T1 362007003 BAB III

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti Taylor dan Bogdan dalam (Suyanto, 2005:166). Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejal-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu (Bungin, 2006: 302).

Peneliti kualitatif mempelajari benda-benda didalam konteks alaminya, yang berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris –studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan


(2)

makna keseharian dan problematik dalam kehidupan seseorang (Denzin & Lincoln, 2009:6)

Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti secara mendalam, dan untuk mendapatkan data maupun informasi yang mendukung maka peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang diharapkan peneliti.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data atau fakta yang ditemukan tidak berarti menyajikan data mentah, akan tetapi harus diberi arti, diolah, dan ditafsirkan (Nawawi dkk,1993:73).

Jenis penelitian ini digunakan peneliti untuk menguraikan data dan memberikan gambaran secara diskriptif mengenai hasil wawancara langsung terhadap informan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti akan menggambar citra iklan yang muncul dari proses persepsi dengan menggunakan elemen-elemen iklan sebagai rangsangan/stimuli.


(3)

3.3. Unit Analisa dan Unit Pengamatan 3.3.1. Unit Analisa

Dalam penelitian ini, yang ingin di analisa oleh peneliti adalah citra iklan yang muncul dari tahapan proses persepsi (sensasi, atensi dan intepretasi) khalayak terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Serta kaitan persepsi khalayak tersebut pada pembentukan citra iklan. Dengan alasan bahwa iklan baru M-150 yang muncul dengan konsep berbeda dengan iklan lainnya dapat dimengerti target market atau tidak. Untuk mengetahuinya maka analisa yang dilakukan adalah dengan mengetahui proses persepsi yang terjadi dengan dikaitkan terhadap elemen-elemen iklan televisi yang menjadi rangsangan/stimuli.

3.3.2. Unit Pengamatan

Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode wawancara mendalam pada setiap subjek penelitian. Wawancara mendalam atau in-depth interview menurut Mulyana (2010:180) wawancara mendalam merupakan wawancara tak terstruktur. Wawancara ini merupakan percakapan informal dengan tujuan memperoleh


(4)

bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan cirri-ciri setiap informan.

In-dept interview pada kususnya dan metode wawancara pada umumnya, biasanya berlangsung agak longgar, santai dan mungkin juga dapat diulang untuk dapat memperoleh data yang dirasakan cukup oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi minat penelitian. Pedoman wawancara ini tidak berisi pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar garis besar tentang data yang nanti dapat berkembang dengan memperhatikan konteks, dan situasi wawancara (Pawito, 2008:132).

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah masyarakat Salatiga yang pernah meminum produk M-150 dan melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” dengan batasan umur 15 tahun keatas dengan teknik snowball6.

Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap enam informan antara tanggal 3 Januari 2012 sampai 14 Januari 2012. Peneliti melakukan wawancara dengan mendatangi rumah para informan satu per satu dengan menggunakan guide question. Sebelum memulai wawancara peneliti menanyakan latar belakang

Snow ball merupakan teknik penentuan sampel yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak. Orang yang dijadikan sampel pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan sampel lagi,begitu seterusnya sampai

jumlahnya lebih banyak. Proses ini berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyanto, 2006: 156-157)


(5)

ekonomi, geografi dan demografi informan, kemudian peneliti memutarkan iklan M-150 terlebih dahulu sebagai pengingat.

3.5. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data:

a. Data primer adalah merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu/perseorangan data yang dikumpulkan secara langsung yaitu wawancara dengan para informan diambil dengan teknik

snow ball.

b. Data sekunder, yaitu jenis data yang tidak langsung diperoleh dari objek yang diteliti. Peneliti memperoleh data sekunder dari data yang diolah dalam bentuk buku, yaitu buku mengenai periklanan, majalah periklanan, dan artikel-artikel dalam internet mengenai kreatif iklan.

3.6. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(6)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisa data model Miles dan Huberman (Pawito, 2008:104-106). Karena metode ini sangat sesuai dengan tujuan penelitian penulis. Metode análisis data kualitatif model Miles dan Huberman membagi analisa data kualitatif menjadi tiga komponen, yaitu (1) reduksi data, (2) display atau penyajian data, (3) penarikan serta pengujan kesimpulan.

Gambar 3.1 Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman (1994:12)

1. Pengumpulan Data

Pada tahap awal penelitian, peneliti memulai melakukan penelitian dengan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan oleh

Pengumpulan data

Reduksi

data Penarikan/pengujian kesimpulan

Penyajian data


(7)

peneliti. Pada penelitian terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” pengumpulan data dilakukan dengan teknik in-dept interview

kepada enam orang informan yang menjadi kriteria dalam penelitian dengan menggunakan guide interview.

2. Reduksi Data

Pada tahap ini, peneliti melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data, dengan menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai data dilapangan. Kemudian peneliti harus mampu menyusun data atau menyeleksi masing – masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

Pada penelitian terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, reduksi data dilakukan dengan cara menyusun data hasil wawancara dengan dikelompokkan dan disesuaikan terhadap delapan elemen iklan kemudian data digolongkan berdasarkan proses persepsi yaitu sensasi, atensi, intepretasi.

3. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data

Tahap ini merupakan tahap untuk penyajian data. Data hasil dari lapangan yang sangat banyak, tidak mungkin dipaparkan semuanya. Oleh karena itu, dalam penyajian data peneliti dapat di análisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.


(8)

Pada tahap ini peneliti memulai menyajikan data dengan menganalisa proses persepsi dari elemen iklan untuk mendapatkan hasil citra iklan yang terbentuk pada informan terhadap iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”.

4. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Didapat kesimpulan sementara yang dapat diuji kembali di lapangan. Setelah hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

Pada penelitian ini, setelah peneliti mendapatkan hasil citra apa yang muncul dari proses persepsi terhadap iklan, kemudian peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian dalam bentuk deskripstif data.

3.7. Sumber Informasi

Sumber informasi dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,1982:90). Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah para pekerja buruh industri di Salatiga. Pemilihan buruh industri sebagai sumber informasi karena di Salatiga buruh industri yang mendominasi mata pencaharian warga Salatiga. Selain itu, prosentase menonton televisi lebih juga lebih sering .


(9)

Penentuan informan kunci di sesuaikan dengan target market M-150 yaitu segmentasi demografi menengah kebawah dengan kisaran umur diatas 15 tahun, karena pada umur ini khalayak dapat memberikan jawaban secara benar serta sudah dapat membuat keputusan sendiri untuk memilih sesuatu, serta merupakan objek utama yang bersentuhan langsung dengan masalah yang ingin peneliti angkat. Karakteristik yang menjadi informan yaitu, pernah melihat iklan M-150 minimal tiga kali selama iklan tayang di televisi dan pernah meminum produk M-150. Selain informan, peneliti juga mencari sumber informasi melalui bahan pustaka, artikel-artikel di internet, majalah, dan lain-lain yang sekiranya dapat membantu penulis dalam memperoleh data/informasi.

Dalam penelitian ini, penulis memilih informan berdasarkan segmentasi sasaran dari produk M-150 yaitu B dan C+ atau menengah kebawah, seorang laki-laki dengan batasan umur 15 tahun ke atas. Selain itu responden yang diteliti juga berdomisili di kota Salatiga dan berstatus sebagai seorang pekerja pernah meminum produk M-150 lebih dari satu kali dan pernah melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Maka yang menjadi informan adalah:

3.7.1. Arif Rahman (Informan 1)

Bertempat tinggal di kampung kemiri Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun ini sering disapa dengan panggilan Arip. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur tiga tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja selama enam tahun sebagai buruh bangunan yang mengerjakan proyek-proyek rumah perorangan di Salatiga, sangat menguras


(10)

tenaga Arip setiap hari saat bekerja. Penghasilan antara Rp.180.000,00 - Rp. 250.000,00 per minggu (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari berapa hari bekerja) sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan kecil Arip seperti membeli rokok dan lain-lain.

Kebutuhan Arip yang wajib dia keluarkan setiap hari adalah rokok dan minuman bersuplemen yaitu M-150. Mengkonsumsi M-150 merupakan kegiatan yang sering dilakukan beberapa tahun yang lalu, karena bagi Arip semua minuman berenergi memiliki kasiat yang hampir sama, tetapi harga setiap produk berbeda-beda dan produk M-150 dianggap paling murah sehingga M-150 dipilih sebagai minuman penambah energi sewaktu dia sedang bekerja. Akan tetapi selama satu tahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan kebutuhan hidup juga semakin besar. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi karena tahu dari iklan televisi. Walaupun tidak semua iklan M-150 diingat, akan tetapi beberapa iklannya seperti versi menyelamatkan perempuan, versi M-150 susu, dan yang lainnya.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam, hiburan ketika pulang kerja adalah televisi. Arip menonton televisi pada malam hari dan pada acara tertentu saja, seperti melihat film dan acara olah raga saja. Termasuk ketika melihat iklan, menurut Arip iklan ditonton ketika menunggu jeda acara televisi saja. Seperti halnya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika sedang menunggu jeda nonton acara televisi. Awal


(11)

mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat Arif penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.

3.7.2. Nurviyanto (Informan 2)

Nurviyanto atau yang sering di sapa Nur merupakan warga desa Bugel Salatiga yang berprofesi sebagai buruh industri di PT. Damatex Salatiga. Nur yang berumur 22 tahun dan belum berkeluarga masih bertempat tinggal bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Bekerja sebagai karyawan tetap selama dua tahun dengan penghasilan antara Rp.850.000,00 - Rp. 950.000,00 membuat Nur hidup harus serba irit karena gaji banyak kepotong oleh cicilan motor.

Bekerja menjadi buruh industri membutuhkan tenaga yang besar, jangan mudah lesu dan ngantuk, oleh karena itu Nur mencoba menutupi hal itu dengan mengkonsumsi minuman M-150. Dengan sisa gaji yang ada Nur tidak merasa berat harus mengkonsumsi M-150 sebagai minuman tambahan karena dalam mengkonsumsi terhitung jarang hanya tiga sampai empat kali saja dalam satu atau dua bulan dan tidak terbatas waktu tertentu. Nur merasa sudah cocok dengan produk M-150 karena sudah terbiasa meminum produk tersebut. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi karena ingin mencoba rasa M-150, setelah itu ketagihan. Selain itu produk M-150 juga sering tampil di iklan televisi sehingga merasa minuman ini khalal.


(12)

Salah satu hiburan rutin yang dinikmati oleh Nur hanya televisi, saat menonton televisi bisa sampai larut malam mengikuti segala acara yang dianggap dia menarik. Tidak sekedar acara televisi saja tetapi iklan juga sering diihat ketika memang menarik, begitu juga dengan iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, menurut Nur iklan M-150 memiliki tampilan seperti sebuah cuplikan film, sehingga pada awal melihat mengira bukan tayangan iklan. Walaupun akhirnya tahu jika itu iklan, tetapi masih ada rasa penasaran untuk melihat lagi terhadap jalan cerita iklan. Rasa penasaran yang besar dan keinginan untuk melihat lagi iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” karena iklan ini tidak sama dengan iklan lain yang selalu memperlihatkan kekuatan otot.

3.7.3. Muchlisin (Informan 3)

Bertempat tinggal di jalan Cemara Salatiga, Muchlisin seorang laki-laki berumur 31 tahun yang sudah berkeluarga dipilih peneliti untuk dijadikan informan penelitian. Muchlisin yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum selama 2,5 tahun dengan penghasilan antara Rp.600.000,00 - Rp. 900.000,00 per bulan (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari pemasukan setiap harinya) menjadi tulang puggung keluarga dengan satu anak yang sudah bersekolah dan seorang istri.

Penghasilan yang dimiliki oleh Lisin sering disisakan untuk bekal kerja walaupun penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu bekal yang wajib ada ketika bekerja adalah M-150. Produk ini sudah dikonsumsi oleh Lisin selama bekerja sebagai sopir ketika badan lesu atau saat


(13)

ngantuk diperjalanan, tetapi sekarang sudah mulai mengurangi dengan jarang minum M-150 karena efek dari minuman berenergi yang lama-lama tidak baik untuk kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi dari melihat iklan di televisi, ada beberapa iklan M-150 yang memberi manfaat, salah satunya tidak membuat ngantuk, dari iklan inilah membuat terpengaruh dan akhirnya mengkonsumsi M-150.

Ketika melihat televisi kecenderungan akan dipindah channel ketika ada iklan, tetapi iklan dapat dilihat jika ada iklan yang dianggap menarik perhatian, termasuk salah satunya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Berawal tertarik dengan tampilan awal yang seperti bukan sebah iklan, membuat Lisin mengamati sampai akhir. Setiap ada iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” di televisi selalu dilihat dulu karena memiliki jalan cerita yang bagus dari yang lain.

3.7.4. A.Z. Eko Purwanto (Informan 4)

Bertempat tinggal di jalan Kemiri Cemara Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun ini sering disapa dengan panggilan Eko. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur enam tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja selama 10 tahun sebagai buruh bangunan yang mengerjakan proyek-proyek rumah perorangan di Salatiga, sangat menguras tenaga Eko setiap. Penghasilan antara Rp.180.000,00 - Rp. 250.000,00 per minggu (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari berapa hari bekerja) sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun istri Eko


(14)

juga bekerja akan tetapi sebagai kepala keluarga dia harus bisa lebih bekerja keras lagi untuk keluarga.

Kebutuhan yang semakin besar setiap harinya membuat Eko harus lebih kerja keras dan selalu semangat ketika bekerja agar kepercayaan orang-orang terhadap dirinya terjaga. Oleh karena ketika bekerja Eko tidak lupa untuk mengkonsumsi 150 sebagai minuman penambah tenaga. Mengkonsumsi M-150 merupakan kegiatan yang tidak terlalu sering dilakukan hanya ketika ingin saja dan badan terlalu capek saat bekerja. memilih M-150 sebagai minuman penambah tenaga karena harga yang terjangkau juga kemasan botol yang tidak ribet. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi karena tahu dari iklan televisi. Walaupun tidak semua iklan M-150 diingat, akan tetapi beberapa iklannya memiliki jalan cerita yang sama dengan merek lain.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang sore, hiburan ketika pulang kerja adalah televisi. Eko menonton televisi pada malam hari dan pada acara tertentu saja, seperti melihat film dan acara olah raga saja. Termasuk ketika melihat iklan, menurut Eko iklan ditonton ketika menunggu jeda acara televisi saja. Seperti halnya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika sedang menunggu jeda nonton acara televisi. Tidak segaja melihat iklan ini, Eko merasa tertarik untuk melihat lagi, karena jalan cerita yang bagus membuat Eko tidak bosan untuk melihat secara terus menerus.


(15)

3.7.5. Agus Wahyudi (Informan 5)

Bertempat tinggal di kampung Karang Alit Salatiga, laki-laki berumur 34 tahun ini sering disapa dengan panggilan Agus. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur empat tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja sebagai sopir angkutan umum di Salatiga selama sembilan tahun, sangat menguras tenaga setiap harinya. Dengan penghasilan yang tidak selalu tetap antara Rp.900.000,00 – Rp.1.000.000,00 per bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Agus.

Cobaan terberat ketika bekerja adalah rasa ngantuk yang besar ketika menyetir, sehingga Agus membutuhkan minuman penyegar setiap harinya seperti produk M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai bekerja tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa iklan mana yang pertama kali dilihat, tetapi bintang iklan yang dimainkan Tora Sudiro sangat dia ingat.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam membuat sisa waktu Agus selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat televisi dirumah. Agus tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi ketika saat iklanpun juga Agus tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika unsur ketidaksegajaan. Awal mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat


(16)

sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat Agus penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.

3.7.6. Shinwan (Informan 6)

Bertempat tinggal di kampung krajan Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun ini sering disapa dengan panggilan Shinwan. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur satu tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja sebagai buruh serabutan di atau harian lepas yang tidak menetap pekerjaannya, terkadang menjadi buruh bangunan, tukang listrik dan air, selama dua tahun di sebuah Wisma Penginapan di Salatiga, sangat menguras tenaga setiap hari saat bekerja. Dengan penghasilan antara Rp.600.000,00 per bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Shinwan.

Mengeluarkan tenaga yang besar ketika bekerja membuat Shinwan membutuhkan minuman penambah tenaga karena badan sering capek dan lesu sehingga membutuhkan tenaga yang besar sebagai penyegar dalam bekerja seperti M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai bekerja tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa iklan


(17)

mana yang pertama kali dilihat, tetapi Shinwan masih ingat betul dia tahu karena iklan televisi.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam ataupun sebaliknya membuat sisa waktu Shinwan selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat televisi dirumah. Shiwan tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi ketika saat iklanpun juga Shinwan tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika tiada unsur ketidaksegajaan. Awal mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat Shinwan penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.

3.8. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian peneliti adalah di kota Salatiga karena masyarakat Salatiga termasuk pengkonsumsi produk minuman berenergi M-150. Masyarakat di kota salatiga sendiri memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh buruh industri dengan angka tertinggi yaitu 19.831 jiwa pada tahun 2010.7 Pemilihan Salatiga sebagai tempat penelitian karena produk M-150 menduduki peringkat


(18)

kedua dalam pendistribusian produk minuman berenergi setelah kratingdeng di Salatiga.8

Alasan praktis penentuan lokasi di Salatiga karena peneliti berdomisili di kota Salatiga, dan memilki banyak kenalan di kota ini yang dijadikan informan maka dapat memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara mendalam terhadap informan secara terbuka.

Berdasarkan data PT. Tumbakmas Niagasakti yang merupakan satu-satunya distributor resmi M-150 yang berada di kota Salatiga. Dengan jumlah penjualan produk M-M-150 dari tahun 2010-2011 (data tahun disesuaikan selama iklan M-150 tayang di televisi) yaitu sebanyak 34.220 botol. Jumlah ini bisa bertambah karena distributor M-150 dari luar Salatiga seperti Klaten, Solo juga mendistributorkan M-150 ke Salatiga.


(1)

ngantuk diperjalanan, tetapi sekarang sudah mulai mengurangi dengan jarang minum M-150 karena efek dari minuman berenergi yang lama-lama tidak baik untuk kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi dari melihat iklan di televisi, ada beberapa iklan M-150 yang memberi manfaat, salah satunya tidak membuat ngantuk, dari iklan inilah membuat terpengaruh dan akhirnya mengkonsumsi M-150.

Ketika melihat televisi kecenderungan akan dipindah channel ketika ada iklan, tetapi iklan dapat dilihat jika ada iklan yang dianggap menarik perhatian, termasuk salah satunya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”. Berawal tertarik dengan tampilan awal yang seperti bukan sebah iklan, membuat Lisin mengamati sampai akhir. Setiap ada iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero” di televisi selalu dilihat dulu karena memiliki jalan cerita yang bagus dari yang lain.

3.7.4. A.Z. Eko Purwanto (Informan 4)

Bertempat tinggal di jalan Kemiri Cemara Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun ini sering disapa dengan panggilan Eko. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur enam tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja selama 10 tahun sebagai buruh bangunan yang mengerjakan proyek-proyek rumah perorangan di Salatiga, sangat menguras tenaga Eko setiap. Penghasilan antara Rp.180.000,00 - Rp. 250.000,00 per minggu (penghasilan bisa berubah-ubah tergantung dari berapa hari bekerja) sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun istri Eko


(2)

juga bekerja akan tetapi sebagai kepala keluarga dia harus bisa lebih bekerja keras lagi untuk keluarga.

Kebutuhan yang semakin besar setiap harinya membuat Eko harus lebih kerja keras dan selalu semangat ketika bekerja agar kepercayaan orang-orang terhadap dirinya terjaga. Oleh karena ketika bekerja Eko tidak lupa untuk mengkonsumsi 150 sebagai minuman penambah tenaga. Mengkonsumsi M-150 merupakan kegiatan yang tidak terlalu sering dilakukan hanya ketika ingin saja dan badan terlalu capek saat bekerja. memilih M-150 sebagai minuman penambah tenaga karena harga yang terjangkau juga kemasan botol yang tidak ribet. Pertama kali mengetahui produk M-150 dan akhirnya mulai mengkonsumsi karena tahu dari iklan televisi. Walaupun tidak semua iklan M-150 diingat, akan tetapi beberapa iklannya memiliki jalan cerita yang sama dengan merek lain.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang sore, hiburan ketika pulang kerja adalah televisi. Eko menonton televisi pada malam hari dan pada acara tertentu saja, seperti melihat film dan acara olah raga saja. Termasuk ketika melihat iklan, menurut Eko iklan ditonton ketika menunggu jeda acara televisi saja. Seperti halnya iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika sedang menunggu jeda nonton acara televisi. Tidak segaja melihat iklan ini, Eko merasa tertarik untuk melihat lagi, karena jalan cerita yang bagus membuat Eko tidak bosan untuk melihat secara terus menerus.


(3)

3.7.5. Agus Wahyudi (Informan 5)

Bertempat tinggal di kampung Karang Alit Salatiga, laki-laki berumur 34 tahun ini sering disapa dengan panggilan Agus. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur empat tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja sebagai sopir angkutan umum di Salatiga selama sembilan tahun, sangat menguras tenaga setiap harinya. Dengan penghasilan yang tidak selalu tetap antara Rp.900.000,00 – Rp.1.000.000,00 per bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Agus.

Cobaan terberat ketika bekerja adalah rasa ngantuk yang besar ketika menyetir, sehingga Agus membutuhkan minuman penyegar setiap harinya seperti produk M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai bekerja tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa iklan mana yang pertama kali dilihat, tetapi bintang iklan yang dimainkan Tora Sudiro sangat dia ingat.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam membuat sisa waktu Agus selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat televisi dirumah. Agus tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi ketika saat iklanpun juga Agus tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika unsur ketidaksegajaan. Awal mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat


(4)

sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat Agus penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.

3.7.6. Shinwan (Informan 6)

Bertempat tinggal di kampung krajan Salatiga, laki-laki berumur 32 tahun ini sering disapa dengan panggilan Shinwan. Sebagai seorang kepala keluarga dengan satu anak yang berumur satu tahun, tanggung jawabnya terhadap keluarga sangatlah besar. Bekerja sebagai buruh serabutan di atau harian lepas yang tidak menetap pekerjaannya, terkadang menjadi buruh bangunan, tukang listrik dan air, selama dua tahun di sebuah Wisma Penginapan di Salatiga, sangat menguras tenaga setiap hari saat bekerja. Dengan penghasilan antara Rp.600.000,00 per bulan sangat digantungkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan istri, anak, rumah tangga, dan kebutuhan pribadi Shinwan.

Mengeluarkan tenaga yang besar ketika bekerja membuat Shinwan membutuhkan minuman penambah tenaga karena badan sering capek dan lesu sehingga membutuhkan tenaga yang besar sebagai penyegar dalam bekerja seperti M-150. Produk M-150 merupakan minuman yang dikonsumsi sejak mulai bekerja tetapi selama setahun terakhir mulai berkurang mengkonsumsi M-150 karena sudah merasa anaknya tumbuh semakin besar dan menjaga kesehatan. Pertama kali mengetahui produk M-150 dari iklan televisi. Walaupun sudah lupa iklan


(5)

mana yang pertama kali dilihat, tetapi Shinwan masih ingat betul dia tahu karena iklan televisi.

Ketika harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam ataupun sebaliknya membuat sisa waktu Shinwan selalu dihabiskan dengan keluarga seperti melihat televisi dirumah. Shiwan tidak pernah melihat televisi karena acara tertentu, jadi ketika saat iklanpun juga Shinwan tonton. Termasuk ketika melihat iklan M-150 versi “Everybody Can Be A Hero”, iklan ini pertama kali ditonton ketika tiada unsur ketidaksegajaan. Awal mula menduga jika ini bukan sebuah iklan tetapi cuplikan film, tetapi setelah melihat sampai akhir baru tahu jika itu adalah tayangan iklan M-150 yang baru. Beberapa adegan yang dilihat membuat Shinwan penasaran dan ingin mengerti bagaimana jalan cerita iklan sehingga ketika melihat televisi dan tidak sengaja melihat iklan M-150 ditonton dulu sampai paham walaupun harus beberapa kali nonton.

3.8. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian peneliti adalah di kota Salatiga karena masyarakat Salatiga termasuk pengkonsumsi produk minuman berenergi M-150. Masyarakat di kota salatiga sendiri memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh buruh industri dengan angka tertinggi yaitu 19.831 jiwa pada tahun 2010.7 Pemilihan Salatiga sebagai tempat penelitian karena produk M-150 menduduki peringkat


(6)

kedua dalam pendistribusian produk minuman berenergi setelah kratingdeng di Salatiga.8

Alasan praktis penentuan lokasi di Salatiga karena peneliti berdomisili di kota Salatiga, dan memilki banyak kenalan di kota ini yang dijadikan informan maka dapat memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara mendalam terhadap informan secara terbuka.

Berdasarkan data PT. Tumbakmas Niagasakti yang merupakan satu-satunya distributor resmi M-150 yang berada di kota Salatiga. Dengan jumlah penjualan produk M-M-150 dari tahun 2010-2011 (data tahun disesuaikan selama iklan M-150 tayang di televisi) yaitu sebanyak 34.220 botol. Jumlah ini bisa bertambah karena distributor M-150 dari luar Salatiga seperti Klaten, Solo juga mendistributorkan M-150 ke Salatiga.