PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN

PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA

PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG

GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

ZULMI NISFAN NUGROHO 0613015019 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

ALHAMDULILLAH, Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLLAH S.W.T atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu prasyarat memperoleh gelar Strata Satu Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH

PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran Penulis dalam menulis skripsi baik berupa dukungan, doa, maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak. Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE.MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Rahman A Suwadi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas


(3)

4. Ibu Dr.Sri Trisnaningsih, SE, Msi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, MAks, Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi. 6. Bapak dan ibu serta staf pengajar Fakultas Ekonomi Khusunya Program

Studi Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak dan ibu tercinta serta saudara-saudara saya yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan berupa semangat moril maupun materiil.

8. Teman-Teman semasa menempuh kuliah Terimakasih atas kebersamannya.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Desember 2011


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian Kas... 10

2.2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Kas ... 11

2.2.1.2 Budget Kas ... 13

2.2.1.3 Perputaran Kas... 13

2.2.2 Pengertian Piutang ... 14

2.2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang ... 15

2.2.2.2 Penilaian Resiko Piutang ... 18

2.2.2.3 Perputaran Piutang ... 20

2.2.3 Rentabilitas ... 22

2.2.3.1 Rentabilitas Ekonomi ... 23

2.2.3.2 Rentabilitas Modal Sendiri ... 24

2.2.4 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas ... 25

2.2.5 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas . 26 2.3 Kerangka Pikir ... 27


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 29

3.2.1 Populasi ... 29

3.2.2 Sampel ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3.1 Jenis Data ... 31

3.3.2 Sumber Data ... 32

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 33

3.4.1 Uji Normalitas ... 33

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 33

3.4.2.1 Multikolinieritas ... 34

3.4.2.2 Heteroskedastisitas ... 34

3.4.2.2 Autokorelasi ... 35

3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 36

3.4.4 Uji Hipotesis ... 37

3.4.4.1 Uji F ... 37

3.4.4.2 Uji t ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 40

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

4.2.1. Perputaran Kas ... 50

4.2.2. Perputaran Piutang ... 52

4.2.3. Rentabilitas ... 54

4.3. Deskripsi Analisis dan Uji Hipotesis... 56

4.3.1. Uji Normalitas ... 56

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 59

4.3.2.1. Uji Multikolinieritas ... 59

4.3.2.2. Uji Heterokedastisitas ... 59

4.3.2.3. Uji Autokorelasi ... 60

4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 61

4.3.4. Uji F ... ... 62


(6)

4.4.1. Implikasi Penelitian ... 64

4.4.2. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas ... 65

4.4.3. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas ... 66

4.4.4. Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 68

4.4.5. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 70


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Perputaran Kas ... 51

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Perputaran Piutang ... 53

Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Rentabilitas ... ... 55

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas... 56

Tabel 4.5 : Hasil Uji Outlier... ... 57

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier... ... 58

Tabel 4.7 : Hasil Uji Multikolinieritas ... . 59

Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas ... . 60

Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ... 60

Tabel 4.10 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 61

Tabel 4.11 : Hasil Uji F... ... 62

Tabel 4.12 : Hasil Koefisien Determinasi ... 63

Tabel.4.13 : Hasil Uji t ... ... 63


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data Perputaran Kas Lampiran 2 : Tabulasi Data Perputaran Piutang Lampiran 3 : Tabulasi Data Rentabilitas

Lampiran 4 : Output Uji Normalitas dan Outlier Lampiran 5 : Nilai Zscore Untuk Uji Outlier

Lampiran 6 : Input Regresi Linier Berganda Dan Nilai Residual Lampiran 7 : Output Uji Regresi Linier Berganda


(10)

PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN

PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA

PERUSAHAAN FOOD & BAVERAGE YANG

GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

Zulmi Nisfan Nugroho Abstraksi

Pembangunan perekonomian yang semakin pesat menyebabkan muncul banyaknya perusahaan dalam berbagai bidang. Hal ini membuat persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah satu cara untuk memperoleh laba yang maksimal adalah dengan meningkatkan volume penjualan. Volume penjualan yang tinggi dapat diraih dengan melaksanakan kebijakan penjualan secara kredit. Pada umumnya keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya seringkali didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efesien. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 yang berjumlah 18 perusahaan. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan Food & Beverage yang Go Public yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 yang berjumlah 10 perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa model yang dihasilkan adalah cocok untuk mengetahui pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas. Sedangkan untuk uji secara parsial perputaran kas dan perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembangunan perekonomian yang semakin berkembang menyebabkan munculnya banyak perusahaan baik dalam bidang dagang maupun bidang lainnya. Pada umumnya setiap perusahaan yang didirikan oleh seseorang atau sekumpulan orang, apapun bentuknya pasti mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan manajemen yang baik untuk dapat mengelola perusahaan agar sumber-sumber daya produksi menjadi lebih efektif dan efisien.

Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti memerlukan dana untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari misalnya untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan lain sebagainya di mana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dengan waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dari hasil penjualan yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang semakin meningkat. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai rentabilitas.


(12)

2

Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dalam hubungannya, laba usaha maupun total aktiva sering digunakan untuk mengukur efisiensi keuntungan suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba usaha dengan modal yang digunakan dalam operasi (www.google.com). Oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut dapat melangsungkan hidupnya secara continue.

Menurut (Riyanto, 2001 : 37) bahwa bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.

Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali menjadi kas yang telah diinvestasikan pada aktiva. Kas yang cepat kembali berarti kas akan segera digunakan kembali dan akan menghindarkan dari kesulitan keuangan yaitu meminimalkan biaya atau resiko tidak kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi pula. Padahal, kita ketahui bahwa tingginya volume penjualan


(13)

3

memungkinkan diperolehnya laba dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada tingkat perputaran kas yang tinggi maka volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan juga dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar.

Perlu diketahui bahwa piutang merupakan kegiatan untuk mengalokasikan dana atau keputusan investasi yang tepat. Dengan melakukan kebijakan penjualan kredit, perusahaan akan mampu meningkatkan volume atau omzet penjualan sehingga dapat meningkatkan laba dan dapat dijadikan sarana dalam menghadapi persaingan pasar terutama untuk mempertahankan konsumen lama dan menarik konsumen baru. Kebijakan penjualan kredit menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada konsumen yang artinya tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang dagang dan pada saat jatuh temponya tejadi aliran kas yang masuk berasal dari piutang. Pembayaran piutang diterima dikemudian hari akan menimbulkan resiko bagi perusahaan yaitu tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan seluruh dari piutang tersebut. Akibatnya jumlah dana yang tertanam dalam piutang menjadi sangat besar. Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka tingkat perputaran piutang semakin lambat dan jangka waktu piutang semakin lama yang akhirnya dapat menekan laba yang mengakibatkan rentabilitas perusahaan mengalami pernurunan.


(14)

4

Hasil yang diperoleh dari penelitian R. M. Riadi (2006) menunjukkan bahwa, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara negatif terhadap rentabilitas ekonomis sedangkan perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva tidak mempengaruhi terhadap rentabilitas ekonomi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian Dra. Yuniep Mujati Suaidah,Msi (2009) menunjukkan bahwa utang jangka pendek terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran piutang terhadap profitabilitas berpengaruh signifikan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian Ni Nyoman Menuh (2008) menunjukkan bahwa, perputaran kas, perputaran piutang , dan perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan modal kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi.

Bidang kajian ini menjadi menarik, karena ada faktor-faktor kondisional yang kemungkinan dapat mengubah bentuk pengaruh antara variabel-variabel yang dijadikan model pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba melakukan pengujian pada perusahaan Food & Baverage, dengan menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun yaitu dari tahun 2008 samapi dengan tahun 2010.


(15)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh antara tingkat perputaran kas dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas pada laporan keuangan tahunan perusahaan?

1.3Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan secara empiris pengaruh variabel perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada laporan keuangan tahunan perusahaan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pentingnya pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

b. Peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori – teori yang telah diperoleh selama masa studi serta dapat memperluas wawasan ilmiah di bidang akuntansi dan hal ini akan sangat berguna bila kelak terjun ke masyarakat.


(16)

6

c. Pembaca

Hasil penelitian ini dapat di sumbangkan dan digunakan bagi peneliti sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini di masa yang akan datang.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.1.1. Riadi (2006), meneliti tentang :

Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Plastics dan Glass Product Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Rasio aktivitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan plastic dan glass product yang go public di BEJ.

Rasio aktivitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan plastic dan glass product yang go public di BEJ.

Hasil dari penelitian tersebut adalah :

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa variabel perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva tidak mempengaruhi terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan Plastik and Glass Products selama tahun 2002-2005. Sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara negatif terhadap rentabilitas ekonomis.


(18)

8

2.1.2. Suaidah (2009), meneliti tentang,

Analisis pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. KALBE FARMA, TBK.

Hipotesis yang digunakan adalah

Tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara simultan terhadap profitabilitas.

Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara simultan terhadap profitabilitas.

Tidak ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara parsial terhadap profitabilitas.

Ada pengaruh antara utang jangka pendek dan perputaran piutang secara parsial terhadap profitabilitas

Hasil dari penelitian tersebut adalah :

Pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel utang jangka pendek terhadap profitabilitas menunjukkan nilai probabilitas (0,175) > 0,05 yang berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek terhadap profitabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang kedua, dapat diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel perputaran piutang Terhadap profitabilitas menunjukkan


(19)

9

nilai probabilitas (0,021) < 0,05 yang berarti secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap profitabilitas.

2.1.3. Menuh (2008), meneliti tentang :

Pengaruh Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP Sanglah Denpasar.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ada pengaruh antara modal kerja dengan rentabilitas ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP Sanglah Denpasar.

Tidak ada pengaruh antara modal kerja dengan rentabilitas ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP Sanglah Denpasar.

Hasil dari penelitian tersebut adalah :

Dari persamaan regresi dan hasil uji t test yang ditampilkan diatas dapat dijelaskan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi, dengan probabilitas penolakan hipotesis lebih dari 5%. Sedangkan efisiensi penggunaan modal kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi, dengan probabilitas penolakan hipotesis kurang dari 5%.


(20)

10

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Kas

Menurut (Trisnaningsih, 2007 : 20) Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas juga dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan financial. Menurut (Baridwan, 1993 : 85) Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Termasuk dalam pengertian kas meliputi uang koin, uang kertas, wesel, dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan (Warren, Reeve, 2006 : 362).

Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar yaitu dalam arti paling sering berubah. Hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada “idle cash”. Dalam akuntasi kas juga meliputi Bank. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaannya tidak dapat dimasukkan dalam pos kas, misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lainnya.


(21)

11

2.2.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Kas

Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, belum ada standard ratio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang lancar. H.G. Guthmann menyatakan bahwa jumlah kas yang ada didalam perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar.

Seperti halnya pada inventory dan piutang, pada kas juga terdapat persediaan besi atau disebut juga persediaan minimal. Yang dimaksud persediaan besi kas ialah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas suatu perusahaan adalah :

1. Pertimbangan Antara Aliran Kas Masuk dengan Aliran Kas Keluar.

Adanya pertimbangan yang baik mengenai timing antara cash inflow dengan cash outflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar. Adanya pertimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya


(22)

12

kesesuaian antara syarat pembelian dan syarat penjualan. Ini berarti bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan piutang.

2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.

Untuk mempertahankan likuiditas yang tinggi, perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas didalam perusahaannya. Apabila aliran kas selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusahaan tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas yang besar.

Sebaliknya perusahaan yang aliran kasnya sering mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah perusahaan ini mempertahankan persediaan minimal kas yang agak besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar misalnya karena adanya pemogokan, bencana alam dan adanya perubahan peraturan pemerintah sehingga perusahaan harus sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas masuk misalnya terjadi karena kegagalan langganan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya. Bagi perusahaan yang sering mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar dibandingkan dengan perusahan yang tidak sering mengalami peristiwa tersebut diatas.


(23)

13

2.2.1.2. Budget Kas

Budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang. Penyusunan budget kas bagi suatu perusahaan sangatlah penting bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun budget kas akan diketahui kapan perusahaan berada dalam keadaan defisit kas atau surplus kas akhibat operasinya perusahaan. Dengan mengetahui akan adanya defisit kas jauh sebelumnya, maka dapatlah direncanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang digunakan untuk menutup defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu maka terdapat lebih banyak alternatif sumber dana dan makin banyaknya sumber dana berarti kita dapat mengadakan pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya dengan mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya sudah dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien.

2.2.1.3. Perputaran Kas

Adalah perputaran yang dimulai dari kas kemudian dikeluarkan untuk pembelian barang sampai dengan kas yang diterima dari hasil penjualan dalam satu periode perusahaan. Kas merupakan unsur aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya maka dari itu perusahaan harus melakukan pengelolaan terhadap kas dengan baik, karena semakin besar persediaan kas yang ada dalam perusahaan berarti semakin tinggi likuiditasnya. Perusahaan harus berusaha agar semua persediaan kas


(24)

14

dapat diputarkan atau selalu dalam keadaan bekerja. Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investmen dalam kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Dari uraian tersebut diatas disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik itu penerimaannya maupun pengeluarannya.

Menurut (Riyanto, 2001 : 95) Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Penjualan bersih

Perputaran kas =

Kas rata-rata

Dimana rata-rata kas dapat dihitung dari saldo kas awal ditambah saldo kas akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas, berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya.

2.2.2. Pengertian Piutang

Menurut (Gitosudarmo, 2002 : 81) Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik penjualan kredit. Menurut (Trisnaningsih, 2007 : 34) Piutang adalah klaim terhadap pihak lain agar pihak lain tersebut membayar


(25)

15

sejumlah uang atau jasa dalam waktu yang paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi, jika periode akuntansi tersebut lebih lama dari satu tahun. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit saja, tetapi dapat karena hal-hal lain, misalnya piutang kepada pegawai yaitu dapat berupa pinjaman karyawan, piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Sehingga diharapkan dengan melakukan penjualan kredit ini perusahaan dapat memperkuat pasar dan memperbesar hasil penjualan.

2.2.2.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas tinggi setelah kas karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu


(26)

16

langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang dapatlah disebutkan sebagai berikut :

1. Volume Penjualan Kredit

Semakin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka dapat memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan semakin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang berarti semakin besar resikonya tetapi bersamaan dengan itu juga dapat memperbesar rentabilitasnya.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabilitasnya. Syarat pembayaran ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran dan pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat.


(27)

17

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Semakin tinggi batas maksimal yang ditetapkan bagi masing-masing langganannya berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin selektif para langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.

4. Kebijakan dalam Mengumpulkan Piutang

Perusahan dapat menjalankan kebikjaksanaan dalam mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebikjaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebikjaksanaannya secara pasif.

5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.

Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternative tersebut. Apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10, n/30 para pelanggan diharapkan pada dua


(28)

18

alternatif yaitu apakah mereka akan membayar pada hari ke-10 atau pada hari ke-30 sesudah barang diterima. Alternatif pertama ialah apabila mereka membayar pada hari ke-30 yang ini berarti bahwa mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan kredit penjual. Alternatif kedua ialah jika mereka membayar pada hari ke-10 dengan mendapatkan cash discount sebesar 2%. Pada umumnya para langganan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena mendapatkan cash discount.

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu periode discount, maka dana yang tertanam dalam piutang cepat bebas, yang ini berarti semakin kecilnya investasi dalam piutang.

2.2.2.2.Penilaian Resiko Piutang

Sebagai akibat dari penjualan kredit kepada para langganan, maka

akan menimbulkan banyak resiko. Beberapa resiko yang timbul adalah :

Resiko tidak tertagihnya seluruh piutang, resiko tidak terbayarnya sebagian piutang dan resiko keterlambatan pembayaran piutang. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para langganan perlulah kita mengadakan evaluasi resiko kredit dari para langganan tersebut. Untuk menilai resiko kredit, manajer harus


(29)

19

mempertimbangkan beberapa faktor yang menentukan besar-kecilnya kredit tersebut. Pada umumnya Bank dan perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan lima “C”. Lima “C” tersebut adalah Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions.

Character, menunjukkan karakter pribadi atau kemungkinan dari langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.

Capacity, ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari langganan. Ini diukur dengan record diwaktu lalu, dilengkapi dengan observasi fisik pada pabrik atau toko dari langganan.

Capital, diukur oleh posisi finansiil atau modal yang dimiliki perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio finansiil.

Collateral, dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang diikatkan atau dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut.

Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan langganan untuk memenuhi kewajibannya.


(30)

20

2.2.2.3. Perputaran Piutang

Adalah perputaran yang dimulai dari pengadaan atau transaksi

piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan penerimaan kas yang berasal dari pelunasan piutang. Periode perputaran piutang dipengaruhi oleh syarat pembayarannya. Semakin lunak syarat pembayarannya maka semakin lama modal terikat dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana yang mengalir dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Menurut (Riyanto, 2001 : 90) tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus:

Penjualan kredit bersih

Perputaran piutang =

Piutang rata-rata

Selain perputaran piutang perlu juga dihitung hari rata-rata pengumpulan piutang yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang rata-rata dikalikan dengan jumlah hari dalam setahun dibagi dengan total penjualan kredit bersih dan hasilnya akan menunjukkan berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih atau days of receiveable.


(31)

21

Rumusnya adalah sebagai berikut:

360

Hari rata-rata pengumpulan piutang =

Perputaran Piutang

Atau

360 x Piutang rata-rata

Hari rata-rata pengumpulan piutang =

Penjualan kredit bersih

Hal ini penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar dari batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin besar tingkat perputaran piutang, berarti semakin cepat perputaran piutangnya, yang berarti semakin pendek waktu terikatnya modal yang tertanam dalam piutang sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit bersih tertentu dengan naiknya perputaran piutang


(32)

22

dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil untuk diinvestasikan dalam piutang.

Hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai efisiensi pengumpulan piutang. Semakin lama peredaran piutang usaha, semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih menurut (Reeve, Warren, 2006:410). Untuk menilai efisiensi piutang maka perlu diperbandingkan dengan syarat pembayarannya. Dengan demikian dikatakan belum efisien apabila hari rata-rata pengembalian piutang tersebut lebih besar dari pada syarat pembayarannya.

2.2.3. Rentabilitas

Menurut (Riyanto, 2001: 35) rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba usaha dengan total aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

L

Rentabilitas = x 100 %

M

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih

penting dari pada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang


(33)

23

diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya, usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Menilai rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apabila yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal dari operasi atau usaha ataukah laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva, atau yang akan diperbandingkan itu laba netto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri. Pengertian rentabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah perbandingan antara laba dengan keseluruhan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

2.2.3.1. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi ialah perbandingan antara laba usaha dengan total modal usaha atau aktiva yaitu dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001:36). Menurut (Wasis, 1993 : 78) menyebutkan bahwa rentabilitas ekonomi adalah kemampuan memperoleh laba dari seluruh modal yang dioperasikan di dalam perusahaan yaitu


(34)

24

modal sendiri dan modal dari kreditur. Oleh karena pengertian rentabilitas ekonomi sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kamampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal

yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan

demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Dengan demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang

berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net

operating income).

Rentabilitas ekonomi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Laba usaha

Rentabilitas ekonomi = x 100%

Total aktiva

2.2.3.2 Rentabilitas Modal Sendiri

Perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha menurut (Munawir, 2002:33). Sedangkan menurut (Riyanto, 2001 : 44)


(35)

25

rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rentabilitas modal sendiri digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang diperoleh dari modal yang ditanamkan. Bagi pemilik yang lebih penting sebenarnya adalah berapa keuntungan yang diperolehnya dan bukan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT= Earning After Tax). Sedangkan modal

yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja

di dalam perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Laba Usaha

Rentabilitas Modal Sendiri = x100 %

Modal Sendiri

2.2.4. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Rentabilitas

Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali menjadi kas yang telah diinvestasikan pada kegiatan operasi perusahaan. Kas yang cepat kembali berarti kas dapat segera digunakan


(36)

26

kembali dan akan menghindarkan dari kesulitan keuangan. Tingkat perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan semakin tingginya efisiensi penggunaan kas, sehingga kas dapat segera digunakan untuk membiayai operasi perusahaan guna menghasilkan laba. Besarnya laba yang diterima akan membuat rentabilitas menjadi tinggi.

2.2.5. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas

Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan pengembalian dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara cepat sehingga resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Maka pada tingkat perputaran piutang yang tinggi akan menunjukkan efisiensi penjualan secara kredit, sehingga modal yang tetanam dalam piutang akan cepat kembali untuk menjadi kas dan dana yang telah tertagih dapat digunakan kembali untuk mendanai penjualan kredit berikutnya sehingga dapat meningkatkan volume penjualan kredit yang lebih tinggi. Volume penjualan kredit yang tinggi akan menghasilkan laba yang tinggi pula sehingga dapat mempertinggi rentabilitas.


(37)

27

2.3. Kerangka Pikir

Dari uraian diatas, maka dapat ditampilkan diagram kerangka pikir sebagai berikut :

Regresi Linier Berganda Gambar 2.1 Kerangka pikir hipotesis

2.4. Hipotesis

Berdasarkan dari latar belakang diatas dan menghubungkan dengan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

Diduga bahwa hubungan antara perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh terhadap rentabilitas.

Perputaran Piutang

(X2) Perputaran

Kas (X1)

Rentabilitas (Y)


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan uraian diatas, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Perputaran kas (X1) : sebagai variabel bebas.

b. Perputaran piutang (X2) : sebagai variabel bebas.

c. Rentabilitas (Y) : sebagai variabel terikat Definisi operasional dari variabel yang diteliti :

1. Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan bersih dengan rata-rata kas yang dimiliki oleh perusahaan dan dinyatakan dengan symbol (X1).

2. Perputaran piutang adalah perbandingan antara penjualan kredit bersih dengan rata-rata piutang dan dinyatakan dengan symbol (X2).

3. Rentabilitas adalah perbandingan antara laba usaha dengan total aktiva


(39)

29

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh perusahaan food & baverage yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 18 perusahaan.

Berikut ini nama-nama seluruh perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini :

1. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

3. PT. Cahaya Kalbar Tbk

4. PT. Delta Djakarta Tbk 5. PT. Fast Food Indonesia Tbk

6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

8. PT. Mayora Indah Tbk

9. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

10.PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 11.PT. Ades Waters Indonesia Tbk


(40)

30

13.PT. Sekar Laut Tbk

14.PT. Davomas Abadi Tbk

15.PT. Sierad Produce Tbk 16.PT. Siantar Top Tbk 17.PT. Sekar Bumi Tbk

18.PT. Tunas Baru Lampung Tbk

3.2.2. Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam peneltian ini adalah teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penarikan sampel probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi (Sumarsono, 2004 : 52).

Adapun ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang menjadi pertimbangan dalam mengambil sampel ini yaitu :

1. Perusahaan food & baverage yang telah go public dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta masih aktif dalam melakukan perdagangan selama tiga tahun dari tahun 2008 – 2010.

2. Perusahaan food & baverage yang mempunyai laba berturut-turut

selama tiga tahun dari tahun 2008-2010.

3. Perusahaan food & baverage yang menerbitkan laporan keuangan


(41)

31

Maka dengan pertimbangan tersebut sampel yang digunakan dalam peneltian ini adalah 10 perusahaan yang bergerak di bidang food & beverage yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut ini nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

1. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

3. PT. Cahaya Kalbar Tbk

4. PT. Delta Djakarta Tbk 5. PT. Fast Food Indonesia Tbk

6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

8. PT. Mayora Indah Tbk

9. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

10.PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.


(42)

32

3.3.1.1. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahnya menurut (Sulaiman, 2002 : 36). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.3.2 Sumber data

Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini berasal dari obyek yang diteliti pada perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia. Adapun teknik pengumpulan datanya (Nazir, 1988 : 212) dengan menggunakan cara:

3.3.2.1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen. Dokumen tersebut berupa laporan keuangan tahunan perusahaan.

3.3.2.2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, hal ini sangat membantu dalam suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah yang hasilnya dapat memberikan suatu kesimpulan yang sangat berguna bagi semua pihak.


(43)

33

3.4Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk, dengan mempergunakan program SPSS (Sumarsono, 2004 : 40).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

 Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keputusan yang BLUE ( Best Linier Unbiased Estimator ) yang artinyapengumpulan keputusan uji-F dan uji-t tidak boleh bias, maka harus dipenuhi beberapa asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar yaitu : tidak boleh ada multikolinieritas, tidak boleh ada heteroskedastisitas dan tidak boleh ada autokorelasi. Penjelasan dari asumsi klasik adalah sebagai berikut :


(44)

34

3.4.2.1. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel independent sama dengan nol. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2009 : 95-96)

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment atau Variance inflation Factor (VIF).

1

VIF =

Q – Rj2.

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.

3.4.2.2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke


(45)

35

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2009 : 125). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.

3.4.2.3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota –

anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang seperti pada data silang waktu atau cross sectional (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel independent ( k ) dan jumlah sampel ( n ) sehingga dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2009: 99).

Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :


(46)

36

Tabel 1 : Autokorelasi

Durbin Watson Kriteria

0 < DW < dL dL < DW < du du < DW < 4-du 4-du < DW < 4-dL 4-dL < DW < 4-

Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2009 : 100

3.4.3.AnalisisRegresi Linier Berganda

Untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yaitu menggunakan persamaan regresi linier berganda, Persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y = a + b1x1 + b2x2 (Mason, Lind, 1999 : 101) Keterangan:

Y = Rentabilitas

a = Konstanta

b1-b2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel

x1 = Tingkat perputaran kas


(47)

37

3.4.4.Uji Hipotesis

3.4.4.1Uji F

Untuk menguji kesesuain model regresi dalam penelitian ini diuji dengan uji F. Rumus yang digunakan adalah :

a) Fhitung sebesar :

Fhitung=

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variable n = Jumlah sampel b) Ho : β0 = 0

Tidak terdapat pengaruh kesesuaian antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap Rentabilitas.

Hi : β0≠ 0

Terdapat pengaruh kesesuaian antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap Rentabilitas.

c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan

derajat kebebasan (n – k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.

(Anonim, 2006 : L-22) R2 / (k – 1)


(48)

38

d) Dengan kaidah pengujian :

 Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi

diterima, artinya model regresi dalam penelitian ini sesuai atau cocok.

 Apabila nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan Hi

ditolak, artinya model regresi dalam penelitian ini tidak sesuai atau tidak cocok.

3.4.4.2Uji t

Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Rumus yang digunakan adalah:

a) thitung sebesar :

b1

thitung = (Nachrowi, Usman, 2006 : 19)

Se (b1)

Dimana:

t = Hasil t hitung Se = Standar error


(49)

39

b) Ho : β1 = 0

Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap Rentabilitas.

Hi : β1≠ 0

Terdapat pengaruh secara parsial antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap Rentabilitas.

c) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (n – k), dimana (n) adalah jumlah pengamatan dan (k) adalah jumlah variabel.

d) Dengan kaidah pengujian :

 Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi

diterima, artinya secara parsial variabel independennya mempengaruhi variabel dependennya.

 Apabila nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Hi

ditolak, artinya secara parsial variabel independennya tidak mempengaruhi variabel dependennya.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Deskripsi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 berdasarkan akta No. 143 yang dibuat dihadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris di Jakarta dengan nama PT Asia Intiselera. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-1827.HT.01.01.Th.91 tanggal 31 Mei 1991 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65, Tambahan No. 2504 tanggal 13 Agustus 1991.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Pada saat ini produk Perusahaan terutama adalah usaha industri mie, perdagangan mie, khususnya mie kering dan mie instan. Sedangkan perusahaan anak bergerak dalam bidang industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit dan pembangkit tenaga listrik.

Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Wisma Alun Graha, Jl. Prof. Dr. Soepomo No. 233 Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Sragen, Jawa Tengah. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.


(51)

41 

 

4.1.2. Deskripsi PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih berdasarkan akta Notaris Paul Tamara No. 7 tanggal 16 April 1974. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2488 dari Berita Negara No. 37 tanggal 10 Mei 1994. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 38 dan akta Perubahan No. 39 tanggal 29 Desember 1993 mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan, perubahan pemegang saham dan penggantian nama Perusahaan menjadi PT Prasidha Aneka Niaga telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3792.HT.01.04.TH.94 tanggal 1 Maret 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2678 dan Berita Negara No. 40 tanggal 20 Mei 1994. Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No. 127 tanggal 10 Mei 1994 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penawaran umum saham telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10.238.HT.01.04.TH.94 tanggal 5 Juli 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 6079 dari Berita Negara No. 58 tanggal 21 Juli 1995, dan yang terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 7 tanggal 10 April 1997 mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.


(52)

42 

 

1 tahun 1995 dan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya serta perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham, yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3797.HT.01.04.TH.97 tanggal 15 Mei 1997 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2135 dari Berita Negara No. 43 tanggal 30 Mei 1997. Perubahan terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No.10 tanggal 20 Oktober 2008 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-97905.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 18 Desember 2008 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No.9 tanggal 30 Januari 2009. Perusahaan berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Jakarta

Selatan dan pabriknya berlokasi di Jalan Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974.

4.1.3. Deskripsi PT. Cahaya Kalbar, Tbk

PT Cahaya Kalbar Tbk ("Perseroan") dahulu bernama C.V. Tjahaja Kalbar), didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari 1968 berdasarkan Akta No. I yang dibuat dihadapan Mochamad Damiri, Notaris di Pontianak. Ruang lingkup kegiatan usaha Perseroan di bidang industri makanan


(53)

43 

 

perdagangan umum termasuk impor dan Perseroan memiliki Anak Perseroan yaitu PT Inticocoa Abadi Industri (PT IAI) yang berdomisili di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat yang bergerak dalam bidang pengolahan biji cokelat menjadi bubuk kakao (cocoa powder) dan lemak kakao (cocoa butter). Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Anak Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993.

4.1.4. Deskripsi PT. Delta Djakarta, Tbk

Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970.

PT Delta Djakarta Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/75/9 tanggal 26 April 1971.

Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “Kuda Putih” dan “San Mig Light”.


(54)

44 

 

Perusahaan juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice”. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan diluar negeri. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing 529 orang dan 507 orang.

4.1.5. Deskripsi PT. Fast Food Indonesia, Tbk

PT Fast Food Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta No. 20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan No. Y.A.5/245/12 tanggal 22 Mei 1979, telah didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, dan diumumkan dalam Tambahan No. 682 dari Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1979.

Perusahaan bergerak di bidang makanan dan restoran. Perusahaan memulai usaha komersialnya sejak tahun 1979. Berdasarkan catatan Perusahaan, Perusahaan mempunyai 13.229 karyawan pada tanggal 31 Desember 2009 (2008: 12.622 karyawan). Kantor pusat Perusahaan terletak di Jl. M.T. Haryono, Jakarta, Indonesia.

4.1.6. Deskripsi PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT


(55)

45 

 

Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992.

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi tepung terigu.

Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76 - 78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.

4.1.7. Deskripsi PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk

Perseroan didirikan pada tanggal 3 Juni 1929 berdasarkan akta notaries No 8 dari Tjeerd Dijkstra, notaris di Medan, dengan nama N.V.Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Ratu Plaza Building Lantai 24, Jl. Jendral Sudirman kav. 9, Jakarta 10270, dan pabrik berlokasi di Jl Daan


(56)

46 

 

Mogot KM. 19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari – Pacet Km. 50, Sampang Agung, Jawa Timur.

Sesuai dengan anggaran dasar, perseroan beroperasi dalam industry bird an minuman lainnya. Untuk mencapai tujuan usahanya, perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas : Produksi bird an minuman lainnya dan produk-produk lain yang relevan, Pemasaran produk-produk tersebut diatas, pada pasar local dan internasional, Impor atas bahan-bahan promosi yang relevan dengan produk-produk diatas. Perseroan memulai operasi komersial pada tahun 1929. Per 31 Desember 2007 dan 2006. Perseroan memperkerjakan masing-masing sejumlah 462 dan 505 karyawan.

4.1.8. Deskripsi PT. Mayora Indah, Tbk

PT Mayora Indah Tbk didirikan dengan akta no. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaries di Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh menteri kehakiman republic Indonesia dalam surat keputusan no. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta no. 448 tanggal 27 Juni 1997 dari Adam Kasdarmadji, S.H., notaris di Jakarta.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran dasar perusahaan, rang lingkup kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industry,


(57)

47 

 

perdagangan serta agen / perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan usaha bidang industry makanan, kembang gula, dan biscuit. Perusahaan menjual produknya di pasal local maupun luar negreri.

Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat perusahaan terletak di Gedung Mayora Jl. Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.

4.1.9. Deskripsi PT. Smart, Tbk

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No. 67 tanggal 18 Juni 1962 yang dibuat oleh Raden Kadiman, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) dalam Surat Keputusan No. J.A.5/115/3 tanggal 29 Agustus 1963 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 83 tanggal 15 Oktober 1963.

Perusahaan dan anak perusahaan (selanjutnya dinyatakan sebagai “Grup”) didirikan dan menjalankan usahanya di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan usaha Grup meliputi pengembangan perkebunan, pertanian, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan, serta bidang jasa pengelolaan dan penelitian yang berhubungan dengan usaha. Hasil produksi Grup meliputi hasil olahan kelapa sawit antara lain minyak goreng, lemak nabati dan margarin serta minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit (PK), minyak inti


(58)

48 

 

sawit (PKO), cocoa butter substitute (CBS), fatty acids, glycerine, sabun dan produk kemasan seperti botol dan tutup botol.

Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1962. Perusahaan berkedudukan di Plaza BII Menara II, Lt. 30, JI. M.H. Thamrin No. 51, Jakarta. Pabrik dan kebun divisi perkebunan Grup berlokasi di Sumatera Utara, Jambi, Pekanbaru, Bangka, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan pabrik pengolahannya berlokasi di Surabaya, Medan dan Tarjun. Luas area perkebunan Grup yang sudah ditanam sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 sekitar 103.415 hektar.

4.1.10. Deskripsi PT Pioneerindo Gourmet International, Tbk

PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Arikanti Natakusumah, SH, No.84 tanggal 13 Desember 1983. Akta Pendirian ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-2169-HT.01.01.TH.84 tanggal 10 April 1984 dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor pendaftaran 1218/1984 tanggal 4 Mei 1984.

Sebelumnya nama Perusahaan adalah PT Putra Sejahtera Pioneerindo Tbk. Perubahan nama Perusahaan menjadi PT Pioneerindo Gourmet International Tbk adalah berdasarkan Akta Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 71 tanggal 29 Juni 2001 dari Notaris


(59)

49 

 

Refrizal, SH, Notaris di Jakarta. Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-06497-HT.01.04 TH 2001 tanggal 23 Agustus 2001 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 102 tanggal 21 Desember 2001.

Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham No. 79 tanggal 13 Agustus 2008, dari notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH, Notaris di Jakarta, mengenai perubahan susunan dewan komisaris dan dewan direksi Perusahaan. Akta tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sismin Bakum) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-79006.AH.01.02. Tahun 2008, tanggal 28 Oktober 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 30 Januari 2009 No. 9, Tambahan No. 2690. Aktivitas utama Perusahaan saat ini adalah usaha penyediaan makanan

dan minuman dengan menggunakan merek dagang “California Fried Chicken” yang disingkat CFC, Sapo Oriental dan Cal Donat. Semua merek dagang tersebut telah didaftarkan pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek Dagang, masing-masing dengan nomor pendaftaran No.362925, No. 382249, dan No. 412199 Pada tanggal 26 Juni 1996, 15 Agustus 1997, dan 21 Juni 1996. Pada tahun 2009 semua merk dagang telah diperpanjang masing-masing dengan nomor


(60)

50 

 

pendaftaran No. IDM 0001777144, No. IDM 000164979 dan No. IDM 000164977 pada tanggal 2 Juni 2009, 16 April 2009 dan 16 April 2009. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984.

Kantor Pusat Perusahaan terletak di Gedung Jaya lantai 6, Jl. M.H. Thamrin No. 12 Jakarta Pusat. Jumlah gerai yang dimiliki oleh Perusahaan dan perusahaan anak serta gerai waralaba yang tersebar di seluruh Indonesia masing-masing sebanyak 225 gerai dan 211 gerai masing-masing pada tanggal 30 September 2010 dan 2009.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Perusahaan yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan manufaktur di bidang food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010.

4.2.1. Perputaran Kas

Adalah perputaran yang dimulai dari kas kemudian dikeluarkan untuk pembelian barang sampai dengan kas yang diterima dari hasil penjualan dalam satu periode perusahaan. Kas merupakan unsur aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, semakin besar kas yang ada dalam perusahaan berarti semakin tinggi likuiditasnya. Ini tidak berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya, karena semakin besar kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil rentabilitasnya.


(61)

51 

 

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, berikut ini disajikan hasil perhitungan perputaran kas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010 :

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Perputaran Kas Pada Perusahaan Food And

Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun

2008 Sampai Tahun 2010

Tahun No Perusahaan

2008 2009 2010 Mean

1 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 26.99 25.51 38.17 30.22

2 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 13.51 9.96 19.70 14.39

3 PT Cahaya Kalbar Tbk 206.42 200.21 105.58 170.74

4 PT Delta Djakarta Tbk 5.18 3.74 3.80 4.24

5 PT Fast Food Indonesia Tbk 10.47 8.38 7.78 8.88

6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 8.81 8.55 5.15 7.50

7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 8.26 5.26 6.58 6.70

8 PT Mayora Indah Tbk 17.91 14.98 18.20 17.03

9 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 39.74 29.05 51.27 40.02 10 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 31.15 30.02 28.18 29.78

Mean 36.84 33.57 28.44 32.95

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata perputaran kas tahun 2008 sebesar 36,84. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran kas tertinggi sebesar 206,42 dan PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki perputaran kas terendah sebesar 8,26.

Rata-rata perputaran kas tahun 2009 sebesar 33,57. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran kas tertinggi sebesar 200,21 dan PT. Delta Djakarta, Tbk memiliki perputaran kas terendah sebesar 3,74.


(62)

52 

 

Rata-rata perputaran kas tahun 2010 sebesar 28,44. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran kas tertinggi sebesar 105,58 dan PT. Delta Djakarta, Tbk memiliki perputaran kas terendah sebesar 3,80. Berdasarkan nilai rata-rata perputaran kas selama periode tahun 2008

sampai dengan tahun 2010 yaitu adanya kecenderungan penurunan perputaran kas dapat mengakibatkan kenaikan rentabilitas pada perusahaan

food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.2.2. Perputaran Piutang

Adalah perputaran yang dimulai dari pengadaan atau transaksi piutang yang berasal dari penjualan secara kredit sampai dengan penerimaan kas yang berasal dari pelunasan piutang. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana yang mengalir dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, berikut ini disajikan hasil perhitungan perputaran piutang pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010 :


(63)

53 

 

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Perputaran Piutang Pada Perusahaan Food

And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada

Tahun 2008 Sampai Tahun 2010

Tahun No Perusahaan

2008 2009 2010 Mean

1 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.99 1.20 0.89 1.03

2 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.53 1.28 1.30 1.04

3 PT Cahaya Kalbar Tbk 1.52 0.63 1.19 1.12

4 PT Delta Djakarta Tbk 0.60 0.65 0.95 0.73

5 PT Fast Food Indonesia Tbk 0.33 0.56 0.61 0.50

6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.72 0.55 1.38 0.88

7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0.89 0.92 1.39 1.07

8 PT Mayora Indah Tbk 1.10 1.05 1.17 1.11

9 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 0.79 0.90 1.14 0.94 10 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 0.91 0.97 1.04 0.97

Mean 0.84 0.87 1.11 0.94

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata perputaran piutang tahun 2008 sebesar 0,84. Di tahun ini PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki perputaran piutang tertinggi sebesar 1,52 dan PT. Fast Food Indonesia, Tbk memiliki perputaran piutang terendah sebesar 0,33.

Rata-rata perputaran piutang tahun 2009 sebesar 0,87. Di tahun ini PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk memiliki perputaran piutang tertinggi sebesar 1,28 dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk memiliki perputaran piutang terendah sebesar 0,55.

Rata-rata perputaran piutang tahun 2010 sebesar 1,11. Di tahun ini PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki perputaran piutang tertinggi sebesar 1,39 dan PT. Fast Food Indonesia, Tbk memiliki perputaran piutang terendah sebesar 0,61.


(64)

54 

 

Berdasarkan nilai rata-rata perputaran piutang selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yaitu adanya kecenderungan peningkatan perputaran piutang dapat mengakibatkan penurunan rentabilitas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.2.3. Rentabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, berikut ini disajikan hasil perhitungan rentabilitas pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2010 :


(65)

55 

 

Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Rentabilitas Pada Perusahaan Food And

Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun

2008 Sampai Tahun 2010

Tahun No Perusahaan

2008 2009 2010 Mean

1 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11.11 7.83 6.53 8.49

2 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 21.78 12.20 11.15 15.04

3 PT Cahaya Kalbar Tbk 14.50 16.44 5.46 12.13

4 PT Delta Djakarta Tbk 14.33 21.12 25.27 20.24

5 PT Fast Food Indonesia Tbk 17.93 21.62 16.47 18.67

6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 10.96 12.39 14.23 12.53

7 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 30.41 51.68 54.20 45.43

8 PT Mayora Indah Tbk 11.82 18.89 17.58 16.09

9 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk 21.35 10.87 13.37 15.20 10 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 16.80 18.18 21.33 18.77

Mean 17.10 19.12 18.56 18.26

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata rentabilitas tahun 2008 sebesar 17,10. Di tahun ini PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki rentabilitas tertinggi sebesar 30,41 dan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk memiliki rentabilitas terendah sebesar 11,11.

Rata-rata rentabilitas tahun 2009 sebesar 19,12. Di tahun ini PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki rentabilitas tertinggi sebesar 51,68 dan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk memiliki rentabilitas terendah sebesar 7,83. Rata-rata rentabilitas tahun 2010 sebesar 18,56. Di tahun ini PT. Multi

Bintang Indonesia, Tbk memiliki rentabilitas tertinggi sebesar 54,20 dan PT. Cahaya Kalbar, Tbk memiliki rentabilitas terendah sebesar 5,46.

Berdasarkan nilai rata-rata rentabilitas selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yaitu adanya kecenderungan peningkatan rentabilitas pada periode 2008 – 2009 dan penurunan rentalibilitas pada


(66)

56 

 

periode 2009 – 2010. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan food and

beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah bekerja dengan

efisien, dan terdapat kecenderungan mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, walaupun tahun 2009 lebih efisien dibandingkan tahun 2010.

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004: 40). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah :

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas (1)

No. Variabel Penelitian Kolmogorov Smirnov Tingkat Signifikan 1. 2. 3.

Perputaran kas (X1)

Perputaran piutang (X2)

Rentabilitas (Y) 1,721 0,560 1,317 0,005 0,913 0,062 Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran kas (X1) tidak berdistribusi normal, karena nilai signifikan yang

dihasilkan kurang dari 5%, dimana tingkat signifikan pada variabel perputaran kas (X1) sebesar 0,005.

Variabel perputaran piutang (X2) dan rentabilitas (Y) berdistribusi


(67)

57 

 

tingkat signifikan pada variabel perputaran piutang (X2) sebesar 0,913 dan

tingkat signifikan pada variabel rentabilitas (Y) sebesar 0,062.

Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menormalkan suatu data adalah uji outlier. Suatu observasi dikatakan outlier jika nilai zscore-nya ± 1,96 (Santoso, 2002 : 26). Hasil uji outlier pada variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan rentabilitas (Y) adalah:

Tabel 4.5 : Hasil Uji Outlier

Descriptive Statistics

30 -.57833 3.43450 .0000000 1.00000000

30 -2.04270 1.95315 .0000000 1.00000000 30 -1.17050 3.28654 .0000000 1.00000000 30

Zscore: perputaran kas (x1)

Zscore: perputaran piutang (x2)

Zscore: rentabilitas (y) Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan hasil descriptive statistics pada tabel 4.5 menunjukkan

bahwa pada variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan

rentabilitas (Y) terdapat data outlier, karena nilai z-score yang dihasilkan melebihi selang ± 1,96 yang dapat dilihat pada kolom minimum atau maximum.

Observasi yang dikategorikan sebagai outlier pada variabel perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2) dan rentabilitas (Y) adalah sebagai

berikut:

1. Observasi ke-7 pada variabel perputaran kas (X1) yaitu PT. Cahaya

Kalbar, Tbk tahun 2008 dengan nilai zscore sebesar 3,43450 (Lampiran 5)


(68)

58 

 

2. Observasi ke-8 pada variabel perputaran kas (X1) yaitu PT. Cahaya

Kalbar, Tbk tahun 2009 dengan nilai zscore sebesar 3,31155 (Lampiran 5)

3. Observasi ke-13 pada variabel perputaran piutang (X2) yaitu PT. Fast

Food Indonesia, Tbk tahun 2008 dengan nilai zscore sebesar -2,04270 (Lampiran 5)

4. Observasi ke-20 pada variabel rentabilitas (Y) yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk tahun 2009 dengan nilai zscore sebesar 3,05610 (Lampiran 5)

5. Observasi ke-21 pada variabel rentabilitas (Y) yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk tahun 2010 dengan nilai zscore sebesar 3,28654 (Lampiran 5)

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, ditunjukkan bahwa banyaknya data outlier yaitu 5 (lima) data atau observasi, sehingga jumlah observasi atau data yang digunakan untuk uji selanjutnya adalah sebanyak 30 – 5= 25 data atau observasi. Setelah uji outlier, maka dilakukan uji normalitas lagi dan hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier No. Variabel Penelitian Kolmogorov

Smirnov Tingkat Signifikan 1. 2. 3.

Perputaran kas (X1)

Perputaran piutang (X2)

Rentabilitas (Y) 0,968 0,555 0,554 0,306 0,918 0,918 Sumber : Lampiran 4


(1)

68 

 

mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa perputaran piutang belum berperan dalam menentukan rentabilitas perusahaan.

4.4.4. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian-Penelitian Terdahulu

Berikut perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian-penelitian terdahulu :

Tabel 4.14 : Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang No Peneliti Variabel Penelitian Hasil penelitian

1 Riadi (2006)

Rasio Aktivitas dan Rentabilitas Ekonomi

Variabel perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva tidak

mempengaruhi terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan Plastik and Glass Products selama tahun 2002-2005. Sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara negatif terhadap rentabilitas ekonomis 2 Suaidah

(2009)

utang jangka pendek, perputaran piutang dan profitabilitas

‐ Secara parsial tidak berpengaruh signifikan antara utang jangka pendek terhadap profitabilitas

‐ Secara parsial berpengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap profitabilitas

3 Menuh (2008)

Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja dan Rentabilitas

Ekonomi

‐ Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak

mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi

‐ Efisiensi penggunaan modal kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap rentabilitas ekonomi

4 Nugroho (2011)

Perputaran kas,

perputaran piutang dan rentabilitas

Perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap rentabilitas Sumber : BAB II


(2)

69 

 

4.4.5. Keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu:

1. Keterbatasan dalam mengambil jenis perusahaan yang digunakan sebagai sampel yaitu perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, yang dapat mempengaruhi hasil penelitian apabila penelitian yang akan datang menambah periode pengamatan.

2. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu hanya terbatas pada variabel perputaran kas, perputaran piutang dan rentabilitas. Sehingga penelitian yang akan datang, hendaknya menambah variabel lainnya seperti : perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, perputaran persediaan dan lain sebagainya, karena perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap rentabilitas.


(3)

70  BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah peningkatan perputaran kas tidak memberikan kontribusi secara nyata terhadap penurunan rentabilitas, begitu juga dengan peningkatan perputaran piutang tidak memberikan kontribusi secara nyata terhadap penurunan rentabilitas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Dari hasil kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan dan investor hendaknya mempertimbangkan banyak faktor untuk menilai rentabilitas perusahaan, dengan memperhatikan perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, perputaran persediaan dan lain sebagainya karena perputaran kas dan perputaran piutang tidak memberikan kontribusi terhadap rentabilitas.


(4)

ix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “ Veteran ” Jawa Timur, Surabaya.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Penerbit BPFE - Yogyakarta,Yogyakarta.

Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE -Yogyakarta. Munawir, S, 2007, Analisa Laporan Keuangan. Edisi 4. Penerbit Liberty

Yogyakarta, Yogyakarta.

Trisnaningsih, Sri, 2007, Akuntansi Keuangan Menengah. Buku Satu.

Warren, Carl dan Reeve, James, 2006, Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Jilid 1. Aria Darahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi.Edisi Revisi.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Penerbit Badan Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang.

Wasis. 1993. Manajemen Keuangan. Penerbit UKSW, Salatiga.

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit ALFABETA, Bandung.

Nachrowi, Nachrowi dan Usman, Hardius, 2006, Ekonometrika. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Munawir.2001. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nasir. Moh, 1988, Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia, Indonesia.

Ahmad, Kamaruddin. 1996. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS. Penerbit Andi,Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Penerbit PT. Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Mason, Robert dan Lind, Douglas. Teknik Statistika Untuk Bisnis & Ekonomi. Jilid 2. Uka wikarya, Widyono Soetjipto, Sugiharso, Penerbit ERLANGGA, Jakarta. ______________, www.google.com


(5)

x Jurnal :

R. M. Riadi, 2006, analisis pengaruh rasio aktivitas terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan plastics and glass products yang go publik di bursa efek Jakarta selama tahun 2002-2005.

Dra. Yuniep Mujati Suaidah,Msi, 2009, Analisis pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. KALBE FARMA, TBK, selama tahun 2002-2008.

Ni Nyoman Menuh, 2008, Pengaruh Efektifitas dan Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Pegawai Negeri “KAMADHUK” RSUP Sanglah Denpasar, Forum Managemen, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2008.


(6)

71 

 

2. Bagi penelitian selanjutnya yang hendaknya menambah periode pengamatan dan menambah variabel bebas, agar diperoleh faktor-faktor yang dapat memberikan kontribusi terhadap rentabilitas selain perputaran kas dan perputaran piutang.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

18 94 84

Pengaruh Perputaran piutang dan Perputaran persediaan Terhadap Rentabilitas ekonomis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

20 278 94

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 9 99

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 7 126

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

10 68 112

336 Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016

3 6 13

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 11

PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD BAVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

1 3 16

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 22

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, PERPUTARAN PIUTANG, PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LIKUIDITAS (Studi Pada Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011) - repository perpustakaan

0 0 13