PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA:(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016).

(1)

Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Chintia Devi Yurensi NIM 1100944

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

LEMBAR HAK CIPTA

oleh

Chintia Devi Yurensi NIM 1100944

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Chintia Devi Yurensi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)

Oleh

Chintia Devi Yurensi NIM 1100944

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,

Dr. Hj. Isah Cahyanai, M.Pd NIP 196407071989012001

Pembimbing II,

Rosita Rahma, M.Pd NIP 19850302201212200

diketahui

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Chintia Devi Yurensi NIM 1100944

Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

deviyurensi@gmail.com

ABSTRAK

Bertanya adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa. Penelitian ini dilakukan melihat rendahnya kemampuan bertanya siswa. Hal itu disebabkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sepenuhnya dapat menerapkan pola-pola pembelajaran yang ideal sehingga hasil pembelajran belum optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Kurikulum 2013.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Langkah pembelajaran (1) menyampaikan semua tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, (2) menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan, (3) menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien, (4) membimbing hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, (5) mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, (6) mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitan Tindak Kelas (PTK). Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Permasalahan yang diteliti adalah: bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan bertanya siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung tahun ajaran 2015/2016.Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan bertanya siswa. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nila kemampuan bertanya siswa dari rata-rata 52,8 pada studi pendahuluan menjadi 59,26 pada siklus 1 dan kembali meningkat menjadi 76,23 pada siklus II. Demikian pula dari analisis hasil observasi yang menunjukan adanya peningkatan pada kinerja guru dan siswa. Kesimpulan yang diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung.


(5)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL ASK FOR IMPROVED

Chintia Devi Yurensi NIM 1100944

Department of Language and Literature Indonesia Indonesian Education University

deviyurensi@gmail.com

ABSTRACT

Asks is one capability that should be owned by the students. This research was conducted seeing low ability students askedThat is because the teaching methods used by teachers not yet fully apply the patterns that ideal learning so that the learning outcomes have not been optimized to achieve the goals set in the curriculum in 2013.This study aims to improve the ability to ask the class X MIA 1 SMA 16 Bandung to implement cooperative learning model. Learning step (1) deliver all learning objectives and motivate students to learn; (2) presenting information to students by way of demonstration or through reading materials; (3) explain to the students how to form study groups and help each group to make the transition efficiently; (4) guiding the learning outcomes of the material that has been learned or each group presented their work; (5) evaluating the results of learning about the material they have learned or each group presented their work; (6) are looking for ways to appreciate the effort and the learning outcomes of individuals and groups.The method used is the method Research Act (PTK). The study was conducted in two cycles. The problems studied were: how the planning, implementation, and increase the ability to ask students by using cooperative learning in class X MIA 1 SMA 16 Bandung the academic year 2015/2016.Results of this study can prove that the cooperative learning model can improve students' ability to ask. It is characterized by an increase in tilapia ability to ask students from an average of 52.8 in the preliminary study into 59.26 in cycle 1 and increased again to 76.23 in the second cycle. Similarly, analysis of observation results showed an improvement in the performance of teachers and students. The conclusion that the application of cooperative learning model can improve the ability to ask the class X MIA 1 SMAN 16 Bandung .


(6)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN BERTANYA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 9

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

B. Kemampuan Bertanya ... 13

1. Pengertian Kemampuan Bertanya ... 13

2. Jenis-jenis Pertanyaan... 14

3. Fungsi dan Prinsip Bertanya ... 20 BAB III METODE PENELITIAN


(7)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

A. Metode Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 25

C. Definisi Oprasional ... 25

D. Instrumen Penelitian ... 25

1. Angket ... 25

2. Lembar Observasi ... 27

3. Catatan Lapangan ... 31

4. Pedoman Wawancara ... 32

5. Jurnal Siswa ... 42

6. Tes Kemampuan Bertanya... 33

E. Teknik Pengolahan Data ... 39

1. Analisis Data ... 39

2. Kategori Data ... 41

3. Interpretasi Data ... 41

F. Kriteria Penilaian Kemampuan Bertanya ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Awal Kemampuan Bertanya Siswa ... 45

B. Kendala yang Dihadapi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ... 47

1. Data Hasil Agket ... 47

C. Kebutuhan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran ... 51

D. Siklus 1 ... 51

1. Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 51

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 52

3. Analisis Pengamatan Pembelajaran Siklus 1 ... 54

a. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru ... 54

b. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa ... 57

4. Analisis Hasil Tes Siswa Siklus 1 ... 60


(8)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

b. Kelompok Nilai Kurang ... 66

5. Refleksi Tindakan Siklus 1 ... 71

E. Siklus 2 ... 74

1. Perencanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 74

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 74

3. Analisis Pengamatan Siklus 2 ... 76

a. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru ... 76

b. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa ... 80

4. Analisis Hasil Tes Siswa Siklus 2 ... 82

a. Kelompok Nilai Baik Sekali ... 82

b. Kelompok Nilai Baik ... 87

c. Kelompok Nilai Cukup ... 90

5. Refleksi Tindakan Siklus 2 ... 96

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

1. Kemampuan Siswa Mengajukan Pertanyaan ... 97

2. Pendapat Siswa Mengenai Pembelajaran ... 101

3. Pembahasan ... 102

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan dan Implikasi ... 105

5.2 Rekomendasi ... 107 DAFTAR PUSTAKA ... cviii LAMPIRAN


(9)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum dalam pendidikan Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan. Hal tersebut karena banyak perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah. Kegiatan Pembelajaran di sekolah saat ini menggunakan dua kurikulum. Ada sekolah yang tetap menggunakan kurikulum 2013, sebagian sekolah lainnya kembali meggunakan kurikulum KTSP. Perubahan tersebut memberikan banyak hal baru dalam dunia pendidikan, seperti pendekatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Salah satu perubahan yang terjadi dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas pada kurikulum 2013 adalah terdapat mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks diterapkan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir manusia (Kemendikbud, 2013, hlm. v).

Pada dasarnya, pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari empat keterampilan berbahasa, yakni membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berpengaruh terhadap tingkat pemahaman materi dan kemampuan berbahasa siswa. Oleh karena itu, keempat


(10)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

keterampilan berbahasa tersebut perlu diajarkan kepada siswa. Tujuannya agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Di antara empat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa produktif karena siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tarigan (2008, hlm. 17) mengungkapkan bahwa “kegiatan berbicara membutuhkan paling sedikit dua orang.” Salah satu kegiatan berbicara yang melibatkan beberapa orang adalah komunikasi. Berkomunikasi membutuhkan kemampuan vokalisasi yang benar, penguasaan materi yang baik, dan kemampuan bertanya yang baik. Tanur (2010) dalam makalahnya mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bertanya memiliki peran yang penting sebab pertanyaan yang tertata rapi dengan baik dan dengan teknik penyampaian yang tepat pula akan memberikan dampak positif pada peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan adalah unsur utama dalam strategi pengajaran, merupakan kunci permainan bahasa dan pengajaran (Hyman dalam Gulo, 2008, hlm. 102).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hj. Nani Ahadiah, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 16 Bandung, mengatakan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan mengungkapkan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung. Siswa masih belum terampil berbicara khususnya ketika mengungkapkan pertanyaaan. Siswa masih merasa kesulitan pada penyusunan kosakata dan struktur kata dalam bertanya. Siswa merasa tegang, gugup, dan takut salah ucap ketika diminta untuk mengungkapkan pertanyaan ketika kegiatan pembelajaran di kelas. Rasa takut salah dan malu menjadi faktor lain bagi siswa untuk berani mengungkapkan pertanyaan di depan umum. Kendala tersebut tidak terlepas dari kurangnya rasa percaya diri siswa ketika bertanya di depan umum. Selain itu, siswa lebih terbiasa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa reseptif seperti membaca dan menyimak. Padahal kegiatan berbicara akan menunjukkan bagaimana performansi seorang siswa berbahasa aktif dan juga berpengaruh pada sosial siswa. Selain itu, faktor yang juga


(11)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berpengaruh terhadap kemampuan bertanya siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung juga sempat diungkapkan oleh Ibu Nani. Perkembangan teknologi saat ini menjadi faktor yang paling berpengaruh. Saat ini, siswa lebih tertarik membuka media sosial atau internet. Tanpa disadari siswa menjadi tidak menghiraukan lingkungan sekitar. Hal tersebut berpengaruh terhadap keinginan siswa bertanya secara lisan. Selain itu, kurangnya kemampuan bertanya siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung adalah pengaruh bahasa ibu. Latar belakang siswa yang mayoritas berasal dari daerah Sunda menjadi hal yang berpengaruh terhadap kemampuan bertanya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mayoritas siswa menggunakan bahasa Sunda ketika mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pernyataan di atas menunjukan bahwa peran pendidik sangat berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Menurut Suryani (dalam Husamah, 2013, hlm. 105), dalam melaksanakan perannya sebagai implementator desain pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya. Akan tetapi, guru juga berperan sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian, berlangsungnya pembelajaran dapat dikatakan berada pada keputusan seorang guru. Berinovasi dalam model pembelajaran yang digunakan menjadi hal penting. Model pembelajaran yang monoton akan membuat siswa merasa jenuh, lebih dari itu siswa menjadi tidak tertarik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Selain melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan pengamatan ke kelas dan wawancara dengan beberapa siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat respons siswa ketika pembelajaran di kelas. Hasil dari pengamatan awal adalah siswa terlihat kurang persiapan ketika menghadapi pembelajaran di kelas. Jarang sekali siswa yang bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Hanya 5 orang siswa yang bertanya dari 37 orang siswa. Tidak jauh berbeda ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa. Siswa terlihat enggan untuk bertanya ketika pembelajaran di dalam kelas karena takut dicela dan dianggap


(12)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bodoh oleh siswa lain. Siswa mengaku ada perasaan gugup, bingung menyusun pertanyaan, dan kurang percaya diri ketika bertanya di kelas.

Terdapat beberapa penelitian mengenai upaya peningkatan kemampuan bertanya siswa kelas X. Sebagai contoh, penelitian dalam upaya peningkatan kemampuan bertanya dilakukan oleh Faizati (2010) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team-Assisted Individualization) untuk

Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa Kelas XI-IA-6 SMAN 1 Pandaan.”

Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pada siklus I persentase banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan adalah 46.15% sedangkan pada siklus II persentase banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan adalah 76.92%. Berdasarkan persentase pertanyaan tertutup yang muncul selama pembelajaran pada siklus I adalah 52.64% dan pada siklus II adalah 85%, sedangkan untuk pertanyaan terbuka, pada siklus I adalah 47.36% dan pada siklus II adalah 15%, dapat diketahui bahwa ada peningkatan banyaknya pertanyaan tertutup yang muncul, hal ini berarti siswa sudah terbiasa berpikir konvergen atau menarik kesimpulan yang logis dari informasi yang diberikan. Siswa sudah

mengalami proses “penemuan kembali” konsep-konsep materi yang dipelajari

melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI. Siswa tidak lagi mendapat transfer ilmu, namun menemukan sendiri pengetahuannya. Aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siklus I skor rata 67.17 dan skor rata-rata pada siklus II adalah 69.75. Dalam analisis skor rata-rata-rata-rata tersebut bahwaaktivitas siswa termasuk kategori sangat baik. Aktivitas guru selama pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siklus I skor rata 67.5 dan skor rata-rata pada siklus II adalah 68.5. Dalam analisis skor rata-rata-rata-rata tersebut bahwa aktivitas guru termasuk kategori sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam penelitian ini berhasil.

Mengingat pentingnya kemampuan siswa dalam berbicara, khususnya mengungkapkan pertanyaan, guru dituntut untuk lebih inovatif dalam memilih model, metode, atau teknik pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih


(13)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tertarik dan tidak mengalami kesulitan ketika berbicara di depan kelas. Terdapat penelitian mengenai model pembelajaran yang dianggap tepat dalam penelitian ini. Sebagai contoh, penelitian tersebut dilakukan oleh Nafiah (2006) yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan pendekatan sets untuk meningkatkan kemampuan bertanya menjawab pertanyaan dan hasil

belajar siswa XI-IPA-2 di SMAN 8 Malang. Hasil penelitian penerapan model

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dapat: (1) meningkatkan kemampuan bertanya siswa dari skor rata-rata 58,8% pada siklus I menjadi 68,75% pada siklus II; (2) meningkatkan kemampuan menjawab siswa skor rata-rata dari 53,18% pada siklus I meningkat menjadi 68,125% pada siklus II.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti beranggapan bahwa Kondisi siswa dalam proses belajar-mengajar masih cenderung pasif walaupun sudah digunakan berbagai macam metode belajar, namun guru masih dianggap sebagai sumber utama dalam penerimaan informasi. Hal ini sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Seharusnya mereka dituntut untuk mengembangkan segala olahan informasi yang diterima dalam pikirannya selama proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan bertanya siswa dapat diperbaiki dengan adanya inovasi model pembelajaran dari guru. Peneliti tertarik untuk menggunkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa, khusunya ketika mengungkapkan pertanyaan saat pembelajaran di kelas. Mengacu pada masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti mengangkat judul ‘Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016)’. Dengan begitu, diharapkan siswa dapat lebih tertarik dalam mengungkapkan pertanyaan sehingga memahami materi pelajaran. Dalam melakukan penelitian ini, peran guru sangatlah penting karena guru diharapkan mampu memberikan pengalaman yang sesuai dengan materi pelajaran. Penelitian ini juga mendukung kurikulum 2013 pada kegiatan bekerja sama membangun teks.


(14)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana profil kemampuaan bertanya siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

3. Apa saja kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

4. Bagaimana perencanaan pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

5. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

6. Bagaimana hasil pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara garis besar memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuannya diuraikan sebagai berikut. Tujuan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa kelas X di SMA Negeri 16 Bandung.


(15)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan untuk medeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

a. Memaparkan profil kemampuaan bertanya siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

b. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

c. Mendeskripsikan kebutuhan yang diperlukan oleh guru dan siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

d. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

e. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

f. Mendeskripsikan hasil pembelajaran kemampuan bertanya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di kelas X SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Menambah inovasi pembelajaran bahasa Indonesia untuk pembelajaran berbicara khususnya pada kemampuan bertanya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X.


(16)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

a. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif merupakan alternatif untuk meningkatkan kemampuan bertanya yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang terdapat kegiatan kerja sama dalam membangun teks.

b. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensinya khususnya dalam bidang mengajukan pertanyaan.

c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti yang nantinya berharap menjadi seorang pendidik. Pada hakikatnya seorang pendidik harus mampu menyiasati kesulitan belajar siswa serta membantu siswa dalam proses belajar dan mengajar.

E. Struktur Organisasi Penelitian

Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab pertama, yaitu pendahuluan yang mencakup latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan struktur organisasi penelitian. Bab kedua, yaitu landasan teoretis yang berisi ihwal model pembelajaran kooperatif, kemampuan bertanya, penelitian-penelitian terdahulu, anggapan dasar, dan hipotesis. Komponen-komponen tersebut berkaitan dengan penelitian. Bab tiga, yaitu metodologi penelitian yang mencakup metode penelitian dan desain penelitian, sumber data penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Bab empat, yaitu pembahasan. Bab lima, yaitu penutup yang berisi simpulan dan saran penelitian

Pada bab pertama pendahuluan, latar belakang penelitian berisi ulasan-ulasan ideal mengenai keterampilan berbahasa terutama berbicar, ketidakselarasan antara keinginan dan kenyataan yang didapatkan oleh penelitian sebelumnya menjadi alasan penelitian dilakukan. Pemberian solusi dengan memberikan sebuah model dan media pembelajaran serta ketertarikan peneliti mengadakan penelitian. Identifikasi masalah merujuk pada batasan-batasan dalam penelitian yang nantinya menjadi bahan untuk perumusan masalah. Rumusan masalah


(17)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

merupakan permasalahan-permasalah dalam penelitian. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang akan dibahas (jawaban) mengenai permasalahan dalam penelitian. Manfaat penelitian mengungkapkan penelitian ini memiliki manfaat bagi kemampuan bertanya siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia. Struktur organisasi berisi gambaran keseluruhan penelitian.

Bab kedua berisi landasan teoretis yang menjadi acuan penilitian. Menjelaskan satu per satu variabel dalam penelitian dan melihat penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kontribusi dalam penelitian-penelitian ini. Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang menjelaskan rencana penelitian yang berupa penelitian tindak kelas, sumber data, instrumen penelitian, bagaimana kerangka dalam teknik pengumpulan data dan teknik pengelolaan data penelitian.

Bab keempat berisi pembahasan yang menjawab setiap rumusan masalah dan hasil dari penilitian. Deskripsi perencanaan pembelajaran. Merumuskan hasil penelitian. Bab ini merupakan inti dari sebuah penelitian. Penelitian akan dijabarkan sehingga keefektifan penilitian akan terlihat.

Bab lima peneliti mampu menyimpulkan hasil penelitian dan melihat penelitian ini efektif atau tidak. Daftar pustaka sangat penting karena sebagai rujukan peneliti dalam memeroleh bahan-bahan tambahan dalam penelitian.


(18)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010, hal.128), penelitian tindakan muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Pembelajaran ini tidak akan terlepas karena adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, materi dengan bahan ajar yang digunakan untuk meneliti proses dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul di kelas. Dalam hal ini, pembelajaran berbicara di kelas menjadi masalah utama yang akan diteliti. Data yang diambil dalam penelitian disesuaikan dengan materi pembelajaran di kelas. Kegiatan dalam penelitian ini terdiri atas perumusan kembali masalah yang sedang dihadapi, perumusan cara pemecahan masalah, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi kegiatan atau refleksi. Berikut ini bagan Penelitian Tindakan Kelas.

Gambar 3.1


(19)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2013, hal.137)

Sebelum siklus satu dilaksanakan, hal yang pertama dilakukan adalah studi kelayakan sebagai penelitian pendahuluan (prasiklus) dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan ide yang tepat dalam pengembangan proses pembelajaran. Proses penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu, 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Keempat tahap tersebut menjadi sebuah siklus dalam penelitian. Jika hasil dari siklus pertama dianggap masih kurang, maka refleksi menjadi acuan untuk dilakukannya siklus berikutnya hingga hasil belajar siswa dianggap meningkat.

Secara lebih rinci, prosedur penelitian setiap siklusnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan penelitian ini dimulai dengan observasi di salah satu sekolah mengenai kesulitan atau permasalahan yang terjadi dalam kemampuan bertanya siswa.

2. Tindakan

Tindakan dalam penelitian adalah pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat. Tindakan yang nanti akan dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pembelajaran tentang kemampuan bertanya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

3. Pengamatan

Pada penelitian ini, nantinya ada yang bertindak sebagai observer, tugasnya akan mengamati proses berlangsungnya pengamatan penelitian. Data dari hasil ini akan memberikan pengaruh dalam penyusunan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Selain itu, pengamatan yang dilakukan observer akan membantu peneliti melihat aktivitas guru dan siswa yang terjadi di kelas.


(20)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Refleksi merupakan kegiatan mengkaji pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi juga merupakan bentuk evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan observer dan hasil analisis belajar siswa dijadikan acuan untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran.

B. Subjek Penelitian

Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 16 Bandung. Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas X MIA 1. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah sebanyak 36 orang yang terdiri atas 24 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas ini berdasarkan rekomendasi dari seorang guru yang mengalami permasalahan kemampuan bertanya di kelas.

C. Definisi Operasional

Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi yang berkaitan dengan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk menghindari penafsiran yang berbeda. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

2. Kemampuan bertanya dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu keterampilan berbahasa produktif yang mengutamakan bahasa lisan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang membantu dalam menyusun data-data yang telah dikumpulkan agar pengolehan data-data lebih cermat, lengkap dan mudah. Instrumen yang dipilih oleh peneliti untuk mengolah data-data yang dikumpulkan sebagai berikut.


(21)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Angket merupakan instrumen yang di dalamnya berisi pertanyaan atau pernyataan secara tertulis. Tujuan dari angket ini adalah untuk mengetahui berapa besar antusias bertanya siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Dalam penelitian ini, angket yang disebar berisi pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, seperti ya, kadang-kadang, atau tidak. Pertanyaan dalam angket ini mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan bertanya siswa.

Tabel 3.1 Angket Siswa

No Pertanyaan

Pilihan jawaban Ya Kadang-

Kadang Tidak 1 Apakah anda memiliki antusias yang besar

terhadap pembelajaran bahasa Indonesia?

2

Apakah anda berpikir bahwa mengajukan pertanyaan saat proses belajar dikelas itu penting?

3

Apakah anda memiliki kesempatan untuk bertanya kepada guru pada saat menjelaskan di dalam kelas?

4 Apakah anda pernah bertanya saat pembelajaran di kelas berlangsung?

5 Apakah anda senang bertanya kepada teman saat pembelajaran berlangsung?

6 Apakah anda senang bertanya kepada guru saat pembelajaran berlangsung?

7 Apakah anda senang belajar berkelompok? 8 Apakah anda merasa lebih nyaman bertanya


(22)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

belajar secara individu?

9

Apakah ada pengaruh model pembelajaran terhadap keinginan anda untuk mengajukan pertanyaan?

10 Apakah belajar berkelompok lebih menyenangkan dibanding belajar individu?

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Observer mengisi lembar observasi dengan cara menuliskan jumlah siswa pada lembar observasi aktivitas siswa. Sedangkan pada lembar observasi aktivitas guru, observer mengisi dengan memberi tanda check (√). Observasi dilakukan tidak hanya pada siswa, tetapi observasi terhadap guru pun perlu dilakukan. Tujuannya untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Dalam melakukan observasi ini, peneliti bekerja sama dengan beberapa mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia sebagai observer atau pengamat di dalam kelas.

Lembar observasi aktivitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran di kelas. Aktivitas siswa terbagi menjadi empat aspek, yaitu siswa yang memperhatikan penjelasan guru, siswa yang mengajukan pendapat, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, dan siswa yang mampu bertanya dengan baik.

Tabel 3.2


(23)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Keterangan kategori penilaian prilaku positif siswa selama mengikuti pembelajaran.

>80% = sangat baik 60% - 79,999% = baik

40% - 59,999% = cukup baik 20% - 39,999% = kurang

0% - 19,999% = sangat kurang

Penilaian terhadap aktivitas guru dibagi menjadi beberapa bagian yang berkaitan dengan kemampuan guru membuka pembelajaran, sikap guru dalam pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, kemampuan guru melakukan evaluasi pembelajaran, dan kemampuan guru menutup pembelajaran. Selain itu, terdapat penilaian terhadap guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Berikut ini aspek yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas seperti pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Aspek yang dinilai dalam kemampuan

NO Perilaku Siswa

Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung presentase 1 Siswa memperhatikan penjelasan guru

2 Siswa mengajukan pendapat

3 Siswa menjawab pertanyaan dari guru

4 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

5 Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok

6 Siswa menjawab pertanyaan dalam penampilan kelompok

7 Siswa mengajukan pertanyaan dalam penampilan kelompok

8 Siswa memperhatikan penampilan kelompok dengan sunguh-sungguh


(24)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membuka pembelajaran adalah kemampuan menarik perhatian siswa, memotivasi siswa, kemampuan apresepsi, dan kemampuan memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan. Kemudian aspek yang dinilai dari sikap guru dalam pembelajaran adalah kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa, tidak melakukan gerakan atau mengucapkan sesuatu yang mengganggu perhatian siswa, antusiasme mimik dalam penampilan, dan mobilitas posisi tempat dalam kelas. Selain itu, aspek yang dinilai dari kemampuan guru menggunakan media pembelajaran adalah memperhatikan prinsip media pembelajaran, tepat ketika menggunakan, mampu dalam mengoperasikan, dan media yang digunakan membantu dalam pembelajaran.

Aspek yang berkaitan dengan model Pembelajaran Kooperatif adalah kemampuan guru mengaplikasikan langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif, efektivitas proses belajar menggunakan model PBM, kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi, dan mencerminkan penguasaan materi ajar secara proporsional. Selain itu, beberapa aspek yang dinilai dari implementasi langkah-langkah pembelajaran yaitu penyajian materi ajar sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP, pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa, antusias dalam menanggapi dan menggunakan respons dari siswa, dan cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai dengan alokasi yang direncanakan.

Tabel 3.3

Penilaian Aktivitas Guru


(25)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1

Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik perhatian siswa.

b. Mengecek kehadiran siswa. c. Melakukan apersepsi.

d. Menjelaskan tujuan pembelajaran.

e. Memberikan motivasi berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

2

Kemampuan Menyampaikan Materi Ajar

a. Menstimulus siswa untuk menjawab pertanyaan. b. Guru menjelaskan materi.

c. Mobilitas, kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa.

3

Penerapan Model Kooperatif

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dan menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar.

b.Guru mengajak siswa melakukan aktivitas mengamati dan mendiskusikan apa informasi yang didapat dari bahasan bacaan yang diberikan.

c. Guru merangsang siswa untuk bertanya mengenai teks yang mereka diskusikan dalam kelompok.

d.Guru membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

e. Guru membimbing hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.

f. Guru menugasi masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

g. Guru menugasi siswa dalam kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi kelompok yang presentasi.


(26)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bentuk pujian dan tepuk tangan kepada kelompok yang telah tampil dan kepada siswa yang berani meengajukan pertanyaan atau pendapat.

4

Kemampuan Menutup Pelajaran

a. Meninjau kembali atau menyimpulkan materi kompetensi yang diajarkan.

b. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

c. Menginformasikan materi pembelajaran berikutnya.

5

Penggunaan Media Pembelajaran

a. Memperhatikan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat penggunaan

c. Terampil dalam mengoperasikan

d. Membantu kelancaran proses pembelajaran Jumlah Nilai Aspek

A= B= C= D=

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian

NILAI KETERANGAN

A Baik Sekali

B Baik

C Cukup

D Kurang

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan lembaran yang akan diisi oleh observer. Catatan lapangan berfungsi untuk menuliskan kekurangan, ajuan, atau solusi dari observer untuk pembelajaran selanjutnya. Observer diberikan satu lembar kertas


(27)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

untuk menuliskan segala kekurangan dari pembelajaran di hari itu. Lembar catatan lapangan diisi setelah pembelajaran berakhir. (terlampir)

Tabel 3.5

Lembar Penilaian dan Komentar

Komentar tentang kekurangan, saran dan solusi untuk pembelajaran selanjutnya :

4. Pedoman Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan terhadap guru dan beberapa orang siswa. Wawancara yang dilakukan kepada guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 di SMA Negeri 16 Bandung. Guru diberi beberapa pertanyaan mengenai proses belajar di kelas, respons siswa terhadap pembelajaran, dan upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan. Sedangkan wawancara yang dilakukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang terjadi dalam mengajukan pertanyaan. Pedoman wawancara ini berisi beberapa pertanyaan mengenai mengajukan pertanyaan di kelas. Selain itu, faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan bertanya siswa.

5. Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir. Jurnal ini bertujuan untuk melihat respons dan gambaran umum siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Setelah itu, data tersebut digunakan dalam upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Jurnal ini berisi beberapa


(28)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pertanyaan mengenai pembelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan tersebut secara tertulis. Selain itu, untuk membuat siswa teratrik dalam menjawab pertanyaan, peneliti memberikan pilihan berupa gambar wajah senang, sedih, atau biasa saja.

Tabel 3.6

Penilaian Siswa setelah Pembelajaran

1. Bagaimana pendapatmu mengenai model kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran tadi?

……… 2. Apakah sebelumnya kamu pernah belajar menggunakan model tersebut?

………..….. 3. Apakah dengan belajar berkelompok kalian dapat berdiskusi dengan baik dan

menjadi berani untuk mengajukan pertanyaan ?

………. 4. Apakah kamu mengerti materi yang disampaikan tadi di kelas?

………. 5. Apa yang bisa kamu dapatkan dari proses pembelajaran tersebut?

………. Bagaimana perasaan kalian?  senang  sedih  biasa saja 6. Video

Video merupakan rekaman peristiwa pembelajaran yang terjadi di kelas selama penelitian. Video digunakan untuk membantu peneliti dalam mengubah pertanyaan siswa yang berbentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan dari pertanyaan siswa selama pembelajaran ini lah yang akan peneliti teliti. Video ini adalah alat bantu yang sangat dibutuhkan dalam menyimpan data penelitian. Keakuratan data yang sesuai dengan apa yang siswa ucapkan di kelas saat mengajukan pertanyaan dapat dibuktikan dengan rekaman video.


(29)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Tes Kemampuan Bertanya

Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan dan tulisan, berupa tes keterampilan bertanya di depan umum. Tes yang dilakukan dalam bertanya ini disesuaikan dengan kompetensi siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung. Selain itu, tes kemampuan bertanya dilakukan ketika pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Berikut ini merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Guruan : SMA NEGERI 16 BANDUNG Kelas/Semester : X/Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Materi Pokok : Teks Eksposisi

Tema : Budaya Berpendapat di Forum Alokasi Waktu : 4x45 menit

a. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah


(30)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

KI 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan terkait.

b. Kompetensi Dasar dan Indikator

1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan prosedur dalam membaca sajak.

2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan disiplin dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan.

3.3 Menganalisis teks eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan

3.3.1 Peserta didik mampu menganalisis isi teks eksposisi yang baik dan benar.

3.3.2 peserta didik mampu memberikan pendapatnya pro atau kontra terhadap isu yang terdapat pada teks eksposisi.

4.1 Menginterpretasi makna teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan. 4.1.1 Menafsirkan dan mengutarakan tentang isi teks eksposisi sesuai

pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan.

c. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses menggali informasi melalui beberapa fakta, menanya, konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterpretasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan materi pembelajaran teks eksposisi, siswa mampu:


(31)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Mensyukuri anugera Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.

2. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki dan menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan disiplin dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan.

3. Selama dan setelah menganalisis teks eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan, siswa mampu menganalisis isi, mengajukan pertanyaan, memberikan pendapatnya, pro atau kontra terhadap isu yang terdapat pada teks eksposisi yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan.

4. Selama dan setelah menginterpretasi makna teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan, siswa mampu menafsirkan dan mengutarakan dan menanyakan tentang isi teks eksposisi sesuai pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan.

d. Materi Pembelajaran

Fakta : Contoh teks eksposisi,

Contoh teks tentang cara debat. Konsep : 1. Struktur dan kaidah teks eksposisi

2. aturan dalam debat Prinsip : Karakteristik teks eksposisi

Prosedur : Langkah-langkah melakukan debat.

e. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Metode : Pembelajaran Kooperatif

f. Media, Alat, dan Sumber Belajar 1) Alat/bahan


(32)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

 LCD, handycam, laptop  Contoh-contoh teks negosiasi 2) Sumber Belajar

Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. 2013. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

 Kosasih, E. (2014). Jenis-jenis teks: Analisis fungsi, struktur, dan kaidah serta langkah penulisannya dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya.

 Internet

g. Kegiatan Pembelajaran

Tabel 3.7

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu

A. Pendahuluan 1. Siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan mengondisikan diri siap belajar.

2. Guru mengecek kehadiran siswa. 3. Siswa menerima motivasi dari guru

dengan media gambar sebagai stimulus untuk pengembangan karakter dan semangat untuk belajar.

4. Guru melakukan apersepsi, yaitu menghubungkan materi pada pembelajaran sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan. 5. Guru menyampaikan tema dan


(33)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

indikator pencapaian kompetensi. 6. Guru menyampaikan

pokok-pokok/cakupan materi pembelajaran.

7. Guru menempatkan siswa ke dalam 6 kelompok.

B. Inti  MENGAMATI

1. Siswa mengamati contoh teks ekposisi dalam kelompoknya masing-masing.

2. Siswa mengamati tayangan pelaksanaan debat.

MENANYA

3. Siswa dirangsang untuk bertanya dan mendiskusikan isi dari teks eksposisi dalam kelompoknya. 4. Siswa dirangsang untuk bertanya

tentang analisis teks eksposisi dan pelaksanaan debat dalam kelompoknya.

MENALAR

5. Siswa mencari informasi dari berbagai sumber tentang strategi pelaksanaan debat.

6. Siswa mencari informasi dari berbagai sumber terkait dengan isi teks eksposisi yang akan dijadikan bahan debat.

MENCOBA

10 menit


(34)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

7. Masing-masing kelompok di bagi dua kubu menjadi 3 kelompok pro dan 3 kelompok kontra dengan isu yang ada pada teks eksposisi. 8. Masing-masing pasangan

kelompok diminta untuk memilih teks eksposisi yang akan dianalisis dan dipraktikan di depan kelas. 9. Siwa diminta untuk berlatih dan

membagi peran dalam mempraktikan debat dalam analisis teks eksposisi secara adil.

MENGOMUNIKASIKAN

10. Siswa mendemonstrasikan debat di depan kelas dengan pasangan kelompok lainnya.

11. Siswa saling bertanya dan menjawab pertanyaan kelompok lain.

12. Siswa lain menilai, menanggapi dan memberikan saran pada kelompok yang melaksanakan debat secara bergantian.

10 menit

35 menit

10 menit

C. Penutup 1. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan kelompok yang mengajukan pertanyaan paling baik untuk menghidupkan suasana debat menurut penilaian kelommpok lain.


(35)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Siswa bersama guru

menyimpulkan hasil

pembelajaran.

3. Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

h. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Kompetensi Sikap

 Observasi  Penilaian diri 2. Kompetensi Pengetahuan

 Tes tertulis  Tes lisan

3. Kompetensi Keterampilan  Tes Praktik

 Projek  Portofolio

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, (1) analisis data, (2) kategorisasi data, dan (3) interpretasi data.

1. Analisis Data

Analisis data dimulai dengan mengolah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data dianalisis dan dideskripsikan dengan menampilkan data hasil atau dalam bentuk tabel. Setelah itu, hasil analisis data direfleksi untuk mendapatkan simpulan.


(36)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dalam pelaksanaanya, kegiatan menganalisis tidak hanya dilakukan oleh peneliti, tetapi dilibatkan juga beberapa guru untuk menjadi observer. Observer diminta untuk melihat langsung kegiatan pembelajaran di kelas. Para observer akan berdiskusi atau memberi komentar dalam pengamatan kegiatan pembelajaran. Kemudian, setelah diketahui beberapa kekurangan yang terjadi di siklus pertama, peneliti melakukan refleksi sebagai acuan untuk mengadakan atau melaksanakan rencana pembelajaran di siklus kedua. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perbaikan dari siklus pertama. Hal yang sama dilakukan sampai masalah dalam pembelajaran dapat terselesaikan.

Data yang telah terkumpul baik data kuantitatif atau kualitatif, terlebih dahulu dianalisis dan dideskripsikan melalui tabel atau grafik. Setelah itu, data direfleksi untuk mengambil simpulan. Berikut ini adalah data yang akan dianalisis oleh peneliti.

a. Analisis Angket Siswa

Lembar angket diisi oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Angket diolah dengan menghitung jumlah pilihan sesuai dengan jawaban responden. Setelah itu, hasil angket tersebut dideskripsikan.

b. Lembar Observasi Guru dan Siswa

Observasi diolah dengan menghitung jumlah cheklist yang diisi oleh observer. Setelah lembar observasi terisi kemudian dideskripsikan. Lembar observasi guru dan siswa diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung agar memudahkan dalam pengamatan.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dianalisis bertujuan untuk membantu peneliti melihat kekurangan dalam pembelajaran. Hasil dari catatan lapangan akan dideskripsikan. Hasil catatan lapangan juga menjadi bentuk refleksi atau evaluasi bagi guru memperbaiki pembelajaran.


(37)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jurnal siswa dianalisis berdasarkan tiga kategori jawaban, yaitu jawaban positif, jawaban negatif, dan jawaban netral. Dari hasil jurnal tersebut dapat dilihat tingkat antusiasme siswa khususnya ketika mereka bertanya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

e. Video

Video dianalisis berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Dari hasil analisis video tersebut dapat dilihat tingkat kemampuan bertanya siswa dalam mengajukan pertanyaan ketika pembelajaran koopertif berlangsung di kelas.

f. Tes Kemampuan Bertanya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tes ini merupakan bagian yang paling penting dalam proses pengambilan data. Siswa diminta untuk berdiskusi menggunakan model Pembelajaran Kooperatif. Hasil berdiskusi tersebut akan dinilai oleh guru sesuai dengan kriteria penilaian kemampuan bertanya yang telah dibuat sebelumnya.

2. Kategorisasi Data

Kategorisasi data adalah proses mengategorikan seluruh data yang telah didapat berdasarkan fokus penelitian. Data penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil penelitian kemampuan bertanya siswa. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari hasil pengamatan selama penelitian. Data tersebut terdiri dari jurnal siswa, lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa. Setelah itu, seluruh data tersebut dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kriteria yang telah dibuat sebelumnya.

3. Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan setelah semua data diperoleh, dianalisis, dan direfleksi. Akan tetapi, sebelum peneliti mengeinterpretasi data yang telah diperoleh, ada beberapa hal yang peneliti lakukan, di antaranya:


(38)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

b. Mendeskrispsikan pelaksanaan tindakan di setiap siklusnya.

c. Menganalisis hasil belajar siswa selama KBM, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam penelitian.

d. Menganalisis hasil observasi lembar aktivitas siswa dan guru dengan menghitung presentase dari setiap kategori yang telah dinilai observer.

e. Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokan pendapat yang diberikan. f. Menganalsis angket siswa dengan cara menghitung jumlah pilihan jawaban

yang ditulisnya, kemudian data tersebut dideskripsikan. g. Mendeskripsikan hasil wawancara guru

F. Kriteria Penilaian Kemampuan Bertanya

Rubrik penilaian merupakan alat atau acuan untuk penilaian tes kemampuan bertanya siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung. Penilaian kemampuan bertanya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini merupakan format penilaian tes berbicara siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandung. Berikut ini merupakan deskripsi kriteria penilaian bertanya.

Tabel 3.8

Format Penilaian Keterampilan Bertanya

No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kerja

1 2 3 4 5

1 Jelas dan singkat

2 relevan dan komperhensif 3 Ketepatan kata

4 Ketepatan kalimat 5 Kelancaran

Jumlah Skor

Nilai = skor siswa x 100` (Adaptasi dari Nurgiyantoro, 2010, hlm. 420) skor total


(39)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Deskripsi Penilaian Keterampilan Bertanya

No Aspek Penilaian Skor Keterangan

1. Jelas dan singkat

5 Pertanyaan yang diungkapkan sangat rasional dan sangat singkat.

4 Pertanyaan yang diungkapkan rasional dan singkat.

3 Pertanyaan yang diungkapkan rasional tetapi kurang singkat.

2 Pertanyaan yang diungkapkan kurang rasional dan kurang singkat.

1 Pertanyaan yang diungkapkan tidak tepat dan bertele-tele.

2. Relevan dan komperhensif 5

Pertanyaan yang diungkapkan sangat logis, menggunakan pilihan kata yang tepat, dan isi pembicaraan sesuai dengan tema.

4

Pertanyaan yang diungkapkan logis dan isi pembicaraan sesuai dengan tema, tetapi pemilihan kata kurang tepat.

3

Pertanyaan yang diungkapkan logis dan menggunakan pilihan kata yang tepat, tetapi isi pembicaraan kurang sesuai dengan tema.

2

Pertanyaan yang diungkapkan logis, tetapi pemilihan kata dan isi pembicaraan kurang sesuai dengan tema.

1

Pertanyaan yang diungkapkan kurang logis, isi pembicaraan kurang sesuai dengan tema, dan pemilihan kata kurang tepat.


(40)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

vokal dan intonasi sangat jelas.

4 Pemilihan katanya tepat dengan vokal dan intonasi yang jelas.

3 Pemilihan katanya cukup tepat dengan vokal dan intonasi yang cukup jelas.

2 Pemilihan katanya kurang tepat tetapi vokal dan intonasi cukup jelas.

1 Pemilihan katanya tidak tepat dengan vokal dan intonasi kurang jelas.

4. Ketepatan kalimat

5

Kalimat yang digunakan sangat baik, sangat efektif, dan sangat sesuai dengan topik pembicaraan.

4 Kalimat yang digunakan baik, efektif, dan sesuai dengan topik pembicaraan.

3

Kalimat yang digunakan sudah cukup baik dan sesuai dengan topik pembicaraan tetapi belum cukup efektif.

2

Kalimat yang digunakan baik, tetapi kurang efektif dan kurang sesuai dengan topik pembicaraan.

1 Kalimat yang digunakan tidak efektif dan tidak sesuai dengan topik pembicaraan. 5. Kelancaran 5 Bertanya sangat lancar tidak ada hambatan.

4 Bertanya lancar, sesekali berhenti untuk berpikir.

3 Bertanya cukup lancar, terkadang berhenti untuk berpikir, dan terbata-bata.


(41)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terbata-bata.

1 Bertanya tidak lancar, sering berhenti, dan terbata-bata.

Tabel 3.10

Penilaian PAP Skala Lima

Nurgiantoro (1995, hlm. 393) dalam Damayanti (2011) Interval Tingkat

Penguasaan

Kategori Nilai Keterangan

85-100 A Baik Sekali

75-84 B Baik

60-74 C Cukup

40-59 D Kurang


(42)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan rumusan masalah, hasil studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil penelitian, dan hasil pembahasan, simpulan, implikasi dan rekomendasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

A. Simpulan dan Implikasi

Profil awal kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung kurang. Saat melakukan observasi pembelajaran hanya sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan. Saat observasi diperoleh data sebagai berikut. 3 siswa masuk ke kategori kurang dan 2 siswa masuk ke dalam kategori cukup. Secara keseluruhan setalah di hitung rata-rata kemampuan siswa hanya mencapai 52,8 dan masuk ke kategori kurang. Jumah siswa yang mengajukan pertanyaan selama pembelajaran hanya 5 orang dari jumlah seluruh siswa 37 orang. Hal ini menunjukan minat siswa untuk mengajukan pertanyaan sangat rendah hanya 13,51%.

Kendala yang dihadapi siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung adalah variasi pembelajaran masih kurang optimal. Materi pembelajaran masih disampaikan dengan metode yang monoton. Penggunaan media pembelajaran pun masih kurang maksimal sehingga pembelajaran di kelas menjadi monoton. Selain dari model pembelajaran yang kurang bervariasi, masalah utama dalam kemampuan bertanya adalah siswa merasa takut salah ucap, gugup, atau terkadang lupa dengan apa yang akan diungkapkan. Siswa belum memiliki motivasi yang lebih ketika mengajukan pertanyaan. Mayoritas siswa lebih menyukai cara diskusi dalam kelompok skala kecil.

Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti beranggapan perlu menyusun perencanaan pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif. Guru membutuhkan inovasi model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa. Model pembelajaran yang dipilih bukan hanya dapat


(43)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membuat pembelajaran efektif tetapi juga harus membuat siswa tertarik, menyukai dan menikmati pembelajaran yang terjadi di kelas. Siswa membutuhkan pembelajaran yang dapat membuat mereka dapat berkomunikasi satu sama lain pada saat pembelajaran berlangsung. Kebutuhan guru dan siswa yang telah dijabarkan membuat peneliti berpikir perlu menyusun rencana pembelajaran tentang kemampuan bertanya siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif ini dianggap sesuai untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa yang akan membuat siswa mudah bersosialisasi satu sama lain sehingga tidak merasa malu dan gugup ketika mengajukan pertanyaan di kelas. Kebutuhan guru dan siswa akan terpenuhi ketika pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Peneliti menyusun pembelajaran bertanya.

Perencanaan pembelajaran yang peneliti persiapkan disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 16 Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan di kelas, peneliti mengetahui permasalahan kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung. Peneliti menemukan kelemahan siswa ketika mengungkapkan pertanyaan ketika pembelajaran berlangsung. Setelah mengetahui permasalahan tersebut, peneliti mencari alternatif model pembelajaran untuk mengatasinya. Peneliti memilih model Pembelajaran Kooperatif sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan di kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah yang sesuai dengan model Pembelajaran Kooperatif. Selain itu, peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan model Pembelajraan Kooperatif terlaksana dengan sangat baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pelaksanaan pada siklus 1 masih terdapat beberapa kekurangan. Guru melakukan diskusi dengan kedua observer untuk


(44)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengetahui kekurangan yang terjadi saat pembelajaran. Akhirnya, kekurangan yang terjadi di siklus 1 dapat diatasi pada pembelajaran siklus 2. Pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif ini dinilai dapat menarik perhatian siswa kelas X MIA 1. Siswa terlihat lebih percaya diri dan berani ketika megajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung di kelas. Kemampuan bertanya siswa juga terlihat jauh lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model Pembelajaran Kooperatif.

Hasil kemampuan bertanya siswa dengan menggunakan model Pembelajraan Kooperatif di kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan nilai kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 menjadi bukti bahwa model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa dalam pembelajaraan di kelas. Rata-rata kelas pada siklus 1 adalah 59,26 sedangkan rata-rata kelas pada siklus 2 adalah 76,23. Pada siklus 1, nilai tertiggi yang diperoleh siswa adalah 65 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50. Sedangkan pada siklus 2, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60. Hasil pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kategori yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Pada siklus 1, siswa terbagi menjadi dua kategori yaitu cukup dan kurang. Siswa yang berkategori cukup sebanyak 9 orang (24,32%) dan siswa yang berkategori kurang sebanyak 10 orang (27,02%). Pada siklus 2, hasil pembelajaran siswa meningkat dari sebelumnya. Siswa yang berkategori baik sekali sebanyak 7 orang (20%). Siswa yang termasuk dalam ketegori baik sebanyak 9 orang (25,57%). Sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 19 orang (54,28%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan bertanya. Seluruh siswa terlihat lebih berani dan percaya diri untuk mengungkapkan pertanyaan saat pembelajaran di kelas. Selain itu, siswa menjadi lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(45)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2, peneliti memiliki saran kepada guru dan peneliti berikutnya. Adapun saran dari peneliti sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Kooperatif dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pembelajaran siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Siswa terlihat lebih berani dan percaya diri ketika mengungkapkan pertanyaanya di kelas secara lisan. Model Pembelajaran Kooperatif dapat digunakan oleh guru bahasa Indonesia ketika pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Peran guru dalam pembelajaran sangat penting. Guru harus mampu membawa suasana kelas menjadi menyenangkan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dan keadaan kelas menjadi kondusif.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya pada penelitian pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa. Peneliti menyarankan adanya penelitian dalam keterampilan berbahasa lainnya seperti menulis, mendengarkan dan membaca dengan memodifikasi model Pembelajaran kooperatif yang di padu padankan dengan model pembelajaran lainnya serta mengacu pada satu jenis teks seperti teks negosiasi atau prosedur kompleks.


(46)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afifi, Jhon. (2014). Inovasi-Inovasi Kreatif Manajemen Kelas dan Pengajaran

Efektif. Jogjakarta: diva press.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. (2014). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV. Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Faizati, Puji Savy Dian. (2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team-Assisted Individualization) untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya

Siswa Kelas XI-IA-6 SMAN 1 Pandaan. (Skripsi). Universitas Negri Malang.,

Malang

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Harsanto, Radno. (2011). Pengelolaan Kelas yang Dinamsi. Yogyakarta: Kanisius.

Husamah dan Yanuar Setyaningrum. (2013). Desain Pembelajaran Berbasis

Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Isjoni. (2014). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Alfabeta

Kemendikbud. (2014). Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (Edisi

Revisi). Jakarta: Kemendikbud.

Kosasih, Engkos. (2013). Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X

Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lie, Anita. (2014). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nafiah, Umi. (2006). Penerapan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan pendekatan sets untuk meningkatkan kemampuan bertanya menjawab


(1)

107

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membuat pembelajaran efektif tetapi juga harus membuat siswa tertarik, menyukai dan menikmati pembelajaran yang terjadi di kelas. Siswa membutuhkan pembelajaran yang dapat membuat mereka dapat berkomunikasi satu sama lain pada saat pembelajaran berlangsung. Kebutuhan guru dan siswa yang telah dijabarkan membuat peneliti berpikir perlu menyusun rencana pembelajaran tentang kemampuan bertanya siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif ini dianggap sesuai untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa yang akan membuat siswa mudah bersosialisasi satu sama lain sehingga tidak merasa malu dan gugup ketika mengajukan pertanyaan di kelas. Kebutuhan guru dan siswa akan terpenuhi ketika pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Peneliti menyusun pembelajaran bertanya.

Perencanaan pembelajaran yang peneliti persiapkan disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada guru bahasa Indonesia kelas X di SMA Negeri 16 Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan di kelas, peneliti mengetahui permasalahan kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung. Peneliti menemukan kelemahan siswa ketika mengungkapkan pertanyaan ketika pembelajaran berlangsung. Setelah mengetahui permasalahan tersebut, peneliti mencari alternatif model pembelajaran untuk mengatasinya. Peneliti memilih model Pembelajaran Kooperatif sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan di kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah yang sesuai dengan model Pembelajaran Kooperatif. Selain itu, peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan model Pembelajraan Kooperatif terlaksana dengan sangat baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pelaksanaan pada siklus 1 masih terdapat beberapa kekurangan. Guru melakukan diskusi dengan kedua observer untuk


(2)

108

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengetahui kekurangan yang terjadi saat pembelajaran. Akhirnya, kekurangan yang terjadi di siklus 1 dapat diatasi pada pembelajaran siklus 2. Pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif ini dinilai dapat menarik perhatian siswa kelas X MIA 1. Siswa terlihat lebih percaya diri dan berani ketika megajukan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung di kelas. Kemampuan bertanya siswa juga terlihat jauh lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model Pembelajaran Kooperatif.

Hasil kemampuan bertanya siswa dengan menggunakan model Pembelajraan Kooperatif di kelas X MIA 1 SMA Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016 mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan nilai kemampuan bertanya siswa kelas X MIA 1 menjadi bukti bahwa model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa dalam pembelajaraan di kelas. Rata-rata kelas pada siklus 1 adalah 59,26 sedangkan rata-rata kelas pada siklus 2 adalah 76,23. Pada siklus 1, nilai tertiggi yang diperoleh siswa adalah 65 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50. Sedangkan pada siklus 2, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60. Hasil pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kategori yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Pada siklus 1, siswa terbagi menjadi dua kategori yaitu cukup dan kurang. Siswa yang berkategori cukup sebanyak 9 orang (24,32%) dan siswa yang berkategori kurang sebanyak 10 orang (27,02%). Pada siklus 2, hasil pembelajaran siswa meningkat dari sebelumnya. Siswa yang berkategori baik sekali sebanyak 7 orang (20%). Siswa yang termasuk dalam ketegori baik sebanyak 9 orang (25,57%). Sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 19 orang (54,28%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan bertanya. Seluruh siswa terlihat lebih berani dan percaya diri untuk mengungkapkan pertanyaan saat pembelajaran di kelas. Selain itu, siswa menjadi lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(3)

109

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siklus 1 dan siklus 2, peneliti memiliki saran kepada guru dan peneliti berikutnya. Adapun saran dari peneliti sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Kooperatif dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pembelajaran siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Siswa terlihat lebih berani dan percaya diri ketika mengungkapkan pertanyaanya di kelas secara lisan. Model Pembelajaran Kooperatif dapat digunakan oleh guru bahasa Indonesia ketika pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Peran guru dalam pembelajaran sangat penting. Guru harus mampu membawa suasana kelas menjadi menyenangkan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dan keadaan kelas menjadi kondusif.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya pada penelitian pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa. Peneliti menyarankan adanya penelitian dalam keterampilan berbahasa lainnya seperti menulis, mendengarkan dan membaca dengan memodifikasi model Pembelajaran kooperatif yang di padu padankan dengan model pembelajaran lainnya serta mengacu pada satu jenis teks seperti teks negosiasi atau prosedur kompleks.


(4)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afifi, Jhon. (2014). Inovasi-Inovasi Kreatif Manajemen Kelas dan Pengajaran Efektif. Jogjakarta: diva press.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. (2014). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV. Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Faizati, Puji Savy Dian. (2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team-Assisted Individualization) untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa Kelas XI-IA-6 SMAN 1 Pandaan. (Skripsi). Universitas Negri Malang., Malang

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Harsanto, Radno. (2011). Pengelolaan Kelas yang Dinamsi. Yogyakarta: Kanisius.

Husamah dan Yanuar Setyaningrum. (2013). Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Isjoni. (2014). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta

Kemendikbud. (2014). Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (Edisi Revisi). Jakarta: Kemendikbud.

Kosasih, Engkos. (2013). Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lie, Anita. (2014). Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nafiah, Umi. (2006). Penerapan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan pendekatan sets untuk meningkatkan kemampuan bertanya menjawab


(5)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pertanyaan dan hasil belajar siswa XI-IPA-2 di SMAN 8 Malang. (Skripsi). Universitas Negeri Malang, Malang.

Pusat Bahasa Kemendiknas Republik Indonesia. (2012). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Redhana, I Wayan. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal: Pendidikan dan Pengarahan IKIP Negeri Singaraja, 3, (XXXVI). Salvin, Robert E. (2015). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.

Bandung: Penerbit Nusa Media.

Setyanto, N Ardi. (2014). Panduan Sukses Komunikasi Belajar-Mengajar. Jogjakarta: Diva Press

Siahaan, Parsaoran. (t.t). Teknik Bertanya dalam Pembelajaran IPA. [Online]. Di

akses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/1958030119800

21-PARSAORAN_SIAHAAN/Makalah-Modul/Pelatihan_guru_SD_Banten/Teknik_bertanya.pdf.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. (2014). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syadza, Aghnia. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat dalam Bernegosiasi. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rentar, Zain. (2011). Upaya Guru Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan Kuala

Keritang Kecamatan Keritang. Di akses dari

http://zanuraini- rental.blogspot.com/2011/08/upaya-meningkatkan-kemampuan-bertanya.html.


(6)

Chintia Devi Yurensi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tanur, Erwin. (2010). Seni Bertanya dalam Mengajar. [Online]. Di akses dari

http://pusdiklat.bps.go.id/files/lain-lain/Seni%20Bertanya%20dalam%20Mengajar.pdf

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustak.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), 61-69 Yunus, M. dkk. (2013). Peningkatan Ketrampilan Bertanya Siswa dengan

Menggunakan Media Audio pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.[Online]. Di akses dari: jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/1732/pdf. Yunarti, Tina.(2009). Fungsi dan Pentingnya Bertanya dalam Pembelajaran.

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 174-184.

Zaif. (2013, 14 Mei). Keterampilan Bertanya. [Online] Di akses dari https://zaifbio.wordpress.com/2013/05/14/keterampilan-bertanya/.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA (PTK pada Siswa Kelas X 6 SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2011-2012)

0 2 50

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 61

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1Sekampung Udik Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 9 56

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

1 7 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14