PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG.

(1)

PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR

MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sidang Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

Oleh:

GANJAR SEPTEHANDRIKA ANDRIAWAN NIM. 0800205

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR

MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd NIP. 196111081986012001

Pembimbing II

Adman, S.Pd.,M.Pd NIP.197404122001121002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran FPEB UPI

Dr. Rasto, M.Pd NIP.197207112001121001


(3)

BERITA ACARA

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/Tgl : Rabu, 26 Desember 2012 Waktu : 08.00-Selesai

Tempat : Gedung FPEB Lantai 3

Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua : Dr. Rasto, M.Pd

NIP. 197207112001121001 2. Sekretaris : Drs. Budi Santoso, M.Si

NIP. 196008261987031001 3. Penguji : 1. Drs. Endang Supardi, M.Si

NIP. 195905081987031002

2. Dr. H. Suwatno, M.Si NIP. 196201271988031001

3. Drs. Budi Santoso, M.Si NIP. 196008261987031001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.” Ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012

Ganjar Septehandrika Andriawan NIM. 0800205


(5)

ABSTRAK

PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR

MINUM (PDAM) TIRTAWENING KOTA BANDUNG

Oleh:

Ganjar Septehandrika Andriawan 0800205

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd. dan Adman, S.Pd., M.Pd .

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat stress kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung yang ditandai dengan tidak tercapainya target produksi di bawah target produksi yang ditetapkan sehingga berpotensi menjadi penghambat bagi tercapainya tujuan perusahaan tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada karyawan bagian produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tata ruang kantor, tingkat stress kerja karyawan, serta adakah pengaruh dari tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode descriptif survey dan explanatory survey, teknik pengumpulan data dengan cara wawancara (interview), angket (kuisioner), observasi dan studi kepustakaan. Instrument yang digunakan adalah angket model skala likert yang dimodifikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa regresi linier sederhana. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket yang diperoleh dari 35 orang karyawan sebagai populasi.

Hasil penelitian menunjukan : (1) Tata ruang kantor berada pada kategori yang cukup baik, (2) Stres kerja karyawan berada pada kategori yang baik, (3) Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.


(6)

ABSTRACT

THE EFFECT OF OFFICE LAY OUT TO THE STRESS CONDITION OF EMPLOYEE IN THE REGIONAL WATER PRODUCTION COMPANY

(PDAM) TIRTAWENING CITY BANDUNG

by:

Ganjar Septehandrika Andriawan 0800205

This Thesis is guided by:

Dra. Hj. Nani Sutarni, M.Pd. and Adman, S.Pd., M.Pd

Issues that were examined in this study is the level of employee stress in the production department of the Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung which was characterized by the achievement of production targets that could potentially be a barrier to achieving the company's goals.

The research was conducted on the employees in the production department in Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung. This study aims to reveal the layout of office space, employee stress levels, and is there any influence from office layout to the employee stress level Regional Water Company (PDAM) Tirtawening Bandung.

This study uses descriptive and explanatory survey, data collection techniques by interview (interview), questionnaires (questionnaires), observations and literature study. Instrument used was a questionnaire modified Likert scale models. The data analysis technique used is simple linear regression analysis. Data was collected using questionnaires obtained from 35 employees as a population.

Based on the analysis of the answers from the respondents obtained the following results (1) Administration of the office space is at a pretty good category, (2) Employees stress level are in the good category, (3) There is a negative and significant relationship between office layout to stress employees' Section Regional Production Company water Company (PDAM) Tirtawening Bandung.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Kegunaan Penelitan ... 16

BAB II KAJIAN TEORI ... 17

2.1 Landasan Teori ... 17

2.1.1 Konsep tata ruang kantor ... 17

2.1.2 Konsep Stress Kerja... 35

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Stress Kerja ... 36

2.1.4 Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan ... 46

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 48

2.3 Kerangka Pemikiran ... 49


(8)

BAB III DESAIN PENELITIAN... 59

3.1 Objek Penelitian ... 59

3.2 Metode Penelitian... 59

3.3 Operasional Variabel ... 60

3.3.1 Operasional Variabel Tata Ruang Kantor ... 61

3.3.2 Operasional Variabel Stress Kerja ... 66

3.4 Sumber Data ... 69

3.5 Populasi ... 69

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 71

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 73

3.7.1 Uji Validitas ... 73

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 75

3.8 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 78

3.8.1 Uji Normalitas ... 78

3.8.2 Uji Linieritas ... 80

3.8.3 Uji Homogenitas ... 82

3.9 Teknik Analisis Data ... 84

3.9.1 Teknik Analisis Data Deskriptif... 85

3.9.2 Teknik Analisis Data Inferensial ... 87

3.10 Pengujian Hipotesis ... 88

3.10.1 Merumuskan Hipotesis Statistik ... 88

3.10.2 Menghitung Koefisien Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y... 90


(9)

4.1 Hasil Penelitian ... 92

4.1.1 Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung ... 92

4.1.2 Karaktersitik Responden... 96

4.1.3 Deskripsi Variabel-Variabel Penelitian ... 102

4.1.4 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 116

4.1.5 Regresi Linier Sederhana... 119

4.1.6 Pengujian Hipotesis ... 121

4.2 Pembahasan Penelitian ... 126

4.2.1 Tata Ruang Kantor... 126

4.2.2 Stress Kerja Karyawan ... 127

4.2.3 Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 130

5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Rekomendasi ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133

Lampiran-Lampiran ... 135

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 136

Lampiran 2 Kuesioner ... 137

Lampiran 3 Uji Instrumen (Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas) ... 138

Lampiran 4 Data Hasil Penyebaran Angket ... 139

Lampiran 5 Skor Frekuensi ... 140


(10)

Lampiran 7 Uji Homogenitas Data ... 142

Lampiran 8 Data Interval (Msi) ... 143

Lampiran 9 Uji Regresi Linier Sederhana ... 144

Lampiran 10 Frekuensi Bimbingan ... 145


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Grafik Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 4

Gambar 1. 2 Grafik Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 7

Gambar 1. 3 Tata Ruang Kantor Di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 9

Gambar 1. 4 Latar Belakang Permasalahan ... 11

Gambar 2. 1 Tata Ruang Kantor Berkamar ... 24

Gambar 2. 2 Tata Ruang Kantor Terbuka ... 25

Gambar 2. 3 Tata Ruang Kantor Berhias ... 26

Gambar 2. 4 Tata Ruang Kantor Gabungan ... 27

Gambar 2. 5 Perilaku Individu dalam Konteks Perilaku Organisasi ... 51

Gambar 2. 6 Model Stress ... 52

Gambar 2. 7 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... 57

Gambar 2. 8 Pola Pengaruh Variabel X dan Variabel Y... 58

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung ... 96

Gambar 4. 2 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97

Gambar 4. 3 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 98

Gambar 4. 4 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 99

Gambar 4. 5 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan .. 101

Gambar 4. 6 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan .. 102

Gambar 4. 7 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pertimbangan atau Perencanaan Spasial ... 104


(12)

Gambar 4. 8 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perencanaan Ruangan ... ... 105 Gambar 4. 9 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Perlengkapan atau

Perabotan ... 107 Gambar 4. 10 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Tata Cahaya ... 108 Gambar 4. 11 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Warna ... 110 Gambar 4. 12 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Pesan-pesan Grafis . 111 Gambar 4. 13 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Gejala Fisiologis .... 113 Gambar 4. 14 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Gejala Psikologis ... 114 Gambar 4. 15 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Gejala Perilaku ... 115


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Ketidakhadiran Karyawan Bagian Produksi PDAM

Tirtawening Kota Bandung Periode Januari-Agustus 2011 ... 2

Tabel 1. 2 Data Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2010-2011 ... 4

Tabel 1. 3 Data Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Juli 2012 ... 6

Tabel 3. 1 Operasional Variabel Penelitian X (Tata Ruang Kantor) ... 63

Tabel 3. 2 Operasional Variabel Penelitian Y (Stress Kerja)... 67

Tabel 3. 3 Rekapitulasi Data Karyawan Bagian Prodksi PDAM Tirtawening Kota Bandung... 70

Tabel 3. 4 Kriteria Penilaian Angket untuk Variabel X & Y (Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan) ... 72

Tabel 3. 5 Contoh Format Perhitungan Uji Validitas ... 74

Tabel 3. 6 Contoh Format Tabel Perhitungan Korelasi ... 75

Tabel 3. 7 Contoh Format Tabel Perhitungan Uji Reliabilitas... 77

Tabel 3. 8 Tabel Distribusi Pembantu untuk Uji Normalitas Data ... 79

Tabel 3. 9 Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas ... 82

Tabel 3. 10 Model Tabel Uji Barlett ... 83

Tabel 3. 11 Rekapitulasi Hasil Skoring Angket ... 85

Tabel 3. 12 Kriteria Penafsiran Deskripsi ... 86

Tabel 3. 13 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 90

Tabel 4. 1 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97


(14)

Tabel 4. 3 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 99

Tabel 4. 4 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan . 100 Tabel 4. 5 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepegawaian . 101 Tabel 4. 6 Kriteria Analsis Data ... 102

Tabel 4. 7 Kecenderungan Jawaban Responden TerhadapIndikator Pertimbangan atau Perencanaan Spasial ... 103

Tabel 4. 8 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Perencanaan Ruangan ... 105

Tabel 4. 9 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Perlengkapan atau Perabotan ... 106

Tabel 4. 10 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Tata Cahaya ... 107

Tabel 4. 11 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Warna... 109

Tabel 4. 12 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Pesan-pesan Grafis ... 110

Tabel 4. 13 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Fisiologis ... 112

Tabel 4. 14 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Psikologis ... 113

Tabel 4. 15 Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Indikator Gejala Perilaku ... 114

Tabel 4. 16 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data ... 118

Tabel 4. 17 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 125


(15)

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang sangat penting, karena keberhasilan suatu perusahaan dalam mewujudkan tujuannya sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam upaya meningkatkan kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Masalah stress merupakan salah satu masalah yang serius menimpa setiap karyawan di tempat kerjanya. Banyak karyawan yang setiap tahunnya harus mengambil cuti untuk meredakan konflik dan ketegangan dalam kehidupan mereka. Stress merupakan penyakit yang menjadi sumber pemborosan waktu yang paling besar. Stress bagi karyawan dapat merupakan tantangan, rangsangan, namun bisa pula berarti kekhawatiran, konflik, ketegangan dan ketakutan tergantung bagaimana kita memandangnya.

Para ahli mengatakan bahwa stress dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stress. Biasanya stress semakin kuat apabila menghadapi masalah yang datangnya bertubi-tubi.


(17)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui sebuah observasi ke objek penelitian serta wawancara secara langsung dengan salah satu karyawan bagian produksi. Menurut salah satu karyawan Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, mengungkapkan bahwa stress kerja sering dialami oleh karyawan dimanapun mereka bekerja, termasuk di PDAM Tirtawening Kota Bandung. karyawan sering mengalami stress kerja, yaitu karena tuntutan peran dalam bekerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang kurang nyaman. Hal ini membuktikan bahwa stress kerja lazim terjadi dan di alami oleh para karyawan di bagian produksi di PDAM TIrtawening Kota Bandung.

Selain itu juga, dari hasil studi pendahuluan ditemukan data sebagai berikut:

Tabel 1. 1

Data Ketidakhadiran Karyawan Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Januari-Agustus 2011

No Bulan ketidakhadiran Rata-Rata

Ketidakhadiran

I S C Total

1 Januari 3 0 0 3 14%

2 Februari 1 9 0 10 48%

3 Maret 1 10 0 11 52%

4 April 0 1 0 1 5%

5 Mei 1 0 0 1 5%

6 Juni 0 1 0 1 5%

7 Juli 3 1 0 4 19%

8 Agustus 0 2 2 4 19%

Sumber: Unit Pengamanan PDAM Tirtawening Kota Bandung Berdasarkan presentase ketidakhadiran tersebut, terlihat jelas bahwa setiap bulannya ada saja karyawan yang tidak masuk kerja, baik itu karena ijin, sakit ataupun cuti. Beranjak dari data tersebut, penulis mencoba mengindikasikan penyebab ketidakhadiran karyawan dalam bekerja adalah karena faktor stress kerja. Pendapat tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu


(18)

karyawan bagian produksi, bahwa stress kerja sering dialami oleh karyawan bagian produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung. Pendapat di atas yang menjadi dasar pertimbangan bagi penulis, bahwa ketidakhadiran karyawan selama ini dalam bekerja salah satunya disebabkan oleh faktor stress kerja yang dialami oleh karyawan bagian produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung.

Fenomena stress kerja yang terjadi di PDAM Tirtawening Kota Bandung juga bisa kita amati dari faktor ketidak puasan karyawan dalam bekerja. Ketidak puasan pegawai bisa kita amati salah satu nya yaitu dari data tingginya keluar masuk karyawan (turnover). Berdasarkan data dari Divisi Hukum dan SDM selama dua tahun terakhir, kita dapat melihat tingkat kenaikan turnover yang cukup tinggi pada Perusahaan Daerah air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Berikut data turnover pada tahun 2010-2011.


(19)

Tabel 1. 2

Data Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Tahun 2010-2011

No Bagian/Unit Kerja

Turnover

2010 2011

M K M K

1. Keuangan 0 2 0 2

2. Penagihan 0 3 0 3

3. Langganan 0 2 0 5

4. Hukum & SDM 0 2 0 3

5. Perbekalan & Perawatan 0 3 0 5

6. Perenc. Teknik Air Minum 0 2 0 3

7. Produksi 1 0 3 0 3

8. Produksi 11 0 0 0 3

9. Distribusi 0 0 0 2

10. Meter & Penjaringan 0 1 0 3

11. Pencatat Meter 0 1 0 2

12. Perec. Teknik Air Limbah 0 2 0 1

13. Pengolahan Air Limbah 0 0 0 5

14. Operasioanl Air Limbah 0 3 0 2

15. Pel. Umum Air Limbah 0 1 0 2

16. Satuan Pengawasan Intern (SPI) 0 1 0 2

17. Litbang 0 1 0 2

18. Sistem dan TI 0 3 0 0

Jumlah 0 30 0 48

% 0% 4% 0% 7%

Sumber : Bagian Hukum & SDM

Gambar 1. 1

Grafik Turnover Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung

0 1 2 3 4 5 6 Keu an g an Pe n ag ih an Lan g g an an H u k u m & SD M Pe rb ek al an & … Pe ren c. … Pr o d u k si 1 Pr o d u k si 1 1 D is tr ib u si Me ter & … Pe n cat at … Pe rec. T ek n ik … Pen g o lah an … Op er as io an l … Pe l. Umu m … Sat u an … Li tb an g Si st em d an T I J u m la h Bagian/Unit Kerja Data Turnover Turnover 2010 M Turnover 2010 K Turnover 2011 M Turnover 2011 K


(20)

Data turnover karyawan selama dua tahun pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung, dapat kita lihat dan ketahui bahwa pada tahun 2010, PDAM tidak menerima karyawan yang masuk untuk bekerja, hal ini dibuktikan dengan presentasi 0%, namun berbeda dengan jumlah karyawan yang keluar yaitu 30 orang atau sebanyak 4%, kemudian pada tahun 2011, PDAM pun tidak menerima karyawan yang masuk untuk bekerja, dengan presentase 0%, namun terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada jumlah karyawan yang keluar dari tahun sebelumnya yaitu mencapai 48 orang atau sebanyak 7%. Berdasarkan data di atas kenaikan jumlah karyawan yang keluar dari tahun 2010-2011 terjadi lonjakan sebesar 3%, hal tersebut menunjukan bahwa tingkat turnover pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung cukup tinggi. Menyoroti tingkat turnover pada Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung selama tahun 2010-2011, karyawan yang masuk selama 2 tahun terakhir adalah 0 orang, sedangkan karyawan yang keluar adalah sebanyak 6 orang. Kondisi ini menunjukan bahwa lebih banyaknya karyawan yang keluar dari pada yang masuk di Bagian Produksi diduga disebabkan karena ketidakpuasan yang di alami karyawan dalam bekerja. Ketidakpuasan yang dialami oleh karyawan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini diduga oleh penulis sebagai faktor yang menimbulkan ketidakpuasan karyawan, dimana dalam faktor lingkungan ini salah satunya yaitu dari tata ruang kantor yang kurang memberikan kenyamanan pada karyawan dalam bekerja sehingga menyebabkan timbulnya rasa ketidakpuasan bagi karyawan dalam bekerja. Ketidakpuasan yang terjadi diindikasikan sebagai akibat dari gejala stress kerja yang dialami oleh karyawan. Ketidak puasan karyawan


(21)

dalam bekerja merupakan salah satu gejala psikologis yang timbul akibat dari stress kerja yang dialami karyawan dalam bekerja.

Selain itu untuk mengetahui stress kerja yang dialami oleh karyawan, kita juga bisa mengamati dari tingkat produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan data dari Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, diperoleh data produktivitas selama periode juli 2012 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. 3

Data Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Periode Juli 2012

NO Tanggal Produksi Air Layak Konsumsi

1 1 Juli 2012 153212 (1773,28 L/Det)

2 2 Juli 2012 150993 (1747,60 L/Det)

3 3 Juli 2012 153372 (1775,13 L/Det)

4 4 Juli 2012 148746 (1721,59 L/Det)

5 5 Juli 2012 150709 (1744,31 L/Det)

6 6 Juli 2012 152476 (1764,76 L/Det)

7 7 Juli 2012 153095 (1771,39 L/Det)

8 8 Juli 2012 152689 (1767,23 L/Det)

9 9 Juli 2012 149525 (1730,61 L/Det)

10 10 Juli 2012 154161 (1784,27 L/Det)

11 11 Juli 2012 153135 (1772,39 L/Det)

12 12 Juli 2012 152630 (1766,55 L/Det)

13 13 Juli 2012 152265 (1762,32 L/Det)

14 14 Juli 2012 152685 (1766,87 L/Det)

15 15 Juli 2012 152595 (1766,14 L/Det)

16 16 Juli 2012 144187 (1668,83 L/Det)

17 17 Juli 2012 150255 (1739,06 L/Det)

18 18 Juli 2012 148031 (1713,32 L/Det)

19 19 Juli 2012 149254 (1727,47 L/Det)

20 20 Juli 2012 153097 (1771,95 L/Det)

21 21 Juli 2012 151262 (1750,71 L/Det)

22 22 Juli 2012 149491 (1730,21 L/Det)

23 23 Juli 2012 153043 (1771,33 L/Det)


(22)

Gambar 1. 2

Grafik Produktivitas Kerja Karyawan PDAM Tirtawening Kota Bandung Kita dapat mengamati dari data tersebut, bahwa selama periode juli 2012 sering kali terjadi penurunan produktivitas. Kondisi tersebut diduga karena terjadinya penurunan kinerja karyawan sehingga mengakibatkan produktivitas kerja menjadi menurun. Penurunan produktivitas dan kinerja karyawan diindikasikan sebagai akibat dari stress kerja yang dialami karyawan dalam bekerja. Penurunan produktivitas dan kinerja karyawan merupakan salah satu bagian dari gejala perilaku yang bisa muncul akibat terjadinya stress kerja yang dialami karyawan ketika bekerja. Ketiga data yang sudah di ungkapkan di atas sudah cukup membuktikan bahwa stress kerja memang terjadi dan di alami oleh karyawan Bagian Produksi Tirtawening Kota Bandung.

Salah satu faktor yang menimbulkan stress adalah lingkungan kerja, yaitu tata ruang kantor yang kurang baik. Penataan tata ruang kantor yang kurang tertata dengan baik akan menyebabkan karyawan sulit berkonsentrasi dalam bekerja, hal-hal lainnya yang juga ditimbulkan oleh penataan tata ruang kantor yang kurang

138000 140000 142000 144000 146000 148000 150000 152000 154000 156000 1 Ju li 2 0 1 2 2 Ju li 2 0 1 2 3 Ju li 2 0 1 2 4 Ju li 2 0 1 2 5 Ju li 2 0 1 2 6 Ju li 2 0 1 2 7 Ju li 2 0 1 2 8 Ju li 2 0 1 2 9 Ju li 2 0 1 2 1 0 Ju li 2 0 1 2 1 1 Ju li 2 0 1 2 1 2 Ju li 2 0 1 2 1 3 Ju li 2 0 1 2 1 4 Ju li 2 0 1 2 1 5 Ju li 2 0 1 2 1 6 Ju li 2 0 1 2 1 7 Ju li 2 0 1 2 1 8 Ju li 2 0 1 2 1 9 Ju li 2 0 1 2 2 0 Ju li 2 0 1 2 2 1 Ju li 2 0 1 2 2 2 Ju li 2 0 1 2 2 3 Ju li 2 0 1 2

Produktivitas Kerja Karyawan

Produksi Air Layak Konsumsi


(23)

baik akan berdampak pada timbulnya stress kerja yang dialami oleh karyawan pada saat bekerja. Hasil penelitian Hurrell dkk (A.S. Munandar, 2001) “suara yang bising, lingkungan kerja yang kotor dan tidak sehat oleh para pekerja dinilai sebagai faktor yang tinggi pembangkit stress”. Menurut para ahli, stress kerja dapat menimbulkan dampak yang baik sekaligus dampak yang buruk juga bagi yang bersangkutan dan organisasi. Stress yang terlalu banyak akan membuat kesehatan seseorang menurun dan cenderung tidak produktif tetapi sebaliknya stress dalam jumlah kecil akan bermanfaat karena dapat membantu memusatkan perhatian dan kinerja pada saat bekerja.

Suatu ruangan kantor dapat dikatakan baik apabila telah mampu memberikan kesan aman dan nyaman bagi karyawan pada saat bekerja. Ruangan kerja yang tertata bersih, rapih, tenang, sirkulasi udara yang lancar, serta pencahayaan yang sesuai akan memberikan kesan aman dan nyaman, sehingga kondisi tersebut dapat membangkitkan semangat kerja. Dalam kenyataannya hal ini tidak penulis temukan di PDAM Tirtawening Kota Bandung. Hal tersebut didukung oleh bukti temuan yang penulis lakukan dilapangan, bahwa salah satu faktor yang membuat stress kerja karyawan pada bagian produksi yaitu dari faktor tata ruang kantor yang kurang tertata baik. Hal ini bisa kita lihat dari gambar tata ruang kantor di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, yaitu sebagai berikut:


(24)

Gambar 1. 3

Tata Ruang Kantor Di Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung Penulis sendiri mengamati tentang tata ruang kantor di bagian produksi, dari gambar tersebut menunjukan bahwa ruang kerja yang digunakan terkesan tidak nyaman dan kurang tertata dengan baik. Ruang kerja yang dipakai menyatu dengan ruang laboraturium produksi dalam satu ruangan. Kondisi seperti ini jelas akan mengganggu kenyamanan karyawan dalam bekerja, karena konsentrasi karyawan yang sedang bekerja akan terganggu oleh aktivitas dan suara bising yang ditmbulkan oleh siswa-siswi yang sedang melakukan penelitian dan praktek kerja lapangan maupun dari aktivitas karyawan yang lain. Selain itu suara mesin produksi yang dekat dengan ruang kerja tersebut juga sangat menggangu terhadap kenyamanan karyawan dalam bekerja. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu karyawan bagian produksi, bahwa memang benar tata ruang kantor di bagian produksi kurang nyaman, kurang aman karena kurang tertata dengan baik. Suasana ruangan kantor yang kurang tertata ini sering mengakibatkan stress kerja. Kadang-kadang karyawan juga sering mengalami stress karena ruangan kurang nyaman, mengakibatkan rasa bosan, kurang konsentrasi dalam bekerja, bahkan sakit, sekali-kali tidak masuk kerja merupakan


(25)

hal yang wajar sebagai dampak dari stress kerja yang terjadi karena ruangan yang kurang nyaman, aman dan kurang tertata baik, serta suara bising mesin produksi yang sangat mengganggu ketika bekerja.

Begitu banyak stress yang dialami para pekerja, tidak seharusnya terjadi dan perlu dicegah. Pengendalian terhadap stress akan dapat membantu organisasi agar berjalan lebih efektif. Beberapa alasan di atas memberikan pemahaman bahwa stress yang dialami oleh individu-individu yang terlibat dalam suatu organisasi ternyata dapat membawa dampak yang cukup besar bagi orang yang bersangkutan. Karena itu perlu dipahami sumber stress yang potensial dalam suatu organisasi agar dapat diupayakan pencegahan yang diperlukan.

Beranjak dari permasalahan yang ada, kemudian timbul pertanyaan mengenai permasalahan tersebut, yaitu mengapa stress kerja karyawan bisa terjadi? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan stress kerja terjadi pada karyawan?

Pentingnya permasalahan stress kerja karyawan yang terjadi di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung untuk dikaji yaitu tidak terlepas dari fungsi dan kedudukan karyawan dalam perusahaan. Karyawan merupakan aset perusahaan yang utama sebagai perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan kondisi karyawannya, terutama stress kerja yang mungkin disadari ataupun tidak akan dialami oleh karyawannya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh perusahaan, untuk selalu berusaha menajaga kondisi yang nyaman pada karyawannya dalam bekerja agar terhindar dari kemungkinan timbulnya stress kerja yang akan dialami oleh karyawannya,


(26)

sehingga kualtitas kerja karyawan dapat dijaga demi tercapainya tujuan organisasi dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

Banyak faktor yang menyebabkan masalah stress kerja ini terjadi pada karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung yang menyebabkan kurang maksimalnya karyawan dalam bekerja, mulai dari tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antar pribadi, struktur organisasi dan kepemimpinan organisasi.

Gambar 1. 4

Latar Belakang Permasalahan

Menyoroti fenomena di atas, kondisi seperti ini tentunya tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Upaya PDAM Tirtawening Kota Bandung untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, perusahaan dihadapkan pada permasalahan mengenai stress kerja yang dilami oleh karyawannya. Maka untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan adanya dorongan yang dapat mengurangi stress kerja karyawan. Salah satu cara atau upaya yang dapat dilakukan yaitu

Stress Kerja Karyawan

Gejala Fisiologis

Gejala Perilaku Gejala

Psikologis

Data Absensi Karyawan

Data Penurunan Produktivitas Data Turnover

Tata Ruang Kantor Permasalahan yang

dikaji

Data Empirik

Faktor yang mempengaruhi


(27)

dengan memperhatikan lingkungan kerja, yaitu penataan tata ruang kantor yang baik, karena dengan adanya penataan tata ruang kantor yang teratur, maka karyawan akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Jika kondisi ini sudah dapat dicapai maka akan meminimalisir timbulnya stress kerja yang terjadi pada karyawan. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada meningkatnya semangat kerja karyawan sekaligus meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut.

Salah satu upaya dalam memahami dan memecahkan masalah fenomena stress kerja karyawan di PDAM Tirtawening Kota Bandung dan hubungannya dengan masalah tata ruang kantor, maka diperlukan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan permasalahan yang dikaji, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perilaku organisasi.

Luthans (1985) dan Gibson, et al (1997) dalam Sambas (2011: 63), menyatakan bahwa:

konsep dasar psikologi pada dasarnya dilandasi oleh proses-proses psikis pada diri individu atau organisme di dalam lingkungan tertentu. Dimana perilaku tergantung pada individu dan lingkungan yang dihadapinya. Artinya, individu dan lingkungan akan selalu berada dalam satu hubungan yang tidak terpisah. Satu hal yang perlu dikemukakan, prilaku yang muncul sebagai akibat interaksi antara stimulus dan organisme.

Inti dari konteks penelitian ini, tata ruang kantor berperan sebagai situasi yang menyediakan stimulus yang dapat diamati, dihayati, dan dialami oleh organisme atau individu, melahirkan persepsi atau interpretasi terhadap stimulus yang pada akhirnya melahirkan perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku yang ditampilkan individu akan menimbulkan perubahan dilingkungannya berupa hasil perilaku. Berdasarkan model teori perilaku organisasi ini, tata ruang kantor dapat


(28)

memberikan pengaruh terhadap perilaku atau hasil perilaku pegawai dalam bekerja yaitu stress kerja karyawan.

Mengacu pada keseluruhan paparan di atas, dan dalam upaya memahami dan memecahkan masalah stress kerja karyawan di bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan, dan selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi dengan judul

Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Inti kajian dalam permasalahan ini adalah masalah stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Aspek ini yang menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius dan penting ditangani agar semangat kerja karyawan dapat terus terjaga dengan baik, demi tercapainya kinerja karyawan yang maksimal dalam pencapaian tujuan organisasi. oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan tertentu terhadap karyawan agar stress kerja dapat dihindari.

Banyak faktor yang mempengaruhi stress kerja karyawan, diantaranya yaitu:

1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.


(29)

2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi.

3. Tuntutan antar pribadi merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stress.

4. Struktur organisasi

5. Kepemimpinan organisasi

Berdasarkan hasil kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja karyawan di bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung, diduga faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung yaitu masalah tuntutan tugas yang didalamnya termasuk tata ruang kantor. Oleh karena itu, masalah stress kerja karyawan dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif tata ruang kantor.

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah (problem statement) sebagai berikut: “Tata ruang kantor yang ada di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung kurang tertata dengan baik, sehingga hal ini menyebabkan timbulnya stress kerja karyawan. Kondisi semacam ini harus segera ditanggulangi mengingat bila tidak ditanggulangi, akan memberikan dampak terhadap menurunnya kinerja karyawan yang disebabkan oleh stress kerja yang dialami oleh karyawan, sehingga tugas PDAM Tirtawening Kota Bandung dalam


(30)

memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat tidak berjalan secara maksimal.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kondisi Tata Ruang Kantor di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran tingkat Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung?

3. Adakah pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang pengaruh tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Analisis tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruh tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran kondisi Tata Ruang Kantor di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.


(31)

2. Untuk mengetahui gambaran tingkat Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui adakah Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitan

Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dapat dircapai, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi perusahaan dan peneliti.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahaan untuk dijadikan informasi dan bahan penilaian dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan tata ruang kantor dalam mengurangi resiko stress kerja yang akan dialami karyawan.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat mengoptimalisasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, data, gejala, dan peristiwa yang terjadi untuk dapat ditarik kesimpulan secara objektif dan ilmiah.


(32)

BAB III

DESAIN PENELITIAN 3.1Objek Penelitian

Objek penelitian adalah mengenai “Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Stress Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung”. Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variabel) atau variabel X yaitu Tata Ruang Kantor yang terdiri dari enam buah indikator, yaitu pertimbangan atau perencanaan spasial, perencanaan ruangan, perlengkapan atau perabot, tata cahaya, warna, pesan-pesan yang disampaikan secara grafis.

Objek yang merupakan variabel terikat (dependent variabel) atau variabel Y adalah Stress Kerja yang terdiri dari tiga buah indikator, yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis, gejala perilaku. Objek yang akan dijadikan responden adalah seluruh karyawan bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

3.2Metode Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005:1), “Metode penelitian diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif merupakan suatu bentuk penulisan yang bertujuan menggambarkan, melukiskan serta menganalisis kenyataan yang ada pada


(33)

perusahaan yang diteliti sedangkan verifikatif merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis.

Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu deskriptif yang dilakasanakan melalui pengumpulan data dilapangan, maka metode penelitiannya adalah metode survey explanatory. Penelitian survey adalah penelitian yang dlakukan terhadap sejumlah individu atau unit analisis, sehingga ditemukan fakta atau keterangan secara faktual mengenai gejala suatu kelompok atau perilaku individu dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rencana atau pengambilan keputusan. Penelitian survey ini merupakan studi bersifat kuantitatif dan umumnya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya (Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin, 2011:6).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan statistik, dan juga penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dalam hubungannya dengan variabel-variabel yang ada. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan yang ada di antara variabel-variabel tersebut.

3.3Operasional Variabel

Menurut Somantri dan Muhidin (2006:27) variabel adalah karakteristik yang akan di observasi dari satuan pengamatan. Sedangkan menurut Sugiyono (2005:19) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu untuk ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(34)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah karakteristik atau sifat yang memiliki variasi nilai. Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : a) Tata Ruang Kantor sebagai variabel independen; b) Stress Kerja sebagai variabel dependen.

3.3.1 Operasional Variabel Tata Ruang Kantor

“Tata ruang kantor merupakan tata ruang perkantoran adalah penyusunan alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang menimbulkan kepuasan kerja bagi para pegawai” (The Liang Gie, 2007:186).

Ukuran-ukuran untuk melihat tata ruang kantor dilihat dari indikator-indikator berikut [Mudie & Cottam (Fandy Tjiptono, 2004:46)]:

1. Pertimbangan atau perencanaan spasial

Aspek-aspek seperti simetri, proporsi, tekstur, warna dan lain-lain dipertimbangkan, dikombinasikan dan dikembangkan untuk memancing respon intelektual maupun emosional dari pemakai atau orang melihatnya. Respon inilah yang dipersepsikan sebagai kulaitas visual. Kualitas ini dapat dimanipulasi atau dikendalikan dengan menciptakan lingkungan tertentu yang mampu mendorong terbentuknya respon yang diinginkan dari pelanggan.

2. Perencanaan ruangan

Unsur ini mencakup perancangan interior dan arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapan dalam ruangan, desain aliran sirkulasi dan lain-lain.

3. Perlengkapan atau perabot

Perlengkapan atau perabot memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai sarana pelindung barang-barang berharga berukuran kecil, sebagai barang pajangan, sebagai tanda penyambutan bagi para pelanggan dan sebagai sesuatu yang menunjukan status pemilik atau penggunanya.

4. Tata cahaya

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain tata cahaya adalah cahaya di siang hari (day lighting), warna, jenis dan sifat aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan, tingkat ketajaman penglihatan dan suasana yang diinginkan (tenang ,damai, segar, riang, gempita, dan lain-lain.

5. Warna

Warna memiliki bahasanya sendiri, dimana warna dapat menggerakan perasaan dan emosi, warna dapat dimanfaatkan untuk


(35)

berbagai macam keperluan, misalnya untuk meningkatkan efisiensi dalam ruang kerja, menimbulkan kesan rileks dan sebagainya. 6. Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis

Aspek yang penting dan saling terkait dalam unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahan lambing atau tanda yang dipergunakan untuk maksud tertentu misalnya penunjuk arah/tempat, keterangan/informasi dan sebagainya. Agar lebih mempermudah dalam memahami variabel tersebut maka dari itu acuan operasional variabel penulis jabarkan pada tabel berikut:


(36)

Tabel 3. 1

Operasional Variabel Penelitian X (Tata Ruang Kantor)

Variabel X Indikator Ukuran Skala

pengukuran

No. Item Tata Ruang Kantor

[Mudie & Cottam (Fandy Tjiptono, 2004:46)]: Pertimbangan atau perencanaan spasial 1. Tingkat kesesuaian di dalam menentukan ruangan dengan jumlah pegawai 2. Tingkat kesesuain di dalam menentukan perabot dan perlengakapan kantor sesuai dengan luas ruangan. 3. Tingkat kesesuain dalam menentukan warna dengan kondisi ruangan 4. Tingkat kesesuaian dalam menempatkan ventilasi udara 5. Tingkat ketepatan dalam menempatkan ruangan yang terhindar dari kebisingan Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 1 2 3 4 5 Perencanaan ruangan 1. Tingat ketepatan dalam menentukan jenis tata ruang kantor 2. Tingkat kesesuaian di dalam Ordinal Ordinal 6 7


(37)

menentukan desain bentuk ruangan dengan aktivitas kantor 3. Tingkat kesesuaian di dalam menempatkan perabotan dan perlengkapan sesuai fungsinya. 4. Tingkat ketepatan dalam penentuan alur kerja 5. Tingkat kelancaran lalu lintas kerja 6. Tingkat keleluasaan dalam bekerja Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 8 9 10 11 Perlengkapan atau perabotan 1. Tingkat kelengkapan perabotan di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bagian 2. Tingkat kesesuain di dalam menentukan letak perabot kantor sesuai dengan luas ruangan. 3. Tingkat ketepatan dalam menempatkan mesin kantor 4. Tingkat Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 12 13 14 15


(38)

ketepatan dalam menempatkan lemari arsip 5. Tingkat ketepatan dalam menempatkan dan mendesain meja serta kursi kerja

Ordinal 16

Tata cahaya 1. Tingkat ketersediaan sumber cahaya 2. Tingkat

kesesuaian antara cahaya dengan jenis dan sifat pekerjaan. 3. Tingkat ketajaman penglihatan Ordinal Ordinal Ordinal 17 18 19

Warna 1. Tingkat

kesesuaian antara warna perabotan dengan warna dinding. 2. Efek warna

yang dapat menimbulkan kesan rileks 3. Efek emosional dari warna yang dipilih Ordinal Ordinal Ordinal 20 21 22 Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis 1. Pemilihan perabot dengan unsur estetikanya. 2. Pemilihan perabot dengan bentuk fisiknya Ordinal Ordinal 23 24


(39)

3. Pemilihan tanda atau petunjuk yang dimaksudkan untuk maksud tertentu

Ordinal 25

3.3.2 Operasional Variabel Stress Kerja

Stephen. P. Robbins dalam Benyamin Molan (2006:793) mengemukakan bahwa:

Stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting.

Untuk mengukur stress kerja dalam masalah ini dapat diukur melalui indikator-indikator dibawah ini (Stephen. P. Robbins dalam Benyamin Molan (2006:796):

1. Gejala Fisiologis

Gejala fisiologis merupakan gejala awal yang bisa diamati, terutama pada penelitian medis dan ilmu kesehatan. Stress cenderung berakibat pada perubahan metabolisme tubuh, meningkatnya detak jantung dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, timbulnya sakit kepala, serta yang lebih berat lagi terjadinya serangan jantung.

2. Gejala Psikologis

Dari segi psikologis, stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Hal itu merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas. Namun bisa saja muncul keadaan psikologis lainnya, misalnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda-nunda. Terbukti bahwa jika seseorang diberikan sebuah pekerjaan dengan peran ganda atau berkonflik, ketidakjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemikul pekerjaan, maka stress dan ketidakpuasan akan meningkat.

3. Gejala Perilaku

Gejala stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.


(40)

Tabel 3. 2

Operasional Variabel Penelitian Y (Stress Kerja)

Variabel Y Indikator Ukuran Skala

Pengukuran

No. Item Sress Kerja

[(Stephen. P. Robbins dalam Benyamin Molan (2006:796)]

Gejala Fisiologis

1. Tingkat laju detak jantung dan

pernafasan 2. Tingkat

tekanan darah

pada diri

karyawan 3. Tingkat sakit

kepala yang diderita karyawan 4. Tingkat penyebab serangan jantung. 5. Tingkat keletihan dalam bekerja 6. Tingkat ketegangan otot dalam bekerja 7. Tingkat

kekeringan pada mulut dan tenggorokan 8. Tingkat keluarnya keringat dalam bekerja Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8 Gejala Psikologis 1. Tingkat ketegangan yang dialami oleh karyawan 2. Tingkat emosional karyawan dalam bekerja 3. Tingkat kecemasan karyawan Ordinal Ordinal Ordinal 9 10, 11 12, 13


(41)

4. Tingkat kebosanan karyawan terhadap pekerjaan yang dikerjakannya 5. Tingkat penundaan pekerjaan

yang di

lakukan karyawan 6. Tingkat

percaya diri karyawan 7. Tingkat kosentrasi karyawan dalam bekerja Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 14,15 16 17 18, 19 Gejala Perilaku 1. Tingkat absesnsi dan keluarnya karyawan 2. Tingkat perubahan produktivitas kerja karyawan 3. Tingkat gangguan tidur yang dialami oleh karyawan 4. Tingkat kualitas hubungan dengan rekan kerja 5. Tingkat kebiasaan makan 6. Tingkat konsumsi rokok dan minuman beralkohol Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 20 21 22 23 24 25


(42)

3.4Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1998:114), mendefinisikan “Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”

Sumber data penelitian dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber data penelitian ini akan berguna sebagai informasi pelengkap atau informasi tambahan yang diperoleh dari pihak-pihak yang berwenang. Sumber data tersebut terdiri dari :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang dapat diperoleh secara langsung dari objek penelitian, yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawaening Kota Bandung.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian, yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari luar responden penelitian yang sifatnya mendukung, seperti dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang ada di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawaening Kota Bandung.

3.5Populasi

Kata populasi (population/universe) dalam statistik merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam

suatu penelitian (pengamatan). Menurut Sugiyono (2005:57) bahwa “Populasi


(43)

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap semua elemen di wilayah penelitian.

Penulis menggunakan seluruh populasi dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan dibagian Produksi di PDAM Tirtawening Kota Bandung. Adapun jumlah karyawan di bagian Produksi adalah sebanyak 35 orang. Menurut Arikunto (1998:161) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penarikan jumlah sampel menurut Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:

Bila jumlah subjek populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Bila jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 orang, karena jumlah responden penelitian kurang dari 100, maka penulis mengambil seluruh responden penelitian sebagai objek yang akan diteliti, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. Gambaran tentang jumlah populasi penelitian dapat dilihat dalam table dibawah ini:

Tabel 3. 3

Rekapitulasi Data Karyawan Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung

No Bagian Jumlah

1 Staf Bagian 2

2 Mechanical & Electric (ME) 4

3 Operator 11

4 Lab 2

5 Kabid 2

6 Dago Bengkok 8


(44)

Total 35 3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis sehingga masalah yang timbul dapat dipecahkan. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah cara-cara yang ditempuh dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari :

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dari responden (sumber data) atas dasar inisiatif pewawancara (peneliti) dengan menggunakan alat berupa pedoman wawancara, yang dilakukan secara tatap muka (personal, face to face interview) maupun melalui telepon (telephone interview). Alat pengumpulan datanya yaitu daftar pertanyaan yang telah disusun untuk ditanyakan kepada responden.

2. Studi dokumenter dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

3. Angket, yaitu cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Alat pengumpulan datanya yaitu dengan kuesioner, yaitu alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti untuk disampaikan kepada responden.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket yaitu berupa kuesioner. Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penulisan angket adalah sebagai berikut :

Sumber : Bagian Produksi PDAM Tirtawening Kota Bandung.


(45)

a. Menyusun indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori.

b. Menetapkan bentuk angket.

c. Membuat kisi-kisi butir angket dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang telah dibuat.

e. Menetapkan kriteria penilaian untuk setiap alternatif jawaban serta bobot penilaiannya. Menetapkan cara penilaian, kedua instrumen yang dipergunakan dalam penelitian dengan memakai rating scale yang nilainya berkisar dari 1 sampai dengan 5. Sugiyono

(2005:109) mengemukakan bahwa “Rating scale tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti

status sosial, kelembagaan, pengetahuan dan kemampuan”.

Tabel 3. 4

Kriteria Penilaian Angket untuk Variabel X & Y

(Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Stress Kerja Karyawan) Alternatif Jawaban

Pernyataan (Item) Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Kurang Setuju(TS) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4


(46)

3.7Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen sebagai alat pengumpulan data sangatlah perlu diuji kelayakannya, karena akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias. Pengujian instrumen ini dilakukan melalui pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Intrumen pengumpulan data yang layak adalah yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel. Adapun uji kelayakan instrumen tersebut yaitu melalui uji validitas dan uji reliabilitas seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu

instrument”. Sedangkan menurut Uep dan Sambas (2011:115-116), “Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur”. Formula yang digunakan adalah koefisien korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu:

(Suharsimi Arikunto dalam Ating Somantri dan Sambas, 2006:49) Keterangan:

= Koefisien korelasi N = Jumlah Responden


(47)

= Jumlah skor item ke i = Kuadrat skor item ke i

2

= Jumlah dari Kuadrat item ke i

= Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden

2

= Total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

= Jumlah hasil kali item angket ke i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan untuk mengukur validitas instrumen menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:49-50) adalah sebagai berikut:

(1) Mengumpulkan data dari hasil uji coba.

(2) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

(3) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor.

(4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya sehingga mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

Tabel 3. 5

Contoh Format Perhitungan Uji Validitas No

responden

Nomor item instrument

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 ..dst Jumlah


(48)

(5) Menghitung jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing responden.

(6) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir angket.

Tabel 3. 6

Contoh Format Tabel Perhitungan Korelasi No.

Responden X Y XY

1 ..dst

Jumlah (Σ) = ΣX = ΣY = ΣXY = ΣX² = ΣY²

(7) Menentukan titik kritis atau nilai tabel r, pada derajat bebas (db=N-2)

dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05.

(8) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.

(9) Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai r tabel. Kriterianya yaitu jika:

 rhitung > rtabel = valid, sebaliknya

 rhitung < rtabel = tidak valid

3.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221), “ Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Tujuan uji

reliabilitas instrumen adalah untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Uep dan Sambas, 2011:117). Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas dalam


(49)

penelitian ini adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (Ating Somantri dan

Sambas, 2006:48), yaitu:

(Saefuddin Azwar dalam Ating Somantri dan Sambas, 2006:48) dimana:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen = banyaknya bulir soal

= jumlah varians bulir = varians total

N = Jumlah responden

X = skor–skor pada item ke i untuk menghitung varians item atau jumlah skor yang diperoleh tiap responden untuk menghitung varians total

ΣX2

= jumlah hasil kuadrat skor pada item ke i atau hasil kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

(ΣX) 2 = kuadrat jumlah seluruh skor pada item ke i atau kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka menguji reliabilitas instrument menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:48-49) adalah sebagai berikut:


(50)

2) Untuk mempermudah pengolahan data, buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang diperoleh.

Tabel 3. 7

Contoh Format Tabel Perhitungan Uji Reliabilitas No.

Responden

Nomor item instrument

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 ..dst Jumlah

3) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden.

4) Menghitung kuadrat jumlah skor iterm yang diperoleh oleh masing-masing responden.

5) Menghitung varians masing-masing item. 6) Menghitung varians total.

7) Menghitung koefisen Alfa

8) Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.

9) Membuat kesimpulan, jika nilai hitung r11 > rtabel maka instrumen


(51)

3.8Pengujian Persyaratan Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis, data tersebut harus melewati uji persyaratan regresi yang meliputi uji normalitas dan linier regresi. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikansinya.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data. Sedangkan uji linearitas unutk mengetahui apakah hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas bersifat linier.

Dari masing-masing pengujian tersebut akan dibahas sebagai berikut : 3.8.1 Uji Normalitas

Menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:289), “Pengujian normalitas

dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketetapan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan”. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode Liliefors test. Kelebihan Liliefors test adalah penggunaan/ perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil, n = 4 (Harun Al Rasyid,( 2005) dalam buku yang ditulis oleh Ating Somantri dan Sambas (2006:289). Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors test menurut Ating Somantri dan Sambas (2006:289-290) adalah sebagai berikut:

1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data.

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi).

5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel z. Formulanya:


(52)

dimana:

dan

6. Menghitung theoritical proportion.

7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.

Berikut ini adalah tabel distribusi pembantu dengan menggunakan α =

0.05 untuk uji normalitas data.

Tabel 3. 8

Tabel Distribusi Pembantu untuk Uji Normalitas Data

X F Fk Sn (Xi) Z Fo (Xi) Sn (Xi) - Fo (Xi) │Sn (Xi-1) - Fo (Xi)│

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Sumber: Ating Somantri dan Sambas (2006:290) Keterangan:

Kolom 1 : Susunan data dari kecil ke besar Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. Formula, fk = f + fki sebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, Sn (Xi) = fk : n

Kolom 5 : Nilai Z, formula,

Dimana: dan

Kolom 6 : Theoritical Proportion (tabel z): proporsi kumulatif luas kurva normal baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi normal


(53)

dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6) Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif.

Tandai selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung Dtabel pada α = 0,05 dengan cara

. Dengan kriteria apabila dengan derajat kebebasan (dk) (0,05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel penelitian mengikuti distribusi normal.

Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut, penulis menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007.

3.8.2 Uji Linieritas

Peneliti menggunakan uji linieritas ini melalui hipotesis nol (H0),

bahwa regresi linier melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier.

Langkah- langkah uji linieritas regresi (Ating dan Sambas, 2006:248): 1. Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y 2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]) dengan rumus:

JKReg[a] =

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg[b\a]) dengan rumus:

JKReg[b\a] =

4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKRes) dengan rumus:

JKRes =

 

n Y 2

  

   

  

 

n Y X XY

b. .

g[a] a

b

g JK

JK

Y Re [ \ ] Re

2  


(54)

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKReg[a]) dengan

rumus:

RJKReg[a] = JKReg[a]

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKReg[b\a]) dengan

rumus:

RJKReg[b\a] = JKReg[b\a]

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes) dengan rumus:

RJKRes =

8. Menghitung jumlah kuadrat error (JK) dengan rumus:

JK =

9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus:

JKTC = JKRes–JK

10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan

rumus:

RJKTC =

11. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus:

RJK =

12. Mencari nilai Fhitung dengan rumus:

Fhitung =

2

Re

n

JK s

 

   

k n

Y Y

2 2

2

k

JKTC

k n

JK

RJK RJKTC


(55)

Tabel 3. 9

Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas Sumber Variasi Derajat Kebebasan (dk) Jumlah Kuadrat Rata-rata Jumlah Kuadrat (RJK)

Fhitung Ftabel

Total N ∑y2 - Linier Linier

Regresi(a) Regresi (b/a) Residu 1 1 n-2

JKreg(a)

JKreg (b/a)

JKRes

RJKreg(a)

RJKreg(b/a)

RJKRes Keterangan Tuna cocok Kesalahan (Error) k-2 n-k JKtc JKe RJKTC RJKE

Sumber: Riduwan, (2006:125)

13. Menentukan kriteria pengukuran

Jika Fhitung≤ Ftabel artinya data berpola linier

Jika Fhitung≥ Ftabel artinya data berpola tidak linier

14. Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau =

5%menggunakan rumus:

Ftabel = F (1-α) (dk TC, dk) dimana db TC = k-2 dan db E = n-k

15. Membandingkan nilai uji Fhitung dengan nilai Ftabel kemudian

membuat kesimpulan.

Oleh karena itu peneliti melakukan uji linieritas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan program komputer Microsoft Office Excel.

3.8.3 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Peneliti menggunakan uji


(56)

homogenitas adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap Variabel memiliki varians yang homogeny. Pengujian homogenitas data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Barlett. Pengujian homogennitas data dengan uji Barlett adalah untuk melihat apakah variansi-variansi k buah kelompok peuabah bebas yang banyaknya data per kerlompok bias berbeda dan diambil secara acak dari data populasi masing-masing yang berdistribusi normal, berbeda atau tidak.

Dengan bantuan Microsoft Exel (Muhidin dan Abdurahman, 2007:85), dengan rumus: x2 = (In 10) [B –(∑db.logSi2)], dimana :

Si2 = Varians tiap kelompok data

dbi = n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

B = Nilai Barlett (Log S2gab) = (∑dbi)

S2 gab = Varians gabungan = S2 gab =

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas dengan uji Barlett adalah :

1. Menentukan kelompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan, dengan model tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 10 Model Tabel Uji Barlett

Sampel Db = n-1 S2i Log S2i Db.Log S2i Db. S2i

1 2 3 4 N

Sumber : Sambas dan Maman (2007:85)

3. Nilai x2hitung < nilai x2 tabel, Menghitung varians gabungan


(57)

5. Menghitung nilai Barlett 6. Menghitung nilai x2

7. Menentukan nilai dan titik kritis pada α = 0.05 dan db = k-1, dimana k adalah banyaknya indikator.

8. Membuat kesimpulan dengan criteria sebagai berikut :

 Nilai x2 hitung < nilai x2 tabel, diterima (variansi data dinyatakan

homogen).

 Nilai x2 hitung ≥ nilai x2 tabel, H0 ditolak (variasi data dinyatakan tidak

homogen). 3.9Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis regresi sederhana. Teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yan berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Adapun tujuan dilakukannya analisis data antara lain : (a) mendeskripsikan data, dan (b) membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik). Untuk mencapai tujuan analisis data tersebut maka langkah-langkah atau prosedur yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data. b. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian

instrumen pengumpulan data.

c. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut Variabel-Variabel yang diteliti. Dalam tahap ini dilakukan pemberian kode atau skor untuk setiap opsi dari setiap item berdasarkan ketentuan yang ada.


(58)

d. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian. Dalam hal ini hasil koding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item setiap Variabel. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 11

Rekapitulasi Hasil Skoring Angket

Responden Skor Item Total

1 2 3 4 5 6 ………. N

1. 2. N

Sumber : Ating dan Sambas (2006:39)

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam teknik yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.

3.9.1 Teknik Analisis Data Deskriptif

Sambas A.Muhidin dan Maman A (2007:53) menyatakan bahwa :

Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.

Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Untuk menjawab rumusan masalah no.1, rumusan masalah no.2 dan rumusan masalah no.3, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yakni untuk mengetahui gambaran tata ruang kantor, dan untuk mengetahui gambaran stress kerja kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung. Termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, persentase, frekuensi, perhitungan mean, median atau modul.


(59)

Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori angket yang diperoleh dari responden. Untuk mengetahui jarak rentang pada interval pertama sampai dengan interval kelima digunakan rumus sebagai berikut : Rentang = skor maksimal – skor minimal = 5 -1 = 4

Lebar Interval = Rentang/banyaknya interval = 4/5 = 0,80

Jadi interval pertama memiliki batas bawah 1; interval kedua memiliki batas bawah 1,80; interval ketiga memiliki batas bawah 2,60; interval keempat memiliki batas bawah 3,40; dan interval kelima memiliki batas bawah 4,20. Selanjutnya disajikan kriteria penafsiran seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 12

Kriteria Penafsiran Deskripsi

Rentang Penafsiran

X Y

1,00 – 1,79 Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas

1,80 – 2,59 Tidak Puas Tidak Puas

2,60 – 3,39 Cukup Cukup

3,40 – 4,19 Puas Puas

4,20 – 5,00 Sangat Puas Sangat Puas

Sumber : Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 5 (Sambas dan Maman,2007:146)

Penelitian ini menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti yang dijelaskan dalam operasional variabel. Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik parametrik yang menuntut data minimal dalam bentuk interval. Dengan demikian data ordinal hasil pengukuran diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI).

Metode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel, yaitu Program Succesive Interval. Langkah kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Input skor yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet) Excel. 2. Klik “Analize” pada Menu Bar.


(60)

3. Klik “Succesive Interval” pada Menu Analize, hingga muncul kotak

dialog “Method Of Succesive Interval”.

4. Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input, dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya.

5. Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list (√ ) Input Label in first now.

6. Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5. 7. Masih pada Option, check list (√ ) Display Summary.

8. Selanjutnya pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan

ditempatkan di sel mana. Lalu klik “OK”. 3.9.2 Teknik Analisis Data Inferensial

Statistik inferensial meliputi statistik parametrik yang digunakan untuk data interval dan ratio serta statistik nonparametris yang digunakan untuk data nominal dan ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis parametris karena data yang digunakan adalah data interval. Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah no.3 yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh dari tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Adapun untuk menguji hipotesis yang datanya berbentuk interval, maka digunakan analisis regresi yang dilakukan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai Variabel dependen bila nilai Variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainya (dimanipulasi).

Dalam penelitian ini, hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris antara lain dengan menggunakan F-test.


(61)

3.10 Pengujian Hipotesis

Langkah terakhir dalam kegiatan analisis data adalah pengujian hipotesis.

Menurut Uep dan Sambas (2011:78), “… hipotesis dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik”. Prosedur dalam pengujian ini

terdiri dari beberapa langkah, yaitu: 3.10.1 Merumuskan Hipotesis Statistik

Permasalahan yang dirumuskan adalah: Adakah pengaruh dari tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan pada Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

. Pada penelitian ini, alat yang digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh antara variabel X dan variabel Y yaitu menggunakan analisis regresi linear sederhana. Langkah-langkah uji keberartian regresi adalah sebagai berikut (Ating Somantri dan Sambas, 2006:245):

1) Merumuskan hipotesis ke dalam model statistik, yaitu:

H0:  = 0 → tidak ada pengaruh antara tata ruang kantor (variabel

X) terhadap stress kerja karyawan (variabel Y). H1: ≠0 → terdapat pengaruh antara antara tata ruang kantor

(variabel X) terhadap stress kerja karyawan (variabel Y).

2) Menentukan uji statistik yang sesuai. Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Untuk menentukan nilai uji F dapat mengikuti langkah-langkah berikut:


(1)

0,800 sampai dengan 1,000 Korelasi sangat sangat tinggi

Sumber: Ating Somantri dan Sambas (2006:341)

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh Variabel

Tata Ruang Kantor terhadap Variabel Stress Kerja Karyawan maka digunakan

rumus koefisien determinasi (KD) yaitu, KD = r2 x 100% (Ating Somantri dan

Sambas, 2006:341). Dengan r2 dicari dengan rumus sebagai berikut:

Adapun dalam perhitungannya penulis menggunakan bantuan Software


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada Bagian

Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung,

untuk mengetahui pengaruh tata ruang kantor terhadap stress kerja karyawan,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi tata ruang kantor di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtawening Kota Bandung berada dalam kategori cukup baik,

artinya secara umum responden beranggapan bahwa ruang kantor yang ada di

Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota

Bandung sudah tertata cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban

responden pada variabel X yang menunjukkan hasil yang termasuk kedalam

kategori cukup baik. Pada indikator pertimbangan/perencanaan spasial,

perencanaan ruangan, perlengkapan atau perabotan dan pesan-pesan grafis

mendapat tanggapan cukup baik dari responden. Namun, untuk indikator tata

cahaya dan warna yang mendapatkan tanggapan baik. Artinya masing-masing

indikator berada dalam kategori baik dan cukup baik. Hal ini membuktikan

bahwa dari setiap indiaktor tata ruang kantor sudah terencana dengan cukup

baik, namun tata ruang kantor tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.

2. Tingkat Stress kerja karyawan di Bagian Produksi Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung dinilai tinggi/baik. Artinya


(3)

stress kerja dengan baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

Pernyataan ini dapat dilihat dari jawaban responden pada variabel Y yang

menunjukkan hasil yang termasuk kedalam kategori baik. Ini berarti bahwa

indikator gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku sudah dinilai

baik, namun perusahaan harus terus memperhatikan stress kerja karyawan ini

agar tidak terjadi pada karyawannya.

3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tata ruang kantor mempunyai

pengaruh negatif dan signifikan terhadap stress kerja karyawan Bagian

Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung.

Artinya jika kualitas tata ruang kantor pada Bagian Produksi Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung mengalami

peningkatan yang lebih baik atau nyaman maka stress kerja karyawan akan

menurun begitu pula sebaliknya jika kualitas tata ruang kantor pada Bagian

Produksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung

mengalami penurunan atau tidak nyaman maka stress kerja karyawan akan

meningkat. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi yang diperoleh

menunjukkan bahwa korelasi berada pada kategori sedang atau cukup, dengan

demikian menunjukkan bahwa variabel tata ruang kantor memberikan

pengaruh yang cukup terhadap stress kerja karyawan.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dan melihat hasil

penelitian tersebut, maka penulis memberikan rekomendasi mengenai tata ruang


(4)

1. Variabel tata ruang kantor yang masih rendah adalah pada indikator

perlengkapan dan perabotan. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis

merekomendasikan untuk melakukan perbaikan atau menambah dan

melengkapi perlengkapan atau perabotan, sehingga dapat menunjang

kinerja karyawan dalam bekerja

2. Indikator gejala perilaku merupakan indakator terendah pada variabel

stress kerja karyawan. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi

gejala perilaku pada diri karyawan, penulis menyarankan perusahaan

untuk memperhatikan lingkungan kerja fisik, terutama dari segi keamanan

dan kenyamanan sehingga dapat menunjang semangat kerja karyawan dan

memberikan kepuasan pada karyawan dalam bekerja

3. Tata ruang kantor memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

stress kerja karyawan. Maka perusahaan harus senantiasa memperhatikan

tata ruang kantornya, karena semakin baik tata ruang kantornya maka

semakin kecil resiko stress kerja karyawan yang akan terjadi dan begitu

juga sebaliknya, semakin buruk tata ruang kantornya maka semakin besar

resiko stress kerja yang akan terjadi pada karyawan. Perusahaan juga harus

memperhatikan faktor-faktor lain yang berpotensi menimbulkan stress


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.

Davis, Keith & W. Newstrom. (1996). Perilaku Organisasi. Jilid 2 edisi7, (Alih Bahasa: Agus Dharma). Jakarta: Erlangga.

Dharma, Agus. (1996). Organisasi Perilaku Struktur Proses. Jakarta: Erlangga. Hanafi.

Handoko, Hani T. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi-2. Yogyakarta: BPFE.

Komaruddin. (1993). Manajemen Kantor, Teori dan Praktek. Bandung: Trigenda

Luthans, Fred.(2006). Perilaku Organisasi (Alih bahasa V. A. Yuwono,dkk). Edisi Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Andi.

Maman Abdurahman, Sambas Ali Muhidin, dan Ating Somantri. (2011). Dasar-dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Mangkunegara, AA, Anwar Prabu. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perusahaan. Bandung: Rosdakarya.

Moekijat, (2002). Tata Laksana Kantor (Manajemen Perkantoran). Bandung: Mandar Maju.

Riduwan, Drs, MBA. (2006). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi. (Terjemahan: Benyamin Molan) Edisi ke sepuluh. Jakarta: Indeks.

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sedarmayanti. (2011). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja (suatu tinjauan dari aspek ergonomic atau kaitan antara manusia dan lingkungan kerjanya).

Bandung: CV. Mandar Maju.

Somantri, Ating & Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.


(6)

Sugiyono, Dr. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

The Liang Gie. (2007). Administrasi Perkntoran Modern Edisi Keempat Yogyakarta: Liberti.

Tjiptono, Fandy. (2004). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin, (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2002). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.