ABSTRAK PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PERMAINAN MAZE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA DINI Penelitian Quasi Eksperimen terhadap anak kelompok B di Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung Tahun Ajaran 2015-2016.

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen di kelompok B Pos PAUD Miana V Kota Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016 )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

Marina Trie Ramadhany Gunawan 1106401

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN

PERMAINAN MAZE TERHADAP KECERDASAN

VISUAL SPASIAL ANAK USIA DINI

Oleh

Marina Trie Ramadhany Gunawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini

© Marina Trie Ramadhany Gunawan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PERMAINAN MAZE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA DINI (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap anak kelompok B di Pos PAUD Miana V

Gegerkalong Kota Bandung Tahun Ajaran 2015-2016) MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN

1106401

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan permainan maze terhadap kecerdasan visual spasial anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan pada kelompok B di Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung dengan jumlah sampel kelompok eksperimen sebanyak 10 anak dan kelompok kontrol sebanyak 10 anak. Data penelitian diperoleh menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman observasi kecerdasan visual spasial anak usia 5-6 tahun. Berdasarkan hasil penelitian kondisi awal pada kelompok eksperimen menunjukkan anak yang muncul kecerdasan visual spasialnya sebanyak 36% dan yang belum muncul sebanyak 64%, sementara pada kelompok kontrol menunjukkan anak yang muncul kecerdasan visual spasialnya sebanyak 38% dan yang belum muncul sebanyak 62%. Setelah dilakukan treatment dan proses uji statistic menggunakan uji t independen (Independent Sampel T-test) pada data posttest diperoleh hasil p value (0,000) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa pembelajaran dengan permainan maze memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan visual spasial antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan maze dapat dijadikan salah satu metode alternatif bagi pendidik dalam mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini.


(5)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INSTRUCTION WITH MAZE GAMES ON

YOUNG CHILDREN’S VISUAL-SPATIAL INTELLIGENCE

(Quasi-Experimental Research to B Group Students in Early Childhood Education Post Miana V, Gegerkalong, Bandung City, Academic Year 2015-2016)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN 1106401

The research aims to find the influence of instruction with maze games on young children’s visual-spatial intelligence. It adopted quasi-experimental method with non-equivalent control group design. The research was conducted to Group B of Early Childhood Education Post (Pos-PAUD) Miana V Gegerkalong, Bandung City, with a sample of 10 children, each in the experimental and control groups, respectively. Data were obtained through a research instrument in the form of observation guidelines for 5-6 year old children’s visual-spatial intelligence. The pretest results demonstrate that 36% of the children showed emerging visual-spatial intelligence, while the rest 64% did not; meanwhile, 38% of the children in the control group demonstrated emerging visual-spatial intelligence, and 62% did not. After treatment, the statistical test employing independent sample t-test of the posttest scores resulted in p value of (0.000) < 0.05; hence, Ho was rejected and Ha accepted, meaning that the instruction with maze games had significant influence on the visual-spatial intelligence of the experimental group compared to the control group. These findings suggest that instruction with maze games can be made one of the alternative methods educators can employ to develop young children’s visual-spatial intelligence. Keywords: Visual- Spatial Intelligence, Young Children, Maze Games


(6)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E.Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A.Kecerdasan Visual Spasial... 8

1. Konsep Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini ... 8

2. Ciri-ciri Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini ... 11

3. Manfaat Kecerdasan Visual Spasial Bagi Anak Usia Dini ... 12

4. Hubungan Pembelajaran Dengan Permainan Maze Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini ... 13

B.Permainan Maze ... 14

1. Konsep Permainan Maze ... 14

2. Jenis Permainan Maze ... 15

3. Langkah Permainan Maze ... 16

4. Gambar Macam Permainan Maze ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18


(7)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Partisipan ... 19

C.Populasi dan Sampel... 20

D.Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 20

1. Definisi Konseptual Kecerdasan Visual Spasial ... 21

2. Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 22

3. Definisi Operasional Permainan Maze ... 22

E.Instrumen Penelitian ... 23

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 24

2. Validitas... 27

3. Reliabilitas ... 29

F.Prosedur Penelitian ... 31

G.Analisis Data ... 32

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 35

A.Temuan ... 35

1. Profil Kondisi Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Pos PAUD Miana V Sebelum Pembelajaran ... 35

2. Profil Kondisi Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Pos PAUD Miana V Setelah Pembelajaran dengan Permainan Maze ... 51

3. Pengaruh Pembelajaran Dengan Permainan Maze Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Pos PAUD Miana V ... 69

B.Pembahasan ... 77

1. Profil Kondisi Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Pos PAUD Miana V Sebelum Pembelajaran ... 77 2. Profil Kondisi Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada


(8)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PAUD Miana V Setelah Pembelajaran dengan Permainan

Maze ... 80

3. Analisis Pengaruh Pembelajaran Dengan Permainan Maze Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Pos PAUD Miana V... 82

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 84

A.Simpulan ... 84

B.Implikasi dan Rekomendasi ... 85


(9)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perubahan hasil belajar dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dapat dilihat tidak hanya dari aspek perkembangan namun juga dapat dilihat dari perkembangan kecerdasan majemuk anak usia dini. Kecerdasan majemuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan anak usia dini. Kecerdasan majemuk dimiliki oleh setiap manusia dengan kapasitas yang berbeda-beda hingga pada batas tertentu. Seperti pernyataan Gardner (2013) bahwa kemampuan kognitif manusia dapat digambarkan dengan rangkaian antara keahlian, bakat atau kemampuan mental yang disebut sebagai kecerdasan. Dimana tiap kecerdasan yang berupa suatu keahlian itu dapat dimiliki manusia dalam taraf tertentu. Salah satu kercerdasan yang penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak di masa depan adalah kecerdasan visual spasial yang merupakan bagian dari kecerdasan majemuk yang di keluarkan oleh Gardner (Amstrong, 2003). Kecerdasan visual spasial memiliki peran cukup besar dalam kehidupan anak sebagai dasar bagi dirinya menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini selaras dengan

pendapat Fitriyani (2014) bahwa “memiliki kecerdasan visual spasial pada

anak usia 5-6 tahun mutlak penting untuk menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil.”

Kecerdasan visual spasial menjadi bagian penting dalam fase pertumbuhan anak usia dini, hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bagus (Mayasari, 2012, hlm.3) bahwa “....kecerdasan spasial ini sangat penting karena kecerdasan spasial erat hubungannya dengan aspek kognisi secara

umum”. Tentu menjadi sebuah tolak ukur yang penting ketika kecerdasan visual spasial tidak hanya berperan besar dalam kelangsungan anak beradaptasi namun


(10)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga berkaitan secara pasti dengan kognitif atau kemampuan otak anak dalam bekerja. Ada pun pendapat lain terkait pentingnya kecerdasan visual spasial dimiliki oleh anak usia dini adalah pendapat dari Septiani (2014, hlm.3) yang menyatakan bahwa:

...dalam kecerdasan visual spasial diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman tersebut juga diperlukan dalam belajar matematika. Pada anak prasekolah kecerdasan visual spasial ini sangat penting karena kecerdasan visual spasial berhubunga erat dengan aspek kognitif secara umum.

Pendapat di atas tersebut memberikan gambaran bahwa kecerdasan visual spasial anak menjadi bagian yang cukup berperan penting bagi keberhasilan kehidupan anak di masa depan. Hal ini tentu juga di imbangi dengan pemberian bekal yang menunjang bagi perkembangan pertumbuhan anak dalam hal lainnya.

Kecerdasan visual spasial akan sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari anak di masa depan. Namun kebanyakan pendidikan anak usia dini saat ini lebih berfokus kepada kemampuan akademik berupa kemampuan membaca, menulis ataupun menghitung yang dimiliki anak. Seperti yang diungkapkan oleh Istiyani (2013, hlm.2) bahwa “…..banyak orang tua dan guru berlomba dengan waktu untuk memberikan pengalaman belajar melalui kegiatan

atau pembelajaran akademik”. Hal ini juga dikarenakan masih banyak orang tua

yang menganggap bahwa IQ (Intelligence Quotient) atau kemampuan akademik merupakan hal terpenting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Seperti pernyataan Gardner (2013) bahwa banyak sekolah, guru ataupun orang tua yang menggunakan IQ (Intelligence Quotient) sebagai tolak ukur bagi penentuan pendidikan anak ke jenjang selanjutnya karena anak dengan IQ (Intelligence Quotient) tinggi di anggap sebagai anak yang tergolong pintar dan pantas untuk dapat melanjutkan pendidikannya. Fenomena ini tentu menjadi penghambat bagi


(11)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan berbagai kecerdasan lain salah satunya kecerdasan visual spasial. Tidak sedikit pula orang tua yang kurang mengerti mengenai pemberian stimulus yang tepat bagi kecerdasan visual spasial pada diri masing-masing anak ini, sehingga yang terjadi adalah semakin berkurangnya stimulus yang dapat diterima anak terkait perkembangan kecerdasan visual spasialnya.

Kurangnya perhatian guru ataupun orang tua terhadap kecerdasan visual spasial anak berupa minimnya pemberian stimulus dan juga kurangnya alat bermain yang disediakan sekolah dalam rangka mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini akan mengakibatkan keterbatasan bagi anak dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari di masa depan. Hal ini dapat terjadi karena ketika kecerdasan visual spasial anak kurang berkembang maka anak akan sulit membedakan letak suatu tempat, anak juga akan sulit menentukan arah ataupun memiliki daya imajinasi yang cukup baik. Seperti fakta yang terjadi di salah satu Taman Kanak-kanak daerah Jawa Barat bahwa anak yang rendah kecerdasan visual spasialnya memiliki beberapa masalah diantaranya anak belum dapat mempresentasikan secara tepat dalam menentukan arah, posisi letak, mengurutkan benda dari yang terkecil hingga yang terbesar, belum mampu dalam memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dalam sebuah objek (Indriyani, 2011, hal.3). Sedangkan berbagai hal terkait kecerdasan visual spasial anak memiliki peran yang cukup penting bagi kehidupan sehari-hari anak. Contohnya ketika anak tidak dapat membedakan letak suatu tempat, anak akan mudah tersesat dan akan sulit untuk mengetahui posisi dirinya sendiri. Anak juga akan mengalami kesulitan dalam bergaul ataupun berinteraksi dengan teman sebaya ketika anak tidak dapat menyampaikan suatu maksud arah mana yang ingin ia tunjukkan. Hal-hal di atas yang akan membuat anak memiliki keterbatasan di masa depan ataupun di masa sekarang ketika kecerdasan visual spasial tidak diberikan stimulus dan tidak berkembang dengan baik.


(12)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adanya berbagai permasalah kecerdasan visual spasial di atas menjadikan lembaga pendidikan anak usia dini memerlukan strategi khusus guna menyelesaikan berbagai masalah sebagai akibat dari fenomena yang terjadi di atas. Salah satu cara yang dapat digunakan guru ataupun orang tua dalam mengembangkan dan memberikan stimulus bagi perkembangan kecerdasan visual spasial anak yaitu dengan memberikan permainan konstruktif kepada anak. Hal ini di dukung oleh pendapat Sujiono (2010, hlm.58) bahwa kecerdasan visual spasial dapat dikembangkan salah satunya dengan melakukan permainan konstruktif dan kreatif sejumlah permainan seperti membangun konstruksi dengan menggunakan balok, mazes, puzzle, permainan rumah-rumahan ataupun peralatan video, film, peta/ gambar dan slide. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Merdiana (2014, hlm.4) bahwa bermain konstruktif tidak hanya mengasah kecerdasan visual spasial anak, tapi juga melatih keterampilan motorik halus dan kreativitas anak. Dengan melihat pendapat tersebut maka permainan-permainan yang disebutkan di atas dapat membantu mengoptimalkan perkembangan kecerdasan visual spasial anak.

Permainan konstruktif di atas memiliki berbagai alat yang dapat digunakan dalam aplikasinya yaitu salah satu diantaranya adalah permainan maze. Permainan maze atau mencari jejak menurut Istiaty (2006, hlm.12) adalah usaha melakukan penemuan artinya permainan dapat menghasilkan ciptaan baru anak dalam usia berapapun, di mana saat ikut dalam suatu permainan sedang menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Permainan maze merupakan permainan edukatif dengan jalan sempit yang berliku dan berbelok dan kadang kala merupakan jalan buntu ataupun jalan yang mempunyai halangan, dapat juga dikatakan permainan mencari jalan keluar kemudian bagaimana anak bisa menemukan jalan keluarnya. Selanjutnya Kurniawan (2010, hlm. iii) menyatakan maze merupakan game sederhana yang bertujuan menentukan jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah


(13)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan jalur pada bagian-bagian maze berupa kotak-kotak yang dilewati untuk tiap baris atau tiap kolom.

Berbagai keunggulan permainan maze telah di buktikan oleh adanya penelitian oleh berbagai pihak salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Haque dan Rohita (2014, hlm. 2) bahwa dengan menggunakan permainan maze anak dapat melatih otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Sehingga permainan maze terbukti dapat membantu menstimulus aspek perkembangan anak lainnya seperti motorik halus, kognitif, dan lain lain. Selanjutnya pendapat tersebut didukung juga oleh pernyataan Khomariyah (Riyanto dan Sekarwati, 2013 hlm.3) bahwa permainan maze marching board bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dan kecerdasan visual spasial anak. Pendapat-pendapat tersebut di atas memberikan gambaran bahwa permainan maze merupakan salah satu permainan yang unggul untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial anak dan tidak hanya memiliki manfaat yang sempit namun juga luas ketika permainan maze mampu memberikan konstribusi juga untuk berbagai aspek lain dari perkembangan anak. Selain itu permainan maze tidak membutuhkan alat permainan yang bermodal besar, berbekal sebuah ruangan biasa pun dapat dijadikan bahan untuk melakukan permainan maze.

Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Pengaruh Pembelajaran dengan Permainan maze Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang berkembang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran dengan


(14)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kecerdasan visual spasial anak pada kelompok B1 dan B2 di Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016 sebelum pembelajaran? 2. Bagaimana profil kecerdasan visual spasial anak pada kelompok B1 dan B2

di Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016 setelah pembelajaran dengan permainan maze?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari pembelajaran dengan permainan maze terhadap kecerdasan visual spasial di Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui terdapat tidaknya pengaruh dari pembelajaran dengan pembelajaran maze terhadap kecerdasan visual spasial anak usia dini.

Selanjutnya tujuan khusus dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui profil kecerdasan visual spasial anak pada kelompok B1 dan B2 Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016 sebelum pembelajaran dengan permainan maze.

2. Untuk mengetahui profil kecerdasan visual spasial anak pada kelompok B1 dan B2 di Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016 setelah pembelajaran dengan permainan maze.

3. Untuk mengetahui terdapat tidaknya pengaruh yang signifikan dalam kecerdasan visual spasial antara kelas B1 yang menggunakan pembelajaran dengan permainan maze dan kelas B2 yang tidak menggunakan pembelajaran dengan permainan maze di Pos PAUD Miana V Tahun Ajaran 2015-2016.


(15)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan masukan pengetahuan sebagai bahan litelatur berupa permainan maze yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan visual spasial kepada guru ataupun calon pendidik tentang kecerdasan visual spasial terutama dalam pendidikan anak

2. Manfaat Praktis

Membantu guru dalam menyediakan permainan menarik seperti permainan maze guna mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini.

E. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini ditulis berdasarkan pedoman penelitian yang berlaku di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, yaitu di awali bab pendahuluan dan diakhiri kesimpulan dan rekomendasi. Adapun perincian laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi: (a) latar belakang penelitian, (b) rumusan masalah penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) sistematika penulisan.

Bab II berisikan kajian teoritik atau kajian pustaka terkait teori-teori yang berhubungan dengan pembelajaran dengan permainan maze (permainan maze) terhadap kecerdasan visual spasial anak usia dini, yaitu: (a) konsep kecerdasan visual spasial, (b) konsep permainan maze (permainan maze), (c) penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III membahas mengenai metodelogi penelitian terdiri dari: (a) metode dan desain penelitian penelitian, (b) partisipan, (c) populasi dan sampel,


(16)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(d) definisi operasional variabel, (e) instrumen penelitian, (f) prosedur penelitian, (g) analisis data.

Bab IV berisi temuan dan pembahasan


(17)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

metode Eksperimen yaitu “pendekatan yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2008, hlm. 72). Hal ini tentu mengarahkan penelitian ini kepada teknik penelitian eksperimental. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Selanjutnya dengan metode eksperimen, penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental Design.

Quasi Eksperimental Design adalah suatu desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol di dalamnya namun tidak memiliki kemampuan sepenuhnya untuk dapat mengkondisikan atau mengatur variabel-variabel lain dari luar yang dapat mempengaruhi terlaksananya eksperimen (Sugiyono, 2008). Quasi Eksperimental Design pada penelitian ini menggunakan sub desain yaitu Nonequivalent Control Group Design untuk mendapatkan data guna pelaksanaan pendataan penelitian eksperimen. Dimana pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random, melainkan dipilih secara langsung dari pembagian satu sampel yang ditentukan di awal (Sugiyono, 2008). Dengan sub desain Nonequivalent Control Group Design maka kelompok sampel telah ditetapkan di awal yaitu kelompok B Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016 dan membaginya menjadi dua sesuai dengan keadaan kelas yang ada yaitu B1 dan B2 di Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung. Kelompok pertama yaitu B2 merupakan kelompok eksperimen yang akan menerima treatment (perlakuan) dari permainan maze dan kelompok kedua yaitu B1 merupakan kelompok kontrol yang tidak menerima treatment (perlakuan) dari permainan maze. Sehingga di akhir dari


(18)

masing-MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing kelompok eksperimen yaitu B2 dan kelompok kontrol yaitu B1 akan dapat terlihat ada tidaknya pengaruh dari permainan maze terhadap kemampuan visual spasial yang ditandai dengan ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam kemampuan visual spasial antara kelas B1 yang menggunakan permainan maze dan kelas B2 yang tidak menggunakan permainan maze.

Berikut table Nonequivalent Control Group Design:

Tabel 3.1

Tabel Nonequivalent Control Group Design

Grup Pretes Variabel terikat Postes

Eksperimen Y1 X Y2

Kontrol Y1 - Y2

Keterangan : X = diberi treatmen - = tidak diberi treatment

(Sukardi, 2003 hlm. 186) B. Partisipan

Partisipan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah anak dengan rentang usia lima sampai enam tahun yaitu kelas B dari Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016. Adapun jumlah partisipan yang terlibat yaitu kelas B2 sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah partisipan sebanyak 10 anak selanjutnya kelas B1 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah partisipan sebanyak 10 anak dan diuraikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Sampel Pos PAUD Miana V Gegerkalong Kota Bandung


(19)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Jumlah 5 5 3 7

Total 10 10

Partisipan yang digunakan peneliti di atas merupakan kelompok partisipan yang telah lama diamati oleh peneliti. Hal ini dikarenakan tempat kelompok partisipan tersebut sudah cukup lama diobservasi oleh peneliti.

Pemilihan partisipan yaitu anak usia dini pada usia lima sampai enam tahun ini didasarkan pada tingkat perkembangannya yang memungkinkan pemberian perlakuan pada penelitian ini dapat diterima dengan baik sesuai dengan tugas perkembangan anak pada usia ini pada umumnya. Sehingga akan membantu peneliti untuk dapat memberikan perlakuan dengan tidak menyalahi tugas perkembangan anak diluar batas.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Objek pada populasi tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi berdasarkan instrumen yang akan digunakan peneliti guna mendapatkan data yang akurat dan tepat. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak pada kelompok B yang berada di Pos PAUD Miana V Gegerkalong Bandung yang beralamat di Jl.Pak Gatot Raya No.1s Kota Bandung Jawa Barat dengan jumlah populasi yaitu 20 orang anak.

Sementara sampel adalah bagian dari jumlah dengan karakteristik yang sama yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota sampelnya dipilih secara sengaja atas dasar pengetahuan dan keyakinan peneliti (Anggoro, 2009: 4.10). Sehingga dengan teknik sampel tersebut maka peneliti menentukan bahwa kelompok kontrol adalah B1 dan kelompok eksperimen adalah kelompok B2.


(20)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Definisi Operasional Variabel (DOV)

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu (1) Kecerdasan visual spasial sebagai variabel terikat dan (2) Permainan maze sebagai variabel bebas. Adapun pemaparannya sebagai berikut:

1. Definisi Konseptual Kecerdasan Visual Spasial

Penelitian ini membahas mengenai kecerdasan visual spasial anak usia dini yang dalam definisinya merujuk pada teori yang dikeluarkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner (2013), kecerdasan visual spasial adalah kemampuan seseorang dalam pemecahan masalah spasial (ruang) yang dibutuhkan dalam navigasi dan penggunaan sistem dalam suatu notasi berupa peta. Selain itu kecerdasan visual spasial juga digunakan dalam seni visual dalam penggunaan ruangan. Selanjutnya Gardner (1982) menyatakan bahwa “visual spatial is one of the multiple intelligence that all people have in varying degrees and that can be developed through experiences” yang artinya kecerdasan visual spasial adalah salah satu dari kecerdasan majemuk yang dapat dimiliki setiap orang dengan tingkatan yang bervariasi dan dapat dikembangkan seiring dengan berjalannya pengalaman.

Adapun pendapat Del Grande dan Morrow (1989) menyatakan bahwa dimensi kecerdasan visual spasial adalah sebagai berikut:

a) Eye motor coordination is ability to coordinate the eye with other part of the body in various activity : Koordinasi mata dan gerak motorik adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan mata dengan bagian lain dari tubuh dalam berbagai kegiatan

b) Figure-ground perception is the visual act of identifying a figure against a complex background : Persepsi gambar latar belakang adalah tindakan visual dalam mengidentifikasi angka dengan latar belakang yang kompleks

c) Perceptual constancy is the ability to recognize figures or objects in space, regardless of size, position or orientation : kemantapan persepsi adalah


(21)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan untuk mengenali angka atau benda dalam ruang, terlepas dari ukuran, posisi atau orientasi

d) Position in space perception is the ability to relate an object in space to oneself : posisi dalam persepsi ruang adalah kemampuan untuk mengaitkan obyek dalam ruang dengan objek itu sendiri

e) Perception of spatial relationships is the ability to see two or more objects in relation to oneself or in relation to each other : Persepsi hubungan spasial adalah kemampuan untuk melihat dua atau lebih objek dalam kaitannya dengan benda itu sendiri atau dalam kaitannya dengan benda lain

f) Visual discrimination is the ability to distinguish the similarities and differences between or among objects : Diskriminasi visual adalah kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan antara atau di antara benda-benda

g) Visual memory is the ability to recall objects no longer in view : Memori visual adalah kemampuan untuk mengingat objek yang tidak lagi dalam pandangan

2. Definisi Operasional Variabel (DOV)

Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan visual spasial anak usia dini yaitu anak usia 5-6 tahun sebagaimana rujukan dari pendapat Gardner (1982) serta Grande dan Morrow (1989) bahwa kecerdasan visual spasial anak usia dini yaitu kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan tilikan ruang berupa: koordinasi mata dan gerak motorik, persepsi gambar dan latar belakang, kemantapan persepsi, posisi dalam persepsi ruang, hubungan persepsi spasial, diskriminasi visual dan memori visual.

3. Definisi Permainan Maze

Permainan maze yang akan digunakan untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini dalam penelitian ini adalah permainan maze dengan model 2 dimensi dan pengalaman langsung. Permainan maze 2 dimensi yang


(22)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan berupa permainan maze dalam sebuah bidang baik kertas, karton ataupun bidang datar lainnya seperti kayu, steroform dll. Maze ini berupa maze bentuk, maze angka, maze peternakan dan maze sesuai tema yang sedang berlangsung. Sedangkan permainan maze dengan pengalaman langsung yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah anak akan diberikan atau dikondisikan dalam lingkungan yang memberikan instruksi kepada anak untuk dapat menemukan jalan keluar sesuai dengan instruksi yang telah diberikan.

Adapun langkah permainan maze yang di adaptasi dari Gordon (2013) adalah:

1. Pemain melakukan penekanan di awal bahwa start atau mulai permainan maze adalah dari tanda yang telah ditunjukkan baik berupa anak panah ataupun simbol tertentu

2. Pemain dapat mulai menjalankan simbol tersebut dengan cara menarik garis ataupun menggerakkan simbol (sesuai dengan jenis dimensi permainan maze yang digunakan).

3. Pemain kemudian menemukan jalan keluar dengan menghindari jalur-jalur jebakan seperti jalur buntu hingga simbol atau anak panah sampai di ujung jalur keluar dari permainan maze.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah di olah. Adapun kisi-kisi kecerdasan visual spasial terdapat pada tabel 3.3 berikut:

1. Kisi-kisi intrumen


(23)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 tahun

No

Variabel Dimensi Indikator Pernyataan

1. Spatial sense (Kecerdasan Visual Spasial)

a. Eye motor

coordination (Koordinasi mata

- Kemampuan untuk mengkoordinasikan mata dengan bagian

- Anak dapat melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-


(24)

tangan-MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan motorik) lain dari tubuh kepala dalam

menirukan tarian atau senam

- Anak dapat terampil menggunakan tangan kanan dan kiri

b. Figure-ground perception

(persepsi gambar berlatar

belakang)

- Kegiatan visual dalam

mengidentifikasi gambar dengan latar belakang yang kompleks

- Anak dapat menemukan sebuah benda dari satu panorama yang utuh

- Anak dapat

mengklasifikasikan benda berdasarkan latar

belakang yang

berhubungan c. Perceptual

constancy (Kemantapan persepsi)

- Kemampuan untuk mengenali angka atau benda dalam ruang, terlepas dari ukuran, posisi atau orientasi

-Anak dapat mengetahui benda yang ada dalam ruangan

-Anak dapat

mengelompokkan benda berdasarkan warna

d. Position in space perception

(posisi dalam persepsi ruang)

- Kemampuan untuk mengaitkan posisi obyek dalam ruang dengan objek itu sendiri

-Anak dapat mengetahui letak suatu benda (benda itu sendiri) di dalam ruangan

-Anak dapat mengetahui benda yang berada di dalam ruangan

e. Perception of spatial

relationships (hubungan persepsi spasial)

- Kemampuan untuk melihat dua atau lebih objek dalam kaitannya dengan benda itu sendiri atau dalam kaitannya dengan benda lain

- Anak dapat

menyebutkan letak

suatu benda

berdasarkan posisinya dengan benda lain seperti: pensil di sebelah kiri buku

- Anak dapat mengetahui hubungan posisi suatu benda dengan benda lain seperti: pensil di


(25)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebelah kiri buku dan buku di sebelah kanan pensil

f. Visual

discrimination (diskriminasi visual)

- Kemampuan untuk membedakan

persamaan dan

perbedaan antara atau di antara benda-benda

-Anak dapat menemukan perbedaaan geometri

segitiga dengan

geometri persegi seperti geometri segitiga memiliki 3 sudut dan

geometri persegi

memiliki 4 sudut, geometri segitiga memiliki 3 pinggir dan

geometri persegi

memiliki 4 pinggir -Anak dapat menemukan

persamaan geometri

persegi dengan

geometri persegi

panjang seperti

geometri persegi dan

geometri persegi

panjang sama-sama memiliki 4 sudut dan 4 pinggir

-Anak dapat menemukan geomteri yang paling berbeda di antara kumpulan geometri

seperti geometri

segitiga diantara geometri persegi, dll. g. Visual

memory (memori visual)

- Kemampuan untuk mengingat objek yang tidak lagi dalam pandangan

-Anak dapat

menyebutkan kembali objek yang anak lihat sebelumnya

-Anak dapat

menggambarkan

kembali objek yang anak lihat sebelumnya


(26)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber: Gardner (1982) , Grande dan Morrow (1989) dan disesuikan dengan permen 137 tahun 2014 standard nasional PAUD dan permen 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD dengan indikator anak usia 5-6 tahun

Instrumen di atas harus memiliki skala agar data yang diperoleh akurat dan selanjutnya dapat dilakukan scoring. Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas seperti ya-tidak, benar-salah, positif-negatif, dll. Dengan skor yang di gunakan yaitu 1-0, skor 1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak.

Penelitian yang baik adalah penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan yang tepat demi untuk mendapatkan data yang akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik observasi menggunakan pedoman observasi berupa daftar ceklis. Terdapat dua hal penting dari teknik observasi yang harus diperhatikan yaitu proses pengamatan dan ingatan observer (Sugiyono: 2008). Oleh karena itu posisi atau jabatan peneliti dalam penelitian menjadi hal yang cukup penting. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer independen dimana observer tidak akan terjun langsung sebagai pemberi treatmen namun hanya mengamati berjalannya proses penelitian. Sehingga proses observasi telah dirancang secara terstruktur dan sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya yang disebut sebagai observasi terstruktur (Sugiyono, 2008: 146).

Observasi dilakukan setelah instrument terkait kecerdasan visual spasial anak usia dini telah di uji validitas dan reabilitasnya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil uji coba, data pre-tes, treatmen dan post-tes yang berisi penilaian dari indikator- indikator kecerdasan visual spasial anak usia dini.


(27)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus valid dan reliabel. Valid adalah instrument itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabel instrument tersebut jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Terdapat dua cara dalam pengujian validasi, yaitu :

1. Validitas Konstrak (Construct Validity)

Untuk menguji validitas konstrak, digunakan pendapat dari ahli (judgement expert), yaitu berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan pada teori tertentu. Instrumen yang telah dijudgement dan mendapat penilaian yang cukup baik oleh para ahli di bidangnya maka dapat digunakan dalam melakukan penelitian.

2. Validitas Isi (Content Validity)

Untuk instrument yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validasi isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.

Adapun langkah-langkah perhitungan validitas adalah sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien kolerasi product moment/r. Rumus product moment coefficient dari Karl Pearson yaitu:

(Siregar, 2014: 164)

Dalam hal ini :

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden) Y = Skor total variabel untuk responden n


(28)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui bantuan program SPSS versi 20 diperoleh hasil uji validitas instrument penelitian sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Validitas Item Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 tahun

No. Item r hitung r tabel Keterangan

1 0, 529 0, 514 Valid

2 -0, 230 0, 514 Invalid

3 0, 546 0, 514 Valid

4 0, 594 0, 514 Valid

5 0, 610 0, 514 Valid

6 0, 546 0, 514 Valid

7 -0, 403 0, 514 Invalid

8 0, 674 0, 514 Valid

9 0, 166 0, 514 Invalid

10 0,676 0, 514 Valid

11 0, 676 0, 514 Valid

12 -0, 344 0, 514 Invalid

13 -0, 339 0, 514 Invalid

14 0, 546 0, 514 Valid

15 -0, 028 0, 514 Invalid

b. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut :

 Jika r hitung positif dan r hitung ≥ r tabel maka butir soal valid

 Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka butir soal tidak valid Berdasarkan tabel 3.3 di atas di peroleh bahwa dari 15 pernyataan kecerdasan visual spasial anak usia 5-6 tahun, item yang dapat diputuskan valid sebanyak 9 item yaitu item nomor 1, 3, 4, 4, 6, 8, 10, 11, 14. Sedangkan untuk keputusan item yang tidak valid (invalid) sebanyak 6 item yaitu item nomor 2, 7, 9, 12, 13, 15. Namun dalam pelaksanaannya, berdasarkan hasil validitas konstruk


(29)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat satu item invalid yang di ambil dan digunakan dengan ketentuan r hitung item tersebut bernilai + (positif) dan mendekati nilai r tabel yaitu pada item nomor 9. Sehingga akhirnya item valid yang digunakan berjumlah 10 item.

Secara lebih rinci penyebaran item yang valid dan tidak valid pada setiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rincian Validitas Item

No Aspek Item Valid Item Invalid

1. Koordinasi motorik mata 1 2

2. Persepsi gambar berlatar belakang 3,4 -

3. Kemantapan Persepsi 5,6 -

4. Posisi dalam persepsi ruang 8 7

5. Hubungan persepsi spasial 9,10 -

6. Diskriminasi visual 11 12,13

7. Memori Visual 14 15

Item yang valid memiliki arti bahwa item tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel yang ingin di ukur sedangkan item yang tidak valid memiliki arti bahwa item tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur variabel yang ingin di ukur dan item tersebut tidak lagi digunakan dalam penelitian.

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah pengujian untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2014: 173). Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Rumus


(30)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah, rumus Spearman Brown dengan teknik belahan ganjil- genap sebagai berikut :

(Siregar, 2014: 184)

Dalam hal ini :

r

11 = Reliabilitas instrument

= Nilai korelasi

Langkah pertama dari rumus ini adalah membuat hipotesis reliabilitas sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara pengukuran belahan ganjil dengan pengukuran belahan genap (tidak reliabel)

Ha : Ada hubungan antara pengukuran belahan ganjil dengan pengukuran belahan genap (reliabel)

Ketentuan dalam rumus ini yaitu: Jika,

r

11 ≤

r

tabel , maka Ho diterima

Jika,

r

11 ≥

r

tabel

,

maka Ho ditolak

Sebelum melakukan uji coba reliabilitas, maka terdapat tolak ukur koefisien reliabiltas yang dapat digunakan sebagai pedoman koefisien korelasi dengan mengacu teori yang di keluarkan oleh J.P Guilford (2009: 48) yang di tampilkan pada tabel berikut ini:


(31)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6

Kriteria Koefisien Korelasi

Nilai r Korelasi Sig. Keterangan

0 ≤ r ≤ 0, 25 Sangat lemah ≤ 0, 50 Siginifikan

0, 25 < r ≤ 0, 50 Cukup > 0, 05 Tidak Signifikan

0, 50 < r ≤ 0, 75 Kuat

0, 75 < r ≤ 1 Sangat kuat

Untuk mengetahui hasil uji coba reliabiltas maka digunakan bantuan SPSS versi 20 dan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,559. Merujuk pada tabel kriteria koefisien korelasi di atas maka intrumen ini berada pada kriteria sangat kuat. Artinya instrumen penelitian ini sangat dapat diandalkan hasilnya dalam mengukur data secara konsisten dan memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95 % persen.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur pengumpulan data dalam penelitian ini tepat dan akurat untuk digunakan.

F.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini berupa prosedur awal sebelum pelaksaan penelitian dan prosedur ketika pelaksanaan penelitian dilakukan serta prosedur setelah penelitian dilakukan. Adapun prosedur berupa langkah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian

a. Melakukan observasi awal ke sekolah yang akan di teliti yaitu Pos PAUD Miana V Kota Bandung.

b. Menentukan waktu pembelajaran yang akan digunakan untuk memberikan permainan maze

c. Menyiapkan instrumen penelitian

d. Menyusun rencana pemberian permainan maze dalam kegiatan permainan terpimpin


(32)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Melakukan uji validitas dan reliabilitas

2. Tahap penelitian

a. Melakukan pre-test kecerdasan visual spasial untuk kelompok eksperimen b. Melakukan pre-test untuk kelompok kontrol

c. Melakukan treatment yaitu pelaksanaan permainan maze d. Melakukan post-test pada kelas eksperimen

e. Melakukan post-test pada kelas kontrol

3. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian

a. Mengolah data-data hasil penelitian eksperimen melalui pengujian statistik dengan membandingkan skor post-test dan pre-test

b. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis c. Menyusun keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan

Berdasarkan jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif maka hipotesis penelitian pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan visual spasial anak yang menggunakan pembelajaran dengan permainan maze dengan anak yang menggunakan metode konvensional

Ho: µ1=µ2

2. Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan visual spasial anak yang menggunakan pembelajaran dengan permainan maze dengan anak yang menggunakan metode konvensional

Ha: µ1≠µ2 G. Analisis data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan kuantitatif. Untuk kemudian mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan


(33)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perhitungan statistik inferensial. Adapun uji statistic dalam penelitian ini akan di jelaskan di bawah ini:

1. Uji Statistik

Sebelum menentukan teknik analisis statistik yang digunakan maka perlu dilakukan uji normalitas dalam melakukan sebuah penelitian. Uji normalitas di tujukan untuk menentukan langkah penghitungan data selanjutnya. Apabila data tersebut berdistribusi normal maka pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik dan apabila data tersebuut berdistribusi tidak normal maka pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik (Arikunto, 2006).

Uji normalitas dan homogenitas varians data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov smirnov dan uji F (p > 0, 05) dengan membandingkan siginifikansi hasil uji (p value) dengan taraf siginifikansi. Adapun tujuan dari uji normalitas yang dilakukan adalah untuk mengetahui bahwa sampel telah diambil secara proporsional dari populasinya dan variabel yang diteliti memenuhi kriteria distrbusi normal. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi, maka data tersebut memiliki sebaran yang normal. Selanjutnya penghitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20.0 untuk pengujian data sampel tiap variabel. Uji normalitas tersebut memiliki hipotesis sebagai berikut:

Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Hi : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Adapun aturan penetapannya yaitu:

Jika siginifikansi > 0, 05, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Jika signifikasni < 0, 05, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.


(34)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka dalam pelaksanaan pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan pada P-value adalah jika P-value < α maka ho ditolak dan jika P-value ≥ α maka Ho tidak dapat di tolak. Dalam program SPSS 20.0 digunakan istilah significance yang disingkat Sig. untuk P-value, dengar arti bahwa P-value – Sig.

Berikutnya dalam uji statistik juga akan dilakukan pengujian signifikansi. Uji signifikansi ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Terdapat kriteria untuk menentukan data tersebut adalah :

Berdasarkan probabilitas: Ho diterima jika P value > 0.05 Ho ditolak jika P value < 0.05

Berdasarkan kajian yang dikemukakan di atas, maka berikut ini merupakan hipotesis penelitian yang diajukan berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan:

Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan pembelajaran dengan permainan maze terhadap kecerdasan visual spasial anak di Pos PAUD Miana V

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan pembelajaran dengan permainan maze terhadap kecerdasan visual spasial anak di Pos PAUD Miana V


(35)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, T. 2009. Metode penelitian. Jakarta: Universitas terbuka

Abdurrahman, M. 2010. Pendidikan untuk anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Apriani, L. (2007). Model bimbingan untuk meningkatkan keterampilan persepsi visual spasial siswa berkesulitan belajar di sekolah dasar. Tesis. SPS UPI.: Tidak diterbitkan

Arikuntoro, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan didaktik. Jakarta: Rineka Cipta

Gardner, H. 2013. Multiple intelligences. Jakarta: Daras Books.

Siregar, S. 2014. Staistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Sugiyono. 2008. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B. 2012. Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: refika Aditama Nasution, S. 1987. Metode penelitian. Jakarta: Ruas


(36)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Merujuk pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya berdasarkan hasil analisis data pretest diketahui bahwa kecerdasan visual spasial anak kelas B di Pos PAUD Miana V sebelum diberikan pembelajaran dengan permainan maze sebagian besar belum memiliki kemunculan dari indikator kecerdasan visual spasial diantaranya kemampuan mengkoordinasikan motorik dan mata, kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, kemampuan memantapkan persepsi, kemampuan memposisikan persepsi ruang, kemampuan menghubungkan persepsi spasial, kemampuan mendeskripsikan visual dan kemampuan mengingat secara visual yang di analisis sebagian kecil sudah muncul dan sisanya sebagian besar belum muncul.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data posttest diketahui bahwa kemampuan akhir dari kecerdasan visual spasial anak kelas B di Pos PAUD Miana V setelah diberikan pembelajaran dengan permainan maze mengalami perubahan dikarenakan mulai terlihat banyaknya indikator kecerdasan visual spasial yang muncul diantaranya dalam hal kemampuan mengkoordinasikan motorik dan mata, kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, kemampuan memantapkan persepsi, kemampuan memposisikan persepsi ruang, kemampuan menghubungkan persepsi spasial, kemampuan mendeskripsikan visual dan kemampuan mengingat secara visual.

Terakhir berdasarkan hasil analisis data postest dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran dengan permainan maze terhadap kecerdasan visual spasial anak kelas B di Pos PAUD Miana V. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t independen yang signifikan sehingga hipotesis Ho ditolak yang artinya Ha diterima. Jika dilihat dari hasil uji t berdasarkan aspek


(37)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecerdasan visual spasial maka kondisi akhir dari kecerdasan visual spasial dapat dijabarkan diantaranya aspek yang dinyatakan signifikan adalah aspek 1 yaitu kemampuan mengkoordinasikan mata dan motorik, aspek 2 yaitu kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, aspek 3 yaitu kemampuan memantapkan persepsi, aspek 4 yaitu kemampuan memposisikan persepsi ruang dan aspek 5 yaitu kemampuan menghubungkan persepsi spasial selanjutnya aspek yang dinyatakan tidak signifikan diantaranya aspek 6 yaitu kemampuan mendeskripsikan visual dan aspek 7 yaitu kemampuan mengingat secara visual. Adapun pengaruh yang di dapat yaitu anak sudah dapat memiliki kemampuan mengkoordinasikan motorik dan mata, kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, kemampuan memantapkan persepsi, kemampuan memposisikan persepsi ruang, kemampuan menghubungkan persepsi spasial, kemampuan mendeskripsikan visual dan kemampuan mengingat secara visual

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, diberikan beberarapa saran untuk berbagai pihak diantaranya yaitu:

1. Bagi Guru dan Pos PAUD

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan maze terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan visual spasial anak, maka permainan ini direkomendasikan untuk digunakan para guru PAUD sebagai salah satu permainan yang dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial anak

b. Pembelajaran dengan permainan maze direkomendasikan kepada guru anak usia dini mengingat kebermanfaatan yang besar bagi masa depan anak dengan kecerdasan visual spasial contohnya anak dapat menjadi arsitektur, pelaut ataupun profesi hebat lainnya.

c. Sebagai bahan pertimbangan antusiasme anak yang ditunjukkan ketika melihat permainan maze 2 dimensi maka peneliti menyarankan metode


(38)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permainan tersebut dapat digunakan pendidik anak usia dini untuk menyampaikan pembelajaran lain seperti pembelajaran mengenalkan air, udara, api dengan gambar yang menarik, dll.

2. Bagi Orang Tua

Permainan maze dapat disediakan atau diberikan para orang tua dirumah, tidak harus menggunakan alat permianan yang mahal namun dengan menciptakan area permainan sendiri dirumah pun seperti mencari jalan keluar atau menemukan jalan menuju suatu benda juga dapat membantu mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

a. Sekolah sebaiknya diberikan fasilitas tempat dan area yang memadai bagi sekolah untuk dapat memberikan kesempatan kepada anak mengeksplore seluruh pengetahuan melalui lingkungannya terutama dalam hal ini mengeksplore kecerdasan visual spasial anak itu sendiri

b. Sekolah sebaiknya diberikan wadah untuk menyediakan segala macam alat permainan edukatif yang dapat meningkatkan dan mengembangkan segala aspek perkembangan anak usia dini yang dalam hal ini salah satunya adalah aspek kognitif berupa kecerdasan visual spasial anak usia dini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Sebaiknya dapat kembali mengupas tentang kecerdasan visual spasial namun dengan metode atau permainan yang lainnya sehingga dapat memberikan kontribusi lain yang bermakna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu baru atau cara baru demi mengembangkan pembelajaran pendidikan anak usia dini b. Peneliti lain dapat memanfaatkan permainan maze namun dalam pelaksanaan

yang lebih variatif dan lebih menciptakan kesenangan bagi anak karena bermain haruslah yang menyenangkan untuk anak agar seluruh potensi yang


(39)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat pada diri anak dapat berkembang sebagaimana mestinya tanpa keterpaksaan atau tuntutan.


(40)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Anggoro, T. (2009). Metode penelitian. Jakarta: Universitas terbuka

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan didaktik. Jakarta: Rineka Cipta

Armstrong, T. (2003). Setiap anak cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Campbell. (2006). Metode praktis pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.

Depok: Intuisi Press.

Grande, D dan Morrow. (1998). Guiding Children’s Learning of Mathematics. Cengage Learning.

Fitriyani, H. (2014) Penggunaan Media Puzzle 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi Deskriptif Kuantitaif di TK PGRI 25 Karangrejo Semarang). Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies, 3 (1), hlm. 45-52

Gardner, H. (2013). Multiple intelligences. Jakarta: Daras Books.

Gordon, C dan Cooper, L. (2013). Meningkatkan 9 kecerdasan anak. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Guilford. (2009). Fundamental Statistic In Psychology And Education, Tokyo: McGraw-HillKogakusha, Itd.

Gunawan. (2003). Born to be a Genius. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gunawan. (2007). Genius learning strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Gustu. (2010). Contoh sketsa labirin.[Online]. Tersedia di:

http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=52783. [Diakses 28 Oktober 2014] Haque dan Rohita. (2014). Pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) Maze Terhadap

Motorik Halus Anak Kelompok A di TK A-Fitroh. Skripsi, Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Surabaya: Tidak diterbitkan.


(41)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indriyani. (2011). Meningkatkan kemampuan visual spasial anak melalui penggunaan media realia. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Istiyani, D. (2013) Model Pembelajan Menulis dan Menghitung (calistung) pada Anak Usia Dini di Pekalongan. Jurnal Penelitian, 10 (1), hlm 1-18

Istiaty. (2006). Permainan Edukatif Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2 (2), hlm 1-5.

Kurniawan. (2010). Bermain maze. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 5 (5) hlm 1-15 Lwin, May, dkk. (2008). How to multiply your child’s intelligence. Yogyakarta:

Indeks

Masitoh. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Mayasari. (2012). Meningkatkan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni Tari. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Merdiana. (2014). Implementasi Bermain Konstruktif dalam meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Pada Anak Usia Dini di Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Shandy Putra Telkom Kota Bengkulu. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Bengkulu: Tidak diterbitkan.

Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Prenada Media Grup. Riyanto, E dan Sekarwati, D.A. (2013) Permainan Maze Matching Board untuk

Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita. Jurnal Pendidikan Khusus, 3 (3), hlm 1-13

Septiani. (2014). Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Melukis dengan Bahan Pewarna. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Siregar, S. (2014). Staistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada


(42)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sujiono, Y.N. (2009). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks. Sujiono, Y.N dan Sujiono, B. (2010). Bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak.

Jakarta: Indeks.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Statistik, Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Ulfa, C.M. (2011). Efektifitas labirin game dalam membangun percaya diri anak di taman kanak-kanak Aisyah Bustanul Athfal 2 Gadung Surabaya. Skripsi, Psikologi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Tidak diterbitkan.

Uno dan Kuadrat. (2009). Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara.


(1)

85

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecerdasan visual spasial maka kondisi akhir dari kecerdasan visual spasial dapat dijabarkan diantaranya aspek yang dinyatakan signifikan adalah aspek 1 yaitu kemampuan mengkoordinasikan mata dan motorik, aspek 2 yaitu kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, aspek 3 yaitu kemampuan memantapkan persepsi, aspek 4 yaitu kemampuan memposisikan persepsi ruang dan aspek 5 yaitu kemampuan menghubungkan persepsi spasial selanjutnya aspek yang dinyatakan tidak signifikan diantaranya aspek 6 yaitu kemampuan mendeskripsikan visual dan aspek 7 yaitu kemampuan mengingat secara visual. Adapun pengaruh yang di dapat yaitu anak sudah dapat memiliki kemampuan mengkoordinasikan motorik dan mata, kemampuan mempersepsikan gambar berlatar belakang, kemampuan memantapkan persepsi, kemampuan memposisikan persepsi ruang, kemampuan menghubungkan persepsi spasial, kemampuan mendeskripsikan visual dan kemampuan mengingat secara visual B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, diberikan beberarapa saran untuk berbagai pihak diantaranya yaitu:

1. Bagi Guru dan Pos PAUD

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan maze terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan visual spasial anak, maka permainan ini direkomendasikan untuk digunakan para guru PAUD sebagai salah satu permainan yang dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial anak

b. Pembelajaran dengan permainan maze direkomendasikan kepada guru anak usia dini mengingat kebermanfaatan yang besar bagi masa depan anak dengan kecerdasan visual spasial contohnya anak dapat menjadi arsitektur, pelaut ataupun profesi hebat lainnya.

c. Sebagai bahan pertimbangan antusiasme anak yang ditunjukkan ketika melihat permainan maze 2 dimensi maka peneliti menyarankan metode


(2)

86

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permainan tersebut dapat digunakan pendidik anak usia dini untuk menyampaikan pembelajaran lain seperti pembelajaran mengenalkan air, udara, api dengan gambar yang menarik, dll.

2. Bagi Orang Tua

Permainan maze dapat disediakan atau diberikan para orang tua dirumah, tidak harus menggunakan alat permianan yang mahal namun dengan menciptakan area permainan sendiri dirumah pun seperti mencari jalan keluar atau menemukan jalan menuju suatu benda juga dapat membantu mengembangkan kecerdasan visual spasial anak usia dini.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

a. Sekolah sebaiknya diberikan fasilitas tempat dan area yang memadai bagi sekolah untuk dapat memberikan kesempatan kepada anak mengeksplore seluruh pengetahuan melalui lingkungannya terutama dalam hal ini mengeksplore kecerdasan visual spasial anak itu sendiri

b. Sekolah sebaiknya diberikan wadah untuk menyediakan segala macam alat permainan edukatif yang dapat meningkatkan dan mengembangkan segala aspek perkembangan anak usia dini yang dalam hal ini salah satunya adalah aspek kognitif berupa kecerdasan visual spasial anak usia dini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Sebaiknya dapat kembali mengupas tentang kecerdasan visual spasial namun dengan metode atau permainan yang lainnya sehingga dapat memberikan kontribusi lain yang bermakna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu baru atau cara baru demi mengembangkan pembelajaran pendidikan anak usia dini b. Peneliti lain dapat memanfaatkan permainan maze namun dalam pelaksanaan

yang lebih variatif dan lebih menciptakan kesenangan bagi anak karena bermain haruslah yang menyenangkan untuk anak agar seluruh potensi yang


(3)

87

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat pada diri anak dapat berkembang sebagaimana mestinya tanpa keterpaksaan atau tuntutan.


(4)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Anggoro, T. (2009). Metode penelitian. Jakarta: Universitas terbuka

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan didaktik. Jakarta: Rineka Cipta

Armstrong, T. (2003). Setiap anak cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Campbell. (2006). Metode praktis pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.

Depok: Intuisi Press.

Grande, D dan Morrow. (1998). Guiding Children’s Learning of Mathematics.

Cengage Learning.

Fitriyani, H. (2014) Penggunaan Media Puzzle 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi Deskriptif Kuantitaif di TK PGRI 25 Karangrejo Semarang). Indonesian Journal of Early

Childhood Education Studies, 3 (1), hlm. 45-52

Gardner, H. (2013). Multiple intelligences. Jakarta: Daras Books.

Gordon, C dan Cooper, L. (2013). Meningkatkan 9 kecerdasan anak. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Guilford. (2009). Fundamental Statistic In Psychology And Education, Tokyo: McGraw-HillKogakusha, Itd.

Gunawan. (2003). Born to be a Genius. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gunawan. (2007). Genius learning strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Gustu. (2010). Contoh sketsa labirin.[Online]. Tersedia di:

http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=52783. [Diakses 28 Oktober 2014] Haque dan Rohita. (2014). Pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) Maze Terhadap

Motorik Halus Anak Kelompok A di TK A-Fitroh. Skripsi, Pendidikan Anak


(5)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indriyani. (2011). Meningkatkan kemampuan visual spasial anak melalui

penggunaan media realia. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Istiyani, D. (2013) Model Pembelajan Menulis dan Menghitung (calistung) pada Anak Usia Dini di Pekalongan. Jurnal Penelitian, 10 (1), hlm 1-18

Istiaty. (2006). Permainan Edukatif Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2 (2), hlm 1-5.

Kurniawan. (2010). Bermain maze. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 5 (5) hlm 1-15 Lwin, May, dkk. (2008). How to multiply your child’s intelligence. Yogyakarta:

Indeks

Masitoh. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Mayasari. (2012). Meningkatkan Spasial Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Seni

Tari. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas

Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Merdiana. (2014). Implementasi Bermain Konstruktif dalam meningkatkan

Kecerdasan Visual Spasial Pada Anak Usia Dini di Kelompok B2 Taman Kanak-kanak Shandy Putra Telkom Kota Bengkulu. Skripsi, Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Bengkulu: Tidak diterbitkan. Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Prenada Media Grup. Riyanto, E dan Sekarwati, D.A. (2013) Permainan Maze Matching Board untuk

Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita. Jurnal

Pendidikan Khusus, 3 (3), hlm 1-13

Septiani. (2014). Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini Melalui

Kegiatan Melukis dengan Bahan Pewarna. Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Siregar, S. (2014). Staistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada


(6)

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sujiono, Y.N. (2009). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks. Sujiono, Y.N dan Sujiono, B. (2010). Bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak.

Jakarta: Indeks.

Sukardi. (2003). Metodelogi Penelitian Statistik, Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Ulfa, C.M. (2011). Efektifitas labirin game dalam membangun percaya diri anak di taman kanak-kanak Aisyah Bustanul Athfal 2 Gadung Surabaya. Skripsi, Psikologi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Tidak diterbitkan.

Uno dan Kuadrat. (2009). Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 Pengaruh Seni Menggambar Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Kelompok B Di TK Pertiwi 1 Keyongan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 15

PENGARUH SENAM FANTASI TERHADAP KEMAMPUAN REGULASI EMOSI ANAK USIA 5-6 TAHUN: Penelitian Quasi Eksperimen di Kelompok B RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016.

0 4 51

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI : Penelitian Quasi Eksperimen Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA)11 Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 0 51

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN TERHADAP KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK USIA DINI (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Tahun Ajaran 2015-2016).

2 7 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN LEGO BLOCK: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A Pos PAUD Miana V Kota Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016.

0 1 26

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL GALAHBANDUNG TERHADAP KECERDASAN BODILY-KINESTHETIC ANAK USIA DINI: Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Siti Fatimah dan Taman Kanak-kanak Al-Muqaddhasah Tahun Ajaran 2015-2

1 5 41

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK USIA 4–5 TAHUN Pengaruh Permainan Puzzle terhadap Kecerdasan Visual Spasial pada Anak Usia 4–5 Tahun di TK Global Interstudy Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 2 15

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK USIA DINI MELALUI METODE SHOW AND TELL: Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok A di PAUD Miana V, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 13

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK USIA DINI : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelompok A di TK Merpati Pos 2 Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.

1 3 70

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERNYANYI TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA ANAK USIA DINI :Penelitian Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Taman Kanak-kanak MERPATI POS Bandung.

3 21 52