Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Di Surat Kabar (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan

(1)

Terbatas Merokok Di Jawa Pos) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur

OLEH :

NUNUNG VERA KRISTANTI 0543110439

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

PERDA ANTI ROKOK NO 5 MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan

Perda Anti Rokok No 5 Mengenai Kawasan Terbatas Rokok dan Kawasan Tanpa Merokok di Surat Kabar Jawa Pos).

Disusun oleh :

NUNUNG VERA KRISTANTI 0543110439

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing

Drs. Kusnarto, M.Si NIP.030176735

Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si NIP.030175349


(3)

Oleh :

NUNUNG VERA KRISTANTI NPM. 0543110439

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN

Veteran Jawa Timur Pada Tanggal 15 April 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs. Kusnarto, M. Si Juwito, S.Sos, M. Si

NIP.030176735 NPT.367049500361

2.

Drs. Kusnarto, M. Si NIP.O30176735

3.

Zainal Abidin. A, S.Sos, M.Si, M.Ed

NPT. 373039901701

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si NIP.030175349


(4)

Segala puji syukur bagi Allah SWT, Sang Pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepada-Nya syukur dipanjatkan atas terselesaikannya Skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat memang sulit adanya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri, karena itu kebanggaan penulis bukan hanya sampai di sini, tetapi penulis bangga telah berusaha untuk menundukkan diri sendiri.

Hal ini bertujuan untuk dijadikan bahan acuan penulis dalam penyelesaian Skripsi nantinya. Selama melakukan penulisan ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penulisan dan pengajuan skripsi ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada: 1. Alm. Ayah. Bundaku dan keluarga yang aku cintai.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Kusnarto, MSi, dosen pembimbing pendamping penulis. 4. Bapak Juwito, S.Sos, MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos, MSi, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Serta tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada :


(5)

v

penulis selama bimbingan skripsi maupun saat kuliah, dan terima kasih buat sahabat-sahabat terbaik yang telah membantu dan memberi semangat guna kelancaran penulisan skripsi.

3. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima Kasih.

Sungguh penulis menyadari bahwa ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa ini Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di Program Studi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, April 2010


(6)

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL………iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI………vi

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Perumusan Masalah... ………... 10

1.3 Tujuan Penelitian……… 10

Kegunaan Penelitian………..………10

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 2.1. Landasan Teori……….………

2.1.1. Pengertian Sikap...……… 2.1.2. Pembaca Sebagai Khalayak Pembaca…..……… 2.1.3. Pengertian Berita... 2.1.4. Peraturan Daerah……… 2.1.5. Berita Mengenai Perda No 5

2.1.6. Surat Kabar Harian Sebagai Media Massa... 2.1.7. Teori SOR... 2.1.8. Kerangka Berfikir…………..………

11 11 11 14 15 19 19 21 25 27

BAB III METODE PENELITIAN……… 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 3.1.1. Sikap... ……… 3.1.2. Mahasiswa UPN...………... 3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... …………

3.2.1. Populasi... 29 29 29 33 33 33 vi


(7)

vii

DAFTAR PUSTAKA……… 37 LAMPIRAN………38


(8)

Nunung vera kristanti. Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Paska Pemberitaan Perda No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar. (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Paska Pemberitaan Perda No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos).

Berbagai macam kerugian serta penyakit yang disebabkan oleh rokok, maka pemerintah Surabaya mengeluarkan Perda anti rokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di salah satu surat kabar yaitu Jawa Pos. Karena media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan sangat penting.

Karena itulah dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian pada sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 anti rokok. Perumusan masalahnya adalah ”Bagaimanakah sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos”.

Adapun landasan teori yang digunakan adalah teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberi pesan berupa tanda, lambang, tanda dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atau variabel tertentu.

Kesimpulan dalam penelitian sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 di surat kabar Jawa Pos adalah netral, artinya bahwa Mahasiswa UPN Veteran Jatim tidak memberikan pendapat mengenai berita Perda No 5 anti rokok di surat kabar Jawa Pos.


(9)

1.1.Latar Belakang Masalah

Perilaku hidup bersih dan sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga yang merokok. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokokpun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit.

Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan. Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and


(10)

Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).

Ada lebih dari 50 macam penyakit yang bisa diakibatkan atau diperburuk oleh rokok. Dari sekian banyak penyakit tersebut, dapat menyerang bagian manapun di tubuh kita, seperti mulut yaitu kanker lidah dan mulut, kulit yaitu berkurangnya aliran darah (mutu darah) yang dialirkan ke sekitar kulit, sehingga menjadikan kulit kering dan berkerut (keriput). Mata yaitu semakin banyak asap rokok, semakin besar pula kemungkinan terjadinya katarak, paru-paru yaitu kanker paru-paru atau setidaknya kerusakan paru-paru akibat asap rokok yang masuk, otak yaitu nikotin adalah zat yang addictive (ketagihan), sehingga dapat merubah fungsi otak. Dalam kata lain, otak akan sulit berfungsi bila tidak terkena nikotin. Jantung yaitu tekanan darah yang tinggi dapat mendorong terjadinya serangan jantung. Pencernaan yaitu luka pada saluran pencernaan. Tangan atau kaki yaitu sangat jarang terjadi, namun dapat mengakibatkan PVD, atau lebih dikenal dengan mengerasnya pembuluh darah, yang dapat berakibat kepada amputasi.

Penyebab penyakit paru bisa berasal dari banyak faktor yaitu internal dan eksternal (lingkungan). Faktor internal banyak dipengaruhi oleh diri sendiri baik


(11)

itu genetik maupun dalam tubuh sendiri. Sementara penyebab eksternal banyak berasal dari polusi udara serta zat-zat kimia yang terhirup terutama dari asap rokok. Salah satu penyakit yang diakibatkan dari asap rokok dan sering diidap oleh pasien paru ialah bronkitis. Penyakit ini disebut radang saluran napas dan dikenal dua jenis, yaitu akut dan kronik. Menurut dr Ahmad Hudoyo, Sp. P, spesialis paru yang aktif sebagai pengajar di Departemen Pulmonologi FKUI, bronkitis akut dapat disebabkan oleh infeksi maupun bahan-bahan yang merangsang, termasuk bahan kimia.

Bronkitis kronik sifatnya ireversibel (menetap atau tidak bisa sembuh) dan progresif, artinya penyakit makin lama makin berat. "Penyebab bronkitis kronik adalah bahan iritan, radikal bebas serta gas-gas yang beracun yang mengiritasi selama beberapa puluh tahun secara terus-menerus. Gas-gas berbahaya tersebut terdapat didalam asap rokok," beber dokter yang menyelesaikan spesialis bidang pulmonologi di FKUI serta training onkologi paru di Toranomon Tokyo ini. Menurutnya, mereka yang mengalami penyakit ini dapat dilihat dari gejala utama alami batuk-batuk. Bila penyebabnya infeksi, batuk akan disertai demam dan dahak berwarna kuning. "Batuk berdahak disertai sesak napas adalah gejala yang khas pada bronkitis kronik. Disebut kronik karena terjadi terus menerus, setiap hari selalu batuk. Bermacam obat dan dokter yang sudah beranti ganti tetap batuk. Tidak menjadi sembuh tetapi malah bertambah berat. Bila ditumpanghi infeksi, gejala bertambah berat, disertai demam, dahak yang tadinya putih berubah menjadi kuning," tuturnya panjang lebar. Diagnosis bronkitis kronik sebenarnya cukup dengan melihat gejala-gajala tadi. Foto rontgen diperlukan untuk


(12)

menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya. Pemeriksaan laboratorium yang perlu adalah pemeriksaan faal paru untuk menilai berat ringannya derajat sesak napas (obstruksi)-nya. Sebenarnya tidak ada obat yang manjur untuk menyembuhkan penyakit ini. Tetapi obat-obatan dan oksigen diperlukan untuk meringankan gejalanya saja. Bila ada tanda-tanda infeksi maka dibutuhkan antibiotika. "Karena penyebab utama penyakit ini dari rokok, maka kebiasaan merokok harus dihentikan. Pengobatan jangka panjang adalah pemakaian oksigen dirumah. Bila penyakit bertambah parah dengan sesak napas yang menonjol, artinya pasien sudah tergantung dengan O2, maka oksigen harus dipakai terus menerus," saran dokter spesialis paru RS Persahabatan Jakarta.

Sama halnya dengan bronkitis, penyebab kanker paru juga diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Penyebaran sering terjadi yaitu ke tulang, hati, otak dan kelenjar ginjal. Dari 100 orang yang menderita kanker paru, 90 orang di antaranya ternyata mempunyai riwayat kebiasaan merokok sebelumnya. "Hubungan yang erat ini juga terbukti dengan dosis-akibat. Bila seseorang merokok lebih lama, lebih banyak jumlah batang, lebih dalam cara menghisapnya maka kemungkinan terkena kanker paru lebih tinggi," paparnya. Ditambahkan olehnya, gejala yang sering dijumpai yaitu batuk-batuk (kering atau berdahak), sakit dada, sesak napas, batuk darah, nafsu makan berkurang dan berat badan turun drastis. Pilihan pengobatan tergantung jenis kanker dan stage atau stadium (derajat). "Untuk mengetahui jenis biasanya dilakukan biopsi agar dapat membedakan tumor itu jinak (tumor) atau ganas (kanker). Dengan biopsi, kita bisa membedakan apakah suatu tumor itu jinak (tumor) atau ganas (kanker)," terangnya. Bila kanker,


(13)

selanjutnya bisa dibedakan tipenya apa dan mengetahui jenis obat yang harus diberikan. Setelah jenis diketahui, lalu ditentukan derajat kankernya (Bahaya Rokok Bagi Kesehatan, Admin).

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.


(14)

Kerugian tersebut timbul karena asap rokok mengandung racun, antara lain karbon monoksida (GO) yaitu zat yang membuat darah tidak mampu mengikat oksigen, Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Selain itu juga terdapat Tar, tar adalah senyawa yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Tar dapat menciptakan efek ketergantungan, sehingga perokok dipaksa memilih untuk menghisap rokok dan cenderung menomorduakan kebutuhan makan.

Menurut data yang didapatkan dari badan POM menunjukkan sebanyak 6,5 juta orang dewasa ini menderita berbagai penyakit karena merokok. Data tersebut menunjukkan bahwa merokok menyebabkan 90% dari seluruh kanker mulut, kanker kerongkongan, bronkitis, dan gangguan paru-paru. Lebih lanjut dinyatakan bahwa 75% dari semua penyakit paru kronis dan 40% celebro vasculer disebabkan oleh merokok.

Banyak sudah riset yang mengungkapkan bahaya asap rokok terhadap aspek biologis dan kimiawi tubuh manusia. Studi pertama yang dilakukan dilaporkan di jurnal terkemuka Science edisi bulan Oktober 1996. Gen P53 di dalam DNA tubuh manusia berfungsi sebagai penekan tumor (tumor suppressor); jika fungsinya dimatikan, kemungkinan terjadinya tumor akan meningkat. Sudah umum diketahui bahwa asap rokok memiliki benzo[a]pyrene dalam jumlah yang cukup banyak.

Molekul ini adalah sejenis karsinogen (agen penyebab kanker) yang berbahaya dan terdapat di dalam jelaga, yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau


(15)

bahan bakar lainnya. Bahaya molekul yang ditemui dalam jelaga ini telah lama diketahui. Banyak anak yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap di London sejak Kebakaran Besar 1666 (the Great Fire of 1666) terkena kanker testicular. Benzo[a]pyrene sendiri sebenarnya tidak menyebabkan kanker. Jaringan di dalam tubuh manusia memetabolisme bahan ini dengan cara menambah oksigen ke salah satu cincin molekulnya, mengubahnya menjadi molekul yang dinamakan epoksi diol (diol epoxide).

Kegunaan metabolisme ini adalah untuk membuat benzo[a]pyrene lebih mudah larut di dalam air, sehingga mudah untuk dikeluarkan dari tubuh. Sayangnya, strategi untuk mengeluarkan zat yang tak berguna bagi tubuh ini menjadi tidak karuan untuk benzo[a]pyrene, karena molekul yang terbentuk, epoksi diol, tidak dikeluarkan oleh tubuh. Malahan, molekul ini berhasil menemukan cara untuk masuk ke inti sel, kemudian bereaksi dengan sel-sel DNA. Epoksi cepat sekali bereaksi dengan basa-basa Lewis, dan struktur DNA memiliki bagian yang merupakan basa-basa Lewis. Di artikel jurnal Science tersebut, para periset melaporkan bahwa epoksi diol bereaksi dengan DNA di daerah gen P53 yang diketahui mudah bermutasi. Banyak kasus kanker paru-paru yang memiliki mutasi gen di daerah gen P53 ini. Kesimpulan laporan hasil riset itu menyatakan bahwa benzo[a]pyrene dalam asap rokok adalah penyebab langsung mutasi gen yang diketahui berhubungan dengan kanker paru-paru (Bahaya Asap Rokok, Yulianto Mohsin).

Karena efek rokok yang sangat berbahaya dan secara global konsumsi rokok dapat membunuh satu orang setiap 1 detik. Maka WHO ikut mengambil peran


(16)

dalam permasalahan yang berkaitan dengan rokok. WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan yang paling utama dibanyak negara, termasuk Indonesia. Disadari atau tidak tingkat keparahan jumlah perokok di Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Negara kita menduduki peringkat kelima terbesar sebagai negara dengan konsumsi rokok terbanyak didunia (http//canopy.brawijaya.ac.id).

Upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja, pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok, memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.

Berbagai macam kerugian serta penyakit yang disebabkan oleh rokok, maka pemerintah Surabaya mengeluarkan Perda anti rokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di salah satu surat kabar Jawa Pos. Karena media massa khususnya media cetak sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan penting. Salah satu berita yang diulas adalah berita tentang Perda Anti rokok No 5 Tahun 2008 mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan


(17)

Kawasan Terbatas Merokok (KTM) yang mulai berlaku di Surabaya 22 Oktober 2009.

Dalam Perda tersebut, diterangkan ada 5 kawasan yang masuk dalam KTR yakni, kawasan belajar mengajar seperti sekolahan, sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya. Tempat bermain anak-anak, tempat ibadah, dan angkutan umum. Sedangkan tempat untuk para perokok, akan disediakan ruangan khusus seperti bilik-bilik atau ruang khusus lainnya di beberapa tempat seperti, perkantoran pemerintahan atau swasta, terminal, mall dan tempat umum lainnya.

Dari pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok menimbulkan berbagai reaksi keras dari sebagaian besar masyarakat yang merokok, sehingga sikap setiap masyarakat khususnya Mahasiswa UPN Veteran yang merokok menjadi berbeda-beda mengenai tanggapan pemberitaan Perda No 5 mengenai KTR dan KTM yang dipublikasikan.

Sedangkan alasan peneliti menggunakan surat kabar Jawa Pos karena Jawa Pos merupakan satu-satunya media yang paling banyak memuat pemberitaan Perda No 5 tentang KTR dan KTM. Selain itu surat kabar Jawa Pos juga memiliki pelanggan sebesar 70% atau sekitar 90.000 lebih pelanggan dari koran yang beredar dan memiliki tingkat kepercayaan di mata masyarakat (http://www.jawapos.com).


(18)

Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UPN yang membaca berita Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos, dan juga perokok. Alasan pertama dipilihnya UPN Veteran Jatim sebagai objek penelitian dikarenakan UPN Veteran Jatim ikut mendukung adanya Perda anti rokok No 5 dengan memasang tanda larangan merokok disetiap fakultas. Dan alasan kedua karena merupakan salah satu tempat belajar mengajar yang dilarang merokok oleh pemerintah yang terdapat dalam isi Perda No 5 mengenai Kawasan Terbatas Rokok dan Kawasan Tanpa Merokok.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, terdapat perumusan masalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos”.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap Mahasiswa UPN Vetran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos.

1.4.Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :


(19)

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Yaitu untuk dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi dalam penelitian kuantitatif pada studi deskriptif sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar Jawa Pos.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Yaitu untuk mengetahui sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok, serta berupaya untuk ikut serta berpartisipasi dalam rangka mengurangi jumlah perokok aktif.


(20)

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau pun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi lebih pada kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok (Sobur, 2003 : 361).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar.. dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan yaitu, bahwa berdasarkan pendapat tersebut dapat disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Sobur, 2003 : 362).

Pada hakekatnya sikap adalah interelasi dari berbagai komponen, komponen tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Komponen kognitif

Komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki


(21)

seseorang diwujudkan dengan kesan baik atau tidak baik terhadap lingkunganya.

b. Komponen afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan dengan nilai-nilai kebudayaan dan system-sistem nilai yang dimiliki. c. Komponen konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik, dan lain sebagainya.

Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau konten) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.


(22)

b. Dampak Afektif

Dampak Afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, dan dibenci khalayak. Disini komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak konatif

Dampak konatif merujuk pada behavioural atau perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. (Rakhmat, 2005 :219).

2.2 Pembaca Sebagai Khalayak Pembaca

Surat kabar sebagai alat komunikasi memiliki ciri khas, yakni berkemampuan untuk memikat khalayak secara serempak dan serentak (Effendy, 1993:313). Maka dalam hal ini khalayak yang dimaksud adalah pembaca surat kabar. Pembaca sebagai khalayak media massa merupakan khalayak yang paling banyak meminta perhatian, karena jumlahnya yang banyak serta sifatnya heterogen dan anonim, sedangkan mereka (pembaca) harus dapat dicapai seraya menerima setiap pesan secara indrawi dan secara rohani. Dimaksudkan secara indrawi disini ialah diterimanya suatu pesan secara jelas oleh indra mata, sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah sebagai terjemahan dari bahasa asing ”accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka referensinya, paduan dari usia, agama, pendidikan, kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat tertentu (Effendy, 1993:315).


(23)

2.3 Pengertian Berita

Banyak definisi berita atau news yang dapat diketahui dari berbagai literatur yang satu sama lain berbeda disebabkan sudut pandang yang berlainan. Dari sekian banyak definisi berita yang dapat dibaca dalam berbagai buku atau berkala, disini hanya akan diketengahkan definisi saja yang dapat dinilai sebagai hal penting. Definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charm dalam bukunya Reporting, yang berbunyi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal-hal yang menarik minat atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar penduduk (Effendy, 1993:66-67).

Sehubungan dengan itu seorang penulis jurnalistik kenamaan bernama Frank Luther Mott dalam bukunya, News Survey of Journalism, menyatakan bahwa paling sedikit ada delapan konsep berita sebagai berikut :

a. Berita sebagai laporan tecepat

Konsep ini menitikberatkan pada segi newness (baru terjadi) sebagai faktor yang terpenting dari sebuah berita. Akan tetapi dengan adanya radio dan televisi yang juga menyiarkan berita, faktor timelyness ini menjadi relatif. b. Berita sebagai rekaman

Berita yang tercetak disurat kabar merupakan bahan dokumentasi. c. Berita sebagai fakta obyektif

Sebuah berita harus aktual dan obyektif. Tetapi nilai obyektif untuk suatu fakta merupakan hal yang membingungkan karena tidaklah mungkin ada obyektivitas yang mutlak. Bagi para wartawan, berita obyektif adalah laporan


(24)

mengenai suatu fakta yang diamatinya tanpa pandangan sebelah, ini berarti laporan yang jujur.

d. Berita sebagai interpretasi

Dalam suatu situasi yang kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Mengenai sebab-sebabnya, latar belakangnya, akibatnya, situasinya, dan hubungannya dengan hal-hal lain untuk menggali dan menyajikannya diperlukan kepandaian dan kejujuran. Tetapi bahayanya dalam interpretive reporting seperti itu ialah timbulnya faktor prasangka terhadap suatu soal atau seseorang.

e. Berita sebagai sensasi

Terdapat unsur subyektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan dan yang menggetarkan dan mengharukan bagi pembacanya yang satu akan berlainan dengan yang lain. Biasanya dari pemberitaan yang serius mengenai kejadian penting seperti bencana atau perang dan yang lain lebih ringan seperti skandal. f. Berita sebagai minat insani

Disini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani, menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin, dan sebagainya.

g. Berita sebagai ramalan

Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan dari masa kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umumnya kita harapkan dari berita, disamping yang


(25)

merupakan informasi mengenai kejadian ini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan.

h. Berita sebagai gambar

Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar jumlahnya semakin banyak. Ilustrasi halaman surat kabar selain sifatnya semata-mata hiburan, juga mengandung nilai berita. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar yang sering kali lebih efektif dari pada kalau diterangkan dengan kata-kata (Effendy, 1993:68-69).

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atas bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut :

a. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity

Proximity artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan, terkait yang lainnya.

c. Prominince

Prominince artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.


(26)

d. Concequence

Concequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertian yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan, dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

e. Conflict

Konflik memiliki berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Disisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development atau pembangunan merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Weather

Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

h. Sport

Berita olahraga sudah lama daya tariknya bagi peminat yang gemar akan menonton atau melihat berita olahraga.

i. Human Interest

Human Interest kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest (Muda, 2003:29-39).


(27)

2.4 Peraturan Daerah

Peraturan daerah adalah naskah dinas yang terbentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas perbantuan untuk mewujudkan kebijakan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinngi dan menetapkan suatu organisasi dalam lingkungan pemerintah daerah yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat daerah.

Susunan peraturan daerah terdiri atas susunan peraturan daerah yang memuat tulisan “Peraturan Daerah”, nomor dan tahun, nama peraturan daerah. Isi peraturan daerah memuat tentang bab-bab dan pasal-pasal. Bab-bab dapat dibagi menjadi bagian-bagian, dan bagian-bagian dapat dibagi menjadi paragraf. Pasal-pasal dapat di bagi menjadi ayat-ayat.

Penandatanganan otentik dan penggunaan kop naskah dinas melalui tahap yaitu, peraturan daerah ditandatangani oleh gubernur. Setelah itu otentikasi peraturan daerah propinsi dilakukan oleh kepala biro hukum sekretariat daerah propinsi. Peraturan daerah propinsi dibuat diatas kertas ukuran folio dengan lambang Negara dan menggunakan kop naskah dinas gubernur (www.arsipjatim.go.id/web/upload).

2.5 Berita Mengenai Perda No 5 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

Masyarakat Surabaya yang masih memiliki kebiasaan merokok akan kehilangan kebebasan saat merokok. Peraturan daerah (Perda) Anti Rokok No 5


(28)

Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) akan segera diberlakukan di Surabaya pada Kamis 22 Oktober 2009.

Dalam isi Perda tersebut, menjelaskan ada 5 kawasan yang dilarang untuk merokok jika dilanggar akan dikenakan hukuman penjara selama tiga bulan atau denda uang. Lima kawasan yang masuk dalam KTR yakni, kawasan belajar mengajar seperti sekolahan, sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya. Tempat bermain anak-anak, tempat ibadah, dan angkutan umum. Sedangkan tempat untuk para perokok, akan disediakan ruangan khusus seperti bilik-bilik atau ruang khusus lainnya di beberapa tempat seperti, perkantoran pemerintahan atau swasta, terminal, mall dan tempat umum lainnya. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Esty Martiana mengatakan, Perda Nomor 5 tahun 2008 digedok DPRD Kota Surabaya pada 22 Oktober 2008 lalu. Kemudian, didukung dengan Peraturan Walikota Surabaya (Perwali) nomor 25 tahun 2009. Esty menerangkan, perda tentang KTR dan KTM tersebut, mulai berlaku efektif satu tahun setelah disahkan. "Kita sudah sosialisasi selama 1 tahun, dimana pelaksanaan implementasi Perda itu perlu Perwali Nomor 25 Tahun 2009 yang disahkan Mei 2009. Dengan adanya Perda, Perwali dan sosialisasi, kita berharap 22 Oktober 2009 semua sudah siap," ujarnya (Jawa Pos, 21 Oktober 2009).

Wali kota Bambang D.H. memastikan pemkot akan konsisten melaksanakan Perda No 5 Tahun 2008 tentang KTR dan KTM. Menurut dia, esensi perda Antirokok adalah membangun perilaku sehat warga metropolis. Terutama


(29)

melindungi mereka yang tidak merokok. Sebab nikotin atau racun pada rokok lebih berbahaya jika tersiap perokok pasif. Cukai rokok secara nasional hanya Rp 44 triliun, anggaran kesehatan untuk mengobati masyarakat yang sakit karena rokok mencapai Rp 125 triliun. “Sudah saatnya kita berubah,” tegasnya. Perda anti rokok, lanjut Bambang, tidak bermaksud melanggar hak asasi perokok. Tapi mengatur agar aktivitas merokok dilakukan di tempat-tempat yang telah disediakan (Jawa Pos, 20 Oktober 2009).

2.6 Surat Kabar Harian sebagai Media Massa

Salah satu unsur terpenting dalam melakukan kegiatan komunikasi saat ini adalah komunikasi massa. Setiap saat orang dapat menikmati surat kabar, radio, bahkan televisi, yang merupakan bentuk dari media massa.

Pers dalam hal ini surat kabar adalah lembaga kemasyarakatan (social institution) yang merupakan subsistem dari sistem kemasyarakatan tempatnya beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya (Effendy, 1993:62). Istilah pers berasal dari Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara di cetak (printed publications).

Pers mempunyai dua pengertian, yakni dalam artian sempit dan artian luas. Pers dalam artian sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Sedangkan dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain radio siaran dan televisi siaran (Effendy, 2000:90).

Dalam bukunya Assegraf yang berjudul Jurnalistik Massa Kini mengatakan bahwa surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi


(30)

berita-berita, karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum (Assegraf, 1991:140).

Pers mempunyai peran penting dalam masyarakat. Peran pers lebih menunjukan pada peran yang membangun, untuk memberi informasi, mendidik, dan menggerakkan masyarakat dalam pembangunan. Pers berperan sebagai alat perubah sosial dan pembaharuan masyarakat. Pers ikut berperan dalam penyampaian kebijaksanaan dan program pembangunan masyarakat.

Fungsi utama pers adalah penyebaran informasi dan pemberitaan. Selain itu fungsi utama tersebut pers mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi mendidik

b. Fungsi menghubungkan

c. Fungsi sebagai penyalur dan pembentuk pendapat umum.

Pendapat lain yang tidak jauh berbeda menyatakan bahwa fungsi pers adalah:

a. Fungsi menyiarkan informasi b. Fungsi mendidik

c. Fungsi menghibur

d. Fungsi mempengaruhi (Effendy, 1993:65).

Sementara itu keberadaan surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa cetak ini di definisikan sebagai salah satu bentuk media massa cetak yang secara rutin mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan berbagai berita dan informasi lainnya kepada masyarakat luas yang bersifat heterogen.


(31)

a. Fungsi Surveilance / Penyelidikan

Disebut juga pengawasan terhadap apa yang terjadi di lingkungan, komunikasi massa terus menerus mencari tahu, menyelidiki, mengumpulkan informasi lalu menyebarluaskannya kepada khalayak. Segala peritiwa dan kejadian hampir dimana saja disekitar kita baik yang dekat maupun yang paling jauh sekalipun tidak pernah luput dari pemberitaan komunikasi massa.

b. Fungsi Korelasi / Penyuntingan

Memberikan gambaran persoalan suatu masalah tertentu, disertai analisis dan bahkan semacam jalan keluar. Misalnya saat ini sedang hangat-hangat masalah AIDS, melalui media kita dapat mengetahui lebih jelas apakah AIDS itu, bagaimana cara penularannya serta bagaimana cara menghindari diri dari penularan bahaya AIDS tersebut.

c. Fungsi Pewaris Budaya

Fungsi ini berperan meningkatkan keutuhan sosial. Dengan disebarluaskan informasi maka masyarakat merasa lebih satu dengan lainnya. Dengan demikian dapat dicapai suatu dasar berpikir yang sama. Selain itu dengan fungsi ini komunikasi massa mengurangi ketidakpastian di tengah masyarakat. d. Fungsi Hiburan

Semata-mata untuk memberikan hiburan yang bertujuan untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah khalayak dihidangi berita dan artikel yang berat.

Adapun ciri-ciri surat kabar sebagai berikut :


(32)

rencana, artikel, dan lain- lain harus menyangkut kepetingan umum. Mungkin saja ada instasi atau organisasi, misalnya sebuah universitas, yang menerbitkan secara berkala dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak dapat berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukan khusus bagi aktivitas akademik universitas tersebut.

b. Universalitas yaitu, surat kabar menunjukan bahwa surat kabar harus memuat berita mengenai kejadian diseluruh dunia dan tentang aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota penting, baik di dalam negeri untuk meliputi berita nasional maupun luar negeri guna meliputi berita internasional.

c. Aktualitas yaitu, kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor amat penting, karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan (Effendy, 1993:154-155).

Jadi surat kabar merupakan media cetak yang menyajikan beragam informasi aktual kepada masyarakat luas. Oleh karena itu informasi yang disajikan haruslah obyektif dan mencerminkan masyarakat.


(33)

2.7 Teori S-O-R

Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan objek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini, sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberi pesan berupa tanda, lambang, tanda dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi.

Menurut teori ini yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2000:254). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang tampil (Sendjaja, 1999:71).

Unsur-unsur dari model ini adalah :

Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.


(34)

Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Efek (Respon), merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu positif, netral, dan negatif (Effendy, 2000:255).

Efek unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika penliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Organisme : - Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Respon : -Positif -Netral -Negatif Stimulus

Gambar 2.1 : model teori S-O-R

Menurut gambar dari model tersebut menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperlihatkan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah


(35)

disampaikan. Proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap menandakan keberhasilan dalam proses komunikan (Effendy, 2000:255).

2.8 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui sikap dari Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda Antirokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar.

Berita-berita yang bertujuan menginformasikan kepada khalayak atau masyarakat luas tentang kejadian-kejadian yang sedang terjadi. Komunikator melalui media surat kabar mengharapkan pesan disampaikan mendapat respon dari komunikan (Mahasiswa) yang membaca berita Perda anti rokok No 5 mengenai KTR dan KTM di surat kabar. Efek kognitif yang muncul dari penyebaran informasi melalui media massa ada bila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsikan mahasiswa UPN veteran Jatim.

Oleh karena itu dalam penelitian menggunakan teori S-O-R. Stimulus adalah paska pemberitaan ”Perda Anti Rokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok” kepada khalayak sebagai komunikan. Khalayak akan mempertimbangkan bila dalam pemberitaan tersebut ada stimulus yang menonjol. Apabila pesan dalam pemberitaan itu dimengerti, maka selanjutnya pesan itu akan diterima. Kemudian timbul efek dari stimulus itu antara lain positif, netral, dan negatif.

Secara sistematis, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(36)

Perhatian

Pengertian Penerimaan

Sikap Mahasiswa :

Positif Netral Negatif Pemberitaan Perda

Antirokok No 5 tentang KTR dan

KTM di surat kabar

Gambar 2.2

Bagan gambar diatas menggambarkan hubungan paska pemberitaan di surat kabar dengan sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim mengenai Perda Antirokok No 5 tentang KTR dan KTM di surat kabar Jawa Pos.


(37)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variabel penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atau variabel tertentu (Bungin 2001 : 48).

Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda Rokok No 5 mengenai KTR dan KTM di surat kabar Jawa Pos. Dalam rangka mempermudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Sikap

Sikap dalam penelitian ini adalah kecenderungan Mahasiswa UPN veteran Jatim untuk bertindak, berpikir, dan berpersepsi dalam menghadapi objek, ide, dan situasi yang berupa berita tentang Perda No 5 mengenai KTR dan KTM. Pada penelitian ini sikap dibagi menjadi tiga hal yaitu komponen kognitif, komponen


(38)

afektif, dan komponen konatif. Variasi sikap diukur berdasarkan komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif yang meliputi :

a. Komponen Kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang paska pemberitaan Perda No 5 mengenai KTR dan KTM di surat kabar, yaitu :

1. Mengetahui isi pesan pemberitaan Perda No 5.

2. Mengetahui Kawasan Tanpa Rokok dalam Perda No 5. 3. Mengetahui Kawasan Terbatas Merokok dalam Perda No 5. 4. Mengetahui sanksi Perda No 5 anti rokok.

b. Aspek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Aspek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Jadi yang berhubungan dengan perasaan seseorang paska pemberitaan Perda antirokok No 5 di surat kabar, yaitu :

1. Perasaan seseorang diberlakukannya Perda No 5 di UPN Veteran Jatim.

2. Perasaan seseorang dengan adanya KTR dan KTM. 3. Penilaian seseorang dalam keefektifitasan Perda No 5.

4. Perasaan mengenai kesadaran tidak merokok disembarang tempat. 5. Perasaan seseorang diberlakukannya sanksi Perda anti rokok. c. Aspek Konatif merujuk pada kecenderungan perilaku nyata yang dapat

diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku dan bertindak yang berhubungan dengan informasi yang didapat paska


(39)

pemberitaan Perda antirokok No 5 mengenai KTR dan KTM di surat kabar, Yaitu :

1. Melakukan kegiatan mendukung Perda No 5 misalnya dengan menempel stiker anti rokok.

2. Tindakan seseorang dalam mematuhi Perda No 5 anti rokok.

3. Tindakan seseorang dalam mendukung Perda rokok dengan cara menegur atau memperingatkan.

Untuk mengetahui sikap Mahasiswa paska pemberitaan Perda antirokok No 5 mengenai KTR dan KTM di surat kabar diukur dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif dinyatakan dalam jumlah skor. Dalam pemberian skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 1997 :161).

Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1 Tidak Setuju (TS) = skor 2 Setuju (S) = skor 3 Sangat Setuju (SS) = skor 4

Dalam penelitian ini, pilihan jawaban pernyataan digolongkan menjadi 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Maka selanjutnya untuk mengkategorikan sikap kedalam tiga interval yaitu positif, netral, dan negatif. Penentuan range/interval dengan menggunakan rumus :


(40)

Range = Skor tertinggi - skor terendah Jenjang yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk mengetahui responden. Daftar pertanyaan sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda anti rokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar, terdiri dari 15 pertanyaan sehingga :

a. Skor terendah = 12 x 1 = 12 b. Skor tertinggi = 12 x 4 = 48

c. Skor interval = 3

15 60

= 12

Berdasarkan skor untuk sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda anti rokok No 5 mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di surat kabar adalah rendah, sedang dan tinggi yaitu sebagai berikut :

a. Jawaban skor 12 – 23 termasuk rendah b. Jawaban skor 24 – 35 termasuk sedang c. Jawaban skor 36 – 47 termasuk tinggi

Sikap Mahasiswa UPN veteran Jatim paska pemberitaan Perda antirokok No 5 mengenai KTR dan KTM di media di katagorikan kedalam tiga (3) katagori yaitu positif, negatif dan netral. Dikatakan positif, jika Mahasiswa tersebut mendukung dengan pemberitaan Perda, sementara negatif jika Mahasiswa tidak mendukung pemberitaan Perda, dan netral, jika Mahasiswa tidak memberikan pendapatnya tentang pemberitaan Perda.


(41)

3.1.2. Mahasiswa UPN veteran Jatim

Mahasiswa UPN veteran Jatim merupakan khalayak target penelitian. Karena UPN merupakan salah satu tempat belajar mengajar yang turut mendukung adanya Perda No 5 dan merupakan salah satu kawasan yang dilarang merokok dalam Perda anti rokok No 5. Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang merokok, membaca surat kabar Jawa Pos.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UPN yang berjumlah 2276 Mahasiswa yang masih aktif (Biro Admik UPN Veteran Jatim). UPN Veteran Jatim dipilih dalam penelitian ini karena merupakan salah satu tempat atau kawasan belajar mengajar yang ikut serta mendukung Perda anti rokok No 5 terbukti adanya tanda larangan merokok disetiap area kampus.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang pernah membaca berita Perda No 5 di Jawa Pos. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik


(42)

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu ( Sugiyono, 2001: 61 ). Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel antara lain :

1. Mahasiswa UPN Veteran Jatim yang merokok.

2. Pernah membaca pemberitaan Perda anti rokok No 5 di Jawa Pos.

Jadi berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel, maka digunakan rumus Yamane (Rahmat, 2006:160) yaitu :

1 . 2 

d N

N n

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d² = Presisi 10% derajat ketelitian (0,01) (Rachmat, 2007:160) Jadi jumlah Mahasiswa adalah sebagai berikut :

n = 2276 2276. (0,1)² + 1

n = 2276 2276. 0,01 + 1

n = 2276 22,76+ 1


(43)

n = 2276 23,76

n = 95,79 = 100 orang (dibulatkan)

Jadi sampel penelitian sebanyak 100 responden.

3.2.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang diminta memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku penunjang lembaga pemerintahan (Suyanto, 2005:55).

3.2.4. Metode Analisis Data

Penelitian data yang akan diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Editing atau seleksi angket yaitu data yang digunakan untuk mencapai

hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh valid.

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada agar dapat dihubungkan dengan pegukuran terhadap variabel yang ada (Rahmat, 2002:134).


(44)

3.2.5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh akan dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

P = F x 100 %

N

Keterangan :

P : Presentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumusan tersebut maka diperoleh yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan di atas selanjutnya akan disajikan dalam tabel, kemudian dideskripsikan dan juga diinterpretasikan.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian 4.1.1 Surat Kabar Jawa Pos

4.1.1.1Sejarah Perkembangan Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang bertempat di jalan Kembang Jepun 166-169. perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cung Sen alias SoesenoTedjo pada tanggal 1 Juli 1949. Soeseno Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Tedjo ini bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi surat kabar, ternyata menguntungkan, maka ia pun kemudian mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama lain Java Pos pada tanggal 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa, perusahaan penerbitannya waktu itu adalah PT. Java Pos Concern Ltd. Yang bertempat di jalan Kembang Jepun. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang tak pernah goyah.

Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai raja koran karena memiliki surat kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post, sedangkan De Vrije Pers adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.


(46)

Surat kabar De Vrije Pers yang berbahasa Belanda tersebut awalnya dimiliki oleh Vit Geres Maatscahppij De Vrije Pers yang berlokasi di jalan Kaliasin 52 Surabaya, tetapi selanjutnya dibeli oleh PT Java Post Concern Ltd, pada bulan April 1954. Pada bulan dan tahun yang sama, Java Pos mulai dicetak di percetakan Agil di jalan K.H. Mansyur Surabaya.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit oleh pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News. Meskipun akhirnya harian ini dihentikan penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pada tahun 1981. Sedangkan munculnya kemelut yang disebabkan oleh G 30 S/PKI ternyata tidak saja menimpa Harian Kompas tetapi juga menimpa Harian Chuo Shin Wan, sehingga pada tahun kejadian itu tetap terbit meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan karena oplahnya yang sangat kecil yakni hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Java Pos memiliki ciri utama terbit pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Java Pos dicetak dipercetakan Agil di jalan K.H. Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Pada 1 April 1954 Java Post dicetak dipercetakan De Vrije Pers jalan Kaliasin 52 Surabaya. Dari tahun ke tahun oplah Java Post mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 1954-1957 oplah sebesar 4000 eksemplar pada tahun 1958-1964 oplah sebesar 10.000 eksemplar.


(47)

Pada tahun 1958 Java Post berganti ejaan menjadi Djawa Post ejaannya lebih disempurnakan dengan nama Jawa Pos. Pada saat itu perkembangan Jawa Pos semakin membaik dengan oplah pada tahun 1971-1981 menjadi 10.000 eksemplar dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah Jawa Pos tinggal 6700 eksemplar. Pendistribusiannya di Surabaya hanya 2000 eksemplar, sedangkan lainnya di beberapa kota di Jawa Timur seperti di Malang yang beredar hanya 350 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini dikarenakan system manajemen yang diterapkan semakin kacau. Ketiga anak The Cung Sen yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan ini tidak satupun yang tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi cetak juga kian sulit diikuti kemajuannya. Rendah oplah yang diperoleh penerbitan yang berakibat pada kecilnya pendapatan menyebabkan The Cung Sen sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas saham perusahaan kepada PT. Grafiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1 April 1982. Pak The (begitu panggilan untuk The Cung Sen) menyatakan tidak mungkin lagi mengembangkan Jawa Pos, tetapi Pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah mengapa sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada pengelola baru. Pak The sendiri memilih Tempo dengan pertimbangan khusus. “Tempo kan belum punya surat kabar, tentu saja surat kabar saya ini akan di nomorduakan”, begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat. Pak The sendiri dalam usianya yang sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama isterinya Megah Endah yang berusia 71 tahun.


(48)

Melihat keadaan yang terjadi pada PT Java Post Concern Ltd tersebut, maka direktur utama PT. Graffiti Pers Bapak Eric Samola Sh. Menugaskan Bapak Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Sebelum Pak The berangkat ke Inggris beliau berpesan agar Jawa Pos bias dikembangkan sebagaimana masa mudanya. Maka sesuai pada suatu malam sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil diadakan di rumahnya Jalan Pregolan. Disitulah diadakan kebulatan tekad “kami bertekad merebut kembali sejarah yang pernah dibuat Pak The”. Begitu kata-kata akhir sambutan Dahlan Iskan yang saat itu ditunjuk memimpin Jawa Pos. kata-kata itu akhirnya dibuktikan oleh Dahlan Iskan yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama atau CEO. Hanya dalam waktu 2 tahun oplah Jawa Pos sudah 250.000. Padahal ketika alih manajemen ini dilakukan untuk meraih oplah 100.000 rasanya mimpi. Sejak saat itulah perkembangan harian Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Berkat adanya perbaikan tersebut maka pada tahun 1999 oplahnya mencapai 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 berdasarkan akta Notaris Liem Sin Hwa, SH, no 8 pasal 4 menyatakan bahwa PT. Java Post Concern Ltd diganti dengan PT. Jawa Pos. Perubahan lain yang dilakukan oleh manajemen PT Jawa Pos adalah dalam hal permodalan. Pada awalnya Jawa Pos dimiliki secara tunggal, namun sehubungan dengan Surat Ijin Usaha Percetakan dan Penerbitan (SIUUP), khususnya tentang permodalan saham, 20 % dari saham perusahaan tersebut harus dimiliki oleh para karyawan dan wartawan untuk menciptakan rasa ikut memiliki.


(49)

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara esensial isi pemberitaannya. Surat kabar Jawa Pos tentang berkembang sebagai surat kabar yang menyajikan berita-berita umum ini meliputi peristiwa penting nasional yang merupakan peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintah, olahraga dan sebagainya. Selain itu juga berita-berita lain berdasarkan peristiwa di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dari perjuangan dan kepeloporan Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada khususnya, dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya adalah koran sore yaitu Surabaya Pos. Koran-koran Jakartapun datangnya sore. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak yang menertawai, “Koran kok pagi”. Banyak diantara yang menolak. Banyak agen dan loper menolak tak mau menjual Jawa Pos, bahkan dititipi saja agen dan loper menolak. Manajemen Jawa Pos akhirnya memutar otak. Kalau tak ada loper dan agen lewat apa Koran ini dipasarkan? Akhirnya ditemukan cara lain : isteri-isteri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper koran, termasuk isteri Dahlan Iskan sendiri. Cara ini ditempuh dengan banyak tujuan, pertama demi perkembangan koran itu sendiri, sebab kendala utama adalah pemasaran. Waktu itu gaji wartawan masih kecil. Dengan cara ini keluarga Jawa Pos ada tambahan pendapatan. Dan yang ketiga memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan atas jerih payah suaminya. Kelak dikemudian hari beberapa isteri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos. Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata


(50)

membuahkan hasil termasuk keredaksian. Warga Surabaya utamanya memilih Jawa Pos pada tahun 1985 oplah Jawa Pos sudah tembus pada angka 250.000 eksemplar perhari.

Jawa Pos sanggup mengalahkan penerbitan-penerbitan lain yang berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Post. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti ini, diantaranya dengan ini menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru untuk pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 hal per hari, menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasional dan muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi berita pada saat krisis moneter yang terjadi di Indonesia.

Salah satu hal benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yaitu dengan adanya JPNN (Jawa Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam suatu naungan kelompok Jawa Pos. Hal ini menyebabkan berita di suatu daerah di luar Surabaya tidak perlu lagi dikerjakan layoutnya di Surabaya dan juga berita tersebut dikerjakan di kota yang bersangkutan dan hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh para redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana massanya media online sedang berkembang Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui media internet dengan alamat situs www.jawapos.co.id.

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mulai menembus oplah diatas 100.000, yang semula dianggap mimpi. Akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi.


(51)

Yakni, berambisi menembus oplah 1.000.000. Berbagai upaya dilakukan baik dari redaksi, pemasaran, maupun lainnya, untuk menembus angka itu. Tetapi ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lantas munculah ide untuk ekspansi. Yakni membuat Koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide itu muncul dari Dahlan Iskan usai studi media di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat dan Negara maju lain. Di setiap kota punya satu koran dari hal ini, dia berasumsi bahwa dikota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos mendirikan koran di berbagi daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan koran yang mau mati atau tinggal SIUUP saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya didirikan oleh Jawa Pos.

Berhasil di satu kota, dilakukan di kota lain, gagal di satu kota, dicoba di kota lain. Dan pada April 2001, anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 90 group. Koran-koran yang dulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos sekarang sudah mendirikan koran-koran, majalah atau tabloid menjadi cucu Jawa Pos.

Beberapa media dikelola oleh Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Suara Indonesia yang telah berganti menjadi Radar Surabaya, Dharma nyata, Manuntung, Akcaya, Fajar, Riau Pos, Manado Pos, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian Rakyat Merdeka, Matra, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru, Independen, Harian Sumatera, Ekspress, dan masih banyak lainnya. Kerjasama dengan berbagai media itu bisa berupa bantuan modal,baik berupa uang maupun mesin cetak atau pun Sumber Daya Manusia.


(52)

Kini hampir di seluruh provinsi Indonesia, Jawa Pos punya group kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran tetapi percetakan, pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai trevel agen. Ini semua berada di tangan dingin Dahlan Iskan. Bagaimana mimpi 1 juta ? Dahlan Iskan bilang, “kita sudah mencapainya, kalau oplah seluruh group Jawa Pos dikumpulkan (www.jawapos.com).

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan temuan-temuan yang diperoleh dari pengumpulan dan penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sampel. Sejumlah kuisioner disebarkan kemudian dipilih yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden sampai jumlah yang telah ditetapkan.

Responden pada penelitian ini adalah Mahasiswa UPN Veteran Jatim yang merokok dan membaca pemberitaan Perda anti rokok No 5 di surat kabar Jawa Pos. metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil kuisioner berdasarkan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.

4.2.1. Identitas Responden

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang karakteristik responden yaitu Mahasiswa UPN Veteran Jatim. Adapun data yang disajikan oleh peneliti antara lain berdasarkan jenis kelamin, usia dari responden.


(53)

4.2.1.1Jenis Kelamin Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentase jenis kelamin dari responden dilihat dari tabel 3.

Tabel 3

Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Responden F %

1. Laki-laki 65 65

2. Perempuan 35 35

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner 2

Berdasarkan tabel yang tertera diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laiki-laki dengan prosentase 65 % atau 65 responden. Sedangkan untuk responden perempuan sebesar 35 % atau sebanyak 35 responden. Hal ini dikarenakan dari mereka (responden laki-laki) memiliki sisa waktu membaca surat kabar Jawa Pos disela-sela waktunya pada saat istirahat, meskipun banyak juga yang membaca disela-sela waktunya sibuk dan mereka tidak harus membaca di rumah, di tempat mereka bekerjapun bisa membacanya, baik itu membeli maupun meminjamnya di kantor. Sedangkan perempuan lebih memilih surat kabar yang berisi tentang wanita hanya beberapa saja yang membaca Jawa Pos.


(54)

4.2.1.2Usia Responden

Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Mahasiswa UPN Veteran Jatim yang merokok dan membaca Perda anti rokok No 5 di Jawa Pos. Untuk mengetahui prosentase usia responden dapat dilihat dari tabel 4.

Tabel 4 Usia Responden

No.

usia responden

F

%

1

19 tahun

17

17

2

20 tahun

33

33

3

21 tahun

27

27

4

22 tahun

23

23

Jumlah

100

100

Sumber : Kuesioner No 3

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa usia responden pada penelitiann ini bervariasi mulai usia 19 tahun sampai dengan 22 tahun. Responden usia 19-22 tahun mereka adalah Mahasiswa UPN Veteran Jatim.

4.2.2 Responden Dalam Membaca Surat Kabar Jawa Pos

Penggunaan surat kabar pada responden yang membaca surat kabar Jawa Pos dapat diperoleh perhatian responden. Dalam mengamati responden dalam membaca surat kabar digunakan indikator sebagai berikut : berapa kali membaca surat kabar Jawa Pos, berapa lama membaca surat kabar Jawa Pos, dan bagaimana cara memperoleh surat kabar Jawa Pos.


(55)

4.2.2.1Berapa kali membaca pemberitaan Perda No 5 di Jawa Pos

Frekuensi membaca surat kabar adalah indikator dalam penggunaan media massa juga ikut menentukan. Untuk mengetahui jumlah berapa kali responden membaca pemberitaan Perda di Jawa Pos dapat diketahui pada tabel 5.

Tabel 5

Berapa kali membaca berita Perda No 5

o

No.

membaca berapa kali

F

%

1

1-3 kali

26

26

2

4-6 kali

35

35

3

7-9 kali

19

19

4

lebih dari 10 kali

20

20

Jumlah

100

100

Dari tabel 5 diatas menunjukan bahwa sebesar 26 % responden membaca antara 1-3 kali membaca berita Perda, karena mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk membacanya. 35 % responden membaca Jawa Pos antara 4-6 kali membaca berita Perda, karena ingin tahu perkembangan berita Perda rokok. Sedangkan responden sebesar 19 % yang membaca 7-9 kali dikarenakan mereka mempunyai banyak waktu untuk membaca. Selanjutnya Sebesar 20 % responden membaca lebih dari 10 kali membaca berita Perda, karena mereka banyak membutuhkan informasi dari media massa.

4.2.2.2Lamanya membaca surat kabar Jawa Pos

Dari 100 responden waktu yang dihabiskan seseorang untuk membaca surat kabar menunjukan perhatian orang tersebut dengan surat kabar. Untuk dapat


(56)

mengetahui prosentase lama membaca surat kabar Jawa Pos dapat diketahui pada tabel 6.

Tabel 6

Lamanya membaca surat kabar

No.

lama membaca

F

%

1

kurang 10 menit

24

24

2

10-20 menit

40

40

3

21-30 menit

17

17

4

lebih 30 menit

19

19

Jumlah

100

100

Sumber : Kuesioner No 6

Pada tabel 6 menunjukan bahwa sebesar 24 % responden yang membaca kurang dari 10 menit, karena responden terlalu sibuk. Dan 15 % responden yang membaca antara 10-20 menit tidak punya waktu yang terbatas karena padatnya kesibukan. Yang membaca antara 21-30 menit sebanyak 31 % responden, mereka adalah juga memiliki sisa waktu di sela-sela kesibukannya. 54 % responden menyatakan membaca surat kabar Jawa Pos lebih dari 30 menit memiliki sisa waktu luang.

4.2.2.3Cara memperoleh surat kabar Jawa Pos

Dari 100 responden dapat diketahui jumlah dan prosentase cara memperoleh surat kabar pada tabel 7.


(57)

Tabel 7

Cara memperoleh surat kabar

No.

cara memperoleh

F

%

1

Berlangganan

27

27

2

Eceran

46

3

Meminjam

27

jumlah

100

100

46

27

Sumber : Kuesioner No. 7

Pada tabel 7 menunjukan bahwa Sebanyak 27 % responden berlangganan, karena mereka mempunyai cukup uang untuk membeli. Mayoritas dalam penelitian ini yang merupakan pembaca Jawa Pos membeli dengan eceran yaitu sebesar 46 % responden, karena mereka mempunyai waktu untuk membacanya dan penghasilan mereka yang cukup untuk membeli surat kabar Jawa Pos. Sedangkan 27 % responden meminjam, alasan mereka meminjam karena mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membaca.

4.2.3 Aspek Kognitif

Aspek Kognitif ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman Mahasiswa UPN paska pemberitaan Perda No 5 diukur dari 4 pertanyaan tentang aspek kognitif yang diajukan agar responden memiliki masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 1 hingga nomor 4 pada kuisioner kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.


(58)

Diperoleh data bahwa skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4. perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 4 x 1 = 4

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Range = Skor tertinggi - skor terendah

Jenjang yang diinginkan = 16 – 4

3 = 12

3

= 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Kategori negatif = 4-7

2. Kategori netral = 8-11 3. Kategori positif = 12-15

Dengan demikian jika dimasukan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel-tabel di bawah ini.

4.2.3.1Berita Perda No 5 di Jawa Pos sangat penting dan dapat menambah informasi.

Untuk dapat mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap responden terhadap berita Perda anti rokok No 5 yang sangat penting dan dapat menambah informasi dapat diketahui pada tabel 8.


(59)

Tabel 8

Pendapat Responden terhadap berita Perda yang sangat penting dan menambah informasi

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Sangat Tidak Setuju

10

10

2

Tidak Setuju

35

35

3

Setuju

40

4

Sangat Setuju

15

15

Jumlah

100

100

40

Sumber : Kuesioner No 1

Dari tabel 8 diketahui bahwa sebesar 10 % responden menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena berita Perda anti rokok tidak mampu mengurangi perokok aktif. 35 % responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena berita Perda anti rokok tidak dapat berjalan efektif. Dari data tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 40 % menyatakan setuju terhadap berita Perda anti rokok, hal ini karena berita Perda anti rokok di Jawa Pos dapat menciptakan kepedulian serta dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. 15 % responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena berita Perda anti rokok mampu memberi informasi khususnya perokok

4.2.3.2Berita Perda anti rokok di surat kabar mengenai Kawasan Tanpa Rokok yang dilarang Perda No 5.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden terhadap berita Perda anti rokok mengenai Kawasan Tanpa Rokok yang dilarang Perda dapat diketahui pada tabel 9.


(60)

Tabel 9 ai Kawasan

Pendapat Responden mengen Tanpa Rokok yang dilarang Perda No 5

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Sangat Tidak Setuju

19

19

2

Tidak Setuju

13

13

3

Setuju

51

4

Sangat Setuju

17

17

51

100

100

Jumlah

an berita yang tidak begitu penting karena masih banyak pelanggar yang ditemui.

Sumber : Kuesioner No. 2

Dari tabel 9 menunjukan bahwa sebesar 19 % responden menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena berita Perda banyak yang menganggap kurang tegasnya aparat pemerintahan. 13 % responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena berita Perda merupakan berita yang tidak begitu penting karena masih banyak pelanggar yang ditemui. Dari data tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden 51 % menyatakan setuju bahwa berita Perda banyak diketahui sehingga Kawasan Tanpa Rokok merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap perokok pasif atau yang tidak merokok.17 % responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena responden mengetahui bahwa berita Perda nantinya berguna bagi pembaca. 13 % responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena berita Perda merupak


(61)

4.2.3.3

pa jumlah dan prosentase sikap responden terhadap berita Perda mengenai Kawasan Ter kok di kawasan belajar mengajar dapat diket

Pendapat Responden mengenai Kawasan Terbatas Merokok di kawasan belajar mengajar

Berita Perda anti rokok di surat kabar mengenai Kawasan Terbatas Merokok di kawasan belajar mengajar.

Untuk mengetahui bera

batas Mero ahui pada tabel 10.

Tabel 10

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Sangat Tidak Setuju

7

7

2

Tidak Setuju

30

30

3

Setuju

52

52

4

Sangat Setuju

11

11

Jumlah

100

100

Sumber : Kuesioner No. 3

Dari tabel 10 menunjukan bahwa sebesar 7 % responden menyatakan sangat tidak setuju, hal ini karena berita Perda dapat mengurangi suatu kreativitas seseorang dan hak seseorang. 30 % responden menyatakan tidak setuju, hal ini karena berita Perda mengurangi kebebasan beraktifitas. Dari data tersebut menunjukan bahwa mayoritas responden 52 % menyatakan setuju. Dengan alasan berita Perda dapat memberikan informasi serta dapat menghargai antara perokok

ktif dan pasif. 11 % responden menyatakan sangat setuju, hal ini karena unculnya berita Perda dapat mengendalikan para perokok aktif.

a m


(62)

4.2.3.4

terhadap berita Perda mengenai sanksi Perda N iketahui pada tabel 11.

Pendapat Responden mengenai sanksi Perda No 5 Berita Perda mengenai sanksi Perda No 5.

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase sikap responden o 5 dapat d

Tabel 11

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Sangat Tidak Setuju

53

53

2

Tidak Setuju

15

15

3

Setuju

22

4

Sangat Setuju

10

10

22

100

100

Jumlah

erda dapat membuat Perokok aktif untuk lebih menghargai lingkungan sekitar.

itif Mahasiswa UPN Veteran Jatim Paska Pemberitaan

i KTR dan KTM di Jawa Pos. Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 12.

Sumber : Kuesioner III No. 4

Dari tabel 11 menunjukan bahwa mayoritas responden 53 % menyatakan sangat tidak setuju karena berita Perda mengenai sanksi Perda tidak efektif serta tidak ada tindakan tegas dari pihak aparat hukum. 15 % responden menyatakan tidak setuju karena sanksi Perda kurang efektif. 22 % responden menyatakan setuju karena dengan sanksi Perda perokok dapat berhati-hati dengan kesehatan. 10 % sangat setuju, hal ini karena berita P

4.2.3.5Aspek Kogn Perda No 5

Dari tabel diatas maka dapat disusun tabel mengenai sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda mengena


(63)

Tabel 12 PN Veteran

Aspek kognitif Mahasiswa U Jatim paska pemberitaan Perda No 5

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Negatif

11

11

2

Netral

69

3

Positif

20

20

69

100

100

Jumlah

adanya berita Perda No 5 ini dapat menggugah dan me erminkan hidup sehat.

4.2.4

Sumber : Data olahan pada lampiran 2

Tabel diatas menunjukan sebanyak 11 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) negatif, hal ini karena responden tidak mendukung sepenuhnya berita Perda No 5 di surat kabar. Sebagian besar 69 % Mahasiswa UPN Veteran Jatim mempunyai sikap (aspek kognitif) netral terhadap berita Perda No 5. Hal ini karena responden menjadikan berita Perda sebagai informasi dan pengetahuan. 20 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) positif, hal ini karena responden mendukung dan membaca berita mengenai Perda anti rokok di surat kabar Jawa Pos. Mahasiswa berharap dengan

nc

Aspek Afektif

Aspek afektif responden mengenai sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 diukur dari 5 pertanyaan mengenai aspek afektif yang diajukan agar responden memiliki masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor


(1)

4.2.5.4

un tabel mengenai sikap Mahasiswa UPN Veteran paska pemberitaan P di surat kabar Jawa Pos. Untuk mengetah

T

Aspek Konatif Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5

Aspek konatif Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5

Dari tabel diatas maka dapat disus erda No 5 uinya dapat dilihat pada tabel 22.

abel 22

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Negatif

0

0

2

Netral

32

32

3

Positif

68

68

Jumlah

100

100

Sumber : Data olahan pada lampiran 4

Tabel diatas menunjukan sebanyak 0 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) negatif. 32 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) netral, hal ini karena responden menjadikan berita Perda No 5 sebagai pengetahuan dengan tidak memberikan pendapat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 68 % Mahasiswa UPN Veteran mempunyai sikap (aspek kognitif) positif terhadap berita Perda anti rokok. Hal ini karena responden membaca berita mengenai Perda No 5 di surat kabar Jawa Pos. mahasiswa berharap dengan adanya berita Perda anti rokok ini dapat menyadarkan serta peduli akan lingkungan dan kesehatan.


(2)

4.2.6

konatif yang telah diolah dari jawaban responden yang berasal dari kuision

han dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai

n skor tertinggi dari aspek

hkan skor terendah dari aspek

Ma gan i berikut :

Range inggi - skor terendah

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda anti rokok diukur dari total nilai masing-masing komponen sikap yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan

er.

Diperoleh data bahwa skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 12. perole

berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dengan menjumlahka kognitif, afektif, konatif yaitu 16+20+12 = 48 2. Skor terendah diperoleh dengan menjumla

kognitif, afektif, konatif yaitu 4+5+3 = 12 ka perhitun interval kelasnya adalah sebaga

= Skor tert

jang yang diinginkan 12

Jen

= 48 –

3 = 36

3

12

-35 3.

yang mempunyai kategori positif, netral, dan at dilihat pada tabel 23.

=

Jadi penentuan kategorinya adalah :

1. Kategori negatif jika skor yang diperoleh 12-23 2. Kategori netral jika skor yang diperoleh 24

Ktegori positif jika yang diperoleh 36-47

Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden negatif dap


(3)

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 Tabel 23

No.

Kategori Jawaban

F

%

1

Negatif

1

1

2

Netral

81

3

Positif

18

18

81

ah

100

100

Juml

bisa menerima berita Perda No 5 yang telah diberitakan di surat kabar Jawa Pos.

Sumber : Data olahan

Dari tabel 23 menunjukan bahwa sebesar 1% responden mempunyai sikap negatif, hal ini karena responden tidak mau menerima berita Perda anti rokok dengan baik. Dari hasil tersebut bahwa sebesar 81 % responden mempunyai sikap netral, hal ini dikarenakan Mahasiswa UPN Veteran Jatim membutuhkan informasi yang bermanfaat sebagai wawasan atau pengetahuan. Dan 18 % responden mempunyai sikap positif, hal ini karena Mahasiswa


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hasil temuan dan analisis data yang dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi. Maka kesimpulan dalam penelitian sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 di surat kabar Jawa Pos adalah netral, artinya bahwa Mahasiswa UPN Veteran Jatim mengerti isi berita Perda anti rokok. Hal ini ditunjukan pada berita Perda anti rokok yang diberlakukan di UPN Veteran untuk kepentingan bersama yang menciptakan rasa peduli terhadap kesehatan serta lingkungan sekitar. Pada sikap (aspek kognitif) netral terhadap berita Perda No 5 Mahasiswa berharap dengan adanya berita Perda anti rokok ini dapat dijadikan sebagai suatu informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Hal ini dikarenakan informasi yang disampaikan dapat menambah wawasan pembaca serta dapat menggugah kesadaran pembaca berita di surat kabar Jawa Pos. Pada sikap (aspek afektif) netral terhadap berita Perda No 5 responden merasa optimis bahwa dengan adanya berita Perda anti rokok dapat menggugah Mahasiswa untuk mengerti arti pentingnya kesehatan.


(5)

5.2 Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim paska pemberitaan Perda No 5 di surat kabar Jawa Pos yaitu media massa sebagai salah satu sumber informasi pendidikan dan hiburan diharapkan mampu mempertahankan dalam menampilkan fakta ke dalam bentuk berita secara berimbang dan apa adanya. Kepada khalayak pembacanya tanpa menonjolkan dan menyembunyikan fakta, agar dapat diketahui fakta yang sebenarnya. Dan diharapkan dengan adanya berita Perda No 5 Mahasiswa dapat memperhatikan larangan tersebut dan mematuhi Perda anti rokok demi kepentingan bersama.


(6)

Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Sosial (Format-format Kuantitatif dan Kualitatif), Surabaya : Airlangga University Press

Effendy, Onong, 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

, 2005. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya , 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti

Munandar D, Priatna, 2003, Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta : Prenada

Nazir, Mohammad, 2003, Metode Penelitian, Jakarta : PT Ghalia Indonesia Slamet, Y, 1993, Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial, Solo : Dabara Publisher Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia

Soerjono, Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Sumadiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia (Menulis Berita dan Feature),

Bandung : PT Remaja Rosdakarya (LSIP)

Suyanto, 2005, Metode Penelitian Sosial (Berbagai Alternatif Pendekatan), Jakarta : Prenada Media Group

Non Buku :

www.jawapos.com www.arsipjatim.com www.wikipedia.com www.bahayarokok.com www.bahayaasaprokok.com


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25