Prosiding SEMNAS MIPA UNSRI 2014

(1)

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

dalam rangka Dies Natalis ke-25 Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa

untuk Kemakmuran Bangsa

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa

PROSIDING

PROSIDING

PROSIDING

PROSIDING

PROSIDING

PROSIDING

Ketua

: Akhmad Aminuddin Bama

Anggota

: H. Melki

Hasanudin

Isnaini

Yulia Resti

Maeriska Verawaty

Mardiyanto

Tim Penyunting:

Palembang, 2 Oktober 2014

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sriwijaya

2014

ISBN 978-602-71798-0-6

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa

untuk Kemakmuran Bangsa

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa


(2)

(3)

Palembang, 2 Oktober 2014


(4)

(5)

ISBN 978-602-71798-0-6

Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

Seminar Nasional MIPA

dalam rangka Dies Natalis ke-25 Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

PROSIDING


(6)

SEMINAR NASIONAL MIPA

dalam rangka Dies Natalis ke-25 Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

untuk Kemakmuran Bangsa

Copyright © FMIPA Universitas Sriwijaya, 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved Tim Penyunting:

Ketua : Akhmad Aminuddin Bama Anggota : H. Melki

Hasanudin Isnaini Yulia Resti

Maeriska Verawaty Mardiyanto

Desain sampul & tata letak: A. A. Bama Diterbitkan oleh: FMIPA Universitas Sriwijaya

Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya; Jln. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan; Telp.: 0711-580056/580269; Fax.: 0711-580056/ 580269

xvi + 562 hlm.; A4 ISBN: 978-602-71798-0-6

Dicetak oleh Percetakan & Penerbitan SIMETRI Palembang Isi di luar tanggung jawab percetakan


(7)

uji syukur kehadirat Allah S.W.T., atas segala rahmat dan hidayah-Nya Prosiding Seminar Na-sional MIPA dalam rangka dies natalis ke-25 FMIPA Universitas Sriwijaya yang bertemakan “Peran MIPA dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam untuk Kemakmuran Bangsa” dapat kami selesaikan. Prosiding ini merupakan kumpulan makalah seminar yang diadakan oleh Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya pada tanggal 2 Oktober 2014 di Hotel Swarna Dwipa Palembang.

Penyusunan Prosiding ini, di samping untuk mendokumentasikan hasil seminar, dimaksudkan agar masyarakat luas dapat mengetahui berbagai informasi terkait dengan berbagai masalah yang terung-kap dalam beragam makalah yang telah dipresentasikan dalam seminar.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para pe-nyaji dan penulis makalah, penyunting serta redaksi pelaksana yang telah berkerja keras sehingga Prosiding ini dapat diterbitkan. Kami sampaikan terima kasih juga kepada Tim Penyelia yang telah mereview semua makalah sehingga kualitas isi makalah dapat terjaga dan dipertanggungjawabkan. Tak lupa kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi terselenggaranya seminar na-sional dan tersusunnya prosiding ini kami ucapan terima kasih.

Akhir kata, semoga prosiding ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Palembang, Oktober 2014


(8)

(9)

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Sambutan Ketua Panitia ... xiii

Sambutan Dekan ... xv

Pembicara Kunci ... 1

Potensi Bakteri Magnetik sebagai Agensia Pembersih Lingkungan (Endang Sutari-ningsih Soetarto) ... 3

Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Muhammad Totong Kamaluddin) 6

Peran FMIPA dalam Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) di Indonesia Berbasis Non Edible Biomass (Karna Wijaya) ... 14

Bidang Kajian Matematika ... 19

Estimasi Parameter Data Tersensor Tipe I Berdistribusi Log-logistik Menggunakan Maximum Likelihood Estimate dan Iterasi Newton-Rhapson (Alfensi Faruk) ... 21

Pemodelan Asuransi Jiwa Berdasarkan Asumsi Mortalita Gompertz (Des Alwine Zayanti) ... 26

Model Nilai Tebus Asuransi Jiwa Berjangka dengan Surrender Charges (Endang Sri Kresnawati) ... 29

Triangular Fuzzy Number pada Model Pemilihan Supplier Kantong Semen Multiob-jektif

(Studi Kasus pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.) (

Eka Susanti) .... 36

Analisis Data Mahasiswa Fakultas Mipa Universitas Sriwijaya Berdasarkan Tiga Jalur Seleksi Masuk PTN (Dian Cahyawati S.) ... 42

Ring Reguler Stable Diperumum pada Himpunan Bilangan Bulat Modulo n (Evi Yuli-za) ... 49

Penerapan Uji Cochran dan Chi Square untuk Menganalisis Persepsi dan Preferensi Mahasiswa dalam Memilih Gadget

(Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan

Matema-tika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya) (

Lasmaria Zeofely Agustina Sihomb-ing, Dian Cahyawati, dan Oki Dwipurwani) ... 53

The Sequences Involving the Sum of Pell-Lucas Numbers (Baki Swita dan Febry Ha-rianto) ... 61

Model Persamaan Struktural Pengaruh Respon Lingkungan Perpustakaan terhadap Pengalaman Kunjungan

bagi Mahasiswa (

Oki Dwipurwani dan Aam Amalia) .... 67

Penerapan Metode Hungarian danVogel’s Approximation Method (VAM) untuk Meminimalkan Waktu Tunggu Pesawat pada PT. Garuda Indonesia Airlines (Sisca Febria Utari, Evi Yuliza, Sugandi Yahdin) ... 75

Pemodelan Problem Evakuasi Bencana Tsunami melalui Pendekatan Maximum Dynamic Flow Problem (MDFP) (Zulfia Memi Mayasari, Yulian Fauzi, Dian Afriko Ramadani) ... 80

Perencanaan Zona Tarif BRT Trans Musi Menggunakan Algoritma Sequential Agglo-merative Hierarchical Non-overlapping (SAHN) (Ahmad Khoiri, Sisca Octarina, dan Putra BJ Bangun) ... 87


(10)

Model Persamaan Struktural Linier dengan Matriks Kovarian yang Hampir Singular

(Dian Agustina) ... 95 Penerapan Uji T-Berpasangan untuk Melihat Pengaruh Pembinaan Siswa dalam

Menghadapi Olimpiade Matematika (Dian Agustina, Pepi Novianti, Ulfasari

Raf-flesia, dan Idhia Sriliana) ... 107 Penerapan Structural Equation Modeling (SEM) dengan Metode Penduga

Genera-lized Least Squares pada Pembentukan Model Prestasi Mahasiswa

(Studi Kasus:

Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sriwijaya Indralaya) (

Novlia Pratiwi, Endro

Setyo Cahyono, dan Sri Indra Maiyanti) ... 112 Simulasi Frekuensi Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor bagi Pihak Ketiga yang

Ce-dera Menggunakan Model Regresi Binomial Negatif (Yulia Resti) ... 121

Bidang Kajian Fisika ... 125

Simulasi Modem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Meng-gunakan Sinkronisasi Frame (Dwi Rahayu, Assaidah, dan Hadi) ... 127 Aplikasi Lux Meter Berbasis Android (Erin Aprianti, Khairul Saleh, Octavianus Cakra

Satya) ... 132 Analisa Pigmen Mangan Ferrit pada Uji Temperatur untuk Aplikasi Cat Tahan Suhu

Tinggi (Marlin, Supardi, Nurul Taufiqu Rochman, dan Tito Prastyo Rahman) ... 136 Simulasi Modem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

Mengguna-kan Sinkronisasi Carrier Recovery (Rhodita Umayah, Assaidah, Hadi) ... 140

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry dengan Apli-kasi Moodle di SMA Negeri 15 Surabaya pada Materi Penerapan Listrik DC dan

AC (Sugiarti) ... 145 Pengaruh Tekanan Kompaksi terhadap Sifat Fisis dan Sifat Magnet pada Magnet

Permanen Berbasis Barium Heksaferit (BaO.6Fe2O3) (Efriyadi, Ramlan,

Perda-mean Sebayang) ... 154 Karakteristik Parameter Fisika dan Kimia Air di Sungai Komering (Siti Nurjanah,

Net-ty Kurniawati, dan

Sutopo) ... 161

Bidang Kajian Kimia ... 167

Kandungan Cr Total pada Sedimen di Perairan Sungai Musi Palembang (Andi Arif

Setiawan, Rima Melisa, dan Al-Mu’arif) ... 169 Pengaruh Induksi MLD-DMBA terhadap Ekspresi TNF-α dan IL-1α pada Ovarium

Ti-kus Rattus norvegicus (Anna Roosdiana, Renny Purnama, Dyah Ayu oktavianie,

dan Aulia Firmawati) ... 175 Modifikasi Selulosa Bacterial (Nata de coco) melalui Reaksi Esterifikasi Fasa Padat

Berkatalis Dibutil Timah Oksida (Budi Kamulyan, Ellya Indahyanti, dan Diah

Mar-diana) ... 181 Pengaruh Proses Ozonasi pada Produksi Cocozone Oil dari Virgin Coconut Oil

(Enjar-lis dan Sri Handayani) ... 189 Pengaruh Komposisi Glukosa dan Zeolit terhadap Sifat Katalis Komposit Zeolit

Kar-bon Sulfonat (Febi Herdiansyah) ... 194 Observasi Morfologi Khamir dari Minuman Tradisional Tuak yang Digunakan untuk

Fermentasi Etanol (Hermansyah dan Heni Yohandini) ... 204 Pemanfaatan Redistilat Asap Cair Cangkang Kelapa Sawit sebagai Bahan Pengawet

Alami pada Bakso (Ihsan Anggara, Suminar Setiati Achmadi, dan Harsi Dewanta-ra Kusumaningrum) ... 208


(11)

Kandungan Timbal pada Kulit, Daging, dan Insang Ikan Juaro (Pangasius polyurano-don) di Sungai Musi Palembang (Ita Emilia, Syaiful Eddy, dan Ari Yansyah

Sapu-tra) ... 217 Kinetika Reaksi dan Kestabilan Campuran Pigmen Alami dalam Minuman Sari Buah

Belimbing (Miksusanti dan Zainal Fanani) ... 223 Isolasi Stigmasterol dari Ekstrak Etil Asetat Biji Garcinia picrorrhiza (Muharni, Elfita,

dan Bella Perucha) ... 231 Adsorpsi Kadmium (II) Menggunakan Batu Apung (Poedji Loekitowati Hariani, Dedi

Rohendi, dan Uswatun Hasanah) ... 235 The Effect of n-Butanol Addittion on Research Octane Number and Water Content

of Gasohol (Pra Dian Mariadi and Ian Kurniawan) ... 240 Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan

Spektrofo-tometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi dengan Metode Baseline

(Ris-fidian Mohadi, Christina Kurniawan, Nova Yuliasari, dan Nurlisa Hidayati) ... 247 Karakterisasi Pektinase dari Bacillus firmus dan Aspergillus niger Lokal untuk

Mendukung Industri Berbasis Ramah Lingkungan (Sasangka Prasetyawan, Anna

Roosdiana, Diah Mardiana, dan Suratmo) ... 253 Validasi Metode Pengujian Kadmium (Cd) dalam Air Pengolahan Lindi

Menggunakan Metode AAS (Siti Nuraini dan Lusi Suwartini) ... 263 Pengaruh Konsentrasi dan pH terhadap Degradasi Metilen Biru menggunakan

Foto-katalis TiO2-Zeolit dan ZnO-zeolit (Sri Wardhani, Eka Wahyu Putri Dini, Nevi Dwi Andari, M. Misbah Khunur, dan Rachmat Triandi T.) ... 267 Amobilisasi Xilanase dari Trichoderma viride Menggunakan Pasir Laut dan Pasir Laut

Terlapis Kitosan (Sutrisno, Anna Roosdiana, Suratmo, Hayyunisa Thaati, dan

Di-han Laziba) ... 274

Bidang Kajian Farmasi ... 281

Uji Daya Antibakteri Krim Ekstrak Etanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.) dengan Variasi Tea dan Asam Stearat sebagai Emulgator terhadap Staphylococ-cus aureus ATCC 25923 (Ade Arinia Rasyad, Agnes Rendowaty dan Puzakal

Ha-mied) ... 283 Jumlah Tanin Total Kulit Buah Manggis (Carcinia mangostana L) yang Diekstraksi

Menggunakan Pelarut Berbeda dan Aktivitas Antibakteri terhadap Staphylococcus aures (Budi Untari dan Nilda Lely) ... 292 Formulasi Gel Pewarna Rambut dari Ekstrak Tumbuhan Pacar Kuku (Lawsonia

in-ermis, L) (Ema Ratna Sari, Imo’ah, Lidia) ... 299 Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Sirsak (Annona muricata

L.) dan Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Pereaksi DPPH (Lasmaryna Sirumapea, Aprisa Mila Sari) ... 304 Preparing Nanoprecipitationof Poly-Lactide-Co-Glicolide (PLGA) Loading Acyclovir

and Characterization by using Dynamic Light Scatering, Typing Mode of AFM,

and Pixel Analysis of SEM (Mardiyanto) ... 311 Efek Antikonvulsi Ekstrak Daun Kembang Coklat (zephyranthes candida HERB)

ter-hadap Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster (Erjon, Agung Kurniawan, dan

Doddy Rusli) ... 316 Uji Antibakteri dari Fraksi Aktif Daun Puding Merah (Graptophyllum pictum (Linn.)

Griff) terhadap Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis (Herlina dan Setiawati


(12)

Perbandingan Ekstraksi Perkolasi dan Soxhletasi Terhadap Perolehan dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) (Mauizatul

Ha-sanah dan Lasmaryna Sirumapea) ... 327 Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Kunyit ( Curcuma domestica Val)

ter-hadap Bakteri Shigella Sp Penyebab Penyakit Disentri (Nilda Lely, Lia Saptarina,

Ema Ratna Sari) ... 334 Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata Linn) terhadap Tikus

Putih Jantan (Noprizon, Puput Ayu Wulandari) ... 340 Efek Ekstrak Etanolik Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) terhadap Aktivitas

Enzim Lipase dan Penurunan Berat Badan Rattus norvegigus sebagai Antiobesitas (Shaum Shiyan) ... 347 Efek Isoflavon Kedelai (Glycine max) terhadap Testosteron dan Berat Organ Asesoris

Vesikula Seminalis Tikus Sprague Dawley (Sri Nita dan Jont Marson) ... 353

Bidang Kajian Biologi ... 359

Pola Perilaku Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (Aditya Yulistio, Yuanita

Windusari, Erwin Nofyan, Mustafa Kamal) ... 561 Hubungan antara Cadangan Karbon Mangrove dan Kerapatan Vegetasi: Studi Kasus

di Sungai Barong Kecil dan Sungai Barong Besar, Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan (Dela Nopita Sari, Yuanita Windusari, Sarno, dan Edward

Sa-leh) ... 367 Kandungan Karbon Tersimpan pada Serasah Bambu di Hutan Bambu Pagar Alam

Sumatera Selatan (Ermawati, Yuanita Windusari, dan Zulkifli Dahlan) ... 373 Morfologi Sel Darah Putih dari Beberapa Variasi Kerbau Rawa Pampangan di

Suma-tera Selatan (Netta Permata Sari, Yuanita Windusari Erwin Nofyan, Mustafa

Kamal, dan Laila Hanum) ... 378 Pendugaan Cadangan Karbon dari Biomassa Tingkat Pancang Mangrove di Taman

Nasional Sembilang Sumatera Selatan (Nurul Fitri Iin Dahlia, Yuanita Windusari, Sarno, dan Edward Saleh) ... 382 Kebijakan Pinjam Pakai Areal Hutan dalam Kaitannya dengan Deforestasi (H.

Amrul-lah Arpan) ... 388 Seroprevalensi Virus Avian Influenza H5N1 pada Ketiga Jenis Burung Kuntul di

Ka-wasan Cagar Alam Pulau Dua Serang, Banten (Dewi Elfidasari, Lia Mulyani

Kur-niati, Sri Murtini) ... 393 Pendugaan Cadangan Karbon pada Tegakan Pohon di Area Kampus Universitas

Sriwijaya Indralaya (Doni Setiawan, Guntur Pragustiandi, Yuanita Windusari,

In-dra Yustian) ... 399

Acremonium sclerotigenum 10WNGM Jamur Alkalitoleran Indigenous Penghasil

Xi-lanase (Elisa Nurnawati, Sebastian Margino, Erni Martani, dan Sarto) ... 405 Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sungai Borang di Sekitar Lokasi Kegiatan

PLTG/U di Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan (Endri Junaidi) ... 411 The Abundance of Plankton Before and After Giving Gouramy Juveniles (

Helosto-ma temminckii C.V.) on Permanent Culture Pool (Effendi Parlindungan Sagala,

Enggar Patriono, and Ajiman) ... 418 Identifikasi Telur Cacing Parasit Usus pada Ternak Sapi( Bos taurus ) dan Kambing

(Capra hircus) di Kota Lubuklinggau (Erwin Nofyan, Arum Setiawan, dan Nuraini Indah Syamprima) ... 426


(13)

Kemelimpahan Kerang Sawah (Pilsbryoconcha exilis) di Saluran Air Persawahan Ku-bang-Tungkek, Kecamatan Guguak, Kabupaten 50 Kota, Sumbar (Hanifa Marisa dan Farid Yanadi) ... 433 Skrining dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Kawasan Mangrove Taman

Nasional Sembilang Sumatera Selatan (Hary Widjajanti, Sarno, dan Ida Fristika

Tarigan) ... 436 Penggunaan Metode Exposure Plate pada Perhitungan Jumlah Mikroba Udara

se-bagai Bioindikator Kualitas Udara dalam Ruangan Dikaitkan dengan Pengemban-gan Diri Siswa dalam Mengenal Gejala Alam dan LingkunPengemban-gan di SMP Palembang (Kurniawan Subatra dan Rosmala Dewi) ... 443 Struktur dan Komposisi Vegetasi dalam Memberikan Kenyamanan Ruang Terbuka

Hijau Kota Martapura Sumatera Selatan (Lia Auliandari, Chafid Fandeli, dan

Hadi Sabari Yunus) ... 448 Estimasi Populasi Tangkasi (Tarsius bancanus bancanus) pada Kawasan Kebun

Cam-puran di Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (M. Iqbal Robyan-to, Indra Yustian, dan Effendi P. Sagala) ... 458 Studi Distribusi Perifiton di Sungai Manna Bengkulu Selatan (Mirna Dwirastina) ... 462 Populasi dan Serangan Aphis gossypii (Glover) (Hemiptera: Aphididae) pada

Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) di Agroekosistem Sayur Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Sumatera Selatan (Riyanto) ... 467 Potensi Azolla pinnata R.Br. dalam Fitoremediasi Limbah Cair Minyak Bumi (Sri

Per-tiwi E., Juswardi, dan Dewi Yulia) ... 476 Efek Pemberian Selenium-Vitamin ETM

Secara Intramuskular Selama Kebuntingan Terhadap Kadar MDA Serum Sapi(Sri Rahayu, Widya Ayu Prasdini,

Mocham-mad Sasmito Djati, dan Susiati) ... 484 Kelimpahan Zooplankton di Perairan Rawabanjiran Lubuk Lampan, Ogan Komering

Ilir dan Danau Cala, Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Tuah Nanda Merlia

Wu-landari) ... 488 Karakterisasi Protein dan Gen Metallothionein Padakerang Bulu Anadara antiquate

(Wahyu Prihatini) ... 494 Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Penurun Kadar Kolesterol Total Darah

Mencit (Mus musculus L.) Galur Swiss Webster (Saleh Hidayat, Donni Yusuf,

Sintiya Maisaroh) ... 501

Bidang Kajian Kelautan ... 509

Karakteristik Massa Air di Perairan Muara Sungai Banyuasin (Heron Surbakti, Isnaini dan Riris Aryawati) ... 511 Kondisi Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta (Hikmah Thoha dan Riris Aryawati) .. 516 Analisis Aspek Teknik Alat Tangkap Perikanan Laut Kabupaten Ogan Komering Ilir

(Isnaini, Melki, Gusti Diansyah) ... 527 Optimasi Penempatan Turbin Arus Laut di Selat Larantuka, Nusa Tenggara Timur

(La Ode Nurman Mbay dan R. Bambang Adhitya Nugraha) ... 532 Kualitas Air dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin (Pangasius hipopthalmus)

yang Ditransportasikan secara Tertutup dengan Menggunakan Zeolit

(Muhammad Alidan Fiky Sanesa Putra) ... 540 Dinamika Komposisi Makanan Ikan Depik (Rasbora tawarensis) di Danau Laut Tawar


(14)

Penerapan Konsep Fishing Ecoport untuk Pengembangan Pelabuhan Perikanan di Indonesia (R. Bambang Adhitya Nugraha, La Ode Nurman Mbay, dan Joko


(15)

Assalamu’alaikum

wr. wb.

ertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kita diberi kesempatan untuk memperingati Milad ke-25 atau Dies Natalis ke-25 Fa-kultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sriwijaya. Dalam rangka mem-peringati Milad ke-25, FMIPA UNSRI telah melaksanakan berbagai kegiatan, salah satunya adalah Seminar Nasional MIPA 2014. Fakultas MIPA yang beridiri sejak 6 Maret 1989, telah meluluskan ± 4200 sarjana sains (fisika, matematika, kimia, biologi dan kelautan). Mereka telah berkontribusi pada berbagai bidang dalam rangka turut memakmurkan bangsa, termasuk di Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

Menyadari akan pentingnya peran MIPA dalam : pengolalan sumber daya alam (SDA) dimasa mendatang, luasnya potensi sumberdaya alam di Sumsel, pentingnya sumber daya manusia (SDM) MIPA yang berkualitas dalam pengelolaan SDA, maka FMIPA UNSRI merasa perlu menyelenggara-kan Seminar Nasional MIPA 2014. Seminar yang mengambil Tema “Peran MIPA dalam Pengel o-laan Sumber Daya Alam untuk Kemakmuran Bangsa”, selain sebagai refleksi diri, evaluasi diri da-lam menatap tantangan dan peluang masa depan yang semakin komplek, tetapi juga bertujuan untuk desiminasi hasil-hasil penelitian tentang pengelolaan sumber daya alam, sarana temu ilmiah dan per-tukaran informasi penelitian terkini, meningkatkan komunikasi/interaksi antar peneliti, meningkatkan kerjasama antar peneliti, lembaga riset, industri dan pemda/pemerintah. Seminar ini mempresentasi-kan 125 makalah dari berbagai peneliti (Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah, Lembaga Riset, Indus-tri/Swasta, Mahasiswa) yang berasal dari berbagai wilayah (Malang, Jogyakarta, Jawa Barat, Jabode-tabek, Lampung, Bengkulu, dan Palembang). Makalah tersebut dipresentasikan secara pleno (7 ma-kalah), dan dipresentasikan secara paralel (118 makalah) sesuai bidang ilmu matematika, fisika, ki-mia, biologi, kelautan dan farmasi.

Suksesnya pelaksanaan Seminar ini berkat kerjasama yang baik antara Panitia dengan berbagai pi-hak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas parsisipasi peserta dalam menyampaikan maka-lah, Dekan FMIPA yang telah mensuport Seminar melalui Dana BOPTN tahun Anggaran 2014, PT Tri Daya Utama yang telah bersedia menjadi sponsor utama, Sumbangan tidak mengikat dari berbagai sumber (PT PUSRI, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFI, dan PT Dexa Medica), Bapak Pembantu Rektor IV UNSRI yang telah memberikan sambutan, serta Bapak Asisten Bidang Kesra Pemprov SUMSEL (Bpk. Drs.H. Najib, SH.M.Hum) yang telah bersedia membuka secara resmi SemNas MI-PA 2014. Semoga Prosiding ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu MIMI-PA dan berkontribusi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia. Dirgahayu FMIPA UNSRI ke-25 semoga Allah SWT meridhoi kita. Amin

Wa

ssalamu’alaikum

wr. wb.

Palembang, 2 Oktober 2014

Dr. Suheryanto, M.Sc. Ketua Panitia


(16)

(17)

Assalaamu’alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh,

Bapak/Ibu pembicara utama, pembicara tamu, pemakalah, peserta seminar dan tamu undangan yang saya hormati.

Atas nama Fakultas MIPA UNSRI saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ke-hadiran dan partisipasi Bapak/Ibu semua pada Seminar Nasional MIPA di Fakultas MIPA UNSRI ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada panitia yang telah berhasil menyelenggarakan ke-giatan ini, dan kepada pihak sponsor yang telah bersedia membantu sebagian dana keke-giatan ini. Saya merasa berbahagia sekali karena di ulang tahun FMIPA UNSRI yang ke-25 ini FMIPA UNSRI berha-sil melaksanakan seminar yang berskala nasional.

Kegiatan seminar ini diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatkan peran MIPA dalam pen-gelolaan sumber daya alam khususnya di Sumatera Selatan. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi deseminasi hasil penelitian tentang sumber daya alam, terjadinya interaksi dan komunikasi antar pe-neliti dari perguruan tinggi, sekolah, industri dan lembaga terkait lainnya, serta terwujudnya kerjasa-ma antar lembaga terkait dalam pengelolaan sumber daya alam.

Pada kesempatan ini kami informasikan juga bahwa ke depan FMIPA Unsri akan melaksanakan berbagai Seminar Nasional maupun Internasional. Misalnya: pada tahun 2015 FMIPA UNSRI akan menjadi tuan rumah Seminar internasional tentang Material Science and Magnetics bekerja sama dengan BATAN dan LIPI, dan pada tahun 2016 FMIPA UNSRI akan menjadi tuan rumah Seminar dan Rapat Tahunan (Semirata) Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) se-Indonesia Wilayah Barat Bidang Ilmu MIPA. Kami samgat mengharapkan Bapak/Ibu yang memiliki bidang ilmu terkait untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan seminar tsb.

Demikian sambutan dari saya dan mohon maaf bila ada salah dan khilaf. Billaahi taufiq wal hi-daayah wassalaamu’alaikum wr.wb.

Wassalaamu’alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh,

Terima kasih,

Palembang, 2 Oktober 2014 Drs. Muhammad Irfan, M.T. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


(18)

(19)

(20)

(21)

Lingkungan

Endang Sutariningsih Soetarto

Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Teknika Utara Yogyakarta 55281. e-mail: annisah-endang@ugm.ac.id.

ingkungan merupakan sumber (resources) yang paling penting dan selalu mendapat perhatian. Berbagai permasalahan lingkungan yang saat ini dihadapi adalah bumi semakin panas akibat gas rumah kaca (greenhouse gases) yang terjadi secara alami. Gas rumah kaca terdiri dari gas CO2, CH4, dan N2O. Sinar matahari memanaskan permukaan bumi, kemudian bumi melepaskan gas tersebut dan dikembalikan ke udara. Gas tersebut terperangkap di lapisan atmosfir dan menimbulkan panas. Menu-rut the National Academy of Sciences, peningkatan temperatur udara terjadi tiap tahun sekitar 1oF dan telah dimulai duapuluh tahun yang lalu. Keadaan tersebut dipicu oleh peningkatan penggunaan bahan bakar fosil untuk aktivitas manusia. Lingkungan meliputi tanah, air dan udara yang merupakan tempat hidup semua organism termasuk jasad renik atau mikroorganisme. Mikroorganisme atau mikrobia termasuk bakteri mempunyai peran penting atau terlibat aktif di dalam mengatasi berbagai permasala-han dan pengelolaan lingkungan agar terbebas dari pencemaran. Mikrobia khususnya bakteri mem-punyai potensi sebagai agensia pembersih lingkungan melalui bioremediasi. Bioremedisi adalah suatu proses mikrobiologi yang merupakan cabang bioteknologi dengan memanfaatkan aktivitas mikrobia dan menggunakan metoda khusus untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Mikrobia khusus-nya bakteri mempukhusus-nyai potensi sebagai agensia pembersih lingkungan melalui bioremediasi. Biore-medisi adalah suatu proses mikrobiologi yang merupakan cabang bioteknologi dengan memanfaatkan aktivitas mikrobia dan menggunakan metoda khusus untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Mampukah bakteri menyelamatkan bumi?

Perkembangan baru telah diupayakan di dalam sistem biologi dan bioteknologi untuk memanfaatkan bakteri untuk menghasilkan lingkungan (environmental regeneration) bersih dan energi yang diperba-rukan (renewable energy).

Deteksi pollutan I lingkungan adalah suatu upaya yang sangat penting. Suatu cara yang cemerlang untuk mendeteksi pencemaran lingkungan adalah dengan menggunakan bakteri hidup yang asli maupun yang telah dimodifikasi. Bakteri hidup merupakan jasad renik yang menjanjikan mampu mendeteksi senyawa kimia tertentu dan menguji keberadaan polutan dengan cepat dan relative mu-rah. Reputasi bakteri semakin meningkat karena bakteri memiliki peran yang sangat penting di da-lam mengatasi berbagai permasalahan lingkungan, antara lain: pengadaan sumber tenaga alternative untuk menggantikan bahan bakar fosil, membersihkan pencemar lingkungan yang berupa logam berat dan senyawa kimia beracun, membuat materi atau senyawa metabolit baru dari sumber yang diperba-harukan, dan memiliki kekuatan sebagai mesin skala nano. Beberapa peneliti telah mendukung dan mengembangkan pemanfaatan bakteri untuk tujuan ke masa depan. Pemanfaatan bakteri dalam berba-gai aplikasi di lingkungan memerlukan kerjasama berbaberba-gai ilmu dan teknologi; yaitu dengan mema-nipulasi lingkungan atau memamema-nipulasi genetik (mamema-nipulasi bakteri pada aras genom). Mikrobia khu-susnya bakteri hasil rekayasa digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas dalam kuantitas yang memadai. Bakteri tersebut telah dipelajari secara intensif dan ekstensif untuk produksi berbagai senyawa kimia penting, bahan dan energi dari berbagai sumber diperbaharukan melalui re-kayasa metabolism. Banyak bakteri hasil rere-kayasa telah digunakan sebagai pembersih lingkungan. Alternatif tersebut memberikan cara yang lebih efisien, dengan hasil lebih bersih dan berkelanjutan untuk menumbuhkan bakteri yang berpenan penghasil biofuel (Dewi et al, 2009), elektrik (gas hydro-gen) (Suyanto & Soetarto, 2010), dan produk kimia khusus.

Tujuan pemaparan materi ini adalah mempresentasikan arti penting mikrobia khususnya bakteri dan perkembangan mikrobiologi untuk mengatasi permasalahan di lingkungan; mereview


(22)

rungan pemanfaatan bakteri khususnya Bakteri magnetotaktik (MTB) di masa depan, arah dan pe-luang baru untuk meningkatkan aktivitas bakteri untuk tujuan pembersihan lingkungan.

Bakteri magnetotaktik (MTB) mempunyai peran utama di dalam membersihkan lingkungan dari polutan khususnya logam berat dan kontaminan senyawa kimia yang toksik. Bakteri tersebut mampu merombak bahan mati menjadi bahan organik sebagai nutrient. Logam berat (Fe, Cd, Pb dan Hg) di-transformasikan oleh mikrobia khususnya bakteri. Penelitian terdahulu (Harsoyo & Soetarto, 2008) telah berhasil mengisolasi bakteri dari Waduk Sermo (Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta) yang mempunyai potensi sebagai pembersih lingkungan melalui teknik kultur diperkaya (Soetarto et al, 2006). Bakteri tersebut adalah bakteri magnetic (Magnetotactic bacteria (MTB)) yang unik, gram negative, mampu berorientasi dan migrasi sepanjang medan geomagnetic (Bazylinski & Williams, 2007). Kemampuan tersebut disebabkan oleh organella intrasellular spesifik, yang disebut magneto-som. Magnetosom terdiri dari kristal mineral besi magnetik (Fe3O4) atau greigite (Fe3S4) (Bazylinski et al, 2004; Lefèvre et al. 2011), berselubungkan membrane, berukuran nanometer, dan tersusun da-lam bentuk rantai halus semacam sitoskeleton. Rantai magnetosom sebagai jarum kompas yang me-nyebabkan sel bersifat motil, menempel dan berenang paralel dengan medan magnit. MTB terdapat pada hampir semua lingkungan akuatik, mikroaerofilik dan merupakan biomasa bakteri yang sangat penting. Berdasarkan sifat spesifik magnetosom, MTB telah dieksploitasi untuk berbagai aplikasi te-rutama di bidang kedokteran dan biologi modern. MTB sangat menarik perhatian untuk magnetisme lingkungan, biomarker pada batuan, biomineralisasi di dalam mikrobia. Magnetosom di dalam sel membantu navigasi sel untuk menentukan arah orientasi secara magnetic sehingga mencapai lingkun-gan optimal untuk tetap hidup dan tumbuh. Beberapa bakteri isolat Magnetospirillum magneticum strain BWS-4, BWS-5 dan Magnetobacterium bavaricum strain BWS-9 (Soetarto & Harsojo, 2005) mendemonstrasikan kemampuannya dalam mereduksi dan mentransformasi organomercury yang san-gat toksik menjadi senyawa yang kurang toksik (Heryanto et al, 2010). Orientasi magnetik magneto-som dari masing-masing sel menunjukkan dua mekanisme magnetotaksis, yaitu magnetotaksis aksial dan polar. Sel magnetotaktik aksial berenang sepanjang medan magnit dengan dua arah; sedangkan sel magnetotaktik polar berenang paralel dengan arah medan geomagnetic menuju kutub utara atau antiparalel terhadap kutub selatan. Karakterisasi gerakan dilakukan dengan menggunakan magnetos-pectrophotometer (MSP).

Meskipun beberapa jenis mikrobia secara alami mempunyai kemampuan merombak polutan, bebe-rapa bakteri yang digunakan sebagai agensia bioremediasi adalah jenis bakteri yang telah dimodifikasi secara genetic. Gen yang bertanggungjawab untuk biomineralisasi magnetosom terorganisasi sebagai kelompok genom MTB, yang disebut pulau genomik magnetosom (magnetosome genomic island) (Matsunaga et al, . Fungsi gen magnetosom di dalam sintesis magnetosom dan pembentukan rantai magnetosom saat ini sedang diteliti lebih rinci. Asal mula magnetotaksis adalah monofiletik pada se-mua MTB, meskipun demikian, transfer gen yang horizontal pada magnetosome menunjukkan pe-rannya dalam penyebaran MTB.

Ringkasan

Bakteri magnetic (Magnetotactic bacteria (MTB)) sangat unik, mampu berorientasi dan migrasi se-panjang medan geomagnetic. Kemampuan tersebut disebabkan oleh organella intrasellular spesifik, yang disebut magnetosom. Magnetosom terdiri dari kristal mineral besi magnetik (Fe3O4) atau grei-gite (Fe3S4) (Lefèvre et al. 2011), berselubungkan membrane, berukuran nanometer, dan tersusun da-lam bentuk rantai halus semacam sitoskeleton. Rantai magnetosom sebagai jarum kompas yang me-nyebabkan sel bersifat motil, menempel dan berenang paralel dengan medan magnit. MTB terdapat pada hampir semua lingkungan akuatik, mikroaerofilik dan merupakan biomasa bakteri yang sangat penting. Berdasarkan sifat spesifik magnetosom, MTB telah dieksploitasi untuk berbagai aplikasi te-rutama di bidang kedokteran dan biologi modern. Magnetospirillum magneticum telah diapplikasikan pada bioteknologi, yaitu teknik isolasi DNA/RNA dan kemungkinan sebagai sumber tenaga alterna-tive. Berdasarkan affinitas magnetik partikel halus M. magneticum telah digunakan untuk percobaan immunoassay dengan disruptor endokrin, pita mRNA, dan DNA (Matsunaga

et al, 2003; Amemiya

et

a

l, 2007).. Metode dalam immunoassay tersebut tergantung pada hemoglobin yang mempunyai empat gugus hem, masing-masing gugus dengan molekul Fe(II) di dalam cincin porpirin. Penelitian


(23)

molekular gen yang terlibat aktif dalam biomineralisasi telah membuktikan bahwa biomineralisasi terjadi dari serangkaian proses kimia dan manipulasi genetic yang berguna untuk berbagai aplikasi bioteknologi pada immunoassay, receptor-binding assays, ekstraksi DNA dan pemisahan sel.

Dengan menggunakan nanoteknologi, magnetosom mempunyai potesi untuk ditingkatkan sebagai agensia pembersih lingkungan atau system memproduksi energy alternative yang effisien dan relative lebih murah. Pada presentasi ini, terutama difokuskan pada karakteristik MTB yang memiliki inklusi mineral yang disebut magnetosom (Kristal mineral magnetic), dan arti penting serta signifikansi ap-plikasi MTB sebagai pembersih lingkungan dalam bioremediasi lingkungan tercemar logam berat. REFERENSI

[1]Amemiya Y, Arakaki A, Staniland S.S, Tanaka T, Matsunaga T. 2007 Controlled formation of magnetite

crystal by partial oxidation of ferrous hydroxide in the presence of recombinant magnetotactic bacterial pro-tein Mms6. Biomaterials. 28, 53815389.

[2]Bazylinski D.A, Frankel R.B, Heywood B.R, Mann S, King J.W, Donaghay P.L, Hanson A.K. 199.5

Con-trolled biomineralization of magnetite (Fe3O4) and greigite (Fe3S4) in a magnetotactic bacterium. Appl.

Envi-ron. Microbiol. 61, 32323239.

[3]

Bazylinski DA, Williams TJ. 2007. Ecophysiology of magnetotactic bacteria, p 3775. In Schüler D (ed), Magnetoreception and magnetosomes in bacteria. Springer, Berlin, Germany.

[4]Dewi K, Soetarto ES, and Trisunaryanti W, 2010. Development of bioethanol production from canna edulis

rhizomes. Proc. of International seminar on energy. Hi-Link Project.

[5]

Matsunaga T, Ueki F, Obata K, Tajima H, Tanaka T, Takeyama H, Goda Y, Fujimoto S. 2003 Fully auto-mated immunoassay system of endocrine disrupting chemicals using monoclonal antibodies chemically con-jugated to bacterial magnetic pa rticles. Anal. Chim. Acta. 475, 7583Schlefer, SS., Amann, KH., Wolfgang RL, Gemerden, Hans van; P. Nikolai. 1993.Magnetic Properties. Applied and Environmental Microbiology. American Society for Microbiology.

[6]Soetarto ES, and Harsojo, 2005. Bakteri magnetotaktik sebagai pereduksi polutan logam berat. Seminar

Na-sional. Yogyakarta.

[7]

Suheryanto, Es. Soetarto, E Sugiharto, and TS Djohan, 2008. Bakteri resiten Metilmerkuri dari Sungai Sangon Kulon Progo Yogyakarta. Berkala Biologi, Vol 7 (2)


(24)

Muhammad Totong Kamaluddin

Ketua Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Unsri

Abstrak: Hanya sebagian kecil saja dari ratusan ribu spesies tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh

subur di planet bumi ini telah di eksplorasi dan dimanfaatkan berbasis bukti dan keberhasilan tersebut justru telah mensejahterakan masyarakat dunia itu sendiri, baik untuk meningkatkan mutu kesehatan-nya maupun untuk mengobati pekesehatan-nyakit-pekesehatan-nyakit tertentu. Oleh karena itu eksplorasi yang dimulai oleh nenek moyang ribuan tahun yang lalu masih harus dilanjutkan agar kebutuhan masyarakat dunia yang terus meningkat dapat terpenuhi selain konsep pengobatan tradisional ini bersifat komplemen-ter/pelengkap dari layanan kesehatan konvensional yang ada saat ini. WHO selain bertindak sebagai pemicu upaya eksplorasi yang telah dilakukan oleh hampir semua negara saat ini dan sekaligus men-gatur standarisasi, regulasi dan kolaborasi informasi agar muncul jaminan pemanfaatan layanan kese-hatan tradisional termasuk pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat yang aman, terjangkau, bermutu dan efektif baik untuk meningkatkan mutu kesehatan individu maupun mengobati suatu penyakit yang tengah diderita.

Beberapa contoh keberhasilan serta prosedur eksplorasi tumbuhan berkhasiat obat disajikan dalam makalah ini, walaupun data tersebut nampak berubah dan berbeda-beda dari setiap publikasi yang ada karena pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan pengobatan tradisional itu sendiri. Manfaat ak-hir sebagai target eksplorasi tiada henti tentu adalah berhasilnya diproduksi obat herbal yang berkha-siat terapetik, bermutu, aman, terjangkau serta efektif baik untuk preventif, kuratif maupun rehabilita-tif suatu penyakit.

Kata kunci: eksplorasi tumbuhan berkhasiat (obat), layanan kesehatan tradisonal dan komplementer,

manfaat terapetik.

1

PENDAHULUAN

eningkatnya kebutuhan layanan kesehatan tradisional dan terapi komplementer di seluruh dunia berdampak kepada meningkatnya pula kebutuhan akan produk dan pelaku terapi. WHO meng-katagorikan produk tradisional, terapi komplementer (Traditional & Complementary Medicine T&CM), dan pelaku kesehatan tradisioal. Produk tradisional adalah semua tumbuh-tumbuhan/herbal (herbs), materi herbal, preparat dari herbal dan produk herbal yang mengandung zat aktif (active in-gredients) dari bagian tumbuh-tumbuhan sejenis, materi tumbuh-tumbuhan lain atau kombinasinya. Beberapa negara justru zat aktif obat herbalnya ditambah bahan organik atau anorganik alam (bina-tang atau mineral) untuk memperoleh khasiatnya terbaiknya karena keyakinan secara tradisional. Se-dangkan terapi/layanan tradisional dan komplementer termasuk terapi dengan memberikan produk atau obat-obatan tradisonal dan layanan terapi berbasis prosedur kesehatan seperti herbal medicines, naturopathy, acupuncture, chiropractic, osteopathy, qigong, tai chi, yoga, thermal medicine, and oth-er physical, mental, spiritual and mind-body thoth-erapies. Kemudian pelaku kesehatan tradisional adalah pelaku terapi komplementer, pekerja kesehatan profesional seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli farmasi dan fisioterapist yang memberikan pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer kepada pasiennya1.

Kecenderungan meningkatnya pelayanan kesehatan tradisional hampir di semua negara di dunia yang terus berkembang saat ini telah mengundang WHO untuk berkonsentrasi menatalaksanai semua hal yang berkaitan dengan kondisi tradisional. Sejak tahun 2013 dicanangkanlah oleh WHO suatu strategi lanjutan dari strategi WHO Traditional Medicine Strategy 20014–20233 yang telah berhasil dilaksanakan sebelumnya yaitu WHO Traditional Medicine Strategy 2002–2005, WHO Traditional Medicine Strategy 2004–2007, WHO Traditional Medicine Strategy 2008–2013. Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan pada dekalarasi tersebut menekankan sekali arah pengembangan pelayanan tradisional yang bermutu dengan penjaminan kualitas, keamanan dan kemanfaatannya agar semua


(25)

orang memiliki akses yang tepat untuk memperoleh layanan ini. Untuk merespon akses layanan terse-but yang sesuai dengan World Health Assembly resolution on traditional medicine (WHA62.13), ma-ka dukungan WHO ini diarahma-kan untuk;

1. Memfasilitasi integrasi layanan kesehatan tradisional dan komplementer masuk menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional dengan membantu negara anggota untuk menyusun kebiajakan stra-tegis nasionalnya dalam bidang ini,

2. Meletakkan dasar-dasar acuan layanan kesehatan tradisional dan komplementer menuju standar internasional, acuan teknik dan metodologi riset untuk menghasilkan produk, bentuk layanan dan pelaku layanan,

3. Memacu riset strategik untuk pengembangan riset klinik tentang keamanan dan efektivitas layanan tradisional dan komplementer,

4. Membimbing promosi kearah penggunaan rasional layanan kesehatan tradisional dan komplemen-ter berbasis bukti, dan

5. Memediasi tukar menukar informasi antar pusat/negara pelaku layanan kesehatan tradisional dan komplementer.

Sasaran utama dari penyusunan kebijakan strategi WHO 2014-2023 ini adalah untuk mendukung negara-negara yang mengembangkan bentuk layanan kesehatan tradisional dan komplementer agar melengkapi keterpaduan potensi kontribusi pengobatan tradisional dan komplementer untuk pening-katan mutu kesehatan-kesejahteraan-dan layanan kesehatan berbasis masyarakat serta peningpening-katan penggunaan yang aman dan efektif dari kesehatan tradisional dan komplementer melalui regulasi, evaluasi dan keterpaduan produk, bentuk layanan dan pelaku layanan kesehatan tradisional dan kom-plementer secara tepat3.

Respon Indonesia sebagai salah satu negara anggota WHO terhadap himbauan di atas nampak an-tara lain dicanangkannya Undang-undang no 29 tahun 2004. Meskipun pengobatan tradisional, terma-suk jamu, sudah banyak digunakan oleh tenaga kesehatan profesional maupun battra, namun banyak tenaga profesional kesehatan yang mempertanyakan pengobatan tradisional (jamu) dalam pelayanan kesehatan formal. Hal ini bisa dimengerti, karena sesuai dengan Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter/dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan harus meme-nuhi standar pelayanan medis, yang pada prinsipnya harus memememe-nuhi kaidah praktik kedokteran ber-basis bukti (evidence based medicine)4,5,6. Inilah suatu tantang bagi kita bangsa Indonesia bahwa bukti-bukti ilmiah tentang mutu, keamanan dan manfaat pengobatan tradisional (jamu) dinilai belum adekuat untuk dapat dipraktikkan pada pelayanan kesehatan formal. Dengan kata lain, pengobatan tradisional (jamu) masih memerlukan bukti ilmiah yang cukup untuk dapat digunakan oleh tenaga profesional kesehatan.

Hasil dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa lebih dari 50% pen-duduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat Indonesia. Kemudian dalam rangka menyediakan bukti ilmiah terkait mutu, keamanan, dan manfaat obat tradisional (jamu), maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemente-rian Kesehatan RI, telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah upaya pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah memberikan landasan ilmiah (evidenced based) penggunaan jamu secara empirik melalui penelitian berbasis pelayanan yang dilakukan di sa-rana pelayanan kesehatan, dalam hal ini klinik pelayanan jamu/dokter praktik jamu. Implementasi dari keputusan pemerintan RI tentang Saintifikasi Jamu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010, telah dijalankan sampai saat ini, selain menyusun pedoman metodologi pe-nelitian jamu5.

Fokus utama uraian selanjutnya tertuju untuk membahas lebih rinci upaya eksplorasi dalam men-gevaluasi manfaat komponen produk layanan kesehatan tradisional dan komplementer, berasal dari tumbuhan berkhasiat obat6. Tercatat dalam koleksi akhir-akhir ini di Lembaga Ilmu Pengetahuan In-donesia bahwa Keanekaragaman Hayati (Botanical Biodiversity) yang ditemukan di Indonesia


(26)

sejum-lah 156 famili, 5616 spesies tersebar dalam 27 provinsi. Dari total yang tercatat tersebut terbanyak (2387 spesies) ditemukan di Maluku dan Papua, sedangkan di Sumatera hanya tercatat 984 spesies saja7.

Tabel 1. Keanekaragaman Hayati spesies tumbuhan tercatat di Bagian Botani, IBIS-LIPI, tahun 2008.

No Kelompok sesuai kepulauan Provinsi Jumlah spesies

1 Bali & Nusa Tenggara 4 119

2 Jawa 5 561

3 Kalimantan 4 1139

4 Maluku & Irian 2 2387

5 Sulawesi 4 426

6 Sumatra 8 984

Sumber : IBIS LIPI on Line, 2008

Publikasi lama dari Traditional Chinese Medicine (TCM) mencatat tidak kurang dari 13.000 jenis obat yang digunakan di Cina dan lebih dari 100.000 resep ramuan yang telah digunakan oleh masya-rakat Cina di masa lalu8. Ramuan obat-obatan tersebut di atas pada umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan atau bagian dari tumbuh-tumbuh-tumbuhan yang diekstraksi dalam kualitas yang baik. Dalam pen-jelasan buku klasik Handbook of Traditional Drugs, tahun 1941 diuraikan sekitar 517 obat-obatan, 442 diramu dari bagian tumbuh-tumbuhan, 45 dari bagian hewan dan 30 mengandung mineral. Obat-obatan TCM ini sebagian besar dikembangkan di Amerika dengan nama obat oriental9. Negara lain seperti Korea, Jepang, Muangthai, India dan banyak lagi negara yang dikenal telah lama mengupaya-kan tumbuhan yang tumbuh dinegaranya untuk diproses menjadi obat yang dapat menyembuhmengupaya-kan pe-nyakit.

2

UPAYA EKSPLORASI

Konsep pengobatan tradisional (Traditional Medicine) sebenarnya adalah himpunan pengetahuan, ketrampilan (skills) dan upaya nyata berbasis teori, keyakinan dan pegalaman bertahun-tahun dari berbagai kebudayaan baik terbukti atau tidak yang ditujukan untuk memelihara kesehatan baik untuk pencegahan, penentuan diagnosis, peningkatan maupun pengobatan suatu penyakit fisik atau men-tal1,2,3. Selanjutnya “pengilmiahan” dari berbagai sistem dalam pengobatan tradisional yang layak dan telah dipraktekkan oleh setiap kelompok masyarakat (Ethnomedicine) baik dalam cara mempero-leh tumbuhan dan pemanfaatannya justru menjadi sumber dalam pencarian farmakognosi (penemuan obat baru)10. Temuan Fabricant dan Farnsworth menunjukkan bahwa 80 % dari 122 senyawa yang diisolasi dan struktur molekulnya dapat dirumuskan dari 94 spesies tumbuhan berkhasiat obat ber-sumber dari ethnomedicine mengandung zat aktif yang sesuai dengan penggunaannya di masyarakat. Dari catatan fosil yang ditemukan sejak zaman Paleolithicum pertengahan (60 ribu tahun yang lalu) manusia sudah mulai memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang hidup disekitarnya sebagai obat pe-nyembuh sesuatu penyakitnya10.

Bahkan menurut WHO, lebih 65 % masyarakat dunia saat ini masih mengandalkan upaya pengo-batannya melalui layanan kesehatan primer termasuk pemanfaatan herbal yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati dirinya dan keluarganya atau orang-orang disekitarnya. Tidak kurang dari 250.000 spesies tumbuhan dari golongan angiosperms dan gymnosperms, 215.000 golongan rendah dan 500.000 spesies golongan tertinggi dari semua tumbuhan yang hidup di planet ini, namun hanya 6 % yang baru diketahui senyawa bioaktifnya serta baru 15 % dari senyawa tersebut yang sudah diuji seca-ra fitofarmaka (uji klinik khasiatnya). Oleh sebab itu maka tujuan utama sasaseca-ran untuk memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber bahan baku terapi adalah:

1. Untuk mengisolasi senyawa bioaktif agar dapat digunakan langsung sebagai obat seperti ; digoxin, digitoxin, morphine, reserpine, taxol, vinblastine, vincristine

2. Memproduksi senyawa bioaktif yang sudah diketahui struktur molekulnya untuk menjadi bahan semisintetik guna memperoleh khasiat yang lebih baik dan toksisitas lebih rendah seperti ; metfor-min, nabilone, oxycodon (narcotic analgesics lainnya), taxotere, teniposide, verapamil, and ami-odarone, which are based, respectively, on galegine, ∆9-tetrahydrocannabinol, morphine, taxol, podophyllotoxin, khellin


(27)

3. Sebagai pharmacologic tools, spt ; lysergic acid diethylamide, mescaline, yohimbine

4. Penggunaan seluruh tumbuhan atau bagian dari tumbuhan dalam racikan suatu obat-obatan herbal seperti ; cranberry, echinacea, feverfew, garlic, ginkgo biloba, St. John’s wort, saw palmetto.

Tabel 2. Obat-obat dari tumbuhan yg bersumber dari Ethnomedicine

Nama obat Khasiat Nama latin tumbuhan Acetyldigoxin Adoniside Aescin Aesculetin Agrimophol Ajmalicine Allyl isothiocyanate Andrographolide Anisodamine Anisodine Arecoline Asiaticoside Atropine Berberine Bergenin Bromelain Caffeine (+)-Catechin Chymopapain Cocaine Codeine Colchicine Convallotoxin Curcumin Cynarin Danthron Deserpidine Deslanoside Digitalin Digitoxin Digoxin Emetine Ephedrine Etoposide Gitalin Glaucaroubin Glycyrrhizin Gossypol Hemsleyadin Hydrastine Hyoscamine Kainic Acid Kawain Khellin

Lanatosides A, B, C Lobeline Monocrotaline Morphine Neoandrographolide Noscapine Ouabain Papain Phyllodulcin Physostigmine Picrotoxin Pilocarpine Podophyllotoxin Protoveratrines A& B Pseudoephedrine Pseudoephedrine, nor- Cardiotonic Cardiotonic Anti-inflammatory Antidysentery Anthelmintic Circulatory disorders Rubefacient Bacillary dysentery Anticholinergic Anticholinergic Anthelmintic Vulnerary Anticholinergic Bacillary dysentery Antitussive

Anti-inflammatory; proteolytic agent CNS stimulant

Haemostatic

Proteolytic; mucolytic Local anaesthetic Analgesic; antitussive Antitumor agent; antigout Cardiotonic Choleretic Choleretic Laxative Antihypertensive; tranqulizer Deslanoside Cardiotonic Cardiotonic Cardiotonic Cardiotonic Amoebicide; emetic Sympathomimetic Antitumour agent Cardiotonic Amoebicide Sweetener Male contraceptive Bacillary dysentery Hemostatic; astringent Anticholinergic Ascaricide Tranquilizer Bronchodilator Cardiotonic

Smoking deterrent; resp. stimulant Antitumor agent Analgesic Bacillary dysentery Antitussive Cardiotonic Proteolytic; mucolytic Sweetener Cholinesterase inhibitor Analeptic Parasympathomimetic Condylomata acuminata Antihypertensive Sympathomimetic Sympathomimetic

Digitalis lanata Ehrh Adonis vernalis L. Aesculus hippocastanum L. Fraxinus rhynchophylla Hance Agrimonia eupatoria L.

Rauvolfia serpentina (L.) Benth ex. Kurz Brassica nigra (L.) Koch

Andrographis paniculata Nees Anisodus tanguticus (Maxim.) Pascher Anisodus tanguticus (Maxim.) Pascher Areca catechu L.

Centella asiatica (L.) Urban Atropa belladonna L. Berberis vulgaris L. Ardisia japonica Bl. Ananas comosus(L.) Merrill Camellia sinensis (L.) Kuntze Potentilla fragaroides L. Carica papaya L. Erythroxylum coca Lamk. Papaver somniferum L. Colchicum autumnale L. Convallaria majalis L. Curcuma longa L. Cynara scolymus L. Cassia spp.

Rauvolfia canescens L. Digitalis lanata Ehrh. Digitalis purpurea L. Digitalis purpurea L. Digitalis lanata Ehrh.

Cephaelis ipecacuanha (Brotero) A. Richard Ephedra sinica Stapf.

Podophyllum peltatum L. Digitalis purpurea L. Simarouba glauca DC. Glycyrrhiza glabra L. Gossypium spp.

Helmsleya amabilis Diels Hydrastis canadensis L. Hyoscamus niger L.

Digenea simplex (Wulf.) Agardh Piper methysicum Forst. f. Ammi visnaga (L.) Lamk. Digitalis lanata Ehrh. Lobelia inflata L. Crotolaria sessiliflora L. Papaver somniferum L. Andrographis paniculata Nees Papaver somniferum L. Strophanthus gratus Baill. Carica papaya L.

Hydrangea macrophylla (Thunb.) DC Physostigma venenosum Balf. Anamirta cocculus (L.) W.&A. Pilocarpus jaborandi Holmes Podophyllum peltatum L. Veratrum album L. Ephedra sinica Stapf. Ephedra sinica Stapf.


(28)

Quinine Quisqualic Acid Rescinnamine Reserpine Rhomitoxin Rorifone Rotenone Rotundine Salicin Santonin Scillarin A Scopolamine Sennosides A & B Silymarin Stevioside Strychnine Teniposide Tetrahydropalmatine Theobromine Theophylline Trichosanthin Tubocurarine Valepotriates Vincamine Xanthotoxin Yohimbine Yuanhuacine Yuanhuadine Antimalarial Anthelmintic Antihypertensive; tranqulizer Antihypertensive; tranqulizer Antihypertensive Antitussive Piscicide Analgesic; sedative Analgesic Ascaricide Cardiotonic Sedative Laxative Antihepatotoxic Sweetener CNS stimulant Antitumor agent Analgesic; sedative Diuretic; bronchodilator Diuretic; bronchodilator Abortifacient

Skeletal muscle relaxant Sedative Cerebral stimulant Leukoderma; vitiligo Aphrodisiac Abortifacient Abortifacient

Cinchona ledgeriana Moens ex. Trimen Quisqualis indica L.

Rauvolfia serpentina (L.) Benth ex. Kurz Rauvolfia serpentina (L.) Benth ex. Kurz Rhododendron molle G. Don

Rorippa indica (L.) Hochr. Lonchocarpus nicou (Aubl.) DC. Stephania sinica Diels

Salix alba L.

Artemisia maritima L. Urginea maritima (L.) Baker Datura metel L.

Cassia spp.

Silybum marianum (L.) Gaertn. Stevia rebaudiana Bertoni Strychnos nux-vomica L. Podophyllum peltatum L.

Corydalis ambigua (Pallas) Cham. & Schltal. Theobroma cacao L.

Camellia sinensis (L.) Kuntze Thymus vulgaris L.

Chondodendron tomentosum R. & P. Valeriana officinalis L.

Vinca minor L. Ammi majus L.

Pausinystalia yohimbe (K.Schum.) Pierre Daphne genkwa Seib. & Zucc.

Daphne genkwa Seib. & Zucc Sumber: Febricant & Farnsworth, Environmental Health Perspectives, 2001

Prosedur penapisan dari tumbuhan yang diduga berkhasiat obat tergambar dalam flowchart di ba-wah ini:

Gambar 1. Proses penapisan dan uji obat herbal (diadopsi dari Farnsworth et al. 2001)

3

HASIL EKSPLORASI DAN PEMANFAATANNYA

Di bawah kendali Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maka semua negara negra di dunia ini telah mengeksplorasi dan memanfaatkan obat herbal secara sistimatis. Landasan semua negara negara ter-sebut untuk memanfaatkan herbal sebagai obat atau pelengkap layanan kesehatan antara lain adalah : aman, dapat dipertanggung jawabkan, hemat biaya dan cukup efektif2. Setiap negara secara bertahap menerima konsep dan kontribusi bahwa pengobatan tradisional dan pelengkap (komplementer) dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menyejahterakan setiap individu dan dapat melengkapi sistem kesehatan nasional. Pemerintah dan masyarakatnya tidak saja tertarik dengan obat herbal yang

dikem-Koleksi tumbuhan Pilih bentuk uji khasiat

Tentukan prioritas uji khasiat

Koleksi tumbuhan

Teliti keamanan dan toksisitas Suun protokol uji

keamanan dan toksisitas Susun kriteria utk

uji keamanan dan toksisitas Tentukan tipe aktivitas biologik Siapkan stabi-lisasi dan standarisasi ekstrak Isolasi dan Identifikasi zat aktif

uta-ma

Lakukan uji isolat aktif utama pada manusia

Kembangkan metoda untuk produksi skala industri Koleksi Ethnomedicine

atau yg sering digunakan masyarakat Telusuri literatur Evaluasi literatur Keputusan untuk uji khasiat Tentukan keamanan dari publikasi uji


(29)

bangkan, tetapi bentuk layanan tradisional lainnya ternyata dapat melengkapi sistem layanan keseha-tan nasional dari masing-masing negara.

Salah satu contoh tanaman yang digunakan dalam mengobati penyakit DM adalah tanaman gaharu (family Thymeleaceae). Tanaman ini termasuk tanaman obat yang banyak dimanfaatkan oleh masya-rakat, antara lain sebagai antibakteri, spasmolitik, antiinflamasi, analgesia, hipoglikemik, dan antitu-mor11,12. Penelitian yang dilakukan oleh Chunxiao Nie menyatakan bahwa daun Aquilaria sinensis (family: Thymeleaceae) mengandung senyawa benzofenon, flavon dan flavon glikosida, alkaloid, tri-terpen, xanton dan mangiferin. Beberapa senyawa ini diyakini memiliki efek potensial hipoglikemia. Diperkirakan senyawa mangiferin yang berperan dalam memberikan efek hipoglikemik beberapa he-wan model diabetes12. Hasil rinset lainnya, ekstrak metanol dan air dari daun Aquilaria sinensis pada dosis 1g/kg bb mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus yang telah diinduksi hiperglikemik13. Penelitian Kamaluddin dkk tahun 2012 (belum dipublikasikan) menunjukkan adanya efek hipoglike-mik pada tikus putih (Rattus novergicus) galur wistar yang diberikan ektrak air (infusa) daun Aquila-ria malaccensis dengan LD50 pada tikus Wistar : 3,852 g/kg BB16. Berdasarkan uraian diatas, tumbu-han Aquilaria malaccensis yang merupakan satu family dengan Aquilaria sinensis diduga mengan-dung senyawa-senyawa serta efek hipoglikemik yang sama. Tanaman Aquilaria malaccensis ini be-lum pernah diteliti tentang aktifitas efek hipoglikemik, tetapi penelitian terbaru menemukan daun ga-haru (Aquilaria malaccensis) yang masih muda mengandung epigallocatechin gallate (EGCG), triter-penoid dan tanin serta senyawa flavanol lainnya yang bermanfaat sebagai antioksidan14,15. Bagian daun dari tanaman ini telah dibuat sediaan teh herbal. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun Aquilaria malaccensis terhadap kadar glukosa darah pada manusia dan bagaimana mekanisme kerja ekstrak daun Aquilaria malaccensis untuk me-nurunkan kadar glukosa darah tersebut.

Tabel 3. Daftar tanaman obat untuk calon fitofarmaka

Tanaman obat Bagian tanaman Penggunaan/indikasi potensial Temulawak (Cucuma xanthwhoza Roxb.)

Kunyit (Curcuma domastica Val.) Baweng putih (Allium sativum Linn) Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

Handeuleum (Daun ungu) (Grathophyllum picum Grfiff) Tempuyung (Sonchus arvensis Linn)

Kejibeling (Strobilanthes crispus 81.) Labu merah (Cucurbifa moschata Duch) Kaluk (Saoropus andrugynus Men)

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Seledri (Apium graveolens Linn)

Pare (Momordica charantia Linn)

Jambu biji (klutuk) (Psidium guajava Linn) Ceguk (Wudani) (Quisqualis indica Linn) Jambu mede (Anacardrum 0ccidentale Linn) Sirih (Piper betle Linn)

Saga telik (Abrus precatorium Linn.) Sembung (Blumea balsamifera D.C.) Benalu teh (Loranfhus spec div.) Pepaya (Carica papaya Linn)

Brotowali (Tinospora ruphii Boerl)

Pegagan (kaki kuda) (Centella asiafica Urban)

Legundi (Vitex trigolia Linn) lngu (Ruta graveolena Linn)

Sidowayah (Woodfordia florbunda Salibs) Pala (Myristica fragrans Houn)

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

Jahe (Halia) (Zingiber officinale Rosc) Delima putih (Punica granatum Linn)

Dringo (Acorus calamusLinn)

Umbi Umbi Umbi Daun Daun Daun Daun Biji Daun Daun Daun, seluruh tbh Buah,

biji Daun Biji Daun Daun Daun Daun Batang Getah Daun Biji Batang Daun Daun Daun Daun Buah Seluruh tanaman Daun Umbi Kulit Buah Umbi

Hepatitis kronik, artrilis

Hepatitis kronik, artritis,antiseptik Kandidiasis, hiperlipidimia Hiperlipidemi Hemoroid Nefrolitiasis, diuretik Nefrolitiasis, diuretik Taeniasis

Maningkatkan produksi ASI Diuretik

Hipertensi

Diabetes melitus, Kontrasepsipria Diare Askariasis, oksiuriasis Analgesik Antiseptik Stomatitis aftosa Analgesik antipiretik Antikanker Sumber papain Antimalaria Kontrasepsi

Antimalaria, diabetes melitus Diuretik, antiseptik, antikeloid, hipertensi Antiseptik Analgesik antiseptik Antiseptik, diuretik Sedatif Antiseptik, Diabetes melitus

Analgesik, antipiretik, inflamasi Analgesik, antipiretik

Antiseptik, antidiare Sedatif


(30)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk) Buah Antibatuk Sumber: P. Wahid, Puslitbang Tanaman Industri Bogor, 1998

Tabel 5. Beberapa tumbuhan gulma untuk bahan baku obat tradisional

Nama ilmiah Nama daerah Amaranthus spinosus L.

Ageratum conyzoides L. Artemisia vulgaris L. Bidens pilosus L. Centella asiatica L. Urb. Eclipta prostrata (L), L. Elephantopus scaber L. Aneilesa nudiflorus (L) Wall. Euphorbia hirta L.

Phyllanthus urinaria

lmperata cylindrica (L) P.Beauv Sida rhombifolia L.

Urena lobafa L. Cassytha fillifonis L. Oxalis corniculata L. Plantago major L. Portulaca oleracea L. Datura metel L. Physalis angulata L. Physalis peruviana L. Lantana canara L.

Stachytarpheta jamaicensis Vahl

Bayam duri Wedusan, Babadotan Lokatmala Kentutan Pegagan Urang aring Tapakliman Talisaid Nangkaan Meniran Alang-alang Sadapori Pulutan Taliputri Cacalincingan Ki urata Krokot Kecubung Ceplukan Telur kodok Saliara

Sumber: P. Wahid, Puslitbang Tanaman Industri Bogor, 1998

4

KESIMPULAN

Meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan tradisional yang sekaligus berperan sebagai lini pertama dari sebagian besar masyarakat dunia untuk menanggulangi penyakit yang diderita maupun mening-katkan mutu kesehatannya serta sebagai komplementer dari layanan kesehatan konvensional telah mengundang WHO untuk menyusun strategi regulasi dan pengembangan sampai dengan tahun 2023. Oleh karena itu maka sasaran yang harus dicapai adalah masyarakat bersama-sama dengan pemerin-tah dan peneliti serta praktisi harus terus menerus mengeksplorasi ribuan tumbuhan berkhasiat obat yang aman, terjangkau, bermutu dan efektif di masa mendatang.

REFERENSI

[1] ---, 2000 Traditional and Modern Medicine: Harmonizing the two approaches. Manila, WHO Regional

Office for the Western Pacific.

[2] ---, 1995 Traditional Practitioners as Primary Health care Workers. Geneva, WHO, (document reference

WHO/SHS/ DHS/TRM/95.6).

[3] ---, 2013. WHO traditional medicine strategy: 2014-2023, WHO Library Cataloguing-in-Publication

Da-ta, di akses tgl 26 Sep 2014 lewat URL : www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html

[4] ---, 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG

PRAKTIK KEDOKTERAN

[5] ---, 2010 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

003/MENKES/ PER/I/2010 TENTANG SAINTIFIKASI JAMU DALAM PENELITIAN BERBASIS PE-LAYANAN KESEHATAN

[6]

---, 2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL

[7]

---, 2008 IBIS (Indonesian Biodiversity Information System), Research Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Diakses 26-9-14 (Copyright © 2008 Research Center for Biology)

[8]

Chen, K., Yu, B. Certain progress of clinical research on Chinese integrative medicine, Chinese Medical Journal, 1999, 112 (10), p. 934,


(31)

[9] Au AM, Ko R, Boo FO, Hsu R, Perez G, Yang Z. 2000. Screening methods for drugs and heavy metals in

Chinese patent medicines. Bull Environ Contam Toxicol.;65:112-119

[10]Fabricant, D.S. and Farnsworth, N.R. 2001 The Value of Plants Used in Traditional Medicine for Drug

Dis-covery, Environmental Health Perspectives,VOLUME 109, SUPPLEMENT 1

[11] Agustin, Y., Theodorus, Kamaluddin, M.T. 2014. Hypoglycemic Effect of Methanol Extract garwood

(Aquilaria malaccensis L) Leaves on Male Induced-Alloxan Rats (Rattus norvegicus), Prosiding SPBOA XVI dan Muktamar XII Perhipba tgl 23-24 April 2014 di hotel Paragon, Solo

[12]

Jiang, S. Jiang, Y. Guan, Y.F. Tu, P.F. Wang, K.Y. Chen, J.M. 2011. Effect of 95% ethanol of Aquilaria sinensis leaves on hyperglycemia in diabetec db/db mice. Journal of Chinese Pharmaceutical Sciences.

[13]Pranakhon, R., Pannangpetch, P., and Aromdee, C. 2010. Antihyperglikemic activity of agaarwood leaf

ex-tracts in STZ-induced diabetic rats and glucose uptake enhancement activity in rat adipocytes. Songklanaka-rin Journal of Science and Technology, 33 (4), 405-410.

[14]Ng Sui Ping and Ivan, Ho. 2012. Effects of extraction temperature, extraction time and solidtosolvent ratio

on total flavanol content, dpph radical scavenging capacity and epigallocatechin gallate (egcg) content of gaharu (aquilaria malaccensis) young leave. Diakses dari http://share.pdfonline. com/fac5edc

92ed2415daecda36aa1a44b96/2012_Ng%20Sui%20Ping_Dr.%20Ivan%20Ho.htm

[15]Huda, A. Muniran, M. Fitrya, Salmah, M. 2009. Antioxidant activity of Aquilaria malaccensis

(Thylmelaea-ceae) leaves. Pharmacognosy Research.

[16]Kamaluddin, M.T., Yeni, A., Saleh, I., Vengky. 2012. Uji Toksisitas dan Keamanan Teh Gaharu (Aquillaria

malaccensi) pada Tikus Wistar. Belum dipublikasi.

[17]Wahid, P. 1998. Budidaya dan Pemuliaan Tanaman Obat, Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Puslitbang


(32)

di Indonesia Berbasis

Non Edible Biomass

Karna Wijaya

Jurusan Kimia FMIPA dan Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kompleks Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Telp/Fax:0274-545188, karnawijaya@ugm.ac.id

Abstrak: Eksploitasi, dan pemakaian yang bijak terhadap energi fosil melalui penghematan dan

kon-trol yang ketat akan memperpanjang tingkat hidup cadangan bahan bakar fosil, namun dalam jangka panjang kedepan Bahan Bakar Nabati (BBN) yang lebih ramah lingkungan dan bersifat terbarukan benar-benar akan memainkan peranan yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi kita. BBN (biofuel) adalah bahan bakar yang bersumber dari bahan-bahan nabati, (biomassa) seperti bioetanol dan biodiesel. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang ber-fungsi sebagai bahan bakar transportasi/industri/rumah tangga yang berasal dari biomasssa. BBN di-pandang sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan mening-katkan ketahanan energi. Beberapa tahun ke depan BBN mungkin tidak dapat menggantikan sepe-nuhnya energi fosil, Namun BBN tetap akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan BBN melalui penggunaan produk samping industri pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru. Sebagai suatu fakultas yang mengampu dan menjalankan riset-riset dasar, FMIPA diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan BBN antara lain melalui pengembangan ku-rikulum yang memasukkan kajian BBN berbasis non-edible biomass, memperkuat riset dasar dalam bidang biofuel/energi terbarukan dan katalis terkait dengan tidak melupakan aplikasinya,karena riset dasar adalah basis riset-riset terapan, mengembangkan sistem inkubator riset dengan fokus riset-riset biofuel dan energi terbarukan lainnya yang mudah dan murah untuk diterapkan di Indonesia, merintis zona-zona energi terbarukan/biofuel di wilayah-wilayah yang memiliki potensi energi terbarukan, menginisiasi riset dasar dan terapan di kalangan dosen dan mahasiwa untuk melakukan riset-riset bio-fuel/energi terbarukan melalui pemberian dana penelitian atau pemberian award/penghargaan kepada mereka yang berprestasi, menyelanggarakan talkshow, bedah buku terkait biofuel/energi terbarukan dengan mengundang pakar-pakar energi terbarukan, merintis pembuatan jurnal-jurnal terkait bio-fuel/energiterbarukan, merintis pembangunan desa mandiri energi terbarukan, melaksanakan pengab-dian kepada masyarakat/kkn berbasis biofuel/energi terbarukan, berperan aktif dalam memberi pelati-han energi terbarukan kepada masyarakat, guru, siswa dan pelaku UMKM, berperan dalam perintisan jejaring ABG (Academic-Business-Government).

Kata kunci: Energi, Bahan Bakar Nabati, non-edible biomass, biofuel

1

PENDAHULUAN

ermintaan energi global saat ini tercatat telah meningkat 3 kali sejak 1950 dan pemakaiannya diperkirakan telah mencapai 10.000 juta ton pertahun. Sebagian besar energi itu dihasilkan dari bahan-bahan yang tidak terbarukan seperti batubara, gas,minyak bumi dan energi nuklir. Di antar ba-han-bahan tersebut minyak bumi merupakan sumber utama energi yang paling kritis. Perkiraan me-nyebutkan bahwa cadangan minyak bumi dunia akan habis dalam waktu 40 tahun lagi sedangkan ba-tubara dan gas bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 250 tahun dan 70 tahun. Selain tidak terba-rukan energi berbasis fosil juga tidak ramah lingkungan karena pembakaran bahan bakar fosil meng-hasilkan gas CO2 yang dapat mengakibatkan pemanasan global. Kombinasi gas buangan pembakaran batubara dengan uap air di awan berpotensi menghasilkan hujan asam dan hujan asam ini bisa menye-babkan terbunuhnya ikan-ikan di danau air tawar serta kerusakan pada daun-daun tanaman. Selain pembakaran, transportasi bahan bakar fosil juga dapat dan telah meminta korban lingkungan yang cukup besar, tengelamnya beberapa kapal tanker pengangkut minyak bumi mentah seperti Exxon


(33)

Valdez pada tahun 1989 menyebabkan 2000 km pantai Alaska tertutup lumpur minyak. Sejak tahun 1970 tercatat 50 kali penumpahan minyak bumi dengan sekala yang sama dengan Exxon Valdez.

Mengingat ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis dan bahaya tersembunyi yang dimili-kinya maka upaya pencarian sumber-sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan seperti dan ra-mah lingkungan perlu dilakukan, seperti Bahan Bakar nabati (BBN). Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa BBN yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena beberapa pertimbangan se-perti ketersediaanya banyak, biaya produksinya rendah, ramah lingkungan dan terbarukan. Peran FMIPA, khususnya Jurusan Kimia juga akan disinggung karena program studi ini memiliki kemam-puan mengembangkan BBN dan memiliki kompetensi mendidik ahli-ahli BBN di Inodnesia.

2

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN BIOFUEL DI

INDONESIA

Di Indonesia payung hukum pengembangan biofuel sudah cukup jelas seperti Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Instruksi Presiden kepada instansi/lembaga terkait di pusat (13 kementerian) dan daerah (Gubernur dan Bupati) dalam rangka penyediaan dan pemanfaatan BBN/biodiesel, Perpres No. 10 Tahun 2006 tentang Tugas Timnas Pen-gembangan BBN, Undang-undang No.30 tahun 2007 tentang amanat kepada pemerintah untuk me-ningkatkan penggunaan energi terbarukan. Undang-undang ini kemudian diperkuat lagi oleh peraturan Menteri (PERMEN) ESDM nomer 32 tahun 2008 yang memuat mandatori BBN di Indonesia.

3

BIOFUEL DARI MINYAK NABATI

Secara umum bahan bakar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu bahan bakar konvensional seperti batu bara dan minyak fosil serta bahan bakar non konvensional seperti biofuel. Bahan bakar konvensional tidak dapat diperbaharui dan kurang ramah lingkungan atau menghasilkan emisi gas beracun dan berbahaya ke lingkungan. Bahan bakar non konvensional seperti biofuel jika dibandingkan dengan yang konvensional relatif lebih ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi berbahaya dan dapat diperbaharui. Karena keunggulan komparatif yang dimiliki biofuel maka dewasa ini berbagai kalangan mulai melirik biofuel sebagai bahan bakar alternatif.

Biofuel dapat secara luas didefinisikan sebagai padatan, cairan atau gas bakar yang mengandung atau diturunkan dari biomassa. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang berfungsi sebagai bahan bakar transportasi yang berasal dari biomasssa. Biofuel dipandang sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan meningkatkan ketahanan energi.Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan biofuel sebenaranya sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel mengembangkan mesin motor yangdijalankan dengan BBN. BBN saat itu adalah minyak yang didapatkan langsung dari pemerasan biji sumber minyak, yang kemudian disaring dan dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah yang diguna-kan pada mesin diesel buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayur.

Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di Eropa, Amerika dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha). Kebanya-kan biofuel dipakai untuk transportasi otomotif. India mentargetKebanya-kan penggunaan 5% bioetanol sebagai bahan bakar transportasi, sementara cina sebagai produsen utama etanol di Asia mentargetkan 15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010. Indonesia sebagai negara yang memi-liki potensi besar menggunakan biofuel juga sudah mulai mengembangkan dan menggunakan biofuel seperti biogas, biodiesel dan bioethanol sebagai bahan bakar alternatif.

Biogas

Biogas adalah hasil dekomposisi bahan-bahan organik dalam bentuk gas, biasanya berupa gas metan dan karbondioksida. Selain itu biogas juga sering mengandung gas-gas korosif seperti gas dari bele-rang sehingga perlu dihilangkan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan (pemurnian biogas). Teknolo-gi biogas relatif sederhana sehingga mudah dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah


(34)

kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju mulai meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat menghasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%.

Biofuel padat

Biofuel padat merupakan Renewable Energy Sources (RES) yang berasal dari organisma hidup. Bio-fuel padat dibedakan dari Solid Fossil Fuels yang juga berasal dari organism hidup namun tidak terba-rukan. Termasuk kedalam jenis biofuel padat antara lain kayu, sampah organik dan bioarang.

Biofuel cair

Biodiesel: Biodiesel merupakan senyawa monoalkilester (metil ester) yang dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi trigeliserida dengan metanol. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 dan mengandung oksigen. Adanya oksigen membedakan biodiesel dengan petroleum diesel yang mengandung karbon dan hidrogen. Jadi secara komposisi kedua bahan bakar tersebut berbeda namun memiliki kesamaan dalam sifat kimia dan fisikanya. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Campuran 20% biodiesel di dalam petroleum diesel atau dikenal sebagai minyak diesel B-20 merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat digunakan secara langsung oleh mesin diesel tanpa mengubah konstruksi mesin.

Di Indonesia biodiesel biasanya menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, palm fatty acid distillate (PFAD) dan minyak ikan. Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi. Biodiesel dibuat dengan berbagai metode. Transesterifikasi adalah salah satu teknik pembuatan biodiesel yang paling popular dewasa ini karena aman, murah dan mudah dilakukan. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tidak memberi kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat melumasi mesin. Keuntungan-keuntungan lain pada penggunaan biodiesel adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home indus-try) dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil) serta dapat mengurang biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara. Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minyak kelapa dan CPO (Crude Palm Oil) baik minyak segar maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat membuka peluang usaha bagi petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM).

Bioetanol: Bioetanol adalah etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan ban-tuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Bioetanol dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang dipero-leh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Ka-dar bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5%.

Biogasolin: Biogasolin adalah biofuel yang diperoleh dari hasil perengkahan katalitik minyak na-bati. Biogasoline memiliki karakteristik seperti premium sehingga dapat dipakai sebagai bahan bakar pengganti premium.

4

PROSPEK BIOFUEL DAN PERAN KIMIA FMIPA PADA

PENGEMBANGANNYA

Dari paparan di atas kita menyadari bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat besar dan dari sisi teknologi, beberapa teknik pengolahan biomassa sudah kita kuasai dengan baik. Masalah utama yang kita hadapi adalah good will dari semua pihak, khususnya pemerintah. Jika pemerintah memiliki komitmen yang baik dan secara sungguh-sungguh serta terus menerus men-gembangkan biofuel/BBN maka kedepan kisah antrian panjang kendaraan di SPBU dan kelangkaan bahan bakar tidak terjadi lagi di Indonesia.


(1)

R. B. A. Nugraha dkk./Penerapan Konsep Fishing Ecoport untuk Pengembangan ...

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014 559 8. SPDN ada 2 unit penyaluran BBM untuk melayani kapal ikan di areal dermaga produksi sudah operasional dan satunya lagi di dekat kawasan tambat labuh kapal ikan sedang persiapan operasi dan penyalurannya belum tertib.

9. Kawasan Sosial dengan berbagai fasilitas sosial (parkir; Musholla; Gereja; pertokoan; kantin/ cafe; MCK) masih belum tertata dalam suatu zona, tetapi masih terpencar pada berbagai tempat. Peng-guna jasa yang masuk ke kawasan PPS Bitung beraneka ragam kepentingan mulai dari yang hanya ingin tahu; berpariwisata; bisnis sambilan non perikanan sampai pengusaha perikanan.

10.Alur Kegiatan Di Pelabuhan menyangkut proses pendaratan ikan di dermaga produksi; dermaga tambat labuh untuk pengisian logistik. pergerakkan kapal ikan ini terhambat keterbatasan dermaga. Lalu lintas kendaraan di darat pergerakkan belum diatur dengan petunjuk rambu lalulintas yang je-las, pengawasan lemah kawasan menjadi tidak tertib terutama pada saat aktivitas tinggiKoordinasi Instansi Terkait sudah berjalan tetapi akibat keterbatasan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki instansi tersebut (Keterbatasan kemampuan PLN menyediakan suplai listrik; dan instansi lain sup-lai air; supsup-lai BBM; Dukungan Keamanan; Dukungan kebersihan.).

5

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Analisis menggunakan SWOT untuk mengidentifikasi Kekuatan; Kelemahan; Peluang dan Ancaman PPS Bitung akibat fungsi pelabuhan perikanan yang ditetapkan Undang Undang dan PERMEN; dan aturan Internasional (IOTC; IUU; CCRF dll) tidak terlaksana sepenuhnya.. Dilain pihak sinergi dan dukungan lintas sektor terkait Era Otonomi Daerah perlu dibangun “corporate culture”; kemitraan Pusat dan Daerah serta mempertimbangkan hukum adat dan/atau Kearifan Lokal.

Aspek Sumberdaya Perikanan

Pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia masih dianggap “ open acces” dan masih terjadi du-alisme pengelolaan (Victor. N. 2001). Dapat di gambarkan berikut .

De jure Pengelolaan Oleh Pemerintah

De fakto Tidak Dikelola Oleh Siapapun (Realistis

Open Acces)

Pengawasan

Kelangkaan fasilitas, anggaran, personel, serta koordinai antar instansi

Mengatasi Masalah

Alat Tangkap Tidak Ramah LingkunganKelangsungan SDI Terancam

UU dan Aturan Yang Berlaku Belum Efektif

OUT PUT Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah

Ijin Penggunaan Alat Tangkap Optimasi Personel

DUALISME

Gambar 2. Pengelolaan SDI Pelabuhan Perikanan

Untuk menegaskan bahwa tugas pelayanan pengelolaan sumberdaya perikanan ditetapkan Peratu-ran Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.29/MEN/2010 Tentang Peruba-han Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor PER.06/MEN/2007 Tentang Or-ganisasi Dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masya-rakat perikanan dan untuk menunjang optimalisasi produksi perikanan serta pengelolaan sumber daya ikan, maka dipandang perlu menyempurnakan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: PER.06/MEN/2007 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, sebagaimana telah di-ubah dengan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2008. Perdi-ubahan Pera-turan Menteri ini penugasan sudah harus diterjemahkan dan diberdayakan tindak lanjut implementa-sinya.


(2)

R. B. A. Nugraha dkk./Penerapan Konsep Fishing Ecoport untuk Pengembangan ...

560 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

Aspek Mutu Hasil Perikanan

Keberadaan berbagai macam aturan dan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah (HACCP) untuk melaksanakan pembinaan mutu perikanan. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.29/MEN/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor PER.06/MEN/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perikanan dan untuk menunjang optimalisasi produksi perikanan serta pengelolaan sumber daya ikan. Kelemahan menterjemahkan dan mengimplementasikan aturan sebagai akibat keterbatasan kemampuan dari staf pengelola pelabuhan perikanan.

Aspek Manajemen Lingkungan

Aspek lingkungan yang sering berhubungan dengan pelabuhan perikanan adalah sampah, kualitas air, udara dan tanah, manajemen sedimentasi, penimbunan, suara, polusi akibat minyak tumpah di kolam pelabuhan, rusaknya habitat alami karena alat tangkap berbahaya, pengaturan volume lalulintas.

Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah belum sepenuhnya dilaksa-nakan oleh pengelola pelabuhan perikanan karena faktor keterbatasan (sarana; anggaran; teknologi; lokasi; SDM; dan sederetan keterbatasan lainnya).Pengelolaan perlu dukungan dari instansi terkait; teknologi inovasi penanganan sampah serta dukungan nyata dari pembina PPS Bitung maupun peme-rintah Daerah Kota Bitung. Aspek pengelolaan air baik air tawar untuk konsumsi maupun untuk ke-perluan lain (mandi, mencuci, bahan baku es, menyimpan ikan dicampur es) Demikian pula air laut untuk kebersihan ikan, menyimpan ikan dengan es, mencuci deck kapal, mencuci lantai; kedua air ini baku mutu harus diawasi.

Keberadaan kapal ikan dan industri pengolahan selain membutuhkan bahan pendukung (BBM un-tuk energi ; bahan campuran hasil olahan); keluaran (kebisingan mesin kapal; bekas olie mesin; sisa industri : asap; limbah cair; bau air/ limbah buangan dan lainnya) kesemuanya harus dikelola sesuai ketentuan termasuk adanya galangan kapal yang menggunakan sistem udara tekanan tinggi sebelum kapal dicat.

6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Aspek Sumberdaya Perikanan

1. Meningkatkan peran pengawasan (SDKP) baik kemampuan dan jumlah Personel; Sarana : kapal pengawasan; Remote sensing (Teknologi pengawasan dengan pesawat terbang tanpa awak pesawat yang dikendalikan dari PPS Bitung); anggaran operasional kapal pengawasan

2. Memberdayakan segenap aturan dan per undang undangan baik nasional maupun internasional (CCRF; IOTC) masih ada pelanggaran menangkap Baby Tuna

3. Ijin Penggunaan BAP ramah lingkungan untuk kelangsungan sumberdaya perikanan 4. Dukungan dan koordinasi pengamanan Instansi terkait (AL dan KP3)

5. Pengelola PPS menambah staf untuk meningkatkan kegiatan pencatatan dan monitoring jenis dan jumlah ikan yang didaratkan melalui PPS Bitung

6. Pihak Pemerintah Daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan) mendorong masyarakat perikanan untuk meningkatkan pertisipasi pengawasan

7. Membentuk kelompok kearifan lokal

Aspek Pembinaan Mutu Hasil Perikanan

1. Pengembangan produk (Nilai Tambah Produk) merupakan inovasi dalam peningkatan pemasaran dan peluang kerja serta pendapatan masyarakat

2. Meningkatkan peran Balai Pengawasan Mutu Hasil Perikanan

a. Pengawasan dan pembinaan bentuk palka; cara menyimpan ikan; membongkar ikan di dermaga sampai didistribusikan


(3)

R. B. A. Nugraha dkk./Penerapan Konsep Fishing Ecoport untuk Pengembangan ...

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014 561 b. Membuat percontohan box ikan (kapasitas10 ekor/10 kg es/box) dan ukuran disesuaikan

rata-rata besar ikan Cakalang/ Tuna/ Tongkol yang tertangkap.

c. Pembinaan terhadap proses transportasi dari dermaga ke tempat pemasaran dan atau ke industri pengolahan

d. Pengawasan terhadap MUTU air untuk logistik kapal; mencuci ikan; air laut untuk mencuci lantai tempat pemasaran; Bahan baku pembuatan ES untuk Penanganan ikan; Tempat menam-pung Ikan (BOX);

3. Untuk menjaga kualitas ikan dari pengaruh suhu dan penanganan kurang tertib; mekanisme penju-alan ikan melalui contoh Ikan (10 ekor/10 kg es/box) jika transaksi selesai, ikan di kapal diambil pembeli

4. Koordinasi pengawasan antar pengelola PPS Bitung; Dinas Perikanan dan Kelautan; Balai Penga-wasan Mutu Hasil Perikanan; Instansi Terkait.

Aspek Manajemen Lingkungan PPS Bitung

1. Co Manajemen: Pengguna jasa PPS Bitung merupakan mitra potensial dalam pengelolaan ling-kungan. “Co Manajemen” merupakan salah satu metode pendekatan cukup efektif. Pengguna jasa dilibatkan dan didorong untuk berperan serta mau berpartisipasi; ada kepedulian terhadap lingkun-gan secara rutine dan berkelanjutan (tidak sesaat); perlu ada insentif /penghargaan dan penilaian melibatkan masyarakat. Manajemen PPS Bitung bertindak selaku koordinator sekaligus sosialisasi standar Sistem manajemen lingkungan-ISO 14001.

2. Penertiban dilakukan secara bertahap dimulai dari zona kegiatan (pra produksi : suplai logistik dan perbaikan/ perawatan kapal) ke zona kegiatan lain (zona produksi; pendaratan ikan; pencucian ikan) dan seterusnya.

3. Perbaikan kualitas fasilitas ke fasilitas secara bertahap seperti penyediaan Jaringan air tawar logis-tik (sistem RO); jika air laut digunakan untuk mencuci ikan dan TPI disediakan jaringan air laut (Sea water Intake) kesemuanya harus sesuai standar baku mutu

4. Manajemen persampahan padat dikembangkan “incinerator” dan untuk mengelola sampah cair disediakan unit pengolah limbah (UPL)

5. Training operator secara reguler untuk pelaksanan tugas (pencatatan data statistik; pelayanan logis-tik; kemungkinan terjadi kebakaran; mengatasi tumpahan minyak ke kolam pelabuhan)

6. Pengawasan dan pengamanan serta penertiban kawasan (lalu lintas laut dan darat) secara terpadu berkelanjutan bersama instansi terkait (Kepolisian; SDKP; Satpam;)

7. Menegakkan aturan termasuk sanksi yang sudah diberlakukan oleh Kepala PPS Bitung

REFERENSI

[1]

P2HP KKP. 2012. Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2011. Buku 1. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pema-saran Hasil Perikanan (P2HP).Kementerian Kelautan dan Perikanan.

[2]

Pusdatin KKP. 2011. Data Pokok Kelautan dan Perikanan Periode s.d. Oktober 2011. Pusat Data, Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

[3]

Pusdatin KKP. 2012. Siaran Pers: Pacu Ekspor, KKP Tingkatkan Mutu dan Keamanan Produk Perikanan. No. B.128/PDSI/HM.301/IX/2012. http://www/kkp/go/id/index.php/arsip/c/8231/PACU-EKSPOR-KKP-TINGKATKAN-MUTU-DAN -KEAMANAN-PRODUK-PERIKANAN/?category_id

[4]

Pusdatin KKP. 2012. Siaran Pers: Indonesia Norwegia Perluas Kerjasama Bilateral.

No.B.156/PDSI/HM.310/XI/2012. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8371/INDONESIA-NORWEGIA-PERLUAS-KERJA-SAMA-BILATERAL/?category_id=34Pemerintah.


(4)

(5)

(6)

ht

t

p:

/

/

se

m nas.

m ipa.

unsr

i.

ac.

id

ISBN 978-602-71798-0-6