PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MINU

NGINGAS WARU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

MAMLUATUL MAGHFIROH NIM. D07212017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN AJARAN 2015/2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Mamluatul Maghfiroh, Penerapan metode pembelajaran picture and picture

untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Skripsi Februari 2015.

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya keterampilan menulis siswa kelas V dalam pembelajaran pada materi mengarang. Di MINU Ngingas Waru Sidoarjo masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat karangan deskripsi dengan menggunakan ejaan yang benar. Maka perlu diterapkan suatu metode yang dapat meningkatkan keterampilan menulis yang salah satunya adalah metode picture and picture.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo sebelum diberikan tindakan yakni penerapan metode pembelajaran picture and picture. (2) Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran picture and picture dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. (3) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo setelah diberikan tindakan yakni penerapan metode pembelajaran picture and picture.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin, di mana dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara , dan non tes. Adapun data diperoleh lalu dianalisis secara deskriptif dan dianalisis dengan dengan menggunakan rumus nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar.

Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1). Penerapan metode picture and

picture berjalan dengan efektif melalui perbaikan-perbaikan pada setiap siklus.

Dalam PBM dapat dilihat aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari mulai pra siklus ke siklus I kemudian ke siklus II. (2). Keterampilan menulis siswapun meningkat dari rata-rata nilai perolehan siswa dari pra siklus 60% menjadi 74% di siklus I yang secara klasikal belum tuntas dan memenuhi KKM 75, kemudian menjadi 91% di siklus II yang secara klasikal sudah dikatakan tuntas. Begitu pula dengan ketuntasan belajar siswa dari 43,3% di pra siklus menjadi 60% di siklus I dan untuk siklus II 93,3% dengan kategori sangat baik. Dengan demikian hasil penelitian di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN MOTTO iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv LEMBAR PEERSETUJUAN SKRIPSI v LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI vi

ABSTRAK vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tindakan yang Dipilih 6

D. Tujuan Penelitian 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 7

F. Manfaat Penelitian 7

G. Definisi Operasional 9

H. Sistematika Pembahasan 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Keterampilan Menulis 1. Pengertian Keterampilan 13


(7)

3. Menulis Karangan 16

4. Penyusunan Karangan 16

5. Tujuan Menulis 17

6. Unsur-unsur Mengarang 18

7. Fungsi dan Manfaat Menulis 20

8. Karangan Deskriptif 23

9. Penilaian Menulis Karangan 25

10.Indikator Keterampilan Menulis 27

B. Kajian tentang Metode Pembelajaran Picture and Picture 1. Pengertian Metode Pembelajaran 27

2. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and Picture 30

3. Langkah-langkah Pembelajaran Picture and Picture 32

4. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembelajaran Picture and Picture 34

C. Bahasa Indonesia 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia 36

2. Materi Menulis Karangan 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 37

B. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 39

C. Variabel yang Diteliti 40

D. Desain Penelitian 41

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 54

1. Data 54

2. Teknik Pengumpulan Data 55

a. Observasi 56

b. Wawancara 58

c. Non Tes 59

F. Sumber Data 62

G. Analisis Data 62

H. Indikator Kinerja 67


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 69

1. Hasil Pelaksanaan Pra Siklus 70

2. Hasil Pelaksanaan Siklus I 74

3. Hasil Pelaksanaan Siklus II 83

B. Pembahasan 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 95

B. Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 98

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN 101

RIWAYAT HIDUP 102


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi empat ketrampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, ketrapilan berbicara ketrampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek ketrampilan atau kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan erat, sehingga merupakan satu kesatuan dan bersifat hirarkis, artinya keterampilan berbahasa yang satu berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Jika salah satu aspek keterampilan mengalami masalah maka akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa yang lain. Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang saat ini. Akan tetapi, ternyata keterampilan menulis ini kurang mendapat perhatian. Di sekolah, materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang kurang ditangani sungguh-sungguh. Akibatnya, kemampuan berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang memadai.1

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini

1


(10)

2

disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan terpadu.2

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat berperan dalam pengembangan budaya, hasil cipta dan karsa manusia. Keterampilan menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan berbahasa anak. Karena ide dan gagasan yang dipunyai anak bisa ditangkap dan dinilai serta dikritisi oleh pembaca melalui kegitan menulis. Oleh sebab itu, pengenalan kepada anak akan keterampilan menulis harus dilakukan sejak usia dini, karena menulis dapat membantu anak dalam menyampaikan gagasan, ide melalui kata-kata/bahasa tulis kepada orang lain.

Sementara ini menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak yang dituju. Aktivitas menulis merupakan salah satu manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajaran bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan bebicara. Dalam buku Tim Lapis PGMI juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar

2

Iskandarwasid dan Dadang S, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 248


(11)

3

bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtun dan padu. Menulis bukanlah katerampilan yang mudah didapat3. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekpresikan, pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis dan logis, sehingga diharapkan tulisannya dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti orang lain yang membacanya.

Mengajarkan menulis karangan pada anak SD/MI masih kesulitan, karena materi menulis karangan bersifat formal dan abstrak. Sedangkan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah bersifat konkrit serta belum dapat berfikir secara formal dan abstrak. Materi menulis karangan seringkali diberikan oleh guru bahasa dengan metode pemberian tugas praktek dan penilaian. Tidak hanya strategi atau media yang membuat materi menulis kurang berkesan di hati para peserta didik.

Adapun asal mula peneliti mengambil judul ini berawal dari pada saat pelaksanaan PPL II di MINU Ngingas Waru Sidoarjo peneliti ditugasi untuk menggantikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VC yang bernama Bu Sutamah, S. Pd. I yang pada hari itu lagi berhalangan tidak bisa mengajar dikarenakan ada kegiatan pelatihan mengajar. Sehingga beliau mengutus salah satu peserta PPL II dan kebetulan peneliti yang terpilih untuk menggantikannya bersama teman. Pada saat mulai pembelajaran, masih ada beberapa siswa yang

3


(12)

4

belum mampu menulis karangan deskriptif terutama soal penulisan kosa kata dan penggunaan tanda baca yang masih belum sempurna.

Dari 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo diperoleh 50% yakni dari 30 siswa hanya 13 siswa yang bisa menulis karangan. Sedangkan yang 17 peserta didik lainnya masih belum mampu menulis karangan menggunakan bahasa dan ejaan yang baik dan benar. Rendahnya keterampilan menulis ini, dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan pada tanggal 3 November 2015 melalui telepon genggam pukul 09:29 am4. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran semakin memperkuat peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini sampai bisa membuat peserta didik mampu menulis karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang baik dan benar.

Dengan adanya permasalahan yang telah diuraikanan di atas, maka peneliti mengambil tidakan, yakni dengan mencari dan menggunakan suatu metode pembelajaran yang efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran menulis, sehingga meningkatkan minat, motivasi, dan sikap siswa terhadap pembelajaran menulis yang berkibat pada meningkatnya hasil belajar siswa. Untuk itulah guru (peneliti) merancang suatu bentuk pembelajaran yang

4

Sutamah, S. Pd. I, Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V, wawancara pribadi, Surabaya, 3 Desember 2015. (09:29 am)


(13)

5

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui metode pembelajaran picture

and picture untuk memperbaiki pembelajaran menulis. Melalui metode

pembelajaran picture and picture siswa diharapkan mampu menuangkan idenya untuk menulis karangan. Diharapkan pula mampu menuangkan idenya untuk menulis karangan akan efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkarya, khususnya agar siswa lebih antusias untuk menulis karangan. Kegiatan ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas dalam pembelajaran menulis karangan serta dapat memberikan hasil belajar yang baik.

Metode dan media ini sistem pengajaran diharapkan dapat lebih efektif dan membantu siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo Tahun ajaran 2015-2016 dalam keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia. Atas dasar latar belakang tersebut, muncul ketertarikan dalam diri penulis untuk melakukan suatu penelitian dan mengkaji lebih lanjut ke dalam skripsi dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Picture and

Picture Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo”. B. Rumusan Masalah


(14)

6

1. Bagaimana keterampilan menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo sebelum diterapkan metode pembelajaran picture and picture ?

2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran picture and picture dalam meningkatan keterampilan menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo ?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis karangan mata pelajaran bahasa Indonesia setelah diterapkan metode pembelajaran picture and

picture di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo?

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran picture and picture. Dengan pembelajaran ini diharapkan keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia dapat meningkat.

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo sebelum diberikan tindakan yakni penerapan metode pembelajaran picture and picture.


(15)

7

2. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran picture and picture dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo setelah diberikan tindakan yakni penerapan metode pembelajaran picture and picture.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan diatasi pada hal-hal tersebut di bawah ini :

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo semester gasal tahun ajaran 2015-2016.

2. Implementasi (pelaksanaan) penelitian ini, metode pembelajaran picture and

picture untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan pada pelajaran

bahasa Indonesia yang dilakukan di semester gasal siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.

F. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :


(16)

8

1. Bagi guru

a. Dapat mengetahui pembelajaran langsung yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dikelas.

b. Dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran bahasa indonesia demi peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik untuk masa yang akan datang serta mengembangkan kreatifitas guru dalam mengajar. c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pengajarannya

sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan. 2. Bagi siswa

a. Siswa dapat memperoleh pembelajaran langsung yang bermakna sehingga materi yang diajarkan oleh guru akan berkesan dan mudah difahami oleh peserta didik.

b. Siswa termotivasi dalam proses belajar mengajar khususnya dalam belajar bahasa indonesia.

c. Keterampilan siswa dapat meningkat. 3. Bagi sekolah

a. Memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan.


(17)

9

4. Bagi Masyarakat

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan yang melakukan penelitian tindakan kelas meningkat

G. Definisi Operasional

Definisi Operasioanal adalah penjelasan apa yang dimaksud oleh istilah-istilah inti yang menjadi judul dalam penelitihan ini. Definisi opersianal ini penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran judul dan atau kekurang jelasan makna yang ditimbulkannya, makna diberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Meningkatkan

Meningkatkan berasal dari kata dasar tingkat yang artinya menaikkan. Yang dimaksud meningkatkan dalam hal ini adalah menaikkan minat dan kemampuan siswa dalam hal menulis sebuah karangan sederhana dengan menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.

2. Keterampilan menulis

Keterampiln adalah kecakapan seseorang untuk memahami dan menyelesaikan tugas. Sedangkan menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Sehingga yang dimaksud keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang menuangkan hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan. Menulis adalah kemampuan


(18)

10

seseorang dalam melatih kemampuan menulis dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kaidah penulisan. Sedangkan yang dimaksud kemampuan di sini adalah kesanggupan dalam melakukan sesuatu.5 Yaitu sanggup menyelesaikan tugasnya dalam menulis sebuah karangan deskriptif dari gambar atau objek yang dilihatnya. Menulis merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis. Menulis boleh dikatakan keterampilan yang paling sukar bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana dan mudah dimengerti.6

3. Karangan

Menurut Widyamartaya, mengarang adalah suatu proses kegiatan berfikir manusia yang hendak menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisannya. Pada dasarnya, arti kata mengarang adalah menyusun, mengatur, misalnya mengarang bunga, menyusun bunga-bunga menjadi kesatuan. Mengarang bahasa adalah

5

Poerwadarminta. KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1985). Hal: 628

6


(19)

11

menggunakan bahasa untuk mengutarakan sesuatu secara tertulis. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan harus terpilih dan tersisun dengan baik.7

4. Metode pembelajaran picture and picture

Metode pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model pembelajaran dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar, serta suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.8

H. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mempermudah memahami isi dari skripsi penelitian ini, maka peneliti membagi menjadi VI bab, adapun rinciannya sebagai berikut:

Bab I: Merupakan bab pendahuluan yang berisi: A. Latar Belakang, B. Rumusan Masalah, C. Tindakan yang Dipilih, D. Tujuan Penelitian, E. Lingkup Penelitian, F. Signifikasi Penelitian, G. Definisi Operasional, H. Sistematika Pembahasan.

Bab II: Membahas tentang kajian teori yang terdiri dari tiga bagian. A. Kajian Keterampilan Menulis: 1. Pengertian Keterampilan, 2. Pengertian Menulis, 3. Menulis Karangan, 4. Penyusunan Karangan, 5. Tujuan Menulis, 6. Unsur-unsur Mengarang, 7. Fungsi dan Manfaat Menulis, 8.

7

Dalman, Keterampilan Menulis (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2014), Hal: 85

8

Jumanta Hamdayana, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2014), Hal: 229


(20)

12

Penilaian Menulis Karangan, 9. Indikator Keterampilan Menulis, B. Kajian tentang Metode Pembelajaran Picture and picture, 1. Pengertian Metode Pembelajaran, 2. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and

picture, 3. Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture, 4.

Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembelajaran Picture and picture. C. Pelajaran Bahasa Indonesia: 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia, 2. Materi Menulis Karangan.

Bab III: Bab ini akan membahas tentang prosedur penelitian tindakan kelas yang meliputi: A. Metode Penelitian, B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian, C. Variabel yang Diteliti, D. Desain Penelitian, E. Data dan Teknik Pengumpulan Data, F. Sumber Data, G. Indikator Kinerja, H. Analisis Data, I. Tim Peneliti dan Tugasnya.

Bab IV: Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Bab V : Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


(21)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis

Untuk bisa memahami secara keseluruhan mengenai pengertian keterampilan menulis, berikut ini akan diuraikan pengertian tentang (1) Keterampilan, dan (2) Menulis.

1. Pengertian Ketrampilan

Definisi atau pengertian keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus di asah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yangada. Dan disinilah letak


(22)

14

tugas para guru keterampilan untuk meningkatkan dan mengasah keterampilan siswa di sekolah.1

2. Pengertian Menulis

Sebelum terlalu jauh membahas tentang fungsi menulis, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian menulis itu sendiri. Dari beberapa ahli, mereka berpendapat mengenai tulisan adalah sebagai berikut :

1) Masabah, menulis adalah melahirkan atau mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui suatu lambang (tulisan).

2) Tarigan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu paham yang dipahami oleh seseorang hingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran-gambaran tersebut. 3) Fachruddin Ambo Enre, menulis merupakan kemampuan mengungkapkan

pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif.

4) Sabir, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain.

5) Takala, menulis merupakan sistem yang konvensional yang dapat dilihat dan dibaca.2

1

Keterampilansikaladi.blogspot.com/2013/07/definisi-atau-pengertian-keterampilan. html?m=1. Diakses pada tanggal 06-12-2015, pukul 09:08


(23)

15

Dengan memperhatikan pendapat-pendapat di atas mengenai menulis, maka dapatlah ditarik kesimpulan menulis pada haikikatnya adalah bagian ke empat dari komponen-komponen dalam keterampilan yang dimiliki setiap orang dalam melakukan komunikasi dan jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan.

Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis

mengatakan bahwa “menulis” dipergunakan untuk melaporkan atau

memberitahukan, dan mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat seperti yang diutarakan oleh Morsey.3

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis dapat didefinisikan tertulismya sebuah gagasan atau ide, pendapat atau pikiran yang melukiskan atau menggambarkan lambang grsfik atau tulisan

2

Endang K. Dan Supriatna, Pengembangan Keterampilan Menulis (Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan, 2012), Hal 5

3

Henry G. Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : ANGKASA, 1994), Hal. 4


(24)

16

suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sebagai kemampuan berkomunikasi sehingga dapat dibaca dan dinkimati oleh orang lain.

3. Menulis Karangan

Menurut Widyamartaya mengungkapkan mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir menusia yang hendak menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisannya. Pada dasarnya, arti kata mengarang adalah menyusun, mengatur, misalnya mengarang bunga, menyusun bunga-bunga menjadi kesatuan. Mengarang bahasa adalah menggunakan bahasa untuk mengutarakan sesuatu secara tertulis. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan harus terpilih dan tersusun dengan baik.4

4. Penyusunan Karangan

Pada dasarnya, langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun karangan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tema, Topik, dan Judul

Tema adalah pokok persoalan, permasalahan atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan, sedangkan topik adalah pokok persoalan atau hal yang dikembangkan atau dibahas dalam karangan. Selanjutnya, judul adalah kepala karangan atau nama sebuah karangan.

4


(25)

17

2) Mengumpulkan Bahan

Setelah mengumpulkan tema, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan

3) Menyeleksi Bahan

Setelah ada bekal, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klasifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.

4) Membuat Kerangka Karangan

Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa masalah yang lebih fokus dan terukur. Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

5) Mengembangkan Kerangka Karangan

Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika kita benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.5

5. Tujuan Menulis

Yang dimaksud dengan maksud atau tujuan menulis (the writer intention) adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya

5


(26)

18

dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa tujuan menulis dapat dikategorikan kedalam empat macam, antara lain:

a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca. b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca

akan kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literatur atau wacana kesastraan (literacy discourse).

d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-apai disebut wacana ekspresif diskourse). Sebagai gambaran, menulis puisi dapat termasuk menulis bertujuan untuk pernyataan diri dengan pencapaian nilai-nilai artistik.6

6. Unsur-unsur Mengarang

The Liang Gie mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai berikut :

6

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2013), Hal. 253-254


(27)

19

a. Gagasan (Idea) yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis.

b. Tutunan (Discouse) yaitu bentuk-bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca. Ada empat bentuk karangan:

1. Pencarian (Narasion) bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa / pengalaman

2. Pelukisan (Descripsion) bentuk pengungkapkan yang mengambarkan, penginderaan, perasaan mengarang tentang macam-macam hal yang berada dalm susunan ruang (Misalnya pemandangan indah, lagu, merdu, dan lain-lain).

3. Pemaparan (Exposision) bentuk pengungkapan yang disajikan secara fakta-fakta yang bermaksud memberi penjelasan kepala pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan.

4. Perbincangan (Argumentasion) bentuk pengungkapan karangan yang tujuannya meyakinkan pembaca agar mau berbuat sesuatu seperti kemauan penulis.

c. Tatanan (Organization) yaitu tertib pengaturan dan penyusunan gagasan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan langkah.


(28)

20

d. Wahana (Medium) yaitu sarana penghantar gagasan bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika (tata bahasa), dan teorika (seni memakai bahasa secara efektif).7

7. Fungsi dan Manfaat Menulis a) Fungsi Menulis

Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung karena tidak langsung berhadapan dengan pihak lain yang membaca tulisan kita tetapi melalui bahasa lisan. Rusyana dalam Purwanto mengklasifikasikan fungsi menulisa sesuai kegunannya, sebagai berikut

a. Fungsi Penataan,

Yaitu fungsi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan lainnya serta terhadap penggunaan bahasa, sehingga menjadi tersusun.

b. Fungsi Pengawetan,

Yaitu untuk mengawetkan pengaturan sesuatu dalm wujud dokumen tertulis.

7 Rofi’udin.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Kelas Indonesia Kelas Tinggi, (Jakarta: Depdikbud.1999) Hal. 77. Dikutip dalam skripsi Lu’lu’il Laylatur Rosyidah “Peningkatan keterampilan menulis dengan menggunakan media wayang kartun dalam pelajaran Bahasa

Indonesia kelas IV MI Fathul Ulum Sukosewu Bojonegoro”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surabaya:Perpustakaan Ponpes Al-Jihad, 2014), hal. 21


(29)

21

c. Fungsi Penciptaan,

Yaitu mengarang berarti mewujudkan sesuatu yang baru yang timbul dari dalam diri sendiri.

d. Fungsi Penyampaian,

Yaitu mengarang berfungsi menyampaikan gagasan, pikiran, imajinasi, dan lain-lain itu, yang sudah diawetkan menjadi suatu karangan.

e. Fungi Melukiskan,

Yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan suatu objek yang dilihatnya baik itusebuah gambar maupun benda yang nyata.

f. Fungsi memberi petunjuk,

Berarti dalam kerangka itu penulis memberikan petunjuk tentang cara atau aturan melaksanakan sesuatu.

g. Fungsi Memerintahkan,

Yaitu penulis memberikan perintah, permintaan, anjuran, nasihat, agar pembaca menjalankannya, atau larangan agar pembaca tidak melakukan apa yang dilarang penulis.

h. Fungsi Mengingat,

Yaitu penulis mencatat suatu peristiwa, keadaan, keterangan, atau lainnya dengan maksud agar tidak ada yang terlupakan dalam karangan.


(30)

22

i. Fungsi Korespondensi,

Yaitu fungsi surat dalam memberitahukan, menanyakan, memerintahkann atau meminta sesuatu kepada orang yang dituju, mengaharapkan orang yang dituju, mengharapkan orang itu untuk memenuhi apa yang dikemukakan itu serta membalasnya dengan tertulis pula.8

b) Manfaat Menulis

Dalam dunia pendidikan, menulis sangat berharga sebab menulis membantu seseorang berfikir lebih muda. Menulis sebagai suatu alat dalam belajar dengan sendirinya melainkan peranan yang sangat penting. Dilihat dari sudut pandang ini, kegunaan menulis dapat diperinci, sebagai berikut:

a. Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik, merangsang pemikiran kita mengenai topik tersebut dalam membantu kita membangkitkan pengetahuan dari pengalaman masa lalu.

b. Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencapai pertalian dan menarik persamaan (analogi) antara ide-ide yang tidak pernah akan terjadi, seandainya kita tidak menulis.

8


(31)

23

c. Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri.

d. Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi. Kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih objektif pada waktu kita siap menuliskannya. e. Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru.

Kita akan dapat menyimpannya lebih lama, jika kita menuangkannya dalam bentuk tulisan.

f. Memnulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.9

8. Karangan Deskriptif a. Pengertian

Karangan deskriptif adalah suatu tulisan atau karangan yang menggambarkan atau memaparkan sustu objek, lokasi, keadaan, atau benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam karangan kita nerupakan hasil pengamatan panca indera kita.

b. Jenis-jenis Karangan Deskriptif

Secara garis besar ada 2 macam bentuk karangan deskripsi:

9


(32)

24

1. Deskripsi Ekspositori

Merupakan karangan yang sangat logis, biasanya merupakan daftar rincian atau hal yang penting-penting saja yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek yang diamati.

2. Deskripsi Impresionatis

Merupakan karangan yang menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk menetralisir pembacanya. Deskripsi impresionistis ini lebih menekankan impresi atau kesan penulisnya ketika melakukan imresi tersebut.

c. Ciri-ciri Krangan Deskrpsi

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut: 1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu,

2. Penggambaran etrsebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,

3. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri10

10


(33)

25

9. Penilaian Menulis Karangan

Adapun penilaian dalam menulis karangan deskripsi mencakup berbagai macam aspek. Aspek menulis meliputi isi, organisasi , kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Seluruh aspek penilaian menulis deskripsi tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 2.1

Aspek Penilaian Menulis Karangan No Aspek

Penilaian Skor Kriteria

1 Isi 20

15

10 5

SANGAT BAIK–SEMPURNA : padat informasi, substansif, relevan dengan objek pengamatan

CUKUP-BAIK : informasi cukup, substansif, relevan dengan objek pengamatan tetapi tidak lengkap

SEDANG-CUKUP : informasi terbatas, substansif terbatas.

SANGAT KURANG : tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada yang relevan dengan objek pengamatan.

2 Organisasi 20

15

10

5

SANGAT BAIK-SEMPURNA : ekspresi lancar gagasan diungkapkan dengan jelas, padat tertata dengan baik, urutan logis. CUKUP–BAIK : kurang lancar, teroganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. SEDANG-CUKUP : tidak lancar, gagasan kacau terpotong-potong urutan dan pengembangan tidak logis

SANGAT-KURANG : tidak komunikatif, tidak teroganisir, tidak layak nilai

3 Kosa kata 20 SANGAT BAIK-SEMPURNA : pilihan kata dan ungkapan tepat, dan menguasai


(34)

26 15 10 5 pembentukan kata

CUKUP-BAIK : pilihan kata dan ungkapan kadang-kadag kurang tepat tetapi penyampaiannya cukup jelas.

SEDANG-CUKUP : pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah dan tidak layak dinilai SANGAT-KURANG : pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah dan tidak layak dinilai. 4

Pengem-bangan Bahasa 20

15 10

5

SANGAT BAIK-SEMPURNA : konstruksi kalimat dan makna baik jelas, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan

CUKUP-BAIK : konstruksi kalimat dan makna membingungkan atau kabur.

SEDANG-CUKUP BAIK : terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat dan makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG : terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatof dan tidak layak nilai.

5 Ejaan 20

15

10

5

SANGAT BAIK-SEMPURNA :

menguasai aturan penulisan dengan susunan SPOK yang baik, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca

CUKUP-BAIK : Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam aturan penulisan atau dalam susunan SPOK nya, ejaannya dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca SEDANG–CUKUP : sering terjadi kesalahan dalam aturan penulisan atau dalam susunan SPOK nya, ejaannya dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca SANGAT-KURANG : tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan dalam penulisan huruf kapital.

Sumber : Burhan Nurgiantoro (2001: 307-308) Dikutip dari skripsi


(35)

27

10.Indikator Keterampilan Menulis Karangan

Penelitian ini disusun oleh peneliti menjadi beberapa dengan maksud untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa. Adapun indikator keterampilan menulis dibagi menjadi dua kategori adalah sebagai berikut11 :

a. Kuantitas

1. Siswa mampu meyusun karangan deskriptif pelajaran bahasa Indonesia mendapat nilai diatas KKM atau sekitar 80%

2. Kemampuan siswa dalam menulis karangan lebih dari 70% peserta didik

b. Kualitas

1. Kemampuan berbahasa yang kaya nuansa dan bentuk

2. Kecermatan pengamatan dan keleluasaan pengetahuan tentang ciri, sifat, dan wujud objek yang didiskripsikan

3. Kemampuan memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang. Isi yang terkandung didalam metode pembelajaran adalah

11

Jauharotin Alfin, Bahasa Indonesia Jenis, Tingkatan dan Strategi Menulis (Surabaya: Katalog Dalam Terbitan, 2011) Hal: 11-8


(36)

28

berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang bisa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran.

Dengan kata lain dapat disinpulkan bahwa metode mengajar suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyususn kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar didalam kelas berkenaan dengan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Dalam sebuah metode wajib mengandung empat komponen dasar model yakni:

a. Orientation to the model (yang pada dasarnya dapat disejajarkan dengan

pendekatan)

b. The model of teaching (yang dapat disejajarkan dengan model

c. Application (yang dapat disejajarkan dengan teknik)

d. Instructional and nurturant effect yakni tujuan pembelajaran

Berdasarkan kenyataan tersebut jelaslah bahwa metode pembelajaran pada dasarnya adalah wadah bagi pendekatan, dan teknik pembelajaran. Secara umum model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model sinektik oleh Gordon dan berdasarkan teori kreativitas. Model ini dirancang untuk mengembangkan kretivitas siswa khususnya dalam menulis.


(37)

29

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model sinektik dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran menulis.

4. Memiliki bagian-bagian model pelaksanaan , yaitu: (1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (sintak), (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) Sistem sosial, (4) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang dapa diukur, dan (2) dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.12

Secara operasional, setiap metode pembelajaran itu memiliki empat aspek yaitu sebagai berikut :

1. Langkah-langkah (Syntax)

Langkah ini menjelaskan mengenai bagaimana pelaksanaan suatu model, bentuk kegiatan yang akan dilakukan, bagaimana memulainya, dan apa tindakan selanjutnya. Karena setiap model pembelajaran ini memiliki ciri dalam urutan kegiatannya, maka perlu langkah-langkah kegiatan secara bertahap.

12

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014)


(38)

30

2. Sistem sosial yang mendukung pelaksanaan setiap model

Sistem ini memaparkan mengenai bagaimana rencana penataan peranan hubungan siswa dan guru, serta norma-norma yang menggerakkkan dan menjiwai hubungan tersebut.

3. Prinsip interaksi siswa dan guru

Peranan guru dan siswa dalam setiap model bisa berubah-ubah. Dalam beberapa model perubahan peranan guru bisa sebagai pembimbing, fasilitator atau motivator dan bahkan pada kesempatan lainnya peran guru bisa sebagai pemberi tugas atau yang lainnya.

4. Penjelasan tentang sistem penunjang

Sistem penunjang perlu mendapatkan perhatian. Sistem ini berada diluar model pembelajaran akan tetapi menjadi persyaratan yang ikut menentukan berhasil tidaknya model pembelajaran itu dilaksanakan.13

2. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and Picture

Metode pembelajaran picture and picture merupakan metode pembelajaran yang kooperativ atau mengutamakan adanya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dan model ini diajak secara sadar dan terencana untuk mengembangkan interaksi diantara mereka agar bisa saling

13


(39)

31

asah, saling asih, dan saling asuh. Dan model ini memiliki karakteristik yang inovatif, kreatif, dan tentu saja sangat menyenangkan.

Pada prinsipnya setiap model pembelajaran akan diterapkan haruslah menekankan pada aktifnya peserta didik. Dan mereka selalu mendapatkan sebuah pengetahuan dan informasi yang baru, berbeda dan selalu menarik minat mereka untuk mengikutinya. Dan yang perlu ditekankan adalah bahwa model pembelajaran ini harus bisa menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika disekolah sudah menggunakan power point atau softwer yang lain.

Dalam pelaksanaan metode pembelajaran picture and picture ini siswa dituntut harus dapat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Disamping itu, siswa juga harus menyamakan persepsi tentang gambar yang dihadirkan, sehingga setiap anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. Hal lain yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran ini bahawa siswa harus bisa membagi tugas dan tanggung jawab


(40)

32

dalam kelompoknya, serta dapat memberikan evaluasi pada setiap anggota kelompok dengan menunjuk juru bicara atau pemimpin mereka, dan hal ini bisa dilakukan secara bergantian.14

3. Langkah-langkah Pembelajaran Picture and Picture

Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Di langkah ini, guru diharapkan untuk menyampaikan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang harus dikuasainya. Di samping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting. Di sisni guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian

14

Imas Kurniasih dan Berlin Salin, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran (Jakarta: Kata Pena, 2015), Hal. 44-45


(41)

33

materi, akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dengan picture atau gambar, kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Dalam perkembangan selajutnya, guru dapat memodivikasi gambar atau mengganti gambar dengan video atau demonstrasi kegiatan tertentu. 4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang

atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

Dilangkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta siswa untuk diurutkan, dibuat atau dimodifikasi. 5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah


(42)

34

sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membentu sehingga proses diskusi dalam KBM semakin menarik.

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal yang ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

7. Kesimpulan atau rangkuman

Kesimpulan dan rangkuman dilakukan dengan siswa. Guru membantu dalam proses membeuat kesimpulan.15

4. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran picture and

picture adalah sebagai berikut16:

a. Kekurangan

15

Jumanta H. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Hal. 230-231

16

Imas Kurniasih dan Berlin Salin, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran (Jakarta: Kata Pena, 2015), Hal. 44-45


(43)

35

 Memakan banyak waktu

 Banyak siswa yang pasif

 Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dengan model tersebut

 Guru khawatir akan terjadi kekacauan dikelas

 Membutuhkan biaya yang tidak sedikit b. Kelebihan

 Memudahkan siswa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pembelajaran

 Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan gambar-gambar

 Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asyik karena tugas yang diberikan oleh guru berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari yakni bermain gambar

 Adanya saling kompetensi antar kelompok dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga suasana kelas terasa hidup

 Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada gambar

 Menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar


(44)

36

C. Bahasa Indonesia

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik sejak usia dini. Didalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek yang saling berkaitan. Adapaun empat aspek tersebut adalah :

 Keterampilan Membaca

 Keterampilan Mendengarkan

 Keterampilan Menulis

 Keterampilan Berbicara

Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo yaitu kurangnya keterampilan menulis peserta didik.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas yang diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat yaitu Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robbin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.

Pada awalnya penelitian tindakan kelas menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan untuk mengatasi cara praktis berbagai masalah pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya (secara praktis). Misalnya dibidang kesehatan, hukum, sosial, eksakta, maupun pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Ada beberapa macam pola pelaksanaan PTK yang dikembangkan oleh para ahli, tetapi yang paling terkenal ada 5 model yaitu: Model Lewin, Model McKernan, Model Ebbut, Model Elliot, dan Model Kemmis & Mc Taggart.

Model-model tersebut memiliki pola dasar yang sama, yaitu serangkaian kegiatan penelitian berupa rangkaian siklus dimana pada setiap akhir siklus akan


(46)

38

membentuk siklus baru hasil revisi/perbaikan.1 Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok (dasar) dari berbagai model

action research, terutama classroom action research (CAR). Lewin adalah orang

pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4)Refleksi (reflecting). 2

Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut:

Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin

1

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori & Tindakan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011)

2

Rudi Kurnianto, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 12 Identifikasi Masalah SIKLUS I SIKLUS II Perencanaan ulang Observasi

(observing)

Refleksi (reflecting)

Perencanaan (planning)

Tindakan (acting)


(47)

39

Secara keseluruhan empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya.

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan observasi awal untuk : menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah, merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.3

B. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang diambil oleh peneliti sebagai subjek atau sampel penelitian adalah sekolah MINU Ngingas Waru Sidoarjo kelas V, khususnya kelas VC yang berjumlah 30 anak antara lain 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Peneliti memilih sekolah ini dikarenakan peneliti menemukuan

3


(48)

40

masalah yang harus diatasi atau diberi tindakan. Adapun permasalahannya adalah masih kurangnya kemampuan siswi kelas VC dalam membuat karangan cerita. Sehingga peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah saat dimana berlangsung terjadinya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) II pada tanggal 28 Juli-28 20 Januari 2016 dan dilakukan pada saat hari-hari efektif yakni semester I sesuai dengan jadwal pelajaran.

3. Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah penulis mengambil sample kelas VC MINU Ngingas Waru Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

C. Variabel Yang Diteliti

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu:

a. Variabel input : Siswa kelas VC MINU Ngingas Waru Sidoarjo


(49)

41

c. Variabel output : Peningkatan keterampilan menulis karangan pada pelajaran bahasa Indonesia

D. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan penelitian model Kurt Lewin. Dimana penelitian yang model tersebut menyatakan bahwa dalam satu siklus terdapat empat tahap, yaitu : Perencanaan (planning), tindakan (akting), observasi

(observing), dan refleksi (reflekting).

Beberapa prosedur yang dilakukan peneliti pada saat penelitian di MINU Ngingas Waru Sidoarjo adalah sebagai berikut:

1. SIKLUS I

a. Tahap Perencanaan

 Menentukan pokok bahasan

 Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan dapat meningktkan keterampilan siswa dalam menulis karangan. Dalam rencana perbaiakan pembelajaran ini peneliti menerapkan metode pembelajaran picture and picture.

 Mengembangkan penilaian yang diharapkan

 Menyiapkan media papan magnet yang berjumlah 20 buah


(50)

42

a) Lembar pengamatan aktivitas siswa b) Lembar pengamatan aktivitas guru c) Lembar instrumen RPP

 Peneliti menentukan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran.4 Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a) Minimal 85 % dari jumlah siswa memenuhi KKM dengan skor 75. Peneliti bisa menentukan minimal 80% dari jumlah siswa harus berhasil sesuai kesepakatan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan wawancara dengan kepala sekolah MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada saat selesai melakukan SIKLUS I. Karena pada saat pra siklus peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran diperoleh 50% dari jumlah siswa yang dikatakan belum tuntas.

b) Rata-rata skor siswa minimal 75.

c) Hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran

yang telah mencapai prosentase ≥ 85%

b. Tindakan/ tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan pembelajaran secara langsung yang didampingi oleh guru kelas. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

4

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MINU Ngingas Waru Sidoarjo Dra. Ma’rufah,


(51)

43

Kegiatan Pendahuluan

 Guru meyiapkan peserta didik dengan mengatur posisi tempat duduk siswa

 Guru mengucapkan salam “Assalamualaikum Warahmatullohiwabarokatuh”

 Sebelum pelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan membaca basmallah

 Guru menanyakan kabar siswa

 Guru memberikan ice breaking melatih konsentrasi :

“Guru memberi ice breaking berupa kalau guru menyebut kata ulat dengan mengucap kata pendek tetapi memperagakan tangannya panjang kalau ular guru menyebut kata panjang dengan

memperagakan tangannya pendek untuk melatih konsentrasi siswa”

 Mengajukan pertanyaan untuk menggali kemampuan awal siswa

“Siapa disini yang pernah membuat karangan cerita?”.

 Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran


(52)

44

Kegiatan Inti

Eksplorasi

 Guru menunjukkan contoh gambar kartun kemudian kepada peserta didik untuk memancing keingintahuan peserta didik

 Guru menjelaskan sekilas mengenai gambar yang dicontohkan

 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada yang kurang difahami

 Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

Elaborasi

 Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok

 Guru menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas kelompoknya

 Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

 Guru membagikan lembar kerja kepada peserta didik (Terlampir 5)

 Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

 Guru berkeliling untuk memantau peserta didik, barangkali masih ada yang kurang faham.


(53)

45

Konfirmasi

 Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

 Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

 Guru menunjuk salah satu siswa untuk kedepan kelas membacakan hasil tulisannya didepan kelas

 Setelah dibacakan hasil tulisannya, guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil tulisannya dibangku guru untuk dinilai

Kegiatan Akhir

Evaluasi

 Guru meminta siswa untuk mempelajari lagi tata cara penulisan yang benar dalam sebuah karangan

 Guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari

 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya seputar materi yang kurang difahami

Refleksi

 Guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari

 Guru memotivasi siswa untuk jangan bosan-bosan terus berkarya dalam meningkatkan ketrampilan menulis cerita


(54)

46

 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

 Guru dan siswa mengakhiri dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama

 Guru mengucapkan salam Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh”

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini, peneliti dibantu dengan guru untuk melakukan proses pengolahan data yang berupa lembar observasi guru dan lembar obseravsi siswa dan penilaian untuk mengukur keberhasilan siswa dan mengevaluasi siswa satu persatu guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan. Untuk selanjutnya akan diolah, dianalisis dan diinterpresentasikan. Ketiga data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hasil penilaian akhir siswa

Penilaian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan keterampilan siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai meteri. Untuk mengetahui tigkat keberhasilan peneliti melakukan non tes pada siswa kelas VC MINU Ngingas Waru Sidoarjo yang dilaksanakan pada hari Kamis


(55)

47

tanggal 17 Desember 2015 pukul 08:00-09:30. Penilaian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa setalah proses pembelajaran yaitu di akhir pembelajaran.

b. Lembar observasi guru

Lembar observasi guru ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture berbantuan media papan magnet. Lembar ini diisi guru selaku pengawas dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. (Lampiran 1)

c. Lembar observasi siswa

Lembar ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Lembar ini diisi oleh peniliti pada saat pembelajaran. (Lampiran 2)

d. Tahap Refleksi

Dalam penelitian ini guru dan observer melakukan evaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada siklus I dan mencari kendala-kendala atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Dari hasil analisis data, guru meyusun rencana perbaikan sesuai dengan


(56)

48

kelemahan yang terjadi pada siklus I untuk digunakan pada siklus kedua apabila siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan.

2. SIKLUS II

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penerapan alternatif pemecahan masalah pada siklus II

2) Menentukan pokok bahasan

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan. Dalam rencana perbaiakan pembelajaran ini peneliti menerapkan metode pembelajaran picture and picture.

4) Mengembangkan penilaian yang diharapkan

5) Menyiapkan media papan magnet yang berjumlah 20 buah 6) Menyiapkan intrumen pengumpulan data yaitu :

a) Lembar pengamatan aktivitas siswa

b) Lembar pengamatan aktivitas guru

c) Lembar instrumen RPP

7) Peneliti menentukan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah:


(57)

49

a) Minimal 85 % dari jumlah siswa memenuhi KKM dengan skor 75 Peneliti bisa menentukan minimal 80% dari jumlah siswa harus berhasil sesuai kesepakatan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan wawancara dengan kepala sekolah MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada saat selesai melakukan SIKLUS I. Karena pada saat pra siklus peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran diperoleh 50% dari jumlah siswa yang dikatakan belum tuntas.

b) Rata-rata skor siswa minimal 75

c) Hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama proses

pembelajaran yang telah mencapai prosentase ≥ 85%

b. Tindakan/ tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan pembelajaran secara langsung yang didampingi oleh guru kelas. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

 Guru meyiapkan peserta didik dengan mengatur posisi tempat duduk siswa

 Guru mengucapkan salam “Assalamualaikum Warahmatullohiwabarokatuh”


(58)

50

 Sebelum pelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan membaca basmallah

 Guru menanyakan kabar siswa

 Guru memberikan ice breaking melatih konsentrasi :

“Guru memberi ice breaking berupa kalau guru bilang tepuk satu maka siswa tepuk satu, jika guru bilangtepuk dua maka siswa tepuk dua dan jika guru bilang tepuk tiga maka siswa tepuk tiga. Dan ini dilakukan berulang-ulang dengan lebih cepat”.

 Mengajukan pertanyaan untuk menggali kemampuan awal siswa

“Siapa disini yang pernah membuat karangan cerita?”.

 Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran

 Guru menyampaikan manfaat materi yang akan dicapai

Kegiatan Inti

Eksplorasi

 Guru menunjukkan contoh gambar kartun kemudian kepada peserta didik untuk memancing keingintahuan peserta didik

 Guru menjelaskan sekilas mengenai gambar yang dicontohkan

 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada yang kurang difahami


(59)

51

 Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

Elaborasi

 Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok

 Guru menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas kelompoknya

 Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

 Guru membagikan lembar kerja kepada peserta didik (Terlampir 5)

 Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

 Guru berkeliling untuk memantau peserta didik, barangkali masih ada yang kurang faham.

Konfirmasi

 Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

 Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

 Guru menunjuk salah satu siswa untuk kedepan kelas membacakan hasil tulisannya didepan kelas


(60)

52

 Setelah dibacakan hasil tulisannya, guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil tulisannya dibangku guru untuk dinilai

Kegiatan Akhir

Evaluasi

 Guru meminta siswa untuk mempelajari lagi tata cara penulisan yang benar dalam sebuah karangan

 Guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari

 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya seputar materi yang kurang difahami

Refleksi

 Guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari

 Guru memotivasi siswa untuk jangan bosan-bosan terus berkarya dalam meningkatkan ketrampilan menulis cerita

 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

 Guru dan siswa mengakhiri dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama

 Guru mengucapkan salam Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh”


(61)

53

Dalam tahap pengamatan ini ada tiga data yang dibutuhkan dalam penelitian untuk mengetahui apakah kriteria keberhasilan sudah tercapai atau belum. Ketiga data tersebut adalah:

1) Hasil non tes keterampilan siswa tentang mengarang deskripsi. Data ini diperoleh dengan cara melakukan evaluasi menggunakan non tes (produk) yang dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah akhir tindakan.

2) Data aktivitas guru selama pembelajaran perbaikan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru.

3) Data aktivitas siswa selama pembelajaran perbaikan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa.

b. Tahap refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran, strategi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Picture and Picture dalam meningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.


(62)

54

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitaif yang menunjukkan fakta.5

Adapun data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam: a) Data kuantitatif

Yaitu data yang brwujud angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitin ini bisa didapatkan dari data jumlah siswa, nilai tes hasil belajar siswa, serta prosentase dari instrument aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1) Data jumlah siswa kelas V

2) Data presentase ketuntasan minimal 3) Data nilai siswa

4) Data presentase aktivitas guru dan siswa b) Data kualitatif

Yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini adalah data yang didapat peneliti dari

5

Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), Hal 5.


(63)

55

hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, data aktivitas guru dan juga aktivitas siswa. Data kualitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas

2. Metode pembelajaran yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas 3. Media gambar yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas 4. Aktivitas guru

5. Aktivitas siswa

2. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketetapan cara-cara yang digunakan pengumpulan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan realibilitas, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan sacara tepat dalam pengumpulan datanya.6

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling terpenting dalam suatu penelitian, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitia

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA CV, 2013), Hal. 137


(64)

56

tidak akan dapat menyajikan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut ini:

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan teknik penelitian yang dilkukan secara langsung dilapangan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterampilan menulis siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo sebelum diberikan tindakan.

Hal-hal yang diamati peneliti ini meliputi :

1. Aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran picture and picture

2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi pokok menulis karangan.

Pengamatan penelitian ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yakni dengan menerapkan metode pembelajaran picture and

picture pada materi menulis karangan bebas. Dalam pengamatan ini

digunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru yang digunakan untuk merekam aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran aktif dengan menerapkan metode pembelajaran picture and picture. Observasi


(65)

57

dilakukan di kelas pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo dengan melibatkan peran guru. Peneliti akan memberikan kriteria untuk mengobserasi siswa, guru dan indikator yang akan diharapkan pada siswa MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Peneliti sudah menyiapkan lembar aktivitas untuk penerapan metode pembelajaran Picture and Picture. Berikut adalah lembar aktivitas yang terstruktur yang telah disiapkan oleh peneliti, yaitu :

1. Lembar aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran

Picture and Picture yang meliputi : Memberi apersepsi kepada

siswa, Menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, Guru menyajikan materi sebagai pengantar, Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan kegiatan, Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, guru menany

2. akan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut, Performence (suara yang jelas dalam menyampaikan materi, posisi guru dalam menjelaskan materi pada saat proses pembelajaran) interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam pembelajaran (ekspresi muka guru saat proses pembelajaran), Guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai,


(66)

58

Guru merefleksi kembali dengan memberi kesimpulan atau rangkuman. (Lampiran 1)

3. Lembar observasi aktivas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi pokok menulis karangan penilaiannya yang meliputi: Menjawab salam, Merespon Kegiatan apersepsi, Perhatian terhadap penjelasan materi, Perhatian terhadap petunjuk dalam melakukan instruksi yang diberikan, Menyusun kalimat menjadi sebuah karangan dengan memperhatikan pengunaan ejaan melalui media wayang kartun, Mempresentasikan hasil kerjaanya di depan kelas, Semangat dalam tugas, Ketercapaian dalam mengerjakan tugas dengan waktu yang tepat, Respon siswa terhadap ajakan guru untuk menyimpulkan materi, Respon siswa terhadap ajakan guru untuk belajar lagi mengenai penulisan karangan. (Lampiran 2)

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan dalam penelitian yang dilakukan secara langsung bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan dan memiliki tujuan yang telah ditentukan. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa materi sekolah dan sekitarnya sebelum dilakukan kegiatan PTK.


(67)

59

Lampiaran wawancara (interview) terhadap guru kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Lembar wawancara Mengenai Keterampilan

Menulis Karangan siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo A. Keterampilan Menghafal

1. Bagaimana keterampilan menulis karangan siswa sebelum diberikan tindakan?

2. Bagaimana keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V MINU ngingas Waru Sidoarjo?

3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya keterampilan menulis karangan siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo?

4. Seberapa jauh siswa dapat menulis sebuah karangan sesuai dengan objek yang dilihatnya!

c. Non Tes

Penilaian merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil akhir dari suatu pembelajaran dan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa antara sebelumnya dan sesudah pemberian tindakan, diawali dengan menentukan aspek-aspek yang akan diteliti, dan dilanjutkan dengan perskoran.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini tentang penerapan metode pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo dapat disimpulkan:

1. Keterampilan menulis karangan siswa kelas V MINU Ngingas Waru

Sidoarjo masih dikatakan kurang memuaskan karena siswa belum faham dalam menulis sebuah karangan.

2. Bahwa penerapan metode picture and picture sengaja diterapkan di MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan guna menciptakan pembelajaran yang aktif. Dari hasil observsi, penerapan metode picture and picture dapat berjalan dengan baik hal ini terbukti dengan terlaksananya semua langkah-langkah yang ada dalam metode picture and picture.

3. Bahwa ada peningkatan dalam menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata siswa di siklus I yang hanya mencapai 74% dengan prosentase 60%, kemudian nilai rata-rata bertambah pada siklus II yang mencapai 91% dengan prosentasi


(2)

96

93,3%, Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan menulis karangan materi menulis karangan dapat meningkat dengan sangat baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode picture and picture peneliti menyarankan:

1. Guru diharapkan lebih peka terhadap kondisi siswa. Terkadang siswa merasa jenuh dengan aktivitas pembelajaran sebelumnya, sehingga guru dapat menggunakan metode pembelajaran picture and picture untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan mater menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Untuk melaksanakan metode pembelajaran picture and picture

memerlukan persiapan yang cukup, sehingga guru mampu menentukan materi yang benar-benar bisa diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran picture and picture.

3. Untuk penelitian yang lebih lanjut peningkatan keterampilan menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang baik.

4. Masukan bagi peneliti selanjutnya dalam penggunaan metode

pembelajaran picture and picture. Supaya tidak terjadi lagi kesalahan pada penelitian selanjutnya dalam penggunaan metode pembelajaran picture


(3)

97

and picture gunakan gambar sebagai media pendukung yang lebih menarik dan lebih menantang bagi peserta didik yang akan dijadikan objek penelitian. Adapun gambar yang digunakan hubungkan dengan dengan pengalaman-pengalaman peserta didik, atau sesuaikan dengan tingkatan kelas peserta didiknya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,

(Bandung: PT Refika Aditama)

Alfin J, Bahasa Indonesia 1 Paket 10 (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), Hal. 10 Alfin, Jauharotin , Bahasa Indonesia Jenis, Tingkatan dan Strategi Menulis

(Surabaya: Katalog Dalam Terbitan, 2011) Hal: 11-8

Dalman, Keterampilan menulis (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hal. 85

Endang K. Dan Supriatna, Pengembangan Keterampilan Menulis (Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan, 2012), Hal 5

Haris Supatno, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru / PLPG 2008, ( surabaya : departemen unesa, 2008), 185

Hasil dari pre test siswa kelas IV MINU Ngingas Waru Sidoarjo.

Henry G. Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : ANGKASA, 1994), Hal. 4

Imas Kurniasih dan Berlin Salin, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran

(Jakarta: Kata Pena, 2015), Hal. 44-45

Iskandarwasid dan Dadang S. 2008, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Jumanta H. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Hal. 230-231

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan

Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Hal. 127

Kurnianto, Rudi, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 12

Kusaeri, Penerapan Pendekatan Diskusi dalam Pembelajaran Persamaan Kuadrat pada siswa Kela I SMU Negeri 13 Surabaya, (Surabaya: UNESA, 2006), hal.51


(5)

Poerwadarminta. KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA (Jakarta: PT. Balai

Pustaka, 1985). Hal: 628

Riduwan, 2007, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung:

Alfabeta)

Rofi’udin. Pendidikan Bahasa dan Sastra Kelas Indonesia Kelas Tinggi, (Jakarta:

Depdikbud.1999) Hal. 77. Dikutip dalam skripsi Lu’lu’il Laylatur Rosyidah

Peningkatan keterampilan menulis dengan menggunakan media wayang kartun dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV MI Fathul Ulum Sukosewu Bojonegoro”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surabaya:Perpustakaan Ponpes Al-Jihad, 2014), hal. 21

Rosdiani. Dini, Model Pembelajaran Langsung, (Bandung : ALFABETA, 2012)

Rudi Kurnianto, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009), Hal. 12

Sadiman S. Arif, et.al, 2007, Media Pendidikan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Hal. 318

Sudjana, Nana, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), hal 131 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

ALFABETA CV, 2013), Hal. 137

Suharsimi Arikunto, Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Bumi, 2009) hal. 48

Susanto, Ahmad , Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2013), Hal. 253-254

Susanto, Ahmad. 2013, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri)

Sutamah, S. Pd. I, Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V, wawancara pribadi, Surabaya, 3 Desember 2015. (09:29 am)

Tarigan, G. Henry, 1994, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : ANGKASA)


(6)

Thoha, Chabib, Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Hal. 94

Thohri, Muhammad, Bahasa Indonesia 1 Paket 12, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008)

Trianto, 2011, Panduan Lengkap PENELITIAN TIDAKAN KELAS (Classroom

Action Research) Teori & Tindakan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya)

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2009), Hal. 241

Wahyuni, Bahasa Indonesia 1 Paket 10 (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), Hal. 9

Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2014)

Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, TK, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009) hal., 42

Zainal Aqib, et al, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, TK, (Bandung: CV.Yrama Widya, 2009), hal. 4


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada MI Ziyadatul Huda Jakarta Timur

1 6 128

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Strategi Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sambi III, Sambirejo, Sra

0 3 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Strategi Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sambi III, Sambirejo, Sra

0 2 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM MATA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI

0 0 16

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 0 29

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN.

1 7 5

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE KELAS III MI HASYIM ASY’ARI SEDATI SIDOARJO.

0 0 91

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR

0 0 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

0 0 11

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

1 5 9