Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Kapasitas Individu Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Potensi Terjadinya Budgetary Slack(Studi Empiris Pada SKPD KAbupaten Bangli).

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN

TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli)

SKRIPSI

Oleh:

LUH GEDE ARDI TRESNAYANI NIM 1215351056

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN

TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli)

SKRIPSI

Oleh:

LUH GEDE ARDI TRESNAYANI NIM 1215351056

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi di program ekstensi fakultas ekonomi dan bisnis

universitas udayana denpasar


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada hari/tanggal: Senin/25 Januari 2016.

Tim Penguji: Tanda tanggan

1. Ketua : Ni Made Adi Erawati, SE., MSi. ...

2. Sekertaris : Dr. Dra. Gayatri, MSi., Ak., CA. ...

3. Anggaran : Drs. Made Mertha, Msi., Ak. ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing,

Dr. A.A G. P Widanaputra, SE., MSi., Ak. Dr. Dra. Gayatri, MSi., Ak. NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19651031 199103 2 002


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016 Mahasiswa,

Luh Gede Ardi Tresnayani NIM. 1215351056


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Kapasitas Individu, dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Potensi Terjadinya Budgetary Slack (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli)” sesuai dengan yang direncanakan. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MSi., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A G. P Widanaputra, SE., MSi., Ak., dan Bapak Dr. I Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak/Ibu Dosen, beserta seluruh staf yang telah mendidik dan membentu proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Drs. Bambang Suprasto H., Ak., Msi., selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan selama mengikuti kuliah.


(6)

v

6. Ibu Dr. Dra. Gayatri, MSi., Ak., CA., selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Ni Made Adi Erawati, SE., MSi., dan Drs. Made Mertha, Msi., Ak. selaku penguji yang telah memberikan saran, masukan, koreksi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Seluruh pejabat SKPD Kabupaten Bangli yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dapat selesai dengan baik. 9. Orang tua tercinta, Ayah I Wayan Suarthana, dan Ibu Ni Ketur Armini, serta

adik tersayang Made Ardi Widiarsana beserta keluarga besar yang telah banyak memberikan doa serta dukungan baik moril maupun material.

10. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan membantu dalam pembuatan laporan ini. Serta seluruh rekan-rekan ekstensi angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena berbagai keterbatasan, atas perhatian, dukungan, bantuan dan motivasinya selama ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.

Denpasar, Januari 2016 Penulis


(7)

vi

Judul : Pengaruh Partisipasi Anggaran, Asimetri Informasi, Kapasitas Individu, dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Potensi Terjadinya Budgetary Slack (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli)

Nama : Luh Gede Ardi Tresnayani NIM : 1215351056

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran, asimetri informasi, kapasitas individu, dan kejelasan sasaran anggaran terhadap potensi terjadinya budgetary slack.

Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli. Populasi dalam penelitian ini adalah pengelola unit kerja atau pejabat struktural SKPD Kabupaten Bangli yang jumlah populasi pada penelitian ini adalah 180 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 108 responden. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap potensi terjadinya budgetary slack. Sebaliknya hasil analisis asimetri informasi dan kapasitas individu menunjukkan hubungan positif terhadap potensi terjadinya budgetary slack.


(8)

vii

Title : Effect of Budget Participation, Information Asymmetry, Capacity Individuals and Budget Goal Clarity for Affect The Potential Budgetary Slack (Empirical Study SKPD Kabupaten Bangli)

Name : Luh Gede Ardi Tresnayani NIM : 1215351056

ABSTRAC

This study aims to determine the effect of budget participation, information asymmetry, the capacity of individuals, and the clarity of the budget targets for potential budgetary slack.

This research was conducted at the regional work units Bangli regency. The population in this study is the manager of a structural unit or official Bangli district SKPD that the total population in this study was 180 respondents. The sample in this study using purposive sampling method with a sample of 108 respondents. This study uses data collection using questionnaires. The analysis technique used is multiple linear regression.

Results of this analysis indicate budget participation and budget goal clarity negatively affect the potential budgetary slack. Instead the results of the analysis of asymmetry information and the capacity of individuals showed a positive relationship to the potential budgetary slack.


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRAC ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep ... 14

2.1.1. Teori Keagenan ... 14

2.1.2. Teori Atribusi ... 14

2.1.3. Pengertian Anggaran ... 15

2.1.4. Penganggaran Sektor Publik ... 15

2.1.5. Anggaran dan Belanja Daerah (APBD) ... 17

2.1.6. Prinsip Penyusunan Anggaran dan Belanja Daerah ... 18

2.1.7. Budgetary Slack ... 19

2.1.8. Partisipasi Anggaran ... 19

2.1.9. Asimetri Informasi ... 20

2.1.10. Kapasitas Individu... 20

2.1.11. Kejelasan Sasaran Anggaran ... 21

2.2. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Desain Penelitian ... 25

3.2. Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitan ... 25

3.3. Obyek Penelitian ... 27

3.4. Identifikasi Vriabel ... 27

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 28

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.7. Populasi, Sampel, dan Metode Penelitian Sampel ... 31

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.9. Instrumen Penelitian ... 34

3.9.1. Skala Pengukuran ... 35


(10)

ix

3.10. Teknik Analisis Data ... 36

3.10.1. Uji Asumsi Klasik ... 36

3.10.2. Analisis Regresi ... 38

3.10.3. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum SKPD Kabupaten Bangli ... 41

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.3. Hasil Pengujian Kualitas Data... 44

4.3.1. Hasil Uji Validitas ... 44

4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 48

4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 48

4.5. Hasil Uji Analisis Regresi ... 51

4.6. Hasil Uji Hipotesis ... 52

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 57

5.2. Saran ... 58 DAFTAR RUJUKAN


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah

Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014 ... 10

3.1 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bangli ... 26

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 30

3.3 Distribusi Jumlah Populasi dan Penyebaran Kuesioner ... 33

4.1 Pengumpulan Data Kuesioner ... 42

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 42

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 43

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 43

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjabat ... 44

4.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran ... 45

4.7 Ringkasan Hasil Uji Validitas Asimetri Informasi ... 46

4.8 Ringkasan Hasil Uji Validitas Kapasitas Individu ... 46

4.9 Ringkasan Hasil Uji Validitas Kejelasan Sasaran Anggaran ... 47

4.10 Ringkasan Hasil Uji Validitas Budgetary Slack ... 47

4.11 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ... 48

4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 49

4.13 Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas ... 49

4.14 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.15 Koefisien Determinasi ... 51


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 64

2 Tabulasi Data ... 69

3 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 76

4 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 81

5 Regresi Linear Berganda ... 86

6 Uji Hetroskedastisitas ... 87


(14)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Anggaran adalah salah satu komponen penting dalam perencanaan organisasi. Anggaran merupakan rencana pendanaan kegiatan di masa depan dan dinyatakan secara kuantitatif (angka) atau dalam satuan moneter (uang) dalam satu periode tertentu. Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi pengawasan (controlling). Anggaran membatasi tindakan organisasi karena anggaran menetapkan batasan terhadap apa yang dapat dibeli dan berapa banyak yang dapat dibelanjakan. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipertaruhkan oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang dibuat. Penyusunan anggaran adalah suatu tugas yang bersifat teknis. Penyusunan anggaran pada sektor publik sedikit lebih rumit dibandingkan dengan sektor swasta.

Proses penyusunan anggaran sektor publik ada dua metode yaitu metode top down dan buttom up. Proses penyusunan anggaran yang digunakan pemerintah adalah metode buttom up. Buttom up merupakan metode penyusunan anggaran yang dilaksanakan dari tingkat bawah ke tingkat yang paling atas atau puncak. Proses penyusunan anggaran yang dilakukan pemerintah disebut dengan Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) yang dilakukan dari Musrenbang tingkat desa hingga Musrenbang tingkat nasional (Pemerintah Pusat


(16)

2

Jakarta). Tahapan Musrenbang sebagi berikut: pertama, Musrenbang yang dilakukan pada tingkat desa atau kelurahan (Musrenbang Kelurahan) membicarakan mengenai kebutuhan yang diperlukan masyarakat desa atau kelurahan tersebut untuk dapat direncanakan dan dibantu dari Pemerintah; kedua, Musrenbang yang dilakukan pada tingkat kecamatan (Musrenbang Kecamatan) yang membicarakan apakah permintaan dan keinginan dari masyarakat pada setiap kelurahan sesuai dengan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat; ketiga, Musrenbang yang dilakukan pada tingkat kabupaten (Musrenbang Kabupaten) yang membicarakan apakah permintaan dan keinginan dari masyarakat sesuai dengan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat; keempat, Musrenbang yang dilaksanakan pada tingkat provinsi (Musrenbang tingkat Provinsi) dilakukan untuk mengkaji apakah perencanaan yang dibuat oleh masing-masing kabupaten sesuai dengan visi misi presiden serta apakah sesuai dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang telah disepakati; kelima, Musrenbang yang dilakukan tingkat nasional (Musrenbang Nasional) merupakan musyawarah yang dilakukan untuk mengkaji ulang apa yang telah dipersiapkan masing-masing provinsi dan melihat kecukupan dana publik yang tersedia.

Anggaran telah menjadi fokus bagi aktivitas perencanaan jangka pendek (biasanya dalam satu tahun) dan menjadi dasar bagi sistem pengendalian organisasi. Kinerja pemerintah dilihat dari seberapa besar kemampuan pemerintah dalam melaksanakan berbagai tugas pemerintahan yang menjadi wewenangnya. Sebagai wujud dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, diperlukan kewajiban pertanggungjawaban mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan atas tugas dan fungsinya dalam mewujudkan visi dan misi serta


(17)

3

tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang ditetapkan dalam bentuk penetapan anggaran. Hal ini diperlukan agar optimalisasi dalam pelayanan publik menjadi prioritas utama karena masih ditemui banyak keluhan masyarakat mengenai pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas masyarakat serta berbagai bentuk pengalokasian anggaran yang kurang mencerminkan aspek ekonomis, efesiensi dan efektivitas dalam pengelolaan anggaran (Mardiasmo, 2002).

Penilaian kinerja berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan untuk menciptakan slack. Ikhsan dan Ishak (2005:176), menyatakan slack merupakan penggelembungan anggaran. Slack merupakan selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dengan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperlukan bagi tugas tersebut. Agen menciptakan slack agar lebih mudah dalam pencapaian targetnya. Agen menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan mengestimasikan biaya lebih tinggi, atau menyatakan terlalu tinggi input yang diperlukan untuk mendapatkan suatu unit output. Ajibolade dan Opeyemi (2013) berpendapat semakin ketat sebuah anggaran maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran/slack, sebaliknya jika anggaran disusun secara fleksibel maka kemungkinan terjadinya slack anggaran ini semakin besar.

Salah satu kondisi dimana dapat menyebabkan terjadinya budgetary slack adalah adanya asimetri informasi. Informasi anggaran yang diterima oleh manajemen puncak bisa memungkinkan untuk mendeteksi slack, namun, hal ini


(18)

4

tidak menghalangi menggunakan slack di tingkat divisi atau manajemen tingkat bawah (Onsi, 1973). Crowford, et al. (2013) mengatakan kehadiran dan konsekuensi dari asimetri informasi pada suku bunga dan kebijakan pembangunan yang ditujukan untuk mengurangi ketidak efisienan dalam alokasi kredit dan pembangunan keuangan sangat penting.

Teori keagenan merupakan teori yang menyatakan, asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasannya. Hal tersebut menyebabkan prinsipal tidak mampu menentukan usaha yang dilakukan agen apakah memang benar-benar optimal. Anggaran yang dilaporkan harusnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan organisasi. Namun karena informasi bawahan lebih baik daripada atasan, maka bawahan mengambil kesempatan dari partisipasi penganggaran dengan memberikan informasi yang bias dari informasi pribadi agen, serta membuat anggaran yang mudah dicapai, sehingga terjadilah senjangan anggaran (dengan melaporkan anggaran dibawah kinerja yang diharapkan). Oleh karena terdapat asimetri informasi, maka proses penyusunan anggaran secara partisipasi sangat dibutuhkan. Semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi maka akan semakin tinggi juga kesenjangan anggaran (budgetary slack) yang terjadi (Dunk, 1993).

Penyusunan anggaran secara partisipatif dapat menjadi tempat pertukaran informasi. Baik antara atasan dengan bawahan atau kepala bagian dengan pegawai atau kepala sub bagian (secara vertikal), maupun antara manajemen/bagian atau antara kepala sub bagian (secara horizontal). Semakin besar asimetri informasi, semakin besar dibutuhkan partisipasi dalam proses penganggaran.


(19)

5

Variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap potensi terjadinya kecenderungan untuk melakukan budgetary slack adalah partisipasi anggaran. Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap agen yang membuatnya. Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan individu dalam pelaksanaan proses penyusunan anggaran, tugas kerja yang harus diaksanakan untuk periode tertentu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brownell dan Mc Innes (1986) dengan menggunakan sample 224 manajer tingkat menengah di tiga perusahaan manufaktur. Hasil penelitiannya gagal membuktikan bahwa partisipasi akan meningkatkan kinerja manajerial melalui peningkatan motivasi. Dalam proses penyusunan anggaran, manajer mengusulkan anggaran dan atasan mengalokasikan sumber daya berdasarkan tujuan dari proyek. Sangat mungkin bahwa manajer akan menggunakan banyak strategi untuk mendapatkan dana maksimal dalam proses penganggaran (Huang dan Chen, 2009).

Young (1985) telah menguji secara empiris bahwa budgetary slack terjadi karena bawahan memberi informasi yang bias kepada atasan dengan cara melaporkan biaya yang lebih besar atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah. Hasil penelitian Young (1985) menunjukkan bahwa karena adanya keinginan untuk menghindari resiko, bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan budgetary slack. Semakin tinggi resiko, bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan budgetary slack.


(20)

6

Hasil penelitian Young (1985) tidak konsisten dengan hasil penelitian Dunk (1993) penelitian terhadap hubungan antara partisipasi dan budgetary slack yang dilakukan di Sydney, Australia dengan menggunakan informasi antara bawahan dan atasan serta budget emphasis yang digunakan atasan untuk menilai kinerja bawahan. Hasil penelitian Dunk (1993), menyatakan bahwa interaksi antara partisipasi, asimetri informasi dan budget emphasis mempunyai hubungan yang negatif dengan budgetary slack tetapi korelasinya signifikan. Hal ini terjadi ketika partisipasi, asimetri informasi dan budget emphasis tinggi maka budgetary slack menjadi rendah dan sebaliknya apabila partisipasi, asimetri informasi dan budget emphasis rendah maka budgetary slack menjadi tinggi.

Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki pengetahuan. Terkait dalam proses penganggaran, maka individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya secara optimal, dengan demikian dapat memperkecil budgetary slack. Kapasitas atau kemampuan individu adalah kesanggupan atau kecakapan yang berarti bahwa seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktifitas kerja. Kemampuan kerja berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kondisi ini sifatnya sangat subjektif karena menyangkut motif individu atau perasaan seseorang, artinya seseorang bisa merasakan sesuatu hal yang menguntungkan atau tidak memberikan kepuasan sesuai dengan keadaan emosi seseorang yang mempersepsikan kondisi kerja yang ada.


(21)

7

Budgetary slack adalah proses yang terjadi saat perencanaan anggaran, dimana ketika individu dilibatkan dalam pembuatan anggaran. Davis et al. (2006) menyatakan penggelapan pajak (ketidak jujuran) menjadi lebih mungkin ketika individu bisa merubah perilakunya menjadi serupa dengan orang lain lakukan. Anggaran dan proses penganggaran memiliki dampak langsung dan menentukan yang mempengaruhi perilaku manusia (Suartana, 2010:139). Norma yang dianut individu memandang suatu permasalahan sebagai sesuatu yang baik atau tidak baik, jujur atau tidak jujur. Perempuan dan laki-laki memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda. Karakteristik yang maskulin dan keras, sangat lekat dengan laki-laki sedangkan karakteristik yang feminin dan kelembutan lekat dengan perempuan. Karakteristik ini diyakini mempengaruhi keduanya dalam pengambilan keputusan atau dalam memimpin suatu organisasi (Yuhertina, 2011).

Senjangan anggaran pada sektor publik seharusnya dijadikan perhatian lebih karena sistem penganggaran memiliki beberapa karakteristik, salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian anggaran tersebut. Sasaran anggaran pada instansi pemerintah daerah tercakup dalam Rencana Strategik Daerah (Renstrada) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda). Sehingga setelah mengetahui sasaran anggaran yang jelas, senjangan anggaran dapat diminimalisir (Kridawan dan Amir, 2014).

Yeyen (2013) mengatakan jika dilihat dari alat ukur finansial berupa anggaran, masih terdapat ketidaktepatan dalam menentukan input, yang pada


(22)

8

akhirnya tidak menunjukkan efisiensi dan efektivitas anggaran. Mursyidi (2009:13) mengatakn pemerintah daerah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBD, baik dalam bentuk laporan keuangan maupun laporan kinerja. Konsep yang digunakan pemerintah adalah anggaran berbasis kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja ini diperlukan adanya: indikator kinerja, khususnya output (keluaran) dan outcome (hasil). Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran berbasis kinerja adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien.

Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Pengukuran kinerja pemerintah dilakukan dengan hasil kinerja atau pencapaian kinerja 100%. Permasalahan yang sering terjadi di lapangan menunjukkan bahwa bawahan dalam menetapkan anggaran sering terjadi selisih, dimana anggaran biaya yang ditetapkan dalam penyusunan anggaran lebih besar daripada realisasi anggaran. Terjadinya senjangan anggaran dalam sektor publik bukan didasari karena adanya bonus maupun kenaikan gaji para pegawainya, melainkan karena adanya asas konservatif. Asas konservatif atau asas kehati-hatian dalam penganggaran bertujuan untuk menjaga pengeluaran dan penerimaan dalam keadaan seimbang serta menghindari pengeluaran yang berlebihan. Asas konservatif merupakan asas perhitungan yang menganut asas maksimal untuk pembiayaan dan minimal untuk pendapatan. Hal ini berarti pegawai pemerintah daerah kurang berani mengambil risiko untuk menargetkan pendapatan yang terlalu tinggi dan pembiayaan yang efisien dalam anggaran.


(23)

9

Laporan Realisasi Anggaran pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kinerja SKPD kurang optimal, terbukti dalam penetapan anggaran belanja langsung dari tahun 2010-2014 pada SKPD dalam lingkup Kabupaten Bangli terjadi selisih antara anggaran yang ditetapkan dengan anggaran yang terealisasi. APBD Kabupaten Bangli mencerminkan adanya budgetary slack, karena realisasi anggaran pendapatan daerah 2011-2014 selalu lebih tinggi daripada anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan. Sedangkan, realisasi anggaran belanja daerah selalu lebih rendah daripada anggaran belanja daerah yang ditetapkan. Karena kurangnya realisasi belanja publik untuk menyejahterakan masyarakat yang disebabkan oleh alokasi belanja yang tidak direalisasikan dengan baik mengakibatkan masyarakat kurang sejahtera sehingga kinerja pemerintah daerah dinilai kurang maksimal. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya selisih, diduga seringnya bawahan dalam memberikan informasi yang biasa atau kurangnya keterlibatan atasan dalam penyusunan anggaran, dimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap budgetary slack.

Tabel 1.1 mencerminkan kemungkinan adanya senjangan anggaran di Kabupaten Bangli. Dugaan adanya senjangan anggaran ini dapat dilihat dari realisasi pendapatan daerah yang selalu lebih tinggi dari jumlah anggaran pendapatan yang ditargetkan sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja daerah selalu lebih rendah dari jumlah anggaran belanja yang ditetapkan sebelumnya sehingga menunjukkan anggaran belanja tidak terserap secara maksimal. Hal ini diduga dilakukan agar kinerja pemerintah daerah terlihat bagus, karena realisasi anggaran yang dicapai selalu melampaui target yang ditetapkan sebelumnya bahkan pada tahun 2013 sebesar 22,5% melampaui target anggaran.


(24)

10

Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Bangli (2015)

Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian terkait dikarenakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi senjangan anggaran dengan menggunakan faktor-faktor ekonomi berupa kejelasan sasaran anggaran dan faktor individu berupa kapasitas individu atau kemampuan seseorang di pemerintah atau dalam organisasi masih belum menunjukkan hasil yang sama antara penelitian satu dengan penelitian yang lain. Serta karena indikator tersebut peneliti ingin meneliti SKPD Kabupten Bangli.

Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

(Rp’000) % (Rp’000) % (Rp’000) % (Rp’000) % (Rp’000) % Pendapatan Asli

Daerah 16.252.951 94,5 22.963.266 104,3 40.751.049 104,4 56.661.569 122,5 76.141.461 115,3 Pendapatan Transfer 459.325.575 100,1 502.434.070 97,3 570.709.671 100,2 645.149.424 102,5 716.286.217 100,0 Lain-lain Pendapatan

yang Sah - - - - 11.257.543 100,0 1.093.035 22,9 1.220.000 70,7

Jumlah Pendapatan 475.578.526 99,9 543.397.296 97,6 622.718.265 100,3 702.904.029 103,3 793.647.679 101,2

Belanja Operasi 375.478.023 90,6 422.424.503 94,7 507.893.226 92,0 587.608.232 87,4 688.607.757 87,7 Belanja Modal 68.608.586 79,3 114.687.923 89,9 82.304.927 91,6 62.762.964 85,3 70.217.269 79,0

Belanja Tak Terduga 997.375 52,6 1.115.313 73,2 210.886 25,2 - - 1.131.142 18,1

Belanja Transfer/Bagi

Hasil Ke Desa 25.615.927 93,9 36.677.793 99,1 1.787.355 97,7 1.972.461 100,0 2.420.830 100,0

Jumlah Belanja dan

Transfer 470.699.912 88,8 574.905.533 93,9 592.232375 91,8 652.343.658 87,0 762.376.998 86,4

Surplus/ (Defisit) 4.878.614 (9,1) (31.508.237) 56,7 30.485.889 (128,9) 50.560.371 (72,9) 31.270.680 (31,7)

Penerimaan

Pembiayaan 54.390.211 100,0 58.953.085 100,0 24.780.388 100,0 54.132.910 72,8 101.336.096 98,4 Pengeluaran

Pembiayaan 800.000 100,0 2.664.621 76,9 1.133.363 99,3 4.489.815 89,9 4.500.000 100,0

Pembiayaan Netto 53.590.211 100,0 56.288.621 101,4 23.647.020 100,0 49.643.095 71,6 96.836.096 (1,57)


(25)

11 1.2. Rumusan Masalah

Berpedoman pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1) Apakah partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budegtary slack? 2) Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack? 3) Apakah kapasitas individu (pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, dan

gender) berpengaruh positif terhadap budgetary slack?

4) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budegtary slack.

2) Untuk mengetahui asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

3) Untuk mengetahui kapasitas individu (pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, dan gender) berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

4) Untuk mengetahui kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.


(26)

12 1.4. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi, pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah budgetary slack.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk Pimpinan Kabupaten Bangli serta Pejabat dan Pegawai SKPD Kabupaten Bangli sebagai pertimbangan dalam rangka menurunkan tingkat terjadinya budgetary slack (senjangan anggaran) dalam penyusunan anggaran, dimana dengan memahami karakteristik dan kemampuan personal pegawai SKPD Kabupaten Bangli akan membantu dalam proses pemilihan individu yang akan dilibatkan secara langsung dalam proses penyusunan anggaran.

1.5. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian.


(27)

13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang ada, menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan, anggaran dan kajian masing-masing variabel. Bab ini juga menguraikan tentang rumusan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian objek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Merupakan bab yang terdiri dari deskripsi variabel penelitian, hasil pengujian atas uji asumsi klasik, dan hasil pengujian masing-masing hipotesis yang ada dalam penelitian ini termasuk hasil pengujian atas regresi linear berganda.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca.


(28)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Landasan Teori dan Konsep

2.1.1. Teori Keagenan

Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerjanya yang efisien. Teori ini secara umum mengasumsikan prinsipal bersikap netral terhadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko. Teori keagenan telah diasumsikan bahwa setiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Manajer sebagai agen termotivasi untuk memaksimalkan kebutuhan ekonomi dan psikologis, antara lain dalam hal investasi, memperoleh pinjaman, dan kontrak kompensasi (Purwanti, 2013). Praktik budgetary slack dalam perspektif teori keagenan dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Novia, 2015).

2.1.2. Teori Atribusi

Teori atribusi merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini diterapkan dengan menggunakan variabel tempat pengendalian intern dan eksternal. Tempat pengendalian internal adalah perasaan yang dialami oleh


(29)

15

seseorang mengenai kemampuannya untuk mempengaruhi kinerja serta perilakunya secara personal melalui kemampuan, keahlian, dan usahanya, sedangkan tempat pengendalian eksternal adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang bahwa perilakunya dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kendalinya (Lubis, 2011:90). Teori atribusi dapat menjelaskan mengenai kapasitas individu yang dimiliki oleh individu penyusun anggaran pada organisasi publik. Kapasitas individu yang dimiliki oleh pelaksana anggaran akan dipengaruhi oleh kombinasi antara keyakinan terhadap kemampuan dalam mencapai target serta kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mencapai target anggaran.

2.1.3. Pengertian Anggaran

Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam sautuan barang/jasa. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan (Ester, 2009).

2.1.4. Penganggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002:62) anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan berapa biaya atas


(30)

rencana-16

rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).

Mardiasmo (2002:66) mengatakan anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu anggaran operasional dan anggaran modal. Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan, serta anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan belanja atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, dan sebagainya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, mencantumkan tahapan penyusunan APBD sebagai berikut: Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah yaitu, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah. Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA (Kebijakan Umum Anggaran). KUA memuat target pencapaian kinerja pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari.

Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun PPA (Prioritas Plafon Anggaran). KUA dan PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh pihak Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. Berdasarkan nota kesepakatan tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat edaran tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). RKA-SKPD memuat pernyataan mengenai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi).


(31)

17

Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah dievaluasi oleh tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RAPBD ditetapkan menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan bersama dari pemerintah daerah dan DPRD paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran dimulai.

2.1.5. Anggaran dan Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005; dan Permendagri Nomor 37 Tahun 2012 sebagai pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan pengelolaan keuangan negara. Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, merupakan salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah


(32)

18

pusat. Proses pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. (Novia, 2015).

2.1.6. Prinsip Penyusunan Anggaran dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2012 adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran daerah meliputi masa satu tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Prinsip penyusunan APBD berdasarkan pada Permendagri Nomor 37 Tahun 2012 adalah: pertama, APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah; kedua, APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal; ketiga, penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yaitu memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya tentang APBD; keempat, penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat; kelima, APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan; keenam, substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.


(33)

19 2.1.7. Budgetary Slack

Budgetary slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan (Suartana, 2010:137). Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran atau perbedaan antara rencana dan realisasi. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:176), menyatakan slack merupakan penggelembungan anggaran. Slack merupakan selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperlukan bagi tugas tersebut. Salah satu faktor penyebab terjadinya kesenjangan anggaran adalah kekakuan dalam mengontrol anggaran (Sancita, 2014).

2.1.8. Partisipasi Anggaran

Pertisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap Agen yang membuatnya. Anggaran merupakan rencana yang ditulis berisi kegiatan dalam organisai dimana dinyatakan dengan cara kuantitatif serta digunakan satuan uang atau moneter dalam periode tertentu (Purmita, 2014).

Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan individu dalam pelaksanaan proses penyusunan anggaran, tugas kerja yang harus dilaksanakan untuk periode tertentu. Partisipasi anggaran yaitu tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perancangan anggaran (Milani, 1975). Partisipasi penganggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target


(34)

20

anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982).

2.1.9. Asimetri Informasi

Asimetri Informasi dalam konteks teori keagenan, merupakan suatu keadaan dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasannya. Agen dapat mengambil keuntungan dari asimetri tersebut untuk kepentingan pribadinya (Nohria, 1996). Purwanti (2013) mengatakan asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan dalam perolehan informasi dan risiko perkiraan antara kedua pihak yang bertransaksi. Menurut Hobson, et al. (2011) asimetri informasi didefinisikan sebagai perbedaan dalam informasi yang dimiliki oleh agen dan prinsipal. Senjangan anggaran dapat menimbulkan dilema moral karena memungkinkan bawahan untuk mengekstrak sumber daya berlebih melalui cara-cara menipu, dan perilaku seperti melanggar norma-norma sosial umum. Penilaian moral menggambarkan tekad apakah suatu tindakan yang secara moral benar atau salah.

2.1.10.Kapasitas Individu

Kapasitas individu pada dasarnya terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal dan informal. Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki pengetahuan. Terlibat dalam proses penganggaran, maka individu yang memiliki pengetahuan yang cukup dapat mengalokasikan sumber daya secara optimal, dan dengan demikian dapat mengurangi senjangan anggaran (Yuhertina, 2011).


(35)

21

Hapsari (2011) menyatakan kapasitas individu dapat diukur melalui pengetahuan, pelatihan, jenis kelamin, dan pengalaman yang dimiliki oleh pembuat anggaran. Pengetahuan, pelatihan, jenis kelamin, dan pengalaman yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan yang dimiliki oleh pembuat anggaran sangat berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil, bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif.

2) Pelatihan merupakan berbagai pendidikan non formal yang diperoleh pembuat anggaran dalam meningkatkan kapasitasnya sebagai pembuat anggaran.

3) Gender atau jenis kelamin karyawan yang menjabat dalam perencanaan anggaran.

4) Pengalaman terkait dengan peran serta individu dalam penyusunan anggaran. Pengalaman menentukan pengambilan keputusan untuk penyusunan anggaran yang lebih baik dengan banyaknya memiliki pengalaman kerja penyusunan anggaran.

2.1.11.Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran memberikan kepastian kepada pelaksana anggaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan selama melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang


(36)

22

telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Adanya sasaran anggaran yang jelas, penyusun anggaran maupun pelaksana anggaran akan memilki informasi yang cukup mengenai sasaran-sasaran anggaran yang akan dicapai daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran (Kridawan dan Amir, 2014).

2.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan permasalahan dan tujuannya adalah sebagai berikut:

2.2.1. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack

Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan pelaksanaan pada proses penyusunan suatu anggaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sancita (2014) menunjukkan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap Budgetary Slack. Hasil penelitian yang dilakukan Adrianto (2008), Andi (2010), Djasuli (2011), Sandrya (2013), Reno (2013), Erni (2014), Nitiari (2014), dan Novia (2015) menunjukkan variabel partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elfi (2013), Wisnu (2014), Srimuliani (2014), Surya (2014), dan Purmita (2014) yang membuktikan partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran. Partisipasi anggaran dapat mempengaruhi tingkat penurunan potensi terjadinya budgetary slack, hal ini ditandai dengan komunikasi yang baik didalam


(37)

23

organisasi publik sehingga bawahan dalam organisasi tersebut tidak terdorong untuk menciptakan budgetary slack. Maka hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

H1: Partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.

2.2.2. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Budgetary Slack

Semakin tinggi asimetri informasi yang ada, maka akan semakin tinggi juga budgetary slack yang terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan Dwi dan Lidya (2010) membuktikan information asimetry berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Surya (2014), Purmita (2014), dan Wisnu (2014) menunjukkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Hipotesis antara asimetri informasi dengan budgetary slack dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

H2: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

2.2.3. Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack

Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengelola sumber daya secara optimal, dengan demikian dapat memperkecil budgetary slack. Hasil penelitian yang dilakukan Budi (2009) menunjukkan kapasitas individu berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Berbeda dengan hasil penelitian Shinta (2006) dan Hapsari (2011) kapasitas individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Hipotesis antara kapasitas individu dengan budgetary slack sebagai berikut:


(38)

24

2.2.4. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggran Terhadap Budgetary Slack Hasil penelitian yang dilakukan Kridawan dan Amir (2014) dan Adi (2014) kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap senjangan anggaran. Berbeda dengan hasil penelitian Krisna (2014), dan Triadhi (2013) menunjukkan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran. Sasaran anggaran yang jelas, penyusun anggaran maupun pelaksana anggaran akan memiliki informasi yang cukup mengenai sasaran-sasaran anggaran yang akan dicapai daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran. Sehingga kejelasan sasaran anggaran akan berpengaruh terhadap penurunan senjangan anggaran. Hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan budgetary slack dapat dihipotesiskan sebagai berikut:


(1)

2.1.7. Budgetary Slack

Budgetary slack adalah proses penganggaran yang ditemukan adanya distorsi secara sengaja dengan menurunkan pendapatan yang dianggarkan dan meningkatkan biaya yang dianggarkan (Suartana, 2010:137). Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran atau perbedaan antara rencana dan realisasi. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005:176), menyatakan slack merupakan penggelembungan anggaran. Slack merupakan selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar yang diperlukan bagi tugas tersebut. Salah satu faktor penyebab terjadinya kesenjangan anggaran adalah kekakuan dalam mengontrol anggaran (Sancita, 2014).

2.1.8. Partisipasi Anggaran

Pertisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap Agen yang membuatnya. Anggaran merupakan rencana yang ditulis berisi kegiatan dalam organisai dimana dinyatakan dengan cara kuantitatif serta digunakan satuan uang atau moneter dalam periode tertentu (Purmita, 2014).

Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan individu dalam pelaksanaan proses penyusunan anggaran, tugas kerja yang harus dilaksanakan untuk periode tertentu. Partisipasi anggaran yaitu tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perancangan anggaran (Milani, 1975). Partisipasi penganggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target


(2)

anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982).

2.1.9. Asimetri Informasi

Asimetri Informasi dalam konteks teori keagenan, merupakan suatu keadaan dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasannya. Agen dapat mengambil keuntungan dari asimetri tersebut untuk kepentingan pribadinya (Nohria, 1996). Purwanti (2013) mengatakan asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan dalam perolehan informasi dan risiko perkiraan antara kedua pihak yang bertransaksi. Menurut Hobson, et al. (2011) asimetri informasi didefinisikan sebagai perbedaan dalam informasi yang dimiliki oleh agen dan prinsipal. Senjangan anggaran dapat menimbulkan dilema moral karena memungkinkan bawahan untuk mengekstrak sumber daya berlebih melalui cara-cara menipu, dan perilaku seperti melanggar norma-norma sosial umum. Penilaian moral menggambarkan tekad apakah suatu tindakan yang secara moral benar atau salah.

2.1.10.Kapasitas Individu

Kapasitas individu pada dasarnya terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal dan informal. Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki pengetahuan. Terlibat dalam proses penganggaran, maka individu yang memiliki pengetahuan yang cukup dapat mengalokasikan sumber daya secara optimal, dan dengan demikian dapat mengurangi senjangan anggaran (Yuhertina, 2011).


(3)

Hapsari (2011) menyatakan kapasitas individu dapat diukur melalui pengetahuan, pelatihan, jenis kelamin, dan pengalaman yang dimiliki oleh pembuat anggaran. Pengetahuan, pelatihan, jenis kelamin, dan pengalaman yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan yang dimiliki oleh pembuat anggaran sangat berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil, bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif.

2) Pelatihan merupakan berbagai pendidikan non formal yang diperoleh pembuat anggaran dalam meningkatkan kapasitasnya sebagai pembuat anggaran.

3) Gender atau jenis kelamin karyawan yang menjabat dalam perencanaan anggaran.

4) Pengalaman terkait dengan peran serta individu dalam penyusunan anggaran. Pengalaman menentukan pengambilan keputusan untuk penyusunan anggaran yang lebih baik dengan banyaknya memiliki pengalaman kerja penyusunan anggaran.

2.1.11.Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran memberikan kepastian kepada pelaksana anggaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan selama melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang


(4)

telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Adanya sasaran anggaran yang jelas, penyusun anggaran maupun pelaksana anggaran akan memilki informasi yang cukup mengenai sasaran-sasaran anggaran yang akan dicapai daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran (Kridawan dan Amir, 2014).

2.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan permasalahan dan tujuannya adalah sebagai berikut:

2.2.1. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack

Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan pelaksanaan pada proses penyusunan suatu anggaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sancita (2014) menunjukkan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap Budgetary Slack. Hasil penelitian yang dilakukan Adrianto (2008), Andi (2010), Djasuli (2011), Sandrya (2013), Reno (2013), Erni (2014), Nitiari (2014), dan Novia (2015) menunjukkan variabel partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elfi (2013), Wisnu (2014), Srimuliani (2014), Surya (2014), dan Purmita (2014) yang membuktikan partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran. Partisipasi anggaran dapat mempengaruhi tingkat penurunan potensi terjadinya budgetary slack, hal ini ditandai dengan komunikasi yang baik didalam


(5)

organisasi publik sehingga bawahan dalam organisasi tersebut tidak terdorong untuk menciptakan budgetary slack. Maka hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

H1: Partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap budgetary slack.

2.2.2. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Budgetary Slack

Semakin tinggi asimetri informasi yang ada, maka akan semakin tinggi juga budgetary slack yang terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan Dwi dan Lidya (2010) membuktikan information asimetry berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Surya (2014), Purmita (2014), dan Wisnu (2014) menunjukkan asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Hipotesis antara asimetri informasi dengan budgetary slack dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

H2: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack.

2.2.3. Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack

Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengelola sumber daya secara optimal, dengan demikian dapat memperkecil budgetary slack. Hasil penelitian yang dilakukan Budi (2009) menunjukkan kapasitas individu berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Berbeda dengan hasil penelitian Shinta (2006) dan Hapsari (2011) kapasitas individu berpengaruh positif terhadap budgetary slack. Hipotesis antara kapasitas individu dengan budgetary slack sebagai berikut:


(6)

2.2.4. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggran Terhadap Budgetary Slack Hasil penelitian yang dilakukan Kridawan dan Amir (2014) dan Adi (2014) kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap senjangan anggaran. Berbeda dengan hasil penelitian Krisna (2014), dan Triadhi (2013) menunjukkan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran. Sasaran anggaran yang jelas, penyusun anggaran maupun pelaksana anggaran akan memiliki informasi yang cukup mengenai sasaran-sasaran anggaran yang akan dicapai daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran. Sehingga kejelasan sasaran anggaran akan berpengaruh terhadap penurunan senjangan anggaran. Hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan budgetary slack dapat dihipotesiskan sebagai berikut:


Dokumen yang terkait

PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Sleman)

19 117 158

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Group Cohesiveness dan Informasi Asimetri Terhadap Budgetary Slack Dengan Pertimbangan Etika sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mandailing Natal)

10 43 124

ANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN, KAPASITAS INDIVIDU, PENGARUH KAPASITAS INDIVIDU TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN SELF ESTEEM SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

0 2 17

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (STUDI EMPIRIS PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA).

1 5 22

PENGARUH KECUKUPAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 1 24

Komitmen Organisasi dan Asimetri Informasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung).

0 0 73

KAPASITAS INDIVIDU, BUDAYA ORGANISASI, DAN ASIMETRI INFORMASI PADA PENYUSUNAN ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK (Studi Kasus SKPD Sleman).

0 5 193

Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan kapasitas individu terhadap budgetary slack pada skpd pemerintah kota samarinda | Basyir | AKUNTABEL 1176 1842 1 PB

0 0 21

Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Budgetary Slack Dengan Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi, dan Budget Emphasis Sebagai Pemoderasi | Murtin | Jurnal Akuntansi dan Investasi 682 2108 1 PB

0 0 11

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran, Asimetri Informasi terhadap Budgetary Slack pada SKPD Kota Samarinda | Kusniawati | AKUNTABEL 1904 2956 1 PB

0 1 13