Post a0709ddbc6597009
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
UNSY MINAN
NIM : 111 06 128
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
(2)
(3)
iii
SKRIPSI
Disusun untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
UNSY MINAN
NIM : 111 06 128
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
(4)
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : -
Hal : Pengajuan Skripsi Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Unsy Minan NIM : 11106128 Jurusan/ Progdi : Tarbiyah/ PAI
Judul : Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding
School SMP Islam Raden Paku Blotongan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb.
Salatiga, 13 September 2012 Pembimbing
Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd NIP.19751218 199903 2002
(5)
v SKRIPSI
KUALITAS BELAJAR SISWA DALAM SISTEM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus di SMP Islam Raden Paku Blotongan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012) DISUSUN OLEH
UNSY MINAN NIM: 11106128
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag Sekretaris Penguji : Drs. Djoko Sutopo
Penguji I : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag Penguji II : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag Penguji III : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd
Salatiga, 5 November 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP: 19580827 198303 1002
(6)
vi Nama : Unsy Minan NIM : 11106128 Jurusan : Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16 September 2012 Penulis
UNSY MINAN 11106128
(7)
vii
Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah
dikerjakan.
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji bagi Allah SWT
Aku persembahkan skripsi ini, untuk ibuku tercinta Wahyuti yang
telah mencurahkan segala pengorbanan dan do’a restunya tanpa tiada
henti, adikku Adam yang telah membangkitkan motivasi di saat aku
lelah, dan dukungan dari teman-teman SULI-Tech, Green-Net &
BTW neTT, dan teman-teman PAI D ‘06
STAIN Salatiga terima kasih atas persahabatannya selama ini.
(8)
viii
memberikan rahmat dan hidayah-NYA. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Program Studi PAI.
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selaku memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Ibuku Wahyuti yang telah mencurahkan pengorbanan dan do’a restu yang
tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
7. Adikku Adam Mu’ti, yang telah membangkitkan semangat penulis.
8. Sahabat-sahabat di STAIN Salatiga khususnya kelas PAI D 2006 terimakasih atas persahabatannya.
(9)
ix penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 13 Agustus 2012 Penulis
(10)
x
Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd
Kata kunci: Kualitas belajar siswa dan sistem boarding school
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kualitas belajar siswa, dan sistem boarding school. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, Bagaimanakah kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Kedua, Bagaimanakah sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Ketiga, Bagaimanakah Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012. Keempat, Bagaimanakah usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif dari sistem boarding school.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah semua siswa SMP Islam Raden Paku beserta Pengasuh, dewan guru, dan karyawan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan perpanjangan penelitian, meningkatkan ketekunan dan observasi lebih mendalam.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem boarding school membawa pengaruh positif terhadap kualitas belajar siswa. Dalam bidang keagamaan siswa mampu menguasai materi agama seperti berbahasa Arab, membaca kitab kuning, dan menguasai hukum Islam. Pencapaian penguasaan siswa pada materi pelajaran umum sudah baik, bahwa 70% siswa kelas VII (tujuh), 71,4% siswa kelas VIII (delapan), dan 63% siswa kelas IX (sembilan) mendapatkan nilai antara 7,50 – 10,00. Selain materi pelajaran umum dan agama siswa juga dibekali dengan beberapa ketrampilan hidup (life skill) seperti membuat tempe, kerajinan membuat besek, peternakan, dan merakit komputer.
Usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif sistem boarding school antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan baik pengajar maupun siswa, menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta suasana belajar yang nyaman, memberikan keteladanan, serta dengan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat.
(11)
xi
LEMBAR LOGO... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Definisi Operasional ... 6
F. Metode Penelitian... 9
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Belajar ... 19
1. Pengertian Kualitas Belajar ... 19
(12)
xii
3. Sistem Boarding school ... 29
a. Kurikulum Boarding school ... 30
b. Keunggulan dan Kelemahan Boarding school ... 31
c. Fasilitas dan Biaya Boarding school... 33
d. Problematika Boarding school ... 34
C. Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding school... 36
D. Pesantren Sebagai Sistem Boarding school... 37
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Raden Paku... 39
1. Sejarah Singkat SMP Islam Raden Paku ... 39
2. Profil Sekolah ... 40
3. Visi dan Misi ... 41
4. Tujuan Sekolah ... 42
5. Sarana dan Prasarana ... 42
6. Keadaan Guru dan Karyawan ... 43
7. Keadaan Siswa... 44
8. Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku... 45
B. Data Tentang Sistem Boarding school Raden Paku... 45
1. Kurikulum SMP Islam ... 45
(13)
xiii
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Belajar Siswa dalam
Sistem Boarding school ... 58
BAB IV ANALISIS DATA A. Kualitas Belajar Siswa ... 62
1. Peningkatan Pengetahuan... 62
2. Peningkatan Ketrampilan ... 63
3. Perubahan Sikap dan Perilaku ... 64
4. Peningkatan Kemampuan Beradaptasi ... 65
5. Peningkatan Partisipasi ... 65
B. Sistem Boarding school SMP Islam Raden Paku ... 65
1. Kurikulum yang diterapkan... 65
2. Karakteristik Siswa ... 65
3. Sarana dan Prasarana ... 66
4. Metode Pembelajaran... 66
5. Sistem Evaluasi Pembelajaran... 66
6. Program Pembelajaran ... 67
7. Aktivitas dan Tata Tertib Siswa ... 67
C. Kualitas belajar Siswa dalam Sistem Boarding school ... 67
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Boarding school... 69
(14)
xiv
(15)
xv
Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 42
Tabel 3.2 Data Siswa SMP Islam Raden Paku Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 43
Tabel 3.3 Alokasi Waktu Mata Pelajaran di SMP Islam Raden Paku ... 46
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian... 47
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Mingguan ... 49
Diagram 3.1 Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan ... 44
Tabel 4.1 Prestasi Siswa SMP Islam Raden Paku dalam Bidang Keagamaan.. 67
Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Semester I SMP Islam Raden Paku... 69
(16)
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bentuk investasi jangka panjang bagi orang tua agar putra-putrinya berilmu pengetahuan dan wawasan luas, berkepribadian baik, serta memiliki life skill yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan. Pendidikan merupakan kunci pembuka ke arah kemajuan suatu bangsa, dimana pendidikan yang maju akan mempercepat terjadinya perubahan sosial. Namun sebaliknya, jika pendidikannya mundur akan menghambat jalannya proses perubahan sosial, dan justru akan menimbulkan ketidakharmonisan tatanan sosial.
Diakui atau tidak, tolok ukur bangsa berkualitas dipandang dari sejauh mana pendidikan mampu melahirkan manusia-manusia yang handal. Suatu Bangsa akan menjadi berkualitas apabila manusianya juga berkualitas. (Yamin, 2009: 261) Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya :Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al Mujadalah: 11)
Pentingnya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara inilah yang menuntut kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, meningkat pula tantangan bagi
(17)
perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak. Seperti meluasnya peredaran obat terlarang, pergaulan bebas, tawuran remaja yang akhir-akhir ini menumbuhkan kekhawatiran orang tua. Anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar, akan mengantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari ajaran agama dan mengakibatkan krisis moral pada anak bangsa. Dari hal itulah diperlukan suatu pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan umum saja, tetapi juga pengetahuan keagamaan sebagai panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran Sang Khalik. Ini berarti perlu adanya keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama.
Namun, kenyataan yang ada hingga saat ini adalah bahwa porsi pendidikan agama di sekolah umum hanya dua jam pelajaran dalam satu minggunya. Hal ini menggambarkan bahwa sekolah hanya mempersiapkan peserta didik memenuhi kemampuan pengetahuan umum saja, sedangkan dimensi ajaran agama, sosial, dan susila dianggap kurang penting. Akibatnya setelah menjadi orang yang berhasil, tidak semua individu memiliki kepribadian yang tidak sehat. Misalnya, seorang direktur yang arogan, pejabat korupsi, orang kaya yang tidak peduli tetangganya, pengusaha tidak peduli lingkungan, dosen/ guru yang bermoral kurang baik, dan sebagainya.
Untuk itu, “Pendidikan yang memadukan antara sekolah dan pesantren” (boarding school) merupakan salah satu solusi bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman. Sistem pendidikan pondok pesantren ketika dinilai melalui parameter modernisasi selalu
(18)
dipandang negatif karena terlalu mempertahankan tradisi dan kurang tanggap terhadap perkembangan dan perubahan zaman. Namun, belakangan ini ada aspek tertentu yang secara jujur diakui sebagai kelebihan pesantren. Meskipun tidak ada pengakuan secara eksplisit dari pakar pendidikan di Indonesia, karakter budaya pendidikan pesantren telah diadopsi ke dalam sistem pendidikan nasional.(Qomar : 81-82) Gejala ini terlihat jelas pada kemunculan sekolah-sekolah dengan sistem asrama (boarding school) yang melaksanakan pendidikan lebih komprehensif, ilmu dunia (pendidikan umum) dapat capai dan ilmu agama juga dikuasai.
Kehadiran boarding school merupakan alternatif pendidikan bagi orang tua yang tidak ingin mengalami kegagalan dalam menyekolahkan anaknya. Terutama bagi mereka yang dalam satu keluarga tidak hanya suami saja yang bekerja, melainkan istri juga bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik. Dalam keadaan tersebut maka boarding school adalah pilihan terbaik untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dengan maksud agar anak mendapatkan pendidikannya yang sempurna.
SMP Islam Raden Paku Blotongan merupakan Sekolah Menengah Pertama berciri khas Islam yang menerapkan sistem boarding school. Sekolah ini berdiri dalam naungan yayasan pondok pesantren Raden Paku Blotongan. SMP ini menerapkan sistem pendidikan terpadu antara kurikulum salafiah (pondok pesantren) dengan kurikulum sekolah (pendidikan umum) yang tetap berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peserta didik tidak hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah saja,
(19)
melainkan juga mengikuti pola pembelajaran di asrama pondok pesantren dengan bimbingan pengasuh pesantren dan dewan asatidz. Dengan letaknya yang strategis diharapkan dalam perkembangannya SMP ini mampu menjadi sekolah yang berkualitas dan unggulan. Namun kesemuanya itu juga tergantung pada bagaimana penyelenggaraan sistem pendidikan (boarding school), manajemen sekolah, dan manajemen pondok pesantren sebagai asrama siswa.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis terdorong untuk melakukan tindakan penelitian dengan judul: “Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding School (Studi Kasus di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012?
2. Bagaimanakah sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012?
3. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012?
(20)
4. Bagaimanakah usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif dari sistem boarding school?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.
2. Untuk mengetahui sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor dari sistem boarding school yang mempengaruhi kualitas belajar siswa di SMP Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012.
4. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan faktor positif dan menanggulangi faktor negatif dari sistem boarding school.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana dalam memperoleh informasi dan memperdalam pengetahuan peneliti, untuk
(21)
melatih diri dalam menganalisa masalah-masalah kependidikan, khususnya mengenai sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.
2. Bagi Pengembang Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembang ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut yang terkait dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Sedangkan bagi lembaga pendidikan, hasil dari penelitian ini merupakan alat ukur dari pelaksanaan sistem boarding school, dan kaitannya terhadap kualitas belajar siswa.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam menggunakan kata-kata pada judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian.
1. Kualitas Belajar Siswa a. Kualitas
Kualitas adalah derajat atau taraf kepandaian, kecakapan dan sebagainya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 532) b. Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, yang mana perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
(22)
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecapakan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain sebagainya. (Hakim, 2005: 1)
c. Siswa
Menurut Hamalik siswa (murid) adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, intelek dan masalah-masalah tertentu, yang bersifat aktif dan unik. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 951)
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kualitas belajar siswa disini adalah pencapaian hasil belajar siswa yang berupa penghargaan atau nilai yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Dengan pemahaman tersebut, maka dapat dikemukakan indikator dari kualitas belajar sebagai berikut :
1) Peningkatan pengetahuan, 2) Peningkatan ketrampilan, 3) Perubahan sikap dan perilaku ,
4) Peningkatan kemampuan beradaptasi, dan 5) Peningkatan partisipasi,
(23)
2. Sistem Boarding School a. Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. (Susilo, 2007 : 30)
b. Boarding School
Boarding school adalah sekolah dasar atau menengah dengan asrama. (Shadily, 1976 : 72)
Jadi, sistem boarding school yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah sekumpulan elemen yang terkait dan saling mempengaruhi dalam penyelenggaraan sekolah asrama.
Adapun indikator sistem boarding school meliputi :
1) Karakteristik siswa, guru, karyawan, dan tenaga kependidikan 2) Kurikulum yang terapkan; jadwal belajar, jadwal kegiatan siswa, dll. 3) Sarana dan prasarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar 4) Metode pembelajaran yang digunakan
5) Sistem evaluasi pembelajaran F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan tujuannya, maka dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data
(24)
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku secara utuh. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 : 90).
Penelitian ini secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia (peneliti) dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengarahkan sasaran peneltiiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar, bersifat deskriptif.(Mulyasa, 2007: 27)
2. Jenis Data
Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah, atau dengan pengertian lain suatu hal yang dianggap atau diketahui. Menurut Lofland dan Lofland (1984:47)) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, seelebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Molelong, 2010 : 157) Menurut jenisnya data dalam penelitian ini dibagi menjadi data kualitatif dan kuantitatif :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam bentuk angka. Metode ini digunakan dengan harapan dapat memberikan data yang sesuai dengan obyek penelitian.
(25)
(Moleong, 2010: 3) Data inilah yang menjadi data primer (utama) dalam penelitian, diantaranya adalah:
1) Gambaran umum SMP Islam Raden Paku 2) Konsep Sistem Boarding School
3) Kurikulum Boarding School 4) Sarana dan prasarana
5) Gambaran tentang kualitas belajar siswa
6) Gambaran tentang kegiatan siswa sehari-harinya 7) Dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian b. Data Kuantitatif
Yaitu data yang berbentuk angka statistik. Dalam penelitian ini data statistik hanya bersifat pelengkap, dikarenakan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif.
3. Sumber Data
Menurut sumber datanya, maka dalam penelitian ini jenis data dibedakan menjadi dua macam, yakni :
a. Sumber Data Primer
Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti, di antaranya adalah:
1. Kepala SMP Islam Raden Paku 2. Wakil Kepala bagian Kurikulum
(26)
4. Pengasuh pondok pesantren Raden Paku
5. Dewan Pembina Asrama Siswa (Ustadz/ Ustadzah) 6. Segenap siswa SMP Islam Raden Paku
b. Data Sekunder
Yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, seperti dokumentasi mengenai pelaksanaan sistem boarding school kualitas belajar siswa.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Beberapa metode dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi adalah sebuah pengamatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti. (Hadi, 1995: 136) Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mendapatkan data tentang sistem boarding school dan gambaran kualitas belajar siswa.
b. Metode Wawancara (interview)
Metode wawancara adalah proses tanya jawab dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri. (Hadi, 1995: 193) Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pihak terkait sebagaimana yang tercantum dalam sumber data primer.
(27)
Jenis wawancara yang akan penulis lakukan adalah wawancara terstruktur. Yaitu wawancara yang mengacu pada pedoman wawancara yang berisi serangkaian pertanyaan yang telah disusun secara urut dan sistematis. (Mulyasa, 2002 : 128)
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 1998 : 236)
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dalam bentuk dokumentasi yang berkaitan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.
5. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan
Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa, kemudian membuat kerangka pikir atau bahan untuk memulai penelitian.
b. Pengembangan desain
Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang sistem boarding school, dan kualitas belajar siswa. Kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung sistem boarding school dan kualitas belajar siswa.
(28)
Penulis melakukan tindakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.
6. Tekhnik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Moleong, 2010: 248) Analisis data dilakukan secara simultan yang meliputi:
a. Pengumpulan Data
Artinya peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data yang diperoleh di lapangan kemudian dicatat atau direkam dan dijadikan sebagai komentar bagi peneliti.
b. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan data, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabtsrakan dan transparansi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Oleh karena itu langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan perampingan data dengan cara memilih data yang penting kemudian menyederhanakan dan mengabstraksikan. Dalam reduksi data ini, peneliti melakukan proses living in (data yang terpilih) dan living out (data yang terbuang) baik dari hasil pengamatan, wawancara maupun dokumentasi.
(29)
Proses reduksi data ini tidak dilakukan pada akhir penelitian saja, tetapi dilakukan secara terus-menerus sejak proses pengumpulan data berlangsung karena reduksi data ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses analisis itu sendiri.
c. Sajian data (display data)
Display data merupakan suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah dianalisis dan disimpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk uraian narasi serta dapat diselingi dengan gambar, tabel, rumus, dan lain-lain. Hal ini disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul dalam proses pengumpulan data, baik dari hasil observasi, wawancara mendalam, maupun studi dokumentasi.
d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Verifikasi data atau penarikan kesimpulan merupakan langkah ketiga dalam proses analisis. Langkah ini dimulai dengan mencari pola, tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, yang mengarah pada penerapan sistem kurikulum boarding school SMP Islam Raden Paku dan kualitas belajar siswa dan diakhiri dengan menarik kesimpulan sebagai hasil temuan lapangan. Kesimpulan yang pada awalnya masih sangat tentatif, kabur, dan diragukan, maka dengan bertambahnya data, menjadi lebih grounded. Kegiatan ini merupakan proses memeriksa dan menguji kebenaran data yang telah dikumpulkan sehingga kesimpulan akhir didapat sesuai dengan fokus penelitian.
(30)
7. Rencana Pengujian Validitas Data
Uji validitas data ini dilakukan untuk mengukur keabsahan data yang diperoleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa cara sebagai pengujian validitas data, yakni:
a. Perpanjangan Pengamatan
Agar data yang diterima lebih valid, maka peneliti melakukan perpanjangan pengamatan sehingga hubungan antara peneliti dan nara sumber lebih akrab, semakin terbuka, saling mempercayai dan tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini maka kepastian data akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dalam penelitian ini, peneliti akan membaca berbagai referensi baik berupa buku, artikel-artikel di surat kabar maupun internet yang berkenaaan dengan sistem boarding school dan kualitas belajar siswa sehingga wawasan peneliti akan lebih tajam untuk memeriksa data yang dipercaya. c. Observasi Mendalam
Hal ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur yang pas dengan data kunci (focus) permasalahan yang sedang diteliti. Hal ini dilakukan dengan pengamatan yang rinci dan kesinambungan terhadap segenap unsur permasalahan terkait.
(31)
B. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar skripsi ini terarah sesuai dengan judul, maka pembahasan dalam peneltian ini penulis susun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan rancangan pelaksanaan penelitian secara umum. Terdiri dari sub-sub bab tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi oprasional variabel penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Bab ini mengkaji tentang sistem boarding school, antara lain: pengertian sistem boarding school, kurikulum boarding school, keunggulan dan kelemahan boarding school, fasilitas (sarana dan prasarana) boarding school dan membahas tentang keberadaan pesantren sebagai sistem boarding school. Kemudian kajian teori mengenai kualitas belajar siswa yang meliputi pengertian kualitas belajar siswa, faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa, serta bagaimana kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school. BAB III : LAPORAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang paparan (deskripsi) sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi lapangan. Mencakup gambaran umum SMP Islam Raden Paku serta gambaran tentang penyelenggaraan sistem boarding school, sejauhmana pelaksanaan program boarding school, dan kualitas belajar siswa dalam siste boarding school di SMP Islam Raden Paku.
(32)
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang intrepretasi penulis terhadap data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku Blotongan Salatiga.
BAB V : PENUTUP
Pada bab terakhir berisi penarikan kesimpulan dan saran-saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.
(33)
A.
Kualitas Belajar Siswa
1.
Pengertian Kualitas Belajar
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan.
Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni, 1964). Efektivitas
merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam
maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian kualitas tidak hanya dapat
dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi
persepsi atau sikap orangnya.
Dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang berkualitas terlibat
berbagai input, seperti bahan ajar, metode mengajar yang bervariasi, sarana
prasarana sekolah, dukungan administrasi dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif.
http://www.qtulis.net/read/kualitas-belajar-mempengaruhi-hasil-belajar.html
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan dalam hal tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Slameto, 1991 : 2)
(34)
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan nilai sikap. (Hasan, 1994: 84)
Dalam kaitan ini, maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua
gejala yang saling terkait, yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai
bukti dari hasil yang diproses.
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dsb. (Hakim, 2005 : 1)
Dari beberapa pengertian di atas, yang perlu kita digarisbawahi adalah
bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas belajar seseorang diperlihatkan
dalam bentuk bertambahnya kemampuan orang itu dalam berbagai bidang.
Jika dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu
peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan orang
tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain
mengalami kegagalan dalam proses belajar.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar
itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
(35)
a.
Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu
itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor
psikologis.
1)
Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan, kebugaran tubuh.
(Daulay, 2004 : 80) Faktor biologis meliputi segala hal yang
berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang
bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan faktor biologis ini di antaranya sebagai berikut :
Pertama, kondisi fisik yang normal. Kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan
keberhasilan belajar seseorang.
Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi kesehatan fisik
yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar seseorang. (Hakim, 2005: 11)
2)
Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar
ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan
belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Sikap mental
(36)
yang positif dalam proses belajar itu misalnya saja adalah kerajinan
dan ketekunan dalam belajar, tidak mudah putus asa atau frustasi
dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak mudah
terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan dari pada
belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya,
dan selalu percaya pada diri sendiri. (Hakim, 2005 : 12)
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan
keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan
faktor waktu. (Hakim, 2005 : 17)
1)
Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan
pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama
dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan
belajar seseorang di antaranya ialah adanya hubungan yang harmonis
di antara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan
belajar, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan
yang tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap
perkembangan proses belajar anak-anaknya. (Daulay, 2004: 80)
(37)
2)
Faktor Lingkungan Sekolah
Satu hal yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk
menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Disiplin tersebut
harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang
bersangkutan, guru, para siswa, sampai karyawan sekolah lainnya.
Dengan cara seperti inilah proses belajar akan dapat berjalan dengan
baik. Setiap personil sekolah terutama para siswa harus memiliki
kepatuhan terhadap disiplin dan tata tertib sekolah. Jadi mereka tidak
hanya patuh dan senang kepada guru- guru tertentu.
Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat mempengaruhi
kondisi belajar antara lain adalah adanya guru yang baik dalam
jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang
ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah
yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang
baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di
antara semua personil sekolah.
3)
Faktor Lingkungan Masyarakat
Jika kita perhatikan dengan saksama lingkungan masyarakat
sekitar, ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang
keberhasilan belajar, ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang
menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu
(38)
yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah
lembaga-lembaga pendidikan nonformal yang melaksanakan
kursus-kursus tertentu, seperti kursus-kursus bahasa asing, bimbingan belajar, kursus-kursus
pelajaran tambahan yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah,
sanggar majelis taklim, sanggar organisasi keagamaan seperti remaja
masjid, karang taruna dan lain sebagainya.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat
keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang
banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau
hura-hura seperti bioskop, pusat-pusat perbelanjaan yang merangsang
kecenderungan konsumerisme, dan tempat-tempat hiburan lainnya
yang memungkinkan orang dapat melakukan perbuatan maksiat
seperti judi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan zat atau obat.
4)
Faktor Waktu
Bahwa waktu (kesempatan) memang berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar seseorang, tentunya telah kita ketahui bersama.
Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau
tidak adanya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu
yang tersedia. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana mencari dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya
agar di satu sisi siswa dapat menggunakan waktunya untuk belajar
dengan baik dan di sisi lain mereka juga dapat melakukan kegiatan
(39)
yang bersifat hiburan atau rekreasi yang bermanfaat pula untuk
menyegarkan pikiran.
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan
yang bersifat hiburan atau rekreasi itu sangat perlu. Tujuannya tidak
lain agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa
pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran.
B.
Sistem Pembelajaran Boarding School
1.
Pengertian Sistem Pembelajaran
Secara garis besar sistem dimaknai sebagai sebuah kesatuan yang
terdiri dari beberapa unsur yang saling kait-mengait menuju tercapainya
tujuan sistem. (Arikunto, 2010: 38)
Susilo (2007: 29) menyatakan bahwa sistem adalah sehimpunan
komponen atau sub-sistem yang terorganisir dan berkaitan sesuai dengan
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan
siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran tedapat kegiatan
memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan.(Uno, 2006: 2) Pembelajaran sebagai suatu sistem
artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan
berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Maimun, 2010: 123)
(40)
Dari beberapa definisi tersebut, maka sistem pembelajaran adalah
sekumpulan elemen yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain
yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Suatu sistem pembelajaran terdiri dari komponen yang terkait dan
bekerjasama secara efisien dan dapat diandalkan untuk memberikan aktivitas
belajar yang diperlukan demi tercapai tujuan belajar.
2.
Komponen Sistem Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang pendidik pada
dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran
merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Hal ini
perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran,
minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang
diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan
setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.
Sistem pembelajaran bukan hanya sekedar merupakan cara, melainkan
juga mencakup keterlibatan seluruh komponen-komponen pembentuknya,
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
(http://willzen.blogspot.com/pengertian-sistem-pembelajaran.html)
Agar dapat tercapai tujuan dari sistem pembelajaran, maka diperlukan
bagian-bagian (komponen) yang menunjang usaha pencapaian tujuan dari
(41)
sistem tersebut. Adapun komponen-komponen dari sistem pembelajaran
meliputi (Uno, 2006: 16) :
a.
Kondisi pembelajaran, yaitu faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
b.
Strategi pembelajaran, yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
c.
Hasil pembelajaran, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda.
Sedangkan Maimun menegaskan beberapa elemen yang membentuk
sistem pembelajaran, yaitu siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana atau
alat, evaluasi, dan lingkungan. Masing-masing komponen dari sistem
pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut : (Maimun, 2010: 123)
a.
Siswa
Siswa
merupakan
obyek
utama
dalam
pendidikan
dan
pembelajaran, karena proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung
tanpa adanya siswa. Tujuan dari pada pembelajaran adalah agar mereka
dapat belajar yang didukung oleh guru, fasilitas, biaya dan sebagainya.
b.
Guru
Guru adalah salah satu faktor pendidikan yang memiliki peranan
strategis, sebab gurulah ‘pemain’ yang paling menentukan dalam proses
belajar mengajar. (Daulay, 2004: 75) Peran guru di sekolah lebih khusus
(42)
di kelas tidak dapat digantikan dengan media apapun. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan oleh KH. Abdullah Syukri bahwa :
"
ﹸﺔﹶﻘﻳِﺮﱠﻄﻟﹶﺃ
ﺎﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ
ﺩ
ﺱﺭﺪﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻜﹶﻟﻭ ،ِﺓ
ِﺱﺭﺪﹸﳌﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ ﺱﺭﺪﻤﹾﻟﺍ ﺡﻭﺮﻟﺍﻭ ،ِﺔﹶﻘﻳِﺮﱠﻄﻟﺍ ﻦِﻣ ﻢﻫﹶﺃ
"
(Metode itu lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting dari
metode, dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri) (Maimun,
2010: 125)
c.
Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang
mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan umum pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran.
d.
Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang
tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup
keseluruhan materi pembelajaran.
e.
Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyempaian materi
pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan
berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak.
f.
Media
Pembelajaran akan lebih sukses lagi apabila peserta didik terlibat
secara fisik dan psikis. (Daulay, 2004: 81) Media pembelajaran
(43)
merupakan suatu bagian yang integral dari suatu proses pendidikan di
sekolah.
g.
Evaluasi
Istilah evaluasi dalam pendidikan Islam, biasanya lebih dikenal
dengan sebutan “imtihan” atau “khataman” yang sering digunakan
dalam pendidikan non-formal seperti di pesantren. Evaluasi dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik, sehingga ada penanda
simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak.
h.
Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen yang sangat
penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup
lingkungan fisik, lingkungan sosial, alam, lingkungan psikologis pada
waktu proses belajar mengajar berlangsung.(Maimun, 2010: 188)
3.
Sistem Boarding School
Term boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks
pendidikan di Indonesia, karena sudah lama lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia menghadirkan konsep boarding school dengan nama “Pondok
Pesantren”.
Boarding school terdiri dari kata “boarding” yang berarti papan atau
tempat tinggal dan kata “school” yang berarti sekolah. Boarding school dapat
diartikan sebagai “sekolah dasar atau menengah dengan asrama”.
(44)
Boarding school dapat dimaknai sebagai sekolah dengan sistem
asrama (pondok pesantren), atau sekolah yang menyediakan fasilitas tempat
tinggal bagi siswa-siswinya. (Purnama, 2010: 60)
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sistem boarding school merupakan suatu sistem pembelajaran dimana siswa
atau peserta didik mengikuti proses pembelajaran dan tinggal di asrama serta
dalam pengawasan pihak sekolah.
a.
Kurikulum Boarding School
Tidak berbeda dengan sekolah reguler lainnya, kurikulum sekolah
asrama mengacu pada kurikulum nasional. Semenjak diterapkannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), umumnya kurikulum
inilah yang digunakan. Kebanyakan sekolah asrama (boarding school)
dibangun dengan semangat tertentu, sehingga wajar kalau ada kurikulum
tambahan yang disusun masing-masing sekolah. (Purnama, 2010 : 67)
Saat ini sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri
kurikulum yang akan digunakan. Kurikulum sekolah asrama (boarding
school) terdiri dari kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum
yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri
khas satuan pendidikan sekolah yang bersangkutan. (Maimun, 2010: 53)
Sehingga, jika sekolah asrama tersebut berbasiskan nilai-nilai Islam
(pondok pesantren), maka selain materi standar nasional juga akan banyak
materi tambahan yang berlandaskan ajaran agama Islam.
(45)
Program-program pembelajaran disisipkan untuk memperkuat
kurikulum nasional yang dirancang dan dikembangkan sebagai program
unggulan sekolah. (Maimun, 2010: 54) Program unggulan maksudnya
program yang dikembangkan sebagai faktor daya tarik suatu sekolah dan
merupakan karakteristik umum lulusan suatu madrasah/ sekolah.
b.
Keunggulan dan Kelemahan Sistem Pembelajaran Boarding School
1)
Keunggulan Boarding School
Diantara keunggulan dari sekolah dengan sistem asrama
(boarding school) adalah sebagai berikut :
a)
Hidup Mandiri. Tinggal jauh dari orang tua memaksa siswa untuk
hidup mandiri. Hidup mandiri bukan berarti segala sesuatu
dilakukan secara individual, karena tinggal di lingkungan asrama
juga mengharuskan siswa untuk beradaptasi dengan komunitas
baru, seperti; teman satu kamar, seasrama, guru, dan pembimbing
yang akan menjadi keluarga baru selama tinggal di asrama.
b)
Hidup lebih teratur. Pihak sekolah sudah memiliki jadwal kegiatan
sehari-hari, mulai dari waktu bangun tidur, makan, belajar,
mengerjakan tugas, hingga waktu senggang. Ini jelas berbeda
dengan jika tinggal di rumah sendiri, dimana waktu makan,
mengerjakan tugas, dan tidur tidak terjadwal.
(46)
c)
Ada pendamping. Di sekolah berasrama biasanya ada dua/ lebih
pemimpin. Seorang pemimpin sekolah (kepala sekolah) dan
pemimpin asrama (kepala asrama).
d)
Risiko terlambat sekolah sangat minim. Bahkan dapat dikatakan
hampir tidak mungkin untuk terlambat ke sekolah, karena biasanya
sekolah dan asrama berada dalam satu kompleks dengan jarak
yang tidak terlalu jauh.
e)
Lebih aman. Berada di lingkungan asrama memang lebih aman
dibanding jika berada di luar, misalnya bila tinggal di kost. Tidak
sembarang orang bisa keluar-masuk seenaknya ke dalam
lingkungan asrama.
f)
Fasilitas lebih lengkap. Fasilitas sekolah asrama biasanya juga
lebih lengkap. Karena fasilitas tersebut yang akan mengakomodir
kegiatan siswa tanpa harus meninggalkan lingkungan asrama.
(Purnama, 2010 : 63-66)
2)
Kelemahan Boarding School
Di samping keunggulan-keunggulan di atas, sekolah dengan
sistem boarding school (asrama) juga mempunyai kekurangan atau
kelemahan, diantaranya adalah :
a)
Perasaan jenuh. Kondisi ini akan lebih cepat dirasakan jika
keinginan bersekolah di sekolah asrama bukan keinginan sendiri,
misalnya karena keinginan orang tua. Bisa juga karena lingkungan
(47)
sekolah dan asrama berada dalam satu lokasi sehingga timbul
perasaan berada di lingkungan yang 'itu-itu saja'. Perasaan ini juga
bisa muncul karena rutinitas yang sudah terjadwal setiap harinya.
b)
Makanan asrama belum tentu sesuai selera. Kalau tinggal di rumah
bisa makan apa pun, maka jika di asrama hal itu tidak mungkin.
Bahkan sekalipun makanan yang disediakan asrama tidak sesuai
selera, siswa harus belajar beradaptasi.
c)
Tidak ada privasi. Ini jelas karena di asrama siswa tinggal bersama
dan menggunakan fasilitas bersama, termasuk kamar tidur.
d)
Kurang mengenal lingkungan di luar asrama. Ini akan diperparah
jika pihak sekolah tidak memiliki agenda keluar sehingga siswa
sulit berinteraksi dengan orang-orang di luar asrama. Bukan
mustahil siswa tidak mengenal lingkungan sekitar, bahkan bisa
saja menjadi asing saat tiba-tiba siswa keluar dari lingkungan
asrama. (Purnama, 2010 : 66-67)
c.
Fasilitas dan Biaya Sekolah Asrama (Boarding School)
Disini letak perbedaan antara sekolah asrama dan non-asrama,
fasilitas sekolah asrama terbilang lebih lengkap dibandingkan sekolah
sistem reguler. Beberapa sekolah asrama memang membatasi fasilitas
yang bisa digunakan oleh para siswanya. Namun, ada juga yang memberi
fasilitas spesial seperti jasa pencucian baju (laundry). Fasilitas sekolah
asrama lainnya juga meliputi laboratorium dan ruang kelas seperti halnya
(48)
sekolah reguler, lapangan olahraga, klinik kesehatan, dapur, aula, layanan
internet, dan tentu saja gedung asrama. (Purnama, 2010 : 69)
Logikanya, biaya sekolah asrama akan lebih mahal. Hal ini karena
sekolah asrama menanggung biaya hidup siswa sehari-hari, mulai dari
makan, mencuci, listrik, pemondokan (kamar), telepon, dan biaya sekolah,
sehingga biaya operasional yang dikeluarkan sekolah pun akan lebih
besar. Biaya ini meliputi listrik hingga gaji guru dan pembimbing.
Sedangkan di sekolah reguler, siswa biasanya hanya akan dikenai biaya
operasional sekolah, biaya tahunan, biaya buku, dan biaya-biaya lain.
(Purnama, 2010 : 69)
d.
Problematika Sekolah Asrama (Boarding School)
Sampai saat ini sekolah berasrama masih banyak mempunyai
persoalan yang belum dapat diatasi, sehingga banyak sekolah berasrama
layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada boarding school perintis.
Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:
1)
Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas
Term ideology digunakan untuk menjelaskan tipologi atau
corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau
nasionalis-religius. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan
secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari
pakem atau frame ideology tersebut.
(49)
2)
Dikotomi Guru Sekolah dengan Guru Asrama (Pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang
cocok untuk sekolah berasrama. Guru sekolah (mata pelajaran)
bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru
pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal
idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah
berasrama.
3)
Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama
dengan sekolah umum adalah kurikulumnya. Kalau bicara kurikulum
academiknya dapat dipastikan sangat sedikit perbedaannya. Semuanya
mengacu kepada kurikulum KTSP dengan ditambah pengayaan atau
suplemen kurikulum international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara
tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer
sampai ada yang terlalu lunak.
4)
Sekolah dan Asrama Terletak dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi
dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak
berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah
asrama.
(http://sutris02.wordpress.com/2008/09/08/problem-dan-solusi-pendidikan-berasrama-boarding-school/)
(50)
C.
Kualitas Belajar Siswa dalam Sistem Boarding School
Pendidikan dengan sistem boarding school dinilai lebih unggul dari model
pendidikan lainnya karena memiliki konsep pendidikan terpadu selama 24 jam.
(Qomar : 81) Kurikulum pendidikan tidak hanya seperangkat pengajaran yang
terdiri dari beberapa pelajaran-pelajaran di kelas saja, akan tetapi apa yang
didengar, dilihat, dan dirasakan oleh santri adalah rententan pendidikan.
Pendidikan adalah penugasan, pengajaran, dan pembiasaan selama satu hari
semalam santri tinggal di lingkungan pendidikan.
Dari sudut pertimbangan ini sistem pendidikan boarding school lebih
dipercaya orang tua dari pada sistem pendidikan formal, terutama bagi mereka
yang berkarier dan memiliki komitmen tinggi untuk menanamkan akhlak pada
putra-putrinya. Pendidikan dengan sistem asrama dinilai mampu membentengi
siswa dari pengaruh-pengaruhi negatif arus globalisasi yang menghadirkan
kebudayaan Barat di tengah-tengah kebudayaan kita.
Kualitas hasil pendidikan tidak hanya diukur dari kemajuan intelektualnya
saja, tetapi juga harus ditinjau dari segi mental, misalnya etos kerja, disiplin
semangat belajar, kemandirian, dan sebagainya, juga dari sudut ini output (hasil)
pendidikan. (Daulay, 2004: 66) Pesantren tetap survive dan mampu beradaptasi
dengan modernitas pendidikan. Bahkan ketika pendidikan yang cenderung sekuler
dinilai gagal, pondok pesantren ditunjuk sebagai lembaga pendidikan alternatif.
(51)
D.
Pesantren Sebagai Sistem Boarding School
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang pada tahap
awal sebelum masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia
semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk
ulama, kiai yang kompeten dalam bidang ilmu-ilmu Diniyah. (Daulay, 2004 : 36)
Sesuai dengan arus kemajuan zaman serta diiringi dengan masuknya ide-ide
pembaharuan pemikir Islam ke Indonesia, maka pesantren telah mengalami
perubahan dinamika. Dinamika itu dapat dilihat dari segi; dinamika materi (bahan
yang diajarkan), dinamika administrasi dan manajemen, serta dinamika sistem
dari non klasikal menjadi klasikal.
Dulunya orang menilai bahwa Pesantren merupakan sarana pendidikan
Islam tradisional yang berfungsi dan bertujuan menjadi tempat syiar Islam.
Tempat mendidik santri jadi ulama (orang berilmu) juga sebagai lembaga sosial
kemasyarakatan yang berusaha memajukan status sosial keagamaan, pendidikan,
kebudayaan bahkan perekonomian masyarakat sehingga pesantren merupakan
suatu lembaga pendidikan yang terbuka dan mau menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakat secara terbuka pula.
Namun saat ini telah seiring dengan berkembangnya zaman, banyak
berdiri Pondok Pesantren berbasis modern atau sering juga disebut Isamic
Boarding School. Bahkan saat ini banyak sekolah umum atau madrasah yang
menggunakan sistem berasrama untuk menjadikan peserta didiknya lebih unggul
dalam bidang IPTEK maupun IMTAQ.
(52)
Pondok atau asrama, meskipun dalam batas tertentu ada perbedaannya
secara mendasar dapat memberikan alternatif dalam proses pembelajaran bila
diberdayakan secara optimal sehingga menjadi kecenderungan sekolah-sekolah
unggulan. Kehidupan pondok pesantren atau asrama memberikan berbagai
manfaat antara lain :
1.
Interaksi antara murid dengan guru bisa berjalan secara intensif.
2.
Memudahkan kontrol terhadap kegiatan murid.
3.
Pergesekan sesama murid yang memiliki kepentingan sama, mencari ilmu.
4.
Menimbulkan stimulasi atau rangsangan belajar, dan
5.
Memberi kesempatan yang baik bagi pembiasaan sesuatu. (Qomar : 83)
Pada manfaat pemberian kesempatan bagi pembiasaan sesuatu ini, pondok
atau asrama terbukti menjadi sasaran yang efektif bagi penerapan pembiasaan
sesuatu kegiatan seperti pembentukan lingkungan bahasa (biah lughawiyyah).
Hanya saja, motif pembangunan pondok bagi pesantren dengan asrama bagi
sekolah unggulan cukup berbeda. Menurut akar sejarahnya pondok dibangun agar
santri tidak jauh-jauh menempuh perjalanan untuk belajar pada kiai atau agar
santri bisa menginap di dekat rumah kiai. Sedangkan asrama dibangun oleh
sekolah unggulan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, menyangkut
berbagai komponen yang terkait. Dengan pengertian lain, jika pondok dibangun
lantaran faktor darurat, maka asrama dibangun atas dasar perencanaan
pembelajaran yang matang dengan memenuhi kriteria efektivitas dan efisiensi.
(53)
A. Gambaran Umum SMP Islam Raden Paku 1. Sejarah Singkat SMP Islam Raden Paku
Ide awal pendirian SMP Islam Raden Paku berangkat dari keprihatinan terhadap lulusan/ tamatan sekolah yang akhir-akhir ini hanya mengandalkan materi pelajaran umum dan mengesampingkan pendidikan agama (Islam). Banyak lulusan sekolah yang kurang dalam pemahaman ilmu keagamaan, terkontaminasi dengan gaya hidup yang serba modern dan cenderung mempunyai akhlak yang kurang sesuai dengan nilai-nilai dan norma agama Islam, serta kurangnya keterampilan anak didik yang sebenarnya sangat dibutuhkan ketika anak didik hidup bermasyarakat. (Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Raden Paku tanggal 13 Juli 2012)
Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar, berdirilah SMP Islam Raden Paku tepatnya pada tanggal 11 Juli 2009, Sebuah Sekolah Menengah Pertama yang dihadirkan untuk umum dengan berciri khas Islam. (Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP I Raden Paku pada tanggal 13 Juli 2012). SMP Islam Raden Paku merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan yayasan pondok pesantren Raden Paku. Lembaga pendidikan ini didirikan dengan harapan bukan hanya sekedar mencetak kader ulama', melainkan juga
(54)
untuk mendidik generasi muda yang berintelektual, baik dalam masalah agama, kehidupan sosial serta kehidupan berbangsa dan bernegara. (Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Raden Paku tanggal 13 Juli 2012)
2. Profil Sekolah
SMP Islam Raden Paku berlokasi di jalan Fatmawati 04 kelurahan Blotongan kecamatan Siderejo kota Salatiga. Gambaran umum mengenai Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Raden Paku Blotongan adalah sebagai berikut :
1. Nama Sekolah : SMP Islam Raden Paku 2. Ijin Operasional : Disdikpora kota Salatiga
Tertanggal : 31 Oktober 2009
Nomor : 421.3/4544/101 NIS : 200230 3. Alamat Sekolah : Jl. Fatmawati 04
Kelurahan : Blotongan Kecamatan : Sidorejo Kabupaten/Kota : Salatiga Propinsi : Jawa Tengah 4. Status sekolah : Swasta (Yayasan) 5. Tahun berdiri/ beroprasi : 2009
6. Telepon/ Hp/ Fax : (0298) 313766
7. Kepemilikan tanah : Milik Pondok Pesantren Raden Paku (Observasi dan Dokumentasi tanggal 21 Februari 2012)
(55)
Kehadiran sekolah yang di kelurahan Blotongan ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok pesantren maupun masyarakat luas, khususnya mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu (agama) ukhrawi serta tidak lepas dari ilmu pendidikan umum (duniawi). 3. Visi dan Misi
Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, Visi dari SMP Islam Raden Paku Blotongan adalah sebagai berikut :
Ilmu-Terampil-Beriman-Amal (ITBA')
a. Ilmu atau Berilmu, dalam artian memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang luas.
b. Terampil, yaitu memiliki keahlian (kemampuan) dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman.
c. Beriman adalah mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), dan menjadikan ridha-Nya sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan mereka dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. d. Amal atau Mengamalkan dalam artian mau mengamalkan apa yang
telah diketahui dan mau mengajarkan kepada orang lain yang belum tahu dengan niat tulus di jalan Allah.
(Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)
Sedangkan Misi SMP Islam Raden Paku adalah sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pendidikan yang profesional dan berkualitas. b. Meningkatkan kualitas peserta didik yang berwawasan IPTEK. c. Membina terwujudnya kualitas iman dan taqwa.
(56)
d. Membina terwujudnya kualitas akhlaqul karimah peserta didik. e. Membina terwujudnya kualitas keterampilan dan life skill siswa. f. Membina sikap mental kepedulian sosial peserta didik.
g. Mewujudkan keseimbangan ilmu umum dan agama peserta didik. (Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)
4. Tujuan Sekolah
Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan SMP Islam Raden Paku. Berdirinya sekolah ini bertujuan untuk: a. Menciptakan sekolah dengan sarana prasarana pembelajaran yang
lengkap dan memadai.
b. Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang bersih dan nyaman. c. Menciptakan lingkungan yang sehat.
d. Meningkatkan semangat belajar para peserta didik. e. Meningkatkan daya kreativitas para peserta didik.
f. Meningkatkan kepercayaan dan keterampilan praktis para peserta didik g. Menanamkan sikap kepedulian sosial bagi peserta didik.
h. Menciptakan atmosfer kompetisi dan semangat belajar peserta didik. i. Menambah perhatian para siswa berkaitan dengan ilmu umum dengan
tetap tidak melupakan ilmu agama.
(Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012) 5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Secara garis besar (65%) sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di SMP Islam Raden paku sudah tersedia, seperti Laboratorium IPA,
(57)
Laboratorium PAI (asrama pondok pesantren), Ruang Kelas, Perangkat Pembelajaran, dan lain sebagainya. Sarana pendukung pembelajaran yang ada dapat dibilang cukup mendukung proses belajar mengajar. Adapun keberadaan ruang Kepala Sekolah, ruang Guru, dan ruang Tata Usaha belum representatif.
(Wawancara dengan Kepala SMP, Drs. Tulusmono, S.Pd., M.SI, tanggal 13 Juli 2012)
6. Keadaan Guru dan Karyawan Tabel 3.1
Daftar Guru Dan Karyawan SMP Islam Raden Paku Blotongan Tahun Pelajaran 2011/2012
No Nama L/P Jabatan Struktural/ Fungsional
1. Drs. Tulusmono, S. Pd., M.SI L Kepala Sekolah, Guru Matematika 2. Drs. Sugeng Riyanto, MPd.I L Guru Pendidikan Agama Islam 3. Amin Alrosid, S.Pd L Guru Pendidikan Kewarganegaraan 4. Drs. Wagimin L Koordinator BP
5. Fahroni, S. Pd.I L Waka Sarana Prasarana, Guru SBK, Guru IPA (Biologi)
6. Budi Hartono. Amd L Waka Humas, Guru IPS (Ekonomi, Geografi)
7. Heriyanto, S.Pd L Waka Kesiswaaan, Guru IPS (Sejarah), Guru Penjaskes 8. Muhammad Fikri A., S.Pd.I L Guru SBK
9. Muhammad Haris L Guru Penjaskes
10.Rona Ratna Pribadi L Guru Bahasa Jawa, Guru Fisika 11.Raniya Tri Susanti, S. Pd P Bahasa Inggris, Wali kelas 7 12.Siti Rodliyah, S. Pd P Wali kelas 9, Bendahara, Guru
(58)
13.Puspo Nugroho, S. Pd I L Guru Akidah Akhlak, Guru Fiqih, Wali Kelas 8
14.Rozikin S.Pd.I L Waka Kurikulum, Guru TIK, Guru SKI
15.Muhamad Zulfal Arif L Guru Bahasa Arab
16.Sidiq L Guru Quran Hadis
17.Miftah Nur Ilmi L Karyawan 18.Novi Lestari, S.Pd P Karyawati 19.Nur Imam Yuwono L Karyawan
(Observasi dan Dokumentasi tanggal 23 Februari 2012) 7. Keadaan Siswa SMP Islam Raden Paku
Sebagai sekolah yang baru 4 tahun didirikan, SMP Islam Raden Paku tergolong cukup berhasil dalam menarik minat siswa untuk sekolah disana. Berikut paparan data siswa yang diperoleh pada saat observasi :
Tabel 3.2
Data Siswa SMP Islam Raden Paku Tahun Pelajaran 2011/2012 No Tahun Ajaran Jumlah Siswa 1 2009/ 2010 (awal pendirian) 5 siswa
2 2010/ 2011 11 siswa
3 2011/ 2012 21 siswa
4 2012/ 2013 10 siswa Jumlah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah siswa di SMP Islam Raden Paku terus meningkat. Jumlah siswa pada awal pendirian sekolah yaitu tahun pelajaran 2009/2010 hanya berjumlah 5 siswa, kemudian pada tahun pelajaran 2010/2011 meningkat
(59)
menjadi 10 siswa dan pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah mencapai 21 siswa. (Observasi dan Dokumentasi tanggal 17 Juli 2012)
8. Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku
Struktur organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan dapat digambarkan sebagai berikut :
Diagram 3.1
Struktur Organisasi SMP Islam Raden Paku Blotongan
B. Data tentang Sistem Boarding School SMP Islam Raden Paku 1. Kurikulum SMP Islam Raden Paku
Dari keterangan WAKA Kurikulum, Fahroni, S.Pd.I kurikulum dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran SMP Islam Raden Paku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan kurikulum Boarding School khas pondok pesantren yang berbasis karakter.
Waka Sarana Prasarana Rozikin, S. Pd I Waka Humas
Budi Hart ono. Amd
Waka Kesisw aaan Heriyant o, S. Pd Kepala Sekolah
Drs. Tulusmono, S. Pd., M SI
Waka Kurikulum Fahroni, S.Pd.I St af TU
Novi Lest ari, S.Pd Koordinat or BP
Dr s. Wagimin
Wali Kelas 8 Puspo Nugroho, S. Pd I
Guru Kelas Wali Kelas 7
Raniya Tri Susant i, S. Pd
Wali Kelas 9 Sit i Rodliyah, S. Pd
(60)
Sistem pendidikan terpadu antara pondok pesantren dengan sekolah yaitu dengan cara peserta didik hidup berasrama dan mengikuti pola pendidikan di bawah bimbingan para pengasuh, dewan asatidz/ asatidzah dan dewan tutor. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem klasikal, belajar kelompok dan belajar individual dengan menggunakan cara belajar siswa aktif yang Islami, manusiawi dan menyenangkan. Kurikulum pelajaran agama (Islam) dan pelajaran umum dimasukkan bersama-sama dalam satu kesatuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Selain itu, sistem pembelajaran yang dipakai dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan kurikulum yang up to date dengan berbasis pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Wawancara Waka Kurikulum, tanggal 7 Juli 2012)
Kepala SMP Islam Raden Paku, Drs. Tulusmono, S.Pd., M.SI. juga menegaskan bahwa :
Kelulusan siswa-siswi tidak hanya ditentukan dengan Standar Nilai Ujian Nasional saja, tetapi juga harus memenuhi kriteria tuntas dari beberapa item materi Pendidikan Agama Islam. (Wawancara dengan Kepala SMP, tanggal 11 Maret 2012)
2. Program Pembelajaran SMP Islam Raden Paku
Pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Islam Raden Paku tidak berbeda dengan pembelajaran di SMP pada umumnya. Sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, tentunya ada beberapa mata pelajaran
(61)
tambahan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Mengenai daftar mata pelajaran dan alokasi waktu pembelajaran di SMP Islam Raden Paku dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Alokasi Waktu Mata Pelajaran di SMP Islam Raden Paku No Mata Pelajaran Alokasi Waktu
1 Al Qur'an dan Al Hadits 1 jam
2 Aqidah Akhlak 1 Jam
3 Fiqih 1 Jam
4 Sejarah Kebudayaan Islam 2 Jam 5 Pendidikan Kewarganegaraan 2 Jam
6 Bahasa Indonesia 2 Jam
7 Matematika 4 Jam
8 Fisika 6 Jam
9 Biologi 4 Jam
10 Geografi 4 Jam
11 Sejarah 2 Jam
12 Ekonomi 2 Jam
13 Kertangkes 2 Jam
14 Penjaskes 2 Jam
15 Bahasa Jawa 2 Jam
16 Bahasa Arab 2 Jam
17 Bahasa Inggris 6 Jam
18 Komputer (TIK) 2 Jam
19 Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 Jam 20 Pembinaan Wali Kelas 1 Jam
Total 51
(62)
Program pendidikan unggulan SMP Islam Raden Paku adalah sebagai berikut :
a. Full day school (belajar sepanjang hari)
b. Pemberian Kosakata Arab - Inggris dan Arab - Indonesia c. Hafalan Juz ‘amma dan Surat-surat Pilihan
d. Percakapan dengan bahasa Inggris dan Bahasa Arab e. Nahwu Shorof dan Kitab-kitab Kuning
Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Islam Raden Paku : a. Seni peran (Teater)
b. Khutbah Berbahasa Arab, Inggris dan Bahasa Jawa c. Senam, Beladiri
d. Life skill achievements (ketrampilan hidup) (Observasi dan Dokumentasi tanggal 24 Juni 2012) 3. Aktivitas Kegiatan Siswa
a. Kegiatan Harian
Adapun kegiatan harian yang dilakukan siswa-siswi SMP Islam Raden Paku di tunjukkan dalam bentuk table di bawah ini:
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Harian
NO WAKTU KEGIATAN
1 04.30-05.30
- Bangun tidur
- Shalat Subuh berjama’ah. - Membaca Al-Qur’an
(63)
2 05.30-06.15 - Olahraga - Mandi
3 06.15-06.50 - Makan pagi (sarapan) - Persiapan masuk kelas
4 07.00-09.30 - Masuk kelas untuk mengikuti pembelajaran 5 09.30-10.00 - Istirahat
6 10.00-12.00 - Masuk kelas untuk mengikuti pembelajaran 7 12.00-12.30 - Istirahat
- Shalat dzuhur berjama’ah
8 12.30-14.00 - Masuk kelas untuk mengikuti pembelajaran
9 14.00-15.00
- Keluar Kelas - Makan Siang - Istirahat
10 15.00-16.00
- Shalat `Ashar berjama’ah
- Ngaji setoran (bacaan shalat, surat-suat pendek, surat pilihan, dsb)
8 16.00-17.00 - Aktivitas bebas/ ekstra kurikuler (seni baca Al Qur’an, seni beladiri, dan olahraga lain)
9 17.00-17.30
- Istirahat - Mandi
- Makan sore (malam)
- Persiapan untuk jama’ah Maghrib 10 18.00-19.00 - Shalat Maghrib berjama’ah
- Mengaji Al-Qur’an (Tajwid) 11 19.00-19.30 - Sholat Isya’ berjamaah
12 19.30-21.00 - Belajar malam (mengkaji kitab-kitab sesuai dengan kelas masing-masing)
14 21.00-04.30 - Istirahat dan tidur (Observasi dan Dokumentasi tanggal 25 Juni 2012)
(64)
b. Kegiatan Mingguan
Selain kegiatan harian yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga dilaksanakan kegiatan mingguan sebagai berikut.
TABEL 3.5
DAFTAR KEGIATAN MINGGUAN
No Kegiatan Hari Waktu Keterangan
1 Muhadlarah (Latihan Pidato)
Ahad Rabu Kamis
15.00 – 17.00 20.00 – 21.00 15.00 – 17.00
Bahasa Inggris Bahasa Arab Bahasa Jawa 2 Pramuka Jum’at 14.00 – 16.00
3 Ekstra Kurikuler Setiap Sore 15.30 – 16.45 Terjadwal 4 Olahraga Umum Selasa
Minggu
05.30 – 06.00
05.30 – 08.00 Lari Pagi 5 Bersih
Lingkungan Minggu 08.00 – 09.00 (Observasi dan Dokumentasi tanggal 25 Juni 2012) 4. Tata Tertib Siswa SMP Islam Raden Paku
a. Tanggung Jawab dan Kewajiban 1) Upacara
a) Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera setiap sminggu sekali dan pada saat peringatan hari besar nasional lainnya. b) Setiap siswa wajib menjaga agar pelaksanaan upacara bendera
di sekolah berlangsung tertib,khikmad dan lancar.
(1)
Sekolah berasrama tidak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas akademik dan fasilitas menginap (asrama) yang memadai bagi siswa, tetapi juga menyediakan tenaga pengajar atau guru yang menggantikan peran orangtua dalam pembentukan watak dan karakter. Kedekatan antara siswa dan guru dalam sekolah berasrama yang tercipta oleh intensitas pertemuan yang memadai akan mempermudah proses transfer ilmu dari pendidik ke peserta didik. Kedekatan akan mengubah posisi guru di mata para murid. Dari sosok ditakuti atau disegani ke sosok yang ingin diteladani.
(2)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. SMP Islam Raden Paku Blotongan sebagai SMP berciri khas Islam yang menerapkan sistem boarding school, dimana siswa tidak hanya menuntut ilmu di sekolah, melainkan juga tinggal di lingkungan asrama pondok pesantren Raden Paku.
2. Kurikulum yang diterapkan dalam sistem boarding school SMP Islam Raden Paku adalah perpaduan antara kurikulum nasional (KTSP) dengan kurikulum khas pondok pesantren.
3. Faktor Positif dari penerapan sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku adalah meningkatkan kualitas belajar siswa. Siswa tidak hanya menguasai materi pengetahuan umum saja, melainkan siswa juga pengetahuan agama dan mendapatkan ketrampilan hidup seperti membuat besek, membuat tempe, ternak ikan, ternak ayam, dan merakit komputer.
4. Sedangkan faktor negatif dari penerapan sistem boarding school adalah siswa merasa bosan karena jarak antara sekolah dengan asrama terlalu dekat, dan banyak siswa baru yang kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren.
(3)
5. Beberapa usaha yang dilakukan SMP Islam Raden Paku dalam memaksimalkan pengaruh positif dan menanggulangi pengaruh negatif antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan baik pengajar maupun siswa, menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta suasana belajar yang nyaman, memberikan keteladanan, serta dengan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat.
B. Saran
Sekolah berasrama tidak cukup hanya dengan menyediakan fasilitas akademik dan fasilitas menginap (asrama) yang memadai bagi siswa, tetapi juga menyediakan tenaga pengajar atau guru yang menggantikan peran orang tua dalam pembentukan watak dan karakter. Demi perbaikan dan kesempurnaan penerapan sistem boarding school di SMP Islam Raden Paku dan kualitas belajar siswa yang unggul, maka pada kesempatan ini penulis sampaikan beberapa saran atau sumbangan pikiran yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi guru di sekolah dalam aktivitas kegiatan di asrama untuk mengurangi kesenjangan antara tenaga pengajar di sekolah dan asrama. 2. Meningkatkan pelayanan bagi siswa, diantaranya dengan melengkapi fasilitas belajar siswa, seperti perpustakaan, buku pelajaran, media pembelajaran, laboratorium, asrama siswa, sarana MCK, dan kebutuhan olahraga siswa. 3. Meningkatkan kedisiplinan guru dan karyawan, maupun pada siswa.
(4)
79
4. Mengadakan variasi dalam kegiatan sehari-hari untuk mengurangi kejenuhan siswa bila harus beraktivitas yang sama.
5. Menuntut peran aktif siswa dalam segala kegiatan, baik secara individu maupun berkelompok.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Amin. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi semua umat.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari kesalahan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
(5)
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1998. Semarang: Toha Putra.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
A’la, Abd. 2006. Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hakim, Tursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Joko Susilo, Muhammad. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Pers.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya.
Nurul Ulyani. 2012. Makalah. Kolaborasi Pendidikan Formal dan Boarding School.
Purnama, Dian. 2010. Cermat Memilih Sekolah Menengah yang Tepat. Jakarta: Gagas Media.
Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
(6)
Shadily, Hasan. 1976. An English Indonesian Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suprayogo, Imam, 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wahid, Abdul. "Manajemen Berbasis Madrasah; Ikhtiar Menuju Madrasah yang
Mandiri” dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah. Ed.Ismail SM dkk. (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2002).
Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat-kualitas-pembelajaran.html http://en.wikipedia.org/wiki/Boarding_school
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
http://www.qtulis.net/read/kualitas-belajar-mempengaruhi-hasil-belajar.html
http://riokurniawan-msi.blogspot.com/2012/01/islamic-boarding-school-dan-fuul-day.html
http://sutris02.wordpress.com/2008/09/08/problem-dan-solusi-pendidikan-berasrama-boarding-school/