PERUSAHAAN WHOLESALE AND RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Akuntansi

Diajukan oleh : Fransiska Butarbutar

0813015017/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012 SKRIPSI


(2)

Fransiska Butarbutar 0813015017/FE/AK

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 20 April 2012

Pembimbing : Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Siti Sundari, Msi Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Siti Sundari, Msi Anggota

Dra. Erry A, M.Aks, Ak Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 19630924198903001


(3)

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi dalam jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN WHOLESALE AND RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

6. Ibu Dra. Ec. Hj. Siti Sundari, Msi, selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, dorongan, dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah.

8. Para Staf perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

bantuan terhadap fasilitas peminjaman buku untuk dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini.

9. Staf Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam perolehan

data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

10. Kedua orang tuaku Posman Butarbutar dan Rose Sianturi, Abang-abang ku,

Oskar Butarbutar/Eda br.Marbun, Risden Butarbutar/Eda br.Silitonga, Tangakas Butarbutar/ Eda br.Sagala, Henra Butarbutar/ Eda br.Simanjuntak. Juga buat kakak-kakak ku, Ronna Butarbutar/Akkang Siahaan, Elita Butarbutar/akkang sianturi, Enni Aprina Butarbutar,dan teman dekatku Adven lucius Sihotang yang telah memberikan doa dan semangat moril maupun materiil. Tidak lupa juga buat keponakan-keponakan ku, Noel,


(5)

12. IAKPM Surabaya yang selalu mendoakan dan memberi semangat, terkhusus buat bang nico, bang Laurent, bang jefri, bang rano yang sudah berpartisipasi menjaga jeo di rumah, sehingga saya bisa ke kampus.

13. Semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung

dalam penyeleseian skripsi ini.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan limpahan berkat kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, untuk itu penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun karena hal tersebut sangat membantu menghaturkan pada kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, 4 April 2012


(6)

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAK...x

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah….……….9

1.3. Tujuan Penelitian ………...………..……. 9

1.4. Manfaat Penelitian ………...………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….11

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………....11

2.2. Landasan Teori ………..………...……….………..15

2.2.1. Laporan Keuangan ………..………. 15

2.2.2. Auditing …………. ………..…17

2.2.3. Audit Delay ……….. 20

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ………..20

2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay ……….…25

2.2.6. Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay ……….………...28

2.2.7. Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay………29


(7)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..33

3.2.Teknik Penentuan Sampel …...….………36

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………….……….37

3.3.1. Jenis Data …… ……….37

3.3.2. Sumber Data ……….38

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ……….…..38

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………...38

3.4.1. Teknik Analisis ……….38

3.4.2. Uji Normalitas ……….……….39

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ……….39

3.4.3.1. Uji Autokorelasi…………..………40

3.4.3.2. Uji Multikolinearitas …...……….. 41

3.4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ………..42

3.4.4. Uji Hipotesis ………...………. 42

a. Uji Kesesuaian Model………. 42

b. Uji Hipotesis ………...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………....45

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...………...45

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...………...55

4.2.1. Ukuran Perusahaan ………..……….55

4.2.2. Ukuran KAP...……….56

4.2.3. Opini Auditor...……….57

4.2.4. Audit Delay ………...….……….58


(8)

4.5. Analisis Regresi Linier Berganda...………...63

4.6. Uji Hipotesis...…………...……....….………...….65

4.6.1. Uji Kesesuaian Model………..………...…...65

4.6.2. Uji Hipotesis...………..………...…...67

4.7. Pembahasan...………...69

4.7.1. Implikasi Penelitian...………….…....….……….73

4.7.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu...………….…....….……….73

4.7.3. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujaun dan Manfaat Penelitian..…….…....….………...76

4.7.4. Keterbatasan Penelitian...………….…...……….77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………...………....79

5.1. Kesimpulan...………...79

5.2. Saran...………...79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

(10)

penelitian sekarang... ...13

Tabel 2. Keputusan Uji Autokorelasi ... .41

Tabel 3. Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan ... .55

Tabel 4. Deskripsi Variabel Ukuran KAP... .56

Tabel 5. Deskripsi Variabel Opini Auditor... .58

Tabel 6. Deskripsi Variabel Audit Delay... .59

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas... ... 60

Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas...61

Tabel 9. Hasil Uji Heteroskedastisitas... .62

Tabel 10. Hasil Uji Autokorelasi... .63

Tabel 11. Hasil Uji F... .66

Tabel 12. Nilai Koefisien Determinasi... .67

Tabel 13. Hasil Uji t... .67

Tabel 14. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dan Penelitian Terdahulu... 77


(11)

Fransiska Butarbutar Abstrak

Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara pihak intern perusahaan dengan pihak luar perusahaan yang mempunyai kegunaan apabila disajikan dengan akurat dan tepat waktu. Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik akan sangat

dipengaruhi oleh lamanya uditor dalam menyelesaikan auditnya. Audit delay

adalah lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tutup tahun sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

BAPEPAM mengharuskan perusahaan go public untuk mempublikasikan

laporan keuangan tidak melebihi waktu 90 hari. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi audit delay perusahaan wholesale and retail yang go publik

di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari laporan keuangan 12 perusahaan wholesale and retail yang

go public di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2007 dan laporan auditor independen untuk variabel bebas (ukuran perusahaan, ukuran KAP dan opini

auditor) dan untuk variabel terikat (audit delay). Analisis statistik yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.

Berdasarkan hasil análisis regresi linier berganda disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan, ukuran KAP dan opini auditor tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap audit delay perusahaan wholesale and

retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2010. Disimpulkan pula bahwa ukuran perusahaan, ukuran KAP dan opini auditor

memiliki pengaruh positif terhadap audit delay.


(12)

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan (kreditor, calon kreditor, investor, calon investor, karyawan, pelanggan, pemerintah, masyarakat, dan manajemen perusahaan itu sendiri) .

Menurut Belkaui (2001) dalam Arif Wicaksono (2009) melalui laporan keuangan perusahaan mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan serta berperan penting dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut akan bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu.

Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan.


(13)

Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM karena ketepatan waktu ini tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen inilah yang

dinamakan audit delay (Sistya Rachmawati, 2008).

Sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat


(14)

yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Keputusan tersebut diperbaharui dengan keputusan BAPEPAM No. 40/BL/2007 yang menyatakan bahwa apabila terjadi perbedaan antara ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (LK) dengan otoritas pasar modal di negara lain maka batas waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (LK) dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut.

Ketentuan ini berlaku bagi Emiten yang sahamnya terdaftar baik di Indonesia maupun di negara lain. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM, maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Namun, dengan adanya syarat laporan keuangan yang telah audit maka dapat memperlambat publikasi laporan keuangan tersebut.

Proses dalam mencapai ketepatwaktuan (Timeliness) terutama

dalam penyajian laporan auditor independen semakin tidak mudah, mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik

yang ada di Indonesia. Hambatan dalam ketepatwaktuan (Timeliness)


(15)

standar ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai (Boynton dan Kell 1996) dalam Sistya Rachmawati, (2008). Adanya hambatan-hambatan inilah yang memungkinkan akuntan publik menunda publikasi laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit.

Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan yang berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Terlambat tersedianya laporan keuangan auditan akan meningkatkan ketidakpastian investor dalam mengambil keputusan dan hasil keputusan tidak akan optimal. Selain itu, lamanya proses audit juga akan berdampak pada terlambatnya pembayaran pajak kepada pemerintah yang menyebabkan lambatnya pemasukan pemerintah.


(16)

Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja lebih profesional. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan, Adanya standar inilah, memungkinkan akuntan publik menunda publikasi audit atau laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu memperanjang masa audit (Varianda Halim, 2000) dalam Sistya Rachmawati (2008).

Pemenuhan standar audit oleh auditor tidak hanya berdampak pada lamanya penyelesaian laporan auditor, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama, namun kualitas hasil auditnya dapat diandalkan. Sebaliknya, jika tidak perlu menyesuaikan dengan standar pekerjaan audit, maka semakin singkat waktu yang diperlukan, namun hasil auditnya kurang dapat diandalkan.


(17)

Saat ini perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan juga meningkat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan go publik

diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Namun, berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 masih ada beberapa perusahaan

Wholesale dan retail yang melewati batas tersebut.Seperti pada tahun

2008, audit delay PT. Alfa Retailindo Tbk. adalah 146 hari. Ditahun

yang sama PT. Multi Indocitra Tbk. juga mengalami audit delay yang

melewati 90 hari yaitu 93 hari. Fenomena inilah yang menarik untuk diteliti karena ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan pencerminan kualitas informasi yang dilaporkan dan pencerminan tingkat kepatuhan terhadap regulasi yang diterapkan.

Penelitian yang dilakukan Imam Subekti (2005) dengan menggunakan lima variabel independen antara lain tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran KAP. Kelima variabel tersebut berpengaruh signifikan

terhadap audit delay. Hal ini berarti bahwa tingkat profitabilitas yang

tinggi membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk menyelesaikan proses audit. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan


(18)

terhadap audit delay berarti bahwa semakin besar perusahaan maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk proses audit. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian intern perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (2006) dengan menggunakan tujuh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, jenis industri, lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, jenis opini yang diberikan oleh auditor, laba/rugi perusahaan, rasio hutang terhadap ekuitas dan reputasi auditor. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis

industri berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan

audit delay meliputi faktor lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan laporan keuangan emiten mendapat opini selain

unqualified dari akuntan publik.

Penelitian yang dilakukan Sistya Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan


(19)

profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh

terhadap audit delay.

Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (2006) bahwa rata-rata audit delay adalah 84,16 hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

Imam Subekti (2005) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di

Indonesia pada tahun 2001 adalah 98,38 hari. Menurut penelitian yang

di lakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) ratarata lamanya audit

delay yang terjadi Indonesia pada tahun 2003-2005 adalah 76 hari. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Indah Nurul (2010) yang meneliti tentang

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (studi empiris pada

perusahaan wholesale dan retail yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2004-2008) dengan menggunakan tiga variabel yang diteliti yaitu: Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu dengan mengubah tahun penelitian yaitu menjadi tahun 2000-2007.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Wholesale dan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran perusahaan, mempunyai pengaruh terhadap

lamanya penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan

go public di Indonesia?

2. Apakah ukuran KAP, opini auditor mempunyai perbedaan

pengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay)

pada perusahaan go public di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran perusahaan, ukuran KAP,

dan opini auditor terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi Peneliti

Melatih berpikir secara ilmiah dan dapat menambah wawasan dari teori yang diterima dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sehingga memperoleh gambaran yang dapat dipercaya.


(21)

b. bagi universitas

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan dan bahan pembanding bagi mahasiswa yang ingin melakukan pengembangan penelitian berikutnya di bidang yang sama di masa mendatang.

c. Bagi Auditor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh auditor dalam melaksanakan auditnya agar dapat menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu, sehingga perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM.

d. Bagi Perusahaan

Memberikan tambahan informasi kepada

perusahaan-perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, sehingga perusahaan dapat

mengendalikan faktor-faktor dominan dan audit delay dapat ditekan

seminimal mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan publikasi pelaporan keuangan auditan.


(22)

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Imam Subekti (2005) “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Audit Delay di Indonesia”. Penelitian ini menginvestigasi tentang

faktor-faktor yang menjadi panjang pendeknya audit delay. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa variabel tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri,

opini auditor dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap variabel

audit delay.

Wiwik Utami (2006) “ Analisis Determinan Audit Delay”. Masalah

yang diteli adalah: faktor – faktor apa saja yang dominan berpengaruh

terhadap audit delay laporan keuangan emiten di Bursa Efek Jakarta.

Kesimpulan dalam penelitian tersebut: (1) Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis

industri berpengaruh terhadap audit delay.(2)Secara empiris determinan

audit delay meliputi faktor-faktor: (a) lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, (b) emiten mengalami kerugian dalam


(23)

tahun berjalan, dan (c) laporan keuangan emiten mendapat opini selain

unqualified dari akuntan publik.

Sistya Rachmawati (2008) “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal

Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness “. Permasalahan dalam

penelitian ini yaitu: (1) mengetahui pengaruh faktor internal

(profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan

faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap audit delay. (2) Mengetahui

pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan

size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap timeliness.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu: (1) Faktor internal yang mempengaruhi

audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran perusahaan

akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas dan auditor

internal tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.(2) Faktor

internal yang mempengaruhi timeliness adalah size perusahaan,

solvabilitas sedangkan faktor ekternal seperti ukuran kantor akuntan publik sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak mempunyai

pengaruh terhadap timeliness. (3) Faktor internal dan eksternal

perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size

perusahaan dan ukuran KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh

yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness.

Indah Nurul K (2010) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit


(24)

diteliti yaitu apakah ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor (opini)

dan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap audit delay pada

perusahaan dagang yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor (opini) serta ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Tabel 1. Perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dan sekarang.

No Nama Variabel Alat Uji Objek penelitian

1 Imam Subekti

tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP) Analisis regresi Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2001

2 Wiwik Utami opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis industri

regresi sederhana

perusahaan publik di Bursa Efek

Jakarta untuk periode 2000-2002.


(25)

Rachma-wati

solvabilitas, internal auditor,

size perusahaan dan

ukuran KAP

berganda manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4 Melysa dan Estralisa klasifikasi industri, laba atau rugi tahun berjalan, besarnya KAP, Total asset, opini audit, debt proportion. Analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia padda tahun 2003 sampai tahun 2009 5 Fransiska Butarbutar Ukuran perusahaan, ukuran KAP, dan opini auditor regresi linear berganda dengan variabel dummy Perusahaan

Wholesale dan

Retail yang terdaftar di BEI sampai tahun 2007

Berdasarkan tabel.1 dapat disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terletak pada variabel serta populasi penelitian yang digunakan. Kebanyakan penelitian terdahulu populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sedangkan penelitian


(26)

sekarang yaitu perusahaan Wholesale dan Retail yang listing sampai tahun 2007.

Persamaan antara penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada

alat uji yang digunakan yaitu regresi linear dengan variabel dummy.

Penelitian ini juga memiliki populasi yang sama dengan penelitian Indah

Nurul yaitu perusahaan wholesale dan retail.

Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan dimaksudkan untuk mengkorfirmasikan penelitian sebelumnya, mengingat perbedaan tahun penelitian dan variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, juga mengembangkan penelitian yang sebelumnya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelola perusahaan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan padanya. Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b) Laporan laba-rugi, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan (e) Catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan


(27)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan (IAI 2009):

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk

mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive

value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk

mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

3. Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya

sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang

seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar. 4. Dapat dibandingkan


(28)

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu.

Tujuan utama laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja manajemen atas penggunaan sumber-sumberdaya yang dipercayakannya.


(29)

Auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat hubungan antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Mulyadi 2002). Dalam pelaksanaannya, laporan keuangan yang ada perlu untuk diaudit sebelum akhirnya dipublikasikan.

Laporan auditor penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Arens dan Loebbecke, 2003:35).

Laporan audit baku harus terdapat tujuh bagian berikut ini: 1. Judul laporan

Strandar auditing mengharuskan pemberian judul pada laporan

dan judul ini harus memuat kata independen 2. Alamat yang dituju laporan audit

Laporan ini biasanya ditujukan kepada perusahaan bersangkutan, pemegang saham, atau dewan direksi, atau komisarisnya.

3. Paragraf pendahuluan


(30)

Pertama, paragraf ini merupakan pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik bersangkutan telah melakukan suatu audit.

Kedua, paragraf ini mencantumkan laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal neraca dan periode-periode akuntansi untuk laporan laba/rugi dan laporan arus kas.

Ketiga, laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan itu berdasarkan suatu audit.

4. Paragraf lingkup auditan

Pernyataan aktual mengenai apa yang dilakukan auditor didalam audit.

5. Paragraf pendapat

Memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Paragraf ini dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat bukan suatu penyataan mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah unutk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan professional.

6. Tandatangan dan nama akuntan publik

Nama ini menunjukkan partner akuntan publik aatu auditor yang bertanggung jawab atas audit yang dilakukannya.


(31)

Tanggal yang dipakai dalam laporan ini adalah tanggal saat auditor menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur di lapangan (Arens dan Loebbecke, 2003:37).

2.2.3 Audit Delay

Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang dikur dari tanggal penutupan tahun buku hingga diterbitkannya laporan audit (Lawrence dan Bryan, 1998 (dalam Jeane Deart Meity Prabandari dan Rustiana, 2007)).

Menurut Sistya Rachmawati (2008) audit delay adalah rentang

waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Penelitian Imam Subekti (2005) , perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan auditor.Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai

dengan audit delay. Semakin panjang audit delay maka semakin lama


(32)

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay 1. Ukuran Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan laporan keuangan. Ukuran perusahaan ini dapat diukur melalui total aktiva ataupun pendapatan (Arens Loebbecke, 2003:227). Menurut

Charles H Gibson (2001:176) “ Be aware of the differrent size of firms

under comparison. These differences can be seen by looking at relative sales, assets, or profit sizes”. Dalam Jogiyanto (2008:373) dikatakan

bahwa ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya

perusahaan. Sedangkan Gorge Foster (1986:111) menunjukkan bahwa

firm size: total assets, sales, or market capitalization.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya: total aktiva,

penjualan/pendapatan, ukuran laba (profit), dan market capitalization.

Penelitian ini menggunakan wakil pengukur (proxy) untuk ukuran

perusahaan adalah total aktiva (assets). Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh dimasa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, Weygandt dan Walfield, 2001:219). Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Werren, Reeve, dan Fess 2005:18).


(33)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan semakin besar aktiva suatu perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan terkait merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada pihak eksternal (Sistya Rachmawati, 2008:3).

2. Ukuran KAP

Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit. Dalam Arens dan Loebbecke (2003:11) mengkategorikan empat ukuran kantor akuntan publik yaitu:

a. Kantor Akuntan Publik Internasional (The Big Four)

b. Kantor akuntan publik nasional

c. Kantor akuntan publik lokal dan regional

d. Kantor akuntan publik lokal kecil

Dalam penelitian ini variabel ukuran KAP dikategorikan kedalam

dua kelompok yaitu KAP big four dan KAP non big four.


(34)

Kantor akuntan The Big Four merupakanan kantor akuntan terbesar di dunia.

KAP The Big Four adalah suatu kelompok kantor akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaan audit dari

perusahaan-perusahaan publik (http://id.wiki.com/wiki The Big Four

Auditor).

Kategori KAP Big Four sesuai urutan berdasarkan jumlah

penghasilan dan sumber daya beserta mitranya di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama denga KAP

Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP DeloitteTauche Tohmatsu (DTT), yang bekerja sama

dengan KAP Osman Bing Satrio.

3. KAP Ernest & Young, yang bekerja sama dengan KAP Hanadi,

Surwoko &Sandjaja dan KAP Prasrtio, Utomo dan Co.

4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Geordeler), yang bekerja

sama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Harsono Widjaja.

b. KAP Non The Big Four

KAP Non The Big Four dapat dikatakan adalah KAP yang tidak

mempunyai hubungan kerja sama dengan KAP The Big Four, biasanya

hanya melayani klien di dalam jangkaun wilayahnya. Di Indonesia KAP ini dapat dikatakan KAP lokal dan regional, beberapa lainnya memiliki


(35)

kantor cabang didaerah lain. Banyak diantaranya yang berafiliasi dengan organisasi KAP internasional untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai hal-hal seperti teknis informasi dan pendidikan lanjutan (Arens dan Loebbecke, 2003:12).

3. Opini Auditor

Terdapat lima jenis pendapat auditor (Boynton, Johnson dan Kell, 2002: 73-82), yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini merupakan bentuk laporan audit yang paling umum atau disebut laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan kalimat penjelasan (Unqualified with explanatory paragraph opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, namun terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion) yang menyatakan bahwa kecuali dampak dari hal-hal yang berkaitan dengan pengecualian tersebut, laporan keuangan disajikan secara


(36)

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Arens dan Loebbecke (2003:41) pendapat wajar dengan pengecualian dapat diberikan baik karena adanya pembatasan lingkup audit atau tidak ditaatinya prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) yaitu menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

5. Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion) yang menyatakan bahwa auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan timbul karena adanya pembatasan ruang lingkup audit, hubungan yang tidak independen, antara klien dengan auditor menurut kode etik professional, atau tidak ditaatinya prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang sering digunakan dalam penelitian ini. Dalam beberapa penelitian, hasil yang diperoleh berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.

Menurut SPAP SA Seksi 319 paragraf 41, sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan umumnya bervariasi antara satu entitas dengan entitas yang lain, serta dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas


(37)

suatu entitas. Semakin besar dan kompleks suatu entitas, maka semakin luas prosedur audit yang dilakukan sehingga kemungkinan akan

memperpanjang audit delay.

Penelitian yang dilakukan oleh Courtis (1976), Gilling (1977), Ashton dan Elliot (1987) dalam imam (2005), menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang

besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin

besar nilai aktiva suatu perusahaan maka semakin pendek audit delay dan

sebaliknya.

Hal ini mungkin terjadi karena sistem pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam menyusun laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit. Semakin baik sistem pengendalian intern maka semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan auditor sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Sistya Rachmawati (2008) manajemen perusahaan besar cenderung

diberikan intensif untuk mengurangi audit delay dikarenakan

perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.


(38)

Namun arah penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) dan Dewi Lestari (2010) yaitu positif yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan laporan auditnya, meskipun pengaruh yang dihasilkan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap audit delay.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rachmayanti (2011) menunjukkan arah penelitian yang sama dengan Sistya Rachmawati (2008) dan Dewi Lestari (2010) dimana perusahaan yang memiliki total aktiva besar membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian laporan auditnya dan pengaruh yang dihasilkan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap audit delay.

Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008), Dewi Rachmayanti (2011), Sistya Rachmawati (2008) dan Dewi Lestari (2010) sesuai dengan literatur yang ada. Berdasarkan Boynton dan Kell (2002:207), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin besar pula jumlah bukti audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai dalam menarik kesimpulan atau pendapat. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh agar mendapatkan keyakinan yang memadai dalam menarik kesimpulan atau menyatakan pendapat.


(39)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran perusahaan secara

signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.6. Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Audit Delay

KAP yang termasuk dalam kategori The Big Four cenderung

melakukan audit lebih cepat disbanding KAP yang tidak termasuk dalam KAP The Big Four

Menurut Carslaw dan Kaplan (1991), audit delay untuk perusahaan

yang menggunakan Kantor Akuntan Internasional diduga lebih pendek

dari kantor akuntan lainnya. Kantor akuntan internasional yaitu The Big

Four akan melakukan audit lebih efisien dan lebih fleksibel dalam merencanakan audit dengan tepat waktu. Selain itu Asthon dan Newton (1989) menyatakan bahwa kantor akuntan besar lebih tepat waktu dalam menyelesaikan audit karena mereka lebih berpengalaman dalam mengaudit perusahaan-perusahaan publik.

Hal ini kemungkinan dikarenakan KAP Big Four umumnya

memiliki kualitas dan kuantitas sumber daya yang lebih baik

dibandingkan dengan KAP non Big Four sehingga dapat melakukan audit

lebih cepat dan efisien. Selain itu KAP Big Four cenderung menyajikan

audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big Four karena

mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Supriyati & Yliasri Rosalinda,2007 (dalam Nurul Indah, 2010))


(40)

Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP Big Four

untuk mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak maka untuk tahun yang akan datang ada kemungkinan mereka akan kehilangan kliennya (Imam Subekti, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran KAP secara signifikan

berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.7. Pengaruh Opini Auditor Terhadap Audit Delay.

Jenis pendapat yang diberikan auditor tergantung dari hasil audit yang dilakukan. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai dalam memberikan pendapatnya, auditor melakukan prosedur audit. Salah satu prosedur audit yang dilakukan adalah menganalisis laporan keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Salah satu

analisa laporan keuangan adalah rasio leverage. Penelitian Carslaw dan

Kaplan (1991) merupakan penelitian pertama yang menggunakan rasio

leverage sebagai variabel independen yang mempengaruhi audit delay. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa perbandingan dari

hutang terhadap total aset (Debt Proportion) diduga mempunyai

hubungan yang positif terhadap audit delay. Alasan yang yang mendasari

dugaan ini adalah perbandingan hutang terhadap total aset yang menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan. Proporsi yang tinggi dari


(41)

hutang terhadap total aset akan meningkatan kemungkinan kegagalan perusahaan dan dapat menimbulkan pemikiran auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya. Rendahnya kesehatan keuangan manajemen (proporsi hutang terhadap total asset yang tinggi) memungkinkan terjadinya kecurangan manajemen atau kesalahan manajemen. Dengan adanya pemikiran auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya, maka

auditor berpotensi memberikan pendapat selain unqualified opinion.

Menurut penelitian yang dilakukan Whittred (1980) dalam Ainun Na’im (1999), kualifikasi audit dapat diberikan dalam beberapa bentuk: pendapat pengcualian, pendapat penolakan dan pernyataan tidak memberikan pendapat. Kualifikasi auditor tersebut dapat menyebabkan penundaan laporan keuangan karena kualifikasi audit. Dengan kondisi yang semacam ini manajemen mungkin akan melakukan beberapa usaha seperti negosiasi kembali dengan pihak auditor dengan memperluas prosedur audit dan mengumpulkan lebih banyak bukti. Proses ini membutuhkan audit yang lebih lama yang dapat menunda penyampaian laporan keuangan auditan.

Hasil penelitian Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat


(42)

Kesimpulan dari dua penelitian diatas adalah pemikiran auditor mengenai kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat

dipercaya dapat menimbulkan pemberian pendapat selain unqualified

opinion. Pendapat selain unqualified opinion tersebut dapat menyebabkan penundaan laporan keuangan karena kualifikasi audit dianggap sebagai tanda kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya manajemen merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit.

Pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan

negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner yang lebih senior atau staf teknis dan dilakukannya perluasan lingkup audit sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesikan auditnya (Imam Subekti, 2005).

Kualifikasi audit yang digunakan di Indonesia adalah Unqualified

opinion, Unqualified with explanatory paragraph opinion, Qualified opinion, Adverse opinion, Disclaimer opinion.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka ditarik kesimpulan bahwa diduga jenis pendapat/opini auditor


(43)

2.3. Diagram Kerangka pikir

Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun diagram kerangka pikir sebagai berikut :

Opini auditor (D2)  Ukuran KAP (D1)  Ukuran perusahaan (X) 

Audit delay (Y) 

Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Diduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit

delay pada perusahaan-perusahaan go publik di BEI.

b. Diduga bahwa terdapat perbedaan pengaruh ukuran KAP dan opini

auditor terhadap audit delay pada perusahaan-perusahaan go publik


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional berfungsi untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti dan hubungan antara variabel, sehingga tidak menimbulkan interprestasi lain. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu audit delay dan variabel bebas yang terdiri dari ukuran perusahaan, ukuran KAP, opini auditor.

Sub bagian ini akan menguraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Perincian dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Audit Delay (y)

Adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku (31 Desember) hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (tanggal opini). Skala pengukuran yang digunkan adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah hari.

2. Ukuran perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran perusahaan ini diukur berdasarkan total asset atau total aktiva perusahaan yang tercantum dalam


(45)

laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah diaudit. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi total aset. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebaagi berikut:

Ukuran perusahaan : Ln Total Aset

3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (D1)

Ukuran Kantor Akuntan Publik menunjukkan reputasi sebuah Kantor Akuntan Publik yaitu dengan mengelompokkan auditor-auditor yang bermitra kerja dengan KAP kelompok The Big Four di Amerika Serikat dengan yang tidak. Variabel ini merupakan variabel Dummy yaitu variabel yang pada dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan ukuran KAP. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Variabel ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu :

D2.0 : KAP Non The Big Four, yang ditunjukkan dengan kode 0. KAP Non The Big Four adalah kantor akuntan publik yang tidak termasuk dalam empat besar dan merupakan kantor akuntan publik lokal yang dalam pelaksanaan auditnya diduga membutuhkan waktu yang lebih lama, karena dalam pelaksanaan auditnya kurang efisien.

D2.1 : KAP The Big Four, yang ditunjukkan dengan kode 1. KAP The Big Four diberi kode 1 karena KAP The Big Four adalah kantor akuntan publik internasional yang membutuhkan waktu lebih singkat dalam menyelesaikan audit, dan KAP tersebut dianggap dapat


(46)

menyelesaikan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat waktunya.

4. Opini Auditor (D2)

Opini auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen atas suatu laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Opini auditor merupakan variabel Dummy yaitu variabel yang pada dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan jenis pendapat auditor. skala pengukuran yang digunakan adalah nominal. variabel opini auditor terbagi menjadi dua kelompok yaitu:

D1.0 : Unqualified opinion, ditujukan dengan kode 0. Pendapat ini dipisahkan dari keempat pendapat lainnya dan diberi kode 0 karena unqualified opinion merupakan pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi kauangan, hasil usaha dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini merupakan bentuk laporan audit yang paling umum atau disebut laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dan merupakan pendapat yang paling baik diantara pendapat auditor yang lain.

D1.1 : Pendapat selain unqualified opinion. Jenis pendapat selain unqualified opinion ditunjukkan dengan kode 1. Kode satu terdiri dari


(47)

unqualified with explanatory paragraph opinion, qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion. Keempat opinoi ini dipisahkan dan diberi kode 1 karena keempat pendapat ini merupakan pendapat yang kurang baik bahkan tidak baik atas laporan keuangan.

3.2 Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang (wholesale dan retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2007, berjumlah 48 perusahaan.

b. Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling , dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Sugiarto, 2006:120).

Sampling dalam penelitian ini diambil dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan dagang (wholesale dan retail).

2. Perusahaan-perusahaan tersebut telah go publik dan listing di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2007.


(48)

3. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan lengkap termasuk laporan auditor independen tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. 4. Perusahaan tersebut termasuk ukuran perusahaan besar.

Berdasarkan kriteria diatas, maka perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan wholesale dan retail yaitu:

1. PT. Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) 2. PT. Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)

3. PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS)

4. PT. Centrin Online Tbk. (CENT) 5. PT. Fks Multi Agro Tbk. (FISH)

6. PT. Dayaindo Resources Internasional Tbk. (KARK) 7. PT. Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)

8. PT. Multi Indocitra Tbk. (MICE)

9. PT. Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS) 10. PT. Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO)

11. PT. Renuka Coalindo Tbk. (SQMI)


(49)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa total aset, jenis opini, audit delay dan ukuran KAP. Data laporan keuangan tahunan diperoleh dari laporan keuangan auditan yang diwajibkan oleh BAPEPAM.

3.3.2. Sumber Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini laporan keuangan auditan dari perusahaan sampel yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui website BEI (www.idx.co.id) mulai tahun 2008 sampai tahun 2010 serta sumber-sumber lainnya.

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan menganalisa laporan keuangan perusahaan wholesale dan retail mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy, yang didasarkan pada data time series.


(50)

Analisis regresi linear berganda adalah suatu metode statistik yang digunakan untuk meneliti hubungan antar variabel dependen dan beberapa variabel independen.

Y= β0 + β1 X1+ β2D1+ β3D2+e

Keterangan:

Y = Audit Delay

β0 = Konstanta

X1 = Ukuran Perusahaan D1 = Ukuran KAP D2 = Opini Auditor

β1,β2, β3 = Koefisien Regresi

e = Kesalahan

3.4.2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrov Smirnov. Jika profitabilitas >0.05 maka data berdistribusi normal. Sebaliknya , jika profitabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Artinya pengambilan keputusan melalui uji


(51)

F dan uji t tidak boleh bias. Untuk meghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yaitu:

a. Tidak terdapat autokorelasi b. Tidak terdapat Multikolinearitas c. Tidak terdapat Heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan t menjadi bias.

3.4.3.1. Uji Autokorelasi

autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena ”gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai dw lebih besar dari nilai du pada table (Gujarati, 2007:122).


(52)

Tabel 2. Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesa Nol (Ho) Keputusan Kriteria

Tidak ada autokorelasi

positif Ho ditolak 0 < d < Dl

Tidak ada autokorelasi

positif tidak ada keputusan dL ≤ d ≤ dU Tidak ada autokorelasi

negatif Ho ditolak 4 - Dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi

negatif tidak ada keputusan 4 – dU ≤ d ≤4 - dL Tidak ada autokorelasi

(positif atau negatif) Ho diterima dU < d < 4 - dU Sumber: Imam Ghozali, 2009:80

3.4.3.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variable bebas dengan variabel bebas lain. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2006: 91). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.


(53)

Metode untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflammatory factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 atau nilai VIF adalah 10. Jika VIF >10 dan nilai Tolerance <0.10, maka tejadi multikolinearitas tinggi antar variabel bebas dengan variable bebas lainnya.

3.4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastistas.Metode yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistas.

Untuk menguji Heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas.

3.4.4. Uji Hipotesis


(54)

Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk mengetahui pengaruh X1, D1 dan D2 terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut:

Ho : β1 = β2 = 0 Artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh X1, D1 dan D2 terhadap Y.

Hi : β1 = β2 ≠ 0 Artinya model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh X1, D1 dan D2 terhadap Y.

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.

2. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 H0 diterima dan Hi ditolak.

b. Apabila nilai probabilitas < 0,05 H0 ditolak dan Hi diterima.

b. Uji Hipotesis

Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh perbedaan pengaruh X1, D1 dan D2 terhadap Y digunakan uji t student dengan prosedur sebagai berikut (Imam Ghozali, 2001:47):


(55)

Ho : β1 = 0 Artinya tidak terdapat pengaruh signifikan X1, D1 dan D2 terhadap Y.

Hi : β1≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang signifikan X1, D1 dan D2 terhadap Y.

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.

2. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 H0 diterima dan Hi ditolak.

b. Apabila nilai probabilitas < 0,05 H0 ditolak dan Hi diterima.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Ditinjau dari Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun sejarah singkat perusahaan wholesale dan retail ditinjai dari ruang lingkup kegiatan:

1. PT ACE Hardware Indonesia Tbk, (ACES)

PT Ace Hardware Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan awalnya bernama PT Kawan Lama Home Center tanggal 3 Pebruari 1995. Total asset yang dimiliki PT Ace Hardware Indonesia Tbk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.790.276.530.796, pada tahun 2009 sebesar Rp.970.555.943.386, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.1.191.333.479.259. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Sesuai pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha perdagangan umum termasuk kegiatan ekspor impor serta menjalankan usaha sebagai agen atau distributor. Saat ini kegiatan usaha Perusahaan terutama adalah penjualan eceran (ritel) barang-barang untuk kebutuhan rumah tangga dan lifestyle. Pada tanggal


(57)

31 Desember 2009, Perusahaan memiliki 39 gerai ritel yang meliputi area Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Batam, Pekan Baru, Palembang, Balikpapan, Makasar dan Banjarmasin.

Kantor Perusahaan terletak di Gedung Kawan Lama Lt. 5, Jl. Puri Kencana No.1, Meruya-Kembangan, Jakarta 11610, Indonesia. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tanggal 22 Desember 1995.

2. PT Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)

Perseroan didirikan tanggal 4 Agustus 1989. Total asset yang dimiliki PT Alfa Retailindo Tbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.603.647.000, pada tahun 2009 sebesar Rp.648.251.000, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.673.054.000. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP The Big Four.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang perdagangan umum termasuk distributor, leveransir dan grosir. Operasi komersial dimulai tahun 1989.

Perseroan berdomisili di Indonesia, dengan Kantor Pusat di Jalan Lodan No. 80-81, Jakarta Per 31 Desember 2008, Perseroan mengoperasikan 30 pasar swalayan dengan nama “Carrefour” (16 toko)


(58)

dan “Carrefour Express” (14 toko), yang seluruhnya tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia.

3. PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS)

PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 7 Mei 1997. Total asset yang dimiliki PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009, yaitu dari Rp.81.297.390.950 menjadi Rp.182.575.880.288, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp.148.194.762.072. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan batu bara. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jl. Suryopranoto 2, Harmoni Plaza Blok A-29, Jakarta Pusat 10130. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1998.

4. PT Centrin Online Tbk. (CENT)

PT Centrin Online Tbk (“Perseroan”) dahulu bernama PT Centrindo Utama tanggal 11 Februari 1987. Total asset yang dimiliki PT Centrin Online Tbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.94.248.794.872, pada tahun 2009 sebesar Rp.102.554.584.786, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.327.559.624.538.


(59)

Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Sebelum tahun 1996, Perseroan bergerak dalam bidang penjualan peralatan komputer. Sejak tahun 1996 Perseroan memperluas bidang usahanya ke dalam bidang usaha jasa-jasa telekomunikasi, multimedia, internet service provider dan portal. Bandwidth Perseroan pada saat ini adalah sebesar 178 Mbps.

Produk dan jasa internet yang ditawarkan oleh Perseroan antara lain meliputi : Dial Up Services, Business Access, LAN Dial Up Services, Dial Up ISDN Services, LAN Dial Up ISDN Services, Dedicated/Leased Line Services, Web Hosting Services, Co-location Services, Mailing List Services dan VoiP.

5. PT FKS Multi Agro Tbk. (FISH)

PT. FKS Multi Agro Tbk (Perusahaan) tanggal 27 Juni 1992, tanggal 3 Juli 2006 perusahaan berubah menjadi PT FKS Multi Agro Tbk. Total asset yang dimiliki PT. FKS Multi Agro Tbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.413.361.128.024, pada tahun 2009 sebesar Rp.557.385.176.818, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.1.101.332.993.367. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.


(60)

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang perikanan, industri dan perdagangan.

Pada tanggal 31 Desember 2008 Perusahaan berkantor di Sampoerna Strategic Square, North Tower 3rd Floor, Jl. Jend Sudirman Kav. 45-46, Jakarta Selatan dan lokasi pabrik terletak di Muncar - Banyuwangi, Jawa Timur. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial sejak tahun 1993.

6. PT Dayaindo Resources Internasional Tbk. (KARK)

PT Dayaindo Resources Internasional Tbk, berkedudukan di Jakarta, yang sebelum tanggal 29 Juni 2007 bernama PT KARKA YASA PROFILIA Tbk didirikan tanggal 21 April 1994. Total asset yang dimiliki PT. Dayaindo Resources InternasionalTbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.520.467.744.339, pada tahun 2009 sebesar Rp.777.200.912.511, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.2.957.817.715.206. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Kegiatan usaha utama Perusahaan semula adalah bidang real estat, dengan membidik pangsa pasar penjualan perumahan sederhana (RSS/RSH) guna memenuhi kebutuhan konsumen menengah ke bawah.


(61)

7. PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI)

PT. Mitra Adiperkasa Tbk (Perusahaan), didirikan tanggal 23 Januari 1995. Total asset yang dimiliki PT. Mitra Adiperkasa Tbk. Pada tahun 2008 sebasar Rp.3.760.969.310, pada tahun 2009 mengalami penurunan yaitu menjadi Rp.3.379.394.233, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp.3.670.503.683. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP The Big Four.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi perdagangan, jasa, manufaktur, transportasi, pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan. Saat ini, kegiatan Perusahaan terutama dalam bidang perdagangan eceran pakaian, sepatu, asesoris, tas dan peralatan olahraga di lebih dari 800 toko/outlet yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Batam, Manado dan kota-kota lainnya di Indonesia.

8. PT Multi Indocitra Tbk. (MICE)

PT Multi Indocitra Tbk (Perseroan) didirikan tanggal 11 Januari 1990. Total asset yang dimiliki PT. Multi Indocitra Tbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.268.629.094.439, pada tahun 2009 sebesar Rp.291.306.234.760, dan


(62)

pada tahun 2010 sebesar Rp.371.830.882.852. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Perseroan bergerak dalam bidang perdagangan umum atas barang-barang konsumsi perlengkapan bayi dan produk perawatan kesehatan, kosmetika dan lampu hemat energi. Perseroan memulai produksi komersialnya pada tahun 1990. Perseroan yg berkedudukan di Jl. Cideng Timur No. 73-74 Jakarta Pusat dengan cabang di Surabaya – Jawa Timur.

9. PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS)

PT Ancora Indonesia Resources Tbk (dahulu PT TD Resources Tbk) didirikan tanggal 15 September 2003. Total asset yang dimiliki PT. Ancora Indonesia Resources Tbk. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sebasar Rp.643.583.742.684, pada tahun 2009 sebesar Rp.1.005.868.493.667, dan pada tahun 2010 sebesar Rp.1.287.118.000.000. Pada tahun 2008 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified with explanatory paragraph opinion, sedangkan tahun 2009 dan 2010 menerima pendapat Unqualified opinion. Pada tahun 2008 perusahaan ini diaudit oleh KAP Non The Big Four, kemudian pada tahun 2009 dan 2010 diaudit oleh KAP The Big Four. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah perdagangan umum.


(63)

10. PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO)

PT Rimo Catur Lestari Tbk. (Perusahaan) didirikan di Indonesia tanggal 25 Maret 1987. Total asset yang dimiliki PT. Rimo Catur Lestari Tbk. pada tahun 2008 sebasar Rp.71.151.382.996, pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu menjadi sebesar Rp.16.685.905.828, dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp.17.738.181.117. Dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion, dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan dari didirikannya Perusahaan adalah berusaha di bidang perdagangan umum yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu dan kosmetik melalui toko serba ada (department store) milik Perusahaan.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan kantor pusat terletak di Jl Daan Mogot II No. 100 P 1 dan 2. Perusahaan memiliki toko serba ada dengan nama “Rimo” yang berlokasi di Jakarta dan Manado.Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1987.


(64)

11. PT Allbond Makmur Usaha Tbk. (SQMI)

PT Allbond Makmur Usaha Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Sanex Qianjiang Motor International di Jakarta tanggal 21 Maret 2000. Tanggal 9 Januari 2008, Perusahaan merubah namanya menjadi PT Allbond Makmur Usaha Tbk. Total asset yang dimiliki PT Allbond Makmur Usaha Tbk. mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009, yaitu dari Rp.26.169.987.242 menjadi Rp.26.568.599.172, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp.22.643.201.043. Pada tahun 2008 perusahaan ini tidak menerima pendapat dari auditor (disclimer), sedangkan tahun 2009 dan 2010 menerima pendapat Unqualified opinion. PT Allbond Makmur Usaha Tbk dari tahun 2008 samapi tahun 2010 diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang perdagangan dan pertambangan.

12. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. (WAPO)

PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. (Perusahaan) didirikan di Indonesia, pada mulanya dengan nama PT Golden Phoenix tanggal 7 Agustus 1993 dan kemudian diubah namanya menjadi PT Wahana Yuda Mandiri. Nama Perusahaan kemudian diubah menjadi PT Wahana Phonix Mandiri tanggal 31 Januari 2000.Total asset yang dimiliki PT Wahana


(65)

Phonix Mandiri Tbk. mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009, yaitu dari Rp.206.763.261.670 menjadi Rp.207.445.499.830, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp.204.816.973.280. dari tahun 2008 sampai tahun 2010 perusahaan ini menerima pendapat Unqualified opinion dan diaudit oleh KAP Non The Big Four.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah dalam bidang perdagangan, pengangkutan dan agro bisnis. Kegiatan utama Perusahaan sejak beroperasi secara komersial meliputi bidang perdagangan hasil pertanian dan kelautan. Perusahaan berdomisili di Surabaya, dengan kantor pusat Jalan Panggung No. 43 Surabaya, sedangkan Anak Perusahaan, PT Phonix Mas Persada (PMP), berdomisili di Mataram, dengan kantor pusat dan pabrik masing-masing beralamat di Jalan A.A. Gede Ngurah, Kelurahan Cakra Selatan, Kecamatan Cakranegara dan di Jalan TGH Lopan, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tanggal 7 Agustus 1993.


(66)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya perusahaan yang diukur bedasarkan total asset dengan satuan rupiah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data mengenai total aset dari 15 perusahaan Wolesale dan Retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2000 hingga tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 3,Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan

Kode 2008 2009 2010

ACES 27.39564876 27.60113488 27.80609437

ALFA 27.12625543 27.23543752 27.2350914

AIMS 25.12137976 25.93043171 25.70820556

CENT 25.26920388 25.35366103 26.51493594

FISH 26.74758745 27.04652236 27.72754237

KARK 26.97799375 27.37896473 28.71547285

MAPI 22.04794256 21.94096231 21.99597251

MICE 26.31659743 26.3976409 26.64170497

OKAS 27.19031799 27.63687246 27.88342673

RIMO 24.9880756 23.53783024 23.59898528

SQMI 23.98787907 24.00299587 23.81627005

WAPO 26.0548408 26.05813449 26.0453826

Tabel diatas menunjukkan bahwa ukuran perusahaan terbesar tahun 2008 adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk.(ACES), dengan total aset sebesar 27.39564876, sedangkan ukuran perusahaan terkecil adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI) dengan total aset sebesar 22.04794256. Untuk tahun 2009 ukuran perusahaan terbesar adalah PT Ancora Indonesia Resources Tbk.(OKAS) dengan total aset sebesar 27.63687246,


(67)

sedangkan ukuran perusahaan terkecil adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI) dengan total aset sebesar 21.94096231. Dan untuk tahun 2010 ukuran perusahaan terbesar adalah PT Dayaindo Resources Internasional Tbk.(KARK) dengan total aset sebesar 28.71547285, sedangkan ukuran perusahaan terkecil adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI) dengan total aset sebesar 21.99597251.

4.2.2. Ukuran KAP

Ukuran KAP merupakan variabel dummy, skor 1 menunjukkan KAP The Big Four, sedangkan skor 0 menunjukkan KAP Non The Big Four. Ukuran KAP dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Deskripsi Variabel Ukuran KAP Ukuran KAP

Kode

2008 2009 2010 Jumlah

ACES 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

ALFA 1 1 1 Skor 0 = 0 Skor 1 = 3

AIMS 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

CENT 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

FISH 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

KARK 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

MAPI 1 1 1 Skor 0 = 0 Skor 1 = 3

MICE 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

OKAS 0 1 1 Skor 0 = 1 Skor 1 = 2

RIMO 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

SQMI 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

WAPO 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

Skor 0 = 10 Skor 0 = 9 Skor 0 = 9 Skor 0 = 28 Jumlah


(68)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa selama periode penelitian tahun 2008 -2010, perusahaan sampel yang paling banyak diaudit oleh KAP Non The Big Four (skor 0) yaitu 28 perusahaan sampel, sedangkan yang diaudit oleh KAP The Big Four (skor 1) hanya 8 perusahaan sampel. Pada tahun 2008 yang menggunakan KAP big four adalah PT Alfa Retailindo Tbk.(ALFA) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI). Pada tahun 2009 yang menggunakan KAP big four adalah PT Alfa Retailindo Tbk.(ALFA), PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI) dan PT Ancora Indonesia Resources Tbk.(OKAS). ). Pada tahun 2010 yang menggunakan KAP big four adalah PT Alfa Retailindo Tbk.(ALFA), PT Mitra Adiperkasa Tbk.(MAPI) dan PT Ancora Indonesia Resources Tbk.(OKAS).

4.2.3. Opini Auditor

Opini auditor merupakan variabel dummy, skor 1 menunjukkan pendapat selain unqualified opinion, sedangkan skor 0 menunjukkan pendapat unqualified opinion. jenis opini auditor pada masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(69)

Tabel 4. Deskripsi variabel opini auditor Opini Auditor

Kode

2008 2009 2010 Jumlah

ACES 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

ALFA 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

AIMS 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

CENT 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

FISH 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

KARK 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

MAPI 0 0 0 Skor 0 = 0 Skor 1 = 3

MICE 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

OKAS 1 0 0 Skor 0 = 2 Skor 1 = 1

RIMO 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

SQMI 1 0 0 Skor 0 = 2 Skor 1 = 1

WAPO 0 0 0 Skor 0 = 3 Skor 1 = 0

Skor 0 = 10 Skor 0 = 12 Skor 0 = 12 Skor 0 = 34 Jumlah

Skor 1 = 2 Skor 1 = 0 Skor 1 = 0 Skor 1 = 2

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa selama periode penelitian tahun 2008-2010, perusahaan sampel paling banyak mendapat opini unqualified opinion (skor 0) yaitu 34 perusahaan sampel,sedangkan yang mendapat opini selaian unqualified opinion (skor 1) hanya 2 perusahaan sampel. Selama periode 2008-2010, perusahaan yang menerima opini selain unqualified opinion (skor 1) adalah PT Ancora Indonesia Resources Tbk.(OKAS) dan PT Allbond Makmur Usaha Tbk. (SQMI).

4.2.4. Audit Delay

Audit Delay menunjukkan lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya


(70)

laporan audit dengan satuan hari. Audit Delay masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 6. Deskripsi Variabel Audit Delay Audit Delay

Kode

2008 2009 2010 Mean

ACES 48 47 70 55

ALFA 146 84 84 104

AIMS 79 61 80 73

CENT 79 88 87 58

FISH 76 61 61 66

KARK 90 88 147 108

MAPI 86 79 77 80 MICE 93 88 77 86

OKAS 168 76 76 72

RIMO 86 85 84 85

SQMI 54 64 84 67

WAPO 85 88 88 87

Mean 82 75 84 78

Berdasarkan Tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata audit delay untuk 12 perusahaan sampel selama periode penelitian tahun 2008 -2010 adalah 78 hari. Rata-rata audit delay terlama terjadi pada tahun 2010 yaitu 84 hari, dan tercepat pada tahun 2009 yaitu 75 hari. Perusahaan yang memiliki rata-rata audit delay terlama PT Ancora Indonesia Resources Tbk.(OKAS) yaitu 168 hari.

4.3. Uji normalitas

Analisis regresi membutuhkan asumsi kenormalan residual. Untuk menguji normalitas residual digunakan uji kolmogorov smirnov. Apabila


(71)

nilai signifikansi yang dihasilkan uji kolmogorov smirnov > 0,05 (α=5%), maka distribusi residual adalah normal.

Hasil pengujian normalitas residual menggunakan uji kolmogorov smirnov adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

36  .000000000000012  22.83646227  .209  .209  -.097  1.252  .087  N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme 

Differences 

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized  Residual 

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Besarnya nilai signifikan uji kolmogorov smirnov adalah 0.087 lebih besar dari 0.05, maka disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi normal.

4.4. Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak megandung adanya multikolinieritas. Untuk


(1)

78 

audit delay. Oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang

disarankan untuk menggunakan model teknik analisis yang lain, misalnya analisis korelasi serta menambahkan data penelitian atau pengamatannya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Ukuran perusahaan tidak mempunyai kontribusi terhadap audit

delay pada perusahaan wholesale and retail.

2. Tidak terdapat perbedaan pengaruh ukuran KAP dan opini auditor terhadap audit delay pada perusahaan wholesale and retail.

5.2. Saran

1. Bagi perusahaan wholesale and retail hendaknya lebih memperhatikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit

delay, sehingga perusahaan dapat mengendalikan faktor-faktor

tersebut dan audit delay dapat ditekan seminimal mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan publikasi pelaporan keuangan auditan.

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat memperpanjang periode penelitian, memperbanyak perusahaan yang dijadikan sampel, dan menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi audit delay antara lain yaitu jenis perusahaan, tingkat profitabilitas, laba/rugi perusahaan, lamanya menjadi klien KAP, likuiditas, solvabilitas, kejadian luar biasa dan internal audit.


(3)

80   

 

3. Bagi auditor sebaiknya merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat memperkecil Audit Delay. Sehingga perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks:

Anonim., 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K., 2003, Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Jilid 1, Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Badan Pengawas Pasar Modal., 2007, website: http://www.bapepam.go.id   

Holmes, Arthur W, dan Burns, David C.,1993, Auditing Norma dan Prosedur, Sinaga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Profesional AkuntanPublik per 1 Januari 2001, Salemba Empat, Jakarta.

_____________________. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009, Salemba Empat.

Imam Ghozali., 2009, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang BP UNDIP

Mulyadi., 2002, Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi Keenam, PT. Salemba Empat.

Riyanto, Bambang., 1997, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Suwardjono., 2005, Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


(5)

Warren, Carl, S., Reeve, James M. dan Fess, Philip E., 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu, Terjemahan Aria Farahmita dkk, Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal:

Imam Subekti., 2005, Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indones, Jurnal Ekonomi dan Manajemen Volume 6, Nomor 1 .

,

Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana. 2007, Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiri pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ ), Kinerja 11(1): 27-39.

Sistya Rachmawati., 2008, Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 1-10.

Wiwik Utami., 2006, “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta”. Bulletin Penelitian No. 09. Ka.Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana.

Meylisa Janur Iskardar dan Estralita Trinawati., 2010, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Busra Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, 175-186.

Skripsi:

Ani Yuliati., 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay,Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.


(6)

Ardhi Dharma Yuana., 2008, Pengaruh Opini Auditor, Ukuran Kantor AkuntanPublic, omite Audit dan Pergantian Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay pada Perusahaan anufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Arif Wicaksono., 2009, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap AuditDelay di Indonesia. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Yogyakarta.

Dewi Lestari., 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:Studi Empiris pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang.

Indah Nurul., 2010, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Wholesale dan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.