Strategi Penumbuhkembangan Wisata Agro Di Rancabali Ptpn Viii Kabupaten Bandung.

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN MANDIRI

STRATEGI PENUMBUHKEMBANGAN WISATA AGRO

DI RANCABALI PTPN VIII KABUPATEN BANDUNG

OLEH :

ENDAH DJUWENDAH , SP., MSI

NIP : 19700417 19901 2001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2012


(2)

L E M B A R I D E N T I T A S D A N P E N G E S A H A N L A P O R A N A K H I R P E N E L I T I A N M A N D I R I

1 . a . J u d u l P e n e l i t i a n S t r a t e g i P e n u m b u h k e m b a n g a n W i s a t a A g r o d i R a n c a b a l i P T P N V I I I K a b u p a t e n B a n d u n g

b . M a c a m P e n e l i t i a n c . K a t e g o r i P e n e l i t i a n

( ) D a s a r ( ) T e r a p a n ( ) P e n g e m b a n g a n V I I / I I I

2 . K e t u a P e n e l i t i

a . N a m a l e n g k a p d a n g e l a r b . J e n i s k e l a m i n

c . P a n g k a t / G o l o n g a n l N I P d . J a b a t a n f u n g s i o n a l e . F a k u l t a s / J u r u s a n

f.B i d a n g i l m u y a n g d i t e l i t i

E n d a h D j u w e n d a h , S P ., M S i P e r e m p u a n

P e m b i n a l I V - a l l 9 7 0 0 1 7 1 9 9 6 0 1 2 0 0 1 L e k t o r k e p a l a

P e r t a n i a n / S o s i a l E k o n o m i S o s i a l E k o n o m i P e r t a n i a n

3 . L o k a s i P e n e l i t i a n ., P T P N V I I I R a n c a b a l i K a b u p a t e n B a n d u n g

4 . J a n g k a W a k t u P e n e l i t i a n 4 b u l a n

5 . B i a y a p e n e l i t i a n R p 2 .5 0 0 .0 0 0 ,- ( D u a J u t a L i m a R a t u s R i b u R u p i a h )

B a n d u n g , 1 8 J u l i 2 0 1 2

K e t u a P e n e l i t i

( E n d a h D j u w e n d a h , S P ., M S i ) N I P : 1 9 7 0 0 4 1 7 1 9 9 6 0 1 2 0 0 1

M e n g e t a h u i ,

K e t u a l P P M U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n

P r o f . D r . W a w a n H e r m a w a n , M .S . ', N I P . 1 9 6 2 0 5 2 7 1 9 8 8 1 0 1 0 0 1


(3)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara agraris Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadai penopang perekonomian nasional, kondisi agroklimat di wilayah Indoensai sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, wisata agro yang sguna tercapainya kemantapan angat tinggi ini belum sepenuhnya dikemangkan dan dimanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu dirumuskan langkah kebijakan yang konkrit dan opersional peternakan dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyaia datya tarik kuat sebagai wisata agro.

Hamparan areal pertanaman yang luas seperti pada areal perkebunan dan hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara segar juga merupakan medeia pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas mulai dari pendidikan tetang kegiatan usaha masing-masing sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam.obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dalam skala hamparan yang luas seperti memiliki oleh arela perkebunan tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara bertanaam, cara panen serta penciptaan varietas merupakan salah satu obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pengolahan makanan hasil pertanian mengandung muatan kulturaal dan peidikan yang juga dapat menjadi media promosiyang menarik masyarakat mendatangi obyek wisata agro yang bersangkutan.

Jawa Barat dikenal sebagai pusat pariwisata “ back to natue“ yang berbasi pada aktifitas pertanian dalam pengertian luas (wisata agro). Beberapa obyek wisata agro di Jawa


(4)

Barat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Potensi Agrowisata di Jawa Barat Tahun 2008

No Obyek tujuan Wisata Lokasi Pengelola Jenis Wisata 1 Perkebunan Gunung Mas Puncak Bogor PTPN VIII Wisata agro 2 Perkebunan teh Malabar Pangalengan PTPN VIII Wisata agro

3 Ciater Kabupaten

Subang

PTPN VIII Wisata agro

4 Pasirbadak Sukaabumi PTPN VIII Wisata agro

5 Graha Tirta dan perkebunan teh Rancabali

Pangalengan PTPN VIII Wisata agro Air panas Cibiolang Pangalengan PTPN VIII Wisata alam Perkebunan teh gambung Ciwidey PTPN VIII Wisata agro 6. Situpatenggang Ciwidey Pusat koperasi

alam Lestari, pusat koperasi Rancabali

Wisata tirta

7 Kawah putih Ciwidey Perum

perhutani

Wisata alam

8 All aboaut strawberry Cihanjuang Cimahi

Wisata agro

7 Wisata alam Katumbiri Cimahi Wisata agro

8 Godong Ijo Sawangan

Depok

Wisata agro 9 Taman bunga Nusantara Cipanas

Cianjur

Wisata agro 10 Taman Buah Mekarsari Cileungsi

Bogor

Wisata agro 11 Program Peluang Kampung Desa

Cinangneng

Cihideung Bogor

Wisata agro 12 Balai Penelitian obat dan Aromatik

(Balitro)

Kota bogor Wisata agro

13 Kawasan Wiosata bunga Cihidueng Kabupaten bandung Barat

14 Little farmers Cisarua kab.

Bandung barat

Sumber : Disbudpar Kabupaten Bandung dan Propinsi Jawa Barat, 2008 (diolah)

Salah satu obyek wisata di Jawa Barat yang berkonsep wisata agro rekreasi perkebunan adalah agrowisata PTPN VIII RancabaliN VIII Rancabali. Sejak tahun 2009,


(5)

PTPN VIII membentuk unit bisnis argowisata. Hal tersebiu dilakukan untuk lebih memfokuskan diri dalam pengembangan dan pengelolaan argowisata yang lebih optimal. Argowisata Rancabali merupakan kawasan kawasan yang memiliki keindahan perkebunsn teh ysng luas. Kawasan ini berada pada ketinggian 1628 m diatas permukaan laut sehingga di kawasan ini sejuk dan dingin. Jarak yang ditempuh pengunjung menuju Rancabali sekitar 50 km ke Selatan Kota Bandung. Keunikan Rancabali yaitu terletak pada banyaknya fasilitas yang dapat dikunjung selain penginapan, yaitu; wisata rekreasi (Tea Walk), wisata alam (Situ Patenggang, Kawah Rengganis dan Situ Lembang), serta wisata ilmiah yaitu kunjungan pabrik. Pengelola Argowisata Rancabali berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbail dengan menempatkan penginapan di antara hamparan kebun teh yang masih sejuk dan asri. Kelebihan Argowisata Rancabali dari pada yang lain yaitu pengunjung dapat menggunakan air panas yang berasal dari mata air resapan Gunung Patuha. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk menginap di Rancabali (PTPN VIII, 2011).

Jumlah pengunjung wisata agro di Rancabali dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 jumlah wisatawan mencapai 11070, namun pada tahun 2009 menurun drastis hanya 8662 wisatawan. Tetapi tahun 2010 kunjungan wisatawan ke rancabali mulai bergairah kembali terlihat dari peningkatan kunjungan menjadi 10597 wisatawan dan tahun 2011 n menjadi 14118 orang kunjungan (Agrowisata PTPN VIII Rancabali dalam Widawati, 2012). Frekuansi jumlah kunjungan wisatawan kawasan wisata argo mencerminka kepuasan ataupun ketidakpuasan konsumen terhadap pelayanan objek tersebut.

Kepuasan konsumen jasa wisata argo harus menjadi perhatian yang utama, karena akan menentukan daya saing dan keberlanjutan usaha di bidang ini. Untuk itu pelayanan yang terbaik dan sarana yang memadai patut mendapat perhatian dalam pengembangan kawasan wisata argo. Berdasarkan uraian tersebut strategi pengelolaan wisata argo PTPN VIII


(6)

Rancabali menarik untuk dikaji agar dapat di dikembangkan secara optimal sesuai dengan potensi Sumberdaya manusia dan Sumberdaya alam.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dapat rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik potensi wisata argo di Rancabali PTPN VIII Kabupaten

Bandung?

2. Bagaimana upaya menumbuhkembangkan kawasan wisata argo di Rancabali PTPN VIII Kabupaten Bandung ?


(7)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Model Wisata Agro

Dalam istilah sederhana, wisata agro (agroturism) adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha argo (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian (Deptan RI, 2006). Sementara definisi lain mengatakan, wisata argo atau agritourism adalah sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan (www.farmstop.com).

Di Indonesia, wisata argo atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan periwisata yang memanfaatkan usaha argo (pertanian) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Wisata argo merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan wisata argo yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan SDA, serta memelihara budaya maupun teknologo lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkingan alaminya (http://database.deptan.go.id).

Sutjipta (2001), mendefinisikan wisata argo sebagai sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan periwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Wisata argo dapat dikelompokkan kedalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujusn untuk


(8)

mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005).

2,2. Manfaat dan Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Wisata Agro

Pengembangan wisata agro dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup seperti musiem, ruangan terbuka seperti taman altau landskap atau kombinasi keduannya. Tampilan wisata agro ruang tertutup dapat berupa koleksi alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan viasualisai sejarah pebggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Wisata agro ruang terbuka dapat berupa pemanfaatan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan wisata agrio ruang terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budidaya dan pasca panen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi kesenian dan budfaya pertanian dan pemanfangan alam yan g berlatar belakang pertanian dengna kenyamanan yang dapat dirasakan . wisata agro ruang terbuka dapat dilakukan secara alami ataupun buatan (warta Penelitian dan pengembangan pertanian, 2002).

Pengembangan wisata argo sesuai dengan kapabilitas, tipologi dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan wisata argo pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari wisata argo adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.


(9)

Menurut Departeman Pertanian, pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk Wisata Agro. Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju. Dengan demikian, peran teknologi informasi dan promosi usaha serta kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Pada bagian lain wisata agro cenderung dominan kepada menjual jasa sumberdaya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama. Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan wisata agro secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan.

A.Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisata agro. Kemampuan pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menntukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari obyek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut.

Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pemandu wisata agro saat ini dinilai masih terbatas. Pada jenjang pendidikan formal seperti pendidikan pariwisata, mata ajaran wisata agro dinilai belum memadai sesuai dengan potensi wisata agro di Indonesia. Sebaliknya pada


(10)

pendidikan pertanian, mata ajaran kepariwisataan juga praktis belum diajarkan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut pemandu wisata agro dapat dibina dari pensiunan dan atau tenaga yang masih produktif dengan latar belakang pendidikan pertanian atau pariwisata dengan tambahan kursus singkat pada bidang yang belum dikuasainya.

B. Promosi

Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata agro. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara obyek wisata agro dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan obyek wisata agro adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.

C. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha wisata agro sangat mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan tersebut mencakup sumberdaya obyek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestraian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun obyek wisata yang ditawarkan namun apabila berada ditengah masyarakat tidak menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran obyek wisata. Antara usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling


(11)

menguntungkan. Usaha wisata agro berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari.

Usaha wisata agro bersifat jangka panjang dan hampir tidak mungkin sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala usaha perlu dilakukan dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen/wisatawan mendapatkan kesan buruknya kondisi sumberdaya wisata dan lingkungan, dapat berdampak jangka panjang untuk mengembalikannya. Dapat dikemukakan bahwa wisata agro merupakan usaha agribisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.

D. Dukungan Sarana dan Prasarana

Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.

E. Kelembagaan

Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha obyek wisata agro, maupun antara obyek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan usaha agro diperlukan.


(12)

2.3.Strategi Penumbuhkembangan Wisata Agro

Prinsip dasar yang harus dipahami oleh para pengembang maupun pengambil keputusan di bidang wisata agro alah agro wisata nerupakann obyek daerah tujuan wisata (ODTW) yang memenfaatkan sumberdaya alam, lingkungan dan keterlibatan masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu pertanian merupakan potensi bagi kehidupan masyarakat, maka dengan berkembangnya wisata agro di suatu desa, tidak mampengaruhi pola kehidupan masyarakat baik dari sisi sosial, ekonomi dan budaya, bahkan hasil yang diperoleh dari berkembangnya agro wisata harus kembali kepada mmsyarakat.

Menurut Rangkuti (2005) strategi merupakan alat atau sarana untuk mrncap[ai tujuan organisasi atau perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta proioritas alokasi sumberdaya. Strategi diperlukan karena adanya keterbatasan sumberdaya , ketidakpastian area persaingan serta untuk memudahka koordinasi dan pengontrolan. Salah satu langkah yang diterapkan dalam menyusun perencanaan sterategis adalah menganalisis lingkungan usaha yang meliputi aspek lingkungan internal dan eksternal usaha atau perusahaan erupa faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Lingkungan internal berupa aspek yang ada dalam rganisasi atau perusahaan mencakup struktur organisasi, sumberdaya manusia, operasional, pemasaran,keuangan sistem informasi, dan lain-lain. Lingkungan internal dianalisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan.

Lingkungan eksternal merupakan aspek yang memiliki pdermasalahan kompleks dan relatif sulit dikontrol karena tingkat ketidakpastiannya cukup tinggi. Aspek di luar lingkungan perusahaan atau organisasi perlu dipertimbangkan karena dapat menimbulkan peluang dan ancaman. Aspek eksternal perusahaan dibatasi atas lingkungan makro dan lingkungan mikro. Guna menumuskan strategi pengembangan kawasan wisata agro pada


(13)

penelitian ini dipakai analisis SWOT (Strenght, weakness, Opportunity and Thtreaths) dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata agro Rancabali.

Hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal dengan analisis SWOT akan menghasilkan empat sterategi yang efektif dalam memaksimalkan potensi sekaligus meminimalkan kendala dan ancamaqn. Menuut David Freud (2004) analisis SWOT dapat dikembangkan menjadi empat strategi yaitu S-O (kekuatan-peluang), W-O ( kelemahan-peluang), S-T ( kekuatan-ancaman) dan W-T ( Kelemahan-ancaman).

Tabel 2. Analisis SWOT

Faktor Internal/eksternal Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Strategi S-O

Gunakan kekuatan maksimal untuk memanfaatkan peluang eksternal

Strategi W-O

Gunakan kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal

Ancaman (Threats) Strategi S-T

Gunakan kekuatan internal untuk menghindari dampak ancaman eksternal

Strategi W-T

Minimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eksternal


(14)

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Karakteristik potensi wisata argo di Rancabali PTPN VIII Kabupaten Bandung. 2. Upaya penumbuhkembangan kawasan wisata argo di Rancabali PTPN VIII

Kabupaten Bandung.

3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi :

1. Lembaga akademis, sebagai sumber informasi dan sebagai dasar bagi penelitian lanjutan.

2. Pemerintah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan mengenai pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya wisata argo.

3. Pelaku usaha di bidang pertanian, sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas.


(15)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Obyek dan Teknik Penelitian

Obyek yang diteliti adalah Potensi kawasan wisata agro di PTPN Rancabali. Penelitian dilaksanakan di kawasan Wisata agro PTPN VIII Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat dengan pertrimbangan daerah ini tidak terlalu jauh dari Kota Bandung dan usaha ini mengalami trend perkembangan usaha yang cukup baik.

Penelitian menggunakan desain kualitatif deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi Kasus adalah suatu bentuk penelitian penelitian deskriptif yang bertujaun untuk mmberikan gambaran mendetil mengenai latar belakang, keadaan/peristiwa sekarang dan interaksi lingkungan dari suatu unit secara mendalam ( Rusidi, 2000).

4.2. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitin ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperolhe melalui wawancara secara lengsung dengan pihak pengelola dan pengunjung wisata agro Rancabali serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengembangan kawasan wisata agro ini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur seperti buku, jurnal dan hasil penelitian dari instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung.

4.3. Rancanagan Analisis Data

Analisis data untuk melihat potensi dan karakteristik objek wisata agro yang dimiliki oleh wisata agro PTPN VIII Rancabali dilakukan secara deskriptif kualitatif dan teknik analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang digunakan


(16)

untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal organisasi atau perusahaan guna merumuskan strategi dalam pengembangan usahannya.

Kondisi lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau organisasi, sedangkan kondisi ekstenal meliputi peluang dan ancaman yang mempengaruhi keberlanjutan organisasi atau perusahaan dalam menjalankan usahanya. Yang dimaksud dengan kekuatan yang dimiliki organisasi atau perusahaan antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif suatu unit usaha di pasaran. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan suatu organisasi atau perusahaan dalam hal ssusmber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang kinerja organisasi yang memuaskan.

Peluang adalah situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu bisnis atau organisasi dalam menghadapi persaingan usaha, sedangkan ancaman merupakan kebalikan dari peluang yaitu lingkungan yang tidak menguntungkan bagi suatu bisnis.

4.4. Jadual Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai penulisan laporan akhir berlangsung dalam kurun waktu sekitar 6 bulan dimulai pada Bulan Februari 2021 sampai dengan Bulan Juli 2012.


(17)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Umum Wisata Agro PTPN VIII Rancabali

5.1.1. Sejarah Perkembangan Wisata Agro PTPN VIII Rancabali

PTPN VIII merupakan perusahaan perkebunan milik negara di daerah Jawa Barat dan Banten yang awal mulanya berasal dari perkebunan milik pemerintahan Belanda yang didirikan oleh H.I. Lmiijleimen dan Van Keichein Neidherlaind Lambau Maachficat pada tahun 1870. Selanjutnya berubah menjadi perkebunan spranta Sinumbra dan Rancasuni milik pemerintah RI. Pada tanggal 2 Mei dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik teh Rancabali oleh H.O. Afriwinata dan A.R. Yusuf Argadipraja yang merupakan direksi PT Perkebunan XII. Pada tahun 1975 didirikan perkebunan Rancabali sebagai penggabungan dari sebagian areal pemekaran kebun Sinumbra dan Rancasuni.

Pada tanggal 11 Maret 1976 pabrik teh Rancabali mulai beroperasi. Pada tahun 1994 PT Perkebunan XII berubah menjadi PT Perkebunan Group Jawa Barat, namun pada tahun 1996 hingga kini PT Perkebunan Group Jawa Barat berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Rancabali-Sperata.

Pada tahun 1968-1969 mulai dibangun penginapan berupa villa Kidang Kencana dan villa Ciung Wanara di Rancabali yang dikenal sebagai kawasan Prana Tirta yang pada awal mulanya dipergunakan sebagai peristirahatan para tamu PTPN VIII. Seiring dengan banyaknya permintaan untuk menyewa villa Prana Tirta maka pada tahun 1994 mulai dibukalah penginapan Rancabali untuk masyarakat umum yang dibarengi dengan empat buah cottage Tumaritis.

Pada tanggal 9 April pihak PTPN VIII memisahkan unit bisnis perkebunan dengan unit bisnis wisata agro. Pemisahan ini bertujuan supaya unit perkebunan lebih berkonsentrasi pada budidaya perkebunan dan unit agrowisata berkonsentrasi untuk memaksimalkan perolehan laba yang diterima dari agrowisata. Unit agrowisata PTPN VIII mengelola


(18)

beberapa wisata agro yang tersebar di Provinsi Jawa Barat di antaranya Malabar (Pengalengan), Gunung Mas (Puncak Bogor), Sukawana (Parongpong Kab. Bandung Barat), Ciater (Kabupaten Subang), Goalpara (Sukabumi), Pasir Badak (Sukabumi) dan Rancabali (Pengalengan Kabupaten Bandung).

Pada tanggal 30 Desember 2009, pengelola agrowisata PTPN VIII Rancabali melakukan kerjasama dengan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dalam pengelolaan Situ Patenggang. Sejalan dengan meningkatnya peminat wisata agro PTPN VIII Rancabali dan potensi yang belum dikembangkan di sekitar Prana Tirta dan cottage Tumaritis, maka pada tahun 2010 dibangun lima unit rumah kelapa Pandawa dan tiga unit rumah kayu Pringgondani. Pada awal tahun 2011 pihak pengelola mengembangkan wisata ilmiah di sekitara pabrik, Kawah Rengganis dan Situ Lembang.

5.1.2. Potensi Sumberdaya Alam Kawasan Wisata Agro PTPN VIII Rancabali

Wisata agro PTPN VIII Rancabali berada di kawasan perkebunan teh PTPN VIII Rancabali afdeling Rancabali I, afdeling Rancabali II dan afdeling Rancabali III, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata Rancabali dikemas sederhana yang jauh dari kemewahan seperti di hotel pada umumnya. Pengelola sengaja tidak membangun restoran bagi pengunjung, hal tersebut bertujuan agar tidak mematikan usaha masyarakat sekitar yang berjualan makanan sehingga dapat memberikan penghasilan bagi masyarakat secara tidak langsung dengan membiarkan pengunjung membeli makanan kepada para penjual di sekitar wisata agro, selain itu pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan masyarakat sekitar.

Kawasan wisata agro PTPN VIII Rancabali memiliki berbagai tempat tujuan wisata, di antaranya (1) wisata alam, (2) wisata rekreasi dan (3) wisata ilmiah.

1. Wisata Alam


(19)

Patenggang, Situ Lembang dan Kawah Rengganis. Situ Lembang dalam bahasa Sunda memiliki arti danau tempat saling mencari (situ artinya danau, patenggang berasal dari kata pateangteang artinya saling mencari), merupakan sebuah danau yang dikelola oleh BKSDA dan bekerjasama dengan Wisata Agro PTPN VIII Rancabali. Di tengah danau terdapat sebuah pulau yang bernama pulau asmara dan situs sejarah yang bernama batu cinta yang merupakan legenda kisah cinta antara Ki Santang keponakan Prabu Siliwangi dan Dewi Rengganis. Di tepi situ terdapat fasilitas rekreasi yang dapat disewa oleh pengunjung yaitu perahu dayung, perahu motor dan sepeda bebek.

Situ Lembang merupakan danau tempat rekreasi yang terdapat di afdeling kebun Rancabali III yang menyajikan pesona alam berupa pemandangan yang sangat indah dengan tanaman hias yang berwarna-warni, danau tempat pemancingan, naik perahu, air terjun buatan, dan saung tempat peristirahatan. Kawah Rengganis merupakan kawah yang berasal dari letusan gunung Patuha dengan keindahan alam yang sangat mempesona. Kawah ini terletak di afdeling II Perkebunan PTPN VIII Rancabali.

2. Wisata Rekreasi

Wisata rekreasi terdiri dari penginapan, kolam air panas dan tea walk yang terdapat di tengah-tengah hamparan kebun teh. Sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan wisata agro Rancabali disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Fasilitas di Wisata Agro Rancabali PTPN VIII Tahun 2012 No. Jenis Fasilitas Jumlah

(Unit)

1 Kantor Pengelola Wisata Agro 1

2 Villa Kidang Kencana 1

3 Villa Ciung Wanara 1

4 Villa Patenggang 1

5 Cottage Tumaritis 4

6 Rumah Kayu Pringgondani 3

7 Rumah Kelapa Pandawa 5

8 Kolam renang air panas 1


(20)

Penginapan didesain dalam berbagai bentuk bangunan dan interior yang unik dan tradisional. Villa Kidang Kencana berbentuk segitiga dengan gaya dan interior Belanda. Villa Ciung Wanara, Rumah Kayu Pringgondani dan Rumah Kelapa Pandawa dibangun dengan arsitektur khas Sunda berbentuk panggung dan beratap julang ngapak, Villa Patenggang bergaya arsitektur Belanda. Sedangkan Cottage Tumaritis berupa bangunan dengan gaya arsitektur rumah karyawan perkebunan untuk memberikan sensasi pada pengunjung penginap seperti di rumah karyawan perkebunan teh.

Tea walk merupakan rekreasi berjalan mengitari perkebunan teh dipandu oleh pemandu wisata. Tea walk sangat bermanfaat untuk kesehatan badan dan pikiran para pengunjung karena berjalan sambil menghirup udara segar dan menikmati pemandangan alam di sekitar perkebunan teh yang sangat indah.

3. Wisata Ilmiah

Wisata ilmiah disajikan dengan demo cara pemetikan pucuk, kunjungan ke pabrik pengolahan teh, menikmati sajian teh Walini dengan 10 varian rasa, serta diskusi dengan administratus dan kepala pabrik seputar proses budidaya, pemetikan dan pengolahan pucuk teh atau pun pemasarannya.

5.1.3. Kondisi Sumberdaya Manusia Pengelola dan Pengunjung Agro Wisata PTPN VIII Rancabali

Sumberdaya manusia dibahas di lingkungan wisata agro Rancabali meliputi pihak pengelola, pelaku usaha yang terkait dengan penyediaan jasa wisata seperti pemandu wisata, pelayanan restoran, pelayanan penginapan, pusat informasi dan lain-lain. Secara umum wisata agro PTPN VIII dikelola oleh seorang manajer unit agrowisata yang membawahi empat bagian yaitu : (1) Wakil Manajer I mencakup wilayah Gunung Mas, Goalpara, dan


(21)

Pasir Badak, (2) Wakil Manajer II mencakup wilayah Malabar, Rancabali Ciater, dan Sukawana Parongpong, (3) Wakil Manajer Pemasaran dan (4) Administrasi.

Gambar 2. Struktur Organisasi Wisata Agro PTPN VIII Rancabali Sumber : Wisata Agro PTPN VIII Rancabali

Dengan demikian wisata agro Rancabali di bawah tanggung jawab Wakil Manajer II yang membawahi langsung Kepala Operasional. Kepala Operasional membawahi bagian pemasaran, administrasi dan sarana prasarana. Bagian administrasi membawahi ticketing, petugas penginapan, front office dan emplasement. Data karyawan pengelola wisata agro PTPN VIII Rancabali disajikan pada Tabel 4.

Karyawan tetap pengelola wisata agro PTPN VIII berjumlah delapan orang sedangkan honor berjumlah sebelas orang. Berdasarkan data tersebut jumlah tenaga pengelola relatif

Manajer Wisata Agro

Wakil Manajer I (Gunung Mas, Goalpara, Pasir

Badak)

Wakil Manajer II (Malabar, Rancabali, Ciater /

Sukawana)

Wakil Manajer Pemasaran

Administrasi

Kepala Operasional

Pengadaan Pemasaran Administrasi

Ticketing Petugas

Penginapan


(22)

masih terbatas bila dilihat dari cakupan pekerjaan dan luasnya wilayah kerja tidak hanya di Rancabali tetapi juga perkebunan Malabar, Ciater, dan Sukawana.

Tabel 4. Data Karyawan Wisata Agro PTPN VIII Rancabali Tahun 2012

No. Jabatan Jumlah (orang)

1 Kepala Operasional 1

2 Staff Operasional 1

3 Pengawas Lapangan 2

4 Front Office 1

5 Petugas Penginapan 7

6 Petugas Sarana dan Prasarana 1

7 Petugas Ticketing 2

8 Tenaga Keamanan 1

9 Petugas Emplasement 2

10 Petugas Situ Lembang 1

Jumlah 19

Sumber : PTPN VIII Rancabali

Pembagian tugas kerja dibuat secara mingguan untuk memaksimalkan tugas-tugas dari tenaga kerja yang ada. Senin – emplasement membersihkan sampah-sampah di sepanjang jalan menuju penginapan. Selasa dan Rabu – membersihkan taman dan pepohonan di taman bila ada yang rusak. Selain itu dilakukan pembersihan di dalam ruangan penginapan seperti sarang laba-laba. Kamis – melakukan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang ada di dalam penginapan, misalnya perbaikan kunci, jendela, pintu, dan lain-lain. Jumat, Sabtu, Minggu – memberikan pelayanan kepada pengunjung, karena hari-hari tersebut banyak pengunjung.

Karakteristik pengunjung wisata agro Rancabali pada tahun 2012 yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan data pada Tabel 5, diketahui bahwa jumlah pengunjung laki-laki lebih banyak daripada perempuan karena yang diwawancarai pada penelitian ini adalah kepala rombongan yang sebagian besar dilakukan oleh laki-laki, dan laki-laki pada umumnya adalah kepala keluarga yang mengambil keputusan dalam berbagai hal termasuk kegiatan


(23)

rekreasi wisata agro. Dari status perkawinan pengunjung wisata agro didominasi oleh mereka yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan orang dewasa yang sudah menikah memiliki pendapatan yang cukup dan memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rekreasi untuk anggota keluarganya (istri dan anaknya).

Tabel 5. Karakteristik Pengunjung Wisata Agro PTPN VIII Rancabali Tahun 2012

No. Klasifikasi Jumlah

(orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 19 11 63,33 36,67 2 Status Pernikahan

a. Belum / tidak menikah b. Menikah 23 7 76,67 23,33 3 Kelompok Umur a. 20 – 40 b. 41 – 60 c. 61 – 80

18 11 1 60,00 36,66 3,34 4

Asal Tempat Tinggal a. Bandung

b. Luar Bandung

14 16 46,67 55,33 5 Pendidikan Terakhir a. SLTP dan sederajat b. SLTA dan sederajat c. Akademik

d. Sarjana S-1 dan S-2

2 8 3 17 6,67 26,67 10,00 56,67 6 Jenis Pekerjaan

a. Pelajar / Mahasiswa b. PNS, TNI / POLRI c. Pegawai swasta d. Pengusaha e. Profesional f. Ibu rumah tangga

g. Pensiunan dan pengangguran

2 6 15 3 1 1 2 6,67 20,00 50,00 10,00 3,33 3,33 6,66 7 Besar Pendapatan

a. Penghasilan di bawah Rp. 1 juta b. Penghasilan 1 – 5 juta

c. Penghasilan di atas 5 juta

2 23 5 6,66 76,67 16,67 Sumber : Widawati, 2012 (diolah)

Berdasarkan strata umur sebagian (60 persen) besar pengunjung wisata agro Rancabali adalah orang dewasa antara umur 20 – 40 tahun. Hal ini menunjukkan kelompok


(24)

masyarakat dewasa memerlukan perjalanan wisata seiring dengan tingkat kesibukan dan penghasilan yang cukup untuk berwisata.

Pengunjung wisata agro Rancabali sebagian besar berasal dari kota Bandung dan sekitarnya (46,67%) dan sebagian besar berasal dari Jakarta dan sekitarnya seperti Bekasi, Cilegon, Serang dan Tangerang (53,33%). Banyaknya pengunjung yang berasal dari kota Jakarta dan sekitarnya disebabkan akses jalan yang baik menuju obyek wisata ini serta kemudahan sarana dan prasarana transportasi antara Bandung – Jakarta melalui tol Cipularang sehingga memudahkan calon pengunjung menuju tempat tujuan wisata Rancabali.

Pengunjung kawasan wisata agro berasal dari berbagai strata pendidikan dan jenis pekerjaan, namun sebagian besar mereka yang berpendidikan tinggi yaitu sarjana strata satu dan strata dua yang memiliki pekerjaan sebagai TNI / POLRI dan pegawai swasta, serta penghasilan per bulan berkisar Rp, 1.000.000 s.d 5.000.000.

Secara umum berdasarkan Tabel 5, karakteristik pengunjung wisata agro Rancabali didominasi oleh masyarakat lapisan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang cukup baik bagi pengembangan wisata agro Rancabali dari segi konsumen karena mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan membayar yang baik dari jasa wisata agro yang ditawarkan oleh pengelola.

5.2. Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Wisata Agro di Rancabali 5.2.1. Analisis Lingkungan Internal Kawasan Wisata Agro Rancabali

Prinsip dasar yang harus dipahami oleh para pengembang maupun pengambil keputusan dalam pengembangan kawasan wisata agro adalah memanfaatkan sumber daya alam, lingkungan dan keterlibatan masyarakat di dalamnya. Oleh karena pertanian merupakan potensi bagi kehidupan masyarakat, maka dengan berkembangnya agro wisata di satu desa, tidak mempengaruhi pola kehidupan mereka baik dari sisi sosial, ekonomi, dan budaya,


(25)

bahkan hasil yang diperoleh dari berkembangnya agro wisata harus kembali kepada mereka (masyarakat).

Beberapa aspek yang akan melatar belakangi keberhasilan pengelolaan agro wisata dari lingkungan internal meliputi :

1. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia, merupakan unsur utama pengelolaan ODTW agro wisata, oleh karena SDM yang dibutuhkan di samping harus memiliki latar belakang pendidikan di bidangnya, harus pula memiliki pengalaman yang luas dalam mengelola pekerjaannya. Tata cara pengelolaan komoditas usaha pertanian yang disajikan sebagai komoditi daya tarik wisata pengelolaannya berbeda dengan hasil produksi pertanian pada umumnya. Faktor pengetahuan yang luas dalam bidang pertanian, keterampilan dalam bercocok tanam, sikap terhadap pekerjaan yang ditangani harus menjadi bagian penting dari SDM yang bekerja pada pengusahaan ODTW agro. Para petani memiliki skill dalam bercocok tanam perlu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang ilmu tanaman, tumbuhan untuk pengembangan informasi kepada pengunjung.

2. Aspek Keuangan

Pada umumnya investasi dan permodalan dalam usaha wisata agro, lebih dikaitkan dengan usaha pertanian, peternakan, perikanan, holtikultura sebagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan produksi hasil pertanian, mengembangkan hasil ekspor pertanian dan pendapatan petani. Dengan demikian aspek keuangan dalam pengelolaan agro wisata merupakan kekuatan dasar yang akan menunjang terhadap kemajuan perusahaan.

3. Aspek Sarana dan Prasarana Transportasi

Ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan menuju wisata agro, listrik, air bersih dan telekomunikasi akan berpengaruh terhadap keberadaannya. Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet),


(26)

restoran, ruang informasi, sarana transportasi di dalam lokasi agro wisata atau sarana transportasi menuju ke lokasi areal penjualan aneka hasil agro wisata. Sarana pariwisata dalam bentuk rumah makan, hotel, pelayanan informasi restoran / agro wisata. Sarana tersebut dibutuhkan bagi pengunjung untuk memperoleh pelayanan makanan dan minuman manakala pengunjung mengelilingi ODTW agro wisata. Demikian juga dengan ketersediaan sarana akomodasi, seringkali dibutuhkan wisatawan / pengunjung manakala kunjungannya membutuhkan tinggal lebih lama untuk memperoleh pengalaman yang mendalam terhadap ODTW tersebut. Di samping itu, bagi pengelola agro wisata, penyediaan sarana rekreasi untuk anak-anak adalah merupakan perpaduan fasilitas yang harmonis antara kebutuhan orang tua / dewasa dengan kebutuhan anak-anak. Pengelola ODTW agro wisata, sewajarnya tetap berpikiran bahwa agro harus dapat dilayani dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan wisatawan / pengunjung betah tinggal lama di tempat tersebut dan mampu menyeimbangkan kebutuhan berbagai karakteristik wisatawan.

4. Karakteristik Agro Industri

Agro industri merupakan bagian dari sektor industri, yang mengolah dan merubah bahan mentah hasil pertanian menjadi produk antara dan produk alur bagi konsumen. Agro industri lebih menampilkan berbagai hasil dari komoditi pertanian baik berupa makanan siap saji, maupun kegiatan atau proses dari terbentuknya makanan tersebut, maupun aktivitas menanam buah, pohon dan lain-lain yang menjadi daya tarik. Agro industri yang dapat dikembangkan pada wisata agro Rancabali adalah proses pembuatan teh pada pabrik teh, proses pengujian mutu teh, dan lain-lain merupakan satu paket wisata yang ditawarkan.

Kekuatan :

a. Pelayanan dilakukan secara profesional dengan pembagian tugas masing-masing. Petugas penginapan akan selalu berusaha memberikan pesanan sesuai dengan pesanan pengunjung. Misalnya jika pengunjung memesan teh dan jagung, maka setelah


(27)

pengunjung chek in akan disuguhkan teh hangat beserta jagung hangat dengan diantarkan menggunakan kendaraan operasional. Petugas penginapan juga akan memberikan kasur, bantal, dan guling tambahan jika pengunjung memesannya. Terdapat tenaga pemandu wisata baik untuk wisata ilmiah kunjungan pabrik dan tea walk.

b. Pusat Informasi

Terdapat pusat informasi wisata di wisata agro yang berbentuk kantor pusat. Satu kantor pusat di depan, dan satu kantor di dekat penginapan pengunjung.

c. Kesenian tradisional terdapat di sekitar perkebunan, namun hal tersebut dapat dipesan sesuai permintaan pengunjung. Kesenian tersebut di antaranya ; Calung, Singa Depok, dan Reog.

d. Makanan dan minuman khas yang dapat dinikmati oleh pengunjung yaitu bandrek, teh Walini, dan stroberi yang dapat dibeli di sepanjang jalan dari Ciwidey menuju Rancabali. e. Terdapat bangunan penginapan yang berbentuk bangunan tradisional Sunda seperti Rumah Kayu Pringgondani dan Rumah Kelapa Pandawa dengan bentuk rumah panggung dan atap julang ngapak.

f. Sebagian besar nama-nama penginapan berasal dari nama tokoh pewayangan, seperti Cottage Rengganis, Rumah Kayu Pringgondani, Rumah Kelapa Pandawa. Selain itu terdapat satu buah penginapan yang berasal dari nama pantun agung masyarakat Sunda dahulu yaitu Villa Ciung Wanara.

g. Terdapat sarana dan prasarana seperti listrik 900 – 1200 watt / penginapan, telepon dan televisi 21 inchi berikut parabolanya di penginapan, jalan – kondisi jalan dari depan kantor sampai penginapan sudah diaspal. Petugas jaga malam menggunakan HT untuk koordinasi antara petugas keamanan dan petugas jaga malam. Mushola terdapat di kawasan Prana Tirta, untuk penginapan yang lain terdapat sajadah di dalam setiap villa. Di kawasan Prana Tirta terdapat kolam renang air panas alami yang dikuras setiap setelah


(28)

selesai pengunjung chek out. Sarana parkir di setiap villa sudah cukup luas jika dibandingkan dengan kapasitas pengunjung setiap villa. Bis mini pun bisa masuk ke parkiran. Trayek umum yang dapat digunakan yaitu angkutan umum Ciwidey – Patengan. h. Sudah ada upaya promosi wisata agro. Salah satu upaya pemasaran yaitu dengan beberapa program TV melakukan syuting di kawasan Wisata Agro Rancabali seperti program Nature Life Trans TV melakukan syuting di penginapan dan Kawah Rengganis, Adzan Trans TV yang mengadakan syuting di Situ Lembang, dan program Ala Chef. Brosur diberikan kepada pengunjung yang sedang melakukan survey. Iklan melalui radio. Iklan melalui media internet melalui web PTPN VIII. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung melakukan kerjasama dengan membuat peta wisata Kabupaten Bandung dan mencantumkan kawasan wisata Rancabali.

Pada dasarnya perpaduan antara kekayaan komoditas pertanian dengan keindahan alam dan kehidupan masyarakat di perkebunan teh memberikan nuansa kenyamanan dan kenangan, yang pada gilirannya dapat mendorong kekayaan wisata agro Rancabali.

Kelemahan :

a. Kerajinan khas Rancabali belum dapat dinikmati oleh pengunjung karena memang belum ada.

b. Sarana dan prasarana di kawasan wisata agro belum lengkap, penginapan wisata agro PTPN VIII belum terdapat restoran, hanya terdapat warung tenda di pinggir jalan, tidak terdapat fasilitas radio. Belum ada outlet resmi di sekitar penginapan untuk penjualan barang-barang khas Rancabali seperti teh Walini, bandrek, atau stroberi. Belum terdapat galeri untuk penjualan kesenian tradisional Sunda.

c. Kelembagaan dengan grup kesenian dan biro perjalanan sudah terjalin dengan baik, namun tidak ada kontrak tertulis artinya biro perjalanan berjalan secara mandiri.

5.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembang Wisata Agro Rancabali PTPN VIII


(29)

Peluang

a. Masyarakat sekitar wisata agro merupakan pemetik teh, sehingga bisa melakukan pemetikan teh di sekitar penginapan, sehingga dapat menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung.

b. Sebagian kecil pemetik teh mempunyai sampingan menjadi pemain Reog, Singa Depok, dan Calung. Sehingga bisa dibuat paguyuban seni Rancabali untuk memberikan hiburan kepada pengunjung.

c. Dapat dikembangkan tea corner di sekitar penginapan khususnya Prana Tirta.

d. Dapat dikembangkan outlet atau galeri penjualan oleh-oleh Rancabali, misalnya dibuat kaos Rancabali, boneka, tokoh pewayangan, villa dalam bentuk miniatur, atau pun beberapa kerajinan tradisional khas Sunda lainnya untuk menambah pendapatan dan menarik bagi pengunjung.

e. Dapat menyerap tenaga kerja tambahan untuk tea corner maupun outlet penjualan. f. Teknologi

Terdapat dukungan teknologi seperti teknologi informasi melalui sistem internet yang memudahkan akses informasi kepada calon pengunjung. Terdapat teknologi pengolahan teh yang berkembang baik. Dengan tersedianya informasi dapat menarik pengunjung untuk mengetahui proses pembuatan teh dari daun menjadi serbuk teh dan di akhir kegiatan diperlihatkan cara pemetikan teh kepada pengunjung.

g. Dukungan kebijakan pemerintah dengan mempermudah proses perizinan yang diperlukan oleh pengelola dan memberikan dukungan dengan ikut mempromosikannya. Pemerintah tidak sengaja menjadikan kawasan Ciwidey – Rancabali menjadi daerah wisata, namun hal tersebut terbentuk dengan sendirinya seiring dengan beberapa tempat wisata yang dibuka.


(30)

h. Rencana umum pihak wisata agro yaitu akan mengomersilkan Situ Lembang menjadi objek wisata secara resmi.

Ancaman

a. Terdapat beberapa objek wisata baru di jalan sebelum agro wisata Rancabali seperti wisata air Rancaupas, kemungkinan akan menurunkan jumlah pengunjung ke Situ Lembang.

b. Terdapat beberapa penginapan baru sebelum penginapan Rancabali, sehingga kemungkinan pengunjung memiliki beberapa pilihan tempat untuk menginap.

c. Terdapat kesenian modern seperti dangdut, sehingga kemungkinan kesenian tradisional dapat terkikis dengan kedatangan kesenian modern tersebut jika tidak dilestarikan.

5.3. Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro di PTPN VIII Rancabali

Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro di PTPN VIII Rancabali dirumuskan berdasarkan analisis SWOT (Streangths, Weakness, Oppurtunities, and Threats). Analisis ini didasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan dan peluang serta secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Berdasarkan hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal, maka dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi penumbuhkembangan kawasan agro wisata PTPN VIII Rancabali seperti disajikan pada Tabel 6.


(31)

Tabel 6. Analisis SWOT Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro PTPN VIII

Analisis SWOT

Kekuatan (Streanght) Kelemahan (Weakness)

a. Profesionalitas jasa pelayanan terdapat tenaga pemandu wisata ilmiah kunjungan pabrik dan tea walk.

b. Terdapat pusat informasi wisata berupa 3 kantor pusat informasi. c. Kesenian tradisional

terdapat di sekitar

perkebunan, seperti Calung, Singa Depok, dan Reog.

d. Ada makanan dan minuman

khas berupa bandrek, teh Walini, dan stroberi. e. Terdapat bangunan

penginapan berbentuk bangunan tradisional Sunda yang khas.

f. Terdapat sarana dan prasarana listrik, telepon, televisi, kondisi jalan yang baik, mushola, kolam renang air panas alami bagi pengunjung setiap villa dan area parkir yang luas g. Ada promosi wisata agro

melalui beberapa program TV, brosur, iklan melalui radio dan internet dan peta lokasi wisata.

a. Kerajinan khas Rancabali belum dapat dinikmati oleh pengunjung karena belum ada.

b. Sarana dan prasarana di kawasan wisata agro belum lengkap, penginapan Wisata Agro PTPN VIII belum terdapat restoran, hanya terdapat warung tenda di pinggir jalan, tidak terdapat fasilitas radio. Belum ada outlet resmi di sekitar penginapan untuk penjualan barang-barang khas Rancabali seperti teh Walini, bandrek, atau stroberi.

c. Kelembagaan dengan grup kesenian dan biro

perjalanan sudah terjalin dengan baik, namun tidak ada kontrak tertulis. Biro perjalanan berjalan secara mandiri.

Peluang (Opportunity) a. Masyarakat sekitar wisata

agro merupakan pelaku pemetik teh, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung.

b. Kesenian tradisional Reog, Singa Depok, dan Calung tersedia. Dapat

dikembangkan tea corner di sekitar penginapan

khususnya Prana Tirta.

Strategi S-O

1. Tingkatkan profesionalitas pengelola dan jasa

pelayanan wisata agro Rancabali ditunjang dengan sarana dan prasarana komunikasi, informasi dan keindahan lingkungan. 2. Meningkatkan pertunjukan

tradisional berbasis budaya lokal di kawasan wisata agro.

3. Optimalkan potensi wisata

Strategi W-O

1. Membangun sentra

penjualan oleh-oleh khas daerah Ciwidey –

Rancabali.

2. Melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada atau kurang di kawasan wisata agro.

3. Memperjelas kontrak kerjasama dengan

kelembagaan kesenian lokal dan biro perjalanan guna


(32)

c. Dapat dikembangkan outlet / galeri penjualan oleh-oleh Rancabali.

d. Terdapat teknologi agroindustri dan teknologi informasi untuk

memudahkan akses informasi kepada calon pengunjung.

e. Dukungan kebijakan pemerintah, kemudahan proses perizinan dan menjadikan kawasan Ciwidey – Rancabali menjai daerah wisata.

ilmiah berbasis teknologi budidaya dan agroindustri pertanian.

4. Sosialisasi dan pertegas dasar hukum penetapan kawasan wisata agro Ciwidey – Rancabali.

meningkatkan promosi wisata agro.

Ancaman (Threats)

1. Terdapat objek wisata baru di sekitar wisata agro Rancabali seperti wisata air Rancaupas dan Situ

Patenggang.

2. Terdapat kesenian modern seperti dangdut, sehingga kemungkinan kesenian tradisional dapat terkikis dengan kedatangan kesenian modern tersebut jika tidak dilestarikan.

Strategi S-T

1. Pembinaan kesenian

tradisional masyarakat lokal yang mendukung kegiatan wisata agro.

2. Mengembangkan informasi

wisata dan paket wisata secara terintegrasi dengan objek wisata baru yang potensial di Ciwidey – Rancabali.

Strategi W-T

1. Melaksanakan kerjasama dengan pengelola biro perjalanan.

2. Ada pengaturan atraksi jenis kesenian antara kesenian tradisional dan kesenian modern.


(33)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik potensi wisata agro di Rancabali PTPN VIII Kabupaten Bandung terdiri atas (1) wisata alam, (2) wisata rekreasi dan (3) wisata ilmiah. Wisata alam berupa Situ Patenggang, Situ Lembang, dan Kawah Rengganis. Wisata rekreasi terdiri dari penginapan, kolam air panas, dan tea walk yang terdapat di tengah-tengah hamparan perkebunan teh. Tea walk merupakan wisata rekreasi berjalan mengitari perkebunan teh yang dipandu oleh pemandu wisata. Wisata ilmiah berupa demo cara pemetikan pucuk dan kunjungan ke pabrik teh.

2. Upaya menumbuhkembangkan kawasan wisata agro di Rancabali PTPN VIII dapat dilakukan dengan melaksanakan empat strategi yaitu S-O, W-O, S-T, S-W. strategi S-O dilakukan dengan meningkatkan profesionalitas pengelola dan jasa pelayanan wisata agro Rancabali ditunjang dengan sarana dan prasarana komunikasi, informasi, dan keindahan lingkungan, meningkatkan pertunjukan tradisional berbasis budaya lokal di kawasan wisata agro. Optimalkan potensi wisata ilmiah berbasis teknologi budidaya dan agroindustri pertanian. Sosialisasi dan pertegas dasar hukum penetapan kawasan wisata agro di Rancabali – Ciwidey. Strategi W-O dilaksanakan dengan cara membangun sentra penjualan oleh-oleh khas Ciwidey – Rancabali, melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada atau kurang di kawasan wisata agro, memperjelas kontrak kerjasama dengan kelembagaan kesenian lokal dan biro perjalanan guna meningkatkan kunjungan wisata. Strategi S-T berupa pembinaan kesenian tradisional masyarakat lokal yang mendukung kegiatan wisata agro dan mengembangkan informasi wisata dan paket wisata secara terintegrasi dengan objek wisata baru yang potensial di Ciwidey – Rancabali. Strategi


(34)

W-T dijalankan dengan melaksanakan kerjasama dengan pengelola biro perjalanan dan pengaturan atraksi jenis kesenian antara kesenian tradisional dan kesenian modern.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka beberapa saran dalam pengembangan kawasan wisata agro di antaranya :

a. Optimalisasi sumberdaya alam yang berupa keindahan alam yang mempesona dan keragaman aktivitas pertanian di kawasan wisata agro dengan cara memunculkan kreativitas lokal dalam bentuk atraksi kesenian berupa tarian, upacara adat, permainan, dan lain-lain yang terintegrasi dalam paket wisata.

b. Untuk antisipasi persaingan jangka panjang perlu ditingkatkan promosi wisata dengan terlebih dahulu melengkapi fasilitas yang tersedia sehingga kepuasan konsumen yang terjaga akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisata.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

David R Fred. 2004. Manajemen Strategi : Konsep ,edisi ke-7 versi bahasa Indonesia, Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.

Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2010. Direktori Profil Wisata Agro. Melalui http://database.deptan.go.id/wisata agro/viewfitur.asp?id=1

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, 2008. Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Gumelar S Satrayuda, 2010. Konsep Pengembangan Wisata Agro, Universitas Pendidikan Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/GUMELAR S/HAND OUT MATKUL KONSEP RESORT AND LEISURE/PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA.pdf

Rangkuti Freddy, 2004. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta

Widawati, 2012. Intensitas Kunjungan dan Nilai Ekonomi (dengan Pendekatan Travel Cost method) di Penginapan Agrowisata PTPN VIII Rancabali Bandung, Skripsi Fakultas Pertanian. Unpad Bandung


(1)

28

h. Rencana umum pihak wisata agro yaitu akan mengomersilkan Situ Lembang menjadi objek wisata secara resmi.

Ancaman

a. Terdapat beberapa objek wisata baru di jalan sebelum agro wisata Rancabali seperti wisata air Rancaupas, kemungkinan akan menurunkan jumlah pengunjung ke Situ Lembang.

b. Terdapat beberapa penginapan baru sebelum penginapan Rancabali, sehingga kemungkinan pengunjung memiliki beberapa pilihan tempat untuk menginap.

c. Terdapat kesenian modern seperti dangdut, sehingga kemungkinan kesenian tradisional dapat terkikis dengan kedatangan kesenian modern tersebut jika tidak dilestarikan.

5.3. Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro di PTPN VIII Rancabali Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro di PTPN VIII Rancabali dirumuskan berdasarkan analisis SWOT (Streangths, Weakness, Oppurtunities, and Threats). Analisis ini didasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan dan peluang serta secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Berdasarkan hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal, maka dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi penumbuhkembangan kawasan agro wisata PTPN VIII Rancabali seperti disajikan pada Tabel 6.


(2)

29

Tabel 6. Analisis SWOT Strategi Penumbuhkembangan Kawasan Wisata Agro PTPN VIII

Analisis SWOT

Kekuatan (Streanght) Kelemahan (Weakness)

a. Profesionalitas jasa pelayanan terdapat tenaga pemandu wisata ilmiah kunjungan pabrik dan tea walk.

b. Terdapat pusat informasi wisata berupa 3 kantor pusat informasi. c. Kesenian tradisional

terdapat di sekitar

perkebunan, seperti Calung, Singa Depok, dan Reog. d. Ada makanan dan minuman

khas berupa bandrek, teh Walini, dan stroberi. e. Terdapat bangunan

penginapan berbentuk bangunan tradisional Sunda yang khas.

f. Terdapat sarana dan prasarana listrik, telepon, televisi, kondisi jalan yang baik, mushola, kolam renang air panas alami bagi pengunjung setiap villa dan area parkir yang luas g. Ada promosi wisata agro

melalui beberapa program TV, brosur, iklan melalui radio dan internet dan peta lokasi wisata.

a. Kerajinan khas Rancabali belum dapat dinikmati oleh pengunjung karena belum ada.

b. Sarana dan prasarana di kawasan wisata agro belum lengkap, penginapan Wisata Agro PTPN VIII belum terdapat restoran, hanya terdapat warung tenda di pinggir jalan, tidak terdapat fasilitas radio. Belum ada outlet resmi di sekitar penginapan untuk penjualan barang-barang khas Rancabali seperti teh Walini, bandrek, atau stroberi.

c. Kelembagaan dengan grup kesenian dan biro

perjalanan sudah terjalin dengan baik, namun tidak ada kontrak tertulis. Biro perjalanan berjalan secara mandiri.

Peluang (Opportunity)

a. Masyarakat sekitar wisata agro merupakan pelaku pemetik teh, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung.

b. Kesenian tradisional Reog, Singa Depok, dan Calung tersedia. Dapat

dikembangkan tea corner di sekitar penginapan

khususnya Prana Tirta.

Strategi S-O

1. Tingkatkan profesionalitas pengelola dan jasa

pelayanan wisata agro Rancabali ditunjang dengan sarana dan prasarana komunikasi, informasi dan keindahan lingkungan. 2. Meningkatkan pertunjukan

tradisional berbasis budaya lokal di kawasan wisata agro.

3. Optimalkan potensi wisata

Strategi W-O

1. Membangun sentra penjualan oleh-oleh khas daerah Ciwidey –

Rancabali.

2. Melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada atau kurang di kawasan wisata agro.

3. Memperjelas kontrak kerjasama dengan

kelembagaan kesenian lokal dan biro perjalanan guna


(3)

30

c. Dapat dikembangkan outlet / galeri penjualan oleh-oleh Rancabali.

d. Terdapat teknologi agroindustri dan teknologi informasi untuk

memudahkan akses informasi kepada calon pengunjung.

e. Dukungan kebijakan pemerintah, kemudahan proses perizinan dan menjadikan kawasan Ciwidey – Rancabali menjai daerah wisata.

ilmiah berbasis teknologi budidaya dan agroindustri pertanian.

4. Sosialisasi dan pertegas dasar hukum penetapan kawasan wisata agro Ciwidey – Rancabali.

meningkatkan promosi wisata agro.

Ancaman (Threats)

1. Terdapat objek wisata baru di sekitar wisata agro Rancabali seperti wisata air Rancaupas dan Situ

Patenggang.

2. Terdapat kesenian modern seperti dangdut, sehingga kemungkinan kesenian tradisional dapat terkikis dengan kedatangan kesenian modern tersebut jika tidak dilestarikan.

Strategi S-T

1. Pembinaan kesenian

tradisional masyarakat lokal yang mendukung kegiatan wisata agro.

2. Mengembangkan informasi wisata dan paket wisata secara terintegrasi dengan objek wisata baru yang potensial di Ciwidey – Rancabali.

Strategi W-T

1. Melaksanakan kerjasama dengan pengelola biro perjalanan.

2. Ada pengaturan atraksi jenis kesenian antara kesenian tradisional dan kesenian modern.


(4)

31 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik potensi wisata agro di Rancabali PTPN VIII Kabupaten Bandung terdiri atas (1) wisata alam, (2) wisata rekreasi dan (3) wisata ilmiah. Wisata alam berupa Situ Patenggang, Situ Lembang, dan Kawah Rengganis. Wisata rekreasi terdiri dari penginapan, kolam air panas, dan tea walk yang terdapat di tengah-tengah hamparan perkebunan teh. Tea walk merupakan wisata rekreasi berjalan mengitari perkebunan teh yang dipandu oleh pemandu wisata. Wisata ilmiah berupa demo cara pemetikan pucuk dan kunjungan ke pabrik teh.

2. Upaya menumbuhkembangkan kawasan wisata agro di Rancabali PTPN VIII dapat dilakukan dengan melaksanakan empat strategi yaitu S-O, W-O, S-T, S-W. strategi S-O dilakukan dengan meningkatkan profesionalitas pengelola dan jasa pelayanan wisata agro Rancabali ditunjang dengan sarana dan prasarana komunikasi, informasi, dan keindahan lingkungan, meningkatkan pertunjukan tradisional berbasis budaya lokal di kawasan wisata agro. Optimalkan potensi wisata ilmiah berbasis teknologi budidaya dan agroindustri pertanian. Sosialisasi dan pertegas dasar hukum penetapan kawasan wisata agro di Rancabali – Ciwidey. Strategi W-O dilaksanakan dengan cara membangun sentra penjualan oleh-oleh khas Ciwidey – Rancabali, melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada atau kurang di kawasan wisata agro, memperjelas kontrak kerjasama dengan kelembagaan kesenian lokal dan biro perjalanan guna meningkatkan kunjungan wisata. Strategi S-T berupa pembinaan kesenian tradisional masyarakat lokal yang mendukung kegiatan wisata agro dan mengembangkan informasi wisata dan paket wisata secara terintegrasi dengan objek wisata baru yang potensial di Ciwidey – Rancabali. Strategi


(5)

W-32

T dijalankan dengan melaksanakan kerjasama dengan pengelola biro perjalanan dan pengaturan atraksi jenis kesenian antara kesenian tradisional dan kesenian modern. 6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka beberapa saran dalam pengembangan kawasan wisata agro di antaranya :

a. Optimalisasi sumberdaya alam yang berupa keindahan alam yang mempesona dan keragaman aktivitas pertanian di kawasan wisata agro dengan cara memunculkan kreativitas lokal dalam bentuk atraksi kesenian berupa tarian, upacara adat, permainan, dan lain-lain yang terintegrasi dalam paket wisata.

b. Untuk antisipasi persaingan jangka panjang perlu ditingkatkan promosi wisata dengan terlebih dahulu melengkapi fasilitas yang tersedia sehingga kepuasan konsumen yang terjaga akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisata.


(6)

33 DAFTAR PUSTAKA

David R Fred. 2004. Manajemen Strategi : Konsep ,edisi ke-7 versi bahasa Indonesia, Penerbit PT Prenhallindo, Jakarta.

Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2010. Direktori Profil Wisata Agro. Melalui http://database.deptan.go.id/wisata agro/viewfitur.asp?id=1

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, 2008. Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Gumelar S Satrayuda, 2010. Konsep Pengembangan Wisata Agro, Universitas Pendidikan Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/GUMELAR S/HAND OUT MATKUL KONSEP RESORT AND LEISURE/PENGEMBANGAN KAWASAN AGRO WISATA.pdf

Rangkuti Freddy, 2004. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta

Widawati, 2012. Intensitas Kunjungan dan Nilai Ekonomi (dengan Pendekatan Travel Cost method) di Penginapan Agrowisata PTPN VIII Rancabali Bandung, Skripsi Fakultas Pertanian. Unpad Bandung