FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN WHOLESALE AND RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Oleh : : NURUL INDAH K. 0513010322/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

melimpahkan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Perusahaan Wholesale and Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada: 1. Ibu (Alm), Ayah, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa

restu dan dukungan moral serta spiritual.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSI, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i   


(3)

ii   

membimbing penulis selama di bangku kuliah.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasioanal “Veteran” Jawa Timur.

Semoga Allah SWT. melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, Februari 2010

Penulis


(4)

……….. 

Daftar Tabel ...  vi 

Daftar Gambar ...    vii 

Daftar Lampiran ...   viii 

Abstraksi ………..  ix 

BAB I : PENDAHULUAN ……….     1 

  1.1. Latar Belakang ……….          1.2. Perumusan Masalah ………..      1.3. Tujuan Penelitian ………...      1.4. Manfaat Penelitian ……….    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………..       12    2.1. Penelitian Terdahulu ……….        2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan

Sekarang ………. 

  2.2. Landasan Teori ……….        2.2.1. Laporan Keuangan ………..      

  2.2.1.1.

    Tujuan Laporan Keuangan ………..   

    2.2.2. Auditing ………..          2.2.2.1. Pengertian Auditing ………..   

 

 

 

2.2.2.2. Tujuan Auditing

 

……….. 

 

      2.2.2.3. Manfaat Auditing ………          2.2.2.4. Standar Auditing ………..          2.2.2.5. Laporan Auditor ………...        2.2.3. Audit Delay ………          2.2.3.1. Faktor-Fak

iii   

tor yang Mempengaruhi Audit Delay ..        2.2.4. Ukuran Perusahaan ………..   


(5)

2.2.8. Ukuran KAP ……….          2.2.9. Pengaruh Antara Ukuran KAP dengan Audit Delay …………        2.3. Diagram Kerangka Pikir ………        2.4. Hipotesis ………..      BAB III : METODE PENELITIAN ………       45    3.1. Definisi Penelitian dan Pengukuran Variabel ……….        3.2. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel………     

 

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data

 

………..   

 

    3.3.1. Jenis Data ………          3.3.2. Sumber Data ……….          3.3.3. Metode Pengumpulan Data ………        3.4. Teknik Analsisi dan Uji Hipotesis ………..          3.4.1. Teknik Analisis ………..          3.4.2. Analisis Deskriptif ………..          3.4.3. Uji Normalitas ………        3.4.4. Uji Asumsi Klasik ………          3.4.4.1. Uji Multikolinieritas ………..          3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ………          3.4.4.3. Uji Autokorelasi ………..        3.4.5. Uji Hipotesis ……….          a. Uji Statistik F ……….   

      b. Uji Statistik t ………    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….   58  4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……….        4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Ditinjau dari Ruang Lingkup  

  Kegiatan ………..   

iv   


(6)

4.2.3. Ukuran KAP ………    4.2.4. Audit Delay ………..    4.3. Uji Normalitas ………..………    4.4. Uji Asumsi Klasik ………..………    4.4.1. Multikolinieritas ………        4.4.2. Heteroskedastisitas ………..            4.4.3. Autokolerasi ……….   

4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ………..  4.5.1. Persamaan Regresi ………..        4.5.2. Uji Hipotesis ………      4.5.2.1. Uji F ……….        4.5.2.2. Uji t ………...    4.6. Pembahasan …..………..    4.6.1. Implikasi Penelitian ……….    4.6.2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Perbedaan Hasil

Penelitian Sekarang dan Penelitian Terdahulu ……….        4.6.3. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat

Penelitian ………      4.6.4. Keterbatasan Penelitian ………      BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..……….    104  5.1. Kesimpulan ………..………..      5.2. Saran ………..……….      DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

   

v   


(7)

Tabel 2 : Keputusan Uji Autokorelasi    ………..      Tabel 3 : Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan    ….………...      Tabel 4 : Deskripsi Variabel Jenis Pendap   at Auditor ………....      Tabel 5 : Deskripsi Variabel Ukuran KAP    ……….………..      Tabel 6 : Deskripsi Variabel Au   dit Delay ……….….………...    Tabel 7 : Hasil Uji Normalitas    ………..      Tabel 8 : Hasil Uji Multikolineritas    ….……….       Tabel 9 :  Hasil Uji Heteroskedastisitas ….………...      Tabel 10: Hasil Uji Autokorelasi ….……….……….. 84 Tabel 11: Hasil Estimasi Koefisien Regresi ….………..…..      Tabel 12:  Hasil Uji F ………..………       Tabel 13:  Nilai Koefisien Determinasi………...      Tabel 14:  Hasil Uji t ………      Tabel 15:  Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ……       

         

 

vi   


(8)

 

vii   


(9)

viii   

Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Asumsi Klasik Lampiran 4 : Tabel Durbin-Watson


(10)

Nurul Indah Kusumawati

ABSTRAK

Laporan keuangan akan memenuhi kegunaannya apabila disajikan dengan akurat dan tepat waktu. Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik akan sangat dipengaruhi oleh lamanya auditor dalam menyelesaikan auditnya. Audit delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tutup tahun sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. BAPEPAM sendiri mengharuskan perusahaan go public untuk mempublikasikan laporan keuangan tidak melebihi waktu 90 hari. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay perusahaan wholesale and retail yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan 13 perusahaan wholesale and retail yang go public di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2004-2008 dan laporan auditor independen untuk variabel bebas (ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor, ukuran KAP) dan untuk variabel terikat (audit delay). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.

Berdasarkan hasil análisis regresi linier berganda disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor dan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay perusahaan wholesale and retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2008. Disimpulkan pula bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif, sementara jenis pendapat auditor dan ukuran KAP memiliki pengaruh positif. Key Word : Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Jenis Pendapat Auditor, Ukuran

KAP


(11)

1 1.1. Latar Belakang

Setiap laporan keuangan akan memenuhi kegunaannya bila disajikan dengan akurat dan tepat waktu. Ketepatan waktu informasi laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi laporan keuangan (kreditor, calon kreditor, investor, calon investor, karyawan, pelanggan, pemerintah, masyarakat, dan manajemen perusahaan itu sendiri). Hal ini dikarenakan laporan keuangan merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh pemakai informasi untuk membuat keputusan ekonomi baik keputusan investasi maupun kredit serta mempunyai peran yang penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan.

Saat ini perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).

Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan


(12)

kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM karena ketepatan waktu ini tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen inilah yang dinamakan audit delay (Sistya Rachmawati, 2008).

Seharusnya laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan go public tersebut waktu pelaporannya tidak boleh melebihi dari ketentuan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM yaitu 90 hari atau pada akhir bulan ketiga setelah penutupan tahun buku. Hal ini sesuai dengan keputusan BAPEPAM No. 36/PM/2003 tentang kewajiban laporan berkala yang telah diperbarui dengan keputusan BAPEPAM No. 40/BL/2007 yang menyatakan bahwa apabila terjadi perbedaan antara ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (LK) dengan otoritas pasar modal di negara lain maka batas waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (LK) dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut. Ketentuan ini berlaku bagi Emiten yang sahamnya terdaftar baik di Indonesia maupun di negara lain. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM maka dikenakan


(13)

sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Namun, dengan adanya syarat laporan keuangan yang telah audit maka dapat memperlama publikasi laporan keuangan tersebut.

Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan sehingga akan berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena laporan keuangan auditan yang didalamnya memuat informasi yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Terlambat tersedianya laporan keuangan auditan akan meningkatkan ketidakpastian investor dalam mengambil keputusan dan hasil keputusan tidak akan optimal. Selain itu, lamanya proses audit juga akan berdampak pada terlambatnya pembayaran pajak kepada pemerintah yang menyebabkan terlambatnya pemasukan pemerintah.

Proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Hal ini sesuai dengan standar audit yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dibuat oleh IAI, terutama Standar Umum yang ketiga menyatakan bahwa “Dalam melaksanakan audit dan penyusunan


(14)

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Salah satu kriteria profesionalisme seorang auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).

Audit merupakan aktivitas yang memerlukan waktu. Hal ini dikarenakan adanya standar-standar yang harus dipatuhi oleh akuntan publik. Khususnya tentang standar umum yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta standar pekerjaan lapangan yang mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan (SPAP SA seksi 150 par. 2). Karena adanya standar inilah, memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi audit atau laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu memperpanjang masa audit (Varianda Halim (2000) dalam Soegeng Soetedjo, 2006).

Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan auditor, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama, namun kualitas hasil auditnya dapat diandalkan. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar


(15)

pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan, namun hasil auditnya kurang dapat diandalkan.

Untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang disajikan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan (IAI, 2009:8).

Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Hal ini berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ekonomi. Apabila laporan keuangan tersebut tidak disajikan tepat waktu maka akan terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan yang mungkin akan mempengaruhi kondisi perusahaan.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan informasi yang diperlukan masing-masing pihak. Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No. 1 (IAI, 2009:1.2) adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang


(16)

dipercayakan kepada mereka. Dalam laporan keuangan ini dimuat laporan informasi keuangan yang lengkap dan terinci, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit (Arens & Loebbecke (Amir Abadi Jusuf), 2003:26).

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik (auditor independen) adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia (PSA No. 2 paragraf 1, SPAP 2001). Bagi BAPEPAM sendiri syarat adanya penyajian laporan keuangan auditan bagi perusahaan go public adalah karena BAPEPAM mempunyai wewenang untuk merumuskan persyaratan pelaporan yang dipandang perlu untuk memberikan informasi yang benar kepada pemodal.

Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Dalam usaha untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan keterandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2009:8).

Beberapa penelitian mengenai audit delay sebelumnya telah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut menganalisis faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi audit delay di Indonesia antara lain ukuran perusahaan, rasio leverage, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat auditor, dan jenis perusahaan (Supriyati dan Yuliasri Rolinda, 2007), pengendalian intern, kompleksitas operasi, kompleksitas EDP,


(17)

kompleksitas pelaporan, umur perusahaan, kejadian luar biasa dan faktor lainnya (Soegeng Soetedjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (2004) dengan menggunakan lima variabel independen antara lain tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran KAP. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini berarti bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk menyelesaikan proses audit. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay berarti bahwa semakin besar perusahaan maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk proses audit. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian intern perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007) menggunakan enam variabel independen yaitu ukuran perusahaan dengan proksi nilai aktiva, debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat / opini, jenis industri perusahaan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel ukuran KAP dan jenis industri perusahaan yang memberikan hasil signifikan mempengaruhi audit delay, sedangkan ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, dan jenis pendapat / opini


(18)

memberikan hasil tidak signifikan namun arah pengaruhnya negatif yang berarti perusahaan besar (nilai aktiva besar) juga membutuhkan waktu yang lama dalam proses audit, tingkat profitabilitas yang tinggi tidak membuat perusahaan mempercepat proses audit, dan untuk mendapatkan jenis opini unqualified opinion juga membutuhkan waktu yang lama untuk proses audit. Sedangkan variabel debt to equity ratio mempunyai arah pengaruh positif yang berarti semakin besar tingkat debt to equity maka memperlama audit delay. Hal ini dapat disebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab perusahaan terhadap pihak kreditor.

Penelitian yang dilakukan Sistya Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo (2006). Namun untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007). Selain itu, penelitian Sistya Rachmawati (2008) menunjukkan hasil bahwa tingkat profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Untuk variabel tingkat profitabilitas menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007).

Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan Varianda Halim (2000) menunjukkan bahwa rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 1993, 1995 dan 1997


(19)

adalah 84,45 hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti dan Novita Wulandari Widiyanti (2004) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 98,38 hari. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 2003-2005 adalah 76 hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (2004) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 1997-2001 mencapai 65,7796 hari. Sedangkan rata-rata lamanya audit delay di Indonesia yang paling tinggi mencapai 119 hari yang terjadi pada tahun 1999, 2000 dan 2001 yaitu penelitian yang dilakukan oleh Soegeng Soetedjo (2006).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan literatur-literatur yang telah dikemukakan di atas yang menunjukkan pentingnya publikasi laporan keuangan auditan sebagai informasi yang bermanfaat bagi para pelaku bisnis di Pasar Modal serta rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan yang turut mempengaruhi manfaat informasi laporan keuangan auditan yang dipublikasikan maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan penelitian sebelumnya, mengingat perbedaan tahun penelitian serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

 Apakah ukuran perusahaan, jenis perusahaan, ukuran auditor (KAP), jenis pendapat auditor (opini) mempunyai pengaruh terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan go public di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

 Untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran perusahaan, jenis perusahaan, ukuran auditor (KAP), dan jenis pendapat auditor (opini) terhadap lamanya penyelesaian audit (audit delay).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Bagi Peneliti

Melatih berpikir secara ilmiah dan dapat menambah wawasan dari teori yang diterima dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sehingga memperoleh gambaran yang dapat dipercaya.


(21)

b. Bagi Universitas

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain dengan materi yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bagi Pihak Lain

Memberikan tambahan informasi kepada pihak yang terkait khususnya perusahaan-perusahaan yang go public di BEI mengenai rata-rata lamanya waktu penyelesaian audit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga perusahaan dapat mengendalikan faktor-faktor dominan dan audit delay dapat ditekan seminimal mungkin dalam usaha memperbaiki ketepatan publikasi pelaporan keuangan dan laporan auditan.


(22)

45 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium Nasional

Akuntansi Denpasar Bali, 2004)

a. Judul

“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di

Indonesia.”

b. Permasalahan

Penelitian ini akan menginvestigasi tentang faktor-faktor yang

menjadi penyebab panjang-pendeknya audit delay.

c. Hipotesis

Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini

auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit

delay.

d. Kesimpulan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor


(23)

(ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay.

2. Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (MODUS, Vol. 16 (2), 2004)

a. Judul

“Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit delay Di Indonesia.”

b. Permasalahan

Mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dan menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia.

c. Hipotesis

Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini

auditor dan kualitas audit berpengaruh terhadap audit delay di

Indenesia.

d. Kesimpulan

Rata-rata audit delay di Indonesia pada tahun 1997-2001 mencapai

65,7796 hari. Dalam penelitian ini terbukti bahwa audit akan cepat selesai apabila perusahaan memiliki total asset yang besar dan

menggunakan akuntan publik yang tergabung dalam the big five.

Dan audit akan lama jika perusahaan mempunyai debt to equity

ratio yang tinggi.

3. Supriyati dan Yuliasri Rolinda (Ventura, vol. 10, No. 3, 2007)

a. Judul


(24)

b. Permasalahan

Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi audit

delay di Indonesia.

c. Hipotesis

Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran

KAP, jenis pendapat dan jenis industri perusahaan berpengaruh

terhadap audit delay di Indonesia.

d. Kesimpulan

Ukuran KAP dan jenis industri perusahaan memberikan hasil

signifikan mempengaruhi audit delay, sedangkan ukuran

perusahaan, debt to equity ratio, tingkat profitabilitas dan jenis

pendapat / opini menunjukkan hipotesis yang diajukan tidak dapat terbukti.

4. Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1,

2008)

a. Judul

“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit delay dan Timeliness.”

b. Permasalahan

1. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,

solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor


(25)

2. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas,

solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor

eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.

c. Hipotesis

a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,

internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal

(ukuran KAP) terhadap Audit delay.

b. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas,

internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal

(ukuran KAP) terhadap Timeliness.

d. Kesimpulan

1. Faktor internal yang mempengaruhi Audit delay adalah size

perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor

tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.

2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness

adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal

seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, internal

auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness

3. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas,

solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik


(26)

2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang

No. Nama Judul Variabel Alat Uji Hipotesis Objek Penelitian

1 Variabel X:

Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor. Variabel Y: Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium Nasional Akuntansi Denpasar Bali, 2004) “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di Indonesia.” Audit delay. Analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy. Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Perusahaan

manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001.

2 Variabel X:

Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini auditor dan kualitas audit. Variabel Y: Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (MODUS, Vol. 16 (2), 2004)

“Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit delay di Indonesia.” Audit delay. Analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, laba/rugi usaha, opini auditor dan kualitas audit berpengaruh terhadap audit delay di Indenesia.

Perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1997-2001.

3 Variabel X:

Ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat dan jenis industri. Variabel Y: Supriyati dan Yuliasri Rolinda (Ventura, vol. 10, No. 3, 2007) “Analisis faktor-FAktor yang mempengaruhi Audit Delay”. Audit Delay. Analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran KAP, jenis pendapat dan jenis industri perusahaan

berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia.

Perusahaan

manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2004-2005. 4 Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 2008) Variabel X: Faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor

dan size

perusahaan) dan Faktor eksternal (ukuran KAP).

a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas,

solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit delay dan Timeliness.” Variabel Y: Audit delay, Timeliness Analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.

b. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas,

solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.

Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005.

5 Variabel X:

Ukuran perusahaan, jenis pendapat (opini auditor), ukuran KAP. Variabel Y: Nurul Indah K. (Penelitian Sekarang, 2009) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Audit Delay pada perusahaan

whlosale and retail yang terdaftar di Bursa

efek Indonesia. Audit Delay.

Analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy

Diduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor (opini) dan ukuran KAP terhadap Audit Delay pada perusahaan dagang / retail di BEI.

Perusahaan wholesale and retail yang terdaftar di BEI selama tahun 2004-2008.


(27)

Berdasarkan tabel perbedaan dan persamaan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang sekarang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Perbedaan tersebut terletak pada variabel serta populasi penelitian yang digunakan. Kebanyakan penelitian terdahulu populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur dan finansial sedangkan pada penelitian sekarang

mengunakan perusahaan wholesale and retail selama tahun 2004-2008.

Persamaan antara penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada alat uji yang digunakan yaitu regresi linier berganda dengan variabel dummy.

Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan penelitian sebelumnya, mengingat perbedaan tahun penelitian dan variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, juga untuk mengembangkan penelitian yang sebelumnya.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan


(28)

keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut (SAK, 2009:1).

Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup

dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri

di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting (PSAK No. 1, 2009:1.2).

Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu informasi yang berisikan mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bersifat historis. Sedangkan pelaporan keuangan tidak hanya terdiri dari laporan keuangan melainkan juga laporan non keuangan.

2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2009, tujuan laporan keuangan dinyatakan dalam paragraf 12 dan 14 sebagai berikut:


(29)

a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau dipertanggungjawabkan manajemen berbuat demikian, agar mereka dapat membuat keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para pemakai yang menunjukkan posisi keuangan beserta perubahannya, menilai kinerja perusahaan, mengambil keputusan ekonomi misalnya keputusan untuk berinvestasi dan kredit serta menunjukkan tanggung jawab manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.2.2. Auditing

2.2.2.1. Pengertian Auditing

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud


(30)

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke (Amir Abadi Jusuf, 2003:1)).

Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu:

1. Seorang auditor harus independen.

2. Auditor harus bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung

pendapatnya.

3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan. Laporan merupakan hasil

yang harus disampaikan auditor kepada pengguna laporan keuangan (Supriyati dan Yuliasri, 2007).

2.2.2.2. Tujuan Auditing

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik (auditor independen) berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia (IAI, PSA No. 2 paragraf 1, 2001).

Berdasarkan tujuan yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit adalah untuk mengevaluasi dan menentukan kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh suatu perusahaan apakah telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku


(31)

Umum serta dapat menambah keandalan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.

2.2.2.3. Manfaat Auditing

Menurut Holmes dan Burns, (1993:5) dalam Finadini Rosida (2007) manfaat auditing dapat dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Manfaat bagi pihak yang diaudit

a. Audit berguna mengurangi kekurangan di kalangan manajemen

dan para karyawan yang diaudit.

b. Laporan keuangan yang telah diaudit memberikan dasar yang

lebih dipercaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak dan laporan keuangan lain yang diserahkan kepada pemerintah.

c. Audit yang independen menambah kredibilitas laporan keuangan.

d. Laporan keuangan yang sudah diaudit membuka pintu bagi

masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar.

e. Audit yang independen seringkali menyingkap kesalahan dan

penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien.

f. Audit memberikan sumber jaminan yang tidak memihak, artinya

kebijakan dan prosedur betul dan ditaati dengan cermat dan konsisten dalam sebuah perusahaan.


(32)

2. Manfaat yang akan dinikmati oleh anggota-anggota lain dalam dunia usaha:

a. Informasi yang sudah diaudit memberikan dasar yang lebih baik

menyakinkan kepada rekanan dan para kreditur untuk mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit.

b. Laporan yang sudah diaudit memberikan dasar yang terpecaya

kepada investor dan calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.

c. Laporan keuangan yang sudah diaudit memberikan dasar yang

lebih menyakinkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.

d. Laporan keuangan auditan memberikan dasar yang independen

kepada pembeli maupun penjual untuk menentukan syarat-syarat pembelian / penjualan / penggabungan usaha.

e. Laporan keuangan auditan memberikan dasar yang obyektif

kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.

f. Laporan yang sudah diaudit memberikan keyakinan kepada para

pengguna / klien untuk menilai profitabilitas / rentabilitas perusahaan, efisiensi operasional dan keuangan.


(33)

3. Manfaat yang dinikmati pemerintah

a. Laporan keuangan auditan memberikan kepastian yang

independen kepada pemerintah tentang kecermatan dan keterandalan laporan keuangan suatu perusahaan.

b. Laporan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen

kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan, menentukan pelaksanaan perjanjian dengan cara semestinya.

2.2.2.4. Standar Auditing

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya (IAI, PSA No. 01, 2001:150.1).

Standar Auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti (Arens dan Loebbecke, 2003:17-18).


(34)

Pedoman utama adalah 10 standar auditing. Kesepuluh standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, PSA No. 01, 2001:150.1) adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

harus diperoleh untuk merecanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.


(35)

c. Standar Pelaporan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalammnya

prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.2.5. Laporan Auditor

Laporan penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Arens dan Loebbecke, 2003:35).


(36)

Laporan audit bentuk baku harus terdapat tujuh bagian berikut ini: 1. Judul laporan

Standar auditing mengharuskan pemberian judul pada laporan dan judul ini harus memuat kata independen.

2. Alamat yang dituju laporan audit

Laporan ini biasanya ditujukan kepada perusahaan bersangkutan, pemegang saham, atau dewan direksi, atau komisarisnya.

3. Paragraf pendahuluan

Ditujukan untuk tiga hal:

Pertama, paragraf ini merupakan pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik bersangkutan telah melakukan suatu audit.

Kedua, paragraf itu mencantumkan laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal neraca, dan periode-periode akuntansi untuk laporan laba/rugi dan laporan arus kas.

Ketiga, paragraf pendahuluan yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan itu berdasarkan suatu audit.

4. Paragraf lingkup audit

Pernyataan aktual mengenai apa yang dilakukan auditor didalam audit.


(37)

5. Paragraf pendapat

Memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Paragraf ini dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat dan bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan profesional.

6. Tandatangan dan nama akuntan publik

Nama ini menunjukkan partner akuntan publik atau auditor yang bertanggung jawab atas audit yang dilakukannya.

7. Tanggal laporan audit

Tanggal yang dipakai di dalam laporan ini adalah tanggal saat auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur di lapangan (Arens dan Loebbecke, 2003:37).

2.2.3. Audit Delay

Penelitian Finadini Rosida (2007) menyatakan bahwa sejauh ini

belum ada teori yang membahas secara mendalam tentang audit delay,

meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan audit

delay.

Menurut Sistya Rachmawati (2008) audit delay adalah rentang

waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan


(38)

perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Terdapat tiga kriteria keterlambatan dalam penelitian menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita (2004), yaitu:

1. Preleminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa.

2. Auditor’s report lag: interval jumlah hari tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

3. Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

Kriteria keterlambatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. Hal ini sesuai

dengan Standar Akuntansi Seksi 530 pemberian atas laporan keuangan independen menyebutkan bahwa tanggal selesainya pekerjaan lapangan harus digunakan oleh auditor sebagai tanggal laporan auditnya.

2.2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi audit delay telah

dikaji dalam beberapa penelitian sebelumnya. Faktor-faktor tersebut antara lain (Imam Subekti dan Novi Wulandari):


(39)

1. Ukuran perusahaan

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan seperti penelitian Courtis (1976), Gilling (1977), Asthon dan Elliot (1987) menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total

aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh

ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka

semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga

akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan

insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan

perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal (Dyer dan Mchugh, 1975). Di samping itu perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya.

2. Jenis perusahaan

Courtis (1980), Asthon dan Elliot (1987) menemukan


(40)

pendek dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam jenis industri lain. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki saldo perusahaan yang cukup signifikan sehingga audit yang dilakukan cenderung tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain itu kebanyakan aset yang dimiliki adalah berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur bila dibandingkan dengan asset yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud (Anthony dan Govindarajan, 1995)

3. Opini

Hasil penelitian Whittred (1980) membuktikan bahwa audit

delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima

pendapat qualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian

pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien,

konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit. Namun penelitian Na’im (1998) di Indonesia menunjukkan bahwa opini yang dikeluarkan oleh auditor tidak berpengaruh terhadap ketidaktepatan pelaporan keuangan.

4. Tingkat profitabilitas

Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Penelitian Na’im (1998) juga menunjukkan bahwa tingkat


(41)

profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran publikasi yaitu: pelaporan laba atau rugi sebagai

indikator good news atau bad news atas kinerja manajerial

perusahaan dalam setahun (Ashton dan Elliot, 1987). Berdasarkan penelitian Carslaw and Kaplan (1991) perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya, sehingga good news tersebut dapat disampaikan kepada investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

5. Auditor

Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit juga

diperkirakan akan berpengaruh terhadap audit delay. Imam (2001)

melakukan penelitian tentang audit delay di Bangladesh membagi

auditor (ukuran KAP) manjadi KAP lokal-besar dan KAP lokal-kecil berdasarkan:

a. Jumlah partner

b. Kualifikasi dari partner

c. Adanya ikatan/hubungan dengan KAP yang memiliki


(42)

Penelitian Gilling (1977) menunjukkan bahwa kantor akuntan

publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The

Big Six membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka. KAP yang besar biasanya juga didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan (Hossain, 1998).

2.2.4. Ukuran Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan laporan keuangan. Ukuran perusahaan ini, yang dapat diukur melalui total

aktiva ataupun pendapatan (Arens dan Loebbecke, 2003:227). Menurut

Charles H. Gibson (2001:176) “Be aware of the diferrent size of firms

under comparison. These differences can be seen by looking at relative sales, assets, or profit sizes”. Dalam Jogiyanto (2008:373) dikatakan


(43)

bahwa ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan.

Sedangkan Gorge Foster (1986:111) menunjukkan bahwa firm size

:total assets, sales, or market capitalization.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat dilihat dari berbagai segi diantaranya: total aktiva, penjualan/pendapatan, ukuran laba (profit), dan market capitalization.

Penelitian ini menggunakan wakil pengukur (proxy) untuk ukuran

perusahaan adalah total aktiva (assets). Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2001:219). Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Warren, Reeve, dan Fess, 2005:18).

Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan semakin besar aktiva suatu perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan terkait merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik (Sistya Rachmawati, 2008:3).


(44)

2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay

Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering digunakan dalam penelitian ini. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.

Menurut SPAP SA Seksi 319 paragraf 41, sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan umumnya bervariasi dari satu entitas ke entitas lain serta dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas tersebut. Ini berarti semakin besar ukuran dan kompleksitas suatu entitas maka semakin luas prosedur audit yang dilakukan sehingga kemungkinan

akan memperpanjang audit delay.

Penelitian Yuliana dan Aloysia Ardiati (2004) dengan wakil pengukur total aset menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan dan arahnya negatif terhadap audit delay. Ini

berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan (besar aset) maka semakin

pendek / cepat laporan keuangan auditan (audit delay).

Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan (Ashton dan Newton, 1989). Semakin baik sistem pengendalian intern maka semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan auditor sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Sistya Rachmawati


(45)

(2008) menyatakan manajemen perusahaan besar cenderung diberikan

insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan

tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.

Namun arah penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) dan Soegeng Soetedjo (2006) yaitu positif yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar juga membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian laporan auditannya. Meskipun pengaruh yang dihasilkan signifikan antara

ukuran perusahaan terhadap audit delay.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007) menunjukkan arah penelitian yang sama dengan Sistya Rachmawati (2008) dan Soegeng Soetedjo (2006) yaitu positif yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar juga membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian laporan auditannya namun pengaruh yang dihasilkan tidak signifikan.

Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008), Supriyati dan Yuliasri Rolinda (2007), Soegeng Soetedjo (2006) sesuai dengan literatur yang ada. Berdasar literatur Boynton dan Kell (2002:207), semakin besar populasi suatu perusahaan akan semakin besar pula jumlah bukti audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai guna menarik


(46)

kesimpulan atau menyatakan pendapat. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh agar mendapatkan keyakinan yang memadai dalam menarik kesimpulan atau menyatakan pendapat.

Berdasarkan literatur dan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik dengan landasan teori yang ada maupun dengan penelitian lainnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga

ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

H1: Ukuran Perusahaan (total aktiva) secara signifikan

berpengaruh terhadap audit delay.

2.2.6. Jenis Pendapat Auditor (Opini)

Terdapat lima jenis pendapat / opini auditor (Boynton, Johnson dan Kell, 2002: 73-82), yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini merupakan bentuk laporan audit yang paling umum atau disebut laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified with explanatory paragraph opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang


(47)

berlaku umum, namun terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) yang menyatakan bahwa kecuali dampak dari hal-hal yang berkaitan dengan pengecualian tersebut, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Menurut Arens dan Loebbecke (2003:41) pendapat wajar dengan pengecualian dapat diberikan baik karena adanya pembatasan lingkup audit atau tidak ditaatinya prinsip akuntansi berlaku umum.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) yaitu menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

5. Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion) yang menyatakan bahwa auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena adanya pembatasan ruang lingkup audit, hubungan yang tidak independen antara auditor dan klien menurut kode etik profesional, atau tidak ditaatinya prinsip akuntansi berlaku umum (Arens dan Loebbecke, 2003:40).


(48)

2.2.7. Pengaruh Perbedaan Jenis Pendapat Auditor (Opini) Terhadap Audit Delay

Jenis pendapat audit yang diberikan auditor tergantung dari hasil audit yang dilakukannya. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai dalam memberikan pendapatnya, auditor melakukan prosedur audit. Salah satu prosedur audit yang dilakukan adalah menganalisa laporan keuangan untuk mnegetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Salah satu analisa laporan keuangan adalah rasio leverage. Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) merupakan penelitian pertama yang menggunakan rasio

leverage sebagai variabel independen yang mempengaruhi audit delay.

Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa perbandingan dari

hutang terhadap total aset (Debt Proportion) diduga mempunyai hubungan

yang positif terhadap audit delay. Alasan yang dikemukakan oleh Carslaw

dan Kaplan (1991) yang mendasari dugaan ini adalah perbandingan hutang terhadap total aset menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan. Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset akan meningkatkan kemungkinan kegagalan perusahaan dan dapat menimbulkan pemikiran auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya. Rendahnya kesehatan keuangan manajemen (proporsi hutang terhadap total aset yang tinggi) kemungkinan menimbulkan kecurangan manajemen atau kesalahan manajemen. Dengan adanya pemikiran auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya


(49)

menimbulkan kemungkinan auditor akan memberikan pendapat selain unqualified opinion.

Menurut penelitian yang dilakukan Whittred (1980) dalam Ainun Na’im (1999) kualifikasi audit dapat diberikan dalam beberapa bentuk: pendapat pengecualian, pendapat penolakan, dan pernyataan tidak memberikan pendapat. Kualifikasi auditor tersebut dapat menyebabkan penundaan laporan keuangan karena kualifikasi audit dianggap sebagai tanda akan kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya, manajemen merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit. Dengan kondisi yang semacam ini manajemen kemungkinan akan melakukan beberapa usaha seperti melakukan negosiasi kembali dengan pihak auditor untuk memperluas prosedur audit dan mengumpulkan lebih banyak bukti. Proses ini membutuhkan waktu audit yang lebih lama yang kadang menunda penyampaian laporan keuangan auditan.

Hasil penelitian Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay

yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion.

Kesimpulan dari dua penelitian diatas adalah dengan rasio leverage yang tinggi dapat menimbulkan pemikiran auditor bahwa kemungkinan laporan keuangan tersebut kurang dapat dipercaya sehingga menimbulkan

kemungkinan auditor akan memberikan pendapat selain unqualified

opinion. Pendapat selain unqualified opinion tersebut dapat menyebabkan penundaan laporan keuangan karena kualifikasi audit dianggap sebagai


(50)

tanda akan kinerja manajemen yang buruk. Konsekuensinya, manajemen merasa enggan untuk menerima kualifikasi audit.

Pemberian pendapat selain unqualified opinion tersebut melibatkan

negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan dilakukannya perluasan lingkup audit (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).

Kualifikasi audit yang digunakan di Indonesia adalah unqualified

opinion, unqualified with explanatory paragraph opinion, qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion.

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Whittred (1980) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga jenis pendapat / opini auditor secara signifikan berpengaruh

terhadap audit delay.

H2: Perbedaan Jenis Pendapat Auditor / Opini secara signifikan

berpengaruh terhadap audt delay.

2.2.8. Ukuran KAP

Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit juga diperkirakan

akan berpengaruh terhadap (audit delay) lamanya penyelesaian audit.

Dalam Arens dan Loebbecke (2003:11) mengategorikan empat ukuran kantor akuntan publik, yaitu:


(51)

a. Kantor akuntan publik internasional

Sejak tahun 2002 terdapat empat akuntan publik yang disebut

sebagai akuntan publik internasional dan mempunyai julukan “The

Big Four”.

b. Kantor akuntan publik nasional

c. Kantor akuntan publik lokal dan regional

d. Kantor akuntan publik lokal kecil

Dalam penelitian ini variabel ukuran KAP dikategorikan ke dalam

dua kelompok yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four.

a. KAP The Big Four

Kantor akuntan The Big Four merupakan kantor akuntan

internasional yang terbesar di dunia.

KAP Big Four adalah suatu kelompok kantor akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaan audit dari

perusahaan-perusahaan publik (http://id.wiki.detik.com/wiki/The

Big Four auditors).

Kategori KAP Big Four sesuai urutan berdasarkan jumlah penghasilan dan sumber daya beserta mitranya di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan

KAP Haryanto Sahari & rekan

2. KAP Deloitte Touche Tohmatsu (DTT), yang bekerjasama


(52)

3. KAP Ernest & Young, yang bekerjasama dengan KAP Hanadi, Sarwoko & Sandjaja dan KAP Drs. Prasetio, Utomo & Co.

4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang

bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Harsono Widjaja

b. KAP Non The Big Four

KAP Non Big Four dapat dikatakan adalah KAP yang tidak

mempunyai hubungan kerja sama dengan KAP Big Four atau KAP

negara lain. Biasanya hanya melayani klien di dalam jangkauan wilayahnya. Di Indonesia KAP ini dapat dikatakan KAP lokal dan regional. Beberapa lainnya memiliki kantor cabang di daerah lain. Banyak di antaranya yang berafiliasi dengan organisasi KAP internasional untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai hal-hal seperti teknis informasi dan pendidikan lanjutan (Arens dan Loebbecke, 2003:12).

2.2.9. Pengaruh Perbedaan Ukuran KAP dengan Audit Delay

KAP yang termasuk dalam kategori The Big Four cenderung

melakukan audit lebih cepat dibanding KAP yang tidak termasuk dalam

KAP Non Big Four.

Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan audit delay untuk


(53)

pendek dari Kantor Akuntan lainnya. Karena Kantor Akuntan

Internasional, yaitu The Big Four akan melakukan audit lebih efisien dan

lebih fleksibel dalam merencanakan audit sehingga dapat menyelesaikan audit dengan tepat waktu. Selain itu, menurut Asthon dan Newton (1989) menyatakan bahwa Kantor Akuntan Besar lebih tepat waktu dalam menyelesaikan audit karena pengalaman mereka dalam mengaudit perusahaan-perusahaan publik.

Hal ini kemungkinan dikarenakan KAP Big Four umumnya

memiliki kualitas dan kuantitas sumber daya yang lebih baik dibandingkan

dengan KAP Non Big Four sehingga dapat melakukan audit lebih cepat

dan efisien. Selain itu, KAP Big Four cenderung menyajikan audit yang

lebih baik dibandingkan dengan KAP Non Big Four karena mereka

memiliki nama baik yang dipertaruhkan (Supriyati dan Yuliasri Rolinda, 2007).

Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP Big Four

untuk mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak maka untuk tahun yang akan datang ada kemungkinan mereka akan kehilangan kliennya (Imam Subekti dan Novi Wulandari, 2004).

Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran KAP secara

signifikan berpengaruh terhadap audit delay.

H3: Perbedaan Ukuran KAP secara signifikan berpengaruh


(54)

2.3. Diagram Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun diagram kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1

Variabel Bebas Variabel Terikat

Regresi Linier Berganda

Dengan Variabel Dummy

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Diduga bahwa terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit

delay pada perusahaan-perusahaan go public di BEI.

b. Diduga bahwa terdapat pengaruh perbedaan jenis pendapat auditor

(opini) terhadap audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di

BEI.

c. Diduga bahwa terdapat pengaruh perbedaan ukuran KAP terhadap

audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di BEI.

Ukuran Perusahaan (X1)

Jenis Pendapat Auditor (D1)

Ukuran KAP (D2)


(55)

45

3.1. Definisi Penelitian dan Pengukuran Variabel

Sub bagian ini akan menguraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Perincian dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X), antara lain:

1. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan yaitu besarnya perusahaan yang diukur berdasarkan total asset atau total aktiva perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan akhir periode yang telah diaudit. Skala pengukurannya adalah rasio. Satuan yang digunakan adalah rupiah.

2. Jenis Pendapat Auditor (D1)

Merupakan variabel dummy yaitu variabel yang pada

dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan jenis pendapat auditor. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Variabel jenis pendapat auditor terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

D1.0 : Unqualified Opinion, ditunjukkan dengan kode 0.

Pendapat ini dipisahkan dari keempat pendapat lainnya dan diberi


(56)

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan ini merupakan bentuk laporan audit yang paling umum atau disebut laporan audit standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dan merupakan pendapat yang paling baik diantara pendapat auditor yang lain.

D1.1 : Pendapat selain Unqualified Opinion. Jenis pendapat

selain unqualified opinion ditunjukkan dengan kode 1. Kode 1

terdiri dari unqualified with explanatory paragraph opinion,

qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion. Keempat pendapat ini dipisahkan dan diberi kode 1 karena keempat pendapat ini merupakan pendapat yang kurang baik bahkan tidak baik atas laporan keuangan.

3. Ukuran Auditor (KAP) (D2)

Variabel ini merupakan variabel dummy yaitu variabel yang

pada dasarnya bersifat kualitatif yang menunjukkan ukuran KAP. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Variabel ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu:

D2.0 : KAP Non The Big Four, yang ditunjukkan dengan

kode 0. KAP Non The Big Four adalah kantor akuntan publik yang

tidak termasuk dalam empat besar dan merupakan Kantor Akuntan Publik Lokal yang dalam pelaksanaan auditnya diduga


(57)

membutuhkan waktu yang lebih lama, karena dalam pelaksanaan auditnya kurang efisien.

D2.1: KAP The Big Four, yang ditunjukkan dengan kode 1.

KAP The Big Four diberi kode 1 karena KAP The Big Four adalah kantor akuntan publik internsaional yang membutuhkan waktu lebih singkat dalam menyelesaikan audit, dan KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat waktunya.

b. Variabel Terikat (Y) adalah:

Audit Delay (Y)

Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (tanggal opini). Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. Satuan yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah satuan hari.

3.2. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan himpunan individu / unit / unsur / elemen yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Anonim, 2008).

Populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(58)

selama periode 2004-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari:

1. PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES)

2. PT Artha Graha Investama Sentral Tbk. (AGIS)

3. PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS)

4. PT Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)

5. PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP)

6. PT Court Indonesia Tbk. (MACO)

7. PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (EPMT)

8. PT FKS Multi Agro Tbk. (PT Fishindo Kusuma Sejahtera

Tbk./FISH)

9. PT Hero Supermarket Tbk. (Hero)

10. PT Kokoh Inti Arebama Tbk. (KOIN) 11. PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA)

12. PT Millennium Pharmacon Internasional Tbk. (SDPC) 13. PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)

14. PT Multi Indocitra Tbk. (MICE)

15. PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) 16. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) 17. PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO) 18. PT Singer Indonesia Tbk. (SING)


(59)

20. PT Tigaraksa Satria Tbk. (TGKA) 21. PT Toko Gunung Agung Tbk. (TKGA) 22. PT Triwira Insanlestari Tbk. (TRIL)

23. PT Wicaksana Overseas Internasional Tbk. (WICO) b. Sampel

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian (Sujoko Efferin, 2004:58).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

dagang (wholesale dan retail) yang go public di BEI tahun 2004-2008.

Alasan digunakannya sampel ini adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki aset yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud diperkirakan mengalami waktu penerbitan laporan keuangan auditan yang lebih panjang karena aset berbentuk fisik lebih sulit diukur dari pada yang bersifat moneter (Anthony dan Govindarajan, 1995 dalam Soegeng Soetedjo, 2006).

Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu merapatkan metode

penetapan sampel dengan cara menentukan target elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya. Ada dua

metode pemilihan sampel secara purposive yaitu pemilihan sampel

berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) dan berdasarkan kuota


(60)

sampling yaitu jenis sampling ini dipilih, jika peneliti menentukan

subyek sampel yang terpilih berdasarkan penilaian (judgment) peneliti

semata (Sujoko Efferin, 2004:68).

Sampling yang diambil dalam penelitian ini diambil dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2004-2008.

2. Perusahaan tersebut termasuk dalam kategori perusahaan dagang

(wholesale dan retail).

3. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan

lengkap termasuk laporan auditor independen.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka perusahaan yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan wholesale

and retail yaitu:

1. PT Artha Graha Investama Sentral Tbk. (AGIS)

2. PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. (AIMS)

3. PT Alfa Retailindo Tbk. (ALFA)

4. PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (EPMT)

5. PT Hero Supermarket Tbk. (Hero)

6. PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA)

7. PT Millennium Pharmacon Internasional Tbk. (SDPC)

8. PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)


(61)

10. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) 11. PT Rimo Catur Lestari Tbk. (RIMO) 12. PT Tigaraksa Satria Tbk. (TGKA) 13. PT Toko Gunung Agung Tbk. (TKGA)

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen. Data laporan keuangan tahunan di peroleh dari laporan keuangan auditan yang diwajibkan oleh BAPEPAM.

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang berasal dari pihak lain atau pihak ketiga, misalnya perpustakaan atau lembaga lain yang bukan sebagai objek penelitian itu sendiri (Sujoko Efferin, 2004:14).

3.3.2. Sumber Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) periode


(62)

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dan laporan auditor independen yang telah dipublikasikan.

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau data dari individu sebagai objek penelitian (Sujoko Efferin, 2004:101).

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda

dengan variabel dummy, yang didasarkan pada data time series. Analisis

regresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antar variabel dependen dan beberapa variabel independen.

Y= β0 + β1X1 + β2D1 + β3D2 + e

Keterangan :

Y = Audit Delay

β0 = Konstanta

X1 = Ukuran Perusahaan

D1 = Jenis Pendapat Auditor


(63)

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

e = Kesalahan

3.4.2. Analisis deskriptif

Merupakan suatu metode dalam mengorganisaikan dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai distribusi dari masing-masing variabel penelitian yang utama.

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal (Imam Ghozali, 2009:107). Uji normalitas

dalam penelitian ini mengunakan Kolmogrov Smirnov.

3.4.4. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best

Linier Unbased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu:

a. Tidak boleh ada Multikoloniearitas


(64)

c. Tidak boleh ada Autokolerasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan t menjadi bias.

3.4.4.1. Uji Multikolinieritas

Tujuan utama multikolinieritas adalah menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Multikolinieritas terjadi jika nilai Variance Inflation Faktor

(VIF) lebih besar dari 10 menurut Imam Ghozali (2007).

3.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, jenis pendapat / opini auditor serta ukuran KAP terhadap audit delay perusahaan wholesale and retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 adalah sebagai berikut:

1. Hasil uji F menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, jenis pendapat auditor dan ukuran KAP terhadap audit delay pada perusahaan dagang (wholesale and retail) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Hasil uji t menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, jenis pendapat/opini auditor serta ukuran KAP tidak berpengaruh secara signifikan. Namun demikian pengaruh ukuran perusahaan (diproksikan dengan total aktiva) terhadap audit delay adalah negatif. Sedangkan untuk variabel jenis pendapat/opini auditor dan ukuran KAP memiliki arah pengaruh positif.

3. Rata-rata audit delay yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata audit delay yang terjadi pada perusahaan wholesale and retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah 74 hari. Rata-rata audit delay ini lebih cepat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Varianda Halim (2000), Imam Subekti


(2)

105

dan Novita Wulandari Widiyanti (2004), Sistya Rachmawati (2008), Soegeng Soetedjo (2006). Namun rata-rata ini lebih lama 8 hari dari penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Aloysia Yanti Ardiati (2004).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah diperoleh di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan sebaiknya pihak direksi yang bertanggung jawab atas laporan keuangan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay terutama sekali faktor yang ada di bawah kendalinya, seperti pemilihan Kantor Akuntan Publik yang dilakukan jauh hari sebelum tahun tutup buku berakhir serta memberi keleluasan dan tidak menghambat proses audit yang dilakukan oleh auditor.

2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan sebaiknya menambahkan sampel perusahaan yang digunakan serta memperpanjang periode penelitian sehingga dapat mengeneralisasi hasil penelitian.

3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan sebaiknya menggunakan model teknik analisis yang lain, misalnya analisis korelasi, selain itu juga dapat menambahkan data penelitian atau pengamatan, seperti menambah variabel bebas yang diduga


(3)

106

berpengaruh terhadap Audit Delay seperti jenis industri, tingkat profitabilitas, laba/rugi perusahaan, lamanya menjadi klien KAP, kejadian luar biasa, internal auditor. Serta dapat juga menambah variabel dari data primer seperti sistem pengendalian intern perusahaan.

4. Kepada auditor, disarankan untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Arens, Alfin A. & Loebbecke, James K., 2003, Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia. Jilid Satu, Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta. Boyton, William C. and Kell, Walter G., 2002, Modern Auditing, Edisi Ketujuh,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Bursa Efek Indonesia, 2009, website:http://idx.co.id.

Efferin, Sujoko, 2004, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Edisi Pertama, Bayumedia Publishing, Malang.

Foster, Goerge, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Prentice Hall, New Jersey.

Gibson H., Charles, 2001, Financial Reporting and Analysis, Eight Edition, The University of Toledo.

Ghazali, Imam, 2009, Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghazali, Imam, 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hartono, Jogiyanto. M, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Jogjakarta.

Holmes, Arthur W. dan Burns, David C., 1993, Auditing Norma dan Prosedur, Sinaga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

http://id.wiki.detik.com/wiki/The_Big_Four_auditors.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, Donald E. dan Weigandt, Jerry J., 2001, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Warren, Carl S., Reeve, James M. dan Fess, Philip E., 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu, Terjemahan Aria Farahmita dkk, Salemba Empat, Jakarta. www.google.com

Jurnal:

Ashton, R.H, Graul, P.R and Newton, J.D, 1987, “Audit Delay and Timeliness of Corporate Reporting”, Contemporary Accounting Research, p. 657-673.

Carslaw, Charles A. and Kaplan, Steven E., 1991, “An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”, Accounting and Business Research (Winter), p.22-32.

Halim, Varianda, 2000, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:Studi Empiri pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 1, April 2000 Hal 63-75.

Na’im, Ainun, 1999, “Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Emirik Regulasi Informasi di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14 No. 2, Hal 85-100.

Respati W., Novita, 2004, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Vol. 4, Januari 2004 Hal. 67-79.

Rachmawati, Sistya, 2008, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 No. 1, Mei 2008 Hal. 1-10.

Subekti, Imam dan Wulandari, Novi, 2004, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia”, SNA, Denpasar, Bali, 2-3 Desember 2004.


(6)

Soetedjo, Soegeng, 2006, “Faktor-faktor yang Mempengauhi Audit Report Lag (ARL)”, Ventura, Vol. 9 No. 2, Agustus 2006 Hal. 77-92.

Supriyati dan, Rolinda, Yuliasri, 2007, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”, Ventura, Vol. 10 No. 3, Desember 2007 Hal. 109-126.

Yuliana dan Ardiati, Aloysia Y., 2004, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia”, MODUS, Vol. 16(2) Hal. 135-146, 2004.

Skripsi:

Rosida, Finandini, 2007, “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Food and Beverages dan Perusahaan Farmasi yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 139

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 53

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 30 143

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

1 7 22

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 7 19

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 25

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia IMG 20151207 0024

0 0 1

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN WHOLESALE AND RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21