PEMBELAJARAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI SISWA SMP PADA KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Batasan masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI SISWA A.Model Pembelajaran IPA ... 8

B.Rujukan Konstruktivisme tentang Pembelajaran ... 11

C.Pembelajaran Model Learning Cycle ... 12

D.Peningkatan Penguasaan Konsep ... 17

E.Kemampuan Berpikir Klasifikasi ... 19


(2)

B.Tempat dan Subyek Penelitian ... 39

C.Variabel Penelitian ... 40

D.Definisi Penelitian ... 40

E.Asumsi Penelitian ... 41

F. Hipotesis ... 42

G.Instrumen Penelitian ... 42

H.Prosedur Penelitian ... 51

I. Teknik Pengumpulan Data ... 52

J. Analisis Data ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Peningkatan Penguasaan Konsep Keanekaragaman Makhluk hidup ... 58

B.Peningkatan Kemampuan Klasifikasi ... 66

C.Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Model Learning Cycle ... 73

D.Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Klasifikasi Siswa SMP Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Model Learning Cycle ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 80

B.Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(3)

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada beberapa dekade terakhir ini, kegiatan pembelajaran secara tradisional yang didominasi oleh guru (pembelajaran berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan pembelajaran yang mempromosikan keterlibatan siswa (berpusat pada siswa) dalam proses penemuan seperti yang dikemukakan oleh National Research Council (2003). Kegiatan ini menantang siswa untuk menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan sehingga dapat meningkatkan keikutsertaan dan menghasilkan suatu rasa keingintahuan dalam belajar, memperbaiki pengertian dan pola pikir, serta membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mengembangkan penelitian (Howard & Miskowski, 2005).

Perkembangan teknologi di dunia pendidikan menciptakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat langsung pada proses pembelajaran. Siswa tidak lagi duduk dengan pasif dalam aktivitas ceramah atau kegiatan eksperimen di laboratorium, melainkan siswa melakukan inkuiri di kelas atau di laboratorium (Marbach-Ad & Sokolove, 2000).

Inkuiri adalah salah satu standar yang dikemukakan dalam National Science Education Standards (NRC, 1996). Standar ini menggambarkan bahwa, siswa perlu mengkombinasikan proses-proses sains (observasi, percobaan dan kesimpulan) dan pengetahuan ilmiah dengan menggunakan penalaran ilmiah dan pemikiran kritis


(5)

2

untuk dikembangkan dalam pemahaman pengetahuan para siswa. Inkuiri dinyatakan sebagai standar sains, karena inkuiri merupakan suatu komponen dari sains dengan mekanisme dan tingkatan yang diusulkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri dan bagaimanapun suatu ilmu pengetahuan itu seharusnya dilaksanakan dan dipraktekan. Muatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) 2006 sarat dengan pengajaran inkuiri dan sesuai dengan pengalaman belajar siswa atau belajar yang bermakna. Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, pengajaran harus disesuaikan agar siswa menyadari pengetahuan mereka sebelumnya, bekerja secara kooperatif dalam lingkungan belajar yang positif dan aman serta membandingkan ide-ide baru dengan pengetahuan sebelumnya. Selain itu, pendidik juga harus menghubungkan gagasan baru dan mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut dalam situasi yang berbeda dengan saat dipelajari.

Salah satu model pengajaran sains yang berbasis inkuiri dan metode pengajarannya berpusat pada siswa adalah learning cycle (siklus belajar). Learning cycle dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu. Model pengajaran siklus belajar awalnya diajukan oleh Robert Karplus. Model ini berdasarkan pada teori Piaget dan melibatkan pengajaran dengan rujukan konstruktivisme. Model siklus belajar bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir kongkret ke abstrak. Siklus belajar merupakan strategi yang tepat bagi pengajaran sains tingkat menengah pertama dan menengah atas karena model pengajaran ini berjalan fleksibel dan menempatkan kebutuhan yang realistis pada guru dan siswa (Colburn & Clough, 1997).


(6)

Menurut National Research Council (NRC, 2003) peneliti-peneliti sains dalam berinkuiri harus mengkombinasikan pengetahuan ilmiah, merancang percobaan, analisis kuantitatif dan keahlian berkomunikasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains untuk meningkatkan penguasaan konsep-konsep IPA. Oleh karena itu harus diterapkan salah satu jenis keterampilan proses yaitu keterampilan klasifikasi dalam pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran dengan keterampilan klasifikasi ini diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup. Kemampuan berpikir melalui klasifikasi (klasifikasi logis) sangat penting karena adanya kemampuan melihat hubungan dan alternatif untuk memecahkan masalah (Rustaman, 1990).

Keanekaragaman makhluk hidup meliputi keragaman dari semua spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman makhluk hidup (Surtikanti, 2009). Tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup di bumi khususnya Indonesia dan mengingat pentingnya keanekaragaman makhluk hidup bagi kehidupan mendorong ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya. Salah satu cara mempelajari keanekaragaman makhluk hidup adalah dengan klasifikasi.

Menurut Rustaman (1990) kemampuan klasifikasi siswa sangat penting diteliti, karena bertolak dari kondisi yang memprihatinkan dalam menjaring minat siswa untuk memahami konsep tentang tata nama biologi karena dianggap sebagai pelajaran hapalan. Siswa terlalu dini diperkenalkan pada suatu sistem klasifikasi


(7)

4

yang sudah jadi tentang pengelompokkan makhluk hidup, sehingga siswa tidak membentuk sendiri konsep klasifikasi melainkan meniru sistem yang sudah ada. Kegiatan belajar menjadi kurang menarik dan membosankan, sementara itu konsep klasifikasi makhluk hidup memuat banyak kegiatan keterampilan proses yang dapat dilakukan dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dasar pengelompokkan sendiri mengakibatkan terjadinya proses pemaksaan bagi siswa untuk mempelajari klasifikasi makhluk hidup dengan cara menghafal. Selain itu, konsep klasifikasi mahkluk hidup merupakan konsep dasar dalam mempelajari konsep-konsep biologi berikutnya. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran ini lebih menarik dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang dan kajian yang dikemukakan di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran model learning cycle (siklus belajar) untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP pada keanekaragaman mahkluk hidup.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi pembelajaran model learning cycle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP pada materi keanekaragaman makhluk hidup?


(8)

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran model learning cycle dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa SMP pada topik keanekaragaman makhluk hidup?

2. Apakah pembelajaran model learning cycle dapat meningkatkan kemampuan klasifikasi makhluk hidup siswa SMP?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran model learning cycle pada topik keanekaragaman makhluk hidup?

4. Apakah faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran model learning cycle?

C.Batasan Masalah

Supaya permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model learning cycle dengan lima tahapan (5E) yaitu, Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration dan Evaluation.

2. Materi keanekaragaman makhluk hidup yang dipelajari meliputi terdiri dari klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi hewan.


(9)

6

3. Penguasaan konsep yang diukur berdasarkan pada indikator jenjang proses kognitif Bloom yang telah direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yaitu pada tingkatan C1, C2 dan C3.

4. Kemampuan klasifikasi yang diukur meliputi; (1) mencari persamaan ciri makhluk hidup, (2) mencari perbedaan ciri makhluk hidup, (3) membandingkan ciri makhluk hidup, (4) mencari dasar pengelompokkan ciri makhluk hidup, dan (5) kemampuan membuat klasifikasi alternatif makhluk hidup (Rustaman, 1990).

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan pembelajaran model learning cycle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP pada materi keanekaragaman makhluk hidup, serta bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran tersebut.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, diantaranya sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, wawasan serta menjadi


(10)

dan menumbuh kembangkan kreativitas siswa dalm pembelajaran IPA khususnya biologi.

2. Bagi Pembuat Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan pendidikan, yaitu dalam pengembangan pembelajaran pada tingkat nasional, daerah atau tingkat operasional sekolah.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lebih jauh lagi mengenai pembelajaran model learning cycle, baik pada tema yang sama maupun pada tema yang berbeda.


(11)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian eksperimen lemah (weak eksperimental) dengan One-Group pretest-posttest design (Fraenkel & Wallen, 1993), yakni suatu bentuk design yang terdiri dari satu kelompok yang dipilih secara cermat, kemudian diamati sebelum (tes awal) dan sesudah (tes akhir) perlakuan diberikan. Perbedaan antara tes awal dan tes akhir diasumsikan sebagai efek dari perlakuan. Data tentang penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa diperoleh pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan kinerja siswa diperoleh selama pembelajaran.

Kemampuan awal siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup dapat diketahui dari pretest atau tes awal yang diberikan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Perlakuan yang diberikan berupa penerapan pembelajaran model learning cycle pada materi keanekaragaman makhluk hidup. Setelah pembelajaran model learning cycle pada materi keanekaragaman makhluk hidup diberikan pada kelas eksperimen, maka selanjutnya diberikan posttest atau tes akhir untuk mengetahui hasil penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada alur penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(12)

B.Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMP Negeri 4 Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada semester II tahun pelajaran

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Kajian Kemampuan Klasifikasi Studi Pendahuluan

Kajian konsep Kajian Model Learning cycle

Rancangan Pembelajaran Model Learning cycle Penyusunan Instrumen (Tes, LKS dan Angket)

Uji Coba Instrumen

Pretest t (tes Awal)

Pembelajaran Model Learning cycle menggunakan LKS

Posttest (tes akhir) dan Angket

Data

Analisis Data

Kesimpulan


(13)

40

2009/2010. Subyek diambil satu kelas secara acak dari dua kelas yang ada. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Sekolah ini dipilih karena sekolah tersebut terletak di daerah perkebunan karet, sawit dan hutan, yang diasumsikan bahwa siswa lebih banyak mengenal lingkungan sekitarnya yang terdiri berbagai macam makhluk hidup. Karakteristik seperti ini diharapkan dapat mempermudah kegiatan pembelajaran dalam mengelompokkan berbagai macam makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar.

C.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah model pembelajaran learning cycle.

2. Variabel terikat adalah penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP terhadap materi keanekaragaman makhluk hidup.

D.Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi salah tafsir, berikut ini akan dikemukakan definisi operasional :

1. Model learning cycle dalam pembelajaran ini menggunakan model learning cycle 5E yang terdiri dari lima tahapan yaitu menarik perhatian siswa (Engagement), menggali konsep (Exploration), menjelaskan (Explaination),


(14)

mengembangkan konsep (Elaboration) dan menilai (Evaluation) pada materi keanekaragaman makhluk hidup.

2. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil skor tes tiap soal yang dijawab benar oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup. Soal penguasaan konsep dalam materi keanekaragaman makhluk hidup didasarkan kepada taksonomi Bloom revisi dengan soal berbentuk pilihan ganda dengan skor 1 pada setiap jawaban yang benar.

3. Kemampuan klasifikasi adalah hasil skor tes tiap soal yang dijawab benar oleh siswa pada soal kemampuan klasifikasi. Soal kemampuan klasifikasi dalam konsep keanekaragaman makhluk hidup terdiri dari soal berbentuk pilihan ganda dengan skor 1 pada setiap jawaban yang benar dan essay dengan skor 25 untuk total jawaban yang benar.

E.Asumsi Penelitian

1. Model learning cycle 5E merupakan salah satu strategi mengajar berbasis inkuiri yang berpusat pada siswa dan menerapkan teori konstruktivisme. Penggunaan pembelajaran model learning cycle 5E, siswa dapat mengenal suatu konsep, menghubungkan konsep dengan fenomena yang diselidiki sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan gagasan mereka sendiri dan siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajari.


(15)

42

2. Pembelajaran model learning cycle 5E dapat diterapkan pada konsep yang bersifat sains deskriptif hingga sains eksperimental (Dahar, 1996).

3. Kegiatan mengelompokan (klasifikasi) menjadi salah satu kegiatan penting yang harus dikuasai siswa SMP dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup. Keterampilan mengelompokan merupakan alat penting dalam mengembangkan konsep dan proses-proses berpikir. Kegiatan klasifikasi diharapkan agar siswa dapat berpikir kritis, bertindak kreatif dan mempunyai alternatif jawaban terhadap satu masalah (Rustaman, 1990).

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah “Pembelajaran model learning cycle dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP pada keanekaragaman mahluk hidup”.

G.Instrumen Penelitian

Pengumpulan data penelitian menggunakan sejumlah instrumen penelitian, yaitu perangkat tes tertulis, rubrik penilaian kinerja dan angket. Dari tiga instrumen yang digunakan, maka rancangan instrumen dalam pelaksanaannya adalah sebagai mana yang terlihat pada tabel 3.1.


(16)

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen No Instrumen Bentuk

Kegiatan

Waktu Subyek

1 Tes Tertulis Penguasaan Konsep dan kemampuan klasifikasi Validitas Butir Soal Sebelum Penelitian dilaksanakan Dosen Ahli Uji Coba Instrumen Sebelum Penelitian dilaksanakan

Siswa SMP Kelas VIII (telah mendapatkan materi keanakaragaman makhluk hidup) Analisis Butir Soal Sebelum Penelitian dilaksanakan Peneliti Pretest (tes awal) Sebelum perlakuan diberikan

Siswa SMP Kelas VII

Pembelajaran Model learning cycle Perlakuan diberikan (penelitian berlangsung)

1. Siswa SMP kelas VII 2. Guru Posttest (tes akhir) Setelah perlakuan diberikan

Siswa SMP Kelas VII

2 LKS Pembelajaran

menggunakan LKS

Pada saat perlakuan diberikan

1. Siswa SMP kelas VII

2. Guru

3 Angket Pengisian

Angket

Setelah perlakuan diberikan

Siswa SMP Kelas VII

1. Tes Tertulis

Tes tertulis ini berisi butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup yang dilakukan sebelum dan setelah implementasi pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle. Butir-butir soal ini sebanyak 25 soal


(17)

44

berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal untuk mengukur penguasaan konsep dan 15 soal untuk mengukur kemampuan klasifikasi dan 1 soal berbentuk essay untuk mengukur kemampuan alternatif siswa. Soal essay yang diberikan untuk mengukur kemampuan kalsifikasi alternatif makhluk hidup hanya satu pertanyaan, dengan harapan siswa dapat membuat klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pemahaman mereka.

Tes yang digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, menggunakan jenjang konsep taksonomi Bloom Revisi dengan indikator C1, C2 dan C3. Soal kemampuan klasifikasi menggunakan indikator yaitu; mencari persamaan ciri-ciri makhluk hidup, mencari perbedaan ciri-ciri makhluk hidup, membandingkan ciri-ciri makhluk hidup, mencari dasar pengelompokkan dan klasifikasi alternatif makhluk hidup. Sebaran dan instrumen tes penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi serta kisi-kisi soal dapat dilihat pada Lampiran A3 dan Lampiran A4.

Sebelum soal tes tertulis digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi, dengan cara mengujicobakan soal tes tersebut pada satu kelas. Hasil ujicoba dihitung dengan menggunakan program komputer Anates V4. Dari hasil Anates diperoleh nilai reliabilitas tes, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

a. Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas instrumen ini dihitung dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal Anates. Dari perhitungan Reliabilitas menggunakan program komputer Anates, maka diperoleh nilai 0,98. Hasil reliabilitas yang diperoleh termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kriteria penilaian yang diperoleh berdasarkan


(18)

tafsiran derajat keterandalan (reliabilitas) yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) seperti yang pada Tabel berikut 3.2. Rumus menghitung reliabilitas secara manual terdapat pada Lampiran B1. Hasil perhitungan reliabilitas tes secara lengkap menggunakan Anates dapat dilihat pada Lampiran B2.

Tabel 3.2.

Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Keterangan

0,00 – 0,20 Tingkat reliabilitas kecil 0,21 – 0,40 Tingkat reliabilitas rendah 0,41 – 0,70 Tingkat reliabilitas sedang 0,71 – 0,90 Tingkat reliabilitas tinggi 0,91 – 1,00 Tingkat reliabilitas sangat tinggi b. Validitas Butir Soal

Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi dan uji validitas kriteria. Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen yang memiliki keahlian di bidang materi biologi, untuk melihat kesesuain standar isi materi yang ada di dalam instrumen tes. Sementara uji validitas kriteria dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer analisis butir soal Anates. Hasil perhitungan validitas tes terdapat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil Validitas Tes

No Validasi

Koefisien Korelasi Kriteria

1 0,564 Cukup

2 0,459 Cukup

3 0,463 Cukup

4 0,509 Cukup

5 0,717 Tinggi


(19)

46

No Validasi

Koefisien Korelasi Kriteria

7 0,373 Rendah

8 0,432 Cukup

9 0,465 Cukup

10 0,362 Rendah

11 0,579 Cukup

12 0,479 Cukup

13 0,644 Tinggi

14 0,795 Tinggi

15 0,421 Cukup

16 0,498 Cukup

17 0,719 Tinggi

18 0,573 Cukup

19 0,326 Rendah

20 0,564 Cukup

21 0,455 Cukup

22 0,463 Cukup

23 0,509 Cukup

24 0,621 Tinggi

25 0,534 Cukup

Penafsiran korelasi validitas tes yang digunakan didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) seperti yang disajikan pada Tabel 3.4. Rumus menghitung validitas tes secara manual dan hasil perhitungan validitas tes secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B1 dan B2.

Tabel 3.4.

Kriteria Koefisien Korelasi

Rentang Keterangan

0,80– 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

c. Tingkat kesukaran

Uji tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer analisis butir soal Anates. Hasil perhitungan tingkat kesukaran terdapat


(20)

pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Hasil Tingkat Kesukaran Tes

No Tingkat Kesukaran

P Kriteria

1 0,60 Sedang

2 0,88 Sedang

3 0,36 Sedang

4 0,32 Sedang

5 0,64 Sedang

6 0,52 Sedang

7 0,84 Mudah

8 0,32 Sedang

9 0,32 Sedang

10 0,16 Sukar

11 0,36 Sedang

12 0,60 Sedang

13 0,24 Sukar

14 0,36 Sedang

15 0,40 Sedang

16 0,68 Sedang

17 0,60 Sedang

18 0,52 Sedang

19 0,48 Sedang

20 0,60 Sedang

21 0,64 Sedang

22 0,36 Sedang

23 0,32 Sedang

24 0,6 Sedang

25 0,48 Sedang

Penafsiran tingkat kesukaran didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) seperti yang disajikan pada Tabel 3.6. Rumus menghitung tingkat kesukaran soal secara manual dan hasil perhitungan tingkat kesukaran soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B1 dan B2.


(21)

48

Tabel 3.6

Kriteria Tingkat Kesukaran

P Kriteria

0,00 – 0,30 Soal Sukar

0,31 – 0,70 Soal Sedang

0,71 – 1,00 Soal Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda dihitung dengan bantuan program komputer analisis butir soal Anates. Hasil perhitungan daya pembeda tes terdapat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Hasil Daya Pembeda Tes

No Daya Pembeda

ID Kriteria

1 0,57 Baik

2 0,43 Baik

3 0,57 Baik

4 0,71 Baik

5 0,71 Baik

6 0,57 Baik

7 0,43 Baik

8 0,24 Cukup

9 0,43 Baik

10 0,24 Cukup

11 1,00 Baik Sekali

12 0,86 Baik Sekali

13 0,86 Baik Sekali

14 0,86 Baik Sekali

15 0,24 Cukup

16 0,43 Baik

17 0,86 Baik Sekali

18 0,71 Baik Sekali

19 0,24 Cukup

20 0,57 Baik

21 0,29 Cukup

22 0,57 Baik

23 0,71 Baik Sekali

24 0,57 Baik

25 0,43 Baik


(22)

Arikunto (2009) seperti yang disajikan pada Tabel 3.8. Rumus menghitung daya pembeda soal secara manual dan hasil perhitungan daya pembeda secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B1 dan B2.

Tabel 3.8.

Kriteria Daya Pembeda Soal

ID Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

Berdasarkan hasil reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir dari 25 soal, maka reliabilitas tes, validitas butir soal, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi masing-masing soal dapat disimpulkan seperti yang terdapat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Rekapitulasi Reliabilitas Tes, Validitas Butir Soal, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep dan Kemampuan Klasifikasi Reliabilitas Tes = 0,98 artinya derajat keterandalan tinggi

No

Validasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Keputusan Koefisien

Korelasi Kriteria ID Kriteria P Kriteria

1 0,564 Cukup 0,57 Baik 0,60 Sedang Dipakai

2 0,459 Cukup 0,43 Baik 0,88 Sedang Dipakai

3 0,463 Cukup 0,57 Baik 0,36 Sedang Dipakai

4 0,509 Cukup 0,71 Baik 0,32 Sedang Dipakai

5 0,717 Tinggi 0,71 Baik 0,64 Sedang Dipakai

6 0,614 Tinggi 0,57 Baik 0,52 Sedang Dipakai

7 0,373 Rendah 0,43 Baik 0,84 Mudah Dipakai

8 0,432 Cukup 0,24 Cukup 0,32 Sedang Dipakai

9 0,465 Cukup 0,43 Baik 0,32 Sedang Dipakai

10 0,362 Rendah 0,24 Cukup 0,16 Sukar Dipakai

11 0,579 Cukup 1,00 Baik Sekali 0,36 Sedang Dipakai

12 0,479 Cukup 0,86 Baik Sekali 0,60 Sedang Dipakai

13 0,644 Tinggi 0,86 Baik Sekali 0,24 Sukar Dipakai


(23)

50

No

Validasi Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Keputusan Koefisien

Korelasi Kriteria ID Kriteria P Kriteria

15 0,421 Cukup 0,24 Cukup 0,40 Sedang Dipakai

16 0,498 Cukup 0,43 Baik 0,68 Sedang Dipakai

17 0,719 Tinggi 0,86 Baik Sekali 0,60 Sedang Dipakai

18 0,573 Cukup 0,71 Baik Sekali 0,52 Sedang Dipakai

19 0,326 Rendah 0,24 Cukup 0,48 Sedang Dipakai

20 0,564 Cukup 0,57 Baik 0,60 Sedang Dipakai

21 0,455 Cukup 0,29 Cukup 0,64 Sedang Dipakai

22 0,463 Cukup 0,57 Baik 0,36 Sedang Dipakai

23 0,509 Cukup 0,71 Baik Sekali 0,32 Sedang Dipakai

24 0,621 Tinggi 0,57 Baik 0,6 Sedang Dipakai

25 0,534 Cukup 0,43 Baik 0,48 Sedang Dipakai

2. Rubrik Penilaian Kinerja

Rubrik penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja siswa dalam proses pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup. Hasil kinerja siswa diperoleh dari penilaian kegiatan yang dilakukan siswa. Penilaian diperoleh dari lembar kegiatan siswa (LKS). LKS yang dirancang dalam bentuk model learning cycle pada konsep klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi hewan. Hasil kinerja siswa selama proses pembelajaran dihitung berdasarkan rubrik penilaian kinerja yang diperoleh oleh siswa dalam mengerjakan LKS. Bentuk LKS yang diberikan kepada siswa untuk setiap kali pertemuan dapat dilihat pada Lampiran A2.

3. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan terhadap pembelajaran diberikan kepada siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran model learning cycle. Perolehan hasil angket dihitung persentasenya. Hasil yang diperoleh dijadikan kesimpulan dari tanggapan siswa tentang pembelajaran model learning cycle 5E. Bentuk angket yang diberikan kepada siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A5.


(24)

H.Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, ada beberapa tahapan prosedur yang harus ditempuh. Berikut ditampilkan alur penelitian yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, yaitu: peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan studi untuk menganalisis materi keanekaragaman makhluk hidup serta kemampuan klasifikasi. Kemudian menentukan indikator-indikator yang akan menjadi fokus penelitian dan sekaligus juga menyiapkan bahan-bahan untuk mendukung pelaksanaan penelitian. Selanjutnya peneliti menyusun dan melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, dan mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melaksanakan penelitian sekaligus membuat instrumen.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap model pembelajaran yang disusun. Implementasi model pembelajaran ini memerlukan waktu selama 2 minggu (10 jam pelajaran, terdiri dari 8 jam pelajaran untuk PBM, 1 jam untuk pretest dan 1 jam untuk posttest). Pelaksanaan implementasi model pembelajaran yang dikembangkan berlangsung mulai tanggal 15 Maret sampai dengan 27 Maret 2010. Tahap perlaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut.

a. Memilih subjek atau siswa yang akan diberi perlakuan untuk pembelajaran model learning cycle pada konsep keanekaragaman makhluk hidup.


(25)

52

b. Melakukan tes awal dengan menggunakan tes untuk penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi.

c. Melaksanakan pembelajaran, menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) proses pembelajaran dengan model learning cyle. RPP dan LKS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A1 dan A2.

d. Memberikan tes akhir, menggunakan tes untuk pengusaaan konsep dan kemampuan klasifikasi.

e. Memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran learning cycle pada materi keanekaragaman makhluk hidup. 3. Tahap analisis data dan penyusunan laporan

Setelah pelaksanaan pembelajaran learning cycle untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi dan penguasaan konsep pada siswa SMP pada materi keanekaragaman makhluk hidup selesai dan data yang diperlukan terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian dan sekaligus menyusun laporan penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis, rubrik penilaian kinerja dan angket siswa. Dari tes tertulis, diperoleh skor pretest-posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi. Dari rubrik penilaian kinerja diperoleh nilai kinerja siswa selama proses pembelajaran. Sementara dari angket


(26)

diperoleh tanggapan siswa terhadap model pembelajaran secara umum. Secara keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Teknik Pengumpulan Data Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Data Keterangan

Siswa

Penguasaan konsep

Tes tertulis Dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran Kemampuan

klasifikasi

Tes tertulis Dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran Kinerja Siswa Rubrik penilaian

kinerja

Dilakukan selama proses pembelajaran

Tanggapan terhadap model pembelajaran

Angket Dilakukan setelah

pembelajaran

J. Analisis Data

Setelah model pembelajaran diemplementasikan, diperoleh data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat pada Bab I. 1. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa analisis materi pelajaran, rancangan pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan model learning cycle, aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Data-data tersebut dianalisis kemudian dinarasikan.


(27)

54

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa skor pretest dan skor posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi. Data skor pretest dan skor posttest dilakukan normalisasi gain kelas eksperimen dengan menggunakan rumus yang diformulasikan oleh Hake (Meltzer, 2002),

N-Gain =

Kriteria penilaian hasil perhitungan gain ternoralisasi dapat dilihat pada Tabel 3.11. Tabel 3.11.

Kriteria Gain Ternormalisasi

N-Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan karena nilai probabilitas yang diperoleh berdasarkan perbandingan dengan distribusi teoritik, bukan berdasarkan hasil kecendrungan dari nilai (Siegel, 1990).

Uji normalitas dilakukan pada data pretest-posttest penguasaan konsep dan data pretest-posttest kemampuan klasifikasi. Data dikatakan normal apabila dari hasil


(28)

pengujian diperoleh nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed)) > 0,05. Nilai probabilitas digunakan untuk mengambil keputusan. Dari hasil perhitungan uji normalitas data pretest-posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi menggunakan SPSS dapat disajikan pada Tabel 3.12. Perhitungan uji normalitas data pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi dapat dilihat pada Lampiran D1 dan Lampiran D4.

Tabel 3.12.

Hasil Uji Normalitas Data Pretest-posttest Penguasaan Konsep dan Kemampuan Klasifikasi

Tes N Probabilitas Pretest

Probabilitas Posttest

Signifikansi

α = 0,05

Keputusan Penguasaan

Konsep

32 0,099 0,084 0,099 > 0,05 0,084 > 0,05

Data Normal Kemampuan

Klasifikasi

32 0,758 0,699 0,758 > 0,05 0,699 > 0,05

Data Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan pada data skor pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 17.0.

Uji homogenitas pada data pretest-posttest penguasaan konsep dan data pretest-posttest kemampuan klasifikasi. Data dikatakan homogen apabila dari hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas Based on Mean (Sig.) > 0,05. Nilai probabilitas digunakan untuk mengambil keputusan. Dari hasil perhitungan uji homogenitas data


(29)

56

pretest-posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi menggunakan SPSS dapat disajikan pada Tabel 3.13. Perhitungan uji homogenitas data pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi dapat dilihat pada Lampiran D2 dan D5.

Tabel 3.13.

Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-posttest Penguasaan Konsep dan Kemampuan Klasifikasi

Tes N Probabilitas α = 0,05 Keputusan

Penguasaan Konsep

32 0,361 0,361 > 0,05 Data Homogen

Kemampuan Klasifikasi

32 0,067 0,067> 0,05 Data Homogen

c. Uji t

Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui data berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara nilai pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi. Perhitungan uji t dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0. Dari hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai probabilitas (Sig. (2-tailed)), tafsiran terhadap nilai probabilitas dapat dijadikan sebagai kesimpulan dari data pretest dan posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi. Hasil perhitungan uji t menggunakan SPSS pada data pretest- posttest penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi disajikan pada Tabel 3.14. Hasil perhitungan uji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran D3 dan Lampiran D6.


(30)

Tabel 3.14.

Hasil t Pretest-posttest Penguasaan Konsep dan Kemampuan Klasifikasi

Tes Probabilitas α = 0,05 Kesimpulan

Penguasaan Konsep

0,000 0,000 < 0,05 Berbeda nyata (signifikan) Kemampuan

Klasifikasi

0,000 0,000 < 0,05 Berbeda nyata (signifikan)

d. Uji Anova

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai kemampuan klasifikasi setiap indikatornya. Perhitungan uji Anova dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0. Dari hasil uji Anova diperoleh nilai probabilitas (Sig) pada setiap indikator. Tafsiran nilai probabilitas pada masing-masing indikator kemampuan klasifikasi dapat dijadikan sebagai kesimpulan perbedaan rata-rata antara indikator. Hasil perhitungan uji Anova terhadap masing-masing secara indikator kemampuan klasifikasi lengkap dapat dilihat pada Lampiran D7.


(31)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Pembelajaran model learning cycle pada keanekaragaman makhluk hidup dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa SMP. Peningkatan penguasaan konsep keanekaragaman makhluk hidup setelah menggunakan model pembelajaran learning cycle secara signifikan lebih tinggi (65%) dibandingkan sebelum implementasi (41%).

Pembelajaran model learning cycle pada keanekaragaman makhluk hidup dapat meningkatkan kemampuan klasifikasi siswa SMP. Peningkatan kemampuan klasifikasi keanekaragaman makhluk hidup setelah menggunakan model pembelajaran learning cycle secara signifikan lebih tinggi (56%) dibandingkan sebelum implementasi (22%).

Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran learning cycle. Model pembelajaran learning cycle memberikan pengalaman baru dalam mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup dalam usaha meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa.

Faktor yang mendukung peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

klasifikasi dalam pembelajaran model learning cycle pada materi

keanekaragaman makhluk hidup adalah: (1) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi konsep, (2) Siswa mendapatkan kesempatan menjelaskan konsep (eksplanasi), dan (3) Siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan dan


(32)

mengembangkan pengetahuan konsep (elaborasi) mereka pada kondisi lain. Faktor yang menghambat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi yaitu, sebagian besar siswa masih bersifat pasif dalam proses pembelajaran.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran learning cycle pada konsep keanekaragaman makhluk hidup untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebaiknya perlu diberikan pembelajaran model learning cycle berulang kali, agar pengalaman belajar siswa bervariasi dan siswa akan lebih kreatif.

2. Perlu dikembangkan lagi model pembelajaran learning cycle untuk konsep keanekaragaman makhluk hidup agar kemampuan klasifikasi siswa semakin meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

3. Perlu diberikan pelatihan tentang model pembelajaran learning cycle khusus untuk para guru, agar dapat menerapkan model learning cycle dalam kegiatan belajar.


(33)

82

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds.). (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. Astuti, L. S. (2007). Klasifikasi Hewan. Jakarta: PT. Kawan Pustaka.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: BSNP.

Balci, S., Cakiroglu, J., & Tekkaya, C. (2006). “Engagement, Exploration, Explanation, Extension, and Evaluation (5E) Learning Cycle and Conceptual Change Text as Learning Tools”. Biochemistry and Molecular Biology Education, 34 (3), 199-203.

Beffa-Negrini, P. A., Cohen, N. L., Laus, M. J., & McLandsborough, L. A. (2007). “Development and Evaluation of An Online, Inquiry-Based Food Safety Education Program For Secondary Teachers And Their Students”. Journal of Food Science, 6 (4), 66-71.

Barman, C. R., Barman, N. S. & Miller J. A. (1996). “Two Teaching Methods and Students’ Understanding of Sound”. School Science and Mathematics, 96, 63-67.

Barman, C. R., Stein, M., Barman, N. S., & McNair, S. (2003). “Students’ Ideas About Plants: Results From A National Study”. Science and Children, 41(1), 46-51.

Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, A., Van Scotter, P., Powell, J. C., Westbrook, A., & Landes, N. (2006). The BSCS 5E Instructional Model : Origin, Efectiveness, and Aplication. [Online]. Tersedia: http://www..bscs.org. [6 Juli 2009]

Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. (2003). Biologi. Jakarta: Erlangga. Cavallo, A. M. L., Miller, R. B., & Saunders, G. (2002). “Motivation and Affect


(34)

Implication for classroom teaching”. Journal of Elementary Science Education, 14, 25-38.

Colburn, A. & Clough, M. P. (1997). “Implementing The Learning Cycle”. The Science Teacher, May 1997; 64. 5. Education Journal. Tersedia: http://www.library.uq.edu.au [18 Maret 2007].

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakart : Erlangga.

Depdiknas. (2004). Sistem Penilaian Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Enger, S. & Yager R. (2001). Assessing Student Understanding in Science. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Fraenkel, J. R, and Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc Graw Hill.

Good, R. G. (1997). How Children Learn Science (Conceptual Development and Implications for Teaching). London : Macmillan Publishing Co. Inc. Hapsari, I. F. R. (1999). Profil Kemampuan dan Kesulitan Siswa SLTP Kelas 1 dalam

Melakukan Klasifikasi pada Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup. Skripsi Ilmu Pendidikan, Bandung: Tidak diterbitkan.

Harlen, W. (1992). “Research and the development of science in the primary school”. Internasional Journal of Science Education. 14 (5). 491-503.

Howard, D. R., & Miskowski, J. A. (2005). Using A Module-Based Laboratory To Incorporate Inquiry Into A large Cell Biology Course. Cell Biology Education. 4, 249-260.

Indriani, (2004). Perbandingan Hasil Belajar dan Sikap Siswa SMP antara yang Menggunakan Media Gambar Hewan Verteberata Berbentuk Kartu dengan Metode Karya Wisata pada Konsep Keanekaragaman Hewan Verteberata. Tesis. SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E., (2009). Models of Teaching Model-Model Pengajaran. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kaynar, D., Tekkaya, C., Cakirogu, J., (2009). “Effectiveness of 5E Learning cycle Instruction on Students’Achievement in Cell Concept and Scientific Epistemological Beliefs”. Journal of Education 37: 96-105.


(35)

84

Madigan, M. T., Martinko, J. M., Parker, J., (2003). Biology of Microorganism. United States of America: Pearson Education, Inc.

Marbacch-Ad, G. & Sokolove, P. G. (2000). “Can Undergraduate Biology Students Learn to Ask Higher Level Question?”. Journal Research In Science Teaching. 37, 854-870.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Prepation and Conceptual Learning Gain in Physics: Apossible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretes Score. [Online]: Tersedia: http://www. physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. [1 April 2010]

Moertolo, A., Sunarmi, Sulasmi, E. S. (1999). Keanekaragaman Tumbuhan. Malang. Departemen Pendidikan Nasional. UNM. FPMIPA Biologi.

Monks, F. J., Knoers, A.M.P., Haditono, S. R. (1991). Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University.

National Research Council (1996). National science education standart. Washington, DC: National Academy Press.

National Research Council (2003). Bio 2010, Transforming Undergraduate Education for Future Research Biologists, Washington, DC: National Academy Press.

Prokop, P., Prokop M., Tunnicliffe. S. D. (2007a). “Is Biology Boring? Student Attitudes Toward Biology”. Journal of Biological Education, 42(1), 36-39.

Prokop, P., Prokop, M., Tunnicliffe, S. D., Diran, C. (2007b). “Children’s Ideas of Animals’ Internal Structures”. Journal of Biological Education, 41(2), 62-67.

Rustaman, N. Y., (1990). Kemampuan klasifikasi Logis Anak (Studi Tentang Kemampuan dan Inferensi Anak Usia Sekolah Dasar pada Kelompok Budaya Sunda). Disertasi Doktor IKIP, IKIP Bandung : Tidak diterbitkan. Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. K. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.


(36)

Rustaman, N. Y. & Redjeki, S. (1994). Biologi I Untuk SLTP Kelas I. Jakarta: Depdikbud

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Settlage, J. (2000). “Understanding The Learning cycle: Influences on Abilities to Embrace The Approach By Preservice Elementary School Teachers”. Science Education, 84, 43-50.

Siegel, S. (1990). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surtikanti, H. K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press.

Syamsuri, I., Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu. S. E. (2006). IPA Biologi Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Usman, M. U. & Setiawati, L. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walker, C. L., McGill, M. T., Buikema, A. L. J. R., Stevens, A. N., (2008). “Implementing Inquiry-Based Learning In Teaching Serial Dilution”. Journal of College Science Teaching; Jul/Aug 2008; 37, 6; Academic Research Library.

Wandersee, J. H., & Schussler, E. E. (2001). “Toward a Theory of Plant Blindness”. Plant Science Bulletin, 47, 2–9.


(1)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran model learning cycle pada keanekaragaman makhluk hidup

dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa SMP. Peningkatan penguasaan

konsep keanekaragaman makhluk hidup setelah menggunakan model

pembelajaran learning cycle secara signifikan lebih tinggi (65%) dibandingkan

sebelum implementasi (41%).

Pembelajaran model learning cycle pada keanekaragaman makhluk hidup

dapat meningkatkan kemampuan klasifikasi siswa SMP. Peningkatan

kemampuan klasifikasi keanekaragaman makhluk hidup setelah menggunakan

model pembelajaran learning cycle secara signifikan lebih tinggi (56%)

dibandingkan sebelum implementasi (22%).

Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran

learning cycle. Model pembelajaran learning cycle memberikan pengalaman baru

dalam mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup dalam usaha

meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa.

Faktor yang mendukung peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

klasifikasi

dalam

pembelajaran

model

learning

cycle

pada

materi

keanekaragaman makhluk hidup adalah: (1) Siswa diberi kesempatan untuk

melakukan eksplorasi konsep, (2) Siswa mendapatkan kesempatan menjelaskan

konsep (eksplanasi), dan (3) Siswa mendapat kesempatan untuk menerapkan dan


(2)

mengembangkan pengetahuan konsep (elaborasi) mereka pada kondisi lain.

Faktor yang menghambat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

klasifikasi yaitu, sebagian besar siswa masih bersifat pasif dalam proses

pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model

pembelajaran learning cycle pada konsep keanekaragaman makhluk hidup untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa SMP,

peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1.

Sebaiknya perlu diberikan pembelajaran model learning cycle berulang kali,

agar pengalaman belajar siswa bervariasi dan siswa akan lebih kreatif.

2.

Perlu dikembangkan lagi model pembelajaran learning cycle untuk konsep

keanekaragaman makhluk hidup agar kemampuan klasifikasi siswa semakin

meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

3.

Perlu diberikan pelatihan tentang model pembelajaran learning cycle khusus

untuk para guru, agar dapat menerapkan model learning cycle dalam kegiatan

belajar.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds.). (2001). A Taxonomy for Learning,

Teaching and Assesing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.

Astuti, L. S. (2007). Klasifikasi Hewan. Jakarta: PT. Kawan Pustaka.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: BSNP.

Balci, S., Cakiroglu, J., & Tekkaya, C. (2006). “Engagement, Exploration,

Explanation, Extension, and Evaluation (5E) Learning Cycle and

Conceptual Change Text as Learning Tools”. Biochemistry and

Molecular Biology Education, 34 (3), 199-203.

Beffa-Negrini, P. A., Cohen, N. L., Laus, M. J., & McLandsborough, L. A. (2007).

“Development and Evaluation of An Online, Inquiry-Based Food Safety

Education Program For Secondary Teachers And Their Students”.

Journal of Food Science, 6 (4), 66-71.

Barman, C. R., Barman, N. S. & Miller J. A. (1996). “Two Teaching Methods and

Students’ Understanding of Sound”. School Science and Mathematics, 96,

63-67.

Barman, C. R., Stein, M., Barman, N. S., & McNair, S. (2003). “Students’ Ideas

About Plants: Results From A National Study”. Science and Children,

41(1), 46-51.

Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, A., Van Scotter, P., Powell, J. C., Westbrook,

A., & Landes, N. (2006). The BSCS 5E Instructional Model : Origin,

Efectiveness, and Aplication. [Online]. Tersedia:

http://www..bscs.org

. [6

Juli 2009]

Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. (2003). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Cavallo, A. M. L., Miller, R. B., & Saunders, G. (2002). “Motivation and Affect


(4)

Implication for classroom teaching”. Journal of Elementary Science

Education, 14, 25-38.

Colburn, A. & Clough, M. P. (1997). “Implementing The Learning Cycle”. The

Science Teacher, May 1997; 64. 5. Education Journal. Tersedia:

http://www.library.uq.edu.au

[18 Maret 2007].

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakart : Erlangga.

Depdiknas. (2004). Sistem Penilaian Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Enger, S. & Yager R. (2001). Assessing Student Understanding in Science. Thousand

Oaks, CA: Corwin Press.

Fraenkel, J. R, and Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in

Education. Singapore: Mc Graw Hill.

Good, R. G. (1997). How Children Learn Science (Conceptual Development and

Implications for Teaching). London : Macmillan Publishing Co. Inc.

Hapsari, I. F. R. (1999). Profil Kemampuan dan Kesulitan Siswa SLTP Kelas 1 dalam

Melakukan Klasifikasi pada Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup.

Skripsi Ilmu Pendidikan, Bandung: Tidak diterbitkan.

Harlen, W. (1992). “Research and the development of science in the primary school”.

Internasional Journal of Science Education. 14 (5). 491-503.

Howard, D. R., & Miskowski, J. A. (2005). Using A Module-Based Laboratory To

Incorporate Inquiry Into A large Cell Biology Course. Cell Biology

Education. 4, 249-260.

Indriani, (2004). Perbandingan Hasil Belajar dan Sikap Siswa SMP antara yang

Menggunakan Media Gambar Hewan Verteberata Berbentuk Kartu

dengan Metode Karya Wisata pada Konsep Keanekaragaman Hewan

Verteberata. Tesis. SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E., (2009). Models of Teaching Model-Model

Pengajaran. Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kaynar, D.,

Tekkaya, C., Cakirogu, J.,

(2009). “Effectiveness of 5E Learning cycle

Instruction on Students’Achievement in Cell Concept and Scientific

Epistemological Beliefs”. Journal of Education 37: 96-105.


(5)

Madigan, M. T., Martinko, J. M., Parker, J., (2003). Biology of Microorganism.

United States of America: Pearson Education, Inc.

Marbacch-Ad, G. & Sokolove, P. G. (2000). “Can Undergraduate Biology Students

Learn to Ask Higher Level Question?”. Journal Research In Science

Teaching. 37, 854-870.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Prepation and

Conceptual Learning Gain in Physics: Apossible “Hidden Variable” in

Diagnostic

Pretes

Score.

[Online]:

Tersedia:

http://www.

physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. [1

April

2010]

Moertolo, A., Sunarmi, Sulasmi, E. S. (1999). Keanekaragaman Tumbuhan. Malang.

Departemen Pendidikan Nasional. UNM. FPMIPA Biologi.

Monks, F. J., Knoers, A.M.P., Haditono, S. R. (1991). Psikologi Perkembangan,

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada

University.

National Research Council (1996). National science education standart. Washington,

DC: National Academy Press.

National Research Council (2003). Bio 2010, Transforming Undergraduate

Education for Future Research Biologists, Washington, DC: National

Academy Press.

Prokop, P., Prokop M., Tunnicliffe. S. D. (2007a). “Is Biology Boring? Student

Attitudes Toward Biology”. Journal of Biological Education, 42(1),

36-39.

Prokop, P., Prokop, M., Tunnicliffe, S. D., Diran, C. (2007b). “Children’s Ideas of

Animals’ Internal Structures”. Journal of Biological Education, 41(2),

62-67.

Rustaman, N. Y., (1990). Kemampuan klasifikasi Logis Anak (Studi Tentang

Kemampuan dan Inferensi Anak Usia Sekolah Dasar pada Kelompok

Budaya Sunda). Disertasi Doktor IKIP, IKIP Bandung : Tidak diterbitkan.

Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,

Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. K. (2005). Strategi Belajar Mengajar


(6)

Rustaman, N. Y. & Redjeki, S. (1994). Biologi I Untuk SLTP Kelas I. Jakarta:

Depdikbud

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Settlage, J. (2000). “Understanding The Learning cycle: Influences on Abilities to

Embrace The Approach By Preservice Elementary School Teachers”.

Science Education, 84, 43-50.

Siegel, S. (1990). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Surtikanti, H. K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press.

Syamsuri, I., Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu. S. E. (2006). IPA Biologi Untuk SMP

Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Usman, M. U. & Setiawati, L. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walker, C. L., McGill, M. T., Buikema, A. L. J. R., Stevens, A. N., (2008).

“Implementing Inquiry-Based Learning In Teaching Serial Dilution”.

Journal of College Science Teaching; Jul/Aug 2008; 37, 6; Academic

Research Library.

Wandersee, J. H., & Schussler, E. E. (2001). “Toward a Theory of Plant Blindness”.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENYESUAIAN Penerapan Model Pembelajaran Problem posing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Penyesuaian Makhluk Hidup Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cabeankunti Tahun Ajaran

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA.

0 3 43

PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS YANG MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI DAN BERPIKIR LOGIS SISWA.

0 4 60

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA.

0 5 42

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP.

0 5 39

PENERAPAN PEER ASSESSMENT DALAM PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP.

2 5 35

PENERAPAN ASESMEN PORTOFOLIO DALAM MENGUNGKAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP.

0 1 37

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP ADAPTASI MAKHLUK HIDUP SISWA SMP.

0 1 39