Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar T1 292008132 BAB IV
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Bogorejo kecamatan Japah kabupaten Blora. Dimana SD N 1 Bogorejo sebagai kelas eksperimen dan SD N 2 Bogorejo sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas IV dari masing-masing SD tersebut adalah 29 anak. Di kelas eksperimen terdapat 12 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Sementara itu di kelas kontrol terdapat 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Tabel 4.1
Data Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Nama SD
Kelas IV SD N 1 Bogorejo (Kelas
Eksperimen)
Kelas IV SD N 2 Bogorejo (Kelas
Kontrol)
Putra 12 siswa 17 siswa
Putri 17 siswa 12 siswa
Jumlah 29 siswa 29 siswa
Pembelajaran yang digunakan di SD N 2 Bogorejo masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah. Pada dasarnya metode ceramah mempunyai banyak kelemah diantaranya adalah siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menjadi kurang berkonsentrasi dan terjadi kejenuhan pada diri siswa. Namun, guru juga mengungkapkan alasan bahwa metode ceramah juga mempunyai kelebihan, yaitu suasana kelas menjadi tenang, tidak membutuhkan biaya yang tinggi, tidak membutuhkan waktu yang lama, siswa dilatih untuk mendengarkan secara seksama penjelasan dari guru, aktivitas siswa dapat dipantau secara bersamaan oleh guru, tidak membutuhkan tenaga yang banyak. Dari beberapa kelebihan metode ceramah, guru tidak mementingkan
(2)
keberhasilan hasil belajar. Bernilai positif hanya bagi guru sebab metode ceramah paling efektif .
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan pada mata pelajaran IPS (perkembangan transportasi) di kelas IV di SD N 1 Bogorejo kecamatan Japah abupaten Blora. Adapun alasan yang menjadi pertimbangan penelitian memilih SD N 1 Bogorejo kecamatan Japah kabupaten Blora bahwa penelitian dengan topik pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa belum pernah dilakukan di SD N 1 Bogorejo kecamatan Japah kabupaten Blora.
4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan
Data merupakan hasil pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel yang diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan penelitian. Jenis data memempengaruhi pemilihan prosedur statistik yang akan digunakan. Data jenis kuantitatif akan menggunakan prosedur statistik parametrik. Jenis data yang diperoleh sebelum perlakuan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data hasil belajar siswa yang didapatkan merupakan nilai yang diambil sebelum diberikan perlakuan atau nilai pre test.
4.1.1.1Data Hasil Belajar Pre Test Siswa Kelas Kontrol
Data siswa yang diperoleh merupakan data nilai pre test kelas kontrol sebelum dilakukan suatu treatment/perlakuan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD N 2 Bogorejo , sebagai berikut :
0 – 45 : Sangat Kurang 46 – 65 : Kurang
66 – 75 : Cukup 76 – 80 : Tinggi
(3)
Tabel 4.2
Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Sebelum Perlakuan
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 2 Bogorejo
81 - 100 Sangat Tinggi 3 10,34
76 - 80 Tinggi 3 10,34
66 - 75 Sedang 6 20,68
46 - 65 Kurang 10 34,38
0- 45
Sangat Kurang 7 24,13
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel 4.2 data hasil belajar siswa kelas kontrol sebelum perlakuan/pre test dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD N 2 Bogorejo. Siswa yang hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 7 siswa (24,13%), kategori kurang 10 siswa (34,38%), kategori sedang sebanyak 6 siswa (20,68% ), kategori tinggi 3 siswa (10,34%) dan kategori sangat tinggi sebanyak 3 siswa (10,34%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 2 Bogorejo masih rendah
4.1.1.2Data Hasil Belajar Pre Test Siswa Kelas Eksperimen
Data siswa yang diperoleh merupakan data nilai pre test kelas eksperimen sebelum dilakukan suatu treatment/perlakuan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD N 1 Bogorejo , sebagai berikut :
0 – 45 : Sangat Kurang 46 – 65 : Kurang
66 – 75 : Cukup 76 – 80 : Tinggi
(4)
Tabel 4.3
Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Sebelum Perlakuan
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 1 Bogorejo
81 - 100 Sangat Tinggi 2 6,89
76 - 80 Tinggi 3 10,34
66 - 75 Sedang 6 20,68
46 - 65 Kurang 14 48,27
0- 45
Sangat Kurang 4 13,79
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel 4.3 data hasil belajar siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan/pre test dapat dilihat bahwa hasil pre tes SD N 1 Bogorejo. Siswa yang hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 4 siswa (13,79%), kategori kurang 14 siswa (48,27%), kategori sedang sebanyak 6 siswa (20,68% ), kategori tinggi 3 siswa ( 10,34%) dan kategori sangat tinggi sebanyak 2 siswa (6,89%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai belajar siswa SD Negeri 1 Bogorejo masih rendah 4.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan
Data merupakan hasil pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel yang diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan penelitian. Jenis data memempengaruhi pemilihan prosedur statistik yang akan digunakan. Data jenis kuantitatif akan menggunakan prosedur statistik parametrik. Jenis data yang diperoleh setelah perlakuan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data hasil belajar siswa yang didapatkan merupakan nilai yang diambil setelah diberikan perlakuan atau nilai post test.
4.1.2.1Data Hasil Belajar Post Test Siswa Kelas Kontrol
Data siswa yang diperoleh merupakan data nilai post test kelas kontrol setelah dilakukan suatu treatment/perlakuan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD N 2 Bogorejo , sebagai berikut :
0 – 45 : Sangat Kurang 46 – 65 : Kurang
(5)
66 – 75 : Cukup 76 – 80 : Tinggi
81 – 100 : Sangat Tinggi
Tabel 4.4
Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Setelah Perlakuan
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 2 Bogorejo
81 - 100 Sangat Tinggi 6 20,68
76 - 80 Tinggi 9 31,04
66 - 75 Sedang 13 44,82
46 - 65 Kurang 1 3,44
0- 45
Sangat Kurang - -
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel 4.4 data hasil belajar siswa kelas kontrol setelah perlakuan/post test dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 2 Bogorejo. Siswa yang hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 0 siswa ( 0 %), kategori kurang sebanyak 1 siswa (3,44%), kategori sedang sebanyak 13 siswa (44,82%) dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 6 siswa (20,68%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 6 siswa (20,68%).
4.1.2.2Data Hasil Belajar Post Test Siswa Kelas Eksperimen
Data siswa yang diperoleh merupakan data nilai post test kelas eksperimen setelah dilakukan suatu treatment/perlakuan. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV digunakan lima kategori mengikuti acuan penilaian pada SD N 1 Bogorejo , sebagai berikut :
0 – 45 : Sangat Kurang 46 – 65 : Kurang
66 – 75 : Cukup 76 – 80 : Tinggi
(6)
Tabel 4.5
Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Setelah Perlakuan
Nama SD Interval Kategori F %
SD Negeri 1 Bogorejo
81 - 100 Sangat Tinggi 11 37,93
76 - 80 Tinggi 11 37,93
66 - 75 Sedang 7 24,13
46 - 65 Kurang - -
0- 45
Sangat Kurang - -
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel 4.5 data hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah perlakuan/post test dapat dilihat bahwa hasil post tes SD Negeri 1 Bogorejo. Siswa yang hasil belajar dalam kategori sangat kurang sebanyak 0 siswa ( 0 %), kategori kurang sebanyak 0 siswa (0%), kategori sedang sebanyak 7 siswa (24,13%) dan yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 11 siswa (37,93%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 11 siswa (37,93%).
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis
Instrumen tes yang telah digunakan untuk pre test dan post test kemudian selanjutnya akan dilakukan pengujian prasyaratan analisis untuk menentukan homogenitas dan normalitas. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian persyaratan analisis instrumen hasil pre test dan post test tersebut adalah sebagai berikut :
4.2.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisi Independent Sample T Test dan One Way Anova. Asumsi yang mendasari dalam analisis varians adalah bahwa varians dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih kelompok data adalah sama yang dilakukan dengan menggunakan Levene
(7)
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Berdasarkan output pada Test of Homogeneity of Variance pada tabel 4.6, kehomogenan data dilihat dari kolom Sig. Karena skor pre test mempunyai nilai signifikansi (0,293) lebih besar dari 0,05 yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Dengan demikian, disimpulkan data skor pre test adalah homogen.
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S satu sample).
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variances
NILAI Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.129 1 56 .293
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test EKSPERIME
N
KONTRO L
N 29 29
Normal Parametersa Mean 63.6207 63.2759
Std. Deviation 14.13560 16.97035 Most Extreme
Differences
Absolute .158 .196
Positive .119 .101
Negative -.158 -.196
Kolmogorov-Smirnov Z .848 1.054
Asymp. Sig. (2-tailed) .468 .217
(8)
Berdasarkan tabel 4.7 perhitungan uji normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogogorov (uji K-S satu sample) sehingga dapat diperoleh nilai Asymp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,468 dan untuk kelas kontrol 0,217 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05. Selain dilihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) pada tabel, analisis uji normalitas nilai pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol juga ditunjukkan dengan histogram.
Gambar 4.8 Analisis Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen.
Berdasarkan gambar 4.8 analisis normalitas pre test kelas eksperimen nilai rata-rata yang dapat dilihat yaitu sebesar 63,62.
(9)
Gambar 4.9 Analisis Normalitas Pre Test Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar 4.9 analisis normalitas pre test kelas kontrol nilai rata-rata yang dapat dilihat yaitu sebesar 63,28. Kesimpulannya ada peerbedaan nilai rata-rata pada pre test kelas kontrol dan pre test pada kelas eksperimen.
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test EKSPERIME
N
KONTRO L
N 29 29
Normal Parametersa Mean 85.1724 77.9310
Std. Deviation 9.40011 8.61034 Most Extreme
Differences
Absolute .192 .198
Positive .192 .198
Negative -.150 -.144
Kolmogorov-Smirnov Z 1.032 1.067
Asymp. Sig. (2-tailed) .237 .205
(10)
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov (uji K-S satu sample) sehingga dapat diperoleh nilai Asymp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,237 dan untuk kelas kontrol 0,205 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05. Selain dilihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) pada tabel, analisis uji normalitas nilai pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol juga ditunjukkan dengan histogram.
Gambar 4.11 Analisis Normalitas Post Test Kelas Eksperimen Berdasarkan gambar 4.11 analisis normalitas post test kelas eksperimen nilai rata-rata yang dapat dilihat yaitu sebesar 85,17.
(11)
Gambar 4.12 Analisis Normalitas Post Test Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar 4.12 analisis normalitas post test kelas kontrol nilai rata-rata yang dapat dilihat yaitu sebesar 77,93. Kesimpulannya ada peerbedaan nilai rata-rata pada post test kelas kontrol dan post test pada kelas eksperimen.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Perbedaan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Kontrol
Berdasarkan metode ceramah/konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol yaitu di SD N 2 Bogorejo, dapat dilihat peningkatan nilai rata- rata dari pretest- posttest pada tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.13
Analisis Nilai Pretest Posttest Kelas Kontrol
Jenis test Mean
Pretest 63
Posttest 77
Berdasarkan tabel 4.13 analisis nilai pretest posttest pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata untuk pretest pada kelas kontol sebesar 63 sedangkan nilai rata-rata posttest pada kelas kontrol sebesar 77.
(12)
4.3.2 Perbedaan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan model pembelajaran Make A Match yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu di SD N 1 Bogorejo , dapat dilihat peningkatan nilai rata- rata dari pretest - posttest pada tabel 4.14 sebagai berikut :
Tabel 4.14
Analisis Nilai Pretest Posttest Kelas Eksperimen
Jenis test Mean
Pretest 63
Posttest 85
Berdasarkan tabel 4.14 analisis nilai pretest posttest pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata untuk pretest pada kelas eksperimen adalah 63 sedangkan nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 85. Perhitungan dapat dilihat pada tabel group statistic uji normalitas pada lampiran.
4.3.3 Perbedaan Nilai Posttest Kelas Kontrol Dengan Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Berdasarkan model pembelajaran Make A Match yang diterapkan pada kelas eksperimen yaitu SD N 1 Bogorejo dan model pembelajaran konvensional/ceramah di SD N 2 Bogorejo analisis nilai post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15
Analisis Nilai Postest Kelas Kontrol Dan Post Kelas Eksperimen
Jenis test Mean
Posttest kelas kontrol 77 Posttest kelas eksperimen 85
Berdasarkan tabel 4.15 analisis nilai posttest pada kelas kontrol dan postest pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata untuk postest pada kelas kontrol adalah 77 sedangkan nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 85. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara nilai postest pada kelas kontrol dan nilai posttest pada kelas eksperimen. Dimana perbedaan tersebut terletak pada nilai posttest pada masing-masing kelas. Yakni terjadi peningkatan
(13)
antara nilai posttest pada kelas kontrol dan nilai posttest pada kelas eksperimen. Perhitungan dapat dilihat pada tabel group statistic uji normalitas pada lampiran.
4.4 Analisis Deskriptif Setiap Variabel Penelitian
Analisis deskriptif setiap variabel penelitian merupakan penjabaran dari masing-masing variabel dimana variabel X adalah penggunaan model pembelajaran Make A Match dan variabel Y adalah hasil belajar, dimana hasil belajar tersebut dengan menggunakan pretest dan post test.
4.4.1 Analisis deskriptif variabel X (penggunaan model pembelajaran make a match)
Variabel X dalam penelitian ini adalah penggunaan model make a match pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran mencari pasangan. Satu kelas dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Kemudian ketiga kelompok diatur posisinya berbentuk huruf U. Kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Kemudian guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak dan bertemu untuk mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Setelah masing-masing kelompok mendapat pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok, masing-masing dari mereka wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membaca pembelajaran akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. Dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran dengan model make a match sudah bisa dikatan sempurna meskipun masih ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana dengan baik.
4.4.2 Analisis deskriptif variabel Y (hasil belajar)
Pada variabel hasil belajar peneliti menggunakan teknik test yaitu pre test dan post tests. Pre test untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, post test untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Post test pada kelompok kontrol dalam pembelajarannya tanpa menggunakan model make a match,
(14)
sedangkan post test pada kelompok eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan model pembembelajaran make a match. Teknik tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui perbandingan antara pembelajaran dengan menggunakan model make a match dan pembelajaran tanpa menggunakan make a match. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa nilai post test untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai post test kelompok kontrol. Untuk kelas ekperimen nilai rata-rata post test adalah 85,1 sedangkan nilai rata-rata post test kelas kontrol adalah 77,9.
4.5 Pengujian Hipotesis
Setelah kegiatan penelitian selesai dan data pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terkumpul peneliti membandingkan antara rata-rata nilai post test kelas eksperimen dengan rata-rata-rata-rata nilai post test kelas kontrol , jika nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol maka hasilnya signifikan artinya ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sebaliknya jika nilai kelompok eksperimen lebih rendah dibanding kelompok kontrol maka hasilnya tidak signifikan atau tidak ada perbedaaan hasil belajar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : μ1 ≤ μ2 (hasil belajara kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan hasil belajara kelas kontrol)
Ha: μ1≥ μ2 (hasil belajar kelas eksperimen lebih dari hasil belajar kelas kontrol). Kaidah keputusan
Jika nilai p(t) atau Sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut :
(15)
Tabel 4.16
Analisis Nilai Rata-rata Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarka tabel 4.16 outpt group statistics , dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai post test kelas eksperimen dengan nilai rata-rata post test kelas kontrol dari 29 siswa dari masing-masing kelas. Nilai rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 85,17 dan untuk kelas kontrol nilai rata-rata post test nya adalah 77,93.
Tabel 4.17
Analisis Uji Beda Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
NILAI Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test
for Equality of Variances
F .743
Sig. .392
t-test for Equality of Means
T 3.059 3.059
Df 56 55.574
Sig. (2-tailed) .003 .003
Mean Difference 7.24138 7.24138
Std. Error Difference 2.36716 2.36716 95% Confidence
Interval of the Difference
Lowe
r 2.49939 2.49859 Upper 11.98337 11.98417 Group Statistics
SD N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
NILAI 1 29 85.1724 9.40011 1.74556
(16)
Jika dilihat dari hasil output pada tabel 4.17 independent sample test
dapat dilihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,003 atau sigifikan, itu artinya ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari tabel 4.17 tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa. Hal itu juga ditunjukkan pada tabel 4.18 yaitu deskriptif statistics yang menunjukkan nilai minimum dan maksimum yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol sebagai berikut :
Tabel 4.18
Analisis Deskriptif Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation EKSPERIMEN 29 70.00 100.00 2470.00 85.1724 9.40011 KONTROL 29 65.00 100.00 2260.00 77.9310 8.61034 Valid N
(listwise) 29
Berdasarkan tabel 4.18 deskriptive statistics terlihat nilai minimum post test kelas eksperimen adalah 70 dan nilai maksimumnya adalah 100 sedangkan nilai minimum post test pada kelas kontrol adalah 65 dan nilai maksimum adalah 100. Artinya terjadi peningkatan hasil belajara pada kelas eksperimen.
Berdasarkan analisis hipotesis, HO diterima jika signifikan lebih besar dari 0,05 (HO > 0,05). Dan HO tidak ditolak jika signifikasi lebih kecil dari 0,05 (HO < 0,05). Dari hasil thitung yang telah dilakukan diperoleh signifikan 0,003 lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,005). Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka HO ditolak. Jadi kesimpulannya Ha diterima.
(17)
4.6 Pembahasan
Pada uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol, mendapatkan hasil dimana Sig.lebih dari 0,05 yaitu 0,293 maka H0 diterima. Artinya varians (kelompok eksperimen dan kontrol) sama atau homogen. Selain uji homogenitas, dalam peelitian ini juga dilakukan uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil analisis untuk uji normalitas data pre test diperoleh Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,648 dan untuk kelas kontrol 0,217 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelompok eksperimen dan kontrol lebih besar dari taraf signifikan (α) 0,05. Sementara itu hasil analisis uji normalitas untuk data post test diperoleh nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,237 dan untuk kelas kontrol 0,205 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas ekperimen dan kontrol lebih besar dari taraf signifikan (α) 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran make a match dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensioal, terlihat bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 1 Bogorejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Hal ini ditunjukkan dari nilai Sig (2-tailed) pada tabel independent sample test yaitu 0,003 < taraf signifikan (α) 0,05 yang berarti H0 ditolak. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar pada kelas ekperimen lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
4.6.1 Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensioal rata-rata nilai pretest posttest test pada kelas kontrol yaitu kelas IV SD N 2 Bogorejo semula 63 menjadi 77,93 . 4.6.2 Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match rata-rata nilai pretest posttest
(18)
test pada kelas eksperimen yaitu kelas IV SD N 1 Bogorejo semula 63 menjadi 85,17.
4.6.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran konvensional, hasil nilai rata-rata post test kelas eksperimen yaitu kelas IV SD N 1 Bogorejo mencapai hasil 85,17, sedangkan rata-rata nilai post test kelas kontrol yaitu kelas IV SD N 2 Bogorejo 77,93 . Hasil tersebut sesuai dengan indikator penelitian yang mentargetkan hasil rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil rata-rata nilai post test kelas kontrol.
Dari hasil penelitian selain nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata nilai post test kelas kontrol juga didapatkan hasil bahwa pada nilai post test kelas eksperimen semua siswa mendapatkan nilai diatas 65 sedangkan pada kelas kontrol masih ada satu (1) siswa yang mendapatkan nilai 65. Nilai post test pada kelas eksperimen diperoleh nilai minimum 70 dan nilai maksimum 100. Sedangkan nilai post test pada kelas kontrol nilai minimum 65 dan nilai maksimum 100.
Berdasarkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya serta mampu bekerja sama dengan siswa untuk bekerja kelompok dalam memecahkan masalah IPS sehingga memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Siswa ditutut untuk bekerja sama, model pembelajaran make a match akan menimbulkan suasana yang riuh dan ramai tetapi menyenangkan. Anak belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan perkembangan mental anak yaitu operasional konkrit. Anak SD harus diberikan pembelajaran-pembelajaran yang bersifat nyata dan menyenangkan. Hal ini akan membuat siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran make a match, pada pembelajaran dengan menggunakan
(19)
make a match hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran make a match. Dari hasil post test kelas eksperimen yaitu SD N 1 Bogorejo lebih tinggi dibandingkan nilai post test kelas kontrol yaitu SD N 2 Bogorejo.
(1)
sedangkan post test pada kelompok eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan model pembembelajaran make a match. Teknik tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui perbandingan antara pembelajaran dengan menggunakan model make a match dan pembelajaran tanpa menggunakan make a match. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa nilai post test untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai post test kelompok kontrol. Untuk kelas ekperimen nilai rata-rata post test adalah 85,1 sedangkan nilai rata-rata post test kelas kontrol adalah 77,9.
4.5 Pengujian Hipotesis
Setelah kegiatan penelitian selesai dan data pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terkumpul peneliti membandingkan antara rata-rata nilai post test kelas eksperimen dengan rata-rata-rata-rata nilai post test kelas kontrol , jika nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol maka hasilnya signifikan artinya ada perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sebaliknya jika nilai kelompok eksperimen lebih rendah dibanding kelompok kontrol maka hasilnya tidak signifikan atau tidak ada perbedaaan hasil belajar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : μ1 ≤ μ2 (hasil belajara kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan hasil belajara kelas kontrol)
Ha: μ1≥ μ2 (hasil belajar kelas eksperimen lebih dari hasil belajar kelas kontrol). Kaidah keputusan
Jika nilai p(t) atau Sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut :
(2)
Tabel 4.16
Analisis Nilai Rata-rata Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarka tabel 4.16 outpt group statistics , dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai post test kelas eksperimen dengan nilai rata-rata post test kelas kontrol dari 29 siswa dari masing-masing kelas. Nilai rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 85,17 dan untuk kelas kontrol nilai rata-rata post test nya adalah 77,93.
Tabel 4.17
Analisis Uji Beda Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test
NILAI Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test
for Equality of Variances
F .743
Sig. .392
t-test for Equality of Means
T 3.059 3.059
Df 56 55.574
Sig. (2-tailed) .003 .003
Mean Difference 7.24138 7.24138 Std. Error Difference 2.36716 2.36716 95% Confidence
Interval of the Difference
Lowe
r 2.49939 2.49859 Upper 11.98337 11.98417 Group Statistics
SD N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean NILAI 1 29 85.1724 9.40011 1.74556
(3)
Jika dilihat dari hasil output pada tabel 4.17 independent sample test
dapat dilihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,003 atau sigifikan, itu artinya ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari tabel 4.17 tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu terjadi peningkatan hasil belajar pada siswa. Hal itu juga ditunjukkan pada tabel 4.18 yaitu deskriptif statistics yang menunjukkan nilai minimum dan maksimum yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol sebagai berikut :
Tabel 4.18
Analisis Deskriptif Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation EKSPERIMEN 29 70.00 100.00 2470.00 85.1724 9.40011 KONTROL 29 65.00 100.00 2260.00 77.9310 8.61034 Valid N
(listwise) 29
Berdasarkan tabel 4.18 deskriptive statistics terlihat nilai minimum post test kelas eksperimen adalah 70 dan nilai maksimumnya adalah 100 sedangkan nilai minimum post test pada kelas kontrol adalah 65 dan nilai maksimum adalah 100. Artinya terjadi peningkatan hasil belajara pada kelas eksperimen.
Berdasarkan analisis hipotesis, HO diterima jika signifikan lebih besar dari 0,05 (HO > 0,05). Dan HO tidak ditolak jika signifikasi lebih kecil dari 0,05 (HO < 0,05). Dari hasil thitung yang telah dilakukan diperoleh signifikan 0,003 lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,005). Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka HO ditolak. Jadi kesimpulannya Ha diterima.
(4)
4.6 Pembahasan
Pada uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol, mendapatkan hasil dimana Sig.lebih dari 0,05 yaitu 0,293 maka H0 diterima. Artinya varians (kelompok eksperimen dan kontrol) sama atau homogen. Selain uji homogenitas, dalam peelitian ini juga dilakukan uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil analisis untuk uji normalitas data pre test diperoleh Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,648 dan untuk kelas kontrol 0,217 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelompok eksperimen dan kontrol lebih besar dari taraf signifikan (α) 0,05. Sementara itu hasil analisis uji normalitas untuk data post test diperoleh nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas eksperimen 0,237 dan untuk kelas kontrol 0,205 maka dapat disimpulkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal karena nilai Asimp.Sig.(2-tailed) untuk kelas ekperimen dan kontrol lebih besar dari taraf signifikan (α) 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran make a match dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensioal, terlihat bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 1 Bogorejo Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Hal ini ditunjukkan dari nilai Sig (2-tailed) pada tabel independent sample test yaitu 0,003 < taraf signifikan (α) 0,05 yang berarti H0 ditolak. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar pada kelas ekperimen lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
4.6.1 Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensioal rata-rata nilai pretest posttest test pada kelas kontrol yaitu kelas IV SD N 2 Bogorejo semula 63 menjadi 77,93 . 4.6.2 Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match rata-rata nilai pretest posttest
(5)
test pada kelas eksperimen yaitu kelas IV SD N 1 Bogorejo semula 63 menjadi 85,17.
4.6.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran konvensional, hasil nilai rata-rata post test kelas eksperimen yaitu kelas IV SD N 1 Bogorejo mencapai hasil 85,17, sedangkan rata-rata nilai post test kelas kontrol yaitu kelas IV SD N 2 Bogorejo 77,93 . Hasil tersebut sesuai dengan indikator penelitian yang mentargetkan hasil rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil rata-rata nilai post test kelas kontrol.
Dari hasil penelitian selain nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata nilai post test kelas kontrol juga didapatkan hasil bahwa pada nilai post test kelas eksperimen semua siswa mendapatkan nilai diatas 65 sedangkan pada kelas kontrol masih ada satu (1) siswa yang mendapatkan nilai 65. Nilai post test pada kelas eksperimen diperoleh nilai minimum 70 dan nilai maksimum 100. Sedangkan nilai post test pada kelas kontrol nilai minimum 65 dan nilai maksimum 100.
Berdasarkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya serta mampu bekerja sama dengan siswa untuk bekerja kelompok dalam memecahkan masalah IPS sehingga memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Siswa ditutut untuk bekerja sama, model pembelajaran make a match akan menimbulkan suasana yang riuh dan ramai tetapi menyenangkan. Anak belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan perkembangan mental anak yaitu operasional konkrit. Anak SD harus diberikan pembelajaran-pembelajaran yang bersifat nyata dan menyenangkan. Hal ini akan membuat siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
(6)
make a match hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran make a match. Dari hasil post test kelas eksperimen yaitu SD N 1 Bogorejo lebih tinggi dibandingkan nilai post test kelas kontrol yaitu SD N 2 Bogorejo.