Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Keputusan Ibu Rumah Tangga Pedesaan untuk Berbelanja pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Indonesia.

(1)

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN IBU RUMAH TANGGA PERDESAAN UNTUK BERBELANJA DI PASAR

TRADISIONAL DAN PASAR MODERN INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

I PUTU WIDI PERMANA NIM : 1206105104

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN IBU RUMAH TANGGA PERDESAAN UNTUK BERBELANJA DI PASAR

TRADISIONAL DAN PASAR MODERN INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

I PUTU WIDI PERMANA NIM : 1206105104

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 9 Mei 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Prof. Dr. I Ketut Sudibia, Drs., SU ...

2. Sekretaris : Ni Made Tisnawati, SE., M.Si ...

3. Anggota : I Wayan Sukadana, SE. MSE ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing

(Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, M.Si) (Ni Made Tisnawati, SE., M.Si)


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar,Mei2016 Mahasiswa,

I PUTU WIDI PERMANA 1206105104


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Keputusan Ibu Rumah Tangga Perdesaan Untuk Berbelanja Pada Pasar Tradisional Dan Pasar Modern Di Indonesia dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kertiyasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, M.Si., dan Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE, M.Si,. masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Ibu Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE., MP, selaku Pembimbing Akademik. 5. Ibu Ni Made Tisnawati, SE., M.Si.,selaku dosen pembimbing atas waktu

yang telah diberikan, bimbingan, masukan, kesabaran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak I Wayan Sukadana, SE. MSE, selaku dosen pembahas atas waktu yang telah diberikan, bimbingan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. I Ketut Sudibia, Drs., SU, selaku dosen penguji atas waktu yang telah diberikan dalam menguji skripsi ini.

8. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan dan jurusan lain yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu, pengalaman, masukan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu I Made Suripta dan Luh Putu Ambarini, adik I Made Doni Palguna, Kakek dan Nenek I Wayan Mudir dan Ni Made Simpen, para Sepupu dan Saudara atas dukungan, materi, masukan, bantuan, kasih sayang dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10. Sahabat-sahabat Jurusan Ekonomi Pembangunan, Akuntansi dan Manajemen 2012 serta sahabat-sahabat Program Ekstensi dan Diploma 2012 atas dukungan, motivasi, dan semangatnya serta keluarga KKN-PPM XI Desa Padangan.

11. Pegawai-pegawai yang bertugas di ruang baca dan bursa fotocopy atas bantuannya selama saya belajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar,Mei 2016 Penulis


(7)

Judul : Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Keputusan Ibu Rumah Tangga Perdesaan Untuk Berbelanja Pada Pasar Tradisional Dan Pasar Modern Di Indonesia.

Nama : I Putu Widi Permana NIM : 1206105104

Abstrak

Bertambahnya jumlah pasar modern mempengaruhi keberlangsungan pasar tradisonal dimana pasar tradisional tidak mampu bersaing dengan pasar modern dikarenakan fasilitas yang ditawarkan oleh pasar modern sudah sangat nyaman. Pasar tradisional selain sebagai warisan sejarah juga sebagai tempat bertahannya masyarakat kelas ekonomi kebawah untuk berusaha sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga keberlangsungan pasar tradisional.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana peluang ibu rumah tangga perdesaan mengambil keputusan untuk berbelanja pada pasar tradisional atau pasar modern. Keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk memilih berbelanja pada pasar tradisional atau pasar modern di pengaruhi faktor sosial ekonomi. Variabel yang mewakili faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah pendapatan, aset rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan umur terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan akan berbelanja di pasar tradisional maupun di pasar modern.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 390 ibu rumah tangga perdesaan selaku pengambil keputusan dalam memilih pasar tradisional maupun pasar modern di Indonesia yang diperoleh berdasarkan data yang bersumber dariMicro Data yaitu Survei Rumah Tangga Perdesaan (SPRT)2011 yang dikutip dari www.worldbank.org. Teknik analisis data yang digunakan adalah Binary Logistic yaitu regresi dengan variabel dummysebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional yaitu sebesar 97,9 persen. Variabel pendapatan, asset rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan umurberpengaruh secara simultanterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisionalyaitu sebesar 11, 103. Variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional sebesar -1,595, variabel asset rumah tanggaberpengaruh signifikan sebesar 0,740, variabel jumlah anggota keluargaberpengaruh signifikan sebesar 0,075 dan variabel umur berpengaruh signifikan sebesar 0,052. Keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dipengaruhi oleh variasi pendapatan, aset rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan umur sebesar 15,5 persen.

Kata kunci: Keputusan Ibu Rumah Tangga Perdesaan, Pendapatan, Aset Rumah Tangga, Jumlah Anggota Keluarga dan Umur


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 12

2.1.1 Konsep Pasar... 12

2.1.2 Bentuk-Bentuk Pasar... 14

2.1.3 Konsep Pendapatan... 21

2.1.4 Konsep Aset Rumah Tangga... 23

2.1.5 Konsep Jumlah Anggota Keluarga ... 24

2.1.6 Konsep Umur ... 25

2.1.7 Definis Keputusan atauDecision... 28

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya... 30

2.3 Hipotesis Penelitian ... 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 34

3.2 Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian... 34

3.3 Obyek Penelitian... 35

3.4 Identifikasi Variabel... 35

3.5 Definisi Operasional Variabel... 36

3.6 Jenis dan Sumber Data... 37

3.6.1 Jenis Data Berdasarkan Sifatnya... 37

3.6.2 Jenis Data Berdasarkan Sumbernya ... 37

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8Teknik Analisis Data... 38


(9)

3.8.2 Pengujian model fit ... 40

3.8.3Ujisignifikansi koefisien regresi secara serempak ... 41

3.8.4 Uji signifikansi koefisien regresi secara individual ... 43

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perkembangan Pasar Tradisional di Indonesia ... 49 4.2 Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia ... 52

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

4.3.1 Pengujian model fit ... 56

4.3.2 Uji signifikankoefisien regresi secara serempak... 58

4.3.3Pengujian regresi dan interprestasi... 59

4.3.4 Uji signifikansi koefisien regresi secara individual ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran... 63

DAFTAR RUJUKAN ... 65


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 HosmerandLemeshowTestuntukPengujianModelFit ... 57

4.2 ModelSummary... 57

4.3 OmnibusTestofModelCoefficientsuntukUjiSimultan ... 58


(11)

DAFTARGAMBAR

No. Gambar Halaman man

3.1 DaerahPenerimaandanPenolakanHodenganujiChi-Square.... 42


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Gambar Halaman

1 Rekapitulasi Data... 70 2 Binary Logistic ... 80 3 Tabel Kai Kuadrat (Chi-Square)... 84


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining process) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat memberikan manusia kemampuan lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu (Irawan dan M.Suparmoko, 2002:8-9). Pembangunan ekonomi perlu dilakukan demi kehidupan manusia yang layak, salah satunya dengan meningkatkan sektor perdagangan agar siklus ekonomi tetap berjalan. Pembangunan pusat perdagangan pada saat ini sangat sering terjadi di Indonesia.

Menurut Ayuningsasi(2011), pembangunan pusat perdagangan merupakan suatu variabel yang dapat dijadikan untuk mengukur perkembangan perekonomian. Keberadaan pusat perdagangan merupakan bukti riil adanya kegaiatan perekonomian di suatu daerah. Kegiatan perekonomian tersebut ditandai dengan adanya suatu proses transaksi antara penjual dan pembeli. Tepat terjadinya proses transaksi antara penjual dan pembeli disebut pasar. Menurut Rasidin(2011), secara umum pasar dapat didefinisikan sebagai aera tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu. Menurut Sudarman (2004:7), pasar merupakan tempat pembeli dan penjual bertemu dalam bertransaksimenjual


(14)

maupun membeli suatu barang dan jasa atau faktor-faktor produksi. Menurut Rahmadani(2011), secara garis besar pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam diantaranya pasar menurut jenis barang yang diperjualbelikan, pasar menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli, pasar menurut luasnya kegiatan distribusi, pasar menurut bentuk fisiknya, pasar menurut strukturnya dan pasar berdasarkan bentuk atau manajemen pengolahannya. Pasar berdasarkan bentuk atau manajemen pengolahannya di bagi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa kios dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dangan dengan melalui proses tawar menawar. Pasar modern atau toko modern adalah dengan sistem pelayan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Departemen Store, Hypermart. Pasar tradisional dan pasar modern memiliki persamaan yaitu sama-sama menyediakan kebutuhan masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat, pasar tradisional mulai terusik dangan keberadaan pasar modern.


(15)

Menurut Ardiana(2012), pasar tradisional memiliki empat fungsi ekonomis, yaitu : (1) Pasar tradisional merupakan tempat dimana berbagai lapisan masyarakat memperoleh barang-barang kebutuhan harian dengan harga yang relatif terjangkau, (2) Pasar tradisional adalah tempat bagi masyarakat untuk melakukan interaksi sosial dan diskusi formal tentang permasalahan yang dihadapi, (3) Pasar tradisonal merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui restribusi yang ditarik dari para pedagang, (4) Akumulasi aktivitas jual beli di pasar tradisional merupakan faktor penting pertumbuhan ekonomi skala lokal, regional maupun nasional.

Menurut Kholis dkk.(2011), perkembangan pasar modern yang cukup pesat dikhawatirkan akan menggeser posisi pasar tradisional karena pasar tradisional tidak mampu bersaing dengan pasar modern. Pasar tradisional mempunyai fungsi dan peranan yang tidak hanya bagi tempat perdagangan tetapi juga sebagai peninggalan kebudayaan yang sudah ada sejak dahulu (Weda dan Rahadi, 2012). Pasar tradisional identik dengan kondisi lingkungan yang kumuh, kotor, becek dan bau berbeda halnya dengan pasar modern yang menawarkan fasilitas lebih menarik dengan sauna yang nyaman dan bersih. Kenyamanan berbelanja biasanya menjadi alasan konsumen untuk lebih memilih pasar modern dibandingkan pasar tradisional (Isnaini, dkk. 2012). Munurut Rahadi(2010), kondisi ini menjadi ancaman serius bagi bagi keberlangsungan usaha para pedagang tradisonal.


(16)

dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak didapatkan di pasar modern, sedangkan di pasar modern, konsumen tidak bisa melakukan proses tawar menawar karena harga barang sudah sesuai dengan kode ataubarcodeyang tertera sehingga proses transaksi akan lebih praktis. Pola pikir masyarakat terhadap ketidaknyamanan berbelanja di pasar tradisional sengat mempengaruhi minat masyarakat untuk berkunjung ke pasar tradisional, hal ini berakibat pada penurunan jumlah pembeli pasar tradisional, dimana dengan menurunnya jumlah pembeli secara langsung akan mempengaruhi pendapatan para pedagang. Selain itu isu-isu yang menyudutkan pasar tradisional sangat mempengaruhi citra pasar tradisional.

Menurut Kuncoro(2008), isu utama yang berkaitan dengan perkembangan pasar tradisional adalah jarak antara pasar tradisional dengan Hypermart yang saling berdekatan, tumbuh pesatnyaMinimarket(yang dimiliki pengelola jaringan) ke wilayah pemukiman, penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh ritel modern yang memberatkan pemasok barang, kondisi pasar tradisional secara fisik yang sangat tertinggal, maka perlu ada program kebijakan untuk melakukan pengaturan. Kelemahan yang terdapat di pasar tradisional menyebabkan masyarakat beralih ke pasar modern.

Natawidjaja(2006) mengatakan selama tahun 1999 sampai 2004, terjadi tren pertumbuhan pangsa pasar modern terhadap total pangsa pasar industri makanan yang tajam dari 11 persen menjadi 30 persen. Penjualan pasar modern pun tumbuh rata-rata 15 persen pertahun, sedangkan penjualan pasar tradisional turun 2 persen pertahunnya. Situasi tersebut diperkuat juga oleh riset yang


(17)

dilakukan A.C Nielsen tahun 2005 yang menyatakan bahwa pasar modern di Indonesia memiliki tren tumbuh 31,4 persen pertahun, sedangkan pasar tradisional memiliki tren menurun 7 persen per tahun. Salah satu penyebab meningkatnya jumlah penjualan di pasar modern adalah salah satunya urbanisasi yang memacu pertumbuhan penduduk di perkotaan yang juga menyebabkan peningkatan pendapatan perkapita.

Perkembangan pasar modern yang sangat pesat dan diiringi dengan masuknya jaringan pasar modern ke daerah ,akan dapat memanjakan konsumen karena akan ditawarkan berbagai pilihan dalam berbelanja. Namun hal ini juga akan menimbulkan efek negatif yaitu pasar tradisional yang selama ini menyediakan kebutuhan konsumen lambat laun akan mulai tergeser posisinya. Jika dilihat tren pertumbuhan, pasar modern menunjukkan gejala pertumbuhan yang semakin pesat. Jika kondisi seperti ini tetap dibiarkan maka jutaan pedagang kecil di Indonesia akan tenggelam seiring perkembangan didunia retail yang didominasi oleh pasar modern.

Dampak dari keberadaan pasar modern akan menyebabkan penjualan dari pedagang pasar tradisional akan terus menurun Pengkajian Koperasi dan UKM(2006). Jika hal ini dibiarkan oleh pemerintah maka eksistensi pasar tradisional lama kelamaan akan mulai hilang seiring berjalannya waktu. Pasar tradisional mempunyai peran dan fungsi yang tidak hanya sebagai tempat perdagangan, tetapi juga sebagai warisan kebudayaan yang telah ada sejak jaman dahulu (Kupita, dan Bintoro. 2012: 46).


(18)

Pasar tradisional mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Kotler(2005) berpendapat bahwa pasar merupakan kumpulan semua pembeli dan potensial atas tawaran tertentu. Pasar dapat membantu pembangunan dengan menyediakan barang dan jasa bagi produsen, konsumen, maupun pemerintah. Pasar tradisional dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara yang berasal dari pajak dan retribusi. Pfeffermann(2000: 3) menyebutkan bahwa sektor informal, termasuk pedagang yang terdapat di pasar tradisional, menyumbang 58 persen kesempatan kerja dan mampu membebaskan seseorang dari belenggu kemiskinan. Penyerapan tenaga kerja yang dapat mengurangi angka pengangguran merupakan keuntungan lain yang diperoleh dari keberadaan pasar tradisional.

Pasar tradisional merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan hak dari Pemerintah Daerah yang dapat diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu periode pemerintahan yang bersangkutan. Defitri(2011) mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PAD yang salah satunya berasal dari retribusi pelayanan pasar. Pasar sangat berperan dan berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena akan menunjang pembangunan perekonomian suatu daerah sehingga keberadaan pasar tradisional harus mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pemerintah daerah. Untuk menunjang keberlanjutan pasar tradisional maka kesediaan konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional menjadi keharusan. Keputusan untuk berbelanja di pasar tradisional atau pasar modern terkait dengan prilaku konsumen.


(19)

Perilaku konsumen menurut Handoko (2001) merupakan tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa pemahama terhadap perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi cukup sulit dan kompleks, khususnya disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi dan faktor-faktor tersebut cenderung saling berinteraksi.

Keputusan ibu rumah tangga untuk berbelaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan yaitu pendapatan yang semakin tinggi cenderung mondorong keputusan untuk berbelaja akan semakin tinggi karena kemampuan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan. Begitu pula dengan konsumsi yang sangat mempengaruhi keputusan ibu rumah tangga untuk berbelanja adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan karena meningkatnya pendapatan. Jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi dari besar kecilnya pengeluaran keluarga. Faktor umur juga mempengaruhi keputusan ibu rumah tangga untuk berbelanja karena selama seseorang masih mampu untuk memenuhi kebutuhan maka tidak ada batasan umur. Semakin besar pendapatan keluarga tersebut maka semakin besar keinginan ibu rumah tangga untuk berbelanja. Sehingga dapat dikaitkan bahwa semua faktor tersebut saling berkaitan antara tinggi besarnya pendapatan, konsumsi dan juga umur ibu rumah tangga itu sendiri.

Berdasarkan dari asumsi-asumsi diatas dapat dikatakan bahwa pasar tradisional yang tersaingi oleh keberadaan pasar modern sehingga membuat


(20)

tergesernya pasar tradisional dan selain itu juga kondisi pasar tradisonal terkesan kumuh dan kurang nyaman membuat masyarakat beralih untuk berbelanja di pasar modern dan jika di asumsikan dengan jumlah peningkatan pendapatan yang semakin tinggi sehingga pergeseran pola konsumsi masyarakat yang awalnya berbelanja di pasar tradisional beralih untuk berbelanja di pasar modern. Berdasarkan hal tersebut, perlu dianalisis mengenai bagaimana ibu rumah tangga perdesaan sebagai pembuat keputusan untuk berbelanja pada pasar tradisional ataupun pada pasar modern sehingga nantinya jika terdapat terbedaan yang signifikan maka nantinya bisa diberikan solusi untuk kedepannya bagaimana menjaga agar pasar tradisional tetap diminati oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia?

2. Bagaimanakah faktor pendapatan, asset rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan umur secara parsial terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia?


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisiskeputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh faktor pendapatan, aset rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan umur secara parsial terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

3.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan maka kegunaan penelitian ini adalah

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk menerapkan konsep konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan, khususnya mata kuliah ekonomi mikro khususnya konsep pasar dan serta meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai temuan dilapangan yang sebelumnya tidak terungkap.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah berkaitan dengan program pengembangan pasar tradisional agar tidak tergantikan oleh pasar-pasar modern


(22)

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah penelitian yang kemudian dirumuskan kedalam pokok permasalahan, tujuan,kegunaan penelitian, dan bagian akhir akan dikemukakan mengenai sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini akan menguraikan teori dan konsep yang melandasi dan mendukung pokok masalah, hasil penelitian sebelumnya dan bagian akhir bab ini dirumuskan beberapa hipotesis sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang mencakup desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini merupakan bab yang sangat penting sebab berkaitan dengan pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan hasil penelitian


(23)

akandiawali dengan gambaran umum daerah penelitian, karakteristik responden, dan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan mengenai simpulan penting yang dapat ditarik dari hasil pembahasan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Hipotesis Penelitian 2.1.1 Konsep Pasar

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta


(25)

terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harganya Sudarman (2004;7). Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang. Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi yaitu. 1) Fungsi Distribusi

Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen. Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya.

2) Fungsi Pembentukan Harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga, atau disebut harga pasar


(26)

3) Fungsi Promosi

Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan leaflet atau brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli, dan sebagainya.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Pasar

Menurut Rahmadani (2011), secara garis besar pasar dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: bentuk pasar menurut sifat/wujud barang dan cara penyerahannya, bentuk pasar menurut luas wilayah kegiatannya, bentuk pasar menurut organisasi, pasar atau hubungan antara pembeli dan penjual, menurut waktu penyelenggaraannya. menurut jenis barang yang diperjualbelikan.

1) Bentuk Pasar menurut Sifat/Wujud Barang dan Cara Penyerahannya Bentuk Pasar menurut Sifat/Wujud Barang dan Cara Penyerahannya dibagi menjadi dua macam yaitu pasar konkret dan pasar abstrak.

1) Pasar konkret

Pasar konkret adalah pasar di mana barang yang diperjualbelikan benar-benar ada dan penjual dan pembeli bertemu langsung. Contoh dari pasar konkret adalah pasar tradisional, minimarket, dan mall.

Ciri-ciri pasar konkret:

a. transaksi dilakukan secara tunai,

b. barang dapat dibawa/diambil saat itu juga,

c. barang yang diperjualbelikan benar-benar ada/nyata, d. penjual dan pembeli bertemu langsung.


(27)

2) Pasar abstrak

Pasar abstrak, yaitu pasar di mana barang yang diperjualbelikan tidak tersedia secara langsung dan antara penjual dan pembelinya tidak bertemu secara langsung. Contoh pasar abstrak adalah pasar bursa saham dan pasar on-line.

Ciri-ciri pasar abstrak:

a. penjual dan pembeli berada di tempat yang berbeda dan berjauhan jaraknya,

b. transaksi dilandasi oleh rasa saling percaya,

c. barang yang diperjualbelikan tidak tersedia, hanya contoh saja, d. transaksi dilakukan dalam partai besar.

2) Bentuk Pasar menurut Luas Wilayah Kegiatannya

Bentuk pasar menurut luas wilayah kegiatannya dibagi menjadi empat antara lain pasar lokal, pasar nasional, pasar regional dan pasar internasional.

1) Pasar lokal

Pasar lokal adalah pasar yang daerah pemasarannya hanya meliputi daerah tertentu, dan pada umumnya menawarkan barang yang dibutuhkan masyarakat di sekitarnya. Misalnya Pasar Klewer di Solo yang menyediakan berbagai jenis kain batik, karena masyarakat di Solo dan sekitarnya banyak yang mengenakan batik.


(28)

2) Pasar nasional

Pasar nasional adalah pasar yang daerah pemasarannya meliputi wilayah satu negara. Pasar ini menjual barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat negara tersebut.

3) Pasar regional

Pasar regional adalah pasar yang daerah pemasarannya meliputi beberapa negara pada wilayah tertentu. Pasar ini biasanya di bawah naungan wadah kerja sama regional, misalnya di kawasan Asia Tenggara dibentuk AFTA.

4) Pasar internasional

Pasar internasional adala pasar yang daerah pemasarannya mencakup seluruh kawasan dunia. Pasar ini juga disebut pasar dunia, karena menjual produk-produk yang dibutuhkan oleh semua masyarakat dunia, misalnya pasar kopi di Brasil, pasar wol di Sidney, Australia.

3) Bentuk Pasar menurut Organisasi Pasar atau Hubungan antara Pembeli dan Penjual

Bentuk Pasar menurut Organisasi Pasar atau Hubungan antara Pembeli dan Penjual dibagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna (perfect competition market) dan pasar persaingan tak sempurna (imperfect competition market).


(29)

1) Pasar persaingan sempurna (perfect competition market)

Pasar persaingan sempurna adalah pasar yang terdapat banyak penjual dan pembeli, sehingga harga tidak bisa ditentukan oleh masing-masing penjual/pembeli.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna yaitu:

a. penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar tanpa hambatan, b. pengetahuan penjual dan pembeli tentang pasar sempurna, c. penjual dan pembeli banyak,

d. barang yang diperjualbelikan bersifat homogen.

2) Pasar persaingan tak sempurna (imperfect competition market)

Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar di mana jumlah pembeli lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penjualnya, sehingga pasar dikuasai oleh satu atau beberapa penjual saja.

Ciri-cirinya pasar persaingan tidak sempurna yaitu: a. terdapat hambatan untuk memasuki pasar, b. pengetahuan pembeli tentang pasar terbatas, c. jumlah penjual sedikit,

d. barang yang diperjualbelikan bermacam-macam.

Bentuk pasar yang termasuk pasar persaingan tidak sempurna, di antaranya:


(30)

1) Pasar monopoli

Pasar monopoli ialah pasar yang dikuasai sepenuhnya oleh penjual. Contoh: PLN menguasai listrik di Indonesia, PT Pos Indonesia memonopoli penjualan benda-benda pos di Indonesia.

Ciri-ciri pasar monopoli, antara lain:

a. terdapat satu penjual dan banyak pembeli, b. harga ditentukan secara sepihak oleh penjual,

c. tidak ada barang lain yang dapat menggantikan barang yang dijualbelikan dengan sempurna,

d. ada halangan yang kuat bagi penjual baru untuk masuk dalam pasar. Hambatan-hambatan yang sering terjadi pada pasar monopoli antara lain: a. penetapan harga serendah mungkin,

b. adanya kepemilikan terhadap hak paten atau hak cipta dan hak eksklusif,

c. pengawasan yang ketat terhadap agen pemasaran dan distributor, d. adanya skala ekonomis yang sangat besar,

e. memiliki sumber daya yang unik. 2) Pasar duopoli

Pasar duopoli, yaitu pasar di mana penawaran suatu barang dikuasai oleh dua perusahaan. Contoh: penawaran minyak pelumas yang dikuasai oleh Caltex dan Pertamina.

Ciri-ciri pasar duopoli, yaitu:


(31)

b. harga ditentukan secara sepihak oleh kedua penjual. 3) Pasar oligopoli

Pasar oligopoli ialah pasar di mana beberapa perusahaan menguasai penawaran satu jenis barang. Beberapa perusahaan yang menguasai pasar ini saling memengaruhi satu sama lain. Sifat ini menyebabkan satu perusahaan harus mengambil keputusan secara hati-hati dalam mengubah harga, mengubah desain produk atau mengubah teknik produksi. Contoh: penawaran sepeda bermotor yang dikuasai oleh beberapa perusahaan di antaranya Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki.

Ciri-ciri pasar oligopoli, yaitu: a. terdapat banyak pembeli di pasar, b. hanya ada beberapa penjual, c. produk yang dijual bersifat,

d. terdapat hambatan untuk memasuki pasar bagi perusahaan baru, e. adanya saling ketergantungan,

f. penggunaan iklan sangat intensif. 4) Pasar monopolistik

Pasar monopolistik adalah suatu struktur pasar di mana terdapat banyak produsen yang menjual produk yang sama, tetapi dengan berbagai macam variasi. Contoh: produsen elektronik seperti handphone, smartphone, atau laptop.

Ciri-ciri pasar monopolistik a. Terdapat banyak produsen.


(32)

b. Produk yang dijualbelikan sama (homogen), tetapi dengan berbagai macam variasi.

4. Menurut Waktu Penyelenggaraannya

Menurut waktu penyelenggaraannya dibagi menjadi empat yaitu, pasar harian, pasar mingguan, pasar bulanan dan pasar tahunan.

1) Pasar harian

Pasar harian adalah pasar yang dilakukan setiap hari. Contohnya pasar-pasar tradisional di lingkungan rumah yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari, pasar induk, di jakarta,

dan lain-lain. 2) Pasar mingguan

Pasar mingguan adalah pasar yang dilakukan hanya setiap seminggu sekali. Biasanya nama pasar ini diambil dari nama hari pelaksanaan, contohnya Pasar Senin, Pasar Minggu, Pasar Rebo, dan lain-lain.

3) Pasar bulanan

Pasar bulanan adalah pasar yang dilakukan sebulan sekali. Pasar bulanan biasanya terdapat di sekitar pabrik dan dibuka setiap kali karyawan pabrik tersebut menerima gaji.

4) Pasar tahunan

Pasar tahunan adalah pasar yang dilakukan setahun sekali. Pasar ini diselenggarakan berkaitan dengan acara atau kegiatan dan sering digunakan sebagai ajang pameran atau promosi. Contohnya Pekan Raya Jakarta (PRJ), Pasar Sekaten di Jogjakarta dan Solo.


(33)

5. Menurut Jenis Barang yang Diperjualbelikan

Menurut Jenis Barang yang Diperjualbelikan dibagi menjadi dua macam yaitu, pasar barang produksi dan pasar barang konsumsi.

1) Pasar barang produksi

Pasar barang distribusi adalah pasar yang menjual faktorfaktor produksi. Misalnya bursa tenaga kerja, pasar modal, pasar mesin-mesin produksi, dan lain-lain.

2) Pasar barang konsumsi

Pasar barang konsumsi adalah pasar yang menjual barangbarang yang secara langsung dapat dikonsumsi/dipakai. Contohnya pasar buah, pasar ikan, pasar pakaian, dan lain-lain.

2.1.3 Konsep Pendapatan

Pendapatan pada dasarnya adalah suatu balas jasa atau timbal balik yang diterima oleh faktor produksi atas pengorbanan dalam suatu proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti : tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa yang berupa upah ataupun gaji, modal akan memperoleh balas jasa yaitu dalam bentuk bunga modal serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa yang berupa laba atau keuntungan. Pendapatan pribadi dapat diartikan semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno,2004;37)


(34)

Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang telah diterima oleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Pendapatan juga didefinisikan sebagai jumlah penghasilan, baik dari keluarga maupun perorangan dalam bentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulannya atau dapat dikatakan sebagai suatu keberhasilan usaha (Tohar, 2000).

Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota keluarga yang disambungkan utnuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun perorangna dalam rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari suatu sumber pendapatan, sumber pendapatan yang beragam tersebut sapat terjadi karena anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu jenis kegiatan yang berbeda satu sama lainnya (Lestari, 2010)

Badan Pusat Statistik memberikan pengertian tentang pendapatan rumah tangga secara terperinci sebagai berikut :

1) Pendapatan berupa uang, yakni segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa atau kontrak prestasi

Sumber pendapatan uang adalah

a. Gaji dan upah serta balas jasa lain-lain yang serupa di majikan. b. Pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas.

c. Pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah. d. Dari hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiunan, jmaninan


(35)

2) Pendapatan berupa barang, yakni segala penghabisan yang diperoleh dalam bentuk barang terhadap jasa yang telah diberikan, akan tetapi bisa juga dalam bentuk barang yang diterima bukan sebagai balas jasa seperti warisan.

3) Penerimaan uang dan barang lain-lain adalah segala peneriaan yang bersifat transfer dedistributif dan biasanya membawa prubahan dalam keuangan rumah tangga.

Dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (laboer income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut pendapatan bukan tenaga kerja (non laboer income) Sunuharyo (dalam Antari, 2006). Dalam kenyaatannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi karena ada kerja sama antar factor produksi lainnya.

2.1.4 Konsep Aset Rumah Tangga

Aset adalah item nilai ekonomi yang diharapkan akan menghasilkan manfaat bagi entitas yang memiliki di masa mendatang. Jika pengeluaran adalah bukan dikonsumsi dalam periode berjalan, itu diklasifikasikan sebagai beban. Sebuah bisnis dengan sejumlah besar aset dapat dilihat sebagai lebih berharga dari satu dengan aset lebih sedikit; Namun, aset tersebut diperoleh dengan modal, yang mahal. Akibatnya, jika pengembalian yang dihasilkan oleh aset kurang dari hasil yang diharapkan oleh investor, aset tersebut benar-benar menghancurkan nilai bagi para investor.


(36)

Kepemikan aset oleh rumah tangga akan mempengaruhi akses pasar yang dapat dilakukan oleh rumah tangga. Menurut Nanga (2005) kepemilikan aset mencerminkan kekayaan suatu rumah tangga yang akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga tersebut. Sedangkan menurut Sahdan (dalam Nasir,dkk: 2008), kepemilikan aset diartikan sebagai kepemilikan alat-alat produktif oleh suatu rumah tangga yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh rumah tangga dari kepemilikan aset tersebut.

Aset jangka pendek diharapkan akan dikonsumsi dalam satu tahun, sementara aset jangka panjang yang harus dikonsumsi dalam lebih dari satu tahun. Contoh aset jangka pendek adalah kas, surat berharga, piutang dang asset prabayar sedangkan contoh aset jangka panjang adalah tanah, bangunan, peralatan kantor, prabot atau perlengkapan dan perangkat lunak.

Beberapa aset tidak berwujud tidak tercatat di neraca, kecuali mereka telah dibeli atau diperoleh. Misalnya, izin taksi dapat diakui sebagai aset tidak berwujud, karena dibeli. Juga, nilai dari sebuah daftar pelanggan yang merupakan bagian dari sebuah bisnis yang diperoleh dapat dicatat sebagai aset. Namun, nilai dari sebuah daftar pelanggan internal yang dihasilkan tidak dapat dicatat sebagai aset

2.1.5 Konsep Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah


(37)

kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumahtangga berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga dan anggota-anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup lainnya.

Menurut Mantra (2003) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja.Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersamasama menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua).

2.1.6 Konsep Umur


(38)

(Mantra, 2003:24). Struktur umur penduduk dapat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga sebagai umur tunggal (single age ), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan, misalnya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, ., 60-64, 65+. Informasi tentang penduduk menurut umur terbagi dalam kelompok umur lima tahunan sangat dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal manusia. Dalam pembahasan demografi, pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir.

Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau disebut juga umur tunggal ( single age ), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Menurut Hasyim (2006:19), umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja, dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dam maksimal.

Umur dapat digunakan untuk mengelompokkan kependudukan munurut umur muda dan umur tua. Penduduk suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai sebesar 40 persen atau lebih


(39)

dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari total penduduk.

Dilihat dari stuktur umur, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia mempunyai penduduk dengan struktur umur muda. Umur 15 sampai 64 tahun termasuk umur kerja, sedangkan anak-anak di bawah 15 tahun dan golongan tua ( 65 tahun keatas ) merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Berdasarkan dua golongan penduduk ini, maka dapat dihitung besarnya rasio beban tanggungan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk golongan tua dibandingkan dengan jumlah penduduk berumur 15-64 tahun ( Arsyad, 2010:339).

Suatu bangsa yang mempunyai karateristik penduduk muda akan mempunyai beban besar dalam investasi sosial untuk pemenuhan kebutihan pelayanan dasar bagi anak-anak dibawah 15 tahun ini. Dalam hal tersebut pemerintah harus membangun sarana dan prasarana dasar mulai dari perawatan Ibu hamil dan kelahiran bayi, bidan dan tenaga kerja kesehatan lainnya, sarana untuk tumbuh kembang anak termasuk penyediaan imunisasi, penyediaan pendidikan anak usia dini, sekolah dasar termasuk guru-guru dan sarana sekolah yang lain. Sebaliknya bangsa dengan cirri penduduk tua akan mengalami beban yang cukup besar dalam pembayaran pension, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia), pengaturan tempat tinggal dan lain-lain ( Nehen, 2010:102 ). Penduduk Indonesia sendiri masuk dalam golongan umur muda. Artinya, hanya sebagian kecil penduduk yang produktif menghasilkan barang dan


(40)

jasa, sedangkan sebagian besar lainnya berada pada kelompok umur yang mebutuhkan pelayanan.

2.1.5Definisi Keputusan atauDecision

Keputusan ataudecisionoleh berbagai ahli sering diartikan sebagai pilihan atau choice. Dalam makna keputusan, pilihan secara lebih dipertajam dinyatakan sebagai pilihan nyata yang berarti bahwa keputusan dibuat untuk mencapai suatu tujuan merupakan keadaan akhir dari suatu proses pengambilan keputusan. Morgan dan Cerullo (Salusu, 2002:51), mendefinisikan keputusan sebagai suatu kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah salah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pertimbangan adalah menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif, sesudah dipilih satu diantaranya.

Mowen dan Minor (Yahya, 2002:7), mengatakan bahwa perspektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku konsumen. Menurut pendekatan ini, konsumen bergerak melalui tahap-tahap proses keputusan dengan tiga perspektif pengambilan keputusan, yaitu.

1) Perspektif Pengambilan Keputusan Tradisional

(1) Keputusan Keterlibatan Tinggi (High-Involvement Decision), yaitu. a. Pengenalan masalah

b. Pencarian secara luas


(41)

d. Pilihan kompleks e. Evaluasi perolehan

(2) Keputusan Keterlibatan Rendah (Low-Involvement Decision) a. Pengenalan masalah

b. Pencarian terbatas

c. Evaluasi alternatif minimal d. Proses pilihan sederhana e. Evaluasi perolehan

2) Perspektif Pengalaman (Experiential Perspective) (1) Pengalaman masalah (dikendalikan oleh afeksi) (2) Pencarian didasarkan solusi

(3) Evaluasi alternative (perbandingan dari afeksi) (4) Pilihan (berdasarkan afeksi)

(5) Evaluasi problem

3) Perpektif Pengaruh Perilaku (Behavior Influence Perspective) (1) Pengenalan masalah (dihasilkan dari stimulasi diskriminasi) (2) Pencarian (respon yang dipelajari)

(3) Pilihan (hasil-hasil perilaku dari pemberdaya ) (4) Evaluasi perolehan (proses persepsi sendiri)

Menurut Sutisna (2001:16), pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang disebut need arousal.Selanjutnya jika


(42)

informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melalui seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Zuliani (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Berbelanja di Mini Market Sarinah Swalayan Ngalian Semarang , menggunakan teknik analisis deskritif prosentense dan analisis linier berganda dengan variabel bebas lokasi dan harga, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial ada pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan berbelanja. Persamaan penelitian Zuliani (2005) dengan penelitian ini adalah menggunakan keputusan untuk berbelanja sebagai variabel terikat sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat serta lokasi penelitiannya.

2) Yuliani (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Lokasi, Harga dan Pelayanan Terhadap Keputusan Berbelanja Konsumen di ABC Swalayan Purbalingga , menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan variabel bebas yaitu lokasi, harga, pelayanan, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara lokasi, harga dan pelayana terhadap keputusan konsumen berbelanja di ABC Swalayan. Persamaan peneltian Yuliani (2005) dengan penelitian ini adalah menggunakan keputusan untuk berbelanja sebagai variabel terikat,


(43)

sedangkan perbedaan terletak pada variabel terikat, serta lokasi penelitianya.

3) Santoso (2007) dengan judul penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Untuk Berbelanja di Supermarket Carefour Yogyakarta , menggunakan teknik analisis faktor eksploratori dengan variabel bebas yaitu Hedonic Value(meliputi : tata letak produk, lampu, musik, lokasi, teknologi, keramahan karyawan, penangan keluhan pelanggan, antri) dan Utilitarian Value (meliputi : kelengkapan produk, lay-out produk, letak took dalam mall. Parker, citra, kenyamanan belanja, harga), sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen konsumen untuk berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua faktro tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen untuk berbelanja. Persamaan penelitian Santoso (2007) dengan penelitian ini adalah terdapat beberapa variabel yang sama pada variabel bebas, sedangkan perbedaan terletak pada teknik analisis, variabel terikat, serta lokasi penelitian.

4) Rachmat (2008) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Berbelanja di Hypermart Malang , menggunakan teknik analisis faktor dengan variabel bebas yaitu kelompok acuan, fasilitas pendukung dan iklan, pribadi, motivasi, promosi dan jaminan produk, lokasi dan harga serta keyakinan atas produk, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen dalam berbelanja di Hypermart Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan ke tujuh faktor


(44)

tersebut merupakan faktor inti yang mempengaruhi keputusan keputusan konsumen dalam berbelanja di Hypermart Malang dan faktor kelompok acuan merupakan faktor dominan. Persamaan penelitian Rachmat (2008) dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitu keputusan konsumen untuk berbelanja pada Hypermart Malang, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas serta lokasi penelitian.

5) Kristina (2008) dengan judul penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Berbelanja di Minimarket Indomaret , menggunakan teknik analisi linear berganda dengan variabel bebas yaitu variabel harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, iklan dan promosi, pelayanan toko dan fisik toko, sedangkan variabel terikatnya adalah minat beli konsumen berbelanja di Minimarket Indomaret. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel tersebut, variabel fisik toko merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen berbelanja di Minimarket Indomaret. Persamaan

6) Nova (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Variabel-Variabel Retail Mix Terhadap Keputusan Pembeli Konsumen di Supermarket Kota Manado:, menggunakan teknik analisi regresi berganda dengan variabel bebas yaitu lokasi, produk, nilai, karyawan, komunikasi sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan pembeli konsumen. Hasil peneltian menunjukkan kelima variabel, variabel produk dan variabel karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembeli konsumen. Persamaan penelitian Nova (2008) dengan penelitian ini adalah


(45)

menggunakan variabel keputusan sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya terletak pada teknik analisis, variabel terikat dan lokasi penelitian.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

2) Aset rumah tangga berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

3) Jumlah anggota keluarga berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

4) Umur berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.


(1)

jasa, sedangkan sebagian besar lainnya berada pada kelompok umur yang mebutuhkan pelayanan.

2.1.5Definisi Keputusan atauDecision

Keputusan ataudecisionoleh berbagai ahli sering diartikan sebagai pilihan atau choice. Dalam makna keputusan, pilihan secara lebih dipertajam dinyatakan sebagai pilihan nyata yang berarti bahwa keputusan dibuat untuk mencapai suatu tujuan merupakan keadaan akhir dari suatu proses pengambilan keputusan. Morgan dan Cerullo (Salusu, 2002:51), mendefinisikan keputusan sebagai suatu kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah salah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pertimbangan adalah menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif, sesudah dipilih satu diantaranya.

Mowen dan Minor (Yahya, 2002:7), mengatakan bahwa perspektif pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku konsumen. Menurut pendekatan ini, konsumen bergerak melalui tahap-tahap proses keputusan dengan tiga perspektif pengambilan keputusan, yaitu.

1) Perspektif Pengambilan Keputusan Tradisional

(1) Keputusan Keterlibatan Tinggi (High-Involvement Decision), yaitu. a. Pengenalan masalah

b. Pencarian secara luas


(2)

d. Pilihan kompleks e. Evaluasi perolehan

(2) Keputusan Keterlibatan Rendah (Low-Involvement Decision) a. Pengenalan masalah

b. Pencarian terbatas

c. Evaluasi alternatif minimal d. Proses pilihan sederhana e. Evaluasi perolehan

2) Perspektif Pengalaman (Experiential Perspective) (1) Pengalaman masalah (dikendalikan oleh afeksi) (2) Pencarian didasarkan solusi

(3) Evaluasi alternative (perbandingan dari afeksi) (4) Pilihan (berdasarkan afeksi)

(5) Evaluasi problem

3) Perpektif Pengaruh Perilaku (Behavior Influence Perspective) (1) Pengenalan masalah (dihasilkan dari stimulasi diskriminasi) (2) Pencarian (respon yang dipelajari)

(3) Pilihan (hasil-hasil perilaku dari pemberdaya ) (4) Evaluasi perolehan (proses persepsi sendiri)

Menurut Sutisna (2001:16), pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang disebut need arousal.Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari


(3)

informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melalui seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Zuliani (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Berbelanja di Mini Market Sarinah Swalayan Ngalian Semarang , menggunakan teknik analisis deskritif prosentense dan analisis linier berganda dengan variabel bebas lokasi dan harga, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial ada pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan berbelanja. Persamaan penelitian Zuliani (2005) dengan penelitian ini adalah menggunakan keputusan untuk berbelanja sebagai variabel terikat sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat serta lokasi penelitiannya.

2) Yuliani (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Lokasi, Harga dan Pelayanan Terhadap Keputusan Berbelanja Konsumen di ABC Swalayan Purbalingga , menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan variabel bebas yaitu lokasi, harga, pelayanan, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara lokasi, harga dan pelayana terhadap keputusan konsumen berbelanja di ABC Swalayan. Persamaan peneltian Yuliani (2005) dengan penelitian ini adalah menggunakan keputusan untuk berbelanja sebagai variabel terikat,


(4)

sedangkan perbedaan terletak pada variabel terikat, serta lokasi penelitianya.

3) Santoso (2007) dengan judul penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Untuk Berbelanja di Supermarket Carefour Yogyakarta , menggunakan teknik analisis faktor eksploratori dengan variabel bebas yaitu Hedonic Value(meliputi : tata letak produk, lampu, musik, lokasi, teknologi, keramahan karyawan, penangan keluhan pelanggan, antri) dan Utilitarian Value (meliputi : kelengkapan produk, lay-out produk, letak took dalam mall. Parker, citra, kenyamanan belanja, harga), sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen konsumen untuk berbelanja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua faktro tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen untuk berbelanja. Persamaan penelitian Santoso (2007) dengan penelitian ini adalah terdapat beberapa variabel yang sama pada variabel bebas, sedangkan perbedaan terletak pada teknik analisis, variabel terikat, serta lokasi penelitian.

4) Rachmat (2008) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Berbelanja di Hypermart Malang , menggunakan teknik analisis faktor dengan variabel bebas yaitu kelompok acuan, fasilitas pendukung dan iklan, pribadi, motivasi, promosi dan jaminan produk, lokasi dan harga serta keyakinan atas produk, sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan konsumen dalam berbelanja di Hypermart Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan ke tujuh faktor


(5)

tersebut merupakan faktor inti yang mempengaruhi keputusan keputusan konsumen dalam berbelanja di Hypermart Malang dan faktor kelompok acuan merupakan faktor dominan. Persamaan penelitian Rachmat (2008) dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitu keputusan konsumen untuk berbelanja pada Hypermart Malang, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas serta lokasi penelitian.

5) Kristina (2008) dengan judul penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Berbelanja di Minimarket Indomaret , menggunakan teknik analisi linear berganda dengan variabel bebas yaitu variabel harga, lokasi, keragaman dan mutu barang, iklan dan promosi, pelayanan toko dan fisik toko, sedangkan variabel terikatnya adalah minat beli konsumen berbelanja di Minimarket Indomaret. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel tersebut, variabel fisik toko merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen berbelanja di Minimarket Indomaret. Persamaan

6) Nova (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Variabel-Variabel Retail Mix Terhadap Keputusan Pembeli Konsumen di Supermarket Kota Manado:, menggunakan teknik analisi regresi berganda dengan variabel bebas yaitu lokasi, produk, nilai, karyawan, komunikasi sedangkan variabel terikatnya adalah keputusan pembeli konsumen. Hasil peneltian menunjukkan kelima variabel, variabel produk dan variabel karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembeli konsumen. Persamaan penelitian Nova (2008) dengan penelitian ini adalah


(6)

menggunakan variabel keputusan sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya terletak pada teknik analisis, variabel terikat dan lokasi penelitian.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

2) Aset rumah tangga berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

3) Jumlah anggota keluarga berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.

4) Umur berpengaruh secara simultan dan parsialterhadap keputusan ibu rumah tangga perdesaan untuk berbelanja pada pasar tradisional dan pasar modern Indonesia.