Identifikasi Isu isu Sosial and Ekonomi

1. Pendahuluan.... 7

1.1 Temuan Utama.... 9

  2. Metode.... 12

2.1 Wawancara Semi Terstruktur.... 13

2.2 Lokakarya.... 13

2.3 Kuesioner Survei.... 12

2.4 Kunjungan Lapangan ke Kendari.... 15

2.5 Pengumpulan Data Statistik.... 15

3. Hasil dan Diskusi.... 16

3.1 Pihak-pihak Pemangku Kepentingan dan Komunitas yang Terlibat dalam Perikanan Tuna.... 16

3.2 Manfaat Perikanan Tuna Lebih Luas terhadap Masyarakat Indonesia.... 18

3.3 Tema Kunci No. 1: Kesejahteraan Komunitas Pesisir dan Nelayan Skala Kecil.... 22

3.4 Tema Kunci No. 2: Ketahanan Pangan.... 27

3.5 Tema Kunci No. 3: Efisiensi dan nilai ekonomi perikanan tuna.... 31

3.6 Tema Kunci No. 4: Memperkuat Kepemerintahan Perikanan Tuna.... 39

3.7 Alokasi dan Pembagian Wilayah antar Sektor.... 42

4. Perencanaan, Penelitian dan Analisis ke Depan.... 44

5. Lampiran.... 47

  LAMPIRAN 1 – Daftar Wawancara LAMPIRAN 2 – Konsumsi Ikan di WPP 713-15 LAMPIRAN 3 - Kemiskinan dan Indeks pembangunan manusia dalam FMAWPP 713-15 LAMPIRAN 4 - Data survei lapangan dari hasil survei uji coba ketergantungan pada perikanan di Kendari – data terkait kesejahteraan nelayan LAMPIRAN 5 - Penelitian aspek sosial dan ekonomi pada perikanan tuna WPP 713-15 yang dilaporkan selama wawancarapertemuan LAMPIRAN 6 - Manajemen sasaran yang teridentifikasi dari workshop pemangku kepentingan strategi pemanenan (Harvest Strategy) LAMPIRAN 7 - Contoh hirarki tujuan sosial ekonomi yang diprioritaskan dari dua jenis perikanan tangkap di Australia.

  Daftar Pustaka

Ucapan Terima Kasih

  Penelitian ini dilaksanakan oleh Dr. Nick McClean dengan dukungan dari Asosiasi Perikanan Pole Line dan Handline Indonesia (AP2HI) dan International Pole Line Foundation (IPNLF), juga masukan dari University of Technology Sydney (UTS) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pendanaan disediakan oleh “Australian National University’s Indonesia Project Small Research Grants Scheme” yang dalam pelaksanaannya bermitra dengan SMERU Research Institute, Jakarta.

  Dr. Nick McClean adalah seorang peneliti sosial interdisipliner yang fokus jangka panjangnya mengenai pengelolaan sumber daya perairan termasuk di dalamnya perikanan skala kecil dan hukum adat. Dia adalah seorang dosen tamu di College of Asia Pacific, Australian National University, dan Konsultan Utama di Field GIS Australia ( www.fieldgisaustralia.org ). Dia melaksanakan penelitian dan konsultasi mengenai isu-isu mengenai konservasi kelautan dan perikanan di Australia, Indonesia, Timor-Leste dan India.

  Masukan pertama kali dalam perencanaan penelitian ini diperoleh dari Alice Miller (IPNLF), Kate Barclay (UTSIPNLF) dan Dedi Adhuri (LIPI), sementara peninjauan konsep naskah dilakukan oleh Ingrid Kelling (IPNLF), Kate Barclay dan Dedi Adhuri. Agus A. Budhiman (AP2HI) menyediakan pengelolaan proyek, koneksi ke pemerintah, dan mengarahkan keseluruhan proyek penelitian ini. Ilham Alhaq (AP2HI) adalah asisten peneliti yang berjasa selama proyek ini berlangsung, termasuk mengatur pertemuan-pertemuan, melaksanakan wawancara lapangan, mengumpulkan informasi dan data, dan menyediakan dukungan terhadap proyek dan penerjemah.

  Penulis sangat menghargai Bapak Saut Tampubolon dan para pejabat lainnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP) atas kesempatan yang diberikan untuk presentasi dalam Lokakarya Harvest Strategy Stakeholder dan juga berkesempatan melaksanakan sebuah lokakarya tentang sasaran pengelolaan di bidang sosial ekonomi. Bapak Recky Pangemanan, Kepala Seksi Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, sangat penulis hargai atas bantuannya selama studi lapangan, dan juga dalam penyediaan data mentah dari Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. Terima kasih juga kami sampaikan kepada manajemen pabrik pengolahan PT. Dharma Samudera Fishing Industry Kendari yang telah mengatur wawancara dan lokakarya dengan karyawan pabrik dan para pemasok mereka. Dan bagi semua yang telah memberikan waktunya selama proyek ini berlangsung, baik ketika survey, lokakarya, dan pertemuan-pertemuan lainnya penulis ucapkan terima kasih.

  Meskipun dengan bantuan-bantuan yang sangat berharga yang penulis sebutkan di atas, tanggung jawab dalam pandangan yang dikemukakan dalam laporan ini ada pada penulis semata dan tidak merepresentasikan padangan AP2HI, IPNLF atau ANU. Meskipun penulis sudah berusaha dengan sebaik-baiknya melakukan verifikasi terhadap temuan yang diperoleh, namun tidak menjamin bebas dari kesalahan. Informasi dalam laporan ini ditujukan untuk digunakan AP2HI, IPNLF dan KKP sebagai bagian dari proses pengembangan Harvest Strategy pada perikanan tuna di Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan mengenai penggunaan laporan ini lebih jauh harus ditujukan ke AP2HI melalui email infoap2hi.org .

  Daftar Ilustrasi

  1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. 2. Pemangku Kepentingan dan Komunitas yang Terlibat atau Mendapat Manfaat dari Perikanan

  Tuna.

  3. Manfaat Utama Perikanan Skala Besar dan Perikanan Skala Kecil. 4. Kapal yang Beraktivitas di Pelabuhan Kendari, 2014. 5. Produksi Spesies Tuna di Pelabuhan Kendari, 2010-2014. 6. Volume dan Nilai Ekspor Perikanan Tuna, 2010-2014. 7. Konsumsi Seafood dilihat dari persentase konsumsi protein di Provinsi. 8. Rata-rata persen pengeluaran konsumsi Seafood perbulan di Provinsi. 9. Jumlah masyarakat miskin berdasarkan provinsi (persen), 2011-2015.

  10. Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan Provinsi 2011-2015. 11. Data yang terkait dengan survey nelayan di Pelabuhan Kendari, November 2016. 12. Penelitian Sosial ekonomi dan Bio-ekonomi dilaporkan dari FMAWPP 713, 714, 715 selama

  penelitian.

  13. Sasaran pengelolaan potensial yang teridentifikasi oleh para stakeholders bagi perikanan SJT dan YFT di Indonesia.

  14. Paket prioritas target umum perikanan untuk 4 perikanan tangkap liar di SE Australia (dari Jennings et. al 2014 p.6).

  15. A prioritised set of socio-economic objectives for an Australian for an Australian wild capture fishery.

Singkatan yang digunakan

  HS - Harvest Strategy YFT - Yellowfin tuna (tuna sirip kuning) SKJ - Skipjack tuna (cakalang) HL – Handline (Pancing Ulur) P+L - Pole and line (huhate)

  PS - Purse seine WPPFMA - Wilayah Pengelolaan Perikanan SSF - small-scale fishers (Perikanan Skala Kecil)

Ringkasan Eksekutif

  Hasil penelitian ini menemukan 4 (empat) tema kunci yang harus jadi landasan pengembangan aspek sosial ekonomi dalam harvest strategy dalam perikanan tuna kepulauan selanjutnya.

   Menjamin kesejahteraan komunitas nelayan kecil dan pesisir  Menjamin ketahanan pangan  Meningkatkan nilai ekonomi dan efisiensi dalam perikanan tuna  Meningkatkan kepemerintahan perikanan tuna

  Di negara berkembang, tujuan untuk mencapai peningkatan ekonomi perikanan seringkali terkendala batasan-batasan bidang kepemerintahan serta tarik ulur dengan tujuan penyediaan lapangan pekerjaan dan ketahanan pangan (tujuan di bidang sosial). Di Indonesia sendiri tampaknya upaya peningkatan nilai ekonomi dari penangkapan tuna saat ini dapat dicapai tanpa harus mengorbankan tujuan di bidang sosial. Hal ini khususnya terlihat dalam setiap upaya rencana aksi yang berfokus pada peningkatan nilai tangkapan YFT dan SKJ tampaknya secara langsung memberikan keuntungan kepada komunitas nelayan dan pesisir yang merupakan target dari tujuan kesejahteraan dan ketahanan pangan.

  Oleh karena itu laporan ini merekomendasikan bahwa 4 tema tersebut harus dipertimbangkan untuk disetujui sebagai tujuan utama (high level objectives) dalam kaitannya dengan pengembangan: tujuan-tujuan teknis yang operasional, tindakan-tindakan manajemen yang dapat dilakukan (feasible management measures) dan dalam penerapan satu set pemantauan yang dapat dilakukan terus menerus.

  Rekomendasi pengumpulan data dan penelitian lebih lanjut adalah:

   Sistem pengumpulan data statistik nasional Indonesia adalah kekuatan yang dapat

  dibangun terkait dengan pengelolaan perikanan tuna. Prioritas penelitian ke depannya harus mengumpulkan data dari survey sosial ekonomi nasional (susenas), data pelabuhan, dan laporan-laporan yang umum tersedia dan memecahnya dengan mengambil hanya yang terkait perikanan tuna sirip kuning dan cakalang di WPP 713, 714, 715.

   Penerbitan buku tahunan “Perikanan Tuna dalam Angka” yang mencakup perikanan tuna

  di level nasional dan dijabarkan dalam provinsi dan juga WPP yang akan sangat menguntungkan banyak pemangku kepentingan

   5 (lima) pendekatan penelitian secara umum yang potensial untuk pengembangan proses

  harvest strategy dan pengelolaan perikanan tuna kepulauan dalam jangka panjang yang teridentifikasi adalah:

  1. Mengkaji tingkat ketergantungan terhadap perikanan di WPP 713, 714, 715 sebagai fondasi awal dalam memperkirakan dampak dari strategi pengelolaan sosial ekonomi

  2. Membangun model input-output ekonomi regional untuk memperkirakan konsekuensi- konsekuensi sosial ekonomi yang berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

  3. Mengkaji manfaat dan kemungkinan prosedur pengelolaan berbasis usaha penangkapan, termasuk di dalamnya tindakan pengelolaan berbasis wilayah (spatial management measures) dalam perikanan tuna

  4. Mengevaluasi kesejahteraan sosial komunitas perikanan tuna di Indonesia, dan membangun metode untuk melacak perubahan kesejahteraan tersebut dalam kaitannya dengan perubahan status dan pengelolaan perikanan

  5. Menaksir hubungan sosial-ekologikal dan korelasi sistem utamanya dalam perikanan tuna Indonesia melalui model pemangku kepentingan yang inklusif dan integratif.

1. Pendahuluan

  Studi pendahuluan (Scoping Study) ini dimaksudkan sebagai kontribusi terhadap dimasukkannya pertimbangan aspek sosial dan ekonomi ke dalam proses pengembangan harvest strategy (HS) yang saat ini sedang dijalankan untuk spesies tuna sirip kuning (yellow fin tuna—YTF) dan cakalang (skipjack tuna—SKJ) di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713, 714 dan 715.

  Gambaran yang didapatkan dari hasil lokakarya, wawancara, kuesioner survei, analisis data umum yang tersedia dan tinjauan literatur, studi pendahuluan ini mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut:

   Tema-tema inti yang muncul dari penelitian ini  Rekomendasi sasaran pengelolaan sosial ekonomi (social economy management objective)

  utama berdasarkan tema-tema tersebut, di wilayah mana penilaian kinerja tindakan pengelolaan (management measures) yang diusulkan dapat dilakukan.

   Beberapa pilihan untuk rencana ke depan, pengumpulan data sosial ekonomi, dan

  penelitian.

  Perikanan tuna sirip kuning dan cakalang di WPP 713, 714, 715 adalah perikanan yang penting dan rumit. Sebagai stok ikan beruaya jauh (highly migratory fish), keberadaannya sangat luas, melintasi batas wilayah, ekologi dan sistem pemerintahan, dan menjadi sebuah koneksi penting dalam salah satu perikanan global yang sangat bernilai secara ekonomi (Guillotreau et. Al 2016). Ekspor keseluruhan tuna pada tahun 2015 adalah 206.553 ton, yang bernilai 692 juta dolar Amerika, menjadikan tuna sebagai komoditas ekspor ikan yang paling menguntungkan kedua setelah udang (KKP 2015). Tuna juga merupakan sumber protein ikan dan mata pencaharian utama di Indonesia Timur, dan sumber penting bagi pengalengan tuna domestik.

  Pengembangan Harvest Strategy dianggap sebagai suatu langkah maju dan penting dalam menjamin kelestarian stok tuna Indonesia, dan pengembangan metode untuk memasukkan pertimbangan sosial ekonomi ke dalam HS secara sistematis merupakan bagian penting dari keseluruhan pengelolaan perikanan tuna nasional atau pun regional. Memasukkan pertimbangan sosial dan ekonomi ke dalam rencana aksi perikanan dapat berkontribusi di dalam mengidentifikasi strategi yang realistis dan dapat diterapkan, meramal dampak yang mungkin dalam keputusan mengenai alokasi sumber daya, dan membantu mengidentifikasi tujuan yang jelas dalam jangka yang dapat dikaji pemerintah sebagai pengelola (Evan et. al. 2016, Brooks et al. 2015, ACIAR 2013).

  Laporan ini bertujuan untuk membangun gambaran isu-isu utama yang berkaitan dengan proses pengembangan HS dan pengelolaan perikanan tuna Indonesia secara umum, yang dapat berkontribusi dalam pembangunan sebuah kerangka kerja tujuan pengelolaan dan juga agenda pengkajian dan penelitian ke depannya.

  Hal yang harus diperhatikan dalam studi pendahuluan ini adalah bahwa laporan ini tidak mempresentasikan hasil yang divalidasi penuh dan diuji oleh para pemangku kepentingan dan konsultan ahli. Laporan ini lebih cenderung kepada suatu set penemuan awal untuk studi lebih lanjut dan, jika sesuai, untuk digunakan dalam harvest strategy. Secara umum di dalam proses perencanaan perikanan tuna dan HS yang sedang berjalan telah diketahui bahwa strategi awal sudah harus disepakati pada bulan November 2017, sehingga sudah dianggap ideal bahwa pengumpulan data dan analisa untuk penetapan tujuan lebih lanjut termasuk pelacakan implementasi dari tindakan pengelolaan yang sesuai (appropriate management Hal yang harus diperhatikan dalam studi pendahuluan ini adalah bahwa laporan ini tidak mempresentasikan hasil yang divalidasi penuh dan diuji oleh para pemangku kepentingan dan konsultan ahli. Laporan ini lebih cenderung kepada suatu set penemuan awal untuk studi lebih lanjut dan, jika sesuai, untuk digunakan dalam harvest strategy. Secara umum di dalam proses perencanaan perikanan tuna dan HS yang sedang berjalan telah diketahui bahwa strategi awal sudah harus disepakati pada bulan November 2017, sehingga sudah dianggap ideal bahwa pengumpulan data dan analisa untuk penetapan tujuan lebih lanjut termasuk pelacakan implementasi dari tindakan pengelolaan yang sesuai (appropriate management

  Ilustrasi 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (Sumber KKP 2014A) WPP 713, 714, 715 digarisbawahi merah.

  Pertemuan sebelumnya dalam perencanaan perikanan tuna dan lokakarya harvest strategy telah mulai membahas aspek-aspek yang berhubungan dengan isu-isu sosial, ekonomi dan kepemerintahan, sebagai bagian upaya keseluruhan dalam mengangkat isu-isu prioritas dan tindakan pengelolaan yang mungkin (potential management measure). Rencana Pengelolaan Perikanan Tuna, Tongkol dan Cakalang Indonesia telah mengidentifikasi pengelolaan kelestarian stok tuna dan cakalang secara ekologi, penguatan sektor kepemerintahan, dan implementasi tindakan-tindakan yang berorientasi pasar (misalnya mengenai sistem ketertelusuran) sebagai 3 sasaran pengelolaan utama di mana menjadi prioritas penetapan rencana aksi dan indikator kemajuan di WPP 713 – 715 (lihat KKP 2014A). Termasuk diterbitkannya laporan sosial ekonomi perikanan ini pada tahun 2019. Dalam hubungannya dengan pembahasan harvest strategy, hasil survei yang disajikan pada diskusi pertemuan komite teknis dan lokakarya pemangku kepentingan di bulan November 2016 (lihat KKP 2016) telah memulai suatu diskusi tersendiri yang membahas pengidentifikasian prioritas sosial dan ekonomi termasuk di dalamnya ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi. UU tahun 2004 tentang Perikanan (sebagaimana dirubah pada tahun 2009) juga mengamanatkan sasaran sosial ekonomi di dalam pengelolaan perikanan di Indonesia, yang harus dijadikan acuan dalam proses perencanaan perikanan jangka panjang (Republik Indonesia 2009).

  Hal yang juga perlu untuk dicatat adalah bahwa selama proses pengembangan HS, diketahui bahwa tekanan utama terhadap YFT dan SKJ di WPP 713 – 15 disebabkan oleh tingginya jumlah rumpon (FAD), dan tingginya usaha penangkapan menggunakan armada purse seine, Hal yang juga perlu untuk dicatat adalah bahwa selama proses pengembangan HS, diketahui bahwa tekanan utama terhadap YFT dan SKJ di WPP 713 – 15 disebabkan oleh tingginya jumlah rumpon (FAD), dan tingginya usaha penangkapan menggunakan armada purse seine,

  1.1 Temuan Utama

  Hal utama yang ditemukan dalam studi ini adalah 4 (empat) tema inti sebagai fondasi dasar pengembangan aspek sosial dan ekonomi dalam proses pengembangan harvest strategy. Tema-tema tersebut adalah:

   Menjamin kesejahteraan komunitas nelayan kecil dan pesisir  Menjamin ketahanan pangan  Meningkatkan nilai ekonomi dan efisiensi dalam perikanan tuna  Meningkatkan kepemerintahan perikanan tuna

Mengelola Perikanan dengan Sasaran Sosial Ekonomi

  Telah umum diketahui bahwa dengan kompleksnya perikanan dan kelautan akan sejalan dengan tarik ulur antara perbedaan prioritas-prioritas pengelolaan, dan juga tarik ulur antara taktik jangka pendek dan strategi jangka panjang (lih. Evans et al. 2016 dalam diskusi mengenai perikanan tuna Pasifik). Salah satu tujuan utama dalam mengidentifikasi sasaran pengelolaan perikanan dalam harvest strategy adalah untuk menyibak tarik ulur tersebut. Hal ini menghasilkan pembuatan keputusan yang memiliki dasar bukti, dan informasi yang akan mengoptimalkan tiap tujuan dalam kaitannya dengan tujuan yang lain, namun dengan tetap mengakomodir faktor ketikdakpastian dalam faktor sosial, ekonomi dan ekologi (lih Evans et al. 2016, Sloan et. al 2014, Smith et al. 2014). Idealnya secara garis besar hal ini akan menjamin kesehatan perikanan dan tidak terlalu mengorbankan keuntungan yang diterima masyarakat dalam jangka panjang dengan usaha untuk mencapai semua tujuan.

  Di dalam banyak perikanan tangkap, sasaran ekonomi yang berdasar pada maksimalisasi keuntungan ekonomi seringkali akan terjadi tarik ulur yang akan mengorbankan sasaran sosial di mana sasaran sosial berusaha memaksimalkan ketahanan pangan dan menjaga ketersediaan lapangan kerja. Dengan tidak adanya sistem kepemerintahan yang mampu memeratakan pendapatan secara adil, baik melalui pembelian (buybacks), sistem pemulihan biaya (cost recovery system) atau program kesejahteraan sosial yang lebih luas lagi, mengejar tujuan ekonomi seperti itu bukan merupakan pilihan pengelolaan yang dapat atau layak dilaksanakan, terutama dalam membangun negara dengan masyarakat perikanan yang besar dan terpinggirkan (lih. Sumaila 2010, Cheung dan Sumaila 2008).

  Akan tetapi yang terjadi di Indonesia, tampaknya ada kesempatan yang patut dipertimbangan dalam meraih pasar dengan nilai yang tinggi dan meningkatkan efisiensi Akan tetapi yang terjadi di Indonesia, tampaknya ada kesempatan yang patut dipertimbangan dalam meraih pasar dengan nilai yang tinggi dan meningkatkan efisiensi

  Keempat tema yang diidentifikasikan tersebut di atas memperlihatkan suatu sistem prioritas yang saling bertautan, yang jika dikelola secara strategis, memiliki kemampuan untuk membawa keuntungan yang signifikan bagi masyarakat Indonesia lintas komunitas dan sektoral, baik di level nasional, regional, dan lokal. Dengan memperhatikan sasaran pengelolaan sebagian besar berada pada bidang biologiekologi, laporan ini merekomendasikan lebih jauh bahwa keempat tema tersebut yang harus dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam sasaran tingkat tinggi di mana rencana aksi prioritas, tindakan pengelolaan yang memungkinkan, dan monitoring terus menerus dapat diterapkan.

  Prioritas ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi perekonomian tuna telah diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai patokan dalam pengembangan harvest strategy (lih. KKP 2016). Kesejahteraan nelayan dan kepemerintahan juga telah menjadi perhatian dalam diskusi harvest strategy sejauh ini (walaupun tanpa perhatian yang cukup dari sisi teknis dan penelitian sebelum studi ini) dan di dalam pengelolaan perikanan tuna secara umum (lih. KKP 2014A). Berdasarkan kemajuan dalam pengembangan HS saat ini dan masukan yang disampaikan dalam laporan ini, terlihat adanya dasar kuat untuk membangun keempat tema ini ke dalam rencana aksi sasaran pengelolaan level tinggi bidang sosial ekonomi, dan langkah langkah kemitraan dan dukungan antar pemangku kepentingan yang perlu dilakukan harus diidentifikasi terkait dengan sasaran ini.

Pengumpulan Data Sosial-Ekonomi

  Pengumpulan data sosial dan ekonomi dalam jumlah besar telah dilakukan secara rutin oleh pemerintah Indonesia sampai ke level kabupatenkota dan dalam beberapa kasus tertentu sampai pada level rumah tangga (termasuk data spesifik mengenai perikanan tuna dan konsumsi produk tuna), dan peneliti dari pemerintah maupun bukan pemerintah juga sedang melakukan proyek penelitian juga mengumpulkan data yang sangat berharga di aspek sosial dan ekonomi dalam perikanan tuna.

  Secara umum dapat dikatakan bahwa pengumpulan dan penerbitan informasi perikanan dalam level nasional dilakukan oleh kementerian dengan mengumpulkan informasi dari pelabuhan-pelabuhan (produksi, nilai, tujuan ekspor, kapal, alat tangkap), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS tahunan), sensus tahunan (dilakukan tiap 10 tahunan yang berakhiran angka 0), Survey Pertanian Nasional termasuk di dalamnya sub-sektor rumah tangga perikanan (dilakukan tiap 10 tahunan yang berakhiran angka 3), dan Sensus Ekonomi (dilakukan tiap 10 tahunan yang berakhiran angka 6). Lihat Ismayanti (n.d.) untuk pembahasan lebih detail mengenai proses pengumpulan data statistic perikanan. Survey

  Angkatan Kerja Nasional (SARKENAS tahunan) juga tampaknya dapat dipertimbangkan sebagai nilai potensial untuk tujuan-tujuan perencanaan perikanan.

  Setiap sumber pengumpulan data ini secara spesifik memiliki hubungan dengan perikanan tuna, akan tetapi data yang memecah perikanan tuna dari semua data yang berhubungan dengan perikanan ini masih sangat sedikit. Sebagai hasil laporan ini ada sedikit usaha mengumpulkan laporan atau data spesifik mengenai karakter sosial ekonomi dari perikanan

  YFT dan SKJ di Indonesia (atau dari yang ada di WPP 713 – 715) 1 meskipun dengan

  beberapa pengecualian yang juga sudah disebutkan dalam laporan ini. Badan Pusat Statistik Provinsi kadang-kadang menerbitkan informasi spesifik mengenai tuna dalam laporan buku “Provinsi dalam Angka”, dan juga melalui laporan provinsi dari Survei Pertanian Nasional Sub-sektor Rumah Tangga Perikanan Nasional tahun 2014 (lih. E.g. BPS Sultra 2016, 2014). Akan tetapi mendapatkan data mentah dari BPS dan KKP di tingkat nasional dilihat sebagai jalan keluar paling efisien dalam mengumpulkan data umum lintas perikanan ini.

  Informasi mengenai konsumsi ikan dan indikator-indikator kesejahteraan dalam kemiskinan dan indeksi pembangunan manusia sudah tersedia di tiap provinsi melalui sensus dan data survei sosial ekonomi yang ada dalam laporan ini (lihat lampiran 2 dan 3). Informasi mengenai konsumsi ikan dalam formulir-formulir pengumpulan data dibagi per spesies, dan pemecahanpengambilan konsumsi tuna dari konsumsi ikan secara umum akan sangat bermanfaat.

  Pengumpulan data lebih lanjut didasari prioritas-prioritas sebagai berikut:

   Sistem pengumpulan data statistik di Indonesia memperlihatkan kekuatan utamanya

  dalam hubungannnya dengan pengelolaan perikanan tuna. Prioritas utama di dalam penelitian ke depan harus mengumpulkan sumber-sumber data mentah (Sensus, modul konsumsi SUSENAS, Survei Pertanian Nasional Sub-sektor Rumah Tangga Perikanan, data pelabuhan-pelabuhan utama) dan laporan-laporan yang secara umum tersedia (misalnya “Provinsi dalam Angka” dan laporan SUSENAS), dan memecahnya dengan mengambil informasi yang sesuai dengan perikanan tuna sirip kuning dan cakalang di WPP 713, 714, 715.

   Para peneliti yang bekerja dalam penelitian aspek sosial-ekonomi dan bio-ekonomi

  perikanan tuna harus terlibat dalam penyediaan masukan-masukan sebagai ahli, dan di mana memungkinkan memberikan data mereka ke dalam komite pelaksana teknis.

   Prioritas ke depannya juga dapat memproduksi terbitan buku laporan “Perikanan Tuna dalam Angka” yang diterbitkan setiap tahun sehubungan dengan dukungan terhadap usaha-usaha pengelolaan yang sedang berlangsung. Hal ini merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan.

  1 Meskipun kementerian telah menerbitkan data produksi di level nasional dan tujuan ekspor yang spesifik mengenai perikanan tuna, dalam banyak kasus data ini tidak dipecah ke dalam level WPP di sumber yang dikutip dalam studi ini, dan

  untuk mayoritas data sosial ekonomi, termasuk penyediaan lapangan kerja, pendapatan nelayan dan armada tangkap, hanya data agregat lintas seluruh perikanan yang ditampilkan. Pengecualian di sini adalah ditampilkannya data perkiraan jumlah armada tangkap di atas 30GT. Dengan pengurangan usaha penangkapan PS sejak pelarangan alih muatan, hal ini berarti bahwa dalam proporsi yang signifikan (kemungkinan mayoritas) dari kapal penangkap yang saat ini beroperasi dalam perikanan tuna di WPP 713-15 tidak dipecah dari data perikanan lainnya.

  Penelitian dan Perencanaan ke Depan

  5 pendekatan penelitian yang memiliki nilai potensial dalam pengembangan proses harvest strategy dan pengelolaan perikanan tuna kepulauan jangka panjang telah diidentifikasi sebagai berikut:

   Mengkaji tingkat ketergantungan perikanan di WPP 713, 714, 715.  Mengkaji dampak sosial ekonomi yang lebih luas dari tindakan pengelolaan

  dalam evaluasi rencana aksi pengelolaan (misalnya penyediaan lapangan kerja, penghasilan).

   Mengkaji kemungkinan dan nilai dari tindakan yang berdasarkan usaha (effort

  based measures), termasuk tindakan pengelolaan wilayahruang dalam perikanan tuna.

   Melakukan evaluasi kesejahteraan sosial dari komunitas nelayan tuna di Indonesia,

  dan membangun metode untuk melihat perubahan kesejahteraan secara relatif akibat perubahan pengelolaan dan status perikanan.

   Mengkaji hubungan sosial-ekologi dalam perikanan tuna Indonesia melalui model

  integratif.

  Manfaat dari tiap topik penelitian dibahas secara khusus dalam isi laporan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tiap topik dari wilayah khusus ini dapat dimasukkan ke dalam proses pengkajian perikanan yang terintegrasi penuh. Temuan utama yang diidentifikasikan di sini adalah bahwa pengkajian eksplisit ruang (spatially explicit assessment) dari tingkat ketergantungan perikanan di WPP 713-15 (yang dapat menghasilkan perkiraan secara umum dari kemungkinan dampak pengelolaan perikanan terhadap aspek sosial-ekonomi), menjadi prioritas secepatnya dalam proses pengembangan harvest strategy tahap berikutnya.

  Temuan lebih lanjut dalam hubungannya dengan tema spesifik di atas ada di dalam bagian isi laporan ini.

2. Metode

  Studi pendahuluan ini menggunakan pendekatan “umbrella”, berusaha untuk memperluas lingkup isu sosial ekonomi (dibandingkan kuantitatif atau menuliskannya secara dalam), pendekatan ini memiliki manfaat penting dalam fase awal dari perencanaan dan pengkajian (lih. Barclay et al 2017, Voyer at al. 2014 untuk referensi metodologi yang lebih luas). Secara khusus, hal ini menghasilkan beragam topik yang sering kali dianggap terpisah oleh spesialis dalam keilmuan khusus untuk diintegrasikan ke dalam kerangka kerja umum yang dapat mengarahkan proses pengembangan rencana aksi. Melalui metode ini, pengkajian spesifik dalam tema-tema tertentu dapat dilaksanakan kemudian, relatif berdasarkan tingkat prioritasnya, dan dalam mengidentifikasi isu dan interaksi dalam konteks sistem yang lebih luas bukan dengan topik-topik tersendiri yang terpisah.

  Laporan ini menggambarkan wawancara, lokakarya, dan kuesioner survei yang dilaksanakan pada prinsipnya selama 3 minggu di bulan November 2016. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan staf pemerintahan telah dilaksanakan sebelumnya pada akhir bulan Agustus 2016, dan wawancara dengan penasihat ahli yang terlibat dalam proses harvest strategy dan juga dengan mitra peneliti di LIPI, IPNLF, AP2HI dan UTS telah dilaksanakan selama di bulan September dan Oktober demikian pula halnya dalam memperbaharui metode survei. Data-data primer ini diperkaya dengan desktop survey terhadap data yang Laporan ini menggambarkan wawancara, lokakarya, dan kuesioner survei yang dilaksanakan pada prinsipnya selama 3 minggu di bulan November 2016. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan staf pemerintahan telah dilaksanakan sebelumnya pada akhir bulan Agustus 2016, dan wawancara dengan penasihat ahli yang terlibat dalam proses harvest strategy dan juga dengan mitra peneliti di LIPI, IPNLF, AP2HI dan UTS telah dilaksanakan selama di bulan September dan Oktober demikian pula halnya dalam memperbaharui metode survei. Data-data primer ini diperkaya dengan desktop survey terhadap data yang

  Kombinasi metode di dalam proyek penelitian pendek yang secara umum meluas merefleksikan sifat eskplorasi dari penelitian ini, di mana beberapa teknik pengumpulan informasi dicoba untuk mendapatkan variasi data yang berbeda, dan untuk mencoba kecocokan tiap teknik yang berbeda untuk melaksanakan penelitian sosial dan ekonomi dalam perikanan tuna di WPP 713 – 715.

  Laporan ini menyajikan informasi melalui suatu analisis tematis, di mana pengembangan kembali diambil dari isu-isu utama terjadi terutama melalui pengkajian literatur dan wawancara awal. Dengan semakin berjalannya penelitian, tema-tema ini dijabarkan dengan lebih detail di saat yang cocok, dan tema baru yang muncul selama dijalankannya penelitian ikut dimasukkan ke dalam survei, wawancara dan lokakarya di mana dirasa cocok. Di akhir kerja lapangan, sebuah set isu-isu utama telah didapatkan dan telah dieksplorasi di lapangan, hingga ke titik yang dibutuhkan untuk melihat relevansinya terhadap pengembangan HS yang sedang berjalan.

2.1 Wawancara Semi Terstruktur

  Wawancara semi terstruktur dan pertemuan-pertemuan dilaksanakan dengan total 41 narasumber selama studi ini dijalankan. Termasuk di dalam narasumber ini adalah ahli kunci, pengelola perikanan pemerintah dan pihak otoritas pelabuhan, industri dan kelompok masyarakat sipil, nelayan tuna dan perantara (middleman). Dalam beberapa kasus metode ini dilaksanakan dalam bentuk kelompok diskusi kecil, di mana peserta merasa lebih cocok demikian. Hal ini menggunakan metodologi wawancara kualitatif yang terbuka dan ditujukan untuk menangkap topik-topik yang peserta rasa relevan di dalam diskusi isu sosial ekonomi di perikanan yang dituju, dari pada mengumpulkan data dalam topik apapun yang spesifik. Diskusi terutama berfokus pada isu yang para peneliti pertimbangankan sebagai hal yang potensial menjadi penting berdasarkan pengetahuan sebelumnya dalam perikanan tuna dan juga dari pengkajian literatur yang sesuai, dan ketika didiskusikan, berhubungan dengan bantuan yang didapatkan dari wawancara-wawancara sebelumnya dan jawaban surveinya. Dalam beberapa kasus di awal proses penelitian ini dan terutama sebelum kerja lapangan di Bulan November, diskusi dengan narasumber kunci juga menampilkan saran tentang bagaimana menangkap isu-isu potensial dalam format survei yang sedang dikembangkan. Daftar peserta wawancara dan pertemuan ada di dalam Lampiran 1.

2.2 Lokakarya

  Dua buah lokakarya di jalankan selama penelitian ini berlangsung. Secara umum, lokakarya- lokakarya ini menggambarkan teknik-teknik dan fokus pada area yang dibahas di dalam karya aspek sosial dan ekonomi dalam usaha perikanan tuna di Indonesia oleh Adhuri et. al. (2016), dan perikanan tangkap di Australia oleh (Brooks et al 2016), Pascoe et al (2014), Voyer at al. (2014) dan (Jennings et al 2014).

  Lokakarya pertama dilaksanakan sebagai bagian dari Pertemuan Pemangku Kepentingan Pengembangan Harvest Strategy (Harvest Strategy Development Stakeholder Meeting) pada tanggal 14 November 2016, dengan kurang lebih 20 orang peserta, 15 orang di antaranya memberikan saran mereka mengenai sasaran pengelolaan. Sasaran-sasaran ini ditampilkan Lokakarya pertama dilaksanakan sebagai bagian dari Pertemuan Pemangku Kepentingan Pengembangan Harvest Strategy (Harvest Strategy Development Stakeholder Meeting) pada tanggal 14 November 2016, dengan kurang lebih 20 orang peserta, 15 orang di antaranya memberikan saran mereka mengenai sasaran pengelolaan. Sasaran-sasaran ini ditampilkan

   Kelompok dan komunitas apa saja yang terlibat dalam perikanan di mana peserta

  lokakarya dilibatkan. Hal ini sama secara umum dengan analisis pemangku kepentingan .

   Manfaat yang diberikanan perikanan kepada komunitas pesisir dan masyarakat

  Indonesia yang lebih luas.

  Peserta kemudian diminta untuk memberikan 3 tujuan sasaran pengelolaan sosial dan atau ekonomi yang mereka pikir harus diprioritaskan untuk dimasukkan dalam harvest strategy. Hal ini tidak dikelompokkan atau diprioritaskan namun dibuat “daftar panjang” sasaran pengelolaan yang berpotensi untuk dilakukan yang dapat digunakan untuk penyempurnaan dan dalam proses memprioritasan lebih lanjut dalam lokakarya berikutnya.

  Lokakarya kedua adalah diskusi kelompok yang mirip dan proses penggalian dilaksanakan dengan 20 orang peserta termasuk pekerja dan nelayan yang menyuplai ke sebuah perusahaan pabrik pengolahan dan ekspor tuna di Kendari yang berkantor pusat di Jakarta. Lokakarya ini berjalan dengan cara yang sama dengan menggali informasi tentang perikanan melalui identifikasi kelompok dan komunitas apa saja yang terlibat dalam perikanan tersebut, dan mengidentifikasi manfaat yang diberikan perikanan ini secara sosial dan ekonomi kepada komunitas pesisir di Provinsi Sulawesi Tenggara. Di dalam lokakarya ini peserta diminta untuk mengidentifikasi 3 kesempatan dan 3 tantangan kunci yang mereka lihat terjadi dalam perikanan mereka.

2.3 Kuesioner Survei

  Dua buah kuesioner dibangun untuk digunakan dalam studi ini. Survei pertama adalah survei online yang dibagikan kepada perusahaan anggota Asosiasi Perikanan Pole Line dan Handline Indonesia dan peserta lokakarya pemangku kepentingan harvest strategy di Bogor tanggal 14 – 16 November 2016. Termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan terbuka yang ditujukan untuk melihat kepahaman peserta dalam isu-isu tertentu, dan juga jawaban pilihan berganda dan pertanyaan dengan beberapa jawaban kotak centang. Kuesioner ini menggali sekitar 28 orang responden terutama dari pengelola perikanan dan peneliti dari pemerintah (50), manajemen perusahaan (25), kelompok perwakilan masyarakat sipilindustri (14) dan peneliti bukan pemerintah (11). Responden ditanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait perikanan yang paling berhubungan dengan pekerjaan mereka. 44 menjawab berhubungan dengan perikanan tuna sirip kuning, 44 menjawab dengan perikanan cakalang, dan 12 menjawal “lainnya” tanpa menyebutkan spesies. 13 dari 27 responden manjawab dengan lebih dari dua alat tangkap pada perikanan mereka, 12 responden menjawab dengan hanya satu alat tangkap saja, dan 2 responden tidak menyebutkan alat tangkap yang digunakan dalam perikanan mereka. Perikanan pancing ulur (handline) mengambil porsi 69 dari seluruh jawaban, purse seine

  62, Pole and Line 42, hanya sedikit yang terkait dengan alat tangkap gillnet, longline, troll, ringnet dan liftnet.

  Selama menjalankan penelitian di lapangan, tema mengenai tingkat ketergantungan terhadap perikanan muncul sebagai tema utama yang potensial terhadap pengembangan HS yang sedang berjalan (lihat Stanford, Wiryawan et. al. 2013), dan dikembangkanlah sebuah alat survei yang singkat dengan pertanyaan-pertanyaan utama berbentuk kotak centang dan pertanyaan tertutup yang dicoba di Kendari selama kerja lapangan (lihat di bawah). Beberapa bahan kualitatif seperti informasi mengenai rantai suplainilai dan struktur Selama menjalankan penelitian di lapangan, tema mengenai tingkat ketergantungan terhadap perikanan muncul sebagai tema utama yang potensial terhadap pengembangan HS yang sedang berjalan (lihat Stanford, Wiryawan et. al. 2013), dan dikembangkanlah sebuah alat survei yang singkat dengan pertanyaan-pertanyaan utama berbentuk kotak centang dan pertanyaan tertutup yang dicoba di Kendari selama kerja lapangan (lihat di bawah). Beberapa bahan kualitatif seperti informasi mengenai rantai suplainilai dan struktur

2.4 Kunjungan Lapangan ke Kendari

  Sebagian kelanjutan setelah menghadiri Pertemuan Teknis Harvest Strategy (Harvest Strategy Technical Meeting) dan Lokakarya Pemangku Kepentingan (Stakeholder Workshop) di awal bulan November 2016, sebuah kegiatan di lapangan di Kendari dilaksanakan dari tanggal

  20 – 26 November 2016. Kunjungan ini menghasilkan observasi lapangan terhadap operasi perikanan tuna di pelabuhan lokal (tempat pelelangan ikan) dan pelabuhan perikanan Samudera, serta diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan yaitu otoritas pelabuhan, staf pemerintah tingkat provinsi dan kabupatenkota, staf dan suplier perusahaan pengolahan di Kendari, dan nelayan dari Kendari dan Wakatobi. Informasi yang diperoleh dari Kendari tentu saja tidak mewakili area lain di WPP 713 – 15, tetapi informasi ini lebih ditujukan sebagai studi kasus yang dapat menjadi ilustrasi terhadap isu-isu kunci dan kemungkinan penelitian di masa mendatang lintas sektor perencanaan.

2.5 Pengumpulan Data Statistik

  Otoritas pelabuhan dan pemerintah daerah provinsi di Kendari dengan baik hati menyediakan data terkait produksi, ekspor, nilaiharga dan kapal untuk studi pendahuluan ini. Statistic perikanan tingkat nasional diperoleh dari laporan Perikanan dalam Angka tahun 2015 (KKP 2015). Data tingkat provinsi diperoleh dari sensus nasional (BPS Sultra 2016) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahunan, Modul Konsumsi (BPS 2016a dan 2016b). Data ini digunakan untuk menyusun tabel mengenai ketahanan pangan, level kemiskinan dan indeks pembangunan manusia lintas provinsi di WPP 713 – 15.

  Merupakan hal di luar kemampuan studi ini untuk dapat mengkaji penuh keakuratan dan keterbatasan dari tiap data yang diperoleh. Meskipun metode ketergantungan perikanan yang dicoba di Padang, Sumatera Barat, menghasilkan pengetahuan bahwa data perikanan dan sosial ekonomi yang dikumpulkan oleh pemerintah bisa jadi tidak akurat (suatu hal yang sering diakui oleh ahli statistic dari pemerintah sendiri, lih. Ismayanti [n.d.]), namun data ini mampu mendemonstrasikan suatu metode yang kuat untuk mengukur tingkat ketergantungan perikanan secara relatif antar kabupatenkota menggunakan data statistik yang tersedia untuk umum (lih. Stanford, Wiryawan et al 2013). Secara umum data statistik yang ditampilkan dalam laporan lebih sebagai ilustrasi isu-isu yang relevan dan sebagai contoh data yang dapat digunakan untuk pengkajian lebih lanjut daripada untuk ditampilkan sebagai rangkaian data final yang kuat yang akan digunakan dalam pembuatan keputusan di WPP 713 – 15.

3. Hasil dan Diskusi

3.1 Pihak-pihak Pemangku Kepentingan dan Komunitas yang Terlibat dalam Perikanan Tuna

  Dari hasil observerasi secara keseluruhan didapati bahwa perikanan di WPP adalah rumit secara sosial dan ekonomi, beragam kelompok diketahui terlibat dalam perikanan tuna dengan berbagai cara. Proses yang sama terjadi dalam analisis rantai suplai para pihak pemangku kepentingan, akan tetapi dalam konteks membangun sebuah kerangka kerja pengelolaan, mengidentifikasi komunitas yang berbeda-beda yang terlibat dalam perikanan merupakan hal yang sangat penting dalam memilih dan mengkaji sasaran-sasaran sosialekonomi (lih. Brooks et al. 2015, Pascoe et al 2014). Secara prinsip usaha ini ditujukan untuk dapat mendefinisikan kelompokpihak pemangku kepentingan yang luas namun dapat diidentifikasi di mana mereka mendapatkan manfaat dari perikanan, dan juga dalam hubungannya dengan melacak dan mengidentifikasi siapa saja yang akan terkena dampak apabila terjadi perubahan terhadap perikanan. Prioritas sasaran pengelolaan yang operasional dapat berkaitan langsung kepada kelompok tertentu dalam perikanan atau kepada beberapa titik yang berbeda sepanjang rantai suplainilai yang kemungkinkan diuntungkan dari pencapaian sasaran-sasaran pengelolaan tersebut. Kerangka kerja ini lebih jauh memperbolehkan kelompok-kelompok ini terlibat di dalam proses mendefinisikan paket tujuan apa yang diinginkan terjadi pada perikanan tersebut, jika keterlibatan tersebut diinginkan setelah melalui pertimbangan. Tabel yang ditampilkan di bawah ini mengumpulkan jawaban-jawaban yang diperoleh melalui wawanara, lokakarya dan observasi lapangan

  menggunakan metode-metode tersebut. 2

  KelompokPemangku Kepentingan

  Komunitas

  Nelayan – lokal

  Nelayan

  Nelayan – tradisional

  Nelayan

  Nelayan – pemilikoperator

  Nelayan

  Nelayan – luar daerah (Indonesia)

  Nelayan

  Nelayan – luar daerah (non-Indonesia)

  Nelayan

  Nelayan – sektor ikan umpan

  Nelayan

  Komunitas nelayan skala kecil

  Nelayan

  Komunitas nelayan luar daerah

  Nelayan

  (misalnya Jawa, keluarga pekerja

  kapal purse seine suku Bugis yang

  menerima transfer uang) Awak kapal kapal pengangkut

  Nelayan

  Pedagang untuk penjualan lokal (ikan

  Pedagang

  utuh)

  Pedagang untuk penjualan lokal (sisa

  Pedagang

  pengolahan, tetelan) Perantarakolektor untuk suplai

  Pedagang

  perusahaan pengolahan pasar domestik

  Perantarakolektor untuk suplai

  Pedagang

  perusahaan pengolahan pasar ekspor

  2 Tabel yang menampilkan hasil dari proses ini pada 2 perikanan di Australia (seperti yang didokumentasikan dalam Brooks

  et. al [2015] dan Jennings et. al [2014] disediakan di Lampiran 8.

  Pekerja transportasidistribusi untuk

  Pelayanan jasa di darat

  penjualan lokal (pikap, ojek) Pekerja transportasidistribusi untuk

  Pelayanan jasa di darat

  penjualan regional (truk lebih besar)

  Penyuplai es

  Pelayanan jasa di darat

  Penyuplai bahan bakar

  Pelayanan jasa di darat

  Pekerja pelabuhan

  Pelayanan jasa di darat

  Penyuplaiperbaikan alat tangkap

  IndustriPelayanan jasa di darat

  Penyuplaiperbaikan kapal

  IndustriPelayanan jasa di darat

  Pemilik rumpon

  Industri

  Pabrik pengolahan tingkat 1 (penerima

  Industri

  pertama—sering blast freeze, mengolah

  ikan utuh menjadi loin) Pabrik pengolahan tingkat 2

  Industri

  (pengalengan, mengolah ikan loin untuk

  ekspor)

  Staf pekerja perusahaan pengolahan

  Industri

  Asosiasi Industri

  IndustriPengelolaan

  Pekerja Asosiasi Industri

  IndustriPengelolaan

  Pemerintah (Daerah, KabupatenKota,

  Pengelolaan

  Provinsi, Nasional) Masyarakat SipilLSM

  PengelolaanNelayan? Konsumen akhir? (perlu diskusi lebih lanjut)

  Pembeli dari luar negeri –

  IndustriKonsumen akhir

  retailerwholesalers Pembeli dari luar negeri – pengolahan

  IndustriKonsumen Akhir

  Konsumen – Lokal

  Konsumen Akhir

  Konsumen – Pasar Indonesia

  Konsumen Akhir

  Konsumen – Luar Negeri

  Konsumen Akhir

  Ilustrasi 2. Pemangku Kepentingan dan Komunitas yang Terlibat atau Mendapat Manfaat dari Perikanan Tuna

  Kesimpulan

   Perikanan tuna di WPP 713 – 15 melibatkan luasnya pihak-pihak yang beraneka

  ragam lintas tingkat kepemerintahan dan kewilayahan  6 komunitas utama teridentifikasi terlibat dalam perikanan tuna. Sasaran pengelolaan

  harus sangat terikat dengan manfaat yang juga harus dikaitkan ke 5 komunitas yang terlibat dalam perikanan ini – Nelayan, Pedagang, Penyedia jasa di darat, Industri dan Konsumen Akhir.

   Merupakan kewajiban dari komunitas pengelolaan untuk menjaga perikanan atas

  nama masyarakat yang lebih luas, dan bekerja untuk memberikan manfaat perikanan kepada komunitas yang teridentfikasi

3.2 Manfaat Perikanan Tuna Lebih Luas terhadap Masyarakat Indonesia

  Selama dalam wawancara, lokakarya dan survei online, jawaban-jawaban dimaksudkan untuk mengeluarkan pendapat mengenai manfaat perikanan baik skala kecil maupun skala besar terhadap masyarakat Indonesia. Untuk tujuan saat ini skala besar merepresentasikan sektor purse seine dan long-line, sementara skala kecil merepresentasikan sektor pole and line (huhate), handline (pancing ulur) dan troll (pancing tonda). Hal ini sudah diinformasikan sebagian lewat diskusi di Lokakarya Pengembangan HS sebelumnya (memisahkan perikanan industrialkomersil dan artisanal [KKP, 2016 hal. 17-18), dan sebagian melalui konvensi. Sudah diketahui bahwa ada kerumitan dalam mengelompokkan armada perikanan tuna skala kecil yang sebagian besar tidak terdokumentasikan, misalnya dengan adanya operasi komersil skala kecil yang ekstensif di perairan kepulauan dan kemunggkinan besar juga ada sebuah perdebatan mengenai sektor “skala menengah komersial,” yang termasuk di dalamnya kapal-kapal mini-purse seine dan kapal pole and line yang lebih besar. Akan tetapi demi tujuan penggalian dan diskusi umum, pembedaan antara skala besar dan skala kecil menjadi sebuah tujuan yang bermanfaat.

  Salah satu tujuan untuk mengidentifikasi manfaat-manfaat perikanan ini adalah untuk mengaitkan sasaran pengelolaan operasional (operational management objectives) dengan manfaat yang khusus dan dengan komunitas pemangku kepentingan yang khusus (seperti yang sudah diidentifikasikan di atas), sebagai alat untuk melacak perubahan-perubahan yang terjadi di perikanan. Hal ini dapat merepresentasikan fase selanjutnya dalam proses pengembangan sasaran pengelolaan. Hasil manfaat perikanan dari diskusi selama lokakarya dan wawancara dengan informan kunci disediakan dalam tabel di bawah ini:

  Perikanan Skala Besar

  Perikanan Skala Kecil

  (Purse seine, long-line)

  (P+L, HL, Troll)

  Keuntungan finansial secara langsung

  Keuntungan finansial secara langsung melalui

  melalui pekerjaanpendapatan.

  pekerjaanpendapatan.

  Keuntungan yang masuk ke dalam

  Keuntungan yang masuk ke dalam

  perusahaan Indonesia – berkontribusi ke

  perusahaan Indonesia – berkontribusi ke

  dalam GDP nasional dan peningkatan

  dalam GDP nasional dan peningkatan

  ekonomi regional.

  ekonomi regional. (Hal ini termasuk suplai ikan dari nelayan skala kecil individual ke

  perusahaan pengolahan melalui

  suplierperantara.

  Berkontribusi terhadap pendapatan

  Berkontribusi terhadap pendapatan negara

  negara melalui pendapatan ekspor dan

  melalui pendapatan ekspor dan domestik.

  domestik.

  Berkontribusi terhadap ketahanan

  Berkontribusi terhadap ketahanan pangan

  pangan nasionalregional.

  nasionalregional.

  Berkontribusi langsung terhadap

  Berkontribusi langsung terhadap ketahanan

  ketahanan pangan lokal melalui

  pangan lokal melalui penjualan lokal, atau

  penjualan lokal.

  langsung ke keluarga nelayan (baik sebagai

  kepastian mata pencaharian atau sebagai

  gaji tunai)

  Menyediakan kesempatan lapangan

  Menyediakan kesempatan lapangan kerja

  kerja bagi kaum wanita.

  bagi kaum wanita.

  Penyediaan pemusatan infrastruktur

  Penyediaan infrakstruktur (misalnya pabrik

  (pengolahan, penambahan nilai produk)

  es, pelabuhan kecil) yang menghasilkan

  dan akses pasar yang dimanfaatkan

  perdagangan dan lapangan pekerjaan di

  nelayan skala kecil.

  daerah terpencil.

  Rendahnya tingkat kepemilikan kapal

  Tingginya tingkat kepemilikan kapal

  yang dioperasikan sendiri.

  yang dioperasikan sendiri.

  Tingginya tingkat penggunaan fasilitas

  Tingginya tingkat kepemilikan aset

  infrastruktur yang tersentralisasi (baik

  (misalnya bagan, pabrik es) dalam

  yang dimiliki pemerintah ataupun

  komunitas perikanan. Tingkat

  swasta), meningkatkan lapangan

  penggunaan fasilitas pelabuhan

  pekerjaan dan pelayanan jasa di pusat

  terpencil yang tinggi, mendukung

  kota.

  peningkatan lapangan pekerjaan dan

  pelayanan jasa industry di komunitas

  pesisir.

  Pemeliharaan institusi dan kearifan

  lokal.

  Pemeliharaan kesatuan komunitas.

  Ilustrasi 3. Manfaat Utama Perikanan Skala Besar dan Perikanan Skala Kecil.

  Meskipun analisis tematis skala luas menampilkan banyak kesemaan antara manfaat di antara kedua sektor ini, di sana ada perbedaan kentara dalam dimensi lingkup, nilai dan wilayah manfaat-manfaat tersebut.

  Secara umum, perikanan skala besarindustry biasanya terlihat sebagai penyedia manfaat bagi masyarakat Indonesia di level nasional dan regional, manfaat tersebut terutama berfokus kepada, meskipun tidak seragam, sekitar pusat-pusat kota. Dalam beberapa kasus responden melihat bahwa perikanan skala besar tidak membeikan kontribusi terhadap masyarakat pesisir sama sekali, dikarenakan kompetisi sumber daya yang timbul dari derasnya pertumbuhan rumpon dari perikanan purse seine di masa lalu. Meskipun isu mengenai konflik dan penurunan sektor skala kecil sering timbul dan dicatat dalam studi ini, pendapat umum yang mengatakan bahwa perikanan skala besar tidak memberikan kontribusi terhadap masyarakat tidak selalu dinyatakan, dan faktanya pun kelihatan tidaklah demikian. Hal ini lebih jelas di dalam pembahasan Tema Utama 3 yang membahas adanya antar-hubungan antara operator skala kecil dan skala besar sepanjang rantai suplai. Hal ini adalah titik kunci pertimbangan dalam harvest strategy di mana tarik ulur antar sektor menjadi lebih rumit dalam kondisi kesalingtergantungan. Misalnya dengan mengurangi usaha penangkapan oleh sektor skala besar mungkin berdampak negatif terhadap pelaku skala kecil jika mereka pada akhirnya menjadi kehilangan akses ke fasilitas pengolahan dan pasar ekspor dikarenakan pengurangan jumlah pelaku usaha skala besar yang memiliki kemampuan memenuhi suplai rutin ke fasilitas pengolahan tersebut.

  Perikanan skala kecil selain dianggap memiliki kontribusi manfaat kepada masyarakat Indonesia di tingkat nasional dan regional, tetapi juga berkontribusi memberikan manfaat Perikanan skala kecil selain dianggap memiliki kontribusi manfaat kepada masyarakat Indonesia di tingkat nasional dan regional, tetapi juga berkontribusi memberikan manfaat

  Untuk mencari contoh relevan dalam proses HS tentang bagaimana perbedaan manfaat dari perikanan skala kecil dan besar dapat mempengaruhi pengembangan tindakan pengelolaan (management measures), contoh dari penyediaan lapangan kerja layak untuk dikaji lebih dalam secara singkat di sini. Suatu kemungkinan besar untuk membangun rencana aksi yang mampu menyediakan pilihan akses lapangan kerja yang luas dan berkelanjutan melalui peningkatan ekonomi perikanan tuna baik perikanan skala besar maupun perikanan skala kecil yang diprioritaskan. Akan tetapi distribusi kewilayahan kemana manfaat-manfaat ini akan diarahkan dan bagaimana pengembangan masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh implementasi tindakan pengelolaan (management measures) akan menjadi hal yang kritis. Jika harvest strategy ditujukan untuk memaksimalkan penyediaan lapangan kerja di komunitas nelayan dan pesisir, kemungkinannya sangat besar bahwa hal ini dapat diraih dengan memprioritaskan perikanan skala kecil. jika penyediaan lapangan kerja lebih difokuskan terutama di pusat-pusat kota dan regional, maka perikanan skala besar siap untuk memaksimalkan penyediaan lapangan kerja di wilayah ini.