Peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan pendekatan proses pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X teknik audio video SMK Muhammadiyah 2 Salam tahun ajaran 2011 2012
-PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
DENGAN PENDEKATAN PROSES
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X
TEKNIK AUDIO-VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 2 SALAM
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh: NURLIYA FARIDAH
101222003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
i
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
DENGAN PENDEKATAN PROSES
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X
TEKNIK AUDIO-VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 2 SALAM
TAHUN AJARAN 2011/2012
Disusun oleh NURLIYA FARIDAH
101222003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(3)
(4)
(5)
iv
PERSEMBAHAN
H a n y a d e n g a n i z i n A l l o h , skripsi ini ditulis sebagai bukti dan tanggung jawab yang akan kupersembahkan sebagai tanda terima kasih dan cintaku untuk suamiku Shodiq Nurhadi,S.Pd., anak-anakku Ahmad Riza, A.Md., Rizki Shofak Isnaini, dan Latif Ash Shidiqi.
(6)
v
MOTTO
“orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” ( Mario
Teguh)
“Orang yang paling beruntung di dunia adalah orang yang telah mengembangkan rasa syukur yang hampir konstan, dalam situasi apapun” (E.
(7)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Februari 2013 Penulis,
(8)
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI PENELITIAN UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Nurliya Faridah
NIM : 101222003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma penelitian saya yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Pendekatan Proses Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012 beserta perangkat yang
diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, dan mendistribusikan secara terbatas
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, Februari 2013 Yang menyatakan,
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Alloh yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas ini sesuai dengan rencana. Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca
Pemahaman dengan Pendekatan Proses pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini mengacu pada upaya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman ke arah yang lebih baik, sehingga hasil tes juga meningkat. Penelitian ini dilakukan secara mandiri. Sesuai dengan hakikatnya, penelitian tindakan ini dilakukan melalui beberapa siklus rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru dalam inovasi proses pembelajaran. Karakteristik penelitian ini adalah dilakukan secara mandiri di bawah bimbingan dosen pembimbing.
Peneliti merasa banyak kendala dan kesulitan dalam melaksanakan penelitian ini. Berkat bantuan dari berbagai pihak, maka peneliti merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini.
2. Bapak Y.F. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, petunjuk dan dorongan yang sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas memberi saran, koreksi, dan pendapat dalam penulisan skripsi ini.
4. Kepala dinas pendidikan dan olahraga yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada peneliti untuk mengikuti studi lanjut.
(10)
ix
5. Kepala Sekolah yang telah memberi kesempatan kepada penulis mengadakan penelitian sambil mengajar. Bapak Murtiyanto yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, dan siswa siswi yang terlibat dalam penelitian ini.
6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran penelitian ini.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan demi perbaikan penyusunan penelitian tindakan kelas ini. Mudah-mudahan penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Februari 2013
(11)
x
ABSTRAK
Faridah. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Pendekatan Proses Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui proses dan produk. Masalah yang diambil adalah kurangnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Padahal membaca adalah sebuah kegiatan yang
penting dalam semua proses pendidikan. Kegiatan membaca tidak bisa diabaikan
dalam setiap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui membaca, seseorang dapat menyerap banyak informasi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa baik secara proses maupun hasil.
Penelitian tindakan ini mengambil subjek siswa SMK Muhammadiyah 2 Salam kelas X Jurusan Teknik Audio-Video yang berjumlah 25 siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis & McTaggart. Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga siklus. Ketiganya memberikan tindakan penerapan model pendekatan proses dalam pembelajaran membaca dengan beberapa variasi kegiatan di dalamnya. Masing-masing siklus meliputi perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengamatan, wawancara, dan tes membaca pemahaman. Instrumen yang digunakan adalah human instrumen, catatan lapangan, lembar observasi, tes, lembar refleksi, dan angket.Validitas penelitiannya adalah validitas demokrasi, validitas proses, dan validitas dialogis.
Temuan yang diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah suatu realita di kelas bahwa pendekatan proses dalam membaca dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan penilaian proses dan produk. Dari hasil tes, peningkatan nilai pemahaman kognitif siswa meningkat dari rerata nilai tes dan frekuensi pencapaian hasil tes siswa. Pemahaman afektif siswa juga meningkat yang dapat dilihat dari peningkatan kualitas jawaban soal esei siswa.Secara proses, dalam pelajaran siswa juga semakin terampil, secara kuantitas dan kualitas, menjawab pertanyaan guru. Temuan lain dalam penelitian ini adalah ternyata kualitas proses belajar siswa menjadi semakin baik dalam pelajaran membaca dengan penerapan pendekatan proses. Kegiatan siswa semakin bervariasi dan terjadi perubahan positif pada diri siswa. Siswa semakin berani merespon, tertarik membaca, serius belajar, dan mengikuti pelajaran dengan baik. Suasana kelasjuga menjadi menyenangkan.
(12)
xi
ABSTRACT
Faridah. 2013. The Efforts to Improve Reading Comprehension Ability by Using
Process Approach to Indonesian Language Learning among the First Grade Students of SMK Muhammadiyah 2 Salam 2011/2012. A Thesis on
S1 Degree. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
The aim of the research is to improve the students’ reading comprehension . It’s can be seen through the process and product. The problem is awful condition of students ability in understanding in reading. Is an important activity in all education process. It couldn’t be avoided in improving human resources’s quality. By reading, someone gets a lot of information and knowledge.
The subject of this action research is the first grade students of SMK Muhammadiyah 2 Salam in major Tehnik Audio Video. There are 24 students used in the research. The research design used in Kemmis and Taggart’s concept of action research. The research will be done in three cycles. The three cycles apply action research model by using process approach with some various actions in reading. Each cycle consists of four essential moments of planning, action, observations and reflection. The data are collected through observations, interviews, and comprehension reading test.
The instrument used in the research is human instrument, field notes, observations list, test, reflection list, and questionnaire. The validity of the research is democratic validity, process validity and dialogic validity. The action hypothesis of this research is that the reading activity that applies the process approach will improve the students’ ability in understanding texts it is proved by the process and product evaluation. It is also shown by the students’ improvement of cognitive knowledge score that reflected on the test analysis of reading. The affective knowledge of students also increased which proved by the students’ quality improvement of the essay answers. It shows that after the action was given, the students improve their way of thinking for certain phenomenon in relation to reading, extending information from reading, exploring their own experience and their previous reading, and also expressing their opinion as a progress of existing theme. Furthermore, it is also found that the students’ quality of reading learning process is better by implementing process approach. The students’ activities become more various and there is a positive change of the students. The students have courage of giving respond, interesting reading, studying seriously, and following the lesson well. The condition of class also becomes more pleasant and conducive to study Indonesian language program, especially reading.
(13)
xii
DAFTAR ISI
HAJAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN`PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR GRAFIK ... ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Penelitian yang Relevan ... 7
B. Konsep Dasar Membaca ... 8
C. Macam – Macam Membaca ... 10
D. Membaca Pemahaman ... 11
E. Pendekatan Proses ... 13
F. Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses ... 15
G. Kerangka Berpikir ... 17
(14)
xiii
BAB III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Tempat Penelitian ... 20
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 20
C. Deskripsi Tahapan Penelitian ... 21
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 26
E. Teknik Analisis, Keabsahan, dan Validitas Data ... 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Prasurvey (Kondisi Awal) ... 29
B. Laporan Siklus Tindakan ... 32
1. Laporan Siklus I ... 32
2. Laporan Siklus II ... 36
3. Laporan Siklus III ... 39
C. Hasil Penelitian ... 42
D. Pembahasan ... 45
1. Penerapan Model Membaca dengan Pendekatan Proses oleh Guru ... 45
2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa ... 48
3. Kegiatan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 51
4. Suasana Kelas dalam Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman ... 52
BAB V. PENUTUP ... 54
A. Simpulan ... 54
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 55
C. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1. Deskripsi Kondisi dan KemajuanTindakan dalam Penelitian . 43 2. Tabel 4.2 Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari
siklus pertama sampai akhir ... 44 3. Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Tahap-tahap Membaca Pemahaman .... 47
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus ... 58
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 61
Lampiran 3: Media Bahan Pelajaran Membaca ... 77
Lampiran 4: Lembar Catatan Iapangan ... 80
Lampiran 5: Pedoman Observasi ... 82
Lampiran 6: Catatan Refleksi ... 84
Lampiran 7: Tes Membaca Pemahaman Awal ... 85
Lampiran 8: Tes Membaca Pemahaman Akhir ... 106
Lampiran 9: Analisis Nilai Pilihan Ganda ... 112
Lampiran 10: Angket Siswa ... 114
Lampiran 11: Hasil Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa di Awal dan Akhir Penelitian ... 120
Lampiran 12: Soal dan Jawaban Siswa pada Penilaian Siklus 1, 2, dan 3 ... 123
Lampiran 13: Analisis Evaluasi Siklus 1, 2, dan 3 ... 128
Lampiran 14: Hasil Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Dari Siklus Pertama Sampai Akhir ... 131
Lampiran 15: Foto-foto ... 132
(17)
xvi
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1. Nilai kemampuan membaca pemahaman siswa tiap siklus secara individual ... 145 2. Grafik 2. Frekuensi Rentan Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir ... 146
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca adalah sebuah kegiatan yang penting dalam semua proses
pendidikan. Kegiatan membaca tidak bisa diabaikan dalam setiap upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semua negara maju menggalakkan
program ‘melek baca’ bagi semua warganya. Melalui membaca, seseorang dapat
menyerap banyak informasi dan pengetahuan. Dengan informasi dan pengetahuan
yang luas, seseorang akan mencapai kemajuan ilmu dan teknologi. Memang telah
banyak media lain bermunculan, tetapi media cetak dengan menggunakan teknik
baca tulis tetap menjadi sumber utama bagi pengembangan ilmu dan teknologi,
seperti buku dan jurnal. Pembinaan membaca dan menulis paling efektif
dilakukan adalah di sekolah.
Sekolah adalah tempat pertemuan guru dan murid. Murid diberi pelajaran,
usaha menuntut ilmu, usaha menuntut ilmu pengetahuan, kepandaian, dan belajar.
Apabila siswa memiliki kemampuan baca yang memadai, maka ia akan mampu
menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian, ia akan
berhasil menjadi manusia bagian peradaban modern yang mampu menguasai ilmu
dan teknologi yang makin lama makin maju dengan pesat.
Namun demikian, pembelajaran membaca dan menulis ditengarai kurang
berhasil. Demikian pula yang terjadi di SMK M 2 Salam. Salah satu
pembelajaran yang memprihatinkan di SMK M 2 Salam adalah bidang bahasa
(19)
Di sekolah ini ada dua guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kami punya masalah adanya kendala dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas. Berdasarkan pembicaraan kami sebagai guru bahasa
Indonesia SMK M 2 Salam pada bulan Oktober 2011 menemukan banyak
masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah , diantaranya adalah
pada pembelajaran membaca. Sebagai pengampu bahasa Indonesia di SMK M 2
Salam peneliti ada kalanya merasa kesulitan untuk menggerakkan para siswa
agar mau membaca, apalagi gemar membaca. Pada waktu pembelajaran
membaca, cenderung para siswa melakukannya dengan menggerutu dan
bermalas-malasan. Mereka membaca dengan asal-asalan dan semaunya saja.
Sebagai guru bahasa Indonesia, peneliti merasa prihatin dengan kondisi
yang demikian ini karena akan mengakibatkan hasil belajar siswa juga kurang
baik. Mereka kurang dapat menyerap informasi yang terdapat dalam bacaan
yang dibacanya. Pembelajaran membaca menjadi membosankan sehingga hal
tersebut berdampak pada mata pelajaran lain yang membutuhkan banyak
kegiatan membaca. Keterampilan membaca sudah semestinya merupakan sarana
untuk menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan sehingga wajarlah jika
keterampilan membaca itu penting dan semua guru ikut bertanggung jawab
dalam pembinaanya.
Dalam pembicaraan bersama guru di sekolah, dapat disimpulkan bahwa
masalah peningkatan kemampuan membaca siswa perlu mendapat penanganan
yang serius dan segera. Kenyataannya memang menunjukkan bahwa tujuan
(20)
lapangan. Selama ini pembelajaran membaca dilakukan secara tradisional yaitu
hanya difasilitasi dengan teks kemudian siswa disuruh membaca. Dalam
pembelajaran membaca adalah siswa membaca (nyaring atau dalam hati), guru
menjelaskan kata sulit, siswa menjawab pertanyaan, dan menceritakan isi
bacaan.
Kegiatan tersebut mengakibatkan para siswa merasa jenuh dengan
pelajaran membaca, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
umumnya pada mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, wajarlah jika
keterampilan membaca para siswa kurang tertarik. Sehubungan dengan itu, perlu
dilakukan suatu inovasi dalam pembelajaran membaca. Apalagi dengan
berlakunya KTSP yang dengan jelas menuntut agar dalam pembelajaran lebih
ditekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa, termasuk membaca.
Supaya pembelajaran membaca semakin efektif, maka siswa perlu diberi model
pembelajara baru. Model baru ini diperlukan untuk m em ban t u siswa dalam
memahami bacaan dan agar siswa menyukai aktivitas membaca. Model yang
akan dikembangkan adalah pendekatan proses. Dengan model belajar
menggunakan pendekatan proses, para siswa diharapkan mampu membaca secara
lebih komprehensif. Meningkatnya keterampilan membaca akan membuat
kemampuan siswa meningkat secara umum sehingga kualitas siswa juga semakin
baik. Dengan demikian kualitas sekolah juga mengalami kemajuan. Hal ini tentu
(21)
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembicaraan kolega di sekolah pada bulan Oktober
2011 menemukan beberapa faktor permasalahan yang menyebabkan rendahnya
kemampuan membaca pemahaman siswa. Faktor penyebab tersebut dapat
digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal berawal dari diri
siswa misal, siswa tidak punya kesadaran diri akan pentingnya membaca dan
kurang motivasi. Faktor eksternal lebih pada lingkungan, model belajar, peran guru,
strategi ajar, materi, dan media yang ada. Misal, lingkungan terlalu dekat dengan
tempat pratik otomotif, pembelajaran selalu menggunakan buku paket, guru
kurang memberi fasilitas merata terhadap siswa, strategi ajar kurang sesuai
dengan kondisi siswa, materi tidak aktual, dan medianya menarik.
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang berupaya untuk
menemukan suatu model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Adapun masalah yang akan
diteliti dan dicari pemecahannya melalui penelitian ini dibatasi pada upaya
peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa yang dapat dilaksanakan
secara proses dan hasil. Tindakan yang dipilih adalah model pembelajaran
membaca dengan pendekatan proses. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan
penelitian di tempat mengajar. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini
adalah, apakah kemampuan membaca pemahaman siswa SMK di kelas X dapat
(22)
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat
melalui proses dan produk. Dari segi proses, penelitian ini dapat dilihat dari
indikator keberhasilannya melalui kegiatan, interaksi, dan motivasi siswa dalam
proses pembelajaran membaca. Kemampuan siswa yang meningkat dalam
membaca akan tampak dalam interaksi siswa terhadap guru yang terkait dengan
bahan bacaan. Motivasi siswa yang baik dalam membaca akan membuat siswa
lebih mudah memahami suatu bacaan. Dari segi produk, indikator penelitian ini
adalah peningkatan nilai tes membaca pemahaman siswa.Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman secara lebih baik
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan proses.
D. Manfaat Penelitian
Penelitain ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan dapat meningkatkan kemampuannya
dalam membaca pemahaman dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan
nilai tes, di samping menumbuhkan budaya ‘gemar baca’ pada diri siswa.
2. Bagi guru pengampu bahasa Indonesia di sekolah, penelitian ini adalah suatu
usaha untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada.
3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari penyelesaian skripsi yang
dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi
(23)
4. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah secara konkrit
(24)
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian Sutrisno (2006) yang berjudul
Meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode
Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri
dibahas masalah pembelajaran dikelas yang menggunakan uji rumpang. Metode uji rumpang disebut juga metode
Klos. Metode ini dipilih untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca karena
metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbatasan sebuah wacana
dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca. Dalam teknik klos,
pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian
tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna.
Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena
kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat independen 18%,
tingkat instruktional 38% dan pada frustasi 44%. Pada siklus II hasil penelitian
mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif membaca rata-rata 150 kpm
dengan tingkat independen 78%, tingkat instruksional 18%, dan tingkat frustasi
4%. Hasil penelitian pada siklus III mengalami peningkatan yaitu rata-rata
kecepatan efektif membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100%.
Kesimpulan penelitian Sutrisno adalah efektivitas membaca cepat dapat
ditingkatkan menggunakan metode klos.
(25)
menemukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca pemahaman. Adapun masalah yang akan diteliti dan dicari
pemecahannya dibatasi pada peningkatan kemampuan membaca pemahaman
siswa secara proses dan hasil. Tindakan yang dipilih adalah model pembelajaran
membaca dengan pendekatan proses.
B. Konsep Dasar Membaca
Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), membaca merupakan suatu
proses transaktif ketika pembaca menegosiasikan makna atau interpretasi.
Lebih lanjut, dikemukakan bahwa selama membaca makna tidak datang
dengan sendirinya dari teks ke pembaca, tetapi di dalam membaca terjadi
negosiasi yang kompleks antara teks dan pembaca yang ditentukan oleh
konteks situasi langsung dan konteks sosiolinguistik yang luas. Konteks situasi
langsung meliputi pengetahuan pembaca tentang topik bacaan. Tujuan
membaca dan faktor lain yang terkait dengan situasi. Konteks sosiolinguistik
yang luas meliputi masyarakat bahasa tempat pembaca tinggal dan menjadi
pengguna bahasa itu dan harapan pembaca terhadap kegiatan membaca yang
didasarkan atas pengalamannya yang terdahulu.
Keterampilan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai
hasil. Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), sebagai suatu proses, membaca
mencakup (a) proses visual, (b) proses berpikir, (c) proses psikomotorik, (d)
proses metakognitif. dan (c) proses teknologi. Sebagai suatu proses visual,
(26)
melompat dari satu fiksasi ke fiksasi lain dalam gerakan cepat. Sebagai suatu
proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal,
dan pemberian kritik. Pengenalan kata meliputi keterampilan untuk
membaca kata dengan cepat dan tepat tanpa bantuan kamus. Pemahaman literal
meliputi keterampilan untuk memahami kata dan memahami pengelompokkan
kata-kata tersebut ke dalam frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Pada
pemahaman literal ini, pembaca juga mencoba memahami maksud penulis
sehingga pembaca dapat membuat kesimpulan dan memberikan tanggapan
terhadap bacaan. Pada pemberian kritik, pembaca menciptakan ide-ide orisinal.
Sebagai suatu proses psikomotorik, dalam membaca terjadi interaksi
antara pikiran dan bahasa. Selama proses ini, skemata sangat membantu
pembaca dalam menyusun makna. Pengetahuan pembaca tentang fonologi,
semantik. sintaksis sangat membantu pembaca dalam memahami dan
menginterpretasi pesan. Sementara itu, sebagai suatu proses metakognitif,
kegiatan membaca mencakup perencanaan, penentuan strategi, pemantauan, dan
penilaian. Dalam membaca, pembaca mengidentifikasi tugas-tugas dalam
membaca, menentukan strategi untuk memahami bacaan, memantau
pemahaman, dan menilai keberhasilan.
Sebagai suatu proses teknologi, kegiatan membaca dapat mencakup
interaksi pembaca dengan komputer. Dengan menggunakan program tertentu,
komputer dapat mengucapkan kata-kata untuk pembaca dan dapat membaca
seluruh bacaan dengan berbagai macam dan karakteristik suara. Dilihat sebagai
(27)
pembaca dengan penulis (Syamsi, dkk.: 2005). Komunikasi ini terjadi karena
terdapat kesamaan pengetahuan dan asumsisi antara pembaca dan penulis.
Komunikasi sangat tergantung pada pemahaman yang diperoleh pembaca dalam
semua proses membaca.
C. Macam-macam Membaca
Pada jenjang pendidikan SMK pembelajaran membaca pemahaman
lebih ditekankan dalam upaya membantu siswa menguasai berbagai konsep dalam
berbagai bidang studi. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan dalam
memahami teks bacaan dengan menangkap setiap makna yang dibacanya agar
dapat memiliki tingkat kemampuan membaca yang efektif dan efesien.
Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir,
terus menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman merupakan kegiatan
membaca yang dilaksanakan untuk memahami teks bacaan.
Berdasarkan tata caranya, membaca terbagi atas membaca keras dan
membaca dalam hati. Membaca juga dibedakan atas beberapa jenis sesuai tujuan
yang hendak dicapainva. Macam membaca tersebut antara lain membaca estetis,
kritis, sintopis, dan komprehensif. Membaca estetis lebih ditujukan untuk
membaca karya sastra untuk tujuan hiburan. Membaca kritis dan sintopis
diarahkan pada mencari informasi dan memberi tanggapan terhadap bacaan
tersebut. Membaca komprehensif atau membaca pemahaman adalah
membaca yang ditujukan untuk memahami bacaan sesuai kebutuhan dan
(28)
D. Membaca Pemahaman
Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi
bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat.
Membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dan bahasa pembaca
dengan pikiran dan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis.
Dengan demikian, membaca pemahaman adalah suatu kegiatan dalam
memahami teks bacaan dengan menangkap setiap makna yang dibacanya agar
dapat memiliki tingkat kemampuan membaca yang efektif dan efesien.
Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir,
terus menerus, dan berkelanjutan.
Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilaksanakan
untuk memahami teks bacaan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak
fakor yang mempengaruhi keberhasilan membaca pemahaman. Dalam Farida
(2007 : 3 – 4), prinsip- prinsip membaca pemahaman yang didasarkan pada
penelitian adalah: (1) prosedur penelitian pemahaman merupakan proses
kontruktivisme sosial, (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja
kurikuler yang membantu perkembangan pemahaman, (3) guru membaca
profesional (unggul) mempengaruhi belajar murid, (4) pembaca yang baik
memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca, (5)
membaca hendaknya terjadi dalam konteks bermakna, (6) murid menemukan
manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas, (7)
perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca,
(29)
dan keterampilan membaca bisa diajarkan, (10) assesment yang dinamis
menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
Tujuan setiap pembaca adalah memahami isi bacaan yang dibacanya.
Adapun tujuan membaca dalam Rahim ( 2007: 11-12) mencakup: a) kesenangan;
b) menyempurnakan membaca nyaring; c) menggunakan strategi tertentu; d)
memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; e) mengaitkan informasi
baru dengan informasi yang telah diketahui; f) memperoleh informasi untuk
laporan lisan atau tertulis; g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; h)
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh
dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,
dan; i) menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik
Indikator pemahaman terhadap teks, siswa diharapkan dapat mengetahui
isi bacaan, mengetahui isi bacaan, menemukan ide pokok, menemukan kata sukar
dan kata ulang. Selain itu, siswa juga dapat menulis pemahaman dan merespons
yang berkaitan dengan teks.
Membaca pemahaman adalah membaca agar proses penyerapan ilmu
atau informasi dapat dilakukan. Membaca pemahaman dilakukan agar
siswa mampu mengungkapkan gagasan utama, gagasan penjelas/perincian
dari tiap gagasan utama, serta dapat mengungkapkan deskripsi. Selain itu
juga dapat mengungkapkan pendapat dan simpulan dalam wacana
argumentasi. Mengungkapkan fakta/data pendukung terhadap pendapat dan
simpulan dalam bacaan, dan memberi kritik dengan argumen yang tepat
(30)
Gagasan penulis dalam bacaan dapat dibedakan atas gagasan utama
dan gagasan penjelas. Lazimnya, gagasan utama dituangkan dalam kalimat
topik, sedangkan gagasan penjelas dituangkan dalam kalimat penjelas.
Gagasan utama dan gagasan penjelas tersebut dituangkan dalam sebuah
paragraf.
Dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat yang lebih
umum daripada kalimat yang lain. Kalimat topik lebih penting dari kalimat
lain karena kalimat itu berisi gagasan utama. Kalimat-kalimat yang lain
berisi kalimat penjelas. Biasanya kalimat topik berada di awal atau di
akhir paragraf. Akan tetapi, ada pula gagasan utama yang dituangkan pada
keseluruhan kalimat dalam paragraf, bukan hanya pada kalimat topik.
E. Pendekatan Proses
Menurut Tomkins dan Hoskisson (1995) dalam laporan penelitian Syamsi,
dkk. (2005:11), pendekatan proses adalah suatu pendekatan yang lebih
mengutamakan adanya proses dalam suatu kegiatan. Pendekatan proses
melibatkan berbagai tahapan dan langkah yang berangkai dari persiapan
membaca, membaca, merespons, mengeksplorasi teks, dan memperluas
interpretasi. Pendekatan proses tidak semata menginginkan hasil akhir dari suatu
kegiatan, tetapi lebih menekankan tentang proses pencapaian hasil tersebut.
Pendekatan ini telah diolah dan diterapkan dalam kegiatan menulis maupun
membaca.
(31)
digunakan dalam pembelajaran, sedang teknik dalam pendekatan ini adalah
menggunakan teknik pemberian tugas. Menurut Paul C. Burns (1984: 311) salah
satu proses membaca digunakan untuk mengembangkan pemahaman terhadap
teks yang dibacanya. Dengan menggunakan tahap-tahap membaca siswa dapat
menemukan kata-kata sukar dan memahami isi bacaan.
Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah oleh guru
ditentukan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya adalah pendekatan. metode,
dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Ketiga hal tersebut
memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya, tetapi pengertian ketiganya sering
dikacaukan.
Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), dijelaskan bahwa pendekatan
mengacu pada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang
berfungsi sebagai sumber landasan atau prinsip pembelajaran bahasa (Syafi'ie,
1994: 17). Pendekatan bersifat aksiomatis. Artinya, kebenaran konsep-konsep
teoritis yang digunakan sebagai asumsi, kebenarannya tidak perlu dipersoalkan
lagi. Sementara itu, metode diartikan sebagai perencanaan secara menyeluruh
untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur. Metode bersifat prosedural,
artinya bahwa penerapan suatu metode harus dilakukan dalam proses yang
bertahap. Teknik (technique) atau strategi merupakan bagian pembelajaran yang
paling sempit cakupannya, lebih mengarah pada cara pembelajaran yang
dilakukan, lebih kongkret, dan merupakan penjabaran dari metode. Strategi
lebih mengacu pada implementasi perencanaan pembelajaran di depan kelas.
(32)
sebab pendekatan adalah dasar dari keberlangsungan pembelajaran.
Pembelajaran akan berjalan s es u ai al u r untuk mencapai tujuan yang
diharapkan jika menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Di
dalam pembelajaran bahasa terdapat banyak pendekatan, antara lain
pendekatan komunikatif, cooperative learning, whole language, pendekatan
terpadu, dan pendekatan proses.
F. Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses
Pembelajaran membaca dengan pendekatan proses membaca meliputi
tahap-tahap (1) persiapan untuk membaca, (2) membaca, (3) merespons, (4)
mengeksplorasi teks, dan (5) memperluas interpretasi.
Proses membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan langsung
membaca tetapi melalui tahap persiapan. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pendekatan proses adalah: (1) memilih teks, (2)
menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca
sebelumnya, (3) memprediksi isi teks, dan (4) mengadakan tinjauan
pendahuluan terhadap teks.
Tahap kedua adalah proses membaca. Dalam proses membaca siswa
membaca teks secara keseluruhan. Ada lima macam model membaca
(Syamsi,dkk.2005), yakni 1) membaca nyaring (r e ad i n g a l o u d ), 2 )
membaca bersama ( s h a r e d reading), membaca berpasangan (buddy
reading), 4) membaca terbimbing (guided reading), dan 5) membaca bebas
(33)
kelima model membaca tersebut secara bervariasi.
Pada tahap ketiga adalah merespons. Pada tahap ini, siswa memberi
respons terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha memahami
isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan siswa untuk tahap ini (Syamsi,
dkk., 2005), yakni 1) menanggapi dalam format membaca, dan 2)
berpartisipasi dalam percakapan klasikal. Pertanyaan singkat untuk
memancing pemahaman bacaan siswa juga dapat dilakukan.
Setelah memberi respons, tahap selanjutnya para siswa kembali
mengeksplorasi teks untuk menggali isinya lebih dalam lagi. Para siswa dapat
melakukan langkah-langkah: 1) membaca ulang buku/bacaan, 2) menguji
keahlian khusus penulis (the author's craft), 3) mempelajari kosakata baru, dan
4) berpartisipasi dalam diskusi yang dikoordinasi guru.
Tahap terakhir dalam proses membaca, yakni memperluas
interpretasi, dengan melakukan kegiatan-kegiatan: 1) memperluas interpretasi
dan pemahaman, 2) merefleksikan pemahaman, dan 3) menilai pengalaman
membaca (Syamsi, dkk., 2005). Ketiga kegiatan itu dapat dilakukan dengan
melibatkan keterampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara dan menulis.
Kegiatan seperti bermain peran/drama atau melakukan tugas/proyek khusus
juga dapat dilakukan. Jika dilihat kembali tahap-tahap membaca seperti di atas,
tampak bahwa terdapat begitu banyak kegiatan. keterlibatan siswa dalam setiap
kegiatan ini sangat berharga dan berguna untuk perkembangan keterampilan
membaca.
(34)
benar-benar belajar bagaimana caranya membaca. Mereka tidak hanya belajar
bagaimana membunyikan tulisan, tetapi mereka juga belajar bagaimana
memilih bacaan yang menarik. melakukan kegiatan membaca dengan
berbagai bentuk, memberi respon, menggali bacaan secara lebih mendalam,
serta melakukan kegiatan lanjutan untuk lebih dapat memahami bacaan.
Setiap kesulitan selalu dipecahkan dengan bantuan orang-orang lain baik
teman sekelompok, sekelas, maupun guru.
Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap bacaan yang dibacanya
juga akan menjadi lebih baik. Siswa akan lebih menyerap dan mengerti isi
bacaan. Antusias dan minat siswa pada kegiatan membaca pun akan tergerak.
Kebosanan dalam pelajaran membaca dapat teratasi dengan memunculkan
banyak keterlibatan dan rasa ketertarikan siswa untuk membaca. Hal ini
menjadi suatu dukungan kuat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan
membacanya.
G. Kerangka Berpikir
Dalam penelitan Sutrisno (2006), telah dibahas tentang kecepatan efektif
membaca menggunakan metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat
keterbatasan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan
membaca, sehingga peneliti menyusun kerangka berpikir penelitian ini, yaitu
kemampuan membaca pemahaman di Sekolah Menengah Kejuruan dengan
pendekatan proses.
(35)
Muhammadiyah 2 Salam masih kurang. Hal ini ditunjukkan oleh masih
banyaknya siswa yang mendapatkan nilai rendah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu media atau buku bacaan yang kurang menarik yang tersedia
di sekolah, penggunaan model pembelajaran yang kurang inovatif dalam
pembelajaran membaca, pembelajaran membaca siswa cenderung hanya disuruh
menganalisis isi bacaan dan menjawab pertanyaan dengan siswa membaca
kembali bagian yang berisi jawaban pertanyaan isi bacaan, dengan demikian
proses membaca dilakukan berulang-ulang sebanyak jumlah pertanyaan isi
bacaan.
Kondisi semacam ini tentu sangat mengganggu mentalitas siswa untuk
menggali pengetahuan dengan membaca. Oleh karena itu, agar tidak berlanjut
kondisi tersebut perlu dicarikan solusi yang dapat menyadarkan siswa membaca
tanpa terbebani dengan kegiatan rutinitas yang membosankan. Salah satu solusi
yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan model pendekatan
proses dalam pelaksanaan model pembelajaran yang inovatif. Model ini diyakini
dapat mengembangkan berbagai aspek pada diri siswa.
H. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah bahwa dengan pembelajaran membaca yang menerapkan pendekatan
proses dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami bacaan menjadi
lebih baik. Dengan model belajar membaca menggunakan pendekatan proses
(36)
yang secara tidak langsung akan dapat membuat siswa lebih terampil
(37)
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMK
Muhammadiyah 2 Salam, dimulai pada bulan Juli 2011. Lokasi strategis karena
terletak diantara jalan Yogyakarta-Magelang tepatnya di Krakitan, Sucen, Salam,
Magelang.
Penentuan kelas X Teknik Audio-Video sebagai subjek penelitian
didasarkan atas dialog bersama antara peneliti dengan kolega di sekolah. Penelitian
dilakukan secara mandiri di kelas tersebut yang memungkinkan dan berpotensi
untuk dijadikan tempat penelitian. Pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan
kegiatan belajar mengajar.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah 2 Salam yang
duduk di kelas X Jurusan Teknik Audio – Video berjumlah 25 siswa. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai peneliti merasakan bahwa kelas ini paling bermasalah dalam pelajaran bahasa Indonesia, begitu juga dalam mata pelajaran lain. Siswa kelas iniagak malas diberi materi pelajaran. Para siswa cenderung nakal, banyak bicara, tidak s e m a n g a t b elajar, dan kemampuannyapun kurang. Dalam hal membaca juga demikian. Mereka kadang tidak serius dalam mengikuti pelajaran dan tidak patuh terhadap guru. Hal ini menjadi kendala bagi peneliti,
(38)
sehingga kelas ini dijadikan sebagai subjek penelitian. Adapun objek penelitian
tindakan ini adalah kemampuan membaca pemahaman siswa.
C. Deskripsi Tahapan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan. Dalam tahap persiapan ini
dipersiakan berbagai keperluan penelitian. Seperti instrumen penelitian,
perencanaan waktu tindakan, penentuan subjek penelitian, dan sebagainya.
Instrumen yang disiapkan berupa lembar observasi, lembar dan panduan catatan
lapangan, lembar dan panduan refleksi, tes awal dan akhir, serta dokumentasi
penelitian.
Pada tahap berikutnya, guru mengajar seperti biasa dan ditunggui oleh kolega sebagai observer di kelas. Hasil pengamatan prasurvei ini menjadi potret pembelajaran membaca oleh guru dan menampilkan kondisi serta kemampuan siswa pada saat sebelum tindakan diberikan melalui pendekatan proses. Observer ikut dalam pelajaran di kelas dan mengamati kondisi belajar di kelas. Selain penilaian proses dilakukan pula penilaian hasil. Untuk melihat kemampuan siswa secara produk atau hasil, pada saat itu dilakukan tes membaca pemahaman pada siswa.
Berdasar temuan yang ada dalam prasurvei, dilakukan perencanaan untuk pemberian tindakan. Perencanaan dilakukan secara umum, meliputi semua tahapan hingga pencapaian hasil yang diharapkan, dan perencanaan khusus yang mencakup rencana tiap tindakan dalam siklus. Perencanaan khusus pada tiap siklusnya lebih spesifik lagi, mencakup tindakan yang diberikan, kesiapan
(39)
materi dan media. serta hal lain yang dibutuhkan dalam tindakan dan pengamatan. Kegiatan perencanaan kadang bersamaan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan secara informal.
Pelaksanaan wakt u tindakan menyesuaikan dengan jadwal akademik sekolah. Penelitian ini rencananya menggunakan tiga siklus. Masing-masing siklus memuat tindakan yang sama, yakni membelajarkan membaca menggunakan model pendekatan proses. Hanya saja nanti tiap siklus mengalami perubahan tindakan dengan mempertimbangkan beberapa pencapaian hasil yang diharapkan.
Guru mengharapkan siswanya terampil membaca sekaligus terlibat aktif
dalam proses belajar, sehingga mereka memiliki keterampilan membaca secara
proses dan produk. Kegiatan tindakan bersamaan dengan observasi atau
pengamatan.
Selama tindakan dilakukan, guru lain menjadi observer di samping guru
kelas juga melakukan observasi. Hal yang diamati dalam penelitian ini
mencakup aspek penerapan model oleh guru, sikap — interaksi — antusias —
aktivitas siswa dalam proses belajar, dan kemampuan siswa secara proses.
Dalam kegiatan observasi, observer menggunakan lembar observasi dan catatan
lapangan untuk menulis data yang ada. Semua data yang diambil berorientasi
pada upaya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca yang
menggunakan model pendekatan proses yang dilihat dari proses belajar di kelas.
Selanjutnya hasil observasi dijadikan bahan refleksi yang dilakukan oleh
(40)
refleksi mengungkap data yang berupa keberhasilan dan kekurangan dalam
tindakan yang telah ada. Hasil refleksi digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan siklus yang selanjutnya. Siklus yang berikutnya merupakan
perbaikan dari siklus yang sebelumnya dalam hal tindakan ataupun yang lain
berdasarkan efek yang ditimbulkan atau hal lain yang terjadi pada siswa.
Tindakan dalam tiap siklus mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan hasil
refl eks i.
Penelitian ini dilakukan dengan adanya musyawarah dengan guru lain
sebagai observer. Validitas penelitian tindakan yang diacu sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Burns (1999: 161-162) yaitu 1) validitas demokrasi
(democratic validity), 2) validitas proses (proses validity), dan 3) validitas
dialogis (dialogic validity). Peneliti, observer, dan siswa, terlibat dalam
penelitian dan diberi kebebasan untuk menyatakan pendapatnya. Validitas
proses dicapai dengan cara peneliti secara intensif dalam semua kegiatan yang
terkait dengan proses penelitian. Validitas dialogis terlihat pada kegiatan
klarifikasi, dan analisis data untuk memperoleh kesepakatan. Dialog juga
dilakukan dengan siswa untuk mendapat refleksi hasil kegiatan.
Setelah usai siklus ketiga, peneliti merasa bahwa telah mencapai
sasaran dan puas akan tindakan yang diberikan. Peneliti merasa penelitian ini
cukup sampai pada tindakan di siklus ketiga. Selanjutnva kemampuan
membaca pemahaman siswa diukur dengan pemberian tes akhir setelah
tindakan sehingga memperoleh nilai sesuai dengan KKM. Tes dibuat dalam
(41)
berdasar perpaduan taksonomi Bloom dan Barrett mencakup ranah kognitif
dan afektif.
Analisis data yang berdasar pengamatan dilakukan selama proses
penelitian, dari awal tindakan sampai akhir tindakan. Untuk data yang
diperoleh dari hasil tes dianalisis di akhir penelitian dengan
membandingkan hasil keduanya. Dari pengamatan dan penilaian proses
produk dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan membaca siswa.
Dengan demikian indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat
dari peningkatan kemampuan secara proses dan produk. Peningkatan
kemampuan yang dilihat melalui proses juga mencakup adanya perubahan
sikap, interaksi, dan aktifnya siswa dalam proses belajar yang membuat
siswa semakin mampu memahami bacaan. Keberhasilan secara produk
t a m p a k dalam hasil tes pemahaman bacaan siswa yang dilakukan di awal
dan akhir tindakan. Tes awal dan akhir dibuat dengan tingkat kesulitan
(42)
Berikut tampilan visual tahapan atau prosedur penelitian ini.
Prosedur penelitian PTK Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
SIKLUS III Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
(43)
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
pengamatan, wawancara, dan tes membaca pemahaman. Pengamatan dilakukan
untuk memperoleh data berupa gambaran proses pembelajaran membaca.
lnstrumen yang digunakan untuk hal itu adalah human instrumen, peneliti
yang dalam hal ini adalah guru bahasa Indonesia di sekolah, guru memegang
kendali atas jalannya penelitian. Kerja peneliti maksimal dalam pelaksanaan
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Selain itu, instrumen lainnya dalam
pengamatan adalah lembar pedoman observasi dan lembar catatan lapangan.
Semua data yang diperoleh pada saat observasi direkam dalam instrumen
tersebut.
Selain pengamatan di kelas, data penelitian juga diperoleh melalui
wawancara dengan siswa dan guru sebagai observer. Kegiatan wawancara
dilakukan untuk menjaring data yang tidak terlihat/tertulis dalam pengamatan.
seperti perasaan dan komentar siswa terhadap perubahan model belajar
membaca. Untuk menjaring data dari siswa juga dilakukan dengan pemberian
angket.
Teknik pengumpulan data yang berupa kemampuan siswa diperoleh
dengan cara pengamatan penilaian proses selama kegiatan pembelajaran dan
dengan pemberian tes membaca pada saat sebelum tindakan dan setelah
tindakan. Instrumennya adalah tes membaca pemahaman. Bentuknya Pilihan
Ganda dan Esai. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan
(44)
meningkatkan kemampuan dalam olah pikir pendapat individual, memperluas
wawasan, mengeksplorasi pengalam pribadi, dan mengekspresikan gagasan.
E. Teknik Analisis, Keabsahan, dan Validitas Data
Data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara. dan
penilaian proses dianalisis secara kualitatif. Analisis dilakukan secara kontinyu
selama proses penelitian, dan dianalisis dari hasil keseluruhan di akhir
penelitian. Untuk data yang berupa hasil tes, dilakukan analisis kuantitatif
dengan membandingan kuantitas dan kualitas jawaban siswa sebelum adanya
tindakan dansesudah diberikannya tindakan. Kegiatan analisis dilakukan secara
bersama antara peneliti dan guru observer.
Keabsahan data berasal dari lembar observasi, catatan lapangan, data
wawancara, dan angket saling dicocokkan. Demikian juga dengan hasil analisis
hasil tes pemahaman membaca. Proses validitas penelitian ini dilaksanakan dengan
semua subjek yang terkait meliputi peneliti, kolaborator, dan siswa secara
berkesinambungan. Validitas dialogis dengan kolaborator dan siswa juga dilakukan
untuk memperoleh refleksi hasil kegiatan.
Indikator keberhasilan dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi
peningkatan dalam kualitas jawaban esai sehingga nilainya juga meningkat.
Peningkatan nilai diukur menggunakan kriteria penilaian jawaban siswa dalam
kemampuan olah pikir pendapat individual siswa atas suatu fenomena tertentu
yang terkait dengan bacaan, kemampuan siswa dalam memperluas wawasan dari
(45)
pengalaman membaca sebelumnya, dan kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada. Dari
siklus kedua ke siklus ketiga nilainya juga meningkat mencapai 75 atau lebih
(46)
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini, penyajian meliputi laporan prasurvei (kondisi awal).
Laporan siklus tindakan, hasil penelitian, dan pembahasan. Laporan prasurvei
akan menunjukkan kondisi awal subjek dan objek penelitian sebelum tindakan
dilakukan. Laporan siklus tindakan dalam penelitian ini terdiri atas siklus pertama,
kedua, dan ketiga. Setelah itu akan ditampilkan hasil penelitian secara umum dan
pembahasan.
A. Prasurvei (Kondisi Awal)
Sesuai dengan rencana, kegiatan prasurvei telah dilakukan pada hari Senin
tanggal 1 Oktober tahun 2011, tepatnya jam ke 6 – 7. Pada hari tersebut guru akan
mengajarkan materi membaca. Guru mengajarkan membaca dengan model yang
biasa digunakan. Dalam prasurvei ini, pengamatan dilakukan oleh satu orang
observer yang ikut masuk di kelas. Observer adalah guru di sekolah, sehingga
kehadiran mereka di kelas tidak mengganggu para siswa.
Hasil pengamatan prasurvei ini menunjukkan bahwa kondisi belajar siswa
tidak kondusif. Berdasar catatan lapangan yang dibuat observer, siswa tampak
kurang bergairah belajar. Mereka tidak semua terlibat dalam kegiatan proses
pembelajaran. Sebagian siswa saja yang menurut dan mengikuti pelajaran.
Banyak siswa yang tampak kurang serius belajar, bahkan tidak mengikuti
pelajaran. Mereka tampak malas-malasan dan tidak suka mengikuti pelajaran.
(47)
buku paket. Bacaan yang dijadikan bahan ajar diambil dari buku paket seperti
biasanya. Pembelajaran pun sangat terbimbing oleh guru. Guru masih
menjadi faktor yang dominan dalam pembelajaran di kelas. Dalam
pengamatan terlihat bahwa guru menugasi siswa membaca dalam hati secara
klasikal, setelah itu beberapa siswa disuruh bercerita di depan kelas tentang
isi bacaan. Ada beberapa siswa yang lancar, tetapi banyak yang tidak.
Tampaknya siswa kurang semangat dan kurang senang membaca. Tidak
semua siswa mendapat giliran tampil ke muka, sehingga banyak yang santai
dan ramai sendiri. Kondisi kelas tidak serius belajar, terkesan membosankan,
dan terkesan tidak terkendali.
Pada saat guru bertanya tentang isi bacaan pada siswa, hanya sedikit
siswa yang merespons. Itu pun secara klasikal dan didorong oleh guru. Dari
kualitas jawaban siswa juga menunjukkan bahwa siswa kurang mampu
menjawab dengan baik. Mereka juga menjawab dengan ragu dan belum dapat
memperluas pemahamannya terhadap bacaan.
Berikut vignette kondisi awal yang dapat diamati observer.
Senin,10 Oktober 2011 pukul 11.00 WIB observer memasuki ruang kelas
dengan terburu. Di kelas telah ada guru pengajar di depan kelas yang baru saja
memulai pelajaran. Lalu observer duduk di bangku belakang yang kosong. Saat
observer telah dibangku, Guru pengajar sedang menyuruh siswa untuk membuka
buku paketnya halamn 39-41. Setelah itu siswa ditugasi untuk membaca dalam
hati semuanya dan siswa disuruh menemukan kata sukar dari bacaan lalu
(48)
Awalnya siswa menurut dan suasana kelas tenang. Beberapa saat
kemudian tampak hanya sedikit siswa yang serius membaca sendiri, ada yang
membaca dengan tiduran, ada yang melamun ada yang sambil bersandar di
dinding, ada yang asyik melihat keluar jendela, ada yang bertopang dagu, dan
beberapa malah tampak tiduran tidak membaca. Ketika guru pengajar
menanyakan ada tidaknya kata sukar dan menyuruh siswa bersiap bercerita di
depan kelas, para siswa tersentak. Lalu keadaan sedikit ramai, hanya sedikit siswa
yang menanyakan kata sukar.
Beberapa siswa tampil ke depan, bercerita tentang isi bacaan. Banyak
siswa yang masih tersendat dan tidak tuntas mengingat isi bacaan. Kalimat dan isi
bacaan mereka juga masih belum lepas dari bacaan aslinya. Ketika ada siswa yang
tampil, siswa lainnya sebagian memperhatikan dan sebagian lain asyik bercerita
sendiri. Pengajar hanya duduk di bangkunya sehingga tidak lama kemudian para
siswa mulai rebut, banyak yang bercakap-cakap dengan temannya, dan ada yang
lempar-lemparan kertas. Guru telah menegur tetapi tetap ramai namun sudah
berkurang. Akhirnya, pengajar menghentikan kegiatan bercerita di depan dan
memberikan pertanyaan atas isi dan pemahaman bacaan kemudian siswa diam.
Setelah beberapa kali guru memberi umpan, ada beberapa siswa yang
menjawabnya. Namun, jawaban siswa masih belum meluas, sangat terbatas dari
bacaan saja. Akhirnya, guru mengakhiri pelajaran dan memberikan suatu tawaran
ke siswa untuk mencari bacaan lain, dan siswa pun menaggapi dengan jawaban
mengiyakan serentak. Guru membagi lembaran untuk tes awal.dan siswa diminta
(49)
dengan salam dan sebagian siswa berhamburan keluar kelas.
B. Laporan Siklus Tindakan
Laporan Siklus I
a. Perencanaan I
Setelah pelaksanaan prasurvei maka peneliti berdialog dengan
observer untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Seperti telah
dikemukakan di awal, bahwa perencanaan dalam penelitian ini terdiri atas
penelitian umum dan khusus. Perencanaan umum meliputi persiapan guru
dengan model belajar pendekatan proses, fokus pengamatan dalam observasi,
dan berbagai media, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan
penelitian, dan pengukuran kemampuan siswa.
Perencanaan siklus I dilakukan pada 10 Oktober 2011. Perencanaan khusus tindakan siklus I difokuskan pada kesiapan tindakan peneliti dengan model pendekatan proses. Dalam tindakan ini peneliti menerapkan model membaca dengan pendekatan proses yang meliputi beberapa langkah. Hal ini tentunya perlu pemahaman peneliti karena tidak seperti pembelajaran yang biasa di terapkan. Perencanaan juga mencakup jadwal waktu untuk tindakan I. Selain itu persiapan lainnya adalah tentang bahan yang tidak hanya dari buku paket, tetapi dari sumber lain. Persiapan observer dengan alat-alatnya juga dilakukan, termasuk pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam membaca.
(50)
Implementasi tindakan pada siklus pertama dilakukan pada hari Senin 10 Oktober 2011, jam ke- 5 (10.15 – 11.00 WIB). Dalam siklus pertama ini, peneliti mulai memberikan pembelajaran membaca yang menggunakan model pendekatan proses. Peneliti mengubah pola pembelajaran membaca yang dulu digunakannya dan menerapkan rangkaian proses dalam kegaiatan membaca, yang meliputi tahap prabaca, tahap membaca, tahap merespon, tahap mengeksplorasi teks, dan tahap memperluas interpretasi. Tindakan pertama ini juga menggunakan bantuan media bahan yang telah digandakan.
Pelaksanaan tindakan siklus I berjalan lancar. Hanya saja guru lupa menjelaskan langkah prabaca dalam model pendekatan proses. Namun, dari pihak siswa ada peningkatan sikap dan suasana kelas meskipun belum terlalu
baik. Dalam tindakan ini siswa mulai diajak berpikir dan memahami bacaan
secara mendalam tidak seperti cara yang biasa mereka pelajari selama ini. Hal ini
yang membuat siswa dapat diarahkan dan mulai perhatian pada pelajaran
membaca.
Bersamaan dengan tindakan dilakukan pula observasi. Observasi tindakan
yang pertama ini dilakukan oleh gurunya sendiri. Pengamatan dilakukan secara
langsung dengan instrumen catatan lapangan, lembar observasi, dan foto
dokumentasi. Adapun deskripsi proses pelaksanaan tindakan dalam siklus
pertama yang terekam dalam catatan lapangan dan lembar observasi pengamatan
dapat terlihat dalam vignette berikut.
Senin, 17 Oktober 2011, pengamat/Observer memasuki kelas bersama
(51)
biasanya. Pukul 10.15 WIB tepat pelajaran dimulai. Guru memerintahkan para
siswa agar berdoa lebih dulu untuk mengawali pelajaran.
Lalu guru mulai dengan menyuruh siswa menentukan bacaan yang akan
dibacanya. Pilihan yang ditawarkan adalah bacaan buku paket, lembar kerja
siswa, dan sebuah potongan berita koran. Akhirnya, siswa menentukan yang
potongan berita. Kelas yang semula agak gaduh mulai menjadi tenang ketika
guru pengajar membagikan lembar bacaan tersebut. Tidak lama kemudian, guru
menuliskan tugas di papan tulis untuk siswa. Siswa ditugasi untuk membaca
bacaan tersebut lalu mencari ide pokok tiap paragraf, menemukan kata sukar,
dan menentukan jenis paragraf yang ada. Akhirnya, kelas menjadi tenang ketika
semua siswa membaca. Beberapa siswa tampak serius membaca dan hanya
sedikit yang tampak malas dan sesekali berbicara sendiri dengan temannya.
Setelah agak lama guru memancing beberapa pertanyaan responsif isi teks pada
siswa, dan siswa menanggapinya serta memberi merespons.
Pengajar membagikan lembar kerja yang mengarahkan pada bentuk
paragraf dan isi bacaan. Siswa juga mempelajari kata sukar dari bacaan. Para
siswa mulai tampak lebih serius membaca. Tetapi masih ada yang tengok kanan
kiri. Selang beberapa saat kelas tenang dan siswa berkonsentrasi mempelajari
bacaan. Siswa juga mulai mampu menjawab pertanyaan guru dan mendalami
bacaan dengan lebih baik meskipun belum terlalu luas ke bidang lain.
Bel pelajaran berbunyi tanda pelajaran pertama dan sebagian siswa mulai
gelisah. Guru melanjutkan dengan memberikan pengarahan dan penjelasan
(52)
menjawabnya dan sesekali berdiskusi dengan teman yang di dekatnya. Siswa
sudah mulai menilai pengalaman membaca. Semakin menjelang akhir pelajaran,
siswa semakin ramai. Akhirnya, bel untuk mengakhiri pelajaran berbunyi dan
siswa mulai gaduh. Guru mengakhiri dengan mernberi tugas pada siswa dan
menutnp pertemuan dengan salam.
c. Refleksi I
Setelah pelaksanaan tindakan siklus pertama dan pengamatan selesai
dilakukan, langkah berikutnya adalah refleksi siklus pertama. Refleksi dilakukan
oleh pengamat dan pengajar. Kegiatan ini terlaksana pada hari Jumat, 13 Oktober
2011 jam 10.00, ketika istirahat di ruang guru.
Berdasarkan hasil pengamatan, capaian keberhasilan dalam siklus
pertama adalah sebagai berikut.
1) Siswa mulai tampak bersemangat, tertarik, dan perhatian pada pelajaran
membaca. Siklus pertama ini siswa menunjukkan mulai aktif belajar sesuai
perintah guru dan juga serius membaca meskipun tampak masih belum
maksimal.
2) Kuantitas siswa yang merespons pertanyaan guru dan menanggapi umpan
guru mulai meningkat. Mulai ada interaksi guru dan siswa yang terjalin.
3) Kualitas jawaban siswa lebih baik dan lebih terarah, meskipun masih terpaku
pada bacaan yang tersedia.
4) Media lembar yang terbagikan sangat menggugah minat siswa.
(53)
model yang dulu dan yang sekarang. Guru juga mulai bersemangat.
Adapun beberapa kekurangan yang dijumpai dalam penelitian ini, antara
lain:
1) Tahapan tindakan belum lengkap, penjelasan langkah prabaca masih
terlupakan sehingga siswa b e l u m optimal dalam penggalian isi bacaan
dan aktivitas membacanya. Tahap prabaca tidak tuntas sehingga siswa
tidak langsung antusias.
2) Guru masih kurang optimal dalam memberi perhatian kepada siswa
secara menyeluruh, sehingga siswa yang duduk di belakang tampak
santai dan tidak serius belajar.
Tentu saja siklus yang selanjutnya perlu memperbaiki kekurangan yang
ada. Guru harus benar-benar memahami proses membaca dan mengelola kelas
dengan menyeluruh.
2. Laporan Siklus II
a. Perencanaan II
Perencanaan siklus kedua yang dilakukan bersamaan refleksi siklus I
terdapat beberapa hal penting dan menjelaskan yang terlupakan pada siklus
sebelumnya. Salah satunya perencanaan tindakan yang matang. Guru harus
benar-benar memahami langkah proses membaca. Selain itu, beberapa hal yang
mendukung keberhasilan siklus pertama, seperti media, tetap dipertahankan untuk
digunakan. Persiapan lebih banyak dicarikan dari sumber di luar buku paket.
Guru mempersiapkan beberapa macam bacaan yang temanya sama.
(54)
Siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2011 jam 6 - 7
(11.00 - 11.45 WIB). Tindakan yang diimplementasikan pada siklus kedua
masih sama, yaitu model belajar membaca dengan pendekatan proses. Hanya
saja di siklus kedua ini beberapa hal penting yang belum dilakukan pada siklus
pertama akan dibenahi. Tahapan yang terlupakan oleh guru dicoba dilakukan.
Guru juga menerapkan kerja berpasangan bagi siswa dalam menyelesaikan
tugasnya.
Pada siklus kedua ini pengamatan masih menggunakan instrumen yang
sama, berupa lembar catatan lapangan dan lembar observasi. Berikut vignette
yang menggambarkan kelas siklus kedua.
Senin 24 Oktober 2011, observer memasuki kelas X TAV jam keenam dan
ketujuh (11.00 - 12.30 WIB) mengawali materi pelajaran dengan merangsang
siswa melalui pertanyaan. Guru menanyakan kegiatan tentang hal yang digemari
para siswa. Siswa mulai tetarik dan bersahutan menjawab dengan berbagai hal
kegemarannya. Lalu guru menegaskan pada bidang seni.
Setelah itu, guru menerangkan kalau hari ini akan belajar membaca
dengan tema kesenian. Guru pengajar menunjukkan beberapa potongan koran
yang berupa berita terkait seni. Guru juga menawarkan pada siswa untuk
menentukan bahan bacaan yang menarik buat mereka. Akhirnya para siswa
memilih bacaan yang disenangi. Guru lalu membagikan bahan bacaan
sementara ada siswa yang baru masuk ke kelas. Setelah semua siswa memegang
media bacaan, guru menyuruh mereka menebak isi bacaan. Beberapa siswa
(55)
tugas selanjutnya mempelajari kata sukar yang dijumpai dalam bacaan. Siswa
juga mencari bentuk kata ulang dari bacaan tersebut. Siswa ditugaskan secara
berpasangan. Dengan cepat mereka menyelesaikan tugasnya. Guru juga
menerangkan secara singkat kata ulang dan terjadi interaksi yang baik di kelas.
Dua siswa izin keluar di tengah pembelajaran. Guru juga mempertanyakan isi
bacaan ke siswa. Mereka saling berdiskusi dengan pasangannya kemudian
menulis hal-hal yang penting dan menjawab pertanyaan guru. Arahan jawaban
sudah lebih kompleks dan meluas. Guru juga sudah mulai mengelilingi kelas
dan merata perhatiannya. Hanya saja suara guru kurang menjangkau seluruh
kelas. Para siswa di bangku belakang sering sekali mempertanyakan tugas guru
pada kawan di depannya. Hal ini membuat siswa yang duduk di belakang
kurang serius mengikuti pelajaran. 0bserver sempat juga berdialog singkat
dengan siswa.
Menjelang berakhirnya pelajaran siswa mulai jenuh. Mereka tampak
berbisik-bisik dan gelisah, bahkan ada beberapa siswa yang mulai jahil pada
teman lainnya sehingga kelas menjadi ramai. Diakhir materi, guru menugasi
siswa menjawab beberapa pemahaman bacaan dan dikumpulkan. Akhirnya,
waktu pelajaran usai, siswa mengumpulkan tugas dan pelajaran selesai.
c. Refleksi II
Kegiatan refleksi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh
pengajar dan kolega. Diskusi dilakukkn berdua di ruang guru pada tanggal 25
Oktober 2011 seusai tindakan dilakukan. Beberapa capaian keberhasilan dalam
(56)
1) Siswa semakin tertarik dan mulai serius mengikuti pelajaran membaca.
2) Kuantitas siswa yang melakukan kegiatan baca dan merespons guru
semakin meningkat.
3) Media bahan bacaan dari sumber koran menarik bagi siswa.
4) Kerja berpasangan membuat siswa lebih bergairah, cepat belajar, interaktif,
banyak diskusi, dan efisien waktu.
5) Kualitas jawaban siswa semakin baik. Jawaban siswa lebih panjang, terarah,
dan meluas dari teks bacaan yang ada.
6) Suasana kelas yang baik dan menyenangkan mulai tercipta, meskipun masih
ada kendala untuk siswa yang duduk di belakang.
Adapun beberapa kekurangan dalam tindakan siklus dua adalah:
1) Guru masih lupa dalam tahap membaca nyaring, padahal itu dapat menarik
perhatian siswa dan membuat mereka tenang.
2) Suara guru kurang menjangkau semua penjuru kelas, sehingga beberapa
siswa tidak memperhatikan pelajaran secara serius.
3) Evaluasi proses kearah interpretasi bacaan masih kurang baik dalam
berbicara maupun menulis.
3. Laporan Siklus III
a. Perencanaan III
Perencanaan siklus ketiga dilakukan bersamaan refleksi siklus kedua. 25
Oktober 2011. berbagai keberhasilan pada siklus kedua akan dipertahankan dalam
siklus ketiga. Penggunaan media tetap dipertahankan dan beberapa kelemahan
(57)
menarik perhatian, guru memperkeras suaranya, guru akan lebih banyak
memancing respons siswa terhadap isi bacaan secara umum untuk menggali
interpretasi mereka.
b. lmplementasi Tindakan dan Observasi III
Tindakan siklus tiga terlaksana pada hari Senin, jam pelajaran ke 6 — 7.
Tindakan kali ini masih sama hanya disempurnakan dan memunculkan kerja
kelompok kecil untuk rnenyelesaikan tugas siswa. Kerja berpasangan juga tetap
ada hanya tidak sebanyak waktu siklus kedua. Semua tahapan dalam proses
membaca diberikan oleh guru, meskipun tidak semua siswa merata
melakukannya. Namun, semua siswa dapat mengikuti tahapan dengan baik.
Observasi di siklus ketiga ini juga dilakukan oleh guru pengajar dan
kolega yang membagi daerah pengamatannya dalam kelas. Dengan demikian
semua penjuru kelas dapat terlihat proses belajarnya. Vignette berikut
menggambarkan situasi proses belajar dalam siklus tiga.
Senin, 31 Oktober 2011, observer telah di dalam kelas ketika guru
pengajar memasuki ruang kelas. Siswa yang semula cukup ramai agak mereda
kondisinya. Guru lalu membuka pelajaran dengan salam dan memulainya dengan
membagikan bahan bacaan. Kali ini siswa tidak memilih bacaannya, tetapi bacaan
yang dibagikan adalah bacaan yang mereka pilih sebagai pilihan kedua pada saat
membaca yang lalu. Jadi secara tidak langsung mereka telah menentukan pilihan
di waktu sebelumnya. Guru menuliskan tugas siswadi papan tulis untuk membaca
teks, mencari 5W 1 H, dan menentukan informasi pokok. Sesaat siswa agak
(58)
menjawab dengan ramai. Lalu guru menghentikan keramaian, dan menyuruh
siswa dan siswi untuk membaca nyaring di depan sementara yang lain menyimak.
Saat pembacaan nyaring, suasana tenang, semua siswa memperhatikan.
Setelah usai guru menanyakan beberapa pertanyaan dan siswa menjawab dengan
baik. Mulailah guru menugasi pencarian ide pokok yang dilakukan secara
berpasangan. Tak lama kemudian guru menginstruksikan untuk membicarakan
hasil kerja pasangan dalam kelompok kecil sekitar siswa. Mereka bebas
beraktivitas, dan ada yang bertukar tempat mencari kelompok. Kelas sedikit
ramai tapi siswa senang. Mereka mengerjakan tugas dengan baik. Suara guru
lebih keras daripada pertemuan sebelumnya, guru mendekati siswa secara
merata. Mereka masih aktif menjawab pertanyaan guru dan jawabannya pun
lebih baik.
Hingga pelajaran hampir usai, siswa masih semangat, suasana tetap
kondusif. Setelah guru menyuruh mereka menyelesaikan diskusi dan kembali ke
tempatnya, siswa diberi soal tes akhir untuk dikerjakan dan dikumpulkan.
Suasana kelas masih terkendali sampai bel pelajaran berbunyi. Guru pengajar
menyuruh siswa mengumpulkan tugas lalu mengakhiri pertemuan dengan salam.
c. Refleksi III
Refleksi siklus ketiga baru terlaksana tanggal 7 November 2011.
Berikut beberapa hasil capaian yang dapat dilihat dari hasil refleksi siklus
ketiga.
1) Tindakan telah dilakukan dengan sempurna dan menunjukkan hasil yang
(59)
2) Semua siswa merasa, senang, tertarik, antusias, dan aktif dalam
pembelajaran.
3) Siswa telah mampu memahami teks bacaan dengan lebih baik, mampu
memperluas pemahaman dan interpretasi terhadap bacaan.
4) Kualitas dan kuantitas jawaban siswa atas pertanyaan guru meningkat
dengan baik.
5) Hasil tes juga meningkat.
C. Hasil Penelitian
Pada penilaian siklus pertama siswa mampu berpendapat secara individual atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan. Siklus berikutnya siswa mulai meningkat kemampuannya dalam memperluas wawasan dari bacaan. Siklus terakhir siswa sudah mampu dalam mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, bahkan mampu mengeksplorasikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada.
Rangkaian siklus berakhir sudah pada siklus yang ketiga sebab dalam siklus ketiga tersebut telah dicapai suatu kondisi yang diharapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap data penelitian dari berbagai sumber (catatan lapangan, lembar observasi, hasil wawancara, dan angket, serta penilaian), terdapat beberapa penemuan dan hal penting atas pelaksanaan penelitian ini.
Beberapa hal penting yang diangkat dalam hal ini adalah tentang penerapan model pendekatan proses dalam membaca, kemampuan membaca
(60)
pemahaman siswa, kegiatan siswa dalam pembelajaran, dan suasana kelas yang terbentuk selama tindakan. Dalam tiga siklus yang dilampaui, terdapat perkembangan keadaan atas aspek-aspek tersebut. Hal ini merupakan hasil penelitian yang berarti sebagai upaya peningkatan kondisi yang ada. Berikut tabel ringkasan hasil kemajuan subjek dan kondisi pembelajaran selama penelitian ini.
Tabel 4.1. Deskripsi Kondisi dan KemajuanTindakan dalam Penelitian
No Aspek
Deskripsi Hasil
Prasurvei Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Penerapan Model Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses Belum diterapkan Diterapkan tetapi kurang dalam menjelaskan langkah- langkah Diterapkan dengan opti-mal, tetapi masih ada langkah yang terlupakan seperti membaca nyaring. Diterapkan secara lengkap dan optimal 2 Kemampuan Membaca Siswa Kemampuan siswa kurang, tergantung dan orientasi masih pada bacaan, jumlah siswa yang menjawab sedikit dan terbatas, siswa kurang berani berpendapat Jumlah siswa yang berani dan mau menja-wab masih sedikit, mu-lai ada pe-ningkatan kualitas ja-waban mes-ki masih singkat, masih Jumlah siswa yang berani dan mau menjawab meningkat, mulai lepas dari bacaan, kualitas jawaban makin baik Jawaban makin baik, siswa berani berpendapat, interpretasi dan eksplorasi di luar bacaan semakin baik, siswa berebutan menjawab
(61)
terpaku pada bacaan 3 Kegiatan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Individual, tak perhatian pada guru dan materi, guru dominan, masih terpaku buku paket Individual, dominasi guru berku-rang, peng-gunaan sumber diluar buku paket, masih terbimbing oleh guru Berpasangan, kerja mulai optimal, sumber materi bervariasi, siswa mulai perhatian Berkelompok, terjadi diskusi, siswa lebih dominan,siswa perhatian pada pelajaran 4 Suasana Kelas Membosankan, ramai tidak terkendali, siswa tidak serius belajar Siswa mulai agak tenang tetapi masih belum serius belajar Kelas mulai tenang terkendali, kondusif di awal tetapi lama-lama membosankan Kelas terkendali kondusif, siswa belajar dengan serius dan senang
Secara khusus temuan atas kemampuan membaca siswa berdasarkan
analisis hasil pengukuran (tes) terdapat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari
siklus pertama sampai akhir.
Nilai Siklus ke-1 Siklus ke-2 Siklus ke-3
Tertinggi 70 80 90
Terendah 30 50 50
(62)
D. Pembahasan
Pembahasan yang akan disampaikan berikut ini diulas berdasarkan hasil
nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari siklus pertama sampai akhir
pada tabel 4.2. Kemampuan membaca siswa tampak dari adanya peningkatan
kualitas jawaban soal esei. Dari analisis, ditemukan hasil bahwa setelah guru
menerapkan pendekatan proSes dalam pembelajaran membaca ternyata siswa
menjadi lebih baik dalam hal olah pikir pendapat individual siswa atas suatu
fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan, memperluas wawasan dari
bacaan, mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca
sebelumnya, dan mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari
tema yang ada. Peningkatan yang paling menonjol adalah dalam masalah
memperluas wawasan dari bacaan. Dari kualitas jawaban esai dalam penilaian
siklus ke-1, siswa kurang mampu menjawab dengan baik, dibuktikan dengan
perolehan nilai rata-rata hanya mencapai 55,4. Pada penilaian siklus kedua siswa
semakin mampu menjawab dengan lebih baik daripada siklus sehingga rata-rata
nilai mencapai 62,4 bahkan siklus ketiga siswa yang memperoleh nilai minimal
75 sejumlah 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya hingga rata-ratanya mencapai
75,6.
1. Penerapan Model Membaca dengan Pendekatan Proses oleh Guru
Sebelum adanya penelitian tindakan ini di sekolah, guru yang menjadi
pengajar di kelas belum memahami teori tentang pendekatan proses dalam
membaca. Guru hanya menggunakan cara yang biasanya digunakan dalam
(63)
menerapkan model pendekatan proses, sehingga perlu upaya untuk memaharni
teorinya lebih dulu. Diskusi dan komunikasi dengan guru observer sangat
membantu dalam memahami pendekatan proses.
Dalam tindakan siklus pertama, guru sudah menerapkan model
pendekatanproses. Awalnya siswa mulai tertarik dengan model ini, karena
lain dari yang biasa mereka lakukan. Namun, beberapa langkah terlupakan
oleh guru sehingga penerapannya tidak optimal. Beberapa tahap prabaca dan
teknik dalam membaca tidak tersampaikan. Berikut potongan catatan lapangan
oleh pengamat.
Lalu guru mulai dengan menyuruh siswa menentukan bacaan yang akan
dibacanya. Pilihan yang ditawarkan adalah bacaan buku paket, LKS, dan
sebuah potongan berita koran. Semua bertemakan transportasi. Akhirnya siswa
menentukan yang potongan berita Koran. Kelas yang semula agak gaduh mulai
menjadi tenang ketika guru membagikan lembar bacaan tersebut. Tidak lama
kemudian. Guru pengajar menuliskan tugas di papan tulis untuk siswa. Siswa
ditugasi untuk membaca bacaan tersebut lalu mencari ide pokok tiap paragraf,
menemukan kata sukar, dan menentukan jenis paragraf yang ada. Akhirnya,
kelas hening ketika semua siswa membaca.
Dari potongan itu, tampak bahwa guru telah mulai menerapkan
pendekatan proses, tetapi langkah menghubungkan dengan pengalaman dan
langkah memprediksi isi teks telah terlewatkan. Dalam siklus kedua,
hal-hal yang terlewatkan dalam siklus sebelumnya telah dilengkapi. Tahap
(64)
menjadikan siswa cepat bosan dan melemah interest-nya. Pada saat refleksi
kedua, pengamat mengingatkan yang intinya guru lupa menyuruh siswa
untuk membaca nyaring, alangkah baiknya kalau pada pertemuan
berikutnya siswa disuruh membaca nyaring supaya siswa lebih tertarik.
Barulah di tahap siklus ketiga, semua langkah dapat dilakukan secara
sempurna. Guru tidak melewatkan langkah dalam proses membaca dan semua
langkah dapat dioptimalkan. Berikut ringkasan hasil pengamatan terhadap
penerapan model pendekatan proses yang melingkupi tahapan-tahapan proses
membaca.
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Tahap-tahap Membaca Pemahaman
No Aspek Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1
Tahap Prabaca Tidak semua
tahap dilakukan Lengkap Lengkap
2 Tahap Membaca Tidak semua siswa, siswa tidak serius membaca, siswa merasa kurang senang
membaca, siswa membaca dalam hati, siswa kerja individual dan terbimbing
Hampir semua siswa membaca, siswa cukup serius membaca, siswa menjadi bosan, siswa membaca dalam hati, siswa kerja berpasangan
Semua siswa terlibat
membaca, siswa serius membaca, ada tahap membaca nyaring, siswa diskusi kelompok.
3 Tahap Merespons
Sedikit yang merespon, siswa tidak begitu
Respon siswa meningkat, siswa mulai minat dan
Sebagian siswa responsif, siswa senang dan
(65)
tertarik, guru dominan tertarik, interaksi mulai terjalin, dominasi guru berkurang tertarik, interaksi optimal, siswa tidak bosan, guru
tidak lagi dominan. 4 Tahap Mengeksplorasi Teks Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, tetapi kurang mampu menjawab guru dengan baik
Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, mampu menjawab guru dengan lebih baik Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, mampu menjawab guru dengan baik 5 Tahap Memperluas Interpretasi Jawaban siswa masih terbatas pada teks, siswa kerja mandiri, inetpretasi belum baik
Mulai ada perluasan
jawaban, kerja berpasangan,
gagasan siswa mulai berkembang Jawaban semakin lengkap, luas, dan dalam, diskusi
kelompok jalan, siswa mampu berpendapat dan menilai
pengalaman baca
2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Cara melihat keberhasilan tindakan dalam meningkatkan kermampuan
membaca siswa dilakukan dengan mengukur kemampuan baca siswa. Hal itu
dilakukan secara proses dan produk. Secara proses, dilihat dari indikator
keberhasilannya melalui kegiatan, interaksi, dan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran membaca. Kemampuan siswa yang meningkat dalam membaca
akan tampak dalam interaksi siswa terhadap guru yang terkait dengan bahan
(66)
mudah memahami suatu bacaan. Secara produk, dilakukan pengukuran dengan
memberikan tes di awal dan akhir penelitian. Tes yang diberikan dalam bentuk
pilihan ganda dan esei. Di dalamnya memuat pemahaman bacaan yang diukur
secara kognitif dan afektif. Soal pilihan ganda lebih mengarah pada sisi kognitif
dengan pilihan jawaban yang sudah ada. Soal esei sengaja dibuat terbuka untuk
melihat afektif siswa terhadap bahasan bacaan. Bagian esei ini pada dasarnya
terbagi dalam empat (4) bagian, yaitu: 1) kemampuan olah pikir pendapat
individual siswa atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan. 2)
kemampuan siswa dalam memperluas wawasan dari bacaan, 3) kemampuan siswa
dalam mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca
sebelumnva. dan 4) kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannva
sebagai langkah ke depan dari tema yang ada.
Hasil tes (lihat tabel 2, lampiran) menunjukkan bahwa skor pilihan
ganda siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Jumlah siswa yang,
mengikuti tes awal dan akhir sebanyak 25 siswa. Pada tes awal rerata skor
pengetahuan kognitif siswa adalah 6,36 sedangkan hasil rerata skor tes akhir
sebesar 8,00. Secara frekuensi, hasil tes awal menunjukkan frekuensi nilai
rentang 0 – 59 sebanyak 3 siswa. Jumlah siswa yang yang mempunyai nilai
rentang 60-74 sebanyak 21 siswa. Siswa yang mendapat nilai rentan 75-89
hanya 1 orang dan tidak ada seorangpun yang memperoleh nilai rentan 90-100.
Hasil tes akhir menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang memperoleh
nilai rentan 0-59. Siswa dengan nilai rentang 60-74 menurun drastis menjadi 2
(67)
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam
memahami bacaan. Kemampuanafektif siswa tampak dari adanya peningkatan
kualitas jawaban soal esei. Dari analisis, ditemukan hasil bahwa setelah guru
menerapkan pendekatan proSes dalam pembelajaran membaca ternyata siswa
menjadi lebih baik dalam hal olah pikir pendapat individual siswa atas suatu
fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan, memperluas wawasan dari
bacaan, mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca
sebelumnya, dan mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari
tema yang ada. Peningkatan yang paling menonjol adalah dalam masalah
memperluas wawasan dari bacaan. Dari kualitas jawaban esai dalam tes
awal, siswa kurang mampu menjawab dengan baik, setelah tes akhir siswa
semakin mampu menjawab dengan baik. Dalam tes esai untuk setiap
siklusnya, selalu meningkat bahkan hasil tes pada siklus ketiga siswa yang
mendapat nilai minimal 75 sejumlah 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya.
Peningkatan kemampuan siswa juga dilihat dari penilaian proses. Dan
kondisi awal dan dijalankannya siklus-siklus penelitian tampak adanya
perubahan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan guru selama proses
belajar di kelas. Peningkatan yang tampak pada siswa adalah secara kuantitas
dan kualitas. Secara kuantitas, jumlah siswa yang menanggapi pertanyaan guru
semakin rneningkat. Secara kualitas, jawaban siswa juga semakin lengkap, luas,
tepat, dalam, dan baik. Siswa semakin mampu menguasai bacaan. Demikian inti
cuplikan wawancara informal dengan siswa. Mereka merasa lebih senang
(68)
merasakan peningkatan kemampuan siswa dalam proses maupun hasil. Jikaguru
member tugas siswa mengerjakan dengan cepat dan serius.
3. Kegiatan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran
Siswa adalah bagian penting dalam penelitian yang selalu mendapat
perhatian. termasuk kegiatan belajar yang mereka lakukan dalam proses
pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar siswa dengan penerapan pendekatan
proses ini ternyata dapat dibuat lebih variatif. Di awal siklus siswa masih
dibimbing penuh oleh guru dan terkesan bahwa guru mendominasi proses
pembelajaran. Siswa masih belajar secara individual.
Pada siklus kedua, adanya kerja berpasangan ternyata menjadikan
kegiatan belajar siswa lebih efektif. Mereka dapat berdiskusi dengan teman
sebangku dan guru tidak lagi berperan penuh membimbing siswa. Dalam siklus
ketiga, guru menugaskan siswa agar bekerja secara berkelompok. Hasil kerja
mereka lebih baik dan optimal, kerja kelompok berjalan baik sehingga guru
tinggal mengontrol saja sesekali membantu dalam kelompok. Hal ini
memberikan kebebasan pada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajar.
Tentu saja aktivitas yang tidak merugikan. Peran guru dalam pembelajaran tidak
lagi dominan.
Penerapan pendekatan proses ini juga mengubah rasa ketergantungan pada
buku paket. Siswa lebih tertarik dan bergairah belajar dengan sumber lain yang
biasa mereka jumpai. Media yang berupa bahan materi dari luar buku paket cukup
(1)
141 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
143 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(5)
145 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 16
(6)