Peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan pendekatan proses pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X teknik audio-video SMK Muhammadiyah 2 Salam tahun ajaran 2011/2012.

(1)

x ABSTRAK

Faridah. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Proses Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui proses dan produk. Masalah yang diambil adalah kurangnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Padahal membaca adalah sebuah kegiatan yang

penting dalam semua proses pendidikan. Kegiatan membaca tidak bisa diabaikan dalam setiap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui membaca, seseorang dapat menyerap banyak informasi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa baik secara proses maupun hasil.

Penelitian tindakan ini mengambil subjek siswa SMK Muhammadiyah 2 Salam kelas X Jurusan Teknik Audio-Video yang berjumlah 25 siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis & McTaggart. Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga siklus. Ketiganya memberikan tindakan penerapan model pendekatan proses dalam pembelajaran membaca dengan beberapa variasi kegiatan di dalamnya. Masing-masing siklus meliputi perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengamatan, wawancara, dan tes membaca pemahaman. Instrumen yang digunakan adalah human instrumen,

catatan lapangan, lembar observasi, tes, lembar refleksi, dan angket.Validitas penelitiannya adalah validitas demokrasi, validitas proses, dan validitas dialogis.

Temuan yang diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah suatu realita di kelas bahwa pendekatan proses dalam membaca dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan penilaian proses dan produk. Dari hasil tes, peningkatan nilai pemahaman kognitif siswa meningkat dari rerata nilai tes dan frekuensi pencapaian hasil tes siswa. Pemahaman afektif siswa juga meningkat yang dapat dilihat dari peningkatan kualitas jawaban soal esei siswa.Secara proses, dalam pelajaran siswa juga semakin terampil, secara kuantitas dan kualitas, menjawab pertanyaan guru. Temuan lain dalam penelitian ini adalah ternyata kualitas proses belajar siswa menjadi semakin baik dalam pelajaran membaca dengan penerapan pendekatan proses. Kegiatan siswa semakin bervariasi dan terjadi perubahan positif pada diri siswa. Siswa semakin berani merespon, tertarik membaca, serius belajar, dan mengikuti pelajaran dengan baik. Suasana kelasjuga menjadi menyenangkan.


(2)

xi ABSTRACT

Faridah. 2013. The Efforts to Improve Reading Comprehension Ability by Using Process Approach to Indonesian Language Learning among the First Grade Students of SMK Muhammadiyah 2 Salam 2011/2012. A Thesis on S1 Degree. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

The aim of the research is to improve the students’ reading comprehension . It’s can be seen through the process and product. The problem is awful condition of students ability in understanding in reading. Is an important activity in all education process. It couldn’t be avoided in improving human resources’s quality. By reading, someone gets a lot of information and knowledge.

The subject of this action research is the first grade students of SMK Muhammadiyah 2 Salam in major Tehnik Audio Video. There are 24 students used in the research. The research design used in Kemmis and Taggart’s concept of action research. The research will be done in three cycles. The three cycles apply action research model by using process approach with some various actions in reading. Each cycle consists of four essential moments of planning, action, observations and reflection. The data are collected through observations, interviews, and comprehension reading test.

The instrument used in the research is human instrument, field notes, observations list, test, reflection list, and questionnaire. The validity of the research is democratic validity, process validity and dialogic validity. The action hypothesis of this research is that the reading activity that applies the process approach will improve the students’ ability in understanding texts it is proved by the process and product evaluation. It is also shown by the students’ improvement of cognitive knowledge score that reflected on the test analysis of reading. The affective knowledge of students also increased which proved by the students’ quality improvement of the essay answers. It shows that after the action was given, the students improve their way of thinking for certain phenomenon in relation to reading, extending information from reading, exploring their own experience and their previous reading, and also expressing their opinion as a progress of existing theme. Furthermore, it is also found that the students’ quality of reading learning process is better by implementing process approach. The students’ activities become more various and there is a positive change of the students. The students have courage of giving respond, interesting reading, studying seriously, and following the lesson well. The condition of class also becomes more pleasant and conducive to study Indonesian language program, especially reading.


(3)

-PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DENGAN PENDEKATAN PROSES

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X

TEKNIK AUDIO-VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 2 SALAM

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: NURLIYA FARIDAH

101222003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

i SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DENGAN PENDEKATAN PROSES

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X

TEKNIK AUDIO-VIDEO SMK MUHAMMADIYAH 2 SALAM

TAHUN AJARAN 2011/2012

Disusun oleh NURLIYA FARIDAH

101222003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

H a n y a d e n g a n i z i n A l l o h , skripsi ini ditulis sebagai bukti dan tanggung jawab yang akan kupersembahkan sebagai tanda terima kasih dan cintaku untuk suamiku Shodiq Nurhadi,S.Pd., anak-anakku Ahmad Riza, A.Md., Rizki Shofak Isnaini, dan Latif Ash Shidiqi.


(8)

v MOTTO

“orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” ( Mario

Teguh)

“Orang yang paling beruntung di dunia adalah orang yang telah mengembangkan rasa syukur yang hampir konstan, dalam situasi apapun” (E.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Februari 2013 Penulis,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI PENELITIAN UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nurliya Faridah NIM : 101222003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma penelitian saya yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Pendekatan Proses Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012 beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, dan mendistribusikan secara terbatas untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, Februari 2013 Yang menyatakan,


(11)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Alloh yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas ini sesuai dengan rencana. Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Proses pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012.

Penelitian ini mengacu pada upaya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman ke arah yang lebih baik, sehingga hasil tes juga meningkat. Penelitian ini dilakukan secara mandiri. Sesuai dengan hakikatnya, penelitian tindakan ini dilakukan melalui beberapa siklus rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru dalam inovasi proses pembelajaran. Karakteristik penelitian ini adalah dilakukan secara mandiri di bawah bimbingan dosen pembimbing.

Peneliti merasa banyak kendala dan kesulitan dalam melaksanakan penelitian ini. Berkat bantuan dari berbagai pihak, maka peneliti merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini.

2. Bapak Y.F. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, petunjuk dan dorongan yang sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas memberi saran, koreksi, dan pendapat dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepala dinas pendidikan dan olahraga yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada peneliti untuk mengikuti studi lanjut.


(12)

ix

5. Kepala Sekolah yang telah memberi kesempatan kepada penulis mengadakan penelitian sambil mengajar. Bapak Murtiyanto yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, dan siswa siswi yang terlibat dalam penelitian ini.

6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

Sepenuhnya kami menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan demi perbaikan penyusunan penelitian tindakan kelas ini. Mudah-mudahan penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Februari 2013


(13)

x ABSTRAK

Faridah. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Proses Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Teknik Audio-Video SMK Muhammadiyah 2 Salam Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi S1. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui proses dan produk. Masalah yang diambil adalah kurangnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Padahal membaca adalah sebuah kegiatan yang

penting dalam semua proses pendidikan. Kegiatan membaca tidak bisa diabaikan dalam setiap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui membaca, seseorang dapat menyerap banyak informasi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa baik secara proses maupun hasil.

Penelitian tindakan ini mengambil subjek siswa SMK Muhammadiyah 2 Salam kelas X Jurusan Teknik Audio-Video yang berjumlah 25 siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis & McTaggart. Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga siklus. Ketiganya memberikan tindakan penerapan model pendekatan proses dalam pembelajaran membaca dengan beberapa variasi kegiatan di dalamnya. Masing-masing siklus meliputi perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara pengamatan, wawancara, dan tes membaca pemahaman. Instrumen yang digunakan adalah human instrumen,

catatan lapangan, lembar observasi, tes, lembar refleksi, dan angket.Validitas penelitiannya adalah validitas demokrasi, validitas proses, dan validitas dialogis.

Temuan yang diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah suatu realita di kelas bahwa pendekatan proses dalam membaca dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan penilaian proses dan produk. Dari hasil tes, peningkatan nilai pemahaman kognitif siswa meningkat dari rerata nilai tes dan frekuensi pencapaian hasil tes siswa. Pemahaman afektif siswa juga meningkat yang dapat dilihat dari peningkatan kualitas jawaban soal esei siswa.Secara proses, dalam pelajaran siswa juga semakin terampil, secara kuantitas dan kualitas, menjawab pertanyaan guru. Temuan lain dalam penelitian ini adalah ternyata kualitas proses belajar siswa menjadi semakin baik dalam pelajaran membaca dengan penerapan pendekatan proses. Kegiatan siswa semakin bervariasi dan terjadi perubahan positif pada diri siswa. Siswa semakin berani merespon, tertarik membaca, serius belajar, dan mengikuti pelajaran dengan baik. Suasana kelasjuga menjadi menyenangkan.


(14)

xi ABSTRACT

Faridah. 2013. The Efforts to Improve Reading Comprehension Ability by Using Process Approach to Indonesian Language Learning among the First Grade Students of SMK Muhammadiyah 2 Salam 2011/2012. A Thesis on S1 Degree. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.

The aim of the research is to improve the students’ reading comprehension . It’s can be seen through the process and product. The problem is awful condition of students ability in understanding in reading. Is an important activity in all education process. It couldn’t be avoided in improving human resources’s quality. By reading, someone gets a lot of information and knowledge.

The subject of this action research is the first grade students of SMK Muhammadiyah 2 Salam in major Tehnik Audio Video. There are 24 students used in the research. The research design used in Kemmis and Taggart’s concept of action research. The research will be done in three cycles. The three cycles apply action research model by using process approach with some various actions in reading. Each cycle consists of four essential moments of planning, action, observations and reflection. The data are collected through observations, interviews, and comprehension reading test.

The instrument used in the research is human instrument, field notes, observations list, test, reflection list, and questionnaire. The validity of the research is democratic validity, process validity and dialogic validity. The action hypothesis of this research is that the reading activity that applies the process approach will improve the students’ ability in understanding texts it is proved by the process and product evaluation. It is also shown by the students’ improvement of cognitive knowledge score that reflected on the test analysis of reading. The affective knowledge of students also increased which proved by the students’ quality improvement of the essay answers. It shows that after the action was given, the students improve their way of thinking for certain phenomenon in relation to reading, extending information from reading, exploring their own experience and their previous reading, and also expressing their opinion as a progress of existing theme. Furthermore, it is also found that the students’ quality of reading learning process is better by implementing process approach. The students’ activities become more various and there is a positive change of the students. The students have courage of giving respond, interesting reading, studying seriously, and following the lesson well. The condition of class also becomes more pleasant and conducive to study Indonesian language program, especially reading.


(15)

xii DAFTAR ISI

HAJAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN`PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Penelitian yang Relevan ... 7

B. Konsep Dasar Membaca ... 8

C. Macam – Macam Membaca ... 10

D. Membaca Pemahaman ... 11

E. Pendekatan Proses ... 13

F. Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses ... 15

G. Kerangka Berpikir ... 17


(16)

xiii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat Penelitian ... 20

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 20

C. Deskripsi Tahapan Penelitian ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 26

E. Teknik Analisis, Keabsahan, dan Validitas Data ... 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Prasurvey (Kondisi Awal) ... 29

B. Laporan Siklus Tindakan ... 32

1. Laporan Siklus I ... 32

2. Laporan Siklus II ... 36

3. Laporan Siklus III ... 39

C. Hasil Penelitian ... 42

D. Pembahasan ... 45

1. Penerapan Model Membaca dengan Pendekatan Proses oleh Guru ... 45

2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa ... 48

3. Kegiatan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 51

4. Suasana Kelas dalam Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman ... 52

BAB V. PENUTUP ... 54

A. Simpulan ... 54

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 55

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1. Deskripsi Kondisi dan KemajuanTindakan dalam Penelitian . 43

2. Tabel 4.2 Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari siklus pertama sampai akhir ... 44


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ... 58

Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 61

Lampiran 3: Media Bahan Pelajaran Membaca ... 77

Lampiran 4: Lembar Catatan Iapangan ... 80

Lampiran 5: Pedoman Observasi ... 82

Lampiran 6: Catatan Refleksi ... 84

Lampiran 7: Tes Membaca Pemahaman Awal ... 85

Lampiran 8: Tes Membaca Pemahaman Akhir ... 106

Lampiran 9: Analisis Nilai Pilihan Ganda ... 112

Lampiran 10: Angket Siswa ... 114

Lampiran 11: Hasil Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa di Awal dan Akhir Penelitian ... 120

Lampiran 12: Soal dan Jawaban Siswa pada Penilaian Siklus 1, 2, dan 3 ... 123

Lampiran 13: Analisis Evaluasi Siklus 1, 2, dan 3 ... 128

Lampiran 14: Hasil Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Dari Siklus Pertama Sampai Akhir ... 131

Lampiran 15: Foto-foto ... 132


(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Nilai kemampuan membaca pemahaman siswa tiap siklus secara individual ... 145 2. Grafik 2. Frekuensi Rentan Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir ... 146


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah sebuah kegiatan yang penting dalam semua proses pendidikan. Kegiatan membaca tidak bisa diabaikan dalam setiap upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semua negara maju menggalakkan program ‘melek baca’ bagi semua warganya. Melalui membaca, seseorang dapat menyerap banyak informasi dan pengetahuan. Dengan informasi dan pengetahuan yang luas, seseorang akan mencapai kemajuan ilmu dan teknologi. Memang telah banyak media lain bermunculan, tetapi media cetak dengan menggunakan teknik baca tulis tetap menjadi sumber utama bagi pengembangan ilmu dan teknologi, seperti buku dan jurnal. Pembinaan membaca dan menulis paling efektif dilakukan adalah di sekolah.

Sekolah adalah tempat pertemuan guru dan murid. Murid diberi pelajaran, usaha menuntut ilmu, usaha menuntut ilmu pengetahuan, kepandaian, dan belajar. Apabila siswa memiliki kemampuan baca yang memadai, maka ia akan mampu menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian, ia akan berhasil menjadi manusia bagian peradaban modern yang mampu menguasai ilmu dan teknologi yang makin lama makin maju dengan pesat.

Namun demikian, pembelajaran membaca dan menulis ditengarai kurang berhasil. Demikian pula yang terjadi di SMK M 2 Salam. Salah satu pembelajaran yang memprihatinkan di SMK M 2 Salam adalah bidang bahasa Indonesia.


(21)

2

Di sekolah ini ada dua guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kami punya masalah adanya kendala dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Berdasarkan pembicaraan kami sebagai guru bahasa Indonesia SMK M 2 Salam pada bulan Oktober 2011 menemukan banyak masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah , diantaranya adalah pada pembelajaran membaca. Sebagai pengampu bahasa Indonesia di SMK M 2 Salam peneliti ada kalanya merasa kesulitan untuk menggerakkan para siswa agar mau membaca, apalagi gemar membaca. Pada waktu pembelajaran membaca, cenderung para siswa melakukannya dengan menggerutu dan bermalas-malasan. Mereka membaca dengan asal-asalan dan semaunya saja.

Sebagai guru bahasa Indonesia, peneliti merasa prihatin dengan kondisi yang demikian ini karena akan mengakibatkan hasil belajar siswa juga kurang baik. Mereka kurang dapat menyerap informasi yang terdapat dalam bacaan yang dibacanya. Pembelajaran membaca menjadi membosankan sehingga hal tersebut berdampak pada mata pelajaran lain yang membutuhkan banyak kegiatan membaca. Keterampilan membaca sudah semestinya merupakan sarana untuk menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan sehingga wajarlah jika keterampilan membaca itu penting dan semua guru ikut bertanggung jawab dalam pembinaanya.

Dalam pembicaraan bersama guru di sekolah, dapat disimpulkan bahwa masalah peningkatan kemampuan membaca siswa perlu mendapat penanganan yang serius dan segera. Kenyataannya memang menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran membaca dan menulis di sekolah sangat sulit direalisasikan di


(22)

lapangan. Selama ini pembelajaran membaca dilakukan secara tradisional yaitu hanya difasilitasi dengan teks kemudian siswa disuruh membaca. Dalam pembelajaran membaca adalah siswa membaca (nyaring atau dalam hati), guru menjelaskan kata sulit, siswa menjawab pertanyaan, dan menceritakan isi bacaan.

Kegiatan tersebut mengakibatkan para siswa merasa jenuh dengan pelajaran membaca, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan umumnya pada mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, wajarlah jika keterampilan membaca para siswa kurang tertarik. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan suatu inovasi dalam pembelajaran membaca. Apalagi dengan berlakunya KTSP yang dengan jelas menuntut agar dalam pembelajaran lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan berbahasa, termasuk membaca. Supaya pembelajaran membaca semakin efektif, maka siswa perlu diberi model pembelajara baru. Model baru ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memahami bacaan dan agar siswa menyukai aktivitas membaca. Model yang akan dikembangkan adalah pendekatan proses. Dengan model belajar menggunakan pendekatan proses, para siswa diharapkan mampu membaca secara lebih komprehensif. Meningkatnya keterampilan membaca akan membuat kemampuan siswa meningkat secara umum sehingga kualitas siswa juga semakin baik. Dengan demikian kualitas sekolah juga mengalami kemajuan. Hal ini tentu akan berperan penting bagi sekolah, khususnya SMK M 2 Salam.


(23)

4

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pembicaraan kolega di sekolah pada bulan Oktober 2011 menemukan beberapa faktor permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. Faktor penyebab tersebut dapat digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal berawal dari diri siswa misal, siswa tidak punya kesadaran diri akan pentingnya membaca dan kurang motivasi. Faktor eksternal lebih pada lingkungan, model belajar, peran guru, strategi ajar, materi, dan media yang ada. Misal, lingkungan terlalu dekat dengan tempat pratik otomotif, pembelajaran selalu menggunakan buku paket, guru kurang memberi fasilitas merata terhadap siswa, strategi ajar kurang sesuai dengan kondisi siswa, materi tidak aktual, dan medianya menarik.

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang berupaya untuk menemukan suatu model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Adapun masalah yang akan diteliti dan dicari pemecahannya melalui penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa yang dapat dilaksanakan secara proses dan hasil. Tindakan yang dipilih adalah model pembelajaran membaca dengan pendekatan proses. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian di tempat mengajar. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah kemampuan membaca pemahaman siswa SMK di kelas X dapat ditingkatkan dengan pendekatan proses dalam pembelajaran membaca?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui proses dan produk. Dari segi proses, penelitian ini dapat dilihat dari indikator keberhasilannya melalui kegiatan, interaksi, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran membaca. Kemampuan siswa yang meningkat dalam membaca akan tampak dalam interaksi siswa terhadap guru yang terkait dengan bahan bacaan. Motivasi siswa yang baik dalam membaca akan membuat siswa lebih mudah memahami suatu bacaan. Dari segi produk, indikator penelitian ini adalah peningkatan nilai tes membaca pemahaman siswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman secara lebih baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan proses.

D. Manfaat Penelitian

Penelitain ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. 1. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan dapat meningkatkan kemampuannya

dalam membaca pemahaman dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan nilai tes, di samping menumbuhkan budaya ‘gemar baca’ pada diri siswa. 2. Bagi guru pengampu bahasa Indonesia di sekolah, penelitian ini adalah suatu

usaha untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada. 3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari penyelesaian skripsi yang

dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hasil yang lebih baik.


(25)

6

4. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah secara konkrit untuk meningkatkan kualitas proses belajar.


(26)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian Sutrisno (2006) yang berjudul

Meningkatkan

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode

Klos Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri

dibahas masalah pembelajaran di kelas yang menggunakan uji rumpang. Metode uji rumpang disebut juga metode Klos. Metode ini dipilih untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbatasan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna.

Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat independen 18%, tingkat instruktional 38% dan pada frustasi 44%. Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat independen 78%, tingkat instruksional 18%, dan tingkat frustasi 4%. Hasil penelitian pada siklus III mengalami peningkatan yaitu rata-rata kecepatan efektif membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100%. Kesimpulan penelitian Sutrisno adalah efektivitas membaca cepat dapat ditingkatkan menggunakan metode klos.


(27)

8

menemukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Adapun masalah yang akan diteliti dan dicari pemecahannya dibatasi pada peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa secara proses dan hasil. Tindakan yang dipilih adalah model pembelajaran membaca dengan pendekatan proses.

B. Konsep Dasar Membaca

Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), membaca merupakan suatu proses transaktif ketika pembaca menegosiasikan makna atau interpretasi. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa selama membaca makna tidak datang dengan sendirinya dari teks ke pembaca, tetapi di dalam membaca terjadi negosiasi yang kompleks antara teks dan pembaca yang ditentukan oleh konteks situasi langsung dan konteks sosiolinguistik yang luas. Konteks situasi langsung meliputi pengetahuan pembaca tentang topik bacaan. Tujuan membaca dan faktor lain yang terkait dengan situasi. Konteks sosiolinguistik yang luas meliputi masyarakat bahasa tempat pembaca tinggal dan menjadi pengguna bahasa itu dan harapan pembaca terhadap kegiatan membaca yang didasarkan atas pengalamannya yang terdahulu.

Keterampilan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), sebagai suatu proses, membaca mencakup (a) proses visual, (b) proses berpikir, (c) proses psikomotorik, (d) proses metakognitif. dan (c) proses teknologi. Sebagai suatu proses visual, dalam membaca terjadi pergerakan mata. Mata pembaca membuat fiksasi dan


(28)

melompat dari satu fiksasi ke fiksasi lain dalam gerakan cepat. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, dan pemberian kritik. Pengenalan kata meliputi keterampilan untuk membaca kata dengan cepat dan tepat tanpa bantuan kamus. Pemahaman literal meliputi keterampilan untuk memahami kata dan memahami pengelompokkan kata-kata tersebut ke dalam frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Pada pemahaman literal ini, pembaca juga mencoba memahami maksud penulis sehingga pembaca dapat membuat kesimpulan dan memberikan tanggapan terhadap bacaan. Pada pemberian kritik, pembaca menciptakan ide-ide orisinal.

Sebagai suatu proses psikomotorik, dalam membaca terjadi interaksi antara pikiran dan bahasa. Selama proses ini, skemata sangat membantu pembaca dalam menyusun makna. Pengetahuan pembaca tentang fonologi, semantik. sintaksis sangat membantu pembaca dalam memahami dan menginterpretasi pesan. Sementara itu, sebagai suatu proses metakognitif, kegiatan membaca mencakup perencanaan, penentuan strategi, pemantauan, dan penilaian. Dalam membaca, pembaca mengidentifikasi tugas-tugas dalam membaca, menentukan strategi untuk memahami bacaan, memantau pemahaman, dan menilai keberhasilan.

Sebagai suatu proses teknologi, kegiatan membaca dapat mencakup interaksi pembaca dengan komputer. Dengan menggunakan program tertentu, komputer dapat mengucapkan kata-kata untuk pembaca dan dapat membaca seluruh bacaan dengan berbagai macam dan karakteristik suara. Dilihat sebagai hasil, dalam membaca terdapat pencapaian komunikasi pikiran dan perasaan


(29)

10

pembaca dengan penulis (Syamsi, dkk.: 2005). Komunikasi ini terjadi karena terdapat kesamaan pengetahuan dan asumsisi antara pembaca dan penulis. Komunikasi sangat tergantung pada pemahaman yang diperoleh pembaca dalam semua proses membaca.

C. Macam-macam Membaca

Pada jenjang pendidikan SMK pembelajaran membaca pemahaman lebih ditekankan dalam upaya membantu siswa menguasai berbagai konsep dalam berbagai bidang studi. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan dalam memahami teks bacaan dengan menangkap setiap makna yang dibacanya agar dapat memiliki tingkat kemampuan membaca yang efektif dan efesien. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilaksanakan untuk memahami teks bacaan.

Berdasarkan tata caranya, membaca terbagi atas membaca keras dan membaca dalam hati. Membaca juga dibedakan atas beberapa jenis sesuai tujuan yang hendak dicapainva. Macam membaca tersebut antara lain membaca estetis, kritis, sintopis, dan komprehensif. Membaca estetis lebih ditujukan untuk membaca karya sastra untuk tujuan hiburan. Membaca kritis dan sintopis diarahkan pada mencari informasi dan memberi tanggapan terhadap bacaan tersebut. Membaca komprehensif atau membaca pemahaman adalah membaca yang ditujukan untuk memahami bacaan sesuai kebutuhan dan harapan penulisnya.


(30)

D. Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dan bahasa pembaca dengan pikiran dan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis.

Dengan demikian, membaca pemahaman adalah suatu kegiatan dalam memahami teks bacaan dengan menangkap setiap makna yang dibacanya agar dapat memiliki tingkat kemampuan membaca yang efektif dan efesien. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus menerus, dan berkelanjutan.

Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilaksanakan untuk memahami teks bacaan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak fakor yang mempengaruhi keberhasilan membaca pemahaman. Dalam Farida (2007 : 3 – 4), prinsip- prinsip membaca pemahaman yang didasarkan pada penelitian adalah: (1) prosedur penelitian pemahaman merupakan proses kontruktivisme sosial, (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikuler yang membantu perkembangan pemahaman, (3) guru membaca profesional (unggul) mempengaruhi belajar murid, (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca, (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks bermakna, (6) murid menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas, (7) perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca, (8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, (9) strategi


(31)

12

dan keterampilan membaca bisa diajarkan, (10) assesment yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Tujuan setiap pembaca adalah memahami isi bacaan yang dibacanya. Adapun tujuan membaca dalam Rahim ( 2007: 11-12) mencakup: a) kesenangan; b) menyempurnakan membaca nyaring; c) menggunakan strategi tertentu; d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui; f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan; i) menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik

Indikator pemahaman terhadap teks, siswa diharapkan dapat mengetahui isi bacaan, mengetahui isi bacaan, menemukan ide pokok, menemukan kata sukar dan kata ulang. Selain itu, siswa juga dapat menulis pemahaman dan merespons yang berkaitan dengan teks.

Membaca pemahaman adalah membaca agar proses penyerapan ilmu atau informasi dapat dilakukan. Membaca pemahaman dilakukan agar siswa mampu mengungkapkan gagasan utama, gagasan penjelas/perincian dari tiap gagasan utama, serta dapat mengungkapkan deskripsi. Selain itu juga dapat mengungkapkan pendapat dan simpulan dalam wacana argumentasi. Mengungkapkan fakta/data pendukung terhadap pendapat dan simpulan dalam bacaan, dan memberi kritik dengan argumen yang tepat terhadap pendapat, simpulan, dan fakta pendukung.


(32)

Gagasan penulis dalam bacaan dapat dibedakan atas gagasan utama dan gagasan penjelas. Lazimnya, gagasan utama dituangkan dalam kalimat topik, sedangkan gagasan penjelas dituangkan dalam kalimat penjelas. Gagasan utama dan gagasan penjelas tersebut dituangkan dalam sebuah paragraf.

Dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat yang lebih umum daripada kalimat yang lain. Kalimat topik lebih penting dari kalimat lain karena kalimat itu berisi gagasan utama. Kalimat-kalimat yang lain berisi kalimat penjelas. Biasanya kalimat topik berada di awal atau di akhir paragraf. Akan tetapi, ada pula gagasan utama yang dituangkan pada keseluruhan kalimat dalam paragraf, bukan hanya pada kalimat topik.

E. Pendekatan Proses

Menurut Tomkins dan Hoskisson (1995) dalam laporan penelitian Syamsi, dkk. (2005:11), pendekatan proses adalah suatu pendekatan yang lebih mengutamakan adanya proses dalam suatu kegiatan. Pendekatan proses melibatkan berbagai tahapan dan langkah yang berangkai dari persiapan membaca, membaca, merespons, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretasi. Pendekatan proses tidak semata menginginkan hasil akhir dari suatu kegiatan, tetapi lebih menekankan tentang proses pencapaian hasil tersebut. Pendekatan ini telah diolah dan diterapkan dalam kegiatan menulis maupun membaca.


(33)

14

digunakan dalam pembelajaran, sedang teknik dalam pendekatan ini adalah menggunakan teknik pemberian tugas. Menurut Paul C. Burns (1984: 311) salah satu proses membaca digunakan untuk mengembangkan pemahaman terhadap teks yang dibacanya. Dengan menggunakan tahap-tahap membaca siswa dapat menemukan kata-kata sukar dan memahami isi bacaan.

Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah oleh guru ditentukan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya adalah pendekatan. metode, dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya, tetapi pengertian ketiganya sering dikacaukan.

Dalam penelitian Syamsi, dkk. (2005), dijelaskan bahwa pendekatan mengacu pada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan atau prinsip pembelajaran bahasa (Syafi'ie, 1994: 17). Pendekatan bersifat aksiomatis. Artinya, kebenaran konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai asumsi, kebenarannya tidak perlu dipersoalkan lagi. Sementara itu, metode diartikan sebagai perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur. Metode bersifat prosedural, artinya bahwa penerapan suatu metode harus dilakukan dalam proses yang bertahap. Teknik (technique) atau strategi merupakan bagian pembelajaran yang paling sempit cakupannya, lebih mengarah pada cara pembelajaran yang dilakukan, lebih kongkret, dan merupakan penjabaran dari metode. Strategi lebih mengacu pada implementasi perencanaan pembelajaran di depan kelas.


(34)

sebab pendekatan adalah dasar dari keberlangsungan pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan sesuai alur untuk mencapai tujuan yang diharapkan jika menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Di dalam pembelajaran bahasa terdapat banyak pendekatan, antara lain pendekatan komunikatif, cooperative learning, whole language, pendekatan terpadu, dan pendekatan proses.

F. Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses

Pembelajaran membaca dengan pendekatan proses membaca meliputi tahap-tahap (1) persiapan untuk membaca, (2) membaca, (3) merespons, (4) mengeksplorasi teks, dan (5) memperluas interpretasi.

Proses membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan langsung membaca tetapi melalui tahap persiapan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan proses adalah: (1) memilih teks, (2) menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, (3) memprediksi isi teks, dan (4) mengadakan tinjauan pendahuluan terhadap teks.

Tahap kedua adalah proses membaca. Dalam proses membaca siswa membaca teks secara keseluruhan. Ada lima macam model membaca (Syamsi,dkk.2005), yakni 1) membaca nyaring (r e adi ng al o u d), 2) membaca bersama (s h a r e d reading), membaca berpasangan (buddy reading), 4) membaca terbimbing (guided reading), dan 5) membaca bebas (independent reading). Sudah barang tentu, dapat dipilih salah satu di antara


(35)

16

kelima model membaca tersebut secara bervariasi.

Pada tahap ketiga adalah merespons. Pada tahap ini, siswa memberi respons terhadap kegiatan membaca mereka dan terus berusaha memahami isi. Ada dua langkah yang dapat dilakukan siswa untuk tahap ini (Syamsi, dkk., 2005), yakni 1) menanggapi dalam format membaca, dan 2) berpartisipasi dalam percakapan klasikal. Pertanyaan singkat untuk memancing pemahaman bacaan siswa juga dapat dilakukan.

Setelah memberi respons, tahap selanjutnya para siswa kembali mengeksplorasi teks untuk menggali isinya lebih dalam lagi. Para siswa dapat melakukan langkah-langkah: 1) membaca ulang buku/bacaan, 2) menguji keahlian khusus penulis (the author's craft), 3)mempelajari kosakata baru, dan 4) berpartisipasi dalam diskusi yang dikoordinasi guru.

Tahap terakhir dalam proses membaca, yakni memperluas interpretasi, dengan melakukan kegiatan-kegiatan: 1) memperluas interpretasi dan pemahaman, 2) merefleksikan pemahaman, dan 3) menilai pengalaman membaca (Syamsi, dkk., 2005). Ketiga kegiatan itu dapat dilakukan dengan melibatkan keterampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara dan menulis. Kegiatan seperti bermain peran/drama atau melakukan tugas/proyek khusus juga dapat dilakukan. Jika dilihat kembali tahap-tahap membaca seperti di atas, tampak bahwa terdapat begitu banyak kegiatan. keterlibatan siswa dalam setiap kegiatan ini sangat berharga dan berguna untuk perkembangan keterampilan membaca.


(36)

benar-benar belajar bagaimana caranya membaca. Mereka tidak hanya belajar bagaimana membunyikan tulisan, tetapi mereka juga belajar bagaimana memilih bacaan yang menarik. melakukan kegiatan membaca dengan berbagai bentuk, memberi respon, menggali bacaan secara lebih mendalam, serta melakukan kegiatan lanjutan untuk lebih dapat memahami bacaan. Setiap kesulitan selalu dipecahkan dengan bantuan orang-orang lain baik teman sekelompok, sekelas, maupun guru.

Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap bacaan yang dibacanya juga akan menjadi lebih baik. Siswa akan lebih menyerap dan mengerti isi bacaan. Antusias dan minat siswa pada kegiatan membaca pun akan tergerak. Kebosanan dalam pelajaran membaca dapat teratasi dengan memunculkan banyak keterlibatan dan rasa ketertarikan siswa untuk membaca. Hal ini menjadi suatu dukungan kuat bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan membacanya.

G. Kerangka Berpikir

Dalam penelitan Sutrisno (2006), telah dibahas tentang kecepatan efektif membaca menggunakan metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbatasan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan membaca, sehingga peneliti menyusun kerangka berpikir penelitian ini, yaitu kemampuan membaca pemahaman di Sekolah Menengah Kejuruan dengan pendekatan proses.


(37)

18

Muhammadiyah 2 Salam masih kurang. Hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu media atau buku bacaan yang kurang menarik yang tersedia di sekolah, penggunaan model pembelajaran yang kurang inovatif dalam pembelajaran membaca, pembelajaran membaca siswa cenderung hanya disuruh menganalisis isi bacaan dan menjawab pertanyaan dengan siswa membaca kembali bagian yang berisi jawaban pertanyaan isi bacaan, dengan demikian proses membaca dilakukan berulang-ulang sebanyak jumlah pertanyaan isi bacaan.

Kondisi semacam ini tentu sangat mengganggu mentalitas siswa untuk menggali pengetahuan dengan membaca. Oleh karena itu, agar tidak berlanjut kondisi tersebut perlu dicarikan solusi yang dapat menyadarkan siswa membaca tanpa terbebani dengan kegiatan rutinitas yang membosankan. Salah satu solusi yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan model pendekatan proses dalam pelaksanaan model pembelajaran yang inovatif. Model ini diyakini dapat mengembangkan berbagai aspek pada diri siswa.

H. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bahwa dengan pembelajaran membaca yang menerapkan pendekatan proses dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami bacaan menjadi lebih baik. Dengan model belajar membaca menggunakan pendekatan proses yang melibatkan siswa secara aktif dan menuntut adanya tahapan membaca


(38)

yang secara tidak langsung akan dapat membuat siswa lebih terampil membaca, siswa juga akan memiliki rasa gemar membaca.


(39)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Salam, dimulai pada bulan Juli 2011. Lokasi strategis karena terletak diantara jalan Yogyakarta-Magelang tepatnya di Krakitan, Sucen, Salam, Magelang.

Penentuan kelas X Teknik Audio-Video sebagai subjek penelitian didasarkan atas dialog bersama antara peneliti dengan kolega di sekolah. Penelitian dilakukan secara mandiri di kelas tersebut yang memungkinkan dan berpotensi untuk dijadikan tempat penelitian. Pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah 2 Salam yang

duduk di kelas X Jurusan Teknik Audio – Video berjumlah 25 siswa. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai peneliti merasakan bahwa kelas ini paling bermasalah dalam pelajaran bahasa Indonesia, begitu juga dalam mata pelajaran lain. Siswa kelas iniagak malas diberi materi pelajaran. Para siswa cenderung nakal, banyak bicara, tidak s e m a n g a t b elajar, dan kemampuannyapun kurang. Dalam hal membaca juga demikian. Mereka kadang tidak serius dalam mengikuti pelajaran dan tidak patuh terhadap guru. Hal ini menjadi kendala bagi peneliti,


(40)

sehingga kelas ini dijadikan sebagai subjek penelitian. Adapun objek penelitian tindakan ini adalah kemampuan membaca pemahaman siswa.

C. Deskripsi Tahapan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan. Dalam tahap persiapan ini dipersiakan berbagai keperluan penelitian. Seperti instrumen penelitian, perencanaan waktu tindakan, penentuan subjek penelitian, dan sebagainya. Instrumen yang disiapkan berupa lembar observasi, lembar dan panduan catatan lapangan, lembar dan panduan refleksi, tes awal dan akhir, serta dokumentasi penelitian.

Pada tahap berikutnya, guru mengajar seperti biasa dan ditunggui oleh kolega sebagai observer di kelas. Hasil pengamatan prasurvei ini menjadi potret pembelajaran membaca oleh guru dan menampilkan kondisi serta kemampuan siswa pada saat sebelum tindakan diberikan melalui pendekatan proses. Observer ikut dalam pelajaran di kelas dan mengamati kondisi belajar di kelas. Selain penilaian proses dilakukan pula penilaian hasil. Untuk melihat kemampuan siswa secara produk atau hasil, pada saat itu dilakukan tes membaca pemahaman pada siswa.

Berdasar temuan yang ada dalam prasurvei, dilakukan perencanaan untuk pemberian tindakan. Perencanaan dilakukan secara umum, meliputi semua tahapan hingga pencapaian hasil yang diharapkan, dan perencanaan khusus yang mencakup rencana tiap tindakan dalam siklus. Perencanaan khusus pada tiap siklusnya lebih spesifik lagi, mencakup tindakan yang diberikan, kesiapan


(41)

22

materi dan media. serta hal lain yang dibutuhkan dalam tindakan dan pengamatan. Kegiatan perencanaan kadang bersamaan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan secara informal.

Pelaksanaan waktu tindakan menyesuaikan dengan jadwal akademik sekolah. Penelitian ini rencananya menggunakan tiga siklus. Masing-masing siklus memuat tindakan yang sama, yakni membelajarkan membaca menggunakan model pendekatan proses. Hanya saja nanti tiap siklus mengalami perubahan tindakan dengan mempertimbangkan beberapa pencapaian hasil yang diharapkan.

Guru mengharapkan siswanya terampil membaca sekaligus terlibat aktif dalam proses belajar, sehingga mereka memiliki keterampilan membaca secara proses dan produk. Kegiatan tindakan bersamaan dengan observasi atau pengamatan.

Selama tindakan dilakukan, guru lain menjadi observer di samping guru kelas juga melakukan observasi. Hal yang diamati dalam penelitian ini mencakup aspek penerapan model oleh guru, sikap — interaksi — antusias — aktivitas siswa dalam proses belajar, dan kemampuan siswa secara proses. Dalam kegiatan observasi, observer menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan untuk menulis data yang ada. Semua data yang diambil berorientasi pada upaya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca yang menggunakan model pendekatan proses yang dilihat dari proses belajar di kelas.

Selanjutnya hasil observasi dijadikan bahan refleksi yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengamatan dan data lainnya menjadi bahan refleksi. Kegiatan


(42)

refleksi mengungkap data yang berupa keberhasilan dan kekurangan dalam tindakan yang telah ada. Hasil refleksi digunakan sebagai acuan dalam perencanaan siklus yang selanjutnya. Siklus yang berikutnya merupakan perbaikan dari siklus yang sebelumnya dalam hal tindakan ataupun yang lain berdasarkan efek yang ditimbulkan atau hal lain yang terjadi pada siswa. Tindakan dalam tiap siklus mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan hasil refleksi.

Penelitian ini dilakukan dengan adanya musyawarah dengan guru lain sebagai observer. Validitas penelitian tindakan yang diacu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Burns (1999: 161-162) yaitu 1) validitas demokrasi

(democratic validity), 2) validitas proses (proses validity), dan 3) validitas dialogis (dialogic validity). Peneliti, observer, dan siswa, terlibat dalam penelitian dan diberi kebebasan untuk menyatakan pendapatnya. Validitas proses dicapai dengan cara peneliti secara intensif dalam semua kegiatan yang terkait dengan proses penelitian. Validitas dialogis terlihat pada kegiatan klarifikasi, dan analisis data untuk memperoleh kesepakatan. Dialog juga dilakukan dengan siswa untuk mendapat refleksi hasil kegiatan.

Setelah usai siklus ketiga, peneliti merasa bahwa telah mencapai sasaran dan puas akan tindakan yang diberikan. Peneliti merasa penelitian ini cukup sampai pada tindakan di siklus ketiga. Selanjutnva kemampuan membaca pemahaman siswa diukur dengan pemberian tes akhir setelah tindakan sehingga memperoleh nilai sesuai dengan KKM. Tes dibuat dalam dua bentuk yang terpadu, yaitu bentuk pilihan ganda dan esei. Tes disusun


(43)

24

berdasar perpaduan taksonomi Bloom dan Barrett mencakup ranah kognitif dan afektif.

Analisis data yang berdasar pengamatan dilakukan selama proses penelitian, dari awal tindakan sampai akhir tindakan. Untuk data yang diperoleh dari hasil tes dianalisis di akhir penelitian dengan membandingkan hasil keduanya. Dari pengamatan dan penilaian proses produk dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan membaca siswa. Dengan demikian indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan secara proses dan produk. Peningkatan kemampuan yang dilihat melalui proses juga mencakup adanya perubahan sikap, interaksi, dan aktifnya siswa dalam proses belajar yang membuat siswa semakin mampu memahami bacaan. Keberhasilan secara produk t a m p a k dalam hasil tes pemahaman bacaan siswa yang dilakukan di awal dan akhir tindakan. Tes awal dan akhir dibuat dengan tingkat kesulitan yang sama, namun bacaannya berbeda.


(44)

Berikut tampilan visual tahapan atau prosedur penelitian ini.

Prosedur penelitian PTK Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS III Pelaksanaan

Refleksi

Perencanaan

Pengamatan


(45)

26

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

pengamatan, wawancara, dan tes membaca pemahaman. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data berupa gambaran proses pembelajaran membaca.

lnstrumen yang digunakan untuk hal itu adalah human instrumen, peneliti yang dalam hal ini adalah guru bahasa Indonesia di sekolah, guru memegang kendali atas jalannya penelitian. Kerja peneliti maksimal dalam pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Selain itu, instrumen lainnya dalam pengamatan adalah lembar pedoman observasi dan lembar catatan lapangan. Semua data yang diperoleh pada saat observasi direkam dalam instrumen tersebut.

Selain pengamatan di kelas, data penelitian juga diperoleh melalui wawancara dengan siswa dan guru sebagai observer. Kegiatan wawancara dilakukan untuk menjaring data yang tidak terlihat/tertulis dalam pengamatan. seperti perasaan dan komentar siswa terhadap perubahan model belajar membaca. Untuk menjaring data dari siswa juga dilakukan dengan pemberian angket.

Teknik pengumpulan data yang berupa kemampuan siswa diperoleh dengan cara pengamatan penilaian proses selama kegiatan pembelajaran dan dengan pemberian tes membaca pada saat sebelum tindakan dan setelah tindakan. Instrumennya adalah tes membaca pemahaman. Bentuknya Pilihan Ganda dan Esai. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan proses, kemudian dilakukan penilaian tiap siklus dalam bentuk esai untuk


(46)

meningkatkan kemampuan dalam olah pikir pendapat individual, memperluas wawasan, mengeksplorasi pengalam pribadi, dan mengekspresikan gagasan.

E. Teknik Analisis, Keabsahan, dan Validitas Data

Data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara. dan penilaian proses dianalisis secara kualitatif. Analisis dilakukan secara kontinyu selama proses penelitian, dan dianalisis dari hasil keseluruhan di akhir penelitian. Untuk data yang berupa hasil tes, dilakukan analisis kuantitatif dengan membandingan kuantitas dan kualitas jawaban siswa sebelum adanya tindakan dansesudah diberikannya tindakan. Kegiatan analisis dilakukan secara bersama antara peneliti dan guru observer.

Keabsahan data berasal dari lembar observasi, catatan lapangan, data wawancara, dan angket saling dicocokkan. Demikian juga dengan hasil analisis hasil tes pemahaman membaca. Proses validitas penelitian ini dilaksanakan dengan semua subjek yang terkait meliputi peneliti, kolaborator, dan siswa secara berkesinambungan. Validitas dialogis dengan kolaborator dan siswa juga dilakukan untuk memperoleh refleksi hasil kegiatan.

Indikator keberhasilan dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi peningkatan dalam kualitas jawaban esai sehingga nilainya juga meningkat. Peningkatan nilai diukur menggunakan kriteria penilaian jawaban siswa dalam kemampuan olah pikir pendapat individual siswa atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan, kemampuan siswa dalam memperluas wawasan dari bacaan, kemampuan siswa dalam mengeksplorasi pengalaman pribadi dan


(47)

28

pengalaman membaca sebelumnya, dan kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada. Dari siklus kedua ke siklus ketiga nilainya juga meningkat mencapai 75 atau lebih sejumlah 20 siswa dari 25 siswa.


(48)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, penyajian meliputi laporan prasurvei (kondisi awal). Laporan siklus tindakan, hasil penelitian, dan pembahasan. Laporan prasurvei akan menunjukkan kondisi awal subjek dan objek penelitian sebelum tindakan dilakukan. Laporan siklus tindakan dalam penelitian ini terdiri atas siklus pertama, kedua, dan ketiga. Setelah itu akan ditampilkan hasil penelitian secara umum dan pembahasan.

A. Prasurvei (Kondisi Awal)

Sesuai dengan rencana, kegiatan prasurvei telah dilakukan pada hari Senin tanggal 1 Oktober tahun 2011, tepatnya jam ke 6 – 7. Pada hari tersebut guru akan mengajarkan materi membaca. Guru mengajarkan membaca dengan model yang biasa digunakan. Dalam prasurvei ini, pengamatan dilakukan oleh satu orang observer yang ikut masuk di kelas. Observer adalah guru di sekolah, sehingga kehadiran mereka di kelas tidak mengganggu para siswa.

Hasil pengamatan prasurvei ini menunjukkan bahwa kondisi belajar siswa tidak kondusif. Berdasar catatan lapangan yang dibuat observer, siswa tampak kurang bergairah belajar. Mereka tidak semua terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagian siswa saja yang menurut dan mengikuti pelajaran. Banyak siswa yang tampak kurang serius belajar, bahkan tidak mengikuti pelajaran. Mereka tampak malas-malasan dan tidak suka mengikuti pelajaran.


(49)

30

buku paket. Bacaan yang dijadikan bahan ajar diambil dari buku paket seperti biasanya. Pembelajaran pun sangat terbimbing oleh guru. Guru masih menjadi faktor yang dominan dalam pembelajaran di kelas. Dalam pengamatan terlihat bahwa guru menugasi siswa membaca dalam hati secara klasikal, setelah itu beberapa siswa disuruh bercerita di depan kelas tentang isi bacaan. Ada beberapa siswa yang lancar, tetapi banyak yang tidak. Tampaknya siswa kurang semangat dan kurang senang membaca. Tidak semua siswa mendapat giliran tampil ke muka, sehingga banyak yang santai dan ramai sendiri. Kondisi kelas tidak serius belajar, terkesan membosankan, dan terkesan tidak terkendali.

Pada saat guru bertanya tentang isi bacaan pada siswa, hanya sedikit siswa yang merespons. Itu pun secara klasikal dan didorong oleh guru. Dari kualitas jawaban siswa juga menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menjawab dengan baik. Mereka juga menjawab dengan ragu dan belum dapat memperluas pemahamannya terhadap bacaan.

Berikut vignette kondisi awal yang dapat diamati observer.

Senin,10 Oktober 2011 pukul 11.00 WIB observer memasuki ruang kelas dengan terburu. Di kelas telah ada guru pengajar di depan kelas yang baru saja memulai pelajaran. Lalu observer duduk di bangku belakang yang kosong. Saat observer telah dibangku, Guru pengajar sedang menyuruh siswa untuk membuka buku paketnya halamn 39-41. Setelah itu siswa ditugasi untuk membaca dalam hati semuanya dan siswa disuruh menemukan kata sukar dari bacaan lalu menceritakan isi bacaan dengan kalimat dan kata-katanya sendiri.


(50)

Awalnya siswa menurut dan suasana kelas tenang. Beberapa saat kemudian tampak hanya sedikit siswa yang serius membaca sendiri, ada yang membaca dengan tiduran, ada yang melamun ada yang sambil bersandar di dinding, ada yang asyik melihat keluar jendela, ada yang bertopang dagu, dan beberapa malah tampak tiduran tidak membaca. Ketika guru pengajar menanyakan ada tidaknya kata sukar dan menyuruh siswa bersiap bercerita di depan kelas, para siswa tersentak. Lalu keadaan sedikit ramai, hanya sedikit siswa yang menanyakan kata sukar.

Beberapa siswa tampil ke depan, bercerita tentang isi bacaan. Banyak siswa yang masih tersendat dan tidak tuntas mengingat isi bacaan. Kalimat dan isi bacaan mereka juga masih belum lepas dari bacaan aslinya. Ketika ada siswa yang tampil, siswa lainnya sebagian memperhatikan dan sebagian lain asyik bercerita sendiri. Pengajar hanya duduk di bangkunya sehingga tidak lama kemudian para siswa mulai rebut, banyak yang bercakap-cakap dengan temannya, dan ada yang lempar-lemparan kertas. Guru telah menegur tetapi tetap ramai namun sudah berkurang. Akhirnya, pengajar menghentikan kegiatan bercerita di depan dan memberikan pertanyaan atas isi dan pemahaman bacaan kemudian siswa diam. Setelah beberapa kali guru memberi umpan, ada beberapa siswa yang menjawabnya. Namun, jawaban siswa masih belum meluas, sangat terbatas dari bacaan saja. Akhirnya, guru mengakhiri pelajaran dan memberikan suatu tawaran ke siswa untuk mencari bacaan lain, dan siswa pun menaggapi dengan jawaban mengiyakan serentak. Guru membagi lembaran untuk tes awal.dan siswa diminta untuk mengerjakan, setelah selesai lalu dikumpulkan kemudian guru menutup


(51)

32

dengan salam dan sebagian siswa berhamburan keluar kelas.

B. Laporan Siklus Tindakan

Laporan Siklus I a. Perencanaan I

Setelah pelaksanaan prasurvei maka peneliti berdialog dengan observer untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Seperti telah dikemukakan di awal, bahwa perencanaan dalam penelitian ini terdiri atas penelitian umum dan khusus. Perencanaan umum meliputi persiapan guru dengan model belajar pendekatan proses, fokus pengamatan dalam observasi, dan berbagai media, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian, dan pengukuran kemampuan siswa.

Perencanaan siklus I dilakukan pada 10 Oktober 2011. Perencanaan khusus tindakan siklus I difokuskan pada kesiapan tindakan peneliti dengan model pendekatan proses. Dalam tindakan ini peneliti menerapkan model membaca dengan pendekatan proses yang meliputi beberapa langkah. Hal ini tentunya perlu pemahaman peneliti karena tidak seperti pembelajaran yang biasa di terapkan. Perencanaan juga mencakup jadwal waktu untuk tindakan I. Selain itu persiapan lainnya adalah tentang bahan yang tidak hanya dari buku paket, tetapi dari sumber lain. Persiapan observer dengan alat-alatnya juga dilakukan, termasuk pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam membaca.


(52)

Implementasi tindakan pada siklus pertama dilakukan pada hari Senin 10 Oktober 2011, jam ke- 5 (10.15 – 11.00 WIB). Dalam siklus pertama ini, peneliti mulai memberikan pembelajaran membaca yang menggunakan model pendekatan proses. Peneliti mengubah pola pembelajaran membaca yang dulu digunakannya dan menerapkan rangkaian proses dalam kegaiatan membaca, yang meliputi tahap prabaca, tahap membaca, tahap merespon, tahap mengeksplorasi teks, dan tahap memperluas interpretasi. Tindakan pertama ini juga menggunakan bantuan media bahan yang telah digandakan.

Pelaksanaan tindakan siklus I berjalan lancar. Hanya saja guru lupa menjelaskan langkah prabaca dalam model pendekatan proses. Namun, dari pihak siswa ada peningkatan sikap dan suasana kelas meskipun belum terlalu baik. Dalam tindakan ini siswa mulai diajak berpikir dan memahami bacaan secara mendalam tidak seperti cara yangbiasa mereka pelajari selama ini. Hal ini yang membuat siswa dapat diarahkan dan mulai perhatian pada pelajaran membaca.

Bersamaan dengan tindakan dilakukan pula observasi. Observasi tindakan yang pertama ini dilakukan oleh gurunya sendiri. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan instrumen catatan lapangan, lembar observasi, dan foto dokumentasi. Adapun deskripsi proses pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama yang terekam dalam catatan lapangan dan lembar observasi pengamatan dapat terlihat dalam vignette berikut.

Senin, 17 Oktober 2011, pengamat/Observer memasuki kelas bersama dengan guru pengajar. Observer lalu mengambil tempat di belakang seperti


(53)

34

biasanya. Pukul 10.15 WIB tepat pelajaran dimulai. Guru memerintahkan para siswa agar berdoa lebih dulu untuk mengawali pelajaran.

Lalu guru mulai dengan menyuruh siswa menentukan bacaan yang akan dibacanya. Pilihan yang ditawarkan adalah bacaan buku paket, lembar kerja siswa, dan sebuah potongan berita koran. Akhirnya, siswa menentukan yang potongan berita. Kelas yang semula agak gaduh mulai menjadi tenang ketika guru pengajar membagikan lembar bacaan tersebut. Tidak lama kemudian, guru menuliskan tugas di papan tulis untuk siswa. Siswa ditugasi untuk membaca bacaan tersebut lalu mencari ide pokok tiap paragraf, menemukan kata sukar, dan menentukan jenis paragraf yang ada. Akhirnya, kelas menjadi tenang ketika semua siswa membaca. Beberapa siswa tampak serius membaca dan hanya sedikit yang tampak malas dan sesekali berbicara sendiri dengan temannya. Setelah agak lama guru memancing beberapa pertanyaan responsif isi teks pada siswa, dan siswa menanggapinya serta memberi merespons.

Pengajar membagikan lembar kerja yang mengarahkan pada bentuk paragraf dan isi bacaan. Siswa juga mempelajari kata sukar dari bacaan. Para siswa mulai tampak lebih serius membaca. Tetapi masih ada yang tengok kanan kiri. Selang beberapa saat kelas tenang dan siswa berkonsentrasi mempelajari bacaan. Siswa juga mulai mampu menjawab pertanyaan guru dan mendalami bacaan dengan lebih baik meskipun belum terlalu luas ke bidang lain.

Bel pelajaran berbunyi tanda pelajaran pertama dan sebagian siswa mulai gelisah. Guru melanjutkan dengan memberikan pengarahan dan penjelasan tentang jenis paragraf. Juga memberikan pertanyaan tentang bacaan. Siswa


(54)

menjawabnya dan sesekali berdiskusi dengan teman yang di dekatnya. Siswa sudah mulai menilai pengalaman membaca. Semakin menjelang akhir pelajaran, siswa semakin ramai. Akhirnya, bel untuk mengakhiri pelajaran berbunyi dan siswa mulai gaduh. Guru mengakhiri dengan mernberi tugas pada siswa dan menutnp pertemuan dengan salam.

c. Refleksi I

Setelah pelaksanaan tindakan siklus pertama dan pengamatan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah refleksi siklus pertama. Refleksi dilakukan oleh pengamat dan pengajar. Kegiatan ini terlaksana pada hari Jumat, 13 Oktober 2011 jam 10.00, ketika istirahat di ruang guru.

Berdasarkan hasil pengamatan, capaian keberhasilan dalam siklus pertama adalah sebagai berikut.

1) Siswa mulai tampak bersemangat, tertarik, dan perhatian pada pelajaran membaca. Siklus pertama ini siswa menunjukkan mulai aktif belajar sesuai perintah guru dan juga serius membaca meskipun tampak masih belum maksimal.

2) Kuantitas siswa yang merespons pertanyaan guru dan menanggapi umpan guru mulai meningkat. Mulai ada interaksi guru dan siswa yang terjalin. 3) Kualitas jawaban siswa lebih baik dan lebih terarah, meskipun masih terpaku

pada bacaan yang tersedia.

4) Media lembar yang terbagikan sangat menggugah minat siswa.


(55)

36

model yang dulu dan yang sekarang. Guru juga mulai bersemangat.

Adapun beberapa kekurangan yang dijumpai dalam penelitian ini, antara lain:

1) Tahapan tindakan belum lengkap, penjelasan langkah prabaca masih terlupakan sehingga siswa b e l u m optimal dalam penggalian isi bacaan dan aktivitas membacanya. Tahap prabaca tidak tuntas sehingga siswa tidak langsung antusias.

2) Guru masih kurang optimal dalam memberi perhatian kepada siswa secara menyeluruh, sehingga siswa yang duduk di belakang tampak santai dan tidak serius belajar.

Tentu saja siklus yang selanjutnya perlu memperbaiki kekurangan yang ada. Guru harus benar-benar memahami proses membaca dan mengelola kelas dengan menyeluruh.

2. Laporan Siklus II

a. Perencanaan II

Perencanaan siklus kedua yang dilakukan bersamaan refleksi siklus I terdapat beberapa hal penting dan menjelaskan yang terlupakan pada siklus sebelumnya. Salah satunya perencanaan tindakan yang matang. Guru harus benar-benar memahami langkah proses membaca. Selain itu, beberapa hal yang mendukung keberhasilan siklus pertama, seperti media, tetap dipertahankan untuk digunakan. Persiapan lebih banyak dicarikan dari sumber di luar buku paket. Guru mempersiapkan beberapa macam bacaan yang temanya sama.


(56)

Siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2011 jam 6 - 7 (11.00 - 11.45 WIB). Tindakan yang diimplementasikan pada siklus kedua masih sama, yaitu model belajar membaca dengan pendekatan proses. Hanya saja di siklus kedua ini beberapa hal penting yang belum dilakukan pada siklus pertama akan dibenahi. Tahapan yang terlupakan oleh guru dicoba dilakukan. Guru juga menerapkan kerja berpasangan bagi siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

Pada siklus kedua ini pengamatan masih menggunakan instrumen yang sama, berupa lembar catatan lapangan dan lembar observasi. Berikut vignette

yang menggambarkan kelas siklus kedua.

Senin 24 Oktober 2011, observer memasuki kelas X TAV jam keenam dan ketujuh (11.00 - 12.30 WIB) mengawali materi pelajaran dengan merangsang siswa melalui pertanyaan. Guru menanyakan kegiatan tentang hal yang digemari para siswa. Siswa mulai tetarik dan bersahutan menjawab dengan berbagai hal kegemarannya. Lalu guru menegaskan pada bidang seni.

Setelah itu, guru menerangkan kalau hari ini akan belajar membaca dengan tema kesenian. Guru pengajar menunjukkan beberapa potongan koran yang berupa berita terkait seni. Guru juga menawarkan pada siswa untuk menentukan bahan bacaan yang menarik buat mereka. Akhirnya para siswa memilih bacaan yang disenangi. Guru lalu membagikan bahan bacaan sementara ada siswa yang baru masuk ke kelas. Setelah semua siswa memegang media bacaan, guru menyuruh mereka menebak isi bacaan. Beberapa siswa memberi respons. Lalu siswa disuruh membaca bacaan dalam.hati, kemudian


(57)

38

tugas selanjutnya mempelajari kata sukar yang dijumpai dalam bacaan. Siswa juga mencari bentuk kata ulang dari bacaan tersebut. Siswa ditugaskan secara berpasangan. Dengan cepat mereka menyelesaikan tugasnya. Guru juga menerangkan secara singkat kata ulang dan terjadi interaksi yang baik di kelas. Dua siswa izin keluar di tengah pembelajaran. Guru juga mempertanyakan isi bacaan ke siswa. Mereka saling berdiskusi dengan pasangannya kemudian menulis hal-hal yang penting dan menjawab pertanyaan guru. Arahan jawaban sudah lebih kompleks dan meluas. Guru juga sudah mulai mengelilingi kelas dan merata perhatiannya. Hanya saja suara guru kurang menjangkau seluruh kelas. Para siswa di bangku belakang sering sekali mempertanyakan tugas guru pada kawan di depannya. Hal ini membuat siswa yang duduk di belakang kurang serius mengikuti pelajaran. 0bserver sempat juga berdialog singkat dengan siswa.

Menjelang berakhirnya pelajaran siswa mulai jenuh. Mereka tampak berbisik-bisik dan gelisah, bahkan ada beberapa siswa yang mulai jahil pada teman lainnya sehingga kelas menjadi ramai. Diakhir materi, guru menugasi siswa menjawab beberapa pemahaman bacaan dan dikumpulkan. Akhirnya, waktu pelajaran usai, siswa mengumpulkan tugas dan pelajaran selesai.

c.Refleksi II

Kegiatan refleksi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh pengajar dan kolega. Diskusi dilakukkn berdua di ruang guru pada tanggal 25 Oktober 2011 seusai tindakan dilakukan. Beberapa capaian keberhasilan dalam siklus kedua dapat dilihat sebagai berikut.


(58)

1) Siswa semakin tertarik dan mulai serius mengikuti pelajaran membaca. 2) Kuantitas siswa yang melakukan kegiatan baca dan merespons guru

semakin meningkat.

3) Media bahan bacaan dari sumber koran menarik bagi siswa.

4) Kerja berpasangan membuat siswa lebih bergairah, cepat belajar, interaktif, banyak diskusi, dan efisien waktu.

5) Kualitas jawaban siswa semakin baik. Jawaban siswa lebih panjang, terarah, dan meluas dari teks bacaan yang ada.

6) Suasana kelas yang baik dan menyenangkan mulai tercipta, meskipun masih ada kendala untuk siswa yang duduk di belakang.

Adapun beberapa kekurangan dalam tindakan siklus dua adalah:

1) Guru masih lupa dalam tahap membaca nyaring, padahal itu dapat menarik perhatian siswa dan membuat mereka tenang.

2) Suara guru kurang menjangkau semua penjuru kelas, sehingga beberapa siswa tidak memperhatikan pelajaran secara serius.

3) Evaluasi proses kearah interpretasi bacaan masih kurang baik dalam berbicara maupun menulis.

3. Laporan Siklus III a. Perencanaan III

Perencanaan siklus ketiga dilakukan bersamaan refleksi siklus kedua. 25 Oktober 2011. berbagai keberhasilan pada siklus kedua akan dipertahankan dalam siklus ketiga. Penggunaan media tetap dipertahankan dan beberapa kelemahan akan dicoba untuk diatasi. Guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring supaya


(59)

40

menarik perhatian, guru memperkeras suaranya, guru akan lebih banyak memancing respons siswa terhadap isi bacaan secara umum untuk menggali interpretasi mereka.

b. lmplementasi Tindakan dan Observasi III

Tindakan siklus tiga terlaksana pada hari Senin, jam pelajaran ke 6 — 7. Tindakan kali ini masih sama hanya disempurnakan dan memunculkan kerja kelompok kecil untuk rnenyelesaikan tugas siswa. Kerja berpasangan juga tetap ada hanya tidak sebanyak waktu siklus kedua. Semua tahapan dalam proses membaca diberikan oleh guru, meskipun tidak semua siswa merata melakukannya. Namun, semua siswa dapat mengikuti tahapan dengan baik.

Observasi di siklus ketiga ini juga dilakukan oleh guru pengajar dan kolega yang membagi daerah pengamatannya dalam kelas. Dengan demikian semua penjuru kelas dapat terlihat proses belajarnya. Vignette berikut menggambarkan situasi proses belajar dalam siklus tiga.

Senin, 31 Oktober 2011, observer telah di dalam kelas ketika guru pengajar memasuki ruang kelas. Siswa yang semula cukup ramai agak mereda kondisinya. Guru lalu membuka pelajaran dengan salam dan memulainya dengan membagikan bahan bacaan. Kali ini siswa tidak memilih bacaannya, tetapi bacaan yang dibagikan adalah bacaan yang mereka pilih sebagai pilihan kedua pada saat membaca yang lalu. Jadi secara tidak langsung mereka telah menentukan pilihan di waktu sebelumnya. Guru menuliskan tugas siswa di papan tulis untuk membaca teks, mencari 5W 1 H, dan menentukan informasi pokok. Sesaat siswa agak ramai, guru lalu menyuruh mereka merespons sekilas isi teks. Para siswa


(60)

menjawab dengan ramai. Lalu guru menghentikan keramaian, dan menyuruh siswa dan siswi untuk membaca nyaring di depan sementara yang lain menyimak.

Saat pembacaan nyaring, suasana tenang, semua siswa memperhatikan. Setelah usai guru menanyakan beberapa pertanyaan dan siswa menjawab dengan baik. Mulailah guru menugasi pencarian ide pokok yang dilakukan secara berpasangan. Tak lama kemudian guru menginstruksikan untuk membicarakan hasil kerja pasangan dalam kelompok kecil sekitar siswa. Mereka bebas beraktivitas, dan ada yang bertukar tempat mencari kelompok. Kelas sedikit ramai tapi siswa senang. Mereka mengerjakan tugas dengan baik. Suara guru lebih keras daripada pertemuan sebelumnya, guru mendekati siswa secara merata. Mereka masih aktif menjawab pertanyaan guru dan jawabannya pun lebih baik.

Hingga pelajaran hampir usai, siswa masih semangat, suasana tetap kondusif. Setelah guru menyuruh mereka menyelesaikan diskusi dan kembali ke tempatnya, siswa diberi soal tes akhir untuk dikerjakan dan dikumpulkan. Suasana kelas masih terkendali sampai bel pelajaran berbunyi. Guru pengajar menyuruh siswa mengumpulkan tugas lalu mengakhiri pertemuan dengan salam. c. Refleksi III

Refleksi siklus ketiga baru terlaksana tanggal 7 November 2011. Berikut beberapa hasil capaian yang dapat dilihat dari hasil refleksi siklus ketiga.

1) Tindakan telah dilakukan dengan sempurna dan menunjukkan hasil yang baik.


(61)

42

2) Semua siswa merasa, senang, tertarik, antusias, dan aktif dalam pembelajaran.

3) Siswa telah mampu memahami teks bacaan dengan lebih baik, mampu memperluas pemahaman dan interpretasi terhadap bacaan.

4) Kualitas dan kuantitas jawaban siswa atas pertanyaan guru meningkat dengan baik.

5) Hasil tes juga meningkat.

C. Hasil Penelitian

Pada penilaian siklus pertama siswa mampu berpendapat secara individual atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan. Siklus berikutnya siswa mulai meningkat kemampuannya dalam memperluas wawasan dari bacaan. Siklus terakhir siswa sudah mampu dalam mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, bahkan mampu mengeksplorasikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada.

Rangkaian siklus berakhir sudah pada siklus yang ketiga sebab dalam siklus ketiga tersebut telah dicapai suatu kondisi yang diharapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap data penelitian dari berbagai sumber (catatan lapangan, lembar observasi, hasil wawancara, dan angket, serta penilaian), terdapat beberapa penemuan dan hal penting atas pelaksanaan penelitian ini.

Beberapa hal penting yang diangkat dalam hal ini adalah tentang penerapan model pendekatan proses dalam membaca, kemampuan membaca


(62)

pemahaman siswa, kegiatan siswa dalam pembelajaran, dan suasana kelas yang terbentuk selama tindakan. Dalam tiga siklus yang dilampaui, terdapat perkembangan keadaan atas aspek-aspek tersebut. Hal ini merupakan hasil penelitian yang berarti sebagai upaya peningkatan kondisi yang ada. Berikut

tabel ringkasan hasil kemajuan subjek dan kondisi pembelajaran selama

penelitian ini.

Tabel 4.1. Deskripsi Kondisi dan KemajuanTindakan dalam Penelitian

No Aspek

Deskripsi Hasil

Prasurvei Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

1 Penerapan Model Pembelajaran Membaca dengan Pendekatan Proses Belum diterapkan Diterapkan tetapi kurang dalam menjelaskan langkah- langkah Diterapkan dengan opti-mal, tetapi masih ada langkah yang terlupakan seperti membaca nyaring. Diterapkan secara lengkap dan optimal 2 Kemampuan Membaca Siswa Kemampuan siswa kurang, tergantung dan orientasi masih pada bacaan, jumlah siswa yang menjawab sedikit dan terbatas, siswa kurang berani berpendapat Jumlah siswa yang berani dan mau menja-wab masih sedikit, mu-lai ada pe-ningkatan kualitas ja-waban mes-ki masih singkat, masih Jumlah siswa yang berani dan mau menjawab meningkat, mulai lepas dari bacaan, kualitas jawaban makin baik Jawaban makin baik, siswa berani berpendapat, interpretasi dan eksplorasi di luar bacaan semakin baik, siswa berebutan menjawab


(63)

44 terpaku pada bacaan 3 Kegiatan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Individual, tak perhatian pada guru dan materi, guru dominan, masih terpaku buku paket Individual, dominasi guru berku-rang, peng-gunaan sumber diluar buku paket, masih terbimbing oleh guru Berpasangan, kerja mulai optimal, sumber materi bervariasi, siswa mulai perhatian Berkelompok, terjadi diskusi, siswa lebih dominan,siswa perhatian pada pelajaran 4 Suasana Kelas Membosankan, ramai tidak terkendali, siswa tidak serius belajar Siswa mulai agak tenang tetapi masih belum serius belajar Kelas mulai tenang terkendali, kondusif di awal tetapi lama-lama membosankan Kelas terkendali kondusif, siswa belajar dengan serius dan senang

Secara khusus temuan atas kemampuan membaca siswa berdasarkan analisis hasil pengukuran (tes) terdapat dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari siklus pertama sampai akhir.

Nilai Siklus ke-1 Siklus ke-2 Siklus ke-3

Tertinggi 70 80 90

Terendah 30 50 50


(64)

D. Pembahasan

Pembahasan yang akan disampaikan berikut ini diulas berdasarkan hasil nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dari siklus pertama sampai akhir pada tabel 4.2. Kemampuan membaca siswa tampak dari adanya peningkatan kualitas jawaban soal esei. Dari analisis, ditemukan hasil bahwa setelah guru menerapkan pendekatan proSes dalam pembelajaran membaca ternyata siswa menjadi lebih baik dalam hal olah pikir pendapat individual siswa atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan, memperluas wawasan dari bacaan, mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, dan mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada. Peningkatan yang paling menonjol adalah dalam masalah memperluas wawasan dari bacaan. Dari kualitas jawaban esai dalam penilaian siklus ke-1, siswa kurang mampu menjawab dengan baik, dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata hanya mencapai 55,4. Pada penilaian siklus kedua siswa semakin mampu menjawab dengan lebih baik daripada siklus sehingga rata-rata nilai mencapai 62,4 bahkan siklus ketiga siswa yang memperoleh nilai minimal 75 sejumlah 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya hingga rata-ratanya mencapai 75,6.

1. Penerapan Model Membaca dengan Pendekatan Proses oleh Guru

Sebelum adanya penelitian tindakan ini di sekolah, guru yang menjadi pengajar di kelas belum memahami teori tentang pendekatan proses dalam membaca. Guru hanya menggunakan cara yang biasanya digunakan dalam mengajar membaca seperti model tradisional. Dalam penelitian ini guru harus


(65)

46

menerapkan model pendekatan proses, sehingga perlu upaya untuk memaharni teorinya lebih dulu. Diskusi dan komunikasi dengan guru observer sangat membantu dalam memahami pendekatan proses.

Dalam tindakan siklus pertama, guru sudah menerapkan model pendekatan proses. Awalnya siswa mulai tertarik dengan model ini, karena lain dari yang biasa mereka lakukan. Namun, beberapa langkah terlupakan oleh guru sehingga penerapannya tidak optimal. Beberapa tahap prabaca dan teknik dalam membaca tidak tersampaikan. Berikut potongan catatan lapangan oleh pengamat.

Lalu guru mulai dengan menyuruh siswa menentukan bacaan yang akan dibacanya. Pilihan yang ditawarkan adalah bacaan buku paket, LKS, dan sebuah potongan berita koran. Semua bertemakan transportasi. Akhirnya siswa menentukan yang potongan berita Koran.Kelas yang semula agak gaduh mulai menjadi tenang ketika guru membagikan lembar bacaan tersebut. Tidak lama kemudian. Guru pengajar menuliskan tugas di papan tulis untuk siswa. Siswa ditugasi untuk membaca bacaan tersebut lalu mencari ide pokok tiap paragraf, menemukan kata sukar, dan menentukan jenis paragraf yang ada. Akhirnya, kelas hening ketika semua siswa membaca.

Dari potongan itu, tampak bahwa guru telah mulai menerapkan pendekatan proses, tetapi langkah menghubungkan dengan pengalaman dan langkah memprediksi isi teks telah terlewatkan. Dalam siklus kedua, hal-hal yang terlewatkan dalam siklus sebelumnya telah dilengkapi. Tahap prabaca lengkap terlampaui tetapi variasi membaca belum optimal, hal ini


(66)

menjadikan siswa cepat bosan dan melemah interest-nya. Pada saat refleksi kedua, pengamat mengingatkan yang intinya guru lupa menyuruh siswa untuk membaca nyaring, alangkah baiknya kalau pada pertemuan berikutnya siswa disuruh membaca nyaring supaya siswa lebih tertarik.

Barulah di tahap siklus ketiga, semua langkah dapat dilakukan secara sempurna. Guru tidak melewatkan langkah dalam proses membaca dan semua langkah dapat dioptimalkan. Berikut ringkasan hasil pengamatan terhadap penerapan model pendekatan proses yang melingkupi tahapan-tahapan proses membaca.

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Tahap-tahap Membaca Pemahaman

No Aspek Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

1

Tahap Prabaca Tidak semua

tahap dilakukan Lengkap Lengkap

2 Tahap Membaca Tidak semua siswa, siswa tidak serius membaca, siswa merasa kurang senang

membaca, siswa membaca dalam hati, siswa kerja individual dan terbimbing

Hampir semua siswa membaca, siswa cukup serius membaca, siswa menjadi bosan, siswa membaca dalam hati, siswa kerja berpasangan

Semua siswa terlibat

membaca, siswa serius membaca, ada tahap membaca nyaring, siswa diskusi kelompok.

3 Tahap Merespons

Sedikit yang merespon, siswa tidak begitu

Respon siswa meningkat, siswa mulai minat dan

Sebagian siswa responsif, siswa senang dan


(67)

48 tertarik, guru dominan tertarik, interaksi mulai terjalin, dominasi guru berkurang tertarik, interaksi optimal, siswa tidak bosan, guru

tidak lagi dominan. 4 Tahap Mengeksplorasi Teks Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, tetapi kurang mampu menjawab guru dengan baik

Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, mampu menjawab guru dengan lebih baik Siswa membaca ulang, mencari kata sukar, mampu menjawab guru dengan baik 5 Tahap Memperluas Interpretasi Jawaban siswa masih terbatas pada teks, siswa kerja mandiri, inetpretasi belum baik

Mulai ada perluasan

jawaban, kerja berpasangan,

gagasan siswa mulai berkembang Jawaban semakin lengkap, luas, dan dalam, diskusi

kelompok jalan, siswa mampu berpendapat dan menilai

pengalaman baca

2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

Cara melihat keberhasilan tindakan dalam meningkatkan kermampuan membaca siswa dilakukan dengan mengukur kemampuan baca siswa. Hal itu dilakukan secara proses dan produk. Secara proses, dilihat dari indikator keberhasilannya melalui kegiatan, interaksi, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran membaca. Kemampuan siswa yang meningkat dalam membaca akan tampak dalam interaksi siswa terhadap guru yang terkait dengan bahan bacaan. Motivasi siswa yang baik dalam membaca akan membuat siswa lebih


(68)

mudah memahami suatu bacaan. Secara produk, dilakukan pengukuran dengan memberikan tes di awal dan akhir penelitian. Tes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda dan esei. Di dalamnya memuat pemahaman bacaan yang diukur secara kognitif dan afektif. Soal pilihan ganda lebih mengarah pada sisi kognitif dengan pilihan jawaban yang sudah ada. Soal esei sengaja dibuat terbuka untuk melihat afektif siswa terhadap bahasan bacaan. Bagian esei ini pada dasarnya terbagi dalam empat (4) bagian, yaitu: 1) kemampuan olah pikir pendapat individual siswa atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan. 2) kemampuan siswa dalam memperluas wawasan dari bacaan, 3) kemampuan siswa dalam mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnva. dan 4) kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannva sebagai langkah ke depan dari tema yang ada.

Hasil tes (lihat tabel 2, lampiran) menunjukkan bahwa skor pilihan ganda siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Jumlah siswa yang, mengikuti tes awal dan akhir sebanyak 25 siswa. Pada tes awal rerata skor pengetahuan kognitif siswa adalah 6,36 sedangkan hasil rerata skor tes akhir sebesar 8,00. Secara frekuensi, hasil tes awal menunjukkan frekuensi nilai rentang 0 – 59 sebanyak 3 siswa. Jumlah siswa yang yang mempunyai nilai rentang 60-74 sebanyak 21 siswa. Siswa yang mendapat nilai rentan 75-89 hanya 1 orang dan tidak ada seorangpun yang memperoleh nilai rentan 90-100. Hasil tes akhir menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang memperoleh nilai rentan 0-59. Siswa dengan nilai rentang 60-74 menurun drastis menjadi 2 siswa, dan yang mendapat nilai rentan 90-100 hanya 1 siswa. Hal ini


(69)

50

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam memahami bacaan. Kemampuan afektif siswa tampak dari adanya peningkatan kualitas jawaban soal esei. Dari analisis, ditemukan hasil bahwa setelah guru menerapkan pendekatan proSes dalam pembelajaran membaca ternyata siswa menjadi lebih baik dalam hal olah pikir pendapat individual siswa atas suatu fenomena tertentu yang terkait dengan bacaan, memperluas wawasan dari bacaan, mengeksplorasi pengalaman pribadi dan pengalaman membaca sebelumnya, dan mengekspresikan gagasannya sebagai langkah ke depan dari tema yang ada. Peningkatan yang paling menonjol adalah dalam masalah memperluas wawasan dari bacaan. Dari kualitas jawaban esai dalam tes awal, siswa kurang mampu menjawab dengan baik, setelah tes akhir siswa semakin mampu menjawab dengan baik. Dalam tes esai untuk setiap siklusnya, selalu meningkat bahkan hasil tes pada siklus ketiga siswa yang mendapat nilai minimal 75 sejumlah 20 siswa dari 25 siswa seluruhnya.

Peningkatan kemampuan siswa juga dilihat dari penilaian proses. Dan kondisi awal dan dijalankannya siklus-siklus penelitian tampak adanya perubahan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan guru selama proses belajar di kelas. Peningkatan yang tampak pada siswa adalah secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, jumlah siswa yang menanggapi pertanyaan guru semakin rneningkat. Secara kualitas, jawaban siswa juga semakin lengkap, luas, tepat, dalam, dan baik. Siswa semakin mampu menguasai bacaan. Demikian inti cuplikan wawancara informal dengan siswa. Mereka merasa lebih senang membaca menggunakan model ini, apalagi bacaannya berganti-ganti. Guru juga


(1)

141 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

143 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

145 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 16


(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Peningkatan kualitas pembelajaran ketrampilan pembicara bahasa Indonesia melalui teknik bercerita : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V111 smpn 13 tangerang selatan tahun pelajaran 2009/2010

8 126 127

Peningkatan ketrampilan membaca pemahaman cerpen dengan metode sq3r pada siswa kelas IX A Madrasah Stanawiyah (MTs) Mathla'ul anwar 2 Kota Bogor

0 7 102

Peningkatan pemahaman bacaan cerita anak terjemahan melalui teknik peta pikiran (mind map) pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2011-2012 (PTK di MTs Annajah Petukangan)

0 11 188

Peningkatan motivasi belajar siswa kelas X melalui media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMK Karya Ekopin

0 5 96

Hubungan antara persepsi siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam dengan prestasi belajar (studi penelitian di kelas X Akuntansi SMK Lebak Bulus Jakarta)

1 5 79

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa jurusan bahasa inggris melalui teknik membaca survey,question, read, recite, review (sq3r)

0 7 0

Pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor : penelitian tindakan kelas

1 11 111