IMAM BONJOL PADANG 1438 H 2017M

PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN KARTU DOMINO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI BILANGAN PECAHAN KELAS V SDN 16 PULAU KARAM KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibitidaiyah

Oleh VICI ANGGRIANI NIM: 1314070055 JURUSANPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Penggunaan Media Permainan Kartu Domino Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Bilangan Pecahan Kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Ajaran

2016/2017”, yang ditulis oleh Vici Anggriani, NIM. 1314070055, telah memenuhi persyaratan ilmiah yang dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Padang, Agustus 2017 Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Mulyadi, S.Ag.,M.Pd Andi Susanto, S.Si.,M.Sc NIP: 196912111998031003

NIP: 197905122006041003

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “Penggunaan Media Permainan Kartu Domino

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pecahan Kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Ajaran 2016/2017”, disusun oleh Vici Anggriani, NIM 1314070055.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pendidik jarang menggunakan media dalam pembelajaran matematika sehingga peserta didik sering menganggap matematika adalah pelajaran yang membosankan karena sulit untuk dipahami, untuk itulah diperlukan kemampuan pendidik untuk dapat merancang pembelajaran matematika yang kreatif dan dapat mengaitkan konsep matematika yang abstrak menjadi mudah dipahami peserta didik secara konkret. Peneitian ini dibatasi pada penggunaan media permainan kartu domino dalam pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar matematika peserta didik dengan menggunakan media permainan kartu domino.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi bilangan pecahan kelas dengan menggunakan media permainan kartu domino.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan di SDN

16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 29 April sampai tanggal

20 Mei 2017. Penelitian terdiri dari dua siklus. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap pengamatan, 4) tahap refleksi. Data penelitian berupa hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik dan data tes hasil belajar. Hipotesis tindakan “Penggunaan media permainan kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi bilangan pecahan”.

Hasil penelitian dengan menggunakan media permainan kartu domino diperoleh data bahwa aktivitas belajar peserta didik meningkat dari siklus I ke siklus II, peserta didik memperhatikan pendidik dalam penyampaian materi dari 100% tetap 100%, berdiskusi kelompok dari 72% menjadi 100%, mengajukan pertanyaan yang relevan dari 39% menjadi 75%, menjawab pertanyaan- pertanyaan dari 56% menjadi 78%, menyimpulkan pembelajaran dari 46% menjadi 84%. Hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I dari 18 peserta didik 9 orang tuntas, 9 orang tidak tuntas, ketuntasan klasikal 50% dengan rata-rata 57,9, sedangkan tes siklus II dari 18 orang peserta didik 16 orang tuntas, 2 orang tidak tuntas, ketuntasan klasikal 89% dengan rata-rata kelas 82,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Permainan Kartu

Domino Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pecahan Kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Ajaran 2016/2017”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media permainan kartu domino pada materi bilangan pecahan kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan dan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Gusril Kenedi, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.

2. Bapak Dr. Mulyadi, S.Ag.,M.Pd, selaku Pembimbing I dan Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Bapak Andi Susanto, S.Si.,M.Sc, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk membimbing penulis sampai selesai penulisan skripsi ini.

3. Ibu Aziza Meria, S.Ag.,M.Pd, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Imam Bonjol Padang.

4. Bapak Drs. Ilman Nasution, M.A, sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivaasi dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Imam Bonjol Padang.

6. Bapak/Ibu pimpinan perpustakaan UIN Imam Bonjol Padang beserta segenap staf.

7. Ibu Darmis, S.Pd, Kepala Sekolah dan Ibu Devitri Yenti, S.Pd, Wali kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan.

8. Rekan-rekan seperjuangan dan pihak lain yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Teristimewa kepada Ibunda Kosriantes dan Ayahanda Suprizal beserta seluruh keluarga besar penulis, yang senantiasa memberikan kasih dan sayang serta pengorbanan yang tidak terhitung banyaknya sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan, baik moril maupun materil akan menjadi nilai ibadah disisi Allah SWT dan dibalas dengan pahala berlipat ganda Aamiin Ya Rabbal A’lamin.

Padang, Agustus 2017

Vici Anggriani,

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata Media berasal dari kata medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Media merupakan suatu saluran untuk komunikasi suatu perantara yang membawa informasi dari pengirim kepada penerima informasi. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses pembelajaran, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya serap peserta didik atas pembelajaran yang diberikan pendidik, karena itu pendidik sangat berperan dalam merencanakan media apa yang akan dipakai

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran 1 . Media dalam arti yang sempit dikenal dengan alat peraga. Alat peraga

matematika bagian dari media pembelajaran. Ini diperlukan bagi peserta didik yang memulai belajar dengan bagian yang konkret untuk memahami konsep yang abstrak. Benda konkret sebagai perantara. Konsep yang abstrak akan mengendap, melekat, dan tahan lama, bila dipelajari melalui hal yang konkret dan pengertian. Alat peraga matematika direncanakan dan berguna terutama bagi peserta didik yang daya abstraknya kurang tajam. Dengan alat peraga yang direncanakan itu peserta didik akan aktif, asyik bekerja tanpa ada rasa takut dan tertekan serta

tegang 2 .

Tuntutan bagi seorang pendidik semakin besar dalam proses pembelajaran, pendidik harus bisa membuat dan mengkreasikan sebuah pembelajaran dengan menggunakan media, karena dengan menggunakan media peserta didik menjadi lebih tertarik dan aktif dalam belajar, dan sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik.

Matematika pada peserta didik sekolah dasar sering dianggap pelajaran yang membosankan karena sulit dipahami oleh peserta didik. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan antara karekteristik matematika dengan karakteristik anak usia sekolah dasar. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak sedangkan anak usia sekolah dasar (antara 6 sampai 12 tahun) termasuk kedalam fase operasional konkret, dimana kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoprasikan kaidah-kaidah logika namun, masih terkait dengan objek yang bersifat konkret.

Untuk itulah diperlukan kemampuan pendidik untuk dapat merancang pembelajaran matematika yang kreatif dan dapat mengaitkan konsep matematika yang abstrak, menjadi mudah dipahami peserta didik secara konkret. Hal tersebut berkaitan erat dengan model, metode, dan media yang digunakan pendidik dalam mengajarkan matematika terutama media pembelajaran yang digunakan, karena salah satu manfaat media yaitu “membuat konkret konsep-konsep yang abstrak” . Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara Untuk itulah diperlukan kemampuan pendidik untuk dapat merancang pembelajaran matematika yang kreatif dan dapat mengaitkan konsep matematika yang abstrak, menjadi mudah dipahami peserta didik secara konkret. Hal tersebut berkaitan erat dengan model, metode, dan media yang digunakan pendidik dalam mengajarkan matematika terutama media pembelajaran yang digunakan, karena salah satu manfaat media yaitu “membuat konkret konsep-konsep yang abstrak” . Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara

Pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar selama ini masih kurang dapat mengantarkan peserta didik memahami konsep yang abstrak menjadi konsep yang mudah dipahami peserta didik secara konkret, sehingga hal ini menyebabkan hasil belajar peserta didik banyak yang rendah atau tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 16 Pulau Karam di Kelas V, pada tanggal 15 Februari 2017, hari rabu tepat pukul 7. 30 sampai 10.00 WIB. Pendidik di lapangan masih kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan efektif dalam mengajarkan matematika. Pengalaman belajar yang dirancang pendidik dilapangan belum dapat mengembangkan kemampuan matematis yang seharusnya dimiliki peserta didik. Hal itu disebabkan karena pendidik tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik menjadi cepat bosan dalam belajar, dan sebagian peserta didik banyak yang mengantuk, cara pendidik mengajar kurang menarik perhatian peserta didik untuk memperhatikan penjelasan pendidik, ketika pembelajaran peserta didik masih banyak yang mengobrol dengan peserta didik lainnya, peserta didik diposisikan sebagai pendengar dan tidak terlibat secara aktif selama proses pembelajaran, sehingga menyebabkan peserta didik menjadi tidak aktif dalam

pembelajaran dan mudah mengantuk 4 .

Data hasil wawancara dilapangan dengan pendidik kelas V SDN 16 Pulau Karam Devitri Yenti S.Pd beliau mengatakan permasalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu: 1) kesulitannya pendidik menggunakan media yang cocok dalam proses pembelajaran Matematika, 2) peserta didik menganggap Matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, 3) kurangnya minat dan semangat peserta didik dalam belajar Matematika, 4) rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, 5) rendahnya

aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Matematika 5 .

Tabel 1.1 Persentase Tuntas dan Tidak Tuntas Ujian Semester 1 Matematika Peserta Didik Kelas V SDN 16 Pulau Karam

Kelas Jumlah

Tidak tuntas < 75 Peserta

Nilai

Tuntas ≥75

KKM Jumlah Persentase Jumlah Persentase Didik

V 18 75 8 44%

Sumber: Pendidik Kelas V SDN 16 Pulau Karam Berdasarkan tabel di atas, peserta didik kelas V berjumlah 18 orang, hanya

8 orang atau 44 % yang nilainya memenuhi KKM, sedangkan 10 orang atau 56 % berada dibawah KKM yang telah ditentukan. Dari hasil data tersebut maka, hasil belajar peserta didik kelas V SDN 16 Pulau Karam belum dikatakan berhasil karena lebih dari 50% peserta didik kelas V masih di bawah KKM.

Objek kajian matematika yang abstrak membuat peserta didik menganggap bahwa matematika itu sulit. Dalam prakteknya, ketika pembelajaran matematika teknik yang digunakan pendidik biasanya hanya ceramah, memberi contoh soal kemudian peserta didik diberi latihan soal. Ketika diberikan soal yang Objek kajian matematika yang abstrak membuat peserta didik menganggap bahwa matematika itu sulit. Dalam prakteknya, ketika pembelajaran matematika teknik yang digunakan pendidik biasanya hanya ceramah, memberi contoh soal kemudian peserta didik diberi latihan soal. Ketika diberikan soal yang

Setelah mengidentifikasi dan menganalisis faktor penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik kelas V SDN 16 Pulau Karam pada mata pelajaran Matematika, maka alternatif tindakan yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pecahan adalah dengan menggunakan media permainan kartu domino pecahan.

Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran mengenai penjumlahan pecahan karena masih terdapat peserta didik yang menganggap prosedur pengerjaan penjumlahan pecahan sama dengan bilangan cacah. Masih terdapat peserta didik yang mengerjakan penjumlahan pecahan dengan cara menambahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Jika dalam mengerjakan penjumlahan saja peserta didik masih salah, maka kemungkinan dalam menyelesaikan soal penguranganpun peserta didik akan salah dalam mengerjakannya.Untuk menjadikan kegiatan belajar bisa mencapai tujuan yang diinginkan, maka diperlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar. Prinsip-

prinsip pembelajaran menurut Hermawan yaitu 6 : prinsip pembelajaran menurut Hermawan yaitu 6 :

b. Prinsip perhatian dan motivasi, dalam proses pembelajaran perhatian berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas- aktivitas berikutnya. Dalam hal ini motivasi merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.

c. Prinsip keaktifan, belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses aktif yaitu kegiatan merespon terhadap stimulus pembelajaran. Setiap individu harus melakukan sendiri aktivitas belajar, karena belajar tidak bisa di wakilkan kepada orang lain.

d. Prinsip keterlibatan langsung, prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya.

e. Prinsip balikan dan penguatan, prinsip ini berkaitan dengan teori belajar operant conditioning dari B.F.Skinner yang menekankan pada penguatan respon untuk memperoleh balikan yang sesuai dengan rancangan pembelajaran. Balikan yang segera diperoleh peserta didik setelah belajar melalui pengamatan metode-metode pembelajaran yang menantang. Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu domino merupakan

suatu pembelajaran yang memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut, di antaranya prinsip perhatian, prinsip keaktifan dan prinsip keterlibatan. Karena pada praktik suatu pembelajaran yang memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut, di antaranya prinsip perhatian, prinsip keaktifan dan prinsip keterlibatan. Karena pada praktik

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan media ini terdapat kegiatan stimulasi, mengarahkan, mengatur dan memberikan bimbingan kepada peserta didik agar dapat memahami pokok bahasan pecahan. Media permainan kartu domino ini juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa matematika bukanlah hal yang sulit serta dapat dipelajari dengan bermain.

Berdasarkan latarbelakang di atas, dilakukan penelitian yang berjudul

“Penggunaan Media Permainan Kartu Domino Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pecahan Kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Ajaran 2016/2017”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas peserta didik dalam pembelajaran Matematika.

2. Ketika menjelaskan materi pendidik tidak menggunakan media.

3. Peserta didik menganggap Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit

4. Sebagian peserta didik lebih asyik mengobrol dengan peserta didik lainnya.

5. Sebagian peserta didik banyak yang mengantuk.

6. Rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.

7. Peserta didik diposisikan sebagai pendengar dan tidak terlibat secara aktif selama proses pembelajaran.

8. Hasil belajar Matematika peserta didik kelas V SDN 16 Pulau Karam rendah.

C. Batasan Masalah

Dari berbagai masalah yang dikemukakan dalam identifikasi masalah di atas, tidak semua masalah akan diteliti. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu penulis membatasi masalah yang akan di teliti, yaitu:

1. Penggunaan media permainan kartu domino pecahan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi bilangan pecahan di kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media permainan kartu domino pecahan pada materi bilangan pecahan di kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

2. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media permainan kartu domino pada materi bilangan pecahan di kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media permaianan Kartu Domino pada materi bilangan pecahan di kelas V SDN

16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media permainan Kartu Domino pada materi bilangan pecahan di kelas V SDN 16 Pulau Karam Kabupaten Pesisir Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berhubungan diantaranya:

a. Manfaat bagi penulis Memberikan tambahan pengalaman dan wawasan kepada penulis sebagai seorang calon guru atau pendidik.

b. Manfaat bagi pendidik Diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pendidik untuk melaksanakan pembelajaran secara variatif agar suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara eimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu 1 . Klasifikasi teori belajar sebagai berikut:

a) Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Skinner belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan perubahan

tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan 2 .

b) Teori Belajar Kognitif (Kognitivisme) Menurut teori belajar kognitif, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu terbangun melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut Piaget, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui seseorang. Menurut Ausubel, peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan belajar (advance b) Teori Belajar Kognitif (Kognitivisme) Menurut teori belajar kognitif, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu terbangun melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut Piaget, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui seseorang. Menurut Ausubel, peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut pengatur kemajuan belajar (advance

menggambarkan atau yang mewakili aturan yang menjadi sumbernya 3 .

c) Teori Belajar Humanisme Kolb membagi proses belajar ke dalam empat macam, yaitu 1) pengalaman konkret, 2) pengamatan aktif dan reflektif, 3) konseptualisasi,

4) ekperimentasi aktif. Menurut Habermas belajar sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi, baik dalam lingkungan maupun dengan sesama

manusia 4 .

d) Teori Belajar Sosial Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar dari pengamatan secara selektif dan melihat serta meniru tingkah laku orang lain. Bandura membagi empat fase belajar yaitu 1) fase perhatian, 2) fase

retensi, 3) fase produksi, 4) fase motivasi 5 .

e) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran yang berlandaskan cara pandang konstruktivisme meliputi e) Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran yang berlandaskan cara pandang konstruktivisme meliputi

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik

melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar 7 . Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada terkandung lima komponen pembelajaran yaitu: interaksi, peserta didik, pendidik, sumber

belajar, dan lingkungan belajar 8 . Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan

menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.

2. Pembelajaran Matematika di SD/MI

Peserta didik Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Nursidik Kurniawan, karakteristik peserta didik sekolah dasar adalah senang bermain, senang

6 Op. Cit., Wahab Jufri, hal. 32-33 6 Op. Cit., Wahab Jufri, hal. 32-33

Dalam matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami peserta didik segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama di memori peserta didik, sehingga akan melekat dalam pola berfikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena ini akan mudah dilupakan peserta didik.

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurur Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan

pikiran 10 . Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan peserta

didik untuk menjadi kompeten dalam berbagai ilmu pengetahuan, sedangkan suatu konsep menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelas atau

kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum 11 . Jadi pemahaman konsep adalah menguasai sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau

kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.

9 Faisal, (2014), Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD (Teori dan Aplikasi),

Menurut Depdiknas, kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut 12 :

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

c. Menentukan sifat simetris, kesebangunan, dan sistem koordinat.

d. Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran satuan.

e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.

f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Menurut Depdiknas, pelajaran matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut 13 :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untu menjelaskan keadaan dan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujun pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang pendidik hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian peserta didik dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui satu proses belajar dan menkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau pemahaman peserta

didik itu ditemukan, dan dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri 14 . Dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi peserta didik

Sekolah Dasar maka pendidik hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta Sekolah Dasar maka pendidik hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta

Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan mengkomunikasikan gagasan melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat memecahkan masalah melalui pola pikir dan model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan simbol.

Pembelajaran matematika sangat penting bagi kehidupan, sebagaimana terdapat hubungan antara ilmu agama dan ilmu alam. Hubungan matematika dengan Al-Qur’an sangatlah erat, dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah Maha Cepat dan Maha Teliti dalam masalah hitung-menghitung, Allah senantiasa mencatat amal perbuatan manusia dan bahkan segala sesuatu di alam semesta ini telah tercatatat dengan rapi dan teliti dalam kitab. Allah bahkan berfirman atas nama bilangan atau sifat bilangan dalam QS. Al-

Fajr ayat 1-3 yang berbunyi: 15

Artinya: “1. Demi fajar, 2. Dan demi malam yang sepuluh, 3. Dan demi yang genap dan yang ganjil.”(QS. Al-Fajr, ayat 1-3)

Al-Qur’an secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk mempelajari matematika, yakni berkenaan dengan masalah faraidh. Faraidh adalah masalah yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Qur’an. Sebelum dilakukan pembagian warisan, beberapa hak dan kewajiban yang bertalian dengan harta warisan harus diselesaikan lebih dahulu, misalnya wasiat dan hutang. Sedangkan untuk pembagian harta warisan perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan, berapa jumlah ahli waris yang berhak

menerima, dan berapa bagian yang berhak diterima ahli waris 16 . Untuk dapat memenuhi dan dapat melaksanakan masalah faraidh

dengan baik maka hal yang perlu dipahami lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan dengan bilangan pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan konsep pengukuran yang meliputi pengukuran luas, berat, dan volume. Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut akan memudahkan untuk memahami masalah faraidh. Jadi, adanya masalah faraidh dapat diartikan bahwa umat islam perlu

mempelajari matematika 17 .

3. Media Pembelajaran

a) Pengertian Media Pembelajaran

Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Penyalur”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, pendidik, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Pengertian Media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal 18 .

b) Fungsi Media dalam Pembelajaran

Secara umum, media mempunyai fungsi yaitu:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. (2.1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. (2.2) Objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.

(2.3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan Timelapse atau High Speed Photography. (2.4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

(2.5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain. (2.6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan lewat film, gambar dan lain-lain.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestiknya.

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

6) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.

7) Pembelajaran dapat lebih menarik.

8) Pembelajaran menjadi interaktif dengan menerapkan teori belajar.

9) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

10) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

11) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

12) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan 19 .

Ada enam fungsi pokok media pembelajaran dalam proses belajar mengajar:

1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh seorang pendidik.

3) Dalam pemakaian media pengajaran harus melihat tujuan dan bahan pelajaran.

4) Media pengajaran bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini dijadikan untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik.

5) Diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta dapat membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang disampaikan oleh pendidik.

6) Penggunaan alat ini diutamakan untuk meningkatkan mutu belajar mengajar 20 .

Tiga fungsi utama media pembelajaran yaitu:

1) Memotivasi minat atau tindakan, untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau 1) Memotivasi minat atau tindakan, untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau

2) Menyajikan informasi, isi dan bentuk penyajian ini bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan bahan informasi, peserta didik bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari para peserta didik hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental atau terbatas pada perasaan tidak kurang senang, netral, atau senang.

3) Memberi instruksi, untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata

sehingga pembelajaran dapat terjadi 21 .

c) Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran, yaitu:

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para pendidik menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para pendidik menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama

2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat para peserta didik tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, pengguna efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan peserta didik tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi peserta didik, umpan balik, dan penguatan.

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh peserta didik.

5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila mana integrasi kata dan

pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

gambar

sebagai

media

6) Pembelajaran dapat diberikan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7) Sikap positif peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran pendidik dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban pendidik untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat

peserta didik 22 . Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik sehingga peserta didik tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau pendidik mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Menurut Encyclopedia of Educational Research menyebutkan

bahwa manfaat media pembelajaran adalah:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.

2) Memperbesar perhatian peserta didik.

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan peserta didik.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam

belajar 23 .

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. (3.1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan

langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambat, foto, slide, realita, film, radio, atau model.

(3.2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.

(3.3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide di samping secara verbal.

(3.4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.

(3.5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

(3.6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan pendidik, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun

binatang 24 .

d) Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelompokkan terhadap berbagai media pendidikan yang ada tersebut. Pengelompokkan ini secara praktis dimaksudkan agar memudahkan kita sebagai pengguna dalam Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelompokkan terhadap berbagai media pendidikan yang ada tersebut. Pengelompokkan ini secara praktis dimaksudkan agar memudahkan kita sebagai pengguna dalam

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: (1.1) Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

(1.2) Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

(1.3) Media Audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam: (2.1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, 2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam: (2.1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,

(2.2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi: (3.1) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, overhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

(3.2) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya. Pendapat lain dikemukakan oleh Rudy Brets yang mengklasifikasikan media menjadi tujuh, yaitu:

1) Media Audio Visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi, televisi dan animasi.

2) Media Audio Visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman

3) Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.

4) Media visual bergerak, seperti: film bisu.

5) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone.

6) Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.

7) 25 Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri .

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada pendidik untuk menggunakan berbagai jenis media pengajar secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, pendidik akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. Sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, pendidik harus memahami karakteristik, jenis serta pengelompokkan dari media yang akan digunakannya. Dengan media yang akan digunakannya tersebut, pendidik harus meyakinkan dirinya bahwa media yang akan digunakannya tersebut, akan benar-benar memberikan nilai positif terhadap

kualitas pembelajaran yang akan dilakukannya 26 .

e) Media Permainan

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.

Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara optimal.

Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain anak belajar untuk bermasyarakat, berinteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam membentuk hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan cara menghadapi serta memecahkan masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Dalam bermain anak juga belajar dalam memahami standar moral, tentang nilai-nilai yang baik dan nilai yang kurang baik (buruk). Sehingga terjalin bentuk komunikasi karena Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain anak belajar untuk bermasyarakat, berinteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam membentuk hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan cara menghadapi serta memecahkan masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Dalam bermain anak juga belajar dalam memahami standar moral, tentang nilai-nilai yang baik dan nilai yang kurang baik (buruk). Sehingga terjalin bentuk komunikasi karena

Piaget mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Selanjutnya Buhler dan Danziger berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan sedangkan Freud meyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius. Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Vygotsky percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran Piaget mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Selanjutnya Buhler dan Danziger berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan sedangkan Freud meyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius. Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Vygotsky percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran

oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain 28 . Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: