MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DAN BERPIKIR KRITIS.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi masalah penelitian yang berisikan keterbatasan pengetahuan menggunakan ejaan, keterbatasan berpikir kritis mengorganisasikan isi secara sistematis, dan model pembelajaran menulis tidak berorientasi terhadap siswa. Selanjutnya, dibahas rumusan masalah yang menjadi pokok persoalan dalam penelitian ini. Berikutnya, dibahas tujuan penelitian sebelum pelaksanaannya. Seterusnya, dibahas manfaat dalam di bidang pendidikan baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Setelah itu, dibahas asumsi pelaksanaan penelitian. Lalu dibahas hipotesis penelitian untuk menjawab asumsi penelitian. Akhirnya, dibahas definisi operasional untuk memperjelas maksud penelitian ini. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembelajaran bahasa di sekolah dasar merupakan kegiatan membekali siswa sejak awal secara berkesinambungan agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Pada hakikatnya, belajar disiplin dalam berpikir sangat erat hubungan dengan pengembangan aspek logika dan disiplin berbahasa mengacu pada pengembangan aspek linguistik. Remini dan Juanda (2008:115) bahwa ”aspek logika berhubungan dengan isi dan pengorganisasiannya secara logis, dan aspek linguistik berhubungan dengan penyampaian ide secara tertulis melalui kaidah tata bahasa dan ejaan”.

Pengembangan aspek logika menggiring siswa belajar tentang isi dan pengorganisasian isi secara tertulis. Sarana untuk mewujudkan gagasan secara


(2)

2

jelas pada aspek logika adalah bahasa. Pengorganisasian isi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila disampaikan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Keterampilan disiplin berpikir dalam pengorganisasian isi melalui bahasa harus dilatih oleh guru bahasa Indonesia kepada siswanya.

Pengembangan aspek linguistik memberikan bekal dasar terhadap siswa menguasai kaidah tata bahasa dan ejaan yang berlaku dan dapat disosialisasi dalam kehidupan masyarakat sebagai pengguna bahasa. Pengguna bahasa yang baik di suatu tempat sangat dituntut memiliki pengetahuan tentang aspek tersebut sebagai sarana komunikasi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, aspek logika dan aspek linguistik dapat dicapai siswa melalui pembelajaran menulis. Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat produktif dengan menggunakan tulisan secara terorganisasi untuk penyampaian gagasan kepada pihak lain.

Keterampilan menulis merupakan faktor yang sangat penting dikuasai dan ditumbuhkembangkan bagi siswa di sekolah dasar. Melalui kegemaran menulis, siswa di sekolah dasar dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan pengalaman menggunakan bahasa tulisan sesuai etika yang berlaku. Dengan ketekunan siswa berlatih keterampilan menulis semakin membekalinya pengalaman dan pengetahuan di bidang penggunaan ejaan, ketepatan pemilihan kata, struktur kata yang benar, kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca serta kesatuan kalimat dan kepaduan antar kalimat dalam paragraf. Tarigan (2008:4) mengatakan bahwa “keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur”.


(3)

3

Kemampuan menulis setiap siswa tidak dapat diperoleh secara alamiah atau diwarisi dari leluhurnya, namun setiap siswa perlu dilatih dan dipelajari secara sungguh- sungguh sejak dini sebagai bekal pendidikan lanjutan. Sitaresmi (2010:1) mengatakan bahwa “menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya perlu dilakukan sejak awal di SD secara berkesinambungan sebagai bekal belajar menulis di tingkat selanjutnya”. Dengan demikian, aktivitas menulis menjadi suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan perhatian sungguh – sungguh. Ini karena kegiatan menulis sangat sulit dikuasai bagi siswa. Kesulitan siswa pada kegiatan menulis bukanlah penggunaan ejaan, ketepatan pemilihan kata, kalimat yang tepat melainkan pengembangan gagasan dalam kesatuan kalimat atau kepaduan antar kalimat dalam paragraf yang mencerminkan berpikir secara teratur dalam tulisan dan mudah dimengerti pembaca. Sebagaimana dikemukakan oleh Cahyani dan Hodijah (2007:10) bahwa: keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur.

Selain itu, hambatan siswa dalam kegiatan menulis bukanlah penggunaan ejaan, penggunaan kata, kalimat dan paragraf dalam unsur kebahasaan melainkan juga unsur-unsur di luar bahasa sebagai pendukung tertuang pikiran-pikiran logis secara teratur dalam tulisan, seperti dikemukakan oleh Nurgiantoro (2010:442) bahwa:

kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan karena kompetensi menulis menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi karangan.


(4)

4

Menurut pernyataan di atas, kegiatan menulis merupakan kemampuan setiap siswa menguasai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa. suatu keterampilan berbahasa ini, siswa dituntut penggunaan lambang atau simbol- simbol visual serta aturan tata tulis dalam unsur kebahasaan, khususnya yang menyangkut masalah ejaan yang benar. Sementara, unsur luar bahasa mengacu pada penggunaan perangkat retorika dalam menulis yang meliputi seni kemampuan memilah, memilih, menyusun, dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu relevan dengan objek pengamatan atau pengalaman penulis agar tulisannya lebih mudah dimengerti oleh penerima pesan.

Selanjutnya, tantangan yang fundamental dalam keterampilan berbahasa bagi siswa belajar menulis adalah minat atau kreativitas berimajinasi dalam menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap yang mencerminkan pikiran tertib. Hal ini sangatlah rumit bagi siswa menerapkannya dalam tulisan, bukanlah semudah membalik telapak tangan tetapi siswa memerlukan ketekunan berlatih agar tulisan dapat tercapai secara optimal sesuai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar diarahkan siswa mampu menuangkan ide secara tertulis memanfaatkan unsur kebahasaan. Melalui unsur- unsur kebahasaan, siswa mampu mencurahkan informasi secara jelas kepada pembaca. Penggunaan unsur kebahasaan, siswa diharapkan memiliki kegemaran menulis dalam pengorganisasian ide-ide secara jelas melalui bahasa tulis. Resmini dan Juanda (2008:115) menambahkan bahwa:

...tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar dalam Kurikulum KTSP 2006 mengarahkan pada tataran penggunaan, antara lain: (1) siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan perasaan secara tertulis


(5)

5

dengan jelas, (2) siswa mampu menyampaikan informasi secara tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan, (3) siswa memiliki kegemaran menulis, (4) siswa mampu memanfaatkan unsur- unsur kebahasaan karya sastra dan menulis.

Isu-isu yang berkembang selama ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran menulis di tingkat sekolah dasar belum ditangani dengan baik. Siswa belum mampu menuangkan gagasan, pendapat, pengalaman dan perasaan untuk penyampaian informasi secara tertulis kepada pembaca. Kegemaran menulis siswa di sekolah dasar belum memiliki kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir tersebut belum menunjukkan gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, belum diekspresikan dengan jelas dan belum tertata secara sistematis. Rofiuddin (2003:174) mengatakan bahwa:

pemilihan materi dan strategi pembelajaran belum diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan intelektual siswa (khususnya berpikir kritis-kreatif) sehingga kemampuan siswa dalam berpikir kritis-kreatif juga masih rendah. Skor rerata kemampuan berpikir kreativitas 48,162, skor rerata kemampuan membaca siswa adalah 33,039, dan skor rerata kemampuan menulis adalah 32,064. Hal ini menunjukkan tingkat penguasaan berpikir, kemampuan membaca dan menulis sekolah dasar di pulau Jawa masih jauh dari harapan.

Hasil studi pendahuluan diperlihat di atas sangat tidak sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Dilema itu muncul adalah belum tertangani keterampilan berbahasa secara sistematis kemampuan berpikir kritis di sekolah dasar. Sebagai akibatnya, salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan siswa di sekolah dasar masih rendah dari harapan. Ini karena kemampuan berpikir kritis dalam keterampilan berbahasa masih rendah pada keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa memiliki hubungan erat dengan berpikir, salah satunya adalah keterampilan menulis. Tarigan (2008:1) berpendapat bahwa “semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya”. Hal ini


(6)

6

menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis belum menekankan pada tingkat penguasaan berpikir kritis sehingga siswa belajar menulis di pulau Jawa masih jauh dari harapan tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar.

Keberhasilan tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran menulis di sekolah dasar selama ini belum bagus dan baik. Sebagai penyebabnya adalah pada guru belum menggunakan model mengajar modern pada kegiatan menulis, yakni model kooperatif. Alasannya model kooperatif itu memberi peluang pada siswa menulis dengan kooperatif karena pada model kooperatif ada peluang menuangkan ide, kreatif, aktif dan kooperatif untuk dijadikan karangan yang baik. “Model kooperatif memberikan pengaruh prestasi akademik yang tinggi melalui kondisi beragam kemampuan, siswa mampu berkerjasama untuk berpikir lebih mendalam hubungan di antara berbagai ide dalam subjek tertentu” (Arends, 2008:5-6).

Model pembelajaran yang dapat mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pelajaran di sekolah dasar, tentu diperlukan model mengajar kooperatif yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) merupakan salah satu model pembelajaran tipe kooperatif yang melibatkan siswa dalam berpikir secara individual dan membuat catatan kecil setelah membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan


(7)

7

temannya sebelum menulis. Yamin dan Ansari (2008: 85-87) menambahkan bahwa:

model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memiliki beberapa tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap think; siswa membuat catatan kecil secara individual setelah membaca teks, (2) tahap talk; siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok membahas isi catatan kecil, dan (3) tahap write; siswa mengonstruksi ide setelah berdiskusi pada tahap talk dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan”.

Berdasarkan pandangan tersebut, model pembelajaran ini dapat mengarahkan peningkatan kemampuan peserta didik untuk interaksi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan, dan minat melalui tulisan catatan kecil dalam mendeskripsikan pikiran, pengalaman dan pendapat dengan benar atau berdialog dengan diri sendiri setelah membaca lembaran kerja siswa pada tahap think. Selanjutnya, berdiskusi tentang dan membagi ide yang melibatkan interaksi secara aktif dengan temannya sebelum menulis pada tahap talk, maka hasil berpikir dan interaksi sesama individu membentuk gagasan pemikiran yang kompleks, kemudian siswa mengungkapkannya ke dalam bentuk tulisan yang mencerminkan pikiran yang tertib melalui tahap write.

Hasil studi pendahuluan diperlihatkan oleh beberapa para peneliti dari berbagai bidang ilmu bahwa model pembelajaran kooperatif think talk write sangat efektif untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sa’diah (2009) berpendapat bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe think talk write sangat efektif meningkatkan prestasi siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar”. Selanjutnya, Agustina (2007) berpendapat bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe think talk write mampu meningkatkan


(8)

8

prestasi siswa pada keterampilan menulis karangan argumentasi”. Berikutnya, Purnamasari (2010) berpendapat bahwa “model pembelajaran tipe think talk write mampu meningkatkan prestasi siswa pada keterampilan menulis karangan narasi”. Lebih lanjut, Roswita (2010) berpendapat bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV SD Ranggeh Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan”. Oleh karena itu, model kooperatif tipe think talk write berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Model kooperatif tipe think talk write sangat efektif dan efisien meningkatkan kegemaran menulis terhadap siswa SDN Sukajadi 9, Kota Bandung, khususnya menulis karangan deskripsi. Ini karena menulis karangan deskripsi sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang melibat kegiatan berpikir dalam pengorganisasian ide, ketepatan pemilihan kata, ketepatan penulisan kalimat dan paragraf, dan ejaan untuk mencapai pembentukan karangan kompleks. Akhadiah (1988:43) mengatakan bahwa “latihan keterampilan menulis pada hakikatnya adalah pembiasaan berpikir/bernalar secara tertib dalam bahasa yang tertib pula”. Model pembelajaran ini melibatkan siswa proses berpikir secara individual, kemudian siswa berdiskusi sebagai sarana untuk mengungkapkan dan merefleksi pikirannya sebelum menulis, dan akhirnya, siswa dapat menulis karangan deskripsi yang logis membicarakan pada satu topik saja setelah siswa berdiskusi. B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, keterampilan menulis karangan deskripsi telah diajarkan, tetapi hasil karangan siswa


(9)

9

teridentifikasi beberapa masalah berkaitan dengan pembelajaran menulis. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keterbatasan Pengetahuan Menggunakan Ejaan

Kegiatan menulis adalah suatu proses menurunkan lambang-lambang grafis dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, kepada pembaca melalui media bahasa berupa tulisan. Tulisan yang baik dapat dimengerti dan dipahami isi gagasan atau buah pikiran kepada pembaca. Suatu tulisan yang dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada pembaca adalah ketepatan seseorang menggunakan ejaan dan pungtuasi (tanda baca). Ketepatan pemilihan ejaan dan pungtuasi dalam menulis dapat memberikan atau menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Akhadiah (1988:179-180) berpendapat bahwa “kemampuan dalam menerapkan ejaan dan pungtuasi sangat dituntut dalam tulis-menulis karena ejaan dan pungtuasi diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan”.

Bukti hasil observasi langsung di sekolah dasar menunjukkan penguasaan ejaan dalam menulis masih rendah. Hasil observasi 20 orang siswa yang dilakukan oleh Djuanda (2010:3) mengatakan bahwa “seluruh siswa dalam karangannya menggunakan ejaan yang kurang baik dan 95% siswa terdapat banyak penyimpangan dan merusak bahasa yang ditulisnya”. Penggunaan ejaan dalam menulis merupakan faktor yang terpenting dikuasai siswa di sekolah dasar. Pemakaian ejaan dalam menulis yang tepat dapat melahirkan gagasan, pikiran dan perasaan yang sama tepatnya kepada pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Akan tetapi, bila


(10)

10

pemakaian ejaan yang tidak tepat menimbulkan pemikiran yang tidak jelas dan sulit dimengerti pembaca.

Gagasan yang jelas dan mudah dimengerti pembaca sangat dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan ejaan dalam tulisan. Ini karena ejaan mengatur ketepatan kata-kata dalam suatu kalimat dengan menggunakan tanda baca untuk membentuk paragraf yang baik dan padu pada satu pokok persoalan. Selanjutnya, Chaer (2006:36) berpendapat bahwa “ejaan itu bukan hanya soal pelambangan fonem dengan huruf saja, tetapi juga mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat berserta tanda-tanda bacanya”. Ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, kosakata dengan menggunakan kalimat mencerminkan disiplin dalam berbahasa. Tarigan (2009:2) berpendapat bahwa “ejaan adalah cara atau urutan menulis kata- kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa”.

2. Keterbatasan Berpikir Kritis Mengorganisasi Isi Secara Sistematis

Berpikir kritis merupakan faktor penentu keberhasilan dalam menulis karangan deskripsi. Untuk menghasilkan tulisan yang baik dituntut pengorganisasian isi tersusun dalam urutan yang logis, jelas dan tegas. Gagasan yang tersusun yang sistematis ini, bukan suatu hal yang paling mudah menerapkan dalam kegiatan menulis karangan. Cahyani dan Hodijah (2007:10) mengatakan bahwa:

keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur.

Kemampuan mengungkapkan gagasan secara sistematis atau logis merupakan suatu karangan memiliki kesesuaian penggunaan kata-kata dalam


(11)

11

kalimat, kesatuan kalimat dalam paragraf dan hubungan antar paragraf membicarakan satu pokok pemikiran saja. Tarigan (2008:22-23) mengatakan bahwa “belajar menulis adalah belajar berpikir mendalam (berpikir kritis) dengan cara penemuan/pengalaman, penyusunan urutan pengalaman, dan ketepatan pemilihan kata”. Jadi, kegiatan menulis menuntut keterlibatan penulis berpikir mendalam menemukan masalah yang disampaikan berupa gagasan kepada pembaca dengan penataan dan penyusunan tulisan atau karangan yang padu agar pemikiran pembaca sama tepatnya dengan penulis.

3. Model Pembelajaran Menulis Tidak Berorientasi Terhadap Siswa

Proses pembelajaran menulis tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran menulis yang inovatif meningkatkan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam pembelajaran. Djuanda (2006:301) mengatakan bahwa “pengembangan pembelajaran menulis di SD pada dasarnya merupakan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran menulis di SD melalui model- model pembelajaran yang lebih inovatif”. Pengembangan model pembelajaran inovatif, setiap guru harus memiliki pengetahuan pengembangan dan kondisi siswa di kelas. Dengan memperhatikan karakteristik siswa, guru dapat memperkokoh pemahaman tentang model-model pembelajaran.

Kecermatan guru di dalam menentukan model pembelajaran, siswa dapat belajar aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar dan prestasi yang optimal selama pembelajaran. Namun, proses pembelajaran menulis selama ini belum ditangani dengan model pembelajaran


(12)

12

yang inovatif di sekolah dasar. Hasil kajian menunjukkan bahwa “kemahiran menulis para pelajar Indonesia menduduki peringkat ke-39 daripada 42 negara yang dijadikan sampel kajian literasi (Hartati, 2010:3)”. Hal ini menunjukkan bahwa bekal menulis siswa di sekolah dasar paling rendah. hasil kajian kemahiran menulis para pelajar Indonesia menduduki peringkat ke-39 dari 42 negara. pada hakikatnya, kegiatan menulis di sekolah dasar memberikan bekal bagi siswa untuk pendidikan selanjutnya. Sitaresmi (2010:1) mengatakan bahwa “menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya perlu dilakukan sejak awal di sekolah dasar secara berkesinambungan sebagai bekal belajar menulis di tingkat selanjutnya”. Akan tetapi dari hasil kajian dari 42 negara menunjukkan bahwa kemahiran menulis sejak sekolah dasar belum ditangani dengan model pembelajaran inovatif yang baik. Alasannya, model pembelajaran inovatif yang baik dapat memberikan hasil belajar dan prestasi siswa yang optimal. senada dengan pendapat Aunurrahman (2009:140) bahwa “pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal”.

Berdasarkan pandangan tersebut, pembelajaran menulis di sekolah dasar selama ini belum memberikan bekal kepada siswa yang berkesinambungan sebagai bekal meraih prestasi menulis pada jenjang pendidikan selanjutnya. Ini karena model pembelajaran yang inovatif belum digunakan dalam pembelajaran menulis. Model-model pembelajaran menulis yang inovatif bukan sekedar memberikan peluang menguangkan ide-ide ke dalam tulisannya, namun model


(13)

13

pembelajaran yang baik dapat meningkatkan intensitas keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana rancangan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SDN Sukajadi 9? 2. Bagaimana proses pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir

kritis dengan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada siswa kelas IV SDN Sukajadi 9?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan menulis karangan deskripsi antara siswa yang mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui rancangan model kooperatif tipe think talk write dalam keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SDN Sukajadi 9. 2. untuk mengetahui proses pembelajaran menulis karangan deskripsi dan

berpikir kritis dengan model kooperatif tipe think talk write pada siswa kelas IV SDN Sukajadi 9 .


(14)

14

3. untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dengan kelompok siswa yang tidak menggunakannya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi yang bersifat positif di kalang pendidikan khususnya bagi para pendidik untuk dapat mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian mengenai model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) berguna untuk pelaksanaan pembelajaran meningkatkan kemampuan menulis karangan deskriptif serta berpikir kritis siswa kelas IV sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia melalui model kooperatif tipe think talk write di sekolah dasar. b. Hasil penelitian berguna sebagai bahan rujukan atau kontribusi untuk

pengembangan tahap selanjutnya ke depan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) supaya meningkatkan hasil belajar sangat optimal mungkin di Sekolah Dasar.

c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pemahaman menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Sukajadi 9 dan persepsi siswa tentang mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis.


(15)

15

F. Asumsi

Adapun asumsi dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write selama pembelajaran dapat membangun skemata siswa untuk berpikir, membagi ide-ide serta mengungkapkan ide melalui tulisan sehingga penulisan gagasannya terorganisasi secara sistematis untuk memperoleh hasil belajar dan prestasi akademik siswa yang optimal.

2. Keterampilan menulis karangan deskripsi harus ditingkatkan dan diberikan latihan di sekolah dasar sebagai upaya pembentukan bekal awal kemahiran menulis yang berkesinambungan bagi siswa untuk menekuninya pada pendidikan lanjutan. Ini merupakan suatu aspek keterampilan bahasa yang perlu dikuasai siswa di kelas IV SDN Sukajadi 9.

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan landasan berpijak bagi suatu penelitian. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penelitian harus merumuskan terlebih dahulu hipotesis. Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : Tidak perbedaan peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi yang signifikan antara siswa yang mengikuti model kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang mengikuti model konvensional. H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis karangan


(16)

16

kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang mengikuti model konvensional.

2. H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis signifikan antara siswa yang mengikuti model kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang mengikuti model konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis signifikan antara siswa yang mengikuti model kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang mengikuti model konvensional.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:

1. Kemampuan menulis karangan deskriptif merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif menampilkan ke luar gagasan, menciptakan sesuatu dan secara giat melibatkan diri dengan ciptaannya agar mahir mengolah gagasan sampai menyusun kalimat berbagai pengalaman dari pikiran yang cerah sampai perasaan gembira untuk menghasilkan gambaran keterampilan berbahasa dan keterampilan penyajiannya.

2. Pembelajaran menulis dengan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) merupakan suatu pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam menggeneralisasikan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang berkaitan pengorganisasian karangan, penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata yang tepat serta penggunaan ejaan yang benar. Proses pembelajaran ini melalui beberapa tahap, yakni (1) tahap think; siswa membuat catatan kecil secara


(17)

17

individual setelah membaca teks, (2) tahap talk; siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok membahas isi catatan kecil, dan (3) tahap write; siswa mengonstruksi ide setelah berdiskusi pada tahap talk dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan

3. Berpikir kritis adalah rangkaian kegiatan siswa memaparkan gagasan dalam menulis karangan relevan dengan topik, ketepatan pemilihan kata dan kalimat dalam paragraf tersusun secara logis melukiskan objek serta isi karangan memperlihatkan rincian bentuk tentang objek sehingga penulisannya membicarakan pada satu topik saja.


(18)

84 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat ilmiah dalam pelaksanaannya. Hal ini meliputi metode penelitian, lokasi penelitian, populasi, subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi (quasi eksperimen) dengan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran, pemahaman menulis karangan dan berpikir kritis. Penelitian ini membentuk dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang dilakukan pada subjek penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dan kelompok kontrol tidak menggunakan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Namun tiap-tiap kelompok tersebut diberikan tes awal dan tes akhir berupa instrumen tes karangan deskripsi yang sama. Sukmadinata (2010: 59) mengatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian mengupayakan pengontrolan hanya pada satu variabel dominan terhadap variabel lain yang tidak dikontrol sepenuhnya tetapi dipasangkan. Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas yaitu model


(19)

85

pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), sedangkan variabel terikat yaitu keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sukajadi 9 yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat dan terletak sekitar ± 150 meter dari Jalan Cemara serta sangat mudah ditempuh dengan kendaraan bermotor dengan alamat Jalan Karangtineung No. 5A, Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

C. Populasi

Penelitian ini dilaksanakan sesuai tingkat perkembangan anak dalam memperoleh bahasa pada kelas IV sekolah dasar pada usia 8 tahun berada pada tahap tata bahasa pra-dewasa dan sudah mampu memperoleh informasi melalui media cetak dan sudah dapat menulis sehingga anak sudah mampu berpikir logis (tahap operasional nyata). Sementara itu Smith (Mar’at, 2009:68) mengatakan bahwa:

pada usia 8 tahun anak sudah mengerti aturan tata bahasa dalam mengungkapkan sesuatu, menghindari hal yang berlebihan, bahasa menjadi alat yang betul-betul penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.

Atas pertimbangan perkembangan anak tersebut, penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sukajadi 8 dan 9 pada kelas IV semester II tahun pelajaran 2010/ 2011. Populasi sebanyak 60 siswa dari SDN Sukajadi 8 dan 9. Sampel sebanyak 30 siswa dari kelas IV SDN Sukajadi 8 dan SDN Sukajadi 9 sebanyak 30 Siswa.


(20)

86

D. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan setelah memperhatikan karakteristiknya, antara lain: (1) siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, (2) siswa memiliki usia yang sama, dan (3) siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada jenjang yang sama. Selanjutnya, kelas IV SDN Sukajadi 9 sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SDN Sukajadi 8 sebagai kelompok kontrol dengan tiap- tiap kelompok terdiri dari 30 siswa.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini didesain dengan penelitian kuasi eksperimen (Nonequivalent control group desain), desain ini kelas eksperimen maupun kontrol dipilih tidak secara acak. Namun, model penelitian yang diseleksi pada eksperimen kuasi ini yaitu model desain kontrol prates-pascates berpasangan (matching pretest-posttest control Group Desain) yang diadopsi dari Sukmadinata (2005: 207). Adapun model desainnya adalah sebagai berikut:

Kelompok Prates Perlakuan Pascates

Pasangan A (KE) 01 X 02

Pasangan B (KK) 03 04

Ket : 01 = Prates kelas eksperimen 03 = Prates kelas kontrol 02 = Pascates kelas eksperimen 04 = Pascates kelas kontrol X = Perlakuan Model pembelajaran kooperatif tipe Think–Talk-Write

(TTW) untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran biasa pada pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis.


(21)

87

Berdasarkan desain penelitian di atas, selanjutnya penulis membuat alur penelitian untuk memudahkan pengecekan dan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian. Alur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, antara lain sebagai berikut:

1 Tahap persiapan

Pada tahap ini persiapan yang dilakukan meliputi: IDENTIFIKASI MASALAH

OBSERVASI AWAL

Pelatihan Guru

Analisis dan Menafsir Data Pembelajar Model Non

TTW

Pembelajar Model Kooperatif TTW Tes Awal (Prates)

Kelas Kontrol Kelas Eksprimen

Tes Akhir (Pascates)

Kesimpulan

Penyusunan, uji coba, revisi, dan pengesahan instrumen Penentuan subjek penelitian

Studi Kepustakaan Penyusunan Rancangan Pembelajaran

Non Think Talk Write (TTW)

Penyusunan Rancangan Pembelajaran Think Talk Write (TTW)


(22)

88

a. mengumpulkan bahan bacaan yang berkaitan dengan pembelajaran menulis

b. menganalisis proses pembelajaran menulis dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

c. menganalisis proses pembelajaran menulis karangan dan berpikir kritis d. membuat rancangan pembelajaran dan instrumen penelitian

2 Tahap pelaksanaan a. Pelaksanaan tes awal

b. Pelaksanaan pembelajaran menulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis

c. Pelaksanaan tes akhir

d. Observasi proses pembelajaran 3 Tahap analisis data

a. Mengumpulkan data b. Menganalisis data c. Menafsirkan data d. Membuat kesimpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu tes subjektif (uraian) dan observasi. Kedua cara pengumpulan data ini dapat memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan sebagai alat ukur dalam melaksanakan suatu penelitian. Hal ini data yang terkumpul dalam wujud data


(23)

89

sehingga penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pemberian prates untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan model pembelajaran model kooperatif tipe think talk write dan model yang bukan kooperatif tipe think talk write, sedangkan pascates adalah untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Adapun indikator kemampuan menulis karangan deskripsi dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Indikator Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi

Variabel Indikator

Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi

Kesesuaian isi dan judul dengan gambar Pengembangan kalimat dalam paragraf Pengembangan deskripsi objek

Ejaan dan tanda baca Pemilihan diksi.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir kritis dalam kegiatan menulis karangan deskripsi secara bersaman dengan tes menulis karangan deskripsi. Tes ini diberikan sebelum dan sesudah perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dan model pembelajaran yang bukan kooperatif tipe think talk write. Adapun indikator yang diukur dalam kemampuan berpikir dalam menulis karangan deskripsi dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.


(24)

90

Tabel 3.2

Indikator Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Variabel Indikator

Berpikir Kritis

Memberi penjelasan sederhana; mengidentifikasi, menganalisis dan memberikan penjelasan yang dideskripsikan secara tepat

Membangun keterampilan dasar Kesimpulan

Membuat Penjelasan lanjut Strategi dan taktik

3. Lembar Observasi

Lembaran observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model kooperatif tipe think talk write dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi pada kelas eksperimen. Skenario model pembelajaran kooperatif think talk write mencakup tiga tahap, yaitu 1) tahap think; siswa membuat catatan kecil secara individual setelah membaca teks, 2) tahap talk; siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok membahas isi catatan kecil, dan 3) tahap write; siswa mengonstruksi ide setelah berdiskusi pada tahap talk dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan sebagai karangan deskripsi yang utuh. Adapun observasi yang dilakukan adalah pada guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis karangan deskripsi di kelas IV SDN Sukajadi 9 yang menjadi kelas eksperimen untuk tiga kali pertemuan. Bertindak sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui hasil tes dan data hasil observasi, selanjutnya dianalisis. Analisis data diawali dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal tes penelitian.


(25)

91

Ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi keperluan analisis data di atas adalah:

1. Uji Alat Tes Penelitian

Pelaksanaan uji alat instrumen yang valid dan reliabel perlu dilakukan uji coba kelayakan bagi peserta didik. Uji coba instrumen dilaksanakan setelah menentukan indikator penilaian setiap variabel terlebih dahulu untuk dapat mengukur kualitas instrumen dan menghasilkan data yang akurat sesuai keinginan peneliti. Selanjutnya, pembuatan kisi-kisi soal mengenai keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis. Soal berdasarkan kisi-kisi dilakukan penimbangan (judgment) oleh pembimbing dan para ahli di bidang menulis terlebih dahulu agar soal layak dikembangkan dalam pelaksanaan penelitian.

Kelayakan soal dilakukan uji coba setelah ditimbang (judgment) untuk mengetahui validitas dan reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal. Penelitian ini menggunakan soal uraian berisikan gambar yang berbeda dengan tema sama baik prates maupun pascates yaitu kebersihan. Soal tersebut harus dicapai siswa lima item soal baik keterampilan menulis karangan deskripsi maupun berpikir kritis dengan gambar sama. adapun soal tersebut diujicobakan pada siswa kelas IV SD Negeri Sukagalih 1 Kota Bandung sebanyak 33 siswa. Hasil uji coba soal memperoleh gambaran tentang kelayakan soal digunakan berdasarkan gambar. Jika ada yang tidak valid di antara soal tersebut, maka gambar yang ada pada soal dilakukan penambahan fitur untuk kejelasan siswa mengarang deskripsi dan berpikir kritis. Namun, jika keseluruhan soal tidak valid, maka penggantian gambar untuk memudah siswa untuk menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa.


(26)

92

a. Validitas butir soal Tes

Validitas butir soal butir soal terhadap skor total bertujuan untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Setiap soal memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Hal ini, validasi butir soal dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson (Arikunto, 2006:170) dengan menggunakan bantuan Anates yang dikembangkan oleh Tarno To dan Yudi Wibisono (2004).

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = Skor item Y = Skor total N = Jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.3

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)

0,60 0,80 Tinggi (baik)

0,40 0,60 Cukup (sedang)

0,20 0,40 Rendah (kurang)


(27)

93

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010:185):

√ !" #

Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel. Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < ttabel maka H0 diterima. Sebaliknya, jika thitung> ttabel maka H0 ditolak.

Keterangan: t : Uji t

: Koefisien korelasi N : Jumlah subyek

Hasil validitas soal keterampilan menulis karangan deskripsi dari lima indikator yang dijadikan sebagai butir soal. Soal bentuk uraian pada penelitian ini, setiap butir sudah valid berdasarkan uji coba, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. Adapun uji validitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 38.

Tabel 3.4

Korelasi Skor Soal Karangan Deskripsi dengan Skor Total No

Butir r hitung r tabel Signifikansi Keterangan

1 0,956 0,349 Valid Digunakan

2 0,965 0,349 Valid Digunakan

3 0,975 0,349 Valid Digunakan

4 0,953 0,349 Valid Digunakan

5 0,963 0,349 Valid Digunakan

Valid : 5 butir soal

Berdasarkan hasil validitas berpikir kritis dari lima indikator yang dijadikan sebagai butir soal. Soal berpikir kritis ini setelah diujicobakan, semua


(28)

butir soal sudah valid lebih jelas dapat dilih dilihat pada Lampiran

Korelasi No

Butir r hitun 1 0,959 2 0,966 3 0,.989 4 0.979 5 0.975 Valid : 5 butir s

b. Reliabilitas Reliabilitas ad dengan tes yang sam pengukuran lainnya. (Arikunto, 2010:180)

Dimana : = Koefis

= Koefi Harga da korelasi product

alid dan sudah boleh digunakan sebagai instru ilihat pada Tabel 3.5. Hasil validasi soal berp ran 39.

Tabel 3.5

asi Skor Soal Berpikir Kritis dengan Skor To

ung r tabel Signifikansi Keteranga

59 0,349 Valid Digunakan

66 0,349 Valid Digunakan

89 0,349 Valid Digunaka

979 0,349 Valid Digunakan 975 0,349 Valid Digunakan

tir soal

adalah kestabilan skor yang diperoleh ket sama pada situasi yang berbeda atau satu a. Menghitung reliabilitas tes dengan rumus

).

efisien reliabilitas yang telah disesuaikan efisien korelasi antara skor-skor setiap belahan dari dapat ditentukan dengan meng uct moment pearson (Arikunto, 2009:72):

94

trumen penelitian, erpikir kritis dapat

Total gan kan kan kan kan kan

ketika diuji ulang tu pengukuran ke sebagai berikut

an tes


(29)

95

Keterangan:

XY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor item ganjil

Y = Skor item genap

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut (Arikunto, 2010:276).

Tabel 3.6

Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 "" 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)

0,60 "" 0,80 Tinggi (baik)

0,40 "" 0,60 Cukup (sedang)

0,20 "" 0,40 Rendah (kurang)

0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

Hasil perhitungan bantuan Anates versi 4.02 diperoleh reliabilitas sebesar 0,97 untuk keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis 0,99. Berdasarkan kategori reliabilitas dalam Tabel 3.6, maka koefisien korelasi kedua tes dapat disimpulkan subyek dalam menjawab soal tes keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis tersebut dapat diklasifikasi sangat tinggi. c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2009:208):


(30)

96

$ %

&'

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: Tabel 3.7

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ( 0,30 Soal Sukar

0,30 ( 0,70 Soal Sedang

0,70 ( 1,00 Soal mudah

Analisis tingkat kesukaran setiap item soal dicari dengan menggunakan bantuan Anates. Adapun hasil perhitungan yang diperoleh tingkat kesukaran dari 5 soal yang diujicobakan diperoleh semua soal mempunyai kategori tingkat kesukaran soal sedang. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut

Tabel 3.8

Tingkat Kesukaran Butir Soal Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis Nomor

Item

Tingkat Kesukaran karangan Deskripsi (%)

Tingkat Kesukaran

Berpikir Kritis (%) Tafsiran

1 37,78 33,06 Sedang

2 36,67 34,17 Sedang

3 37,50 36,94 Sedang

4 35,28 37,50 Sedang

5 49,72 36,94 Sedang

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal, dapat disimpulkan bahwa soal yang memenuhi standar untuk


(31)

97

dijadikan sebagai alat tes penelitian adalah sebanyak 5 butir soal dengan tetap memperhatikan keterwakilan indikator dari standar kompetensi materi yang diajarkan pada saat penelitian.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2009:218):

+ ,.

-,%

.% $- $%

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun kategori daya pembeda untuk mengukur sebagai berikut: Tabel 3.9

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 + 0,20 Kurang

020 + 0,40 Cukup

0,40 + 0,70 Baik


(32)

98

Berdasarkan hasil bantuan Anates versi 4 memperoleh daya pembeda tiap-tiap item seperti Tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.10

Daya Pembeda Butir Soal Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis

Nomor Item

Daya PembedaMenulis Karangan deskripsi (%)

Berpikir Kritis (%)

Tasfsiran

1 61,11 53,89 Sedang

2 61,11 56,11 Sedang

3 61,67 62,78 Sedang

4 57,22 62,78 Sedang

5 83,89 62,78 Sedang

2. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis

Peningkatan kompetensi yang sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N- gain)

/

'01234 '015

'6783 '915 (Hake, 1998: 65)

Hasil perhitungan N-gain diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Interprestasi N-Gain

Besarnya g Interprestasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(sumber: Hake, 1998: 65) Keterangan: Spost = Skor postet

Spre = Skor Pretes Smax =Skor maksimal


(33)

99

3. Uji normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Setelah data prates keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis, terlebih dahulu data tersebut diuji kenormalannya apakah data kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan memakai alat bantu SPSS for windows 17.0 dengan menggunakan uji one Sample Kolmonogorov-Smirnov Test.

4. Uji homogenitas

Menguji homogenitas variansi tes menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis menggunakan uji statistik Levene’s Test bantuan SPSS for windows 17.0.

5. Uji perbedaan rerata (uji-t)

Jika penyebaran data berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan uji signifikansi dengan statistik uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Test untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata. Apabila data berdistribusi tidak normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

H. Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan dari perencanaan suatu penelitian adalah menyusun instrumen penelitian atau alat pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti, yang terdiri dari, (a) soal tes pemahaman menulis karangan dan berpikir kritis, dan (b) lembaran observasi siswa dan guru. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(34)

100

1. Tes Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pemberian prates untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan model pembelajaran model kooperatif tipe think talk write dan model yang bukan kooperatif tipe think talk write, sedangkan pascates adalah untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir kritis dalam kegiatan menulis karangan deskripsi secara bersaman dengan tes menulis karangan deskripsi. Tes ini diberikan sebelum dan sesudah perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dan model pembelajaran yang bukan kooperatif tipe think talk write.

3. Lembaran Observasi

Lembaran observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi pada kelas eksperimen. Skenario model pembelajaran kooperatif think talk write mencakup tiga tahap, yaitu 1) tahap think; siswa membuat catatan kecil secara individual setelah membaca teks, 2) tahap talk; siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok membahas isi catatan kecil, dan 3) tahap write; siswa mengonstruksi ide setelah berdiskusi pada tahap talk dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan sebagai karangan deskripsi yang utuh.


(35)

101

Namun, instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yakni tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap ujicoba instrumen khusus soal tes kemampuan menulis karangan dan berpikir kritis siswa. Sebelum di uji coba terlebih dahulu didiskusikan dengan teman-teman S2 angkatan 2009, pakar bahasa Indonesia S3 dan guru bahasa Indonesia kelas IV SDN Sukajadi 8 dan 9 Bandung, selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Kemudian, instrumen ini diujicobakan secara terbatas kepada 33 orang siswa kelas IV SD dan hasilnya dianalisis menggunakan Anates Versi 4.0.5 untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes dan tingkat kesukaran butir tes.


(36)

255 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penjelasan hasil temuan penelitian berdasarkan rumusan masalah sebagai acuan penelitian. Adapun pembahasan disajikan berupa kesimpulan dan saran berkaitan dengan model kooperatif tipe think talk write untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis. A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe think talk write memperoleh dampak positif terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa di sekolah dasar.

2. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas model pembelajaran kooperatif tipe think talk write mengalami peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.

3. Terdapat perbedaan peningkatan berpikir kritis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas model


(37)

256

pembelajaran kooperatif tipe think talk write mengalami peningkatan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional.

4. Proses pembelajaran pada keterampilan menulis dan berpikir kritis dengan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write berjalan sangat kondusif. Guru merencana dan mengarahkan pembelajaran berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa Hal ini terlihat dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif yang semakin lama semakin baik selama pembelajaran, sehingga memungkinkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model kooperatif tipe think talk write salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diimplementasikan pada kelas tinggi di sekolah dasar, karena model ini sesuai dengan perkembangan otak anak pada usia 9 tahun yang sudah mengerti aturan tata bahasa dalam menyampaikan buah pikirannya.

2. Selain pada keterampilan menulis, model kooperatif tipe think talk write dapat juga diimplementasikan pada keterampilan membaca, keterampilan mendengarkan dan keterampilan berbicara. Hal ini disebabkan model ini memiliki tiga fase, yaitu fase think melibatkan siswa pada kegiatan menulis dan membaca, fase talk melibatkan siswa berbicara dan mendengarkan, dan fase write membentuk karakter siswa yang mandiri dalam menyelesaikan LKS selama pembelajaran.


(38)

257

3. Model kooperatif tipe think talk write sangat efektif bila dikombinasikan dengan media gambar. Media gambar yang dikombinasikan pada pelaksanaan ini harus memiliki kriteria, yakni warna gambar mewakili benda nyata, sajian media gambar berhubungan dengan aktivitas sehari-hari siswa dan media gambar sesuai dengan psikologi perkembangan anak ke arah pendidikan yang positif.

4. Bagi guru yang akan mencoba model ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) bahan ajar harus dirancang sebelum menerapkan model kooperatif tipe think talk write, (2) mengondisikan kesiapan siswa menerima pembelajaran, (4) persiapan LKS yang disertai media gambar, dan (6) memberikan bantuan kepada siswa bila siswa mendapatkan kesulitan yang serius dalam menyelesaikan tugasnya.

5. Ada tiga hal yang sangat berperan penting dalam pelaksanaan model ini, yaitu keaktifan dan interaksi antar siswa selama pembelajaran, kemampuan guru mengimplementasikan model sesuai kondisi dan kebutuhan siswa saat itu, dan pembentukan kelompok heterogen terdiri 3-5 siswa tiap kelompok. Agar ketiga hal tersebut dapat berfungsi dengan baik, guru dituntut persiapan dan rancangan model yang konsisten serta pengetahuan yang cukup sehingga model kooperatif tipe think talk write berjalan kondusif.


(39)

ii

KATA PENGANTAR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis di kalangan siswa kelas IV SD N Sukajadi 8 dan 9, Kota Bandung. Siswa merasa sulit untuk menuangkan gagasan ke dalam tulisannya karena mereka keterbatasan pengetahuan menggunakan ejaan, keterbatasan berpikir kritis mengorganisasi isi secara sistematis, dan model pembelajaran menulis yang digunakan guru tidak berorientasi terhadap siswa. Sejalan dengan polemik tersebut, model kooperatif tipe think talk write sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa di kelas IV SD N Sukajadi 8 dan 9, Kota Bandung. Hal ini, untuk mengetahui lebih lanjut tentang penelitian ini dapat dibaca dalam setiap sistematika penulisan tesis ini.

Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, hipotesis dan definisi operasional. Bab II membahas model pembelajaran menulis deskripsi dengan think talk write dan berpikir kritis dalam kajian teoretis yang berisikan; keterampilan menulis, hakikat keterampilan menulis di sekolah dasar, tahap proses menulis di sekolah dasar, menulis karangan deskripsi, model pembelajaran kooperatif tipe think talk write, berpikir kritis dan penelitian terdahulu. Bab III metodologi penelitian yang berisikan tentang metode penelitian, lokasi penelitian, populasi, subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, metode analisis data, dan instrumen penelitian. Bab IV


(40)

iii

hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang analisis data dan pembahasan dan Bab V kesimpulan dan saran.

Bandung, 1 Mei 2011


(41)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang selalu menuntun hamba ke jalan yang lurus serta rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini berjudul Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis .

Selanjutnya, salawat beriring salam sanjung sajikan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umat ke era perubahan akhlak yang baik untuk menjunjung harkat dan martabat mulia.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus ikhlas peneliti ucapkan terima kasih.

Pertama, Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd. selaku pembimbing I dan penguji dan Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik dan pembimbing II serta penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan arahan untuk membimbing penulis selama penyelesaian tesis.

Kedua, kepada Bapak Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung dan penguji yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi, khususnya penyelesaian tesis. Kemudian, Bachrudin Musthafa, M.A.,Ph.D. selaku penguji yang selalu memberi motivasi penulis dalam penyelesaian tesis.

Seterusnya, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia. Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. dan semua dosen beserta staf di Program Studi Pendidikan Dasar, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan wawasan kepada penulis sehingga menjadi bekal yang sangat berharga.


(42)

v

Lalu, ibu Hj. Imas Deseh Suningsih selaku kepala sekolah SDN Sukajadi 8 dan Bapak Arief Saepudin, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Sukajadi 9, Winda Lestarin, AMd dan Dedeh Rosih R, S.Pd beserta dewan guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Dr.Isah Chayani, M.Pd., Dr. Dadang S.Anshori, M.Si dan Dr. Sumiyadi, M.Hum. yang telah membantu penulis untuk persiapan instrumen penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini.

Berikutnya, Bapak Drs. Amiruddin Idris, SE, M.Si. selaku Rektor Universitas Almuslim Bireuen Provinsi Aceh yang telah membantu membiayai studi dan memfasilitasi kami selama studi ini dan seluruh stafnya yang memberi dukungan dan bantuan demi penyelesaian tesis ini tepat waktu. Kedua orang tua tercinta telah lama saya tinggalkan demi menuntut ilmu, Abdullah Husen dan Juairiah Abu Bakar dengan doa sarat rasa cinta demi keberhasilan, Husni, AMd., Rahmayati, S.Pd., Sabriati, S.Pd., Fitrihayati, S.Pd. dan seluruh ahli famili yang senantiasa berusaha dan berdoa untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi di sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Semua rekan-rekan tim 18 Aceh yang selalu semangat dalam berjuang, moga ukhuwah kita tetap terjalin dan rekan-rekan konsentrasi Bahasa Indonesia Isti, Deti, B’Neneng, B”Teti, B’Dewi, B’Rohati, P’Zai, P’Agus, P’Dede, dan P’Asep, moga perpisahan ini tidak untuk selamanya, moga kita dipertemukan kembali. Pak Is dan Ibu Kun yang telah membantu dan bersedia menjadi orang tua kami selama menempuh studi ini

Akhirnya, semua pihak yang tidak sempat penulis sapa, terima kasih atas bantuannya. Semoga amal baik Bapak, Ibu, rekan-rekan dan keluarga yang telah memberikan bantuan beserta doa demi kelancaran penulisan tesis ini, menjadi amal soleh dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.


(43)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya tulis saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 13 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,


(44)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

PERNYATAAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Indetifikasi Masalah Penelitian ... 8

1. Keterbatasan Pengetahuan Menggunakan Ejaan ... 8

2. Keterbatasan Berpikir Kritis Mengorganisasi Isi ... 9

3. Model Pembelajaran Tidak Berorientasi Terhadap Siswa ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat penelitian ... 14

F. Asumsi ... 15

G. Hipotesis ... 15

H. Definisi Operasional... 16

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Keterampilan Menulis ... 18

1. Pengertian Menulis... 20

2. Jenis-Jenis Menulis ... 22

3. Tujuan Menulis ... 26

4. Manfaat Menulis ... 29

5. Fungsi Menulis ... 31

6. Syarat Menulis ... 33

7. Langkah Penulisan ... 35

B. Hakikat Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar ... 37

C. Tahap Proses Menulis di Sekolah Dasar ... 38

D. Menulis Karangan Deskripsi ... 40

1. Definisi Karangan Deskripsi ... 40


(45)

viii

3. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 42

4. Pendekatan Menulis Karangan Deskripsi ... 44

5. Macam-Macam Menulis Karangan Deskripsi ... 48

6. Penilaian Karangan Deskripsi ... 54

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) ... 57

1. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar dengan Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) ... 58

2. Hubungan Pembelajaran Menulis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) ... 66

3. Konsep Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) ... 68

F. Berpikir Kritis ... 73

1. Indikator Berpikir Kritis ... 76

2. Hubungan Berpikir Kritis dengan Menulis Karangan Deskripsi ... 78

G. Penelitian Terdahulu ... 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 84

B. Lokasi Penelitian ... 85

C. Populasi ... 85

D. Subjek Penelitian ... 86

E. Prosedur Penelitian... 86

F. Teknik Pengumpulan Data ... 88

1. Tes Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi... 89

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

3. Lembaran Observasi... 90

G. Teknik Analisis Data ... 90

H. Instrumen Penelitian... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 102

1. Deskripsi Pelakasanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 102

2. Data Hasil Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis ... 114

3. Hasil Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis Menggunakan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 224

4. Hasil Observasi Guru dan Siswa Selama Model Pembelajaran Koopeatif Tipe Think Talk Write dalam Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis ... 241


(46)

ix

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 249

1. Dampak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Pembelajaran ... 249

2. Dampak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Menulis Karangan Deskripsi ... 252

3. Dampak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Berpikir Kritis ...252

BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ... 255

B. Saran ... 256

DAFTAR PUSTAKA ... 258

LAMPIRAN ... 263 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(47)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Berpikir Kritis Ennis ... 77

3.1 Indikator Menulis Karangan Deskripsi ... 89

3.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 90

3.3 Kategori Validitas Butir Soal ... 92

3.4 Korelasi Skor Soal Menulis karangan Deskripsi dengan Skor Total ... 93

3.5 Korelasi Skor Soal Berpikir Kritis dengan Skor Total ... 94

3.6 Kategori Reliabilitas Tes ... 95

3.7 Kriteria Indeks Kesukaran ... 96

3.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis ... 96

3.9 Kategori Daya Pembeda ... 97

3.10 Daya Pembeda Butir Soal Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis... 98

3.11 Interpretasi Perhitungan N-Gain ... 98

4.1. Uji Normalitas Skor Prates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 225

4.2. Uji Homogenitas Skor Prates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 226

4.3. Uji Beda Rerata Skor Prates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 227

4.4. Uji Normalitas Skor Pascates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 228

4.5. Uji Homogenitas Pascates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 229

4.6. Uji Beda Rerata Skor Pascates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 230

4.7. Uji Normalitas N-Gain Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 231

4.8. Uji Homogenitas N-Gain Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 232

4.9. Uji Beda Rerata N-Gain Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 233

4.10. Uji Normalitas Skor Prates Berpikir Kritis ... 235

4.11. Uji Homogenitas Skor Prates Berpikir Kritis ... 236

4.12. Uji Beda Rerata Skor Prates Berpikir Kritis ... 236


(48)

xi

4.14. Uji Homogenitas Pascates Berpikir Kritis ... 238

4.15. Uji Beda Rerata Skor Pascates Berpikir Kritis ... 239

4.16. Uji Normalitas N-Gain Berpikir Kritis ... 240

4.17. Uji Beda Rerata N-Gain Peningkatan Berpikir Kritis ... 241

4.18. Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran ... 243


(49)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 66 3.1. Prosedur Penelitian ... 87 4.1. Rancangan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan


(50)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 263

2. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 264

3. Kisi-Kisi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write... 265

4. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 266

5. Rubrik Penilaian Berpikir Kritis ... 270

6. Prates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis ... 275

7. Pascates Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis ... 277

8. Lembaran Observasi Aktivitas Guru Dengan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write dalam Pembelajaran Menulis Dan Berpikir Kritis .. 279

9. Lembaran Observasi Aktivitas Siswa Dengan Model Kooperatif Tipe Think Talk Write Dalam Pembelajaran Menulis Dan Berpikir Kritis.. 281

10. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 283

11. Lembaran Kerja Siswa (LKS) Selama Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) ... 289

12. Kategori Penilaian Guru ... 292

13. Kategori Penilaian Aktivitas Siswa ... 297

14. Rekapitulasi Skor Menulis Karangan Deskripsi Kelas Eksperimen ... 302

15. Rekapitulasi Skor Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 303

16. Rekapitulasi Skor Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelas Kontrol ... 304

17. Rekapitulasi Skor Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 305

18. Skor Peningkatan N-Gain Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelas Eksperimen ... 306

19. Skor Peningkatan N-Gain Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelas Kontrol ... 307

20. Skor Peningkatan N-Gain Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 308

21. Skor Peningkatan N-Gain Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 309

22. Uji Normaliatas Skor Prates Menulis Karangan Deskripsi ... 310

23. Uji homogenitas Skor Prates Menulis Karangan Deskripsi ... 311

24. Uji Beda Rerata Skor Prates Karangan Deskripsi ... 312

25. Uji Normalitas Pascates Menulis Karangan Deskripsi ... 313

26. Uji Homogenitas Skor Pascates Menulis Karangan Deskripsi ... 314

27. Uji Beda Rerata Skor Pascates Menulis Karangan Deskripsi ... 315

28. Uji Normaliatas Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi ... 316


(51)

xiv

29. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan

Deskripsi ... 317

30. Uji-t Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi ... 318

31. Uji Normaliatas Skor Prates Berpikir Kritis ... 319

32. Uji homogenitas Skor Prates Berpikir Kritis ... 320

33. Uji Beda Rerata Skor Prates Berpikir Kritis ... 321

34. Uji Normalitas Pascates Berpikir Kritis ... 322

35. Uji Homogenitas Skor Pascates Berpikir Kritis ... 323

36. Uji Beda Rerata Skor Pascates Berpikir Kritis ... 324

37. Uji Beda Rerata Mann-Whitney N-Gain Berpikir Kritis ... 325

38. Anates Menulis Karangan Deskripsi ... 326


(52)

258

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y. (2007). Pengembangan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun Ajaran 2006/2007. Bandung: Skripsi FPBS UPI. tidak diterbitkan.

Amyana, I. B. P. (2007). Pengembangan Peta Pikiran untuk Peningkatan Kecakapan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha. No.3 Th.XXXX. Juli 2007 (ISSN 0215-8250). Hal. 670-683. Akhadiah, S. et al. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Arends, I. R. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ar.S, E. (2010). Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya. [Online], 8 halaman. Teredia: http://educare.e-fkipunla.net. [06 Oktober 2010].

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Cahyani, I dan Hojidah. (2007). Kemampuan Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung. UPI Press.

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dahar, W. R. (1996). Teori- Teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Djuanda, D. (2010). Strategi Pembelajaran Menulis dengan Model Proses Menulis dan Penilaian Portofolio di Kelas V SDN Sindangraja Kabupaten Sumedang. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDO NESIA/

Djuanda, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Echols, M. J dan Shadily, H. (1996). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(53)

259

Hasan, I. M. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hartati, T. (2010). Penerapan Pendekatan Conferencing dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php? dir=Direktori/C%20-20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20

SASTRA%20INDONESIA/.

Hassoubah, I. Z. (2007). Mengasah Berpikir Kreatif dan Kritis disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Department of Physics, Indiana University, Bloomington, Indiana 47405. Am. J. Phys. 66 - 74, No. 1. January 1998. Iskanadarwassid dan Sunendar, D. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Johnson, B. E. (2006) Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.

Lahanto, T. H. (2008). Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi dengan Strategi Modeling untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX D SMP Negeri 2 Palu. 2, (2), 103-112.

Murti, B. (tanpa tahun). Berpikir Kritis (Critical Thinking). Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. [Online]. Tersedia: http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf [19 Februari 2011].

Mar’at, S. (2009). Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama. Murwani, D. E. (2005). “Peran Guru Dalam Membangun Kesadaran Kritis”.

Makalah Individu Filsafat Sains, t.a. 2004/2005 Program MM, Pasca Sarjana Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Murwani, D. E. (2006). Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa.Jurnal Pendidikan Penabur. No.06/Th.V/Juni 2006. Hal.59-68. Noviana, I. (2009). Belajar Membaca Tanpa Mengeja.Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Nurgiantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.


(1)

xiv

29. Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan

Deskripsi ... 317

30. Uji-t Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi ... 318

31. Uji Normaliatas Skor Prates Berpikir Kritis ... 319

32. Uji homogenitas Skor Prates Berpikir Kritis ... 320

33. Uji Beda Rerata Skor Prates Berpikir Kritis ... 321

34. Uji Normalitas Pascates Berpikir Kritis ... 322

35. Uji Homogenitas Skor Pascates Berpikir Kritis ... 323

36. Uji Beda Rerata Skor Pascates Berpikir Kritis ... 324

37. Uji Beda Rerata Mann-Whitney N-Gain Berpikir Kritis ... 325

38. Anates Menulis Karangan Deskripsi ... 326


(2)

258

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y. (2007). Pengembangan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Think Talk Write (TTW) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun Ajaran 2006/2007. Bandung: Skripsi FPBS UPI. tidak diterbitkan.

Amyana, I. B. P. (2007). Pengembangan Peta Pikiran untuk Peningkatan Kecakapan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha. No.3 Th.XXXX. Juli 2007 (ISSN 0215-8250). Hal. 670-683. Akhadiah, S. et al. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Arends, I. R. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ar.S, E. (2010). Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya. [Online], 8 halaman. Teredia: http://educare.e-fkipunla.net. [06 Oktober 2010].

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Cahyani, I dan Hojidah. (2007). Kemampuan Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung. UPI Press.

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dahar, W. R. (1996). Teori- Teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Djuanda, D. (2010). Strategi Pembelajaran Menulis dengan Model Proses Menulis dan Penilaian Portofolio di Kelas V SDN Sindangraja Kabupaten Sumedang. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDO NESIA/

Djuanda, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press.

Echols, M. J dan Shadily, H. (1996). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(3)

259

Hasan, I. M. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hartati, T. (2010). Penerapan Pendekatan Conferencing dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php? dir=Direktori/C%20-20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20

SASTRA%20INDONESIA/.

Hassoubah, I. Z. (2007). Mengasah Berpikir Kreatif dan Kritis disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Department of Physics, Indiana University, Bloomington, Indiana 47405. Am. J. Phys. 66 - 74, No. 1. January 1998. Iskanadarwassid dan Sunendar, D. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Johnson, B. E. (2006) Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.

Lahanto, T. H. (2008). Pembelajaran Menulis Paragraf Deskripsi dengan Strategi Modeling untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX D SMP Negeri 2 Palu. 2, (2), 103-112.

Murti, B. (tanpa tahun). Berpikir Kritis (Critical Thinking). Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS)/ Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. [Online]. Tersedia: http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf [19 Februari 2011].

Mar’at, S. (2009). Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama. Murwani, D. E. (2005). “Peran Guru Dalam Membangun Kesadaran Kritis”.

Makalah Individu Filsafat Sains, t.a. 2004/2005 Program MM, Pasca Sarjana Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Murwani, D. E. (2006). Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa.Jurnal Pendidikan Penabur. No.06/Th.V/Juni 2006. Hal.59-68. Noviana, I. (2009). Belajar Membaca Tanpa Mengeja.Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Nurgiantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.


(4)

260

Nurmala, D.S. (2008). Keefektifan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi Melalui Pendekatan Proses dan Pemamfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Olson, H. M dan Hergenhahn, R. B. (2009). Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana.

Parera, J. D. (1993). Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga

Pasiak, T. (2005). Revolusi IQ/EQ/SQ antara Neourosains dan Al-Quran.Yogyakarta; PT Mizan Pustaka.

Purnamasari, G. (2010). Penerapan Model Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Keterampilan menulis Karangan Narasi Pada Siswa SMA Pasudan Kota Sukabumi. Bandung: Skripsi FPBS UPI. tidak diterbitkan. Riduwan, dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika Pendidikan, Sosial, Ekonomi

Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Rasmini, N dan Juanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi: Bandung: UPI Press.

Rose, C. (2007). Super Accelerated Learning Revolusi Belajar Cepat Abad 21 Berdasarkan Reset Terbaru Para Ilmuan. Bandung: Jabal

Rofiuddin, A. (2003). Faktor Kreativitas dalam Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Artikel. Bahasa dan Seni Tahun 31. No. 2, Agustus.

Resmini, N dan Juanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press 2003. Hal 172-196.

Roswita, T. (2010). Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui

Model Think-Talk-Write (TTW) di Kelas IV SDN Ranggeh

Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan. Malang:

Skripsi FIP UM. tidak diterbitkan. [Online].Tersedia.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/9013.

Ruganda. (2009). Peningkatan Hasil pembelajaran Menulis Deskripsi Melalui Model Delikan Delikan Di kelas V SD Kalikoa Kecamatan Kendawung Kabupaten Cirebon. Metalingua, Vol.7, No.2, Desember 2009: 159-172. Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian


(5)

261

Sa’diah, A. M. N. (2009). Model Pembelajaran Think Talk Write dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa. Bandung: Tesis SPs UPI. tidak diterbitkan.

Sagala. S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Salamah, U. (2008). “Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking”. Makalah disampaikan dalam Simposium Penelitian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sangkanparan, H. (2010). Dasyhatnya Otak Tengah Jadi Anak Anda Cerdas Saat Ini Juga. Jakarta: Visimedia.

Santrock,W. J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Semi, A. M. (2007). Dasar- Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Siler, T. (2003). Berpikir Ala Einstein 31 Kiat Menjadikan Diri Anda Jenius

(Think Like A Genius). Bandung: Kaifa.

Sitaresmi, N. (2010). Model Pembelajaran Deskripsi. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C%20-20FPBS/JUR.%20PEND. %20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESIA/.

Soleha, Y. S. (2009). Pembelajaran Menulis Deskripsi Dengan Menggunakan Teknik Pemandangan Indah Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Percobaan (SDNP) Cileunyi Kabupaten Bandung. Bandung: Tesis SPs UPI. tidak diterbitkan.

Sudjana.(1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. (2008). Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherli. (2004). Model Leterasi Dalam Pembelajaran Mengarang. Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas, Vol. 10 (ISSN 1411-5476): 40-41.

Sukmadinata, S. N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

262

Suparti. (2008). “Writing Process: Strategi Pengembangan Kemampuan Menulis Karangan”. Jurnal Kependidikan Interaks. 3, 40-52.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: Rafika Aditama.

Suyatinah. (2005). “ Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis di Kelas II Sekolah Dasar”. Cakrawala Pendidikan. 3, 405-420.

Syarif, E. et al. (2009). Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pengembangan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikn Pusat Pengembangan dan pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bahasa.

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wibowo, W. (2003). Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yamin, M dan Ansari, B. I. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Zulkarnain, A.I. (2009). Penerapan Model Peta Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Pembelajaran IPS SD. Bandung: Tesis SPs UPI tidak diterbitkan.