Hubungan Kadar Zinc Plasma dengan Gradasi Ulkus Diabetikum pada Penderita DM Tipe II Chapter III V

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang) untuk mengetahui hubungan antara kadar zinc plasma dengan gradasi ulkus diabetikum.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013- Maret 2014, bertempat di Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi target

Pasien DM dengan ulkus diabetikum

3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien DM tipe-2 dengan ulkus diabetikum yang dirawat di Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP. H. Adam Malik Medan sejak bulan Agustus 2013.

3.3.3 Sampel

Bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(2)

3.4 Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel, maka digunakan rumus berikut.57

Rumus : n = SB2[

( ) ]

Z 1 –α : Tingkat signifikan. Z 1 –β : Power penelitian

SB : Nilai standard deviasi populasi pada penelitian sebelumnya28 μ1 : Nilai rata-rata populasi19

μ2 : Nilai rata-rata populasi yang diharapkan

Maka : n = 27,92 [

]

= 42 orang

Jumlah sampel penderita UD yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling

3.6 Identifikasi Variabel

3.6.1 Variabel bebas : ulkus diabetikum 3.6.2 Variabel terikat : kadar zinc


(3)

3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.7.1 Kriteria inklusi

1. Pasien DM tipe-2 dengan ulkus diabetikum. 2. Pasien dewasa umur 20-60 tahun.

3.7.2 Kriteria eksklusi

1. Penderita penyakit hati, ginjal, diare kronik, penyakit kanker. 2. Penderita yang sedang hamil / menyusui.

3. Penderita dengan riwayat alkoholik.

4. Penderita yang merupakan seorang perokok berat

5. Penderita yang sedang mendapat suplemen berupa besi, cuprum, magnesium, kalsium, fosfor.

6. Penderita dengan luka bakar yang luas. 7. Penderita dengan fistula gastrointestinal. 8. Penderita dengan HIV-AIDS.

9. Penderita dengan penyakit kulit seperti akrodermatitis enteropatika, psoriasis, kusta, hiperhidrosis dan akne vulgaris.

10. Penderita yang sedang mengkonsumsi obat-obatan yang berpengaruh dalam absorbsi zinc seperti diuretik (ACE- inhibitor, thiazid), cimetidin, penisilamin, kemoterapi.

11. Penderita yang sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menghambat proses penyembuhan luka seperti kortikosteroid oral dan/atau topikal, obat anti-koagulasi (aspirin).


(4)

3.8 Cara Penelitian

3.8.1. Penjelasan kepada pasien mengenai tujuan, cara dan manfaat pemeriksaan ini dan selanjutnya pasien yang akan menjadi sampel terlebih dahulu menandatangani informed consent

3.8.2. Pencatatan data dasar

a. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dermatologis.

c. Diagnosis dan gradasi UD ditegakkan secara klinis oleh peneliti bersama dengan pembimbing dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam sebagai dokter ruangan penanggungjawab di Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan

3.8.3. Pemeriksaan Kadar zinc plasma pada pasien UD

a. Pemeriksaan kadar zinc plasma dilakukan di Laboratorium klinik Paramita Medan oleh petugas laboratorium.

b. Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti dan pengambilan darah dilakukan 4 jam sesudah sarapan pagi.

c. Persiapan alat dan bahan : 1) spuit 3 cc

2) torniquet 3) kapas 4) plester

5) povidon iodine 6) alkohol 70 %


(5)

d. Cara pengambilan darah :

1) Darah diambil secara punksi vena pada vena mediana cubiti, di lipatan siku

2) Torniquet diikatkan diatas lipatan siku, kemudian tangan dikepal

3) Pada daerah yang akan dipunksi dilakukan desinfeksi dengan larutan povidon iodin 10% dan alkohol 70 %. 4) Tusukkan jarum dengan kedalaman 1,25 inci dengan sudut

450 terhadap permukaan lengan.

5) Ambil darah hingga volume yang dibutuhkan kemudian genggaman dilepaskan.

6) Lepaskan tourniquet dan daerah punksi ditekan dengan kapas beralkohol 70%.

7) Daerah punksi ditutup dengan plester.

8) Darah dimasukkan kedalam tabung berisi antikoagulan.

e. Cara pemeriksaan kadar zinc

1) Zinc dalam plasma yang diperlukan untuk sampel sebanyak 0,5 ml.

2) Untuk pemeriksaan zinc plasma harus segera dipisahkan dari sel darah dalam waktu kurang dari 1 jam

3) Pada pemeriksaan zinc plasma digunakan tes colorimetric menggunakan cobas-mira autoanalyzer dengan randox kits.


(6)

3.9 Batasan operasional

1. DM tipe-2 adalah sindrom kelainan metabolik dengan hiperglikemia yang disebabkan defek sekresi maupun resistensi insulin dengan konsentrasi glukosa sewaktu >200 mg/dL atau glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL

atau TTGO ≥ 200 mg/dL dan ditetapkan oleh spesialis penyakit dalam. 2. Umur adalah usia subjek saat pengambilan sampel yang tercatat pada kartu

status pasien dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan usia dibulatkan ke bawah.

3. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita DM tipe-2 sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

4. Ulkus diabetikum (UD) adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan setempat.

5. Penentuan gradasi UD berdasarkan klasifikasi Wagner

Gradasi 0: Kulit intak / utuh hanya terjadi pembentukan kalus Gradasi 1: Ulkus superfisial

Gradasi 2: Ulkus dalam (keterlibatan kulit dan jaringan lunak)

Gradasi 3: Osteomielitis (keterlibatan kulit, jaringan lunak dan tulang) Gradasi 4: Ulkus dengan ganggren (sebagian area anatomi yang terlibat) Gradasi 5: Difus ganggren pada seluruh area anatomi yang terlibat

6. Zinc adalah suatu elemen mineral esensial yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh yang berfungsi sebagai anti inflamasi, antioksidan dan dalam proses penyembuhan luka dengan kadar zinc plasma normal adalah 700-1250 μg/L.

7. Perokok berat adalah orang yang merokok dengan jumlah lebih dari 20 batang perhari.


(7)

8. Penyakit hati adalah penyakit yang berdasarkan anamnesis menunjukkan gejala klinis kelainan fungsi hati dan telah didiagnosis oleh Spesialis Penyakit Dalam

9. Penyakit ginjal adalah adalah penyakit yang berdasarkan anamnesis menunjukkan gejala klinis kelainan fungsi ginjal dan telah didiagnosis oleh Spesialis Penyakit Dalam

10. Penyakit keganasan adalah hal-hal yang berhubungan dengan gejala klinis dari suatu neoplasma ataupun keganasan.

11. Penyakit diare kronik adalah diare yang sekurang kurangnya telah berlangsung > 3 minggu.

12. Alkoholik adalah orang yang mengkonsumsi alkohol secara rutin (wanita

>75 cc /hari, pria >200 cc /hari) dalam waktu ≥ 1 tahun.

13. Penyakit AIDS adalah penyakit yang berhubungan dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, yang ditegakkan dengan pemeriksaan ELISA (enzyme - linked immunosorbent assay). 14. Luka bakar yang luas adalah kerusakan / kehilangan jaringan sebesar

25%-40% pada orang dewasa yang diakibatkan sumber panas, suhu dingin yang tinggi, sumber listrik dan bahan kimiawi.

15. Fistula gastrointestinal adalah kelainan anatomi dimana dijumpai hubungan abnormal antara lambung dan usus sehingga terjadi malabsorbsi dengan gejala klinis berupa diare, malnutrisi, dehidrasi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis dengan menggunakan zat kontras dan pemeriksaan endoskopi.

16. Psoriasis adalah penyakit autoimun yang kronis dan residif dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas, berskuama kasar dan berlapis-lapis serta transparan dengan dijumpai tetesan lilin, aupitz, koebner.


(8)

17. Kusta adalah infeksi kronis yang disebabkan Microbacterium leprae ditandai satu dari tiga tanda kardinal yaitu: ruam kulit yang hipopigmentasi/kemerahan disertai kurang/mati rasa yang jelas, gangguan fungsi saraf berupa paralisis, anastesia, kulit kering dan pecah-pecah disertai pemeriksaan BTA (+).

18. Akne vulgaris adalah suatu gangguan unit pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul dan nodul pada daerah populasi kelenjar sebasea yang paling padat yaitu wajah, dada bagian atas dan punggung. 19. Akrodermatitis enteropatika adalah gangguan kulit akibat defisiensi zinc

yang ditandai dengan erupsi kulit akral dan periorifial, alopesia, diare dan retardasi mental.

20. Hiperhidrosis merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami keringat berlebihan pada suhu tubuh dan aktivitas yang normal sehingga keadaan tersebut sudah mengganggu aktivitas sehari-harinya.

3.10 Pengolahan dan analisis data

1. Data-data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan diagram batang.

2. Semua hasil dianalisis statistik dan dianggap bermakna secara statistik jika nilai p < 0,05.

3. Untuk menilai hubungan antara dua variabel yang numerik (kadar zinc plasma dan gradasi UD) digunakan uji korelasi non parametrik Spearman.


(9)

3.11 Kerangka Operasional

Kadar Zinc Plasma

Gradasi Ulkus Diabetikum

Gradasi 0 Gradasi 1 Gradasi 2 Gradasi 3 Gradasi 4 Gradasi 5

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

Data ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram batang serta dianalisis dengan menggunakan

uji korelasi non parametrik Spearman

Pasien DM tipe-2 dengan UD di Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik yang memenuhi kriteria


(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan kadar zinc plasma terhadap 50 orang subyek penderita DM dengan komplikasi berupa ulkus diabetikum yang dimulai dari bulan April 2013 hingga Maret 2014. Semua subyek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, penentuan gradasi ulkus diabetikum dan selanjutnya telah diambil sampel darah dari 50 orang subyek penelitian.

4.1 Karakteristik subyek penelitian

Dari seluruh data penderita DM tipe-2 dengan ulkus diabetikum yang tercatat dalam rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan sejak Februari 2013- Maret 2014 diperoleh 50 kasus yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini. Karakteristik subyek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi frekuensi kelompok usia, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan gradasi ulkus diabetikum yang dapat dilihat pada tabel 4.1.


(11)

Tabel 4.1.Data karakteristik sampel penelitian

KARAKTERISTIK KETERANGAN N %

USIA

 40 tahun 1 2,0

>40 tahun 49 98,0

Total 50 100,0

JENIS KELAMIN

Laki-laki 27 54,0

Perempuan 23 46,0

Total 50 100,0

TINGKAT PENDIDIKAN

SD/Sederajat 11 22,0

SLTP / Sederajat 7 14,0

SLTA/Sederajat 23 46,0

D3 2 4,0

PT 7 14,0

Total 50 100,0

SUKU

Alas 1 2,0

Banten 1 2,0

Batak 32 64,0

Jawa 11 22,0

Melayu 5 10,0

Total 50 100,0

JENIS PEKERJAAN

IRT 10 20,0

PNS 18 36,0

Polri 1 2,0

Swasta 3 6,0

Wiraswasta 18 36,0

Total 50 100,0

STATUS PERNIKAHAN

Menikah 50 100,0

Belum menikah 0 0,0

Total 50 100,0

AGAMA

Islam 28 56,0

Protestan 22 44,0

Total 50 100,0

GRADASI ULKUS DIABETIKUM

0 7 14,0

1 9 18,0

2 11 22,0

3 6 12,0

4 17 34,0


(12)

Distribusi berdasarkan umur penderita, diketahui penderita termuda adalah yang berusia 39 tahun sedangkan penderita tertua berusia 59 tahun. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia >40 tahun sebanyak 49 orang (98%). Penderita DM tipe-2 dengan ulkus diabetikum yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 27 orang (54%) sedangkan perempuan sebanyak 23 orang (46%). Latar belakang pendidikan dari penderita UD yang terbanyak adalah SLTA sebanyak 23 orang (46%). Karakteristik subjek penelitian berdasarkan suku dijumpai yang terbesar pada penderita UD adalah suku batak sebanyak 32 orang (64%). Berdasarkan jenis pekerjaan maka didapatkan bahwa pada penderita UD yang terbesar adalah yang bekerja sebagai PNS dan wiraswasta masing-masing sebanyak 18 orang (36%). Distribusi berdasarkan status pernikahan dan yang beragama dijumpai seluruh penderita UD sebanyak 50 orang (100%) telah menikah dan agama Islam sebanyak 28 orang (56%) sedangkan Protestan sebanyak 22 orang (44%). Pada penelitian ini dijumpai penderita DM tipe-2 dalam klasifikasi UD, yang paling sering dijumpai adalah UD gradasi 4 sebanyak 17 orang (34%) sedangakan yang jarang adalah UD gradasi 3 sebanyak 6 orang (12%).

Sibuea R. (2010) dalam karya tulis ilmiah tentang karakteristik penderita DM sebanyak 137 orang yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009 mendapatkan distribusi proporsi penderita DM terbanyak yang dirawat inap

di RSUP H.Adam Malik Medan adalah umur ≥ 40 tahun sebanyak 129 orang (94,2%), perempuan sebanyak 69 orang (50,4%) sedangkan laki-laki sebanyak 68 orang (49,6%), suku Batak sebanyak 114 orang (78,2%), Islam sebanyak 82 orang (59,9%), IRT 43 orang (31,4%) selanjutnya PNS/pensiunan 38 orang (27,7%), pendidikan SLTA sebanyak 56 orang (40,9%).5


(13)

Tarigan L.A. (2011) dalam penelitiannya tentang distribusi proporsi penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di RSU Herna tahun

2009-2010 mendapatkan penderita DM terbanyak adalah penderita dengan umur ≥ 40

tahun sebanyak 128 orang (95,5%), perempuan sebanyak 80 orang (59,7%), suku Batak sebanyak 86 orang (64,1%), agama Protestan sebanyak 61 orang (45,5%) sedangkan Islam 54 orang (49,4%), IRT 58 orang (43,3%) kemudian PNS/pensiunan sebanyak 34 orang (25,4%), penderita dengan komplikasi berupa ulkus ganggren sebanyak 35 orang (26,1%).35

4.2. Perbandingan kadar zinc plasma berdasarkan kelompok umur

Hasil analisis perbandingan kadar zinc plasma berdasarkan kelompok umur dengan uji komparatif (uji- Mann-Whitney) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Perbedaan kadar zinc plasma pada penderita UD berdasarkan kelompok umur

Umur N %

Kadar Zinc Plasma (μg/L)

p- value

Mean Median Std. Deviasi

 40 1 2 125,86 125,86 -

0,20

> 40 49 98 109,26 109,73 15,00

Total 50 100 109,59 109,73 15,03

Berdasarkan dari tabel 4.2 dilakukan pengukuran pada 50 subjek penelitian dan didapatkan kadar zinc plasma yang lebih tinggi pada kelompok usia  40 tahun sebanyak 1 orang (2%) dengan nilai rata-rata 125,86 μg/L


(14)

dibandingkan dengan kelompok umur > 40 tahun sebanyak 49 orang (98%) sebesar 109,26 μg/L. Pada hasil analisis perbandingan kadar zinc plasma berdasarkan umur dengan uji Mann-Whitney (data tidak terdistribusi dengan normal) didapatkan nilai p=0,20 (p>0,05), artinya tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan umur.

Berbagai penelitian telah banyak yang dilakukan untuk menilai kadar zinc plasma pada manusia. Davies et al. (1968) melakukan penelitian pada 67 subjek normal dan 104 pasien yang menderita berbagai macam penyakit diantaranya penyakit hati, perdarahan gastrointestinal, penyakit jantung, malabsorbsi, diabetes, penyakit malignasi, ulkus kulit kronis, penyakit ginjal kronis. Dari hasil penelitian tersebut tidak dijumpai adanya perbedaan kadar zinc yang signifikan berdasarkan jenis kelamin dan umur ( 20 tahun - 60 tahun).49

Arora et al. (2002) melakukan penelitian pengukuran kadar zinc pada 75 pasien dengan penyakit kulit yang berbeda dibandingkan dengan 24 kontrol sehat. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara umur, luas area tubuh yang terlibat dengan kadar zinc plasma penderita.58

Taghdir et al. (2011) mengadakan penelitian pada 45 orang wanita diabetik dibandingkan 45 orang wanitia normal dan Al-Timimi et al. (2011) juga melakukan penelitian pada 206 penderita diabetik dibandingkan 156 subjek normal. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan antara nilai kadar zinc berdasarkan umur dan jenis kelamin penderita.23,28

Pada penelitian 53 penderita diabetes tipe-2 oleh Olaniyan et al. (2012) dibandingkan dengan 50 kontrol sehat, dijumpai hasil tidak adanya hubungan


(15)

yang signifikan antara kadar zinc penderita dengan umur, jenis kelamin, status glikemik dan durasi menderita diabetes.11

Shekokar dan Kaundinya (2013) mengadakan penelitian pada 60 subjek (30 penderita DM dan 30 kontrol sehat) dan tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara kadar zinc plasma dengan umur dan jenis kelamin penderita.54

4.3Perbandingan kadar zinc plasma berdasarkan jenis kelamin

Hasil analisis komparatif disertai nilai rata-rata, rerata dan simpangan baku kadar zinc plasma berdasarkan kelompok jenis kelamin dengan uji komparatif (uji-t) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Perbedaan kadar zinc plasma pada penderita UD berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

N %

Kadar Zinc Plasma (μg/L)

p-value

(uji t)

Mean Median Std. Deviasi

Laki-laki 27 54 121,04 122,84 6,63

0,001

Perempuan 23 46 96,16 98,06 10,09

Total 50 100 109,59 109,73 15,03

Berdasarkan tabel 4.3, dari total 50 jumlah subjek penelitian dengan laki-laki sebanyak 27 orang (54%) dan perempuan sebanyak 23 orang (46%), didapatkan hasil kadar zinc plasma yang lebih tinggi pada pria dengan nilai rata-rata 121,04 μg/L dibandingkan pada perempuan dengan nilai rata-rata 96,16 μg/L. Pada distribusi kadar zinc plasma berdasarkan jenis kelamin didapatkan nilai


(16)

perbandingan hasil uji t dengan nilai p=0,001 (p<0,05), artinya didapatkan perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan jenis kelamin.

Devrajani et al. (2013) mengadakan penelitian deskriptif untuk menilai kadar zinc plasma pada 118 pasien dengan pneumonia. Didapatkan hasil nilai kadar zinc yang rendah pada penderita pneumonia dan adanya perbedaan yang signifikan kadar zinc berdasarkan jenis kelamin dimana wanita mempunyai kadar zinc yang lebih rendah dibandingkan pria.59

Penelitian Rai et al. (1997) terhadap 44 pasien penderita DM dibandingkan dengan kontrol sehat juga mendapatkan hasil yang mendukung penelitian ini. Didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara kadar zinc wanita dan pria, dimana didapatkan nilai kadar zinc yang lebih rendah pada wanita dibandingkan kadar zinc pada pria.60

Perbedaan nilai kadar zinc pria dan wanita ini sehubungan dengan hormon progesteron dan estrogen pada wanita. Ketidakseimbangan estrogen yang dapat terjadi dalam siklus menstruasi pada fase luteal dan ovulatori akan menyebabkan rendahnya kadar zinc plasma.59

Molokwu dan Li (2006) menyatakan bahwa pada wanita usia 40-45 tahun dalam fase pre-menopause dapat terjadi perubahan hormonal dimana didapatkan kadar estrogen yang menurun. Defisiensi estrogen akan menyebabkan peningkatan osteoklas dan penurunan osteoblas yang mengakibatkan resorbsi tulang yang meningkat bersamaan dengan reabsorbsi zinc dalam tulang sehingga terjadi peningkatan kadar zinc dalam serum. Kadar zinc yang meningkat dalam serum akan menyebabkan keseimbangan (homeostasis) zinc dalam tubuh dengan adanya peningkatan sekresi zinc melalui urin sehingga kadar zinc dalam darah akan menurun.61


(17)

Relea et al. (1995) dalam penelitiannya terhadap 30 wanita osteoporosis dengan menopause didapatkan peningkatan yang signifikan sekresi zinc di urin dibandingkan dengan 30 wanita menopause tanpa osteoporosis. Pada penelitian ini ditemukan indikasi peningkatan eliminasi zinc di urin pada osteoporosis bergantung pada resorbsi tulang.62

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimana didapatkan adanya perbedaan nilai kadar zinc plasma pada wanita dibandingkan dengan pria. Oleh karenanya pada wanita penderita ulkus diabetikum sangat dimungkinkan lebih rentan untuk terjadinya defisiensi zinc yang diakibatkan adanya proses osteoporosis karena adanya defisiensi estrogen.

4.4Kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum

Hasil analisis deskriptif kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum

Ulkus Diabetikum

N %

Kadar ZincPlasma (μg/L)

Min Max Mean Median Std. Deviation

Gradasi 0 7 14 76,85 114,75 97,13 107,73 16,43

Gradasi 1 9 18 84,67 116,92 97,44 90,48 13,76 Gradasi 2 11 22 92,72 119,80 109,08 117,84 11,50 Gradasi 3 6 12 101,54 123,80 112,90 113,31 11,61 Gradasi 4 17 34 104,89 132,87 120,33 123,64 9,65


(18)

Berdasarkan tabel 4.4, dari 50 orang subjek penelitian didapatkan penderita ulkus diabetikum dengan gradasi 0 sebanyak 7 orang (14%) dengan nilai rata-rata kadar zinc plasma sebesar 97,13 μg/L, gradasi 1 sebanyak 9 orang (18%) dengan rata-rata nilai kadar zinc plasma sebesar 97,44 μg/L, gradasi 2 sebanyak 11 orang (22%) dengan nilai rata-rata zinc sebesar 104,08 μg/L, gradasi 3 sebanyak 6 orang (12%) dengan nilai rata-rata zinc sebesar 112,90 μg/L dan gradasi 4 sebanyak 17 orang (34%) dengan nilai rata-rata kadar zinc sebesar 120,33 μg/L. Data hasil penelitian kadar zinc plasma pada berbagai gradasi ulkus diabetikum menunjukkan adanya peningkatan kadar zinc plasma pada setiap peningkatan gradasi dari ulkus diabetikum. Namun demikian peningkatan kadar zinc tersebut pada berbagai gradasi ulkus masih tetap dibawah dari nilai kadar zinc plasma normal yaitu sebesar 700-1250 μg/L.48,49

4.5Perbandingan kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum Hasil analisis komparatif disertai nilai rata-rata, rerata dan simpangan baku kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum dengan uji komparatif (uji-t) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Perbedaan kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum

Gradasi Ulkus Diabetikum

N %

Kadar Zinc Plasma (μg/L)

p-value

(uji t)

Mean Median Std. Deviasi

0 – 2 27 54 102,10 98,83 14,36

0,001

3 – 4 23 46 118,39 122,87 10,47


(19)

Berdasarkan tabel 4.5, dari total 50 jumlah subjek penelitian dengan gradasi ulkus diabetikum berdasarkan klasifikasi Wagner 0-2 sebanyak 27 orang (54%) dan gradasi ulkus diabetikum berdasarkan klasifikasi Wagner 3-4 sebanyak 23 orang (46%), didapatkan hasil rata-rata kadar zinc plasma yang lebih tinggi pada gradasi ulkus diabetikum klasifikasi Wagner 3-4 sebesar 118,39 μg/L dibandingkan dengan gradasi ulkus diabetikum klasifikasi Wagner 0-2 sebesar 102,10 μg/L. Pada distribusi kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum didapatkan nilai perbandingan hasil uji t dengan nilai p=0,001 (p<0,05), artinya didapatkan perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan gradasi ulkus diabetikum

Bozkurt et al. (2011) melakukan penelitian terhadap 50 subjek penderita ulkus diabetikum dengan gradasi ulkus yang bervariasi menurut klasifikasi Wagner. Didapatkan hasil nilai kadar zinc dalam serum yang signifikan meningkat pada penderita ulkus diabetikum dengan infeksi yang lebih berat yaitu pada gradasi ulkus 3 dan 4 dibandingkan penderita ulkus diabetikum dengan infeksi yang lebih ringan seperti pada gradasi 2 dan 1 dan pada kontrol.29

4.6 Hubungan antara kadar zinc plasma dengan gradasi ulkus diabetikum Hasil analisis hubungan kadar zinc plasma dan gradasi ulkus diabetikum dengan uji korelasi Spearman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6 Hubungan kadar zinc plasma dengan gradasi ulkus diabetikum

Gradasi ulkus Diabetikum Kadar Zinc Plasma Koefisien Korelasi (r) 0,621

p-value <0,001

N 50


(20)

Untuk melihat hubungan antara kadar zinc dan gradasi ulkus dilakukan uji korelasi dengan Spearman. Analisis hubungan tersebut diuji berdasarkan korelasi Spearman dikarenakan distribusi data yang didapatkan tidak normal. Distribusi data berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil p=0,001 (p<0,05) yang artinya data mempunyai distribusi tidak normal. Berdasarkan tabel 4.6, didapatkan hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan nilai korelasi (r) adalah 0,621 dengan arah korelasi positif (+), dan nilai p= 0,001 (p< 0,05). Hasil korelasi Spearman tersebut menyatakan adanya korelasi yang kuat dan bermakna diantara gradasi ulkus diabetikum dengan kadar zinc plasma dimana semakin tinggi gradasi ulkus diabetikum maka akan didapatkan nilai kadar zinc plasma yang semakin tinggi.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya oleh Bozkurt et al. (2011) yang melakukan penelitian pertama tentang perubahan nilai kadar trace element pada pasien dengan kaki diabetik dalam berbagai gradasi menurut klasifikasi Wagner. Penelitian ini dilakukan terhadap 50 subjek penderita ulkus diabetikum dengan berbagai gradasi ulkus. Didapatkan hasil nilai kadar zinc dalam serum yang signifikan meningkat pada penderita ulkus diabetikum tingkat gradasi yang lebih tinggi yaitu pada gradasi ulkus 3 dan 4 dibandingkan penderita ulkus diabetikum dengan gradasi yang lebih rendah yaitu pada gradasi 2 dan 1. 29

Zinc merupakan elemen yang penting terutama dalam sistem pertahanan tubuh manusia. Zinc sebagai ko-katalisator terhadap enzim alkaline fosfatase dalam proses metabolismenya menghasilkan adenosin monofosfat yang berperan dalam proses inflamasi. Zinc dibutuhkan dalam proses infeksi untuk perkembangan dan fungsi normal sel-sel imunitas tubuh manusia. Zinc juga berperan sebagai antioksidan bersama dengan enzim MT dan SOD. Suatu keadaan infeksi dan stres oksidatif pada tubuh akan membuat suatu perubahan untuk nilai


(21)

kadar zinc pada tubuh manusia sehubungan pertahanan tubuh manusia tersebut terhadap keadaan infeksi dan stres oksidatif.15,18

Devrajani et al. (2013) mengadakan penelitian pada 118 pasien dengan pneumonia dan didapatkan penurunan konsentrasi zinc plasma hingga 10%-69% pada awal terjadinya infeksi. Dijumpai juga insidensi infeksi yang meningkat sehubungan dengan defisiensi zinc karena defisiensi dapat meyebabkan kegagalan imunitas sehingga kejadian infeksi meningkat.59

Peningkatan gradasi dari ulkus diabetikum dapat terjadi dengan adanya peningkatan invasi dari bakterial. Ochsendorf (1999) menyatakan bahwa infeksi dapat meningkatkan terbentuknya ROS yang berlebihan yang akan menyebabkan terbentuknya keadaan stres oksidatif pada tubuh.63 Stres oksidatif mempunyai peranan juga dalam patogenesis terbentuknya DM tipe-1 dan DM tipe-2. Stres oksidatif akibat kadar glukosa yang tinggi sangat memegang peranan dalam etiologi diabetes dan komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes.7,64 Hiperglikemia menyebabkan peningkatan produksi oksigen radikal bebas dan menghasilkan hidrogen peroksida yang menginaktifkan SOD dan MT.15,65 MT dan zinc sangat efektif dalam mengurangi stres oksidatif sehingga dapat mempertahankan sel β pankreas dari kerusakan sel akibat radikal bebas dan menormalkan sekresi insulin serta dapat mencegah terjadinya komplikasi pada pasien diabetik.17 SOD, zinc dan cuprum memegangmekanisme pertahanan tubuh melawan stres oksidatif melalui sistem hubungan mikronutrien antioksidan. Adanya kenaikan nilai kadar zinc plasma seiring dengan peningkatan gradasi ulkus yang tampak dalam penelitian ini dapat berhubungan dengan respon tubuh untuk mencegah kerusakan sel yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian komplikasi yang lebih berat lagi pada penderita diabetes akibat adanya stres oksidatif yang meningkat pada penderita DM dengan ulkus diabetikum melalui mekanisme hemostatis zinc. Peningkatan stres oksidatif pada


(22)

tubuh akan menyebabkan lepasnya antioksidan bersamaan dengan lepasnya zinc intraselular ke ekstraselular.65

Salem et al. (2010) mengadakan penelitian pada 50 pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi dan dengan komplikasi dibandingkan dengan 15 kontrol sehat didapatkan hasil penurunan kadar zinc yang pada kedua DM tipe-2 (komplikasi dan tanpa komplikasi) namun terdapat perbedaan kadar zinc berupa level yang sedikit lebih tinggi pada penderita dengan komplikasi.64

4.7Perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum menurut klasifikasi Wagner

Diagram perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) dan diagram kadar zinc plasma normal pada tubuh manusia sebesar 700-1250 μg/L dapat dilihat pada diagram 4.1.

Gambar 4.1. Diagram perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) dan diagram kadar zinc plasma normal

0 100 200 300 400 500 600 700

Gradasi 0 Gradasi 1 Gradasi 2 Gradasi 3 Gradasi 4

97,13

Gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) Berdasarkan kepustakaan nomor 46, 47

97,44 109,08 112,90 120,33

700 0 250 500 750 1000 1250 Normal 700-1250 300 500 900 700 1100 1250 Kada r z in c p lasm a ( μ g / L) Kada r z in c p lasm a ( μ g / L)


(23)

Berdasarkan diagram 4.1, dijumpai nilai rata-rata kadar zinc plasma pada ulkus diabetikum gradasi 0 sebesar 97,13 μg/L, gradasi 1 sebesar 97,44 μg/L, gradasi 2 sebesar 109,08 μg/L, gradasi 3 sebesar 112,90 μg/L serta gradasi 4 sebesar 120,33 μg/L. Didapatkan rata-rata nilai kadar zinc plasma yang sangat kurang pada penderita ulkus diabetikum dari berbagai gradasi ulkus dibandingkan dengan cakupan batasan nilai kadar zinc plasma yang normal yaitu sebesar 700-1250 μg/L.48,49

Zinc merupakan mineral esensial yang diperlukan tubuh dalam regulasi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin disimpan dalam bentuk tidak aktif berikatan dengan zinc dalam bentuk hexamer pada sel β pankreas. Insulin monomers akan dilepaskan oleh pankreas bersamaan dengan ion zinc. Ketidak mampuan transportase zinc pada sel-sel yang memerlukan zinc dan penurunan absorbsi zinc pada usus halus serta peningkatan frekuensi keluarnya urin berupa hyperzincuria pada penderita DM dikarenakan faktor genetik ataupun lingkungan memungkinkan terjadinya defisiensi zinc pada penderita DM tipe-2.66

Defisiensi zinc merupakan kondisi tubuh dengan konsentrasi zinc plasma yang kurang dari 700 μg/L.67 Beberapa kondisi lainnya yang menyebabkan defisiensi zinc adalah kurangnya asupan makanan yang mengandung zinc, menurunnya absorbi zinc didalam tubuh serta adanya peningkatan keperluan tubuh terhadap zinc yang dapat menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka.66,67 Kadar zinc yang lebih rendah dari 100 μg/L berhubungan dengan kegagalan dalam proses penyembuhan luka.20 Kelompok konsultan internasional nutrisi zinc (IZincG), menyatakan bahwa ada 176 negara yang merupakan negara dengan resiko defisiensi zinc dikarenakan asupan zinc yang tidak adekuat. Diperkirakan sekitar 25% populasi pada Asia Tenggara dan Amerika Latin dan


(24)

Indonesia merupakan negara dengan kategori resiko tinggi diakibatkan tingginya asupan fitat (inositol heksafosfat) yang menyebabkan penurunan absorbsi zinc didalam tubuh.66

Abduallateef dan Khalied (2012) membuat suatu penelitian evaluasi kadar zinc plasma terhadap 100 penderita DM tipe 2 dan pada 30 kontrol sehat. Didapatkan adanya perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma pada DM tipe 2 yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai kadar zinc plasma pada subjek yang sehat.68

Shekokar dan Kaundinya (2013), mengadakan penelitian pada 60 subjek (30 penderita DM dan 30 kontrol sehat) didapatkan nilai kadar zinc yang lebih rendah pada penderita diabetes dibandingkan kontrol sehat.54


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan kelompok umur.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan jenis kelamin (p-value = 0,001) dengan nilai mean kadar zinc plasma perempuan lebih rendah dari laki-laki ( 96,16 μg/L vs 121,04 μg/L).

3. Didapatkan nilai mean kadar zinc plasma yang berbeda pada berbagai tingkatan gradasi ulkus diabetikum yaitu kadar zinc plasma pada gradasi 0 sebesar 97,13 μg/L, gradasi 1 sebesar 97,44 μg/L, gradasi 2 sebesar 109,08

μg/L, gradasi 3 sebesar 112,90 μg/L, gradasi 4 sebesar 120,33 μg/L yang keseluruhannya menunjukkan nilai kadar zinc yang kurang dari normal (700-1250 μg/L)

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai kadar zinc plasma pada beberapa tingkat gradasi ulkus diabetikum (p-value = 0,001) dengan nilai korelasi (r) adalah 0,621 dan arah korelasi positif (+) yang artinya semakin tinggi gradasi ulkus diabetikum maka akan didapatkan juga nilai kadar zinc plasma yang semakin tinggi.


(26)

5.2 Saran

1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang nilai kadar zinc pada kelompok DM dengan ulkus atau luka kronis lainnya dan juga dengan mengikutsertakan subjek orang normal sebagai kelompok kontrol.

2. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang lebih luas lagi mengenai perbandingan nilai kadar zinc plasma dengan hyperzincuria yang terjadi pada kelompok DM dibandingkan dengan kelompok subjek normal.

3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang efikasi klinis penggunaan preparat zinc oral dalam proses penyembuhan pada beberapa tingkat gradasi ulkus diabetikum pada penderita DM tipe- 2.


(1)

kadar zinc pada tubuh manusia sehubungan pertahanan tubuh manusia tersebut terhadap keadaan infeksi dan stres oksidatif.15,18

Devrajani et al. (2013) mengadakan penelitian pada 118 pasien dengan pneumonia dan didapatkan penurunan konsentrasi zinc plasma hingga 10%-69% pada awal terjadinya infeksi. Dijumpai juga insidensi infeksi yang meningkat sehubungan dengan defisiensi zinc karena defisiensi dapat meyebabkan kegagalan imunitas sehingga kejadian infeksi meningkat.59

Peningkatan gradasi dari ulkus diabetikum dapat terjadi dengan adanya peningkatan invasi dari bakterial. Ochsendorf (1999) menyatakan bahwa infeksi dapat meningkatkan terbentuknya ROS yang berlebihan yang akan menyebabkan terbentuknya keadaan stres oksidatif pada tubuh.63 Stres oksidatif mempunyai peranan juga dalam patogenesis terbentuknya DM tipe-1 dan DM tipe-2. Stres oksidatif akibat kadar glukosa yang tinggi sangat memegang peranan dalam etiologi diabetes dan komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes.7,64 Hiperglikemia menyebabkan peningkatan produksi oksigen radikal bebas dan menghasilkan hidrogen peroksida yang menginaktifkan SOD dan MT.15,65 MT dan zinc sangat efektif dalam mengurangi stres oksidatif sehingga dapat mempertahankan sel β pankreas dari kerusakan sel akibat radikal bebas dan menormalkan sekresi insulin serta dapat mencegah terjadinya komplikasi pada pasien diabetik.17 SOD, zinc dan cuprum memegangmekanisme pertahanan tubuh melawan stres oksidatif melalui sistem hubungan mikronutrien antioksidan. Adanya kenaikan nilai kadar zinc plasma seiring dengan peningkatan gradasi ulkus yang tampak dalam penelitian ini dapat berhubungan dengan respon tubuh untuk mencegah kerusakan sel yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian komplikasi yang lebih berat lagi pada penderita diabetes akibat adanya stres oksidatif yang meningkat pada penderita DM dengan ulkus diabetikum melalui mekanisme hemostatis zinc. Peningkatan stres oksidatif pada


(2)

tubuh akan menyebabkan lepasnya antioksidan bersamaan dengan lepasnya zinc intraselular ke ekstraselular.65

Salem et al. (2010) mengadakan penelitian pada 50 pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi dan dengan komplikasi dibandingkan dengan 15 kontrol sehat didapatkan hasil penurunan kadar zinc yang pada kedua DM tipe-2 (komplikasi dan tanpa komplikasi) namun terdapat perbedaan kadar zinc berupa level yang sedikit lebih tinggi pada penderita dengan komplikasi.64

4.7Perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum menurut klasifikasi Wagner

Diagram perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) dan diagram kadar zinc plasma normal pada tubuh manusia sebesar 700-1250 μg/L dapat dilihat pada diagram 4.1.

Gambar 4.1. Diagram perbandingan rata-rata kadar zinc plasma pada beberapa gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) dan diagram kadar zinc plasma normal

0 100 200 300 400 500 600 700

Gradasi 0 Gradasi 1 Gradasi 2 Gradasi 3 Gradasi 4

97,13

Gradasi ulkus diabetikum (klasifikasi Wagner) Berdasarkan kepustakaan nomor 46, 47

97,44 109,08 112,90 120,33

700 0 250 500 750 1000 1250 Normal 700-1250 300 500 900 700 1100 1250 Kada r z in c p lasm a ( μ g / L) Kada r z in c p lasm a ( μ g / L)


(3)

Berdasarkan diagram 4.1, dijumpai nilai rata-rata kadar zinc plasma pada ulkus diabetikum gradasi 0 sebesar 97,13 μg/L, gradasi 1 sebesar 97,44 μg/L, gradasi 2 sebesar 109,08 μg/L, gradasi 3 sebesar 112,90 μg/L serta gradasi 4 sebesar 120,33 μg/L. Didapatkan rata-rata nilai kadar zinc plasma yang sangat kurang pada penderita ulkus diabetikum dari berbagai gradasi ulkus dibandingkan dengan cakupan batasan nilai kadar zinc plasma yang normal yaitu sebesar 700-1250 μg/L.48,49

Zinc merupakan mineral esensial yang diperlukan tubuh dalam regulasi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin disimpan dalam bentuk tidak aktif berikatan dengan zinc dalam bentuk hexamer pada sel β pankreas. Insulin monomers akan dilepaskan oleh pankreas bersamaan dengan ion zinc. Ketidak mampuan transportase zinc pada sel-sel yang memerlukan zinc dan penurunan absorbsi zinc pada usus halus serta peningkatan frekuensi keluarnya urin berupa hyperzincuria pada penderita DM dikarenakan faktor genetik ataupun lingkungan memungkinkan terjadinya defisiensi zinc pada penderita DM tipe-2.66

Defisiensi zinc merupakan kondisi tubuh dengan konsentrasi zinc plasma yang kurang dari 700 μg/L.67 Beberapa kondisi lainnya yang menyebabkan defisiensi zinc adalah kurangnya asupan makanan yang mengandung zinc, menurunnya absorbi zinc didalam tubuh serta adanya peningkatan keperluan tubuh terhadap zinc yang dapat menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka.66,67 Kadar zinc yang lebih rendah dari 100 μg/L berhubungan dengan kegagalan dalam proses penyembuhan luka.20 Kelompok konsultan internasional nutrisi zinc (IZincG), menyatakan bahwa ada 176 negara yang merupakan negara dengan resiko defisiensi zinc dikarenakan asupan zinc yang tidak adekuat. Diperkirakan sekitar 25% populasi pada Asia Tenggara dan Amerika Latin dan


(4)

Indonesia merupakan negara dengan kategori resiko tinggi diakibatkan tingginya asupan fitat (inositol heksafosfat) yang menyebabkan penurunan absorbsi zinc didalam tubuh.66

Abduallateef dan Khalied (2012) membuat suatu penelitian evaluasi kadar zinc plasma terhadap 100 penderita DM tipe 2 dan pada 30 kontrol sehat. Didapatkan adanya perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma pada DM tipe 2 yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai kadar zinc plasma pada subjek yang sehat.68

Shekokar dan Kaundinya (2013), mengadakan penelitian pada 60 subjek (30 penderita DM dan 30 kontrol sehat) didapatkan nilai kadar zinc yang lebih rendah pada penderita diabetes dibandingkan kontrol sehat.54


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan kelompok umur.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar zinc plasma berdasarkan jenis kelamin (p-value = 0,001) dengan nilai mean kadar zinc plasma perempuan lebih rendah dari laki-laki ( 96,16 μg/L vs 121,04 μg/L).

3. Didapatkan nilai mean kadar zinc plasma yang berbeda pada berbagai tingkatan gradasi ulkus diabetikum yaitu kadar zinc plasma pada gradasi 0 sebesar 97,13 μg/L, gradasi 1 sebesar 97,44 μg/L, gradasi 2 sebesar 109,08 μg/L, gradasi 3 sebesar 112,90 μg/L, gradasi 4 sebesar 120,33 μg/L yang keseluruhannya menunjukkan nilai kadar zinc yang kurang dari normal (700-1250 μg/L)

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai kadar zinc plasma pada beberapa tingkat gradasi ulkus diabetikum (p-value = 0,001) dengan nilai korelasi (r) adalah 0,621 dan arah korelasi positif (+) yang artinya semakin tinggi gradasi ulkus diabetikum maka akan didapatkan juga nilai kadar zinc plasma yang semakin tinggi.


(6)

5.2 Saran

1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang nilai kadar zinc pada kelompok DM dengan ulkus atau luka kronis lainnya dan juga dengan mengikutsertakan subjek orang normal sebagai kelompok kontrol.

2. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang lebih luas lagi mengenai perbandingan nilai kadar zinc plasma dengan hyperzincuria yang terjadi pada kelompok DM dibandingkan dengan kelompok subjek normal.

3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang efikasi klinis penggunaan preparat zinc oral dalam proses penyembuhan pada beberapa tingkat gradasi ulkus diabetikum pada penderita DM tipe- 2.