20 12 10 72
15 Lilies suryaningsih 65 20 15 20 12 8 74
(10)
17 Muhammad Nurul H 65 20 15 15 10 10 70
18 Muhammad Basarudin 65 12 10 10 12 12 56
19 Muhammad Anang R 65 10 10 12 14 15 64
20 Muhammad Mufid 65 10 14 10 9 10 53
21 Muhammad Nur R 65 20 15 14 10 15 74
22 Paidika A 65 10 10 10 10 14 58
23 Riyanti Purwaningsih 65 15 10 10 10 15 60
24 Sarwendah 65 20 15 15 10 6 66
25 Siti Bakdiyah 65 10 20 15 15 15 75
26 Siti Fatimah 65 20 10 15 10 15 60
27 Siti Nur Aisyah 65 10 16 15 10 9 70
28 Sweety Purwanti 65 14 10 20 10 13 67
29 Siti Samsiyah 65 13 12 12 10 10 58
30 Sri Lestari 65 10 12 12 11 15 58
31 Yoda Adhi P 65 14 15 15 10 14 68
32 Zaimatul Umah 65 15 15 15 13 14 72
Jumlah
Rata-rata
2040 63,75
Keterangan
No Aspek Nilai
1 Keruntutan isi cerita (10-20)
2 Kesesuaian dengan sumber asli (10-20) 3 Menyusun isi dengan baik (10-20) 4 Menyampaikan dengan sopan (10-20) 5 Menyampaikan secara lisan (10-20)
(11)
Pemerolehan Skor
Nilai Akhir = --- X Skor Ideal (100) Skor Maksimum (100)
Berdasarkan tabel di atas terdapat 14 siswa atau 44% yang nilainya sudah tuntas dan 18 siswa atau 56% siswa belum mencapai kriteria minimal ketuntasan. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kondisi awal adalah 64.
Berdasarkan hasil kondisi awal, maka peneliti dan guru bahasa Indonesia sepakat untuk mengidentifikasi masalah yaitu dengan mendiskusikan dengan kepala sekolah. Permasalahan yang perlu segara diatasi dalam tindakan penelitian ini adalah kurangnya kemampuan peserta didik dalam berbicara di depan kelas, hal ini disebabkan pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang efektif dan bersifat monoton. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Uret Susu dalam pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi mendengarkan siaran dari media elektronika, tuturan langsung atau pembacaan teks, dan memberikan tanggapan.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan siklus I merupakan upaya untuk meningkatkan hasil mendengarkan dan memberi tanggapan setelah mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman dengan metode Uret Susu. Materi pelajaran
(12)
diambil dari buku teks bahasa Indonesia kelas X yang berjudul “Cerdas Berbahasa Indonesia” terbitan Erlangga tahun 2006. Buku teks ini hanya dimiliki guru, sedangkan siswa hanya menggunakan LKS.
Pada tahap perencanaan ini guru dan peneliti mempersiapkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran Uret Susu yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
Uret Susu sendiri adalah salah satu strategi pembelajaran yang sudah didiskusikan antara peneliti, guru mata pelajaran dan kepala sekolah sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa, 2) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara. RPP merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang memiliki unsur utama SKKD, indikator, tujuan, materi, media dan instrumen tes serta pedoman penilaian, 3) Menyiapkan media dan sumber belajar yang akan digunakan. Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman.
Rancangan yang matang akan memberikan hasil yang bagus. Sarana dan prasarana yang memadai dapat membantu memperlancar proses pembelajaran. Siswa yang siap menerima pelajaran membuat proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif dan efisien. Guru akan memberikan motivasi kepada siswa terlebih dahulu sebelum menerima pelajaran, kondisi
(13)
seperti ini akan memberikan sikap antusias dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang memiliki unsur utama SKKD, indikator, tujuan, materi, media dan instrumen tes serta pedoman penilaian, 4) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan. Lembar observasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Lembar penilaian digunakan sebagai pedoman pemberian penilaian pada tes yang diberikan kepada siswa, 5) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa.
b. Pelaksanaan
Guru melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia mendengarkan cerita sandiwara dengan metode Uret Susu untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
Guru mengkondisikan kelas dan melakukan apersepsi. Apersepsi bertujuan untuk mendekatkan diri dan mengenal individu siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali. Serta menjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terjalin secara dua arah atau adanya timbal balik diantara keduanya. Presensi atau absen merupakan media yang baik untuk menciptakan hubungan komunikasi antara guru dengan siswa. Kondisi yang nyaman dan komunikasi yang baik akan menciptakan suasana yang tenang, proses pembelajaran lancar, serta
(14)
evaluasi yang optimal. Kemudian, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, indikator, materi mendengarkan cerita sandiwara dengan metode Uret Susu.
Suasana saat guru menjelaskan materi kepada siswa begitu ramai. Guru kemudian berpikir tentang keadaan yang dihadapinya. Lalu, guru bertanya kepada siswa mengenai materi dari penjelasan guru. Siswa menjawab bahwa mereka merasa kebingungan mengenai materi dan belum jelas tentang materi tersebut. Guru menanyakan materi yang belum mereka pahami. Semua siswa diam lalu guru menunjuk salah satu siswa untuk mengutarakan pendapat mengenai materi. Akhirnya, siswa menjawab tentang menggali dan menuangkan gagasan mereka berdasarkan pemahaman setelah mendengarkan cerita sandiwara.
Guru menjelaskan secara detail dengan ritme pelan, agar semua siswa memperhatikan dan mampu memahami materi yang belum mereka pahami. Media yang dipakai adalah mendengarkan cerita sandiwara yang diputar melalui media elektronik “Rekaman”. Siswa harus mampu menggali dan menuangkan gagasan berdasarkan pemahaman mereka untuk menceritakan kembali isi rekaman cerita sandiwara yang sudah diputarkan.
Metode Uret Susu bagi siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 andong kabupaten Boyolali merupakan metode yang baru dan akan digunakan pada kegiatan ini. Secara teori, siswa mampu memahami metode tersebut. Namun, langkah-langkah metode Uret Susu belum
(15)
pernah mereka lakukan sebelumnya. Guru harus bertanya berulang kali mengenai langkah metode Uret Susu kepada siswa. Siswa menjawab
“paham!”. Berdasarkan kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa
semua siswa mampu memahami teori dan menerapkan dalam proses pembelajaran nanti.
Penerapan dilakukan setelah guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode Uret Susu kemudian dengan memutarkan
isi rekaman sandiwara yang berjudul “Si Badang Hulubalang Bentan”.
Mereka bisa merasa nyaman, senang, dan mampu mengerjakan tugas dengan baik.
Pertama-tama guru membagikan secarik kertas kosong kepada seluruh siswa untuk menuliskan kembali isi rekaman cerita sandiwara secara runtut, mudah dipahami, dan dapat menggunakan bahasa yang baik dan baku. Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk mendengarkan dengan seksama isi rekaman cerita sandiwara yang sudah diputar melalui media elektronik, kemudian siswa diminta untuk menceritakan kembali isi rekaman cerita sandiwara secara lisan ke depan kelas.
Guru menunjuk beberapa siswa ke depan kelas untuk menyampaikan kisah cerita “Si Badang Hulubalang Bentan”. Sikap malu dan tidak percaya diri sudah berkurang dalam benak siswa, guru berusaha keras memotivasi siswa untuk mengutarakan pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara. Dari hasil cerita yang
(16)
disampaikan, kesimpulan yang didapat adalah sebagian siswa sudah terlihat paham dengan materi pembelajaran, mulai antusias dan berani untuk berbicara ke depan kelas dengan menceritakan kembali hasil pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman.
Akhirnya, pada kegiatan akhir siswa diminta guru untuk membacakan hasil pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman di depan kelas. Kemudian guru memberikan apresiasi dan penilaian kepada siswa.
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode Uret Susu dengan alat bantu lembar observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Uret Susu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Uret Susu pada proses pembelajaran.
Pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau proses yang terjadi dalam pembelajaran. Aspek tindakan guru dan suasana yang terjadi saat proses pembelajaran juga diamati.
1) Kegiatan siswa
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali memperhatikan apersepsi dengan baik. Sebagian siswa
(17)
sudah mulai mengerjakan lembar kerja sesuai langkah-langkah pembelajaran Uret Susu dengan benar. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sudah mulai terlihat. Keaktifan terlihat dari sikap antusias siswa dalam mengikuti pelajaran dan menanyakan kepada guru tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Hal ini menandakan bahwa siswa menyadari pentingnya kegiatan ini. Siswa mengerjakan tugas dengan baik, walaupun ada satu atau dua siswa yang mempunyai sikap tidak tenang dalam proses pembelajaran terlihat suasana sangat kondusif sehingga nyaman dan tenang.
2) Kegiatan Guru
Guru melakukan apersepsi dan motivasi pada awal pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali siap menjalani aktivitas pembelajaran. Komunikasi yang terjalin dengan baik mampu mengontrol atau mengawasi siswa. Hubungan antara guru dan siswa terbentuk secara luwes.
Suasana pembelajaran menjadi nyaman dan siswa mampu berkonsentrasi dengan baik. Guru juga memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Apalagi pada saat maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita sandiwara yang diputar melalui rekaman, siswa tidak boleh ragu dan malu untuk menyampaikan hasil pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara. Akhir kegiatan, guru melakukan pengulasan atau
(18)
rangkuman dari hasil kegiatan awal sampai akhir serta evaluasi. Hasil yang dicapai pada lembar kerja siswa dalam mendengarkan dan memahami cerita sandiwara mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat bahwa sebagian siswa sudah mulai berani maju ke depan kelas untuk membacakan hasil karya mereka, dan mampu memahami indikator-indikator yang sudah disampaikan guru.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil kemampuan berbicara siswa kelas X.2 dengan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman, diperoleh dari penilaian proses dan penilaian melalui tes. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran siklus I lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran pada kondisi awal. Hal ini dapat dilihat meningkatnya nilai rata-rata siswa yaitu pada kondisi awal sebesar 64 meningkat pada siklus I menjadi 68.
2) Keaktifan siswa lebih meningkat bila dibandingkan pada kondisi awal, dimana siswa mulai aktif dalam pembelajaran, merespon pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara dengan media rekaman dan sudah ada sebagian siswa yang berani untuk menceritakan secara lisan hasil pemahaman mereka ke depan kelas.
Agar keaktifan siswa menyeluruh dalam proses pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa dapat meningkat untuk pembelajaran selanjutnya disepakati antara guru dan peneliti tetap menggunakan metode Uret
(19)
Susu, akan tetapi perlu peningkatan komunikasi pembelajaran antara guru dan siswa agar pembelajaran menjadi lebih baik, perlu penambahan pemberian motivasi melalui bimbingan kepada siswa yang pemahamanya kurang agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan bimbingan guru kepada siswa harus menyeluruh, hal ini supaya siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan.
Berdasarkan hasil lembar kerja siswa dalam mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman dan memberi tanggapan pada siklus I mengalami peningkatan, bahwa sebagian siswa sudah mampu mengembangkan ide mereka dan mulai berani untuk maju ke depan kelas membacakan hasil pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman. Hal ini dapat dilihat pada ketercapaian indikator dalam lembar kerja siswa.
e. Ketercapaian Indikator pada Lembar Kerja Siswa Siklus I
1) Kemampuan Menuliskan Isi Cerita dengan Urutan yang Runtut
Pada awalnya, siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali belum mampu menggali ide mereka setelah mendengarkan cerita. Untuk memperbaiki kondisi ini, guru selalu memberi pengertian kepada siswa tentang materi yang akan disampaikan. Siswa yang awalnya bingung, akhirnya mulai paham. Terbukti, setelah siswa mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman, banyak siswa yang sudah mampu menggali ide dan dapat
(20)
menuliskan kembali isi cerita dengan urutan yang runtut. Seperti pada data kemampuan menulis isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa mulai menuliskan secara runtut dan jelas, dimulai dari upaya pasangan suami-istri (Semah dan Bidin) agar segera dikaruniai anak, Bidin bertemu dengan seorang malaikat yang akan mengabulkan permintaanya, setelah Badang lahir ia menjadi anak yang berbakti, pencuri ikan di empang, keinginan badang untuk merantau, berperang dengan perompak.
Si Badang Hulubalang Bentan
Di sebuah desa terpencil ada seorang pasangan yang meminta dikaruniai seorang anak, sang istri teres-menerus berdoa agar dikaruniai anak, dan pada suatu hari ia didatangi jin. Ia berkata “kamu mau anak”. Kalau kamu mau mempunyai anak, kamu tidak boleh memakan daging saat bulan purnama dan harus memakan sayur-sayuran.
Kemudian sang istri mulai pusing dan mual-mual, itu pertanda istrinya hamil. Si bapak mengharapkan seorang anak laki-laki, akhirnya anak itu lahir dan benar seorang laki-laki.
Setelah ia dewasa, dia pergi dari rumah untuk menemui jin bermata merah untuk meminta bantuan agar ia diberi ilmu tenaga 1000 ekor gajah. Setelah ia pulang, si badang ingin merantau dan meninggalkan ayah dan ibunya, si badang memberikan menyan kepada kedua orang tuanya, yaitu menyan yang di dalamnya terdapat jin mata merah. Akhirnya si badang pergi merantau naik kapal untuk menuju ke negeri bentan, di kapal ia bertarung dengan perompak dan akhirnya dia menjadi pemenang, kemudian dia bertemu dengan putri nilamsari.
b) Siswa mampu menceritakan kedalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut, akan tetapi belum sampai jalan cerita itu selesai dengan akhir Badang menikah dengan putri Nilamsari dan mereka hidup bahagia.
2) Kemampuan Mengungkapkan Isi Cerita Sesuai Sumber Aslinya
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali pada siklus I ini, dimana sebagian besar siswa sudah
(21)
mampu untuk mengungkapkan isi cerita sandiwara dengan baik seperti pada data kemampuan mengungkapkan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa terlihat mampu mengungkapkan isi cerita sandiwara secara detail dan jelas.
Si Badang Hulubalang Bentan
Ada sebuah desa yang terpencil, di sana hiduplah seorang suami-istri, mereka sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai anak. Ketika wakyu malam pasangan suami-istri itu berdoa kepada allah agar mereka dikaruniai buah hati.
Setiap hari sang suami pergi ke sungai untuk mencari ikan, suatu malam sang suami bertemu dengan lembaga putih dan sang suami memohon seorang anak, permintaan itu dapat dikabulkan tetapi ada persyaratan. Syaratnya adalah tidak boleh memakan ikan sungai atau daging, dia hanya boleh memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. Setiap hari dua lakukan untuk memenuhi syarat itu, dia melakukan itu selama sembilan purnama. Persyaratan telah dilaksanakan kemudian dia mendapatkan apa yang diinginkanya. Mereka sangat senang sekali karena sudah mendapatkan buah hati yang diinginkanya sejak dulu, dia memiliki seorang putra yang diberi nama si Badang.
Setelah beranjak dewasa si Badang menggantikan pekerjaan ayahnya yaitu mencari ikan di sungai, setelah lama mencari ikan tanpa di sadari ada makhluk yang berbeda dengan manusia yang mencuru ikan. Setelah diselidiki ternyata ada makhluk halus yang mencuri ikanya dan si Badang berhasil menangkapnya. Jin tersebut merasa tersiksa karena si Badang menarik janggutnya maka Badang telah menakhlukanya dan diberi kemenyan putih, yang kemudian diberikan kepada orang tuanya untuk membantu mencari nafkah.
b) Sumber asli pada cerita sandiwara tersebut mampu diungkapkan siswa dengan menceritakan kronoligis pada isi cerita sandiwara.
3) Kemampuan Menyusun Isi Cerita Sandiwara
Kemampuan menyusun isi Siswa sandiwara kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali selalu mengalami peningkatan, dimana sebagian besar siswa sudah mampu menyusun
(22)
isi cerita sandiwara dengan benar. Seperti pada data kemampuan menyusun isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa pada umumya mampu menyusun kembali isi cerita sandiwara sesuai dengan urutan alur cerita sandiwara yang sudah diperdengarkan.
Si Badang Hulubalang Bentan
Pada suatu hari ada sepasang suami-istri yang tinggal di pedesaan, yang jauh dari penduduk dan perkotaan. Pasangan suami-istri itu sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak.
Setiap hari mereka selalu berdoa kepada tuhan, agar mereka dikaruniai anak, mereka bernama Bidin dan Semah. Setiap hari Bidin dan Semah menagis karena sudah lama tidak diberi anak yang mereka inginkan. Beberapa hari kemudian Si Bidin bertemu seorang malaikat pada malam hari, malaikat berkata “ jika kamu ingin mempunyai anak janganlah kamu memakan hewan berkaki 2 maupun 4 saat bulan purnama, dan hanya boleh memakan sayur-sayuran dan jika anak itu lahir berilah nama Badang.
Beberapa bulan kemudian Si Semah merasakan pusing-pusing dan mual, Bidin merasa itu pertanda kalau semah sudah hamil, dan ternyata semah hamil dan mereka melaksanakan syarat dari malaikat itu. Bebera bulan kemudian Semah melahirkan anak laki-laki dan mereka memberikan nama Badang, mereka telah menjadi ayah dan ibu. Setelah Badang dewasa, ia ingin menjaga empangnya. Beberapa hari kemudian ada seorang pencuri ke empangnya untuk mencuri ikan, beberapa bulan kemudian Badang meminta kepada keluarganya untuk melepas kepergiannya. Badang akan merantau karena Badang merasa sudah merepotkan orangtuanya, dan orangtuanya merelakan Badang untuk merantau dan mencari uang.
Beberapa hari kemudian Badang berangkat untuk merantau tetapi orangtuanya takut karena tidak ada yang membantu, Badang berkata kepada orangtuanya agar jin yang menggantikan membantu orangtuanya.
b) Beberapa bagian dalam cerita sandiwara yang disusun siswa mulai menunjukan keteraturanya.
c) Siswa mulai melengkapi bagian-bagian yang terdapat dalam isi cerita sandiwara dengan baik, akan tetapi belum spenuhnya menyusun sampai akhir isi cerita sandiwara “ Badang menikah
(23)
4) Kemampuan Menyampaikan Secara Lisan Isi Cerita Sandiwara
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dalam menyampaikan secara lisan isi cerita sandiwara pada rekaman. Waktu pengerjaan yang mencukupi denga media rekaman membuat banyak siswa merasa terbantu dan lebih antusias dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa mulai menyampaikan secara lisan isi cerita sandiwara dengan baik, tetapi masih ada sedikit kekurangan karena siswa belum sepenuhnya menyampaikan isi rekaman sandiwara dari awal hingga akhir. Seperti pada data kemampuan menyampaikan isi cerita sandiwara.
a) Siswa terlihat sudah mulai tenang dalam menyampaikan isi cerita sandiwara.
b) Siswa mampu menyampaikan isi cerita sandiwara dengan jelas, sehingga siswa lain yang mendengarkan merasa lebih nyaman dan kondisi di kelas terlihat sangat tenang.
c) Siswa mulai menguasai masalah (isi cerita sandiwara) yang disampaikan di depan kelas.
Si Badang Hulubalang Bentan
Pada suatu hari ada sepasang suami istri yang tinggal didesa terpencil, sepasang suami-istri yang belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal mereka sudah menikah begitu lama, sang suami mencari ikan dan sang istri selalu berdoa kepada allah semoga mereka cepat dikaruniai anak. Suatu hari sang suami bermimpi bertemu dengan seorang malaikat, dan malaikat itu berkata “jika kamu ingin cepat dikaruniai seorang anak, dia harus menuruti kata-kata yang dibilang malaikat itu”
Pada saat bulan purnama yang kesembilan, mereka tidak boleh memakan ikan dan binatang berkaki 2 maupun berkaki 4, mereka harus memakan sayur dan buah-buahan. Mereka menuruti semua
(24)
itu dan jika anak itu lahir, anak itu harus diberi nama Badang. Setelah beberapa hari sang istri mengalami pusing dan mual-mual, ternyata tidak diduga sang istri hamil.
Beberapa bulan kemudian sang istri melahirkan seorang anak yang tampan yang diberi nama badang “ seperti yang sudah dikatakan malaikat itu”. Badang tumbuh menjadi anak yang tampan dan rajin membantu orang tua, tetapi Badang belum puas dengan ilmu yang dimilikinya dan badang akhirnya Badang memutuskan untuk pergi ke negeri bentan untuk menambah ilmunya.
Di sana Badang bertemu dengan seorang raja, dan ia dijadikan pengawal pribadinya. Raja itu mempunyai seorang anak yang sangat cantik, dan akhirnya Badang menikah dengan putri raja itu.
5) Mampu Menyampaikan Isi Cerita Sandiwara dengan Sopan
Kemampuan Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam menyampaikan isi cerita dengan baik, dimana sebagian besar siswa sudah mampu menyampaikan isi cerita sandiwara dengan sopan. Seperti data kemampuan menyampaikan dengan sopan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa mulai menggunakan kalimat salam ketika mereka menyampaikan isi cerita sandiwara di depan kelas.
b) Siswa terlihat lancar, dan mulai menguasi berbagai macam bahasa yang digunakan ketika siswa manceritakan isi cerita sandiwara.
Si Badang Hulubalang Bentan
Di sebuah desa hidip sebuah keluarga yang belum dikaruniai seorang anak, pada suatu hari sang suami berjalan-jalan, dan bertemu lembaga putih. Sang suami meminta anak kepada lembaga putih, lembaga putih itu mau mengabulkan tetapi dengan syarat tidak boleh makan daging atau ikan selama sembilan purnama. Setelah beberapa bulan sang istri melahirkan anak laki-laki dan diberi nama Badang, dia menjadi anak yang rajin dan berbakti kepada orangtuanya.
Badang selalu curiga karena ikanya selalu hilang dicuri orang, Badang berniat untuk menjaga ikanya dan dia tau yang mencuri ikanya adalah sesosok makhlik namun bukan manusia. Badang berperang dengan makhluk itu dan ia memenangkan pertarungan tersebut, Badang meminta kekuatan seribu gajah kepada makhluk
(25)
itu. Sebelum pergi makhluk itu memberinya kemenyan putih untuk memanggilnya jika ia memerlukan bantuan.
Dia ingin merantau ke negeri bentan, dengan berat hati orangtuanya menijinkanya. Ditengah perjalanan Badang bertemu dengan perampok dan dia mengalahkanya dengan mudah, di negeri bentan hidup seorang raja dan putrinya yang bernama putri Nilamsari. Raja itu menginginkan putrinya segera menikah, dengan sopan dan rendah diri Badang mengabdi kepada raja dan diangkat menjadi panglima perang, kemudian menikah dengan putri Nilamsari.
c) Cara berdiri siswa pada saat menceritakan isi cerita sandiwara terlihat lebih baik, siswa mulai bercerita dengan rasa percaya diri dan pandangan lurus ke depan untuk meyakinkan kepada teman-temanya.
d) Sebagian siswa masih ada yang menceritakan isi cerita sandiwara dengan nada tinggi (berteriak).
Hasil keseluruhan pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa, kemampuan menulis, mengungkap, menyusun menyampaikan secara lisan, dan bersikap sopan pada saat menceritakan isi cerita sandiwara, akan tetapi masih ada 10 siswa yang belum memperoleh kriteria ketuntasan minimal, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa KKM 1 2 3 4 5 Jumlah
1 Ahmad Rudianto 65 13 12 15 12 15 63
2 Ali Abdul Rosyid 65 12 15 10 14 15 66
3 Amni Anami 65 15 20 14 15 15 79
4 Ari Widayanti 65 10 12 10 14 15 61
(26)
6 Devi Dewi W 65 14 16 16 12 12 70
7 Dita Suhartoro 65 12 10 15 14 14 65
8 Eka Afif S.H 65 13 10 15 12 14 64
9 Eko Agus Setiyono 65 14 20 15 13 16 78
10 Fikiyanti Sholihah 65 8 15 15 10 12 60
11 Hesty Nurul A 65 15 15 15 13 14 72
12 Hidayati 65 13 15 15 15 10 68
13 Irham Pamungkas 65 12 13 12 11 11 59
14 Istiklaliyah 65 20 15 15 12 12 74
15 Lilies suryaningsih 65 20 15 20 12 13 80 16 Lina Vidayanti H.C.A 65 15 15 10 15 12 65
17 Muhammad Nurul H 65 18 17 10 10 11 71
18 Muhammad Basarudin 65 12 12 10 12 12 58
19 Muhammad Anang R 65 11 10 12 14 15 65
20 Muhammad Mufid 65 10 14 10 12 10 56
21 Muhammad Nur R 65 20 15 14 12 15 76
22 Paidika A 65 10 14 10 12 14 60
23 Riyanti Purwaningsih 65 15 13 10 10 15 63
24 Sarwendah 65 18 14 15 10 12 69
25 Siti Bakdiyah 65 20 15 20 15 18 77
26 Siti Fatimah 65 10 11 15 10 15 61
27 Siti Nur Aisyah 65 20 16 15 10 11 72
28 Sweety Purwanti 65 14 12 18 12 14 68
29 Siti Samsiyah 65 13 15 15 13 13 69
30 Sri Lestari 65 12 11 15 11 15 67
31 Yoda Adhi P 65 15 15 15 14 18 77
32 Zaimatul Umah 65 15 15 13 15 16 74
Jumlah
Rata-rata
2178 68,06
(27)
Keterangan
No Aspek Nilai
1 Keruntutan isi cerita (10-20) 2 Kesesuaian dengan sumber asli (10-20) 3 Menyusun isi dengan baik (10-20) 4 Menyampaikan dengan sopan (10-20) 5 Menyampaikan secara lisan (10-20)
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 Pemerolehan Skor
Nilai Akhir = --- X Skor Ideal (100) Skor Maksimum (100)
Berdasarkan tabel pada kondisi awal terdapat 14 siswa atau 44% yang nilainya sudah tuntas, mengalami peningkatan pada siklus I yaitu terdapat 22 siswa atau 69%, sehinga pada siklus I masih terdapat 10 siswa atau 31% yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kondisi awal adalah 64 dan pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 68.
3. Siklus II
Pada siklus II ini, materi pelajaran masih tentang mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman. Karena hasil penerapan tindakan I belum sepenuhnya berhasil, maka perlu pelaksanaan tindakan siklus II. Guru dan peneliti berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran mendengarkan cerita dengan memperbaiki segala kekurangan atau kelemahan yang
(28)
terdapat pada siklus I. Hasil pembelajaran pada kondisi awal dan siklus I digunakan sebagi acuan agar hasil pembelajaran disiklus II bisa meningkat dengan baik.
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus II, tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali ketika mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman. Pada siklus II ini, hambatan-hambatan tersebut akan diperbaiki, baik dalam materi dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan nilai yang mampu mencapai ketuntasan.
2) Mengkaji materi, indikator, dan media pembelajaran. Hasil siklus I menyatakan bahwa metode Uret Susu mampu meningkatkan keaktifan siswa dan hasil nilai pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman, untuk itu pembelajaran pada siklus II ini dengan kesepakatan guru dan peneliti tetap menggunakan metode
Uret Susu.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang memiliki unsur utama SKKD, indikator, tujuan, materi, media dan instrumen tes serta pedoman penilaian.
4) Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran mendengarkan cerita
(29)
sandiwara pada rekaman. Rancangan yang matang akan memberikan hasil yang bagus. Sarana dan prasarana yang memadai dapat membantu memperlancar proses pembelajaran. Siswa yang siap menerima pelajaran membuat proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif dan efisien. Guru akan memberikan motivasi kepada siswa terlebih dahulu sebelum menerima pelajaran. Kondisi seperti ini akan memberikan sikap antusias siswa dalam menjalani kegiatan pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman. Lembar observasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Lembar penilaian digunakan sebagai pedoman pemberian penilaian pada tes yang diberikan kepada siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru mengawali pembelajaran dengan doa bersama, mengabsen siswa serta mengkondisikan kelas. Guru melakukan review atau pengulangan materi agar siswa jelas mengenai materi serta memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan pengulasan mengenai nilai kegiatan pada siklus I. Selanjutnya guru dan peneliti memperdengarkan cerita sandiwara pada rekaman kepada seluruh siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong. Guru meminta siswa untuk: 1) Memperhatikan dengan seksama cerita sandiwara yang diputar malalui rekaman., 2) Menggali
(30)
ide dan gagasan berdasarkan pemahaman yang dimiliki pada masing-masing siswa, 3) Setiap siswa diminta untuk menuliskan kembali hasil pemahaman mereka dengan menggunakan bahasa yang baku, urutan yang runtut dan mudah dipahami, 4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan hasil pemahaman mereka di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa mengumpulkan hasil pemahaman mereka setelah mendengarkan cerita sandiwara yang sudah diputar melalui rekaman. Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Refleksi yang dilakukan guru berupa penguatan dan simpulan mengenai materi pelajaran tentang mendengarkan cerita sandiwara, dalam memberikan penguatan dan simpulan tersebut, guru mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa sebagai pengingat atas apa yang telah mereka pelajari. Setelah guru memberikan refleksi berupa penguatan materi, kemudian guru menutup pelajaran hari tersebut dengan memberikan salam pada siswa di akhir pelajaran.
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan metode Uret Susu, rekaman sebagai media pembelajaran, dan alat bantu yaitu lembar observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Uret Susu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Uret Susu pada proses pembelajaran.
(31)
Pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau proses yang terjadi dalam pembelajaran. Aspek tindakan guru dan suasana yang terjadi saat proses pembelajaran juga diamati.
(a) Kegiatan siswa
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali antusias terhadap apersepsi guru. Sikap tenang dan menyimak penjelasan guru membuat suasana menjadi nyaman dan tenang. Siswa bersemangat saat mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman, mereka segera mereson perintah dari guru untuk menuliskan kembali hasil pemahaman mereka dengan urutan yang runtut, sesuai dengan sumber aslinya, dan menyampaikan dengan sopan apa yang sudah mereka pahami setelah mendengarkan cerita sandiwara . Siswa sudah mampu menerapkan langkah-langkah Uret Susu dengan baik. Suasana pembelajaran tenang walaupun ada siswa yang ramai namun, hal itu mampu dikendalikan.
(b) Kegiatan guru
Guru memberikan apresiasi atau penghargaan kepada siswa atas kerja keras dalam kegiatan ini, sehingga keseluruhan siswa yang masuk telah mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Tujuannya agar siswa merasa bahwa selama ini memperoleh peningkatan dalam kemampuannya. Kemudian, materi dijelaskan secara garis besar karena guru merasa materi sudah cukup dipahami oleh siswa. Pemberian penjelasan pada langkah-langkah
(32)
pembelajaran Uret Susu terus dilakukan. Tilisan yang rapi, susunan yang teratur dan kemampuan menyampaikan ke depan kelas dengan lancar berdampak positif dalam penggunaan waktu menjadi lebih efektif dan efisien. Guru mampu mengendalikan kelas dengan baik, membimbing siswa dalam mengerjakan tugas, serta mengawasi jalannya kegiatan belajar mengajar mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut:
1) Guru sudah mampu menerapkan metode Uret Susu dengan baik. Berdasarkan pembelajaran pada siklus II ini, usaha untuk mengatasi permasalahan siswa pada kondisi awal dan siklus I dapat teratasi. 2) Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II
dikatakan berhasil. Para siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal ketuntasan belajar, walau masih ada 2 siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan. Mengigat ketercapaian kinerja pada siklus ini telah sesuai dengan indikator yang dirumuskan, maka penelitian diakhiri. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan dikategorikan berhasil apabila prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan nilai minimal 65 dan klasikal pencapaian prestasi sebesar 75%. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian siklus II dapat dikatakan berhasil, sebab yang
(33)
mendapat nilai minimal 65 mencapai 94%. Sebesar 94% siswa mendapatkan nilai ketuntasan, sedangkan 6% siswa mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu < 65.
e. Ketercapaian Indikator Pada Lembar Kerja Siswa Siklus II: 1) Kemampuan Menuliskan Isi Cerita dengan Urutan yang Runtut
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam menuliskan isi cerita sandiwara dengan urutan yang runtut selalu menunjukkan peningkatan dari kegiatan sebelumnya. Siswa lebih kreatif dalam mengembangkan hasil pemahamn mereka. Seperti pada data kemampuan menulis isi cerita sandiwara berikut. a) Siswa mampu menuliskan cerita mulai dari upaya pasangan
suami-istri (Semah dan Bidin) agar segera dikaruniai anak, Bidin yang bertemu malaikat yang akan mengabulkan permintaanya, setelah Badang lahir ia tumbuh menjadi anak yang berbakti, pencurian ikan di empang, keinginan Badang untuk merantau, konflik dengan perompak pada saat berlayar, Badang sampai ke negeri Bentan, perang dengan negeri tetangga, negeri Bentan sebagai pemenang perang, akhirnya Badang dan putri Nilamsari menikah.
Si Badang Hulubalang Bentan
Di sebuah desa terpencil terdapat keluarga yang sangat sederhana, tetepi belum juga diaruniai anak. Keluarga tersebut bernama Bidin dan Semah. Setiap malam istrinya selalu berdoaagar dikaruniai anak, pada suatu malam suaminya tidur dan bertemu dengan malaikat yang akan mengabulkan permintaan keluarganya. Ada syarat yang harus dilakukan yaitu pada saat bulan purnama mereka tidak boleh memakan danging, hewan berhaki 2 maupun 4, mereka hanya boleh memakan sayur dan buah-buahan saja.
(34)
Pada suatu pagi sang istri merasa mual-mual, hal itu menandakan ia hamil, jika anak itu lahir ia harus deberi nama Badang. Tidak lama kemudian anak itu lahir dan menjadi anak yang kuat, si Badang mendirikan tambak didekat rumahnya namun hasilnya tidak banyak karena ikanya dicuri oleh seorang jin.
Tidak lama kemudian jin itu ditangkap oleh Badang, suatu hari si Badang meminta ijin kepada orangtuanya, bahwa ia ingin merantau dan mencari uang. Pada saat perjalanan disebuah kapal yang ditumpanginya, kedatangan sekelompok perampok yang bernama lanung yang ingin membajak kapal itu, akhirnya pertempuran itu berakhir. Badang bertemu dengan puntri Nilamsari kemudian mereka menikah dan hidup bahagia bersama.
b)Siswa mampu menuliskan isi cerita sandiwara kedalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut.
2) Kemampuan Mengungkapkan Isi Cerita Sesuai Sumber Aslinya
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali dalam mengungkapkan cerita sesuai dengan sumber aslinya menunjukan hasil yang baik. Seperti pada data kemampuan mengungkapkan isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa terbukti mampu mengungkapkan isi cerita sandiwara secara detail dan jelas.
b)Sumber asli pada cerita sandiwara tersebut mampu diungkapkan siswa dengan menceritakan kronologis pada isi cerita sandiwara.
Sibadang Hulubalang Bentan
Disuatu desa tinggalah seorang suami-istri yang sudah lama menikah, namun belum dikaruniai anak. Pada waktu malam Bidin bermimpi, dia bertemu dengan malaikat, ia berkata jika kamu ingin dikaruniai anak, kamu harus meneruti perintahku yaitu syaratnya selama sembilan purnama kamu tidak boleh memakan ikan di sungai dan memakan daging. Kamu hanya boleh memakan buah dan sayur-sayuran saja.
Pada keesokan harinya istri Bidin merasakan mual-mual dan pusing, sepertinya istri Bidin hamil dan sang suami merasa senang, dan akhirnya suami itu menjalankan puasa sampai anak itu lahir, pada usia sembilan bulan kehamilan istrinya akhirnya anak itu lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Badang, dia menjadi anak yang rajin, rendah hati, dan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.
(35)
Pada saat Badang ingin mencari ikan, ada yang mencuri ikan di empangya. Kejadian itu diceritakan Badang kepada orangtuany, Badang memutuskan untuk menangkap pencuri itu, akhirnya Badang berhasil menagkap pencuri itu. Pencuri itu bernama jin mata merah, ia meminta kekuatan seribu gajah kepada jin tersebut. Badang meminta ijin kepada orangtunya untuk pergi merantau, ditengah perjalanan badang menemui masalah dengan para perampok, pada akhirnya badang sampai pada tempat tujuan dan menikah dengan putri raja yang bernama putri Nilamsari.
c) Siswa dengan maksimal dapat menyajikan isi cerita sandiwara dari awal hingga akhir berdasarkan pada keyakinan dan pemahaman masing-masing.
3) Kemampuan Menyusun Isi Cerita Sandiwara
Kemampuan menyusun isi cerita sandiwara pada siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali menunjukkan hasil yang lebih baik. Seperti pada data kemampuan menyusun isi cerita sandiwara berikut.
a) Siswa secara keseluruhan mampu menyusun kembali isi cerita sandiwara sesuai dengan urutan alur cerita sandiwara yang sudah diperdengarkan.
Si Badang Hulubalang Bentan
Pada suatu hari ada sepasang suami-istri yang tinggal di pedesaan, yang jauh dari penduduk dan perkotaan. Pasangan suami-istri itu sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak.
Setiap hari mereka selalu berdoa kepada tuhan, agar mereka dikaruniai anak, mereka bernama Bidin dan Semah. Setiap hari Bidin dan Semah menagis karena sudah lama tidak diberi anak yang mereka inginkan. Beberapa hari kemudian Si Bidin bertemu seorang malaikat pada malam hari, malaikat berkata “ jika kamu ingin mempunyai anak janganlah kamu memakan hewan berkaki 2 maupun 4 saat bulan purnama, dan hanya boleh memakan sayur-sayuran dan jika anak itu lahir berilah nama Badang.
Beberapa bulan kemudian Si Semah merasakan pusing-pusing dan mual, Bidin merasa itu pertanda kalau semah sudah hamil, dan ternyata semah hamil dan mereka melaksanakan syarat dari malaikat itu. Bebera bulan kemudian Semah melahirkan anak laki-laki dan mereka memberikan nama Badang, mereka telah menjadi ayah dan ibu.
(36)
Setelah Badang dewasa, ia ingin menjaga empangnya. Beberapa hari kemudian ada seorang pencuri ke empangnya untuk mencuri ikan namun Badang berhasil menagkap pencuri itu, beberapa bulan kemudian Badang meminta ijin kepada orang tuanya untuk merantau mencari ilmu, dan orang tuanya memberikan ijin.
Pagi harinya Badang pergi merantau ke negeri bentan, saat sampai di negeri bentan Badang bertemu dengan seorang raja, kemudian raja itu mempertemukan Badang dengan putrinya yang bernama putri Nilamsari. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia.
b)Beberapa bagian dalam cerita sandiwara yang disusun siswa mulai menunjukan keteraturanya.
c) Siswa mulai melengkapi bagian-bagian yang terdapat dalam isi cerita sandiwara dengan baik.
d)Siswa mampu menyusun secara utuh dari awal sampai akhir isi cerita yang terdapat dalam sandiwara. akan tetapi belum sepenuhnya menyusun sampai akhir isi cerita yang terdapat dalam cerita sandiwara.
4) Kemampuan Menyampaikan Secara Lisan Isi Cerita Sandiwara
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali menunjukkan peningkatan dalam menyampaikan pemahaman mereka ke depan kelas setelah mendengarkan cerita sandiwara yang diputar melalui rekaman. Seperti pada data kemampuan menyampaikan isi cerita sandiwara.
a) Siswa terlihat sudah mulai tenang dalam menyampaikan isi cerita sandiwara.
b)Siswa mampu menyampaikan isi cerita sandiwara dengan jelas dan sesuai dengan urutanya, sehingga siswa lain yang
(37)
mendengarkan merasa lebih nyaman dan kondisi di kelas terlihat sangat tenang.
Si Badang Hulubalang Bentan
Pada suatu hari ada sepasang suami istri yang tinggal didesa terpencil, sepasang suami-istri yang belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal mereka sudah menikah begitu lama, sang suami mencari ikan dan sang istri selalu berdoa kepada allah semoga mereka cepat dikaruniai anak. Suatu hari sang suami bermimpi bertemu dengan seorang malaikat, dan malaikat itu berkata “jika kamu ingin cepat dikaruniai seorang anak, dia harus menuruti kata-kata yang dibilang malaikat itu”
Pada saat bulan purnama yang kesembilan, mereka tidak boleh memakan ikan dan binatang berkaki 2 maupun berkaki 4, mereka harus memakan sayur dan buah-buahan. Mereka menuruti semua itu dan jika anak itu lahir, anak itu harus diberi nama Badang. Setelah beberapa hari sang istri mengalami pusing dan mual-mual, ternyata tidak diduga sang istri hamil.
Beberapa bulan kemudian sang istri melahirkan seorang anak yang tampan yang diberi nama badang “ seperti yang sudah dikatakan malaikat itu”. Badang tumbuh menjadi anak yang tampan dan rajin membantu orang tua, tetapi Badang belum puas dengan ilmu yang dimilikinya dan badang akhirnya Badang memutuskan untuk pergi ke negeri bentan untuk menambah ilmunya.
Di sana Badang bertemu dengan seorang raja, dan raja itu kagum dengan Badang , ia dijadikan pengawal pribadinya. Raja itu mempunyai seorang anak yang sangat cantik, dan akhirnya Badang menikah dengan putri raja itu
c) Siswa sangat menguasai masalah (isi cerita sandiwara), sehingga proses bercerita di depan kelas pada masing-masing siswa berjalan lancar, dan waktu pada saat KBM sangat efektif.
5) Kemampuan Menyampaikan Isi Cerita dengan Sopan
Siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali, dimana hampir seluruh siswa sudah mampu menyampaikan isi cerita sandiwara dengan sopan dan lebih baik daripada saat kondisi awal dan memperbaiki kekurangan mereka pada siklus I. Seperti data kemampuan menyampaikan dengan sopan isi cerita sandiwara berikut.
(38)
a) Siswa sudah menggunakan kalimat salam ketika mereka menyampaikan isi cerita sandiwara di depan kelas.
b)Siswa terlihat lancar, dan sudah menguasi berbagai macam bahasa yang digunakan ketika siswa manceritakan isi cerita sandiwara.
Si Badang Hulubalang Bentan
Di sebuah desa yang terpencil hidup sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, mereka selalu berdoa agar lekas dikaruniai anak. Pada suatu hari sang suami sedang berjalan di hutan, ia bertemu dengan tuan lembaga putih. Kemudian sang suami meminta kepada tuan lembaga putih agar dikaruniai seorang anak, tuan lembaga putih mau mengabulkan dengan syarat tidak boleh makan yang bernyawa seperti daging atau ikan. Setelah lama menginginkan anak akhirnya sang istri melahirkan anak laki-laki dan diberi nama Badang, ketika ia tumbuh besar Badang menjadi anak yang rajin dan berbakti kepada orangtuanya.
Badang selalu merasa curiga karena ikan orangtuanya selalu hilang, Badang berniat menjaga ikan tersebut dan ia berhasil menemukan pencuri tersebut. Ternyata yang mencuri ikanya bukanlah manusia melainkan sesosok jin mata merah, Badang dan jin mata merah itu bertarung dan Badang memenangkan pertarungan itu. Ia meminta kepada jin mata merah kekuatan seribu gajah
Sebelum pergi jin mata merah itu memberi kemenyan putih kepada Badang jika suatu saat ia memerlukan bantuan maka Badang harus membakar kemenyan tersebut. Badang ingin sekali merantau ke negeri bentan namun orangtuanya tidak mengijinkanya, setelah memberi alasan yang jelas akhirnya orangtuanya memberikan ijin namun dengan berat hati melepas kepergian badang.
Badang memberi kemenyan putih kepada orangtunya agar jin mata merah dapat membantu kedua orangtunya. Ditengah perjalanan Badang bertemu dengan sekelompok perampok, dan Badang mampu mengalahkan mereka dengan mudah. Di negeri bentan hidup seorang raja dan putrinya, sang raja menginginkan putrinya untuk segera menikah. Badang mengabdi kepada raja dengan sopan dan rendah hati, maka raja menginginkan Badang sebagai panglima perang. Setelah memenangkan perang Badang menikah dengan putri raja yang bernama putri Nilamsari.
c) Cara berdiri siswa pada saat menceritakan isi cerita sandiwara terlihat lebih baik, siswa mulai bercerita dengan rasa percaya diri dan pandangan lurus ke depan untuk meyakinkan kepada teman-temanya.
(39)
d)Siswa menceritakan isi cerita sandiwara dengan intonasi yang baik.
e) Siswa menyampaikan isi cerita dengan didukung gerakan tangan (ekspresi yang ramah).
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa KKM 1 2 3 4 5 Jumlah
1 Ahmad Rudianto 65 13 12 15 14 15 65
2 Ali Abdul Rosyid 65 15 15 12 13 15 70
3 Amni Anami 65 15 20 16 17 12 80
4 Ari Widayanti 65 12 12 14 15 15 68
5 Ayu Setyanita 65 18 15 15 16 16 80
6 Devi Dewi W 65 14 16 12 14 16 72
7 Dita Suhartoro 65 12 15 15 14 14 70
8 Eka Afif S.H 65 13 13 15 12 14 67
9 Eko Agus Setiyono 65 14 20 15 13 18 80
10 Fikiyanti Sholihah 65 12 15 15 12 12 66
11 Hesty Nurul A 65 15 15 15 15 16 76
12 Hidayati 65 15 18 15 14 17 79
13 Irham Pamungkas 65 13 13 16 14 15 70
14 Istiklaliyah 65 18 15 15 12 16 76
15 Lilies suryaningsih 65 20 15 20 14 15 84 16 Lina Vidayanti H.C.A 65 15 14 10 15 12 70
17 Muhammad Nurul H 65 18 14 14 15 13 74
18 Muhammad Basarudin 65 12 14 12 11 15 64
19 Muhammad Anang R 65 12 14 18 15 15 74
20 Muhammad Mufid 65 14 12 15 15 16 72
21 Muhammad Nur R 65 20 15 14 14 15 78
(40)
23 Riyanti Purwaningsih 65 20 15 14 18 15 82
24 Sarwendah 65 16 15 20 14 15 80
25 Siti Bakdiyah 65 20 15 20 15 18 78
26 Siti Fatimah 65 11 12 15 11 15 64
27 Siti Nur Aisyah 65 20 15 16 12 11 74
28 Sweety Purwanti 65 20 15 20 15 18 77
29 Siti Samsiyah 65 20 12 15 15 12 75
30 Sri Lestari 65 18 15 15 16 14 78
31 Yoda Adhi P 65 15 15 15 16 18 79
32 Zaimatul Umah 65 17 15 14 15 16 74
Jumlah
Rata-rata
2374 74,18
Keterangan
No Aspek Nilai
1 Keruntutan isi cerita (10-20)
2 Kesesuaian dengan sumber asli (10-20) 3 Menyusun isi dengan baik (10-20) 4 Menyampaikan dengan sopan (10-20) 5 Menyampaikan secara lisan (10-20)
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 Pemerolehan Skor
Nilai Akhir = --- X Skor Ideal (100) Skor Maksimum (100)
(41)
Berdasarkan tabel data hasil pekerjaan siswa, nilai yang didapat siswa terendah 64 dan yang tertinggi 84. Nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 74.
D. Kegiatan Belajar Mengajar Setelah Dilakukan Pembelajaran dengan Model Uret Susu
Uret Susu adalah bagian dari pengembangan pembelajaran PAIKEM, yang tujuanya tidak lain untuk menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan mempermudah siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Setelah diterapkan pembelajaran Uret Susu terbukti kemampuan berbicara siswa meningkat terkhusus dalam topik mendengarkan cerita sandiwara, pemanfaatan media elektronika yang dalam penelitian ini berupa rekaman sangat dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah diterapkanya metode Uret Susu, siswa merasa terbantu dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan berbicara siswa sudah mengalami peningkatan. Adanya tindakan yang telah diberikan dengan startegi pembelajaran Uret Susu telah memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar, siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pemanfaatan metode Uret Susu dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab siswa akan pelajaran yang mereka pelajari dalam suasana yang menyenangkan.
Selama proses penelitian berlangsung, kualitas pembelajaran pada tiap siklusnya mengalami peningkatkan secara bertahap dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal, belum didapatkan hasil
(42)
yang memuaskan. Hal ini disebabkan tidak adanya keseriusan siswa dalam membangun ide dan gagasan mereka secara maksimal, dan kemampuan berbicara siswa di depan kelas terlihat sangat rendah, disebabkan karena pada waktu mendendengarkan cerita sandiwara banyak siswa yang merasa jenuh, terlihat banyak siswa yang tidur, ngobrol sehingga hasil belum maksimal. pembelajaran pada siklus pertama berjalan lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil yang dicapai juga meningkat, hal ini karena sudah adanya pemanfatan metode Uret Susu .
Pembelajaran pada siklus ke dua jauh lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran siklus pertama, karena siswa sudah terbiasa dengan metode Uret Susu yang didapat dari pengalaman siklus I. Peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara dengan metode Uret Susu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dari Kondisi Awal sampai Sikus II
No Nama siswa Nilai Keterangan Kondisi
awal
Siklus I
Siklus II
1. Ahmad Rudianto 61 63 65 Tuntas
2. Ali Abdul Rosyid 53 66 70 Tuntas
3. Amni Anami 74 79 80 Tuntas
4. Ari Widayanti 60 61 68 Tuntas
5. Ayu Setyanita 70 76 80 Tuntas
6. Devi Dewi W 68 70 72 Tuntas
(43)
8. Eka Afif S.H 62 64 67 Tuntas
9. Eko Agus Setihono 72 78 80 Tuntas
10. Fikiyati Sholihah 58 60 66 Tuntas
11. Hesty Nurul A 60 72 76 Tuntas
12. Hidayati 53 68 79 Tuntas
13. Irham Pamungkas 56 59 70 Tuntas
14. Istiklaliyah 72 74 76 Tuntas
15. Lilies Suryaningsih 74 80 84 Tuntas
16. Lina Vedayanti C.A 62 65 70 Tuntas
17. Muhammad Nurul H 70 71 74 Tuntas
18. Muhammad Basarudin 56 58 64 Tidak Tuntas
19. Muhammad Anang R 64 65 74 Tuntas
20. Muhamad Mufid 53 56 72 Tuntas
21. Muhammad Nur Rifai 74 76 78 Tuntas
22. Paidaka A 58 60 75 Tuntas
23. Riyanti Purwaningsih 60 63 82 Tuntas
24. Sarwendah 66 69 80 Tuntas
25. Siti Bakdiyah 75 77 78 Tuntas
26. Siti Fatimah 60 61 64 Tidak Tuntas
27. Siti Nur Asiah 70 72 74 Tuntas
28. Sweety Purwanti 67 68 77 Tuntas
29. Siti Samsiah 58 69 75 Tuntas
30. Sri Lestari 58 67 78 Tuntas
31. Yoga Adi Pratama 68 77 79 Tuntas
32. Zaimatul Umah 72 74 74 Tuntas
Jumlah 2040 2178 2374
Rata-rata 64 68 74
Berdasarkan tabel di atas dapat diidentifikasi bahwa nilai 65 keatas atau yang sudah mencapai minimal ketuntasan pada kondisi awal sebanyak 14
(44)
mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 22 siswa yang telah mampu mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal , dan pada siklus II menjadi 30 siswa. Pada hasil nilai rata-rata kelas dimana pada kondisi awal sebesar 64 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 68 dan pada siklus II menjadi 74.
E. Temuan dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (action research) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: persiapan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi awal yang ada di lapangan. Berdasarkan hasi survai ini, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara di kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut terlihat dari hasil pekerjaan siswa dalam membangun pemahaman setelah mendengarkan cerita sandiwara yang masih banyak ditemukan beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain (1) Isi cerita sandiwara belum dituliskan secara runtut dan mudah dipahami, (2) Kemampuan siswa mengungkapkan cerita sandiwara belum sesuai dengan sumber aslinya, (3) Isi cerita pada cerita sandiwara belum siswa sampaikan dengan sempurna.
Selain itu, motivasi dan keaktifan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali tergolong rendah. Hasil pengukuran motivasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
(45)
diperoleh sebanyak 18 siswa mengikuti pembelajaran dengan tidak bersemangat dan tidak sungguh-sungguh. Hasil dari penilaian terhadap lembar kerja siswa tergolong rendah. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten mencoba meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam mendengarkan cerita sandiwara. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode Uret Susu.
Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara dengan penerapan metode Uret Susu. Pelaksanaan metode tersebut siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali duduk ditempat duduk masing-masing untuk mendengarkan rekaman cerita sandiwara dengan cermat, setelah siswa membangun pemahaman tentang isi cerita yang sudah didengar, siswa secara lisan maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita tersebut. Hasil dari sikus I menunjukkan bahwa belum semua indikator-indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali tercapai.
Hasil yang dicapai adalah kemampuan mengembangkan ide dan gagasan setelah mendengarkan cerita sandiwara, kemampuan menyusun isi cerita, akan tetapi sebagian siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali belum mampu mengungkapkan secara runtut, sesuai dengan sumber aslinya. Pada pertemuan sebelumnya hanya terdapat 12 siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali mengikuti
(46)
pembelajaran dengan bersungguh-sungguh, sedangkan pada pertemuan siklus I diperoleh sebanyak 22 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan serius dan sungguh-sunguh.
Pada siklus II dilanjutkan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara di kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten dengan menggunakan metode Uret Susu. Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Hasil dari siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Indikator dari peningkatan tersebut berupa: (1) meningkatnya kemampuan siswa dalam menuliskan isi cerita dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami, (2) meningkatnya kemampuan Siswa dalam mengungkapkan cerita yang sudah dipahami sesuai dengan sumber aslinya, (3) meningkatnya kemampuan Siswa dalam menyusun isi cerita sandiwara, (4) meningkatkan kemampuan Siswa untuk menyampaikan secara lisan isi cerita secara runtut dan jelas, (5) meningkatnya kemampuan siswa dalam menyampaikan dengan sopan isi cerita sandiwara. Terbukti hasil dari siklus II sebanyak 30 siswa mampu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara.
Secara empiris tindakan-tindakan berupa penerapan metode Uret Susu
dalam pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara yang dilakukan oleh guru berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali. Sebelum tindakan penelitian mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman dengan menggunakan metode Uret Susu ini di laksanakan, para siswa memiliki
(47)
kemampuan berbicara yang tergolong rendah. Setelah penerapan metode Uret Susu sebagian besar siswa mampu berbicara sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan.
Penelitian mengenai “Penerapan Pembelajaran Uret Susu untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Siswa Kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong dengan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman”. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya yang tujuanya adalah sama-sama untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Berikut ini merupakan beberapa temuan studi yang dihubungkan dengan kajian teori.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Fahru Roji
Baidawi (2011) melakukan penelitian yang berjudul ” Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia melalui Teknik Bercerita (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMPN 13
Tangerang)”. Hasil dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita, hal ini terlihat pada hasil rata-rata anak pada kondisi awal 40,5, pada siklus I nilai rata-rata 63,3, dan siklus II rata-rata 73,5.
Persamaan penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi (2011) dengan penelitian ini yaitu ingin mengetahaui keterampilan berbicara. Perbedaan penelitian Fahru Roji Baidawi dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Uret Susu sedangkan dalam penelitian Fahru Roji Baidawi dengan teknik bercerita.
(48)
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Imam
Zubaidy Anshory (2010) yang berjudul ”Penggunaan Pendekatan Pragmatik
dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI di MI AL IKHSAN Jeru Turen Malang”.
Hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara klasikal mengalami peningkatan, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi 65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
Persamaan penelitian Imam Zubaidy Anshory (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Imam Zubaidy Anshory adalah penelitian ini lebih menitikberatkan pada metode pembelajran Uret Susu sedangkan dalam penelitian Imam Zubaidy Anshory menitikberatkan pada pendekatan pragmatik.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Eka
Ratnawati (2010) yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui
Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Negeri 2 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali”. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas I SD Negeri 2 Bendosari setelah dilaksanakanya pembelajaran dengan menggunakan dongeng. Dilihat dari tes kemampuan berbicara pada
(49)
siklus I diketahui 18 dari 30 siswa telah mencapai KKM (60), dan meningkat pada siklus II dimana 29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai KKM (60).
Persamaan penelitian Eka Ratnawati (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian Eka Ratnawati dengan penelitian ini adalah penelitian Eka Ratnawati menitikberatkan pada pembelajaran dengan menggunakan dongeng sedangkan dalam penelitian ini dengan pembelajaran dengan metode
Uret Susu.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Inggit
Prayogi (2010) yang berjudul ”Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui
Metode Diskusi dengan Fokus Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMA
Muhammadiyah 4 Yogyakarta”. Hasil penelitian sebelum menggunakan
metode diskusi dengan fokus pemodelan, nilai rata-rata siswa 64,64 pada kondisi awal (sebelum menggunakan metode diskusi dengan fokus pemodelan), setelah menggunakan metode diskusi dengan fokus pemodelan nilai rata-rata meningkat menjadi 70,08 pada siklus I, dan 80,00 pada siklus II. Persamaan penelitian Inggit Prayogi (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian Inggit Prayogi dengan penelitian ini adalah penelitian Inggit Prayogi menitikberatkan pada metode diskusi dengan fokus pemodelan, sedangkan dalam penelitian ini menitikberatkan pada metode Uret Susu.
(1)
mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 22 siswa yang telah mampu mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal , dan pada siklus II menjadi 30 siswa. Pada hasil nilai rata-rata kelas dimana pada kondisi awal sebesar 64 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 68 dan pada siklus II menjadi 74.
E. Temuan dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (action research) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: persiapan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi awal yang ada di lapangan. Berdasarkan hasi survai ini, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara di kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut terlihat dari hasil pekerjaan siswa dalam membangun pemahaman setelah mendengarkan cerita sandiwara yang masih banyak ditemukan beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain (1) Isi cerita sandiwara belum dituliskan secara runtut dan mudah dipahami, (2) Kemampuan siswa mengungkapkan cerita sandiwara belum sesuai dengan sumber aslinya, (3) Isi cerita pada cerita sandiwara belum siswa sampaikan dengan sempurna.
Selain itu, motivasi dan keaktifan siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali tergolong rendah. Hasil pengukuran motivasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
(2)
diperoleh sebanyak 18 siswa mengikuti pembelajaran dengan tidak bersemangat dan tidak sungguh-sungguh. Hasil dari penilaian terhadap lembar kerja siswa tergolong rendah. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten mencoba meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam mendengarkan cerita sandiwara. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode Uret Susu.
Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara dengan penerapan metode Uret Susu. Pelaksanaan metode tersebut siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali duduk ditempat duduk masing-masing untuk mendengarkan rekaman cerita sandiwara dengan cermat, setelah siswa membangun pemahaman tentang isi cerita yang sudah didengar, siswa secara lisan maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita tersebut. Hasil dari sikus I menunjukkan bahwa belum semua indikator-indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali tercapai.
Hasil yang dicapai adalah kemampuan mengembangkan ide dan gagasan setelah mendengarkan cerita sandiwara, kemampuan menyusun isi cerita, akan tetapi sebagian siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali belum mampu mengungkapkan secara runtut, sesuai dengan sumber aslinya. Pada pertemuan sebelumnya hanya terdapat 12 siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali mengikuti
(3)
pembelajaran dengan bersungguh-sungguh, sedangkan pada pertemuan siklus I diperoleh sebanyak 22 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan serius dan sungguh-sunguh.
Pada siklus II dilanjutkan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara di kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten dengan menggunakan metode Uret Susu. Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Hasil dari siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Indikator dari peningkatan tersebut berupa: (1) meningkatnya kemampuan siswa dalam menuliskan isi cerita dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami, (2) meningkatnya kemampuan Siswa dalam mengungkapkan cerita yang sudah dipahami sesuai dengan sumber aslinya, (3) meningkatnya kemampuan Siswa dalam menyusun isi cerita sandiwara, (4) meningkatkan kemampuan Siswa untuk menyampaikan secara lisan isi cerita secara runtut dan jelas, (5) meningkatnya kemampuan siswa dalam menyampaikan dengan sopan isi cerita sandiwara. Terbukti hasil dari siklus II sebanyak 30 siswa mampu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara.
Secara empiris tindakan-tindakan berupa penerapan metode Uret Susu dalam pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara yang dilakukan oleh guru berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong kabupaten Boyolali. Sebelum tindakan penelitian mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman dengan menggunakan metode Uret Susu ini di laksanakan, para siswa memiliki
(4)
kemampuan berbicara yang tergolong rendah. Setelah penerapan metode Uret Susu sebagian besar siswa mampu berbicara sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan.
Penelitian mengenai “Penerapan Pembelajaran Uret Susu untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara di Depan Kelas pada Siswa Kelas X.2 SMA Muhammadiyah 4 Andong dengan pembelajaran mendengarkan cerita sandiwara pada rekaman”. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya yang tujuanya adalah sama-sama untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Berikut ini merupakan beberapa temuan studi yang dihubungkan dengan kajian teori.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Fahru Roji Baidawi (2011) melakukan penelitian yang berjudul ” Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia melalui Teknik Bercerita (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang)”. Hasil dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita, hal ini terlihat pada hasil rata-rata anak pada kondisi awal 40,5, pada siklus I nilai rata-rata 63,3, dan siklus II rata-rata 73,5.
Persamaan penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi (2011) dengan penelitian ini yaitu ingin mengetahaui keterampilan berbicara. Perbedaan penelitian Fahru Roji Baidawi dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Uret Susu sedangkan dalam penelitian Fahru Roji Baidawi dengan teknik bercerita.
(5)
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Imam Zubaidy Anshory (2010) yang berjudul ”Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI di MI AL IKHSAN Jeru Turen Malang”. Hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara klasikal mengalami peningkatan, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi 65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
Persamaan penelitian Imam Zubaidy Anshory (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Imam Zubaidy Anshory adalah penelitian ini lebih menitikberatkan pada metode pembelajran Uret Susu sedangkan dalam penelitian Imam Zubaidy Anshory menitikberatkan pada pendekatan pragmatik.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Eka Ratnawati (2010) yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas I SD Negeri 2 Bendosari setelah dilaksanakanya pembelajaran dengan menggunakan dongeng. Dilihat dari tes kemampuan berbicara pada
(6)
siklus I diketahui 18 dari 30 siswa telah mencapai KKM (60), dan meningkat pada siklus II dimana 29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai KKM (60).
Persamaan penelitian Eka Ratnawati (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian Eka Ratnawati dengan penelitian ini adalah penelitian Eka Ratnawati menitikberatkan pada pembelajaran dengan menggunakan dongeng sedangkan dalam penelitian ini dengan pembelajaran dengan metode Uret Susu.
Hasil temuan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Inggit Prayogi (2010) yang berjudul ”Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Diskusi dengan Fokus Pemodelan pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta”. Hasil penelitian sebelum menggunakan metode diskusi dengan fokus pemodelan, nilai rata-rata siswa 64,64 pada kondisi awal (sebelum menggunakan metode diskusi dengan fokus pemodelan), setelah menggunakan metode diskusi dengan fokus pemodelan nilai rata-rata meningkat menjadi 70,08 pada siklus I, dan 80,00 pada siklus II. Persamaan penelitian Inggit Prayogi (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama meningkatkan kemampuan berbicara. Perbedaan penelitian Inggit Prayogi dengan penelitian ini adalah penelitian Inggit Prayogi menitikberatkan pada metode diskusi dengan fokus pemodelan, sedangkan dalam penelitian ini menitikberatkan pada metode Uret Susu.