PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY BERBANTUAN MIND MAPPING PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 03

(1)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI

MODEL

SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY

BERBANTUAN

MIND MAPPING

PADA SISWA KELAS V

SDN TUGUREJO 03

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MEIRANTI ARBAFIYATI

1401411245

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Meiranti Arbafiyati

NIM : 1401411245

jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

judul skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03

menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Juni 2015 Peneliti,


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Meiranti Arbafiyati, NIM 1401411245, dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Siswa Kelas V SDN

Tugurejo 03” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jumat

tanggal : 26 Juni 2015


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui

Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping

pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03”, oleh Meiranti Arbafiyati, NIM

1401411245, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jumat


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Tujuan dari pendidikan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan penyebaran

kejujuran”(John F. Kennedy)

“Guru yang baik adalah guru yang bisa mengajarkan muridnya dengan mudah,

ceria, dan senang.” (Prof. Yohanes Surya Ph.D.)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Ibu dan Ayah tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mendapat kemudahan dan kelancaran dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas

Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Jaino, M.Pd., Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. 5. Sutji Wardhayani, S.Pd. M.Kes., Dosen Penguji Utama yang telah menguji

dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis. 6. Drs. Purnomo, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah menguji dengan teliti dan


(7)

vii

7. Juarni, S.Pd., Kepala SDN Tugurejo 03 Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Rani Dwi Safitri, S.Pd., Guru Kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang yang telah membimbing dan memberikan dukungan penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Seluruh guru dan karyawan SDN Tugurejo 03 Semarang yang telah membantu penulis dalam melaksanaka penelitian.

10.Semua pihak yang telah membantu penuis dalam penyusunan skripsi ini. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bantuan dan bimbingan yang diberikan menjadi amal kebaikan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 22 Juni 2015


(8)

viii

ABSTRAK

Arbafiyati, Meiranti. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Drs. Jaino, M.Pd.

Pembelajaran IPA di kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang belum optimal. Hal ini berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dengan kolaborator, ditemukan permasalahan yaitu guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan kurang melatih siswa untuk mengembangkan daya nalar dan kreativitas berpikir. Hal tersebut berdampak pada aktivitas siswa yang rendah dan hasil belajar yang kurang maksimal yaitu sebanyak 32 dari 42 siswa atau 76% siswa kelas V belum mengalami ketuntasan belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA?. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melaluimodel Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru meningkat yaitu dari siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 19 kategori cukup dan pertemuan 2 memperoleh skor 26 kategori baik, siklus II pertemuan 1 memperoleh skor 31 kategori baik dan pertemuan 2 memperoleh skor 36 kategori sangat baik. Aktivitas siswa meningkat dari siklus I pertemuan 1 rata-rata skor 21,7 kategori cukup dan pertemuan 2 menjadi 26,2 kategori baik, siklus II pertemuan 1 menjadi 29,7 kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 33,5 kategori sangat baik. Ketuntasan belajar klasikal siswa siklus I pertemuan 1 mencapai 57,14% dan pertemuan 2 mencapai 66,67%, siklus II pertemuan 1 mencapai 78,57% dan pertemuan 2 mencapai 87,80%.

Simpulan dari penelitian ini adalah model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Saran bagi guru yaitu model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping dapat diterapkan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran IPA, Model Somatic Auditory Visualization Intellectually, Mind Mapping


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 8

1.2.1 Rumusan Masalah ... 8

1.2.2 Pemecahan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.4.2 Manfaat Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kajian Teori ... 13

2.1.1 Hakikat Belajar ... 13

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 17

2.1.3 Kualitas Pembelajaran ... 19

2.1.3.1 Keterampilan Guru ... 21


(10)

x

2.1.3.2 Hasil Belajar ... 30

2.1.4 Hakikat IPA ... 34

2.1.5 Pembelajaran IPA di SD ... 38

2.1.6 Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually 40

2.1.7 Mind Mapping ... 51

2.1.8 Penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada Pembelajaran IPA... 56

2.1.9 Hubungan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping dengan Kualitas Pembelajaran IPA... 64

2.2 Kajian Empiris ... 64

2.3 Kerangka Berpikir ... 67

2.4 Hipotesis Tindakan ... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

3.1 Rancangan Penelitian ... 70

3.1.1 Perencanaan ... 70

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 71

3.1.3 Pengamatan ... 72

3.1.4 Refleksi ... 72

3.2 Prosedur Penelitian ... 73

3.2.1 Siklus Pertama ... 73

3.2.1.1 Perencanaan ... 73

3.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 74

3.2.1.2.1 Pertemuan 1 ... 74

3.2.1.2.2 Pertemuan 2 ... 76

3.2.1.3 Pengamatan ... 78

3.2.1.4 Refleksi ... 78

3.2.2 Siklus Kedua ... 80

3.2.2.1 Perencanaan ... 80

3.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 81

3.2.2.2.1 Pertemuan 1 ... 81


(11)

xi

3.2.2.3 Pengamatan ... 85

3.2.2.4 Refleksi ... 85

3.3 Subjek Penelitian ... 86

3.4 Tempat Penelitian ... 87

3.5 Variabel Penelitian ... 87

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 90

3.6.1 Sumber Data ... 90

3.6.2 Jenis Data ... 90

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.6.4 Validitas Alat Pengumpul Data ... 93

3.7 Teknik Analisis Data ... 94

3.7.1 Teknik Analisis Kuantitatif ... 94

3.7.2 Teknik Analisis Kualitatif ... 96

3.8 Indikator Keberhasilan ... 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 101

4.1 Hasil Penelitian ... 101

4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1 ... 101

4.1.1.1 Perencanaan Siklus I Pertemuan 1 ... 101

4.1.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1 ... 102

4.1.1.3 Paparan Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1 104 4.1.1.4 Refleksi Sikus I Pertemuan 1 ... 118

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2 ... 120

4.1.2.1 Perencanaan Siklus I Pertemuan 2 ... 120

4.1.2.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2 ... 121

4.1.2.3 Paparan Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 2 124 4.1.2.4 Refleksi Sikus I Pertemuan 2 ... 137

4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 ... 139

4.1.3.1 Perencanaan Siklus II Pertemuan 1 ... 139

4.1.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1 ... 140

4.1.3.3 Paparan Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1 144 4.1.3.4 Refleksi Sikus II Pertemuan 1 ... 158


(12)

xii

4.1.4 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2 ... 160

4.1.4.1 Perencanaan Siklus II Pertemuan 2 ... 160

4.1.4.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2 ... 161

4.1.4.3 Paparan Hasil Observasi dan Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2 164 4.1.4.4 Refleksi Sikus II Pertemuan 2 ... 177

4.1.5 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan ... 178

4.2 Pembahasan ... 184

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 184

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 206

4.2.2.1 Implikasi Teoritis ... 206

4.2.2.2 Implikasi Praktis ... 207

4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ... 209

BAB V PENUTUP ... 210

5.1 Simpulan ... 209

5.2 Saran ... 211

DAFTAR PUSTAKA ... 213


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Sosial Pembelajaran IPA Melalui Model Somatic Auditory

Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping ... 60

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen ... 96

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belajar Siswa ... 96

Tabel 3.3 Klasifikasi Kategori Keterampilan Guru ... 97

Tabel 3.4 Klasifikasi Kategori Aktivitas Siswa ... 98

Tabel 3.5 Klasifikasi Kategori Hasil Belajar Afektif ... 98

Tabel 3.6 Klasifikasi Kategori Hasil Belajar Psikomotorik ... 99

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 105

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 109

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1.. 114

Tabel 4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 115

Tabel 4.5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 117

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2... 125

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 129

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2.. 134

Tabel 4.9 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 135

Tabel 4.10 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 136

Tabel 4.11 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1... 144

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 149

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 154 Tabel 4.14 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 155

Tabel 4.15 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 157

Tabel 4.16 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2... 165

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 169

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 174 Tabel 4.19 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 175

Tabel 4.20 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 176

Tabel 4.21 Rekapitulasi Data Siklus I dan Siklus II ... 179


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 68 Bagan 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 70


(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1.... 105

Diagram 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 110

Diagram 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1... 115

Diagram 4.4 Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan 1... 116

Diagram 4.5 Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan 1... 117

Diagram 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2.... 125

Diagram 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2... 130

Diagram 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2... 134

Diagram 4.9 Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan 2... 135

Diagram 4.10 Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Pertemuan 2... 137

Diagram 4.11 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1... 145

Diagram 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 150

Diagram 4.13 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1... 155

Diagram 4.14 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan 1... 156

Diagram 4.15 Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II Pertemuan 1... 157

Diagram 4.16 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2... 165

Diagram 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2... 170

Diagram 4.18 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2... 174

Diagram 4.19 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan 2... 175

Diagram 4.20 Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II Pertemuan 2... 177

Diagram 4.21 Rekapitulasi Keterampilan Guru... 179

Diagram 4.22 Rekapitulasi Aktivitas Siswa... 180

Diagram 4.23 Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal... 181

Diagram 4.24 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif... 182


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 217

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 225

Lampiran 3 Perangkat Pembelajaran ... 234

Lampiran 4 Hasil Observasi Keterampilan Guru ... 310

Lampiran 5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 323

Lampiran 6 Hasil Belajar Siswa ... 332

Lampiran 7 Hasil Catatan Lapangan ... 343

Lampiran 8 Hasil Wawancara ... 348

Lampiran 9 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 353


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Sisdiknas, 2014:2-3)

Berdasarkan makna pendidikan tersebut, pendidikan dapat dipandang sebagai proses membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal baik dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun spiritual. Pentingnya peran dan tujuan pendidikan, sepatutnya pendidikan mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pembaharuan dalam peningkatan mutu pendidikan harus terus dilakukan, termasuk peningkatan mutu pendidikan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah,


(18)

dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006:161).

IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Fenomena-fenomena alam yang dipelajari dalam IPA berasal dari fakta-fakta yang ada di alam dan hasil abstraksi pemikiran manusia (Wisudawati, 2014:45). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006:161).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang penting dipelajari karena materi-materi dalam IPA mempelajari diri sendiri dan alam sekitar sehingga dapat membantu peserta didik menjawab permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut BSNP (2006:162) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan


(19)

3

membuat keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proses pembelajaran IPA hendaknya berorientasi pada aktivitas-aktivitas yang mendukung pemahaman terhadap konsep, teori dan fakta serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang Standar Proses menjelaskan proses pembelajaran pada satuan pendidi-kan diselenggarapendidi-kan secara interaktif, inspiratif, menyenangpendidi-kan, menantang, me-motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BSNP, 2007:6). Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 1 menyatakan bahwa pendidik berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Sebagai upaya mewujudkannya diperlukan inovasi pembelajaran melalui penerapan strategi, pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang disesuai-kan dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi yang adisesuai-kan dicapai pada setiap mata pelajaran.


(20)

Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup dalam memahami dan menguasai pendekatan pembelajaran agar pembelajaran terselenggarakan secara efektif dan efisien (Sapriati, 2008:2.3). Namun dalam kenyataannya pembelajaran IPA tidak sesuai dengan harapan. Masih ada permasalahan yang timbul dalam pembelajaran IPA di sekolah.

Hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 menunjukkan bahwa literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara. Adapun rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia mencapai 382, di bawah rata-rata internasional yang mencapai skor 501. Selain itu hasil TIMSS (Trends International in Mathematics and Science Study) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains tahun 2011 rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia hanya mencapai 406. Dengan demikian rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia termasuk dalam kategori Low International Benchmark atau di bawah skor rata-rata Internasional yaitu sebesar 500. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia pada bidang IPA masih rendah. Rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi belum mampu mengkomunikasi-kan dan mengaitmengkomunikasi-kan berbagai topik sains. Siswa kesulitan menerapmengkomunikasi-kan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Proses pembelajaran selama ini masih berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan


(21)

5

kemampuan belajar siswa menjadi terhambat. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Permasalahan pembelajaran tersebut juga ditemui di SDN Tugurejo 03 Semarang. Berdasarkan refleksi awal yang dilakukan selama PPL dan analisis data hasil belajar siswa yang dilakukan peneliti pada siswa kelas V di SDN Tugurejo 03 Semarang ditemukan masalah mengenai kualitas pembelajaran IPA yang rendah. Hal ini disebabkan karena 1) pembelajaran lebih ditekankan pada kebiasaan siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru dan kurang diarahkan belajar mandiri untuk menemukan sendiri informasi yang berkaitan dengan materi, 2) guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, 3) guru kurang melatih siswa untuk mengembangkan daya nalar dan kreativitas berpikir, 4) guru kurang melatih siswa untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapat, dan 5) guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran karena kegiatan pembelajaran kurang menarik. Beberapa siswa terkadang mengalihkan kebosanan mereka dengan membuat kelas gaduh dan mengganggu siswa lain. Siswa belajar tanpa proses mengamati, mengidentifi-kasi, serta menganalisis objek bahasan, sehingga pembelajaran IPA menjadi tidak bermakna dan siswa akan mudah lupa dengan apa yang telah dipelajarinya. Selain itu, siswa cenderung pasif dan tidak berani mengemukakan pendapat ataupun bertanya pada guru tentang materi yang kurang dipahami. Pemahaman siswa yang rendah terhadap materi yang dipelajari akan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.


(22)

Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut didukung dengan data hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang yang menunjukkan hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 66. Data hasil evaluasi pembelajaran IPA menunjukkan bahwa rata-rata klasikal yang diperoleh 61,3 dengan nilai tertinggi 79 dan nilai terendah 40. Data diperoleh dari 42 siswa kelas V hanya 10 siswa (24%) yang mencapai KKM sedangkan sisanya sebanyak 32 siswa (76%) belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

Berdasarkan diskusi peneliti dengan kolaborator, untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka peneliti menetapkan alternatif tindakan melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kreativitas guru serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Somatic Auditory Visualization Intellectually (SAVI) merupakan model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera sehingga berpengaruh besar pada pembelajaran. Secara umum karakteristik pendekatan SAVI dapat dilihat dari unsur-unsur SAVI yaitu somatis sebagai belajar dengan bergerak dan berbuat (learning by moving and doing), auditori sebagai belajar dengan berbicara dan mendengarkan (learning by talking and hearing), visual sebagai belajar dengan mengamati dan menggambarkan (learning by observing and picturing), dan intelektual sebagai


(23)

7

pembelajaran dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi (learning by problem solving and reflecting) (Shoimin, 2014:177).

Adapun kelebihan dari model SAVI antara lain (1) dapat membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual; (2) siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya; (3) memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif serta (4) dapat melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya (Shoimin, 2014:182).

Di samping itu, untuk memotivasi siswa diperlukan media yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif serta menumbuhkan semangat para siswa dalam mempelajari IPA. Peneliti menggunakan mind mapping dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Silberman (dalam Shoimin 2014:105) mengemukakan bahwa mind mapping merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian relevan yang pernah dilakukan I Gede Redika A.U yang telah dipublikasikan pada Jurnal Mimbar PGSD Undiksha (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) berjudul “Implementasi Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas V SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

model SAVI dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih kondusif dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, terlihat dari skor rata-rata persen hasil belajar


(24)

siswa pada siklus I adalah 68,68% (kategori sedang) mengalami peningkatan sebanyak 13,68% pada siklus II, yaitu menjadi 82,36% (kategori tinggi).

Didukung juga dengan penelitian relevan yang pernah dilakukan Evie Widya Surya Putri yang telah dipublikasikan pada jurnal JPGSD Unesa (Vol. 01 No. 02 Tahun 2013) berjudul “Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkat -kan Kemampuan Mengingat di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode mind map dapat meningkatkan aktivitas guru, pada siklus I sebesar 91,66% dan 79,86, siklus II sebesar 100% dan 87,15, siklus III sebesar 100% dan 94,44. Ketercapaian siswa pada siklus I yaitu 66,75%, siklus II sebesar 78,5%, dan siklus III sebesar 88,63%. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai dan presentase ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I sebesar 74,93 dan 78,38%, siklus II sebesar 84,55 dan 94,6%, siklus III sebesar 89,35 dan 100%.

Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mappingpada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 03”.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(25)

9

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan guru pada pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03?

3. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03?

4. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka didapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03.

Model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang menuntut semua alat indera untuk bekerja. Model pembelajaran ini sangat efektif untuk mendorong siswa agar aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Dengan berbantuan mind mapping akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran karena cara ini membantu siswa belajar secara efektif, efisien, dan menyenangkan.


(26)

Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping sebagai berikut :

1. Guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. 2. Guru memotivasi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Guru melakukan apersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran. 4. Guru menyampaikan materi berbantuan mind mapping.

5. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. (Auditory) 6. Siswa menyimak mind mapping dengan seksama. (Visualization)

7. Siswa mencatat setiap penjelasan penting yang disampaikan guru. (Somatic) 8. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi.

(Auditory dan Intellectually)

9. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 5-6 orang.

10.Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. 11.Siswa mendiskusikan LKS yang diberikan oleh guru. (Auditory dan

Intellectually)

12.Siswa mengumpulkan informasi melalui buku atau sumber-sumber lain. (Somatic)

13.Siswa berdiskusi menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja. (Auditory dan Intellectually)

14.Siswa membuat mind mapping berdasarkan jawaban LKS yang telah didiskusikan. (Somatic, Visualization, dan Intellectually)

15.Siswa mempresentasikan hasil mind mapping ke depan kelas. (Somatic, Auditory, dan Visualization)


(27)

11

16.Setiap kelompok memberi komentar terhadap hasil diskusi kelompok yang lain. (Auditory)

17.Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (Intellectually) 18.Siswa melaksanakan evaluasi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di kelas V SDN Tugurejo 03 Semarang. Tujuan tersebut dapat diperinci menjadi:

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03;

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru pada pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03;

3. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03;

4. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SDN Tugurejo 03.


(28)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya tentang inovasi pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran di kelas.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Guru

Dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi serta semakin terampil dalam mengelola kegiatan pembelajaran dan bisa memberikan motivasi pada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai model-model pembelajaran yang inovatif.

1.4.2.2 Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, selain itu meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis dan dapat membantu siswa belajar secara efektif, efisien, dan menyenangkan. Dengan demikian siswa dapat lebih mudah memahami dan mengingat materi pelajaran yang mereka pelajari, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap mutu pendidikan di sekolah yaitu sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam merencanakan perbaikan proses pembelajaran di sekolah, khususnya hasil belajar IPA.


(29)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

Suyono (2014:9) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Sedangkan Slameto (2010:2) mengatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar juga dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu yang baru pada diri seseorang, entah itu berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, ataupun kecakapan (Kosasih, 2014: 2). Perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman berupa interaksi individu dengan sumber belajar, lingkungan, buku, ataupun orang.

Menurut Rifa’i dan Anni (2011:97) faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan peserta


(30)

didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Hamdani (2011:139-146) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain. a. Kecerdasan (intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuai-kan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Slameto (2010:56) mengatamenyesuai-kan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

b. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh ter-hadap kemampuan belajar seseorang. Hamalik (2014:33) mengatakan bahwa kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian rendah, tidak mungkin akan melakukan kegiatan yang sempurna.

c. Sikap

Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama teman atau kepada gurunya. Sikap positif ini yang akan menggerakkannya untuk belajar.


(31)

15

d. Minat

Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. (Hamalik, 2014:33)

e. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai hasil akan prestasi yang baik.

f. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

Menurut Slameto (2010:60), faktor ekstern yang dapat memengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.


(32)

a. Keadaan keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman ini membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif dan merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

b. Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.

Berdasarkan uraian di atas, belajar dalam penelitian ini adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan berbentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan nilai sikap (afektif), sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya dalam pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD.


(33)

17

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semua fungsinya dengan berorientasi pada tujuan.

Rifa’i dan Anni (2011:192) menyatakan pembelajaran merupakan cara

pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.

Sedangkan menurut Hamdani (2011:23), pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, dan selanjutnya dapat menyebabkan hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.

Darsono (dalam Hamdani, 2011:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembela-jaran sebagai berikut :


(34)

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenang-kan bagi siswa.

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi,

7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa 8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Proses pembelajaran pada hakikatnya bukan sekedar penyampaian materi pelajaran, tetapi juga proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Lingku-ngan yang mendukung dan menyenangkan merupakan syarat pembelajaran yang efektif. Untuk itu, guru perlu memahami tentang konsep, materi, metode, media, dan perangkat evaluasi yang relevan.

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun komponen-komponen pem-belajaran menurut Hamdani (2011:48) sebagai berikut :

1. Tujuan, secara eksplisit, diupayakan melalui kegiatan pembelajaran instruc-tional effect, biasanya berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran.


(35)

19

2. Subjek belajar, dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.

3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran

4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pem-belajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pempem-belajaran. 5. Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran. 6. Penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber

belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Penunjang ber-fungsi memperlancar dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran dalam penelitian ini adalah usaha pendidik untuk membantu peserta didik membentuk dan mengembangkan perilaku, merangkai gagasan, sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran menurut Hamzah (2012:153) berarti mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Sementara itu, menurut Depdiknas


(36)

(2004:7) kualitas pembelajaran merupakan keterkaitan yang terjalin antara guru, siswa, kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran untuk menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.

Menurut Hamdani (2011:194) kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapaian dari tujuan pembelajaran. Pencapaian tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitas dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.

Dikti dalam Depdiknas (2004:8-10) menjelaskan indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat pada indikator sebagai berikut:

1. Perilaku pembelajaran guru, guru harus mampu membangun persepsi dan sikap positif belajar peserta didik, menguasai semua materi, memberikan layanan kepada peserta didik, menguasai pembelajaran yang mendidik, dan dapat mengembangkan kepribadian serta keprofesionalan.

2. Perilaku dan dampak belajar siswa, peserta didik haruslah memiliki sikap positif terhadap belajar, mempunyai kemauan untuk berkembang, memahami, dan memperdalam pengetahuannya.

3. Iklim pembelajaran, suasana kelas yang kondusif akan memicu peserta didik dapat menerima pembelajaran dengan baik.

4. Materi pembelajaran, kesesuaian antara materi dengan tujuan pembelajaran sangatlah penting, pendalaman materi dan cara penyampaian materi.


(37)

21

5. Media pembelajaran, mempunyai daya untuk menciptakan belajar yang ber-makna sehingga mampu memberikan kesan pembelajaran pada peserta didik. 6. Sistem pembelajaran, perencanaan yang matang dan strategis adalah salah satu

kunci dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran IPA di kelas V SD berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh melalui penerapan model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping yang indikatornya adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Keterampilan guru dalam mengajar sangat mempengaruhi hasil pembelaja-ran. Keterampilan guru merupakan kemampuan guru dalam melakukan tidakan untuk mengembangkan siswanya secara utuh (Rusman, 2014:70).

Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Keterampilan dasar mengajar seorang guru menurut Usman (2009:74-108) meliputi 8 keterampilan yaitu :

2.1.3.1.1 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dalam konteks ini guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis. Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan


(38)

pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelaja-ran merupakan keterampilan mepelaja-rangkum inti pelajapelaja-ran pada akhir setiap penggal kegiatan. Keterampilan ini sangat penting dalam membantu siswa menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum, atau prosedur dari inti pokok bahasan yang dipelajari (Marno dan Idris, 2014:76).

Menurut Usman (dalam Rusman 2014:81) komponen keterampilan mem-buka pelajaran meliputi: 1) menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar, penggunaan media pelajaran, dan pola interaksi yang bervariasi; 2) menimbulkan motivasi dengan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat siswa; 3) memberikan acuan dengan berbagai usaha, seperti mengemukakan tugas dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meng-ingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan; serta 4) memberikan apersepsi, sehingga materi yang dipelajari merupakan kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

Setelah pembelajaran selesai, perlu adanya closure/menutup pelajaran. Menurut Usman (dalam Rusman, 2014:92) cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran adalah 1) meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran dan 2) melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.


(39)

23

2.1.3.1.2 Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan (Marno dan Idris, 2014:113).

Menurut Majid (2014:236) komponen bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanya-an. Komponen-komponen yang di maksud adalah pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyeba-ran, pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Dalam kegiatan pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting, hal ini dikarenakan pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan kreativitas siswa, yaitu 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa ter-hadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan; 3) mengembangkan pola berpi-kir dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpiberpi-kir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya; 4) menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, dan 5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. (Rusman, 2014:82)

2.1.3.1.3 Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan merupakan dasar keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru. Menjelaskan pada dasarnya adalah menuturkan secara lisan mengenai suatu bahan pelajaran yang disampaikan secara sistematis dan


(40)

terencana sehingga memudahkan siswa memahami bahan pelajaran. (Marno dan Idris, 2014:95)

Menurut Rusman (2014:87-88) komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan meliputi: 1) merencanakan, penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi materi dan aktivitas siswa itu sendiri, dan 2) penyajian suatu penjelasan, dapat ditingkatkan hasilnya dengan memerhatikan hal-hal berikut: kejelasan materi, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

2.1.3.1.4 Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Marno dan Idris (2014:130), penguatan adalah respons positif yang dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajar, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.

Adapun komponen jenis-jenis penguatan yang dapat digunakan oleh guru menurut Majid (2014:238-239) adalah sebagai berikut: 1) penguatan verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat yang diucapkan; 2) penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik; 3) penguatan dengan cara men-dekati; 4) penguatan dengan cara sentuhan; 5) penguatan dengan memberi kegiatan yang menyenangkan, dan 6) penguatan berupa tanda.

2.1.3.1.5 Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga


(41)

25

dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. (Majid, 2014:239)

Menurut Marno dan Idris (2014, 140-144) komponen keterampilan variasi mengajar meliputi: variasi gaya mengajar, variasi media pengajaran dan variasi interaksi belajar mengajar.

2.1.3.1.6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara kelompok (Rusman, 2014:89). Diskusi kelompok adalah suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesim-pulan dan pemecahan masalah (Usman, 2009:94).

Menurut Majid (2014:247) komponen-komponen keterampilan membim-bing diskusi adalah: 1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik dis-kusi; 2) memperjelas masalah maupun usulan/pendapat; 3) menganalisis pandang-an/pendapat siswa; 4) meningkatkan usulan siswa; 5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; 6) menutup diskusi.

2.1.3.1.7 Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan meme-lihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar (Majid, 2014:248). Menurut Rusman (2014:90-91) komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah:


(42)

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, mencakup: (1) menunjukkan sikap tanggap; (2) memberi-kan perhatian; (3) memusatmemberi-kan perhatian kelompok; (4) memberimemberi-kan petunjuk yang jelas; (5) menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, dan (6) memberikan penguatan.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yang mencakup: (1) modifikasi tingkah laku; (2) menggunakan pen-dekatan pemecahan masalah kelompok, serta (3) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

2.1.3.1.8 Keterampilan Mengajar Perseorangan

Pembelajaran individual adalah pembelajaran paling humanis untuk me-menuhi kebutuhan dan interes siswa. Guru dapat melakukan variasi, bimbingan dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka memberikan sentuhan kebutu-han individual. Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam pelaksana-an pembelajarpelaksana-an perseorpelaksana-angpelaksana-an adalah: 1) keterampilpelaksana-an mengadakpelaksana-an pendekatpelaksana-an secara pribadi; 2) keterampilan mengorganisasi; 3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar; serta 4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Rusman, 2014:91).

Berdasarkan uraian tersebut, keterampilan guru dalam penelitian ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki, dipahami dan dikuasai oleh setiap pengajar untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan ideal dalam kelas serta menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui


(43)

27

model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD, yang indikatornya adalah: (1) melaksanakan pra pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran); (2) membuka pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran); (3) menyampaikan materi pelajaran berbantuan mind mapping (keterampilan menjelaskan); (4) memberikan stimulus kepada siswa dengan pertanyaan yang berkaitan dengan materi (keterampilan bertanya); (5) mengelola kelas dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok (keterampilan mengelola kelas); (6) membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok (keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil); (7) membimbing setiap kelompok dalam membuat mind mapping (keterampilan mengadakan variasi); (8) membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi (keterampilan mengajar perseorangan); (9) memberikan penguatan terhadap hasil kinerja siswa (keterampilan memberi penguatan); (10) menutup pembelajaran (keterampilan menutup pelajaran)

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2014:95). Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya menjadi obyek tetapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat tercapai.


(44)

Menurut Hamalik (2014:171) siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

Diedrich (dalam Sardiman, 2014:101) menyebutkan jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya memperhatikan gambar, melakukan percobaan, menanggapi pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat peta, diagaram, grafik. 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


(45)

29

Whipple (dalam Hamalik, 2014:173) membagi kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut:

1. Bekerja dengan alat-alat visual. Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi.

2. Ekskursi dan trip. Mengunjungi museum, menyajikan demonstrasi, atau mengundang lembaga yang dapat memberikan keterangan-keterangan. 3. Mempelajari masalah. Mencari informasi dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan penting,membuat rangkuman, dan mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar.

4. Mengapresiasi literatur. Membaca cerita yang menarik dan mendengar bacaan untuk kesenangan dan informasi.

5. Ilustrasi dan konstruksi. Membuat chart, blue print, ilustrasi, peta, diagram, poster, dan artikel untuk pameran.

6. Bekerja menyajikan informasi. Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik, merencanakan suatu program.

7. Cek dan tes. Mengerjakan informasi, menyiapkan tes, dan menyusun grafik perkembangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan segala tingkah laku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran baik bersifat fisik maupun mental dalam pembelajaran IPA melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD, yang indikatornya adalah: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran (emotional activities); (2) menanggapi apersepsi yang


(46)

disampaikan oleh guru (mental activities); (3) memperhatikan penjelasan guru dengan menyimak mind map dan mencatat hal-hal penting tentang materi yang sedang dipelajari (visual dan listening activities); (4) bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari (oral activities); (5) berdiskusi secara kelompok mengenai tugas yang diberikan oleh guru (oral, mental dan writing activities); (6) membuat peta pikiran (mind mapping) dari hasil pemecahan masalah (motor dan drawing activities); (7) mempresentasikan hasil diskusi kelompok (oral activities); (8) menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain (oral activities); (9) menyimpulkan pembelajaran yang telah dilalui (mental activities); dan (10) Mengerjakan soal evaluasi (writing activities)

2.1.3.3 Hasil Belajar

Rifa’i dan Anni (2011:85) menjelaskan hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.


(47)

31

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang, yang terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Benyamin S. Bloom (Kosasih, 2014:17-27) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam kategori atau taksonomi itu kemudian disempurnakan oleh Lorin Anderson Krathwohl (2011) dengan istilah dan urutan sebagai berikut :

a. Mengingat (remembering) ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengenali kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip, atau teori yang pernah diketahuinya dalam proses pembelajaran, tanpa memanipulasinya dalam bentuk atau simbol lain.


(48)

b. Memahami (understanding) ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengerti akan suatu konsep, rumus, ataupun fakta-fakta untuk kemudian menafsirkan dan menyatakannya kembali dengan kata-kata sendiri.

c. Menerapkan (applying) merupakan kemampuan melakukan atau mengembangkan sesuatu sebagai wujud dari pemahaman konsep tertentu. d. Menganalisis (analyzing) merupakan kemampuan memisahkan suatu fakta

atau konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.

e. Mengevaluasi (evaluating) adalah kemampuan di dalam menunjukkan kelebihan dan kelemahan sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. f. Mencipta (creating) merupakan kemampuan ideal yang seharusnya dimiliki

oleh seorang peserta didik setelah mempelajari kompetensi tertentu. 2. Ranah afektif

Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks, yaitu:

a. Penerimaan (receiving) berarti kemauan untuk menunjukkan perhatian dan penghargaan terhadap materi, ide karya, ataupun keberadaan seseorang. b. Penanggapan (responding) merupakan kemampuan untuk berpartisipasi

aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.


(49)

33

c. Penilaian (valuing) merupakan kemampuan untuk meninjau baik-tidaknya suatu hal, keadaan, peristiwa, ataupun perbuatan.

d. Penggorganisasian (organizing) merupakan kemampuan membentuk sistem nilai dengan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan yang mungkin ada. e. Karakterisasi (characterization) merupakan kemampuan untuk menghayati

atau mengamalkan suatu sistem nilai. 3. Ranah psikomotor

Secara umum ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik, dan kemampuan fisik. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik, sebagai berikut:

a. Persepsi merupakan kemampuan menggunakan saraf sensori di dalam menginterpretasikan atau memperkirakan sesuatu.

b. Kesiapan merupakan kemampuan untuk mengkondisikan diri, baik mental, fisik, dan emosi, untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran.

c. Reaksi yang diarahkan (guided respond) berupa kemampuan untuk melakukan suatu keterampilan yang kompleks dengan bimbingan guru. d. Reaksi natural (mekanisme) diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan

kegiatan pada tingkat keterampilan tahap lebih sulit, namun bersifat umum. e. Reaksi kompleks merupakan untuk melakukan kemahirannya dalam

melakukan suatu kegiatan.

f. Adaptasi adalah kemampuan mengembangkan keahlian dan memodifikasi sesuai dengan kebutuhan.


(50)

g. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dicapai peserta didik berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran IPA model Somatic Auditory Visualization Intellectually berbantuan Mind Mapping pada siswa kelas V SD yang diukur dari tiga aspek yaitu: 1) hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari data hasil tes evaluasi yang diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran setiap pertemuan untuk mata pelajaran IPA KD 7.4 mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, KD 7.5 mendeskripsikan perlunya penghematan air, dan KD 7.6 mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungannya; 2) hasil belajar pada ranah afektif diperoleh dari hasil pengamatan sikap siswa terdiri dari sikap tanggung jawab (responsibility), kerja sama (cooperation), dan percaya diri (confidence) selama mengikuti pembelajaran; dan 3) hasil belajar pada ranah psikomotor diperoleh dari penilaian produk yang dibuat siswa berupa mind mapping.

2.1.4 Hakikat IPA

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya (Wisudawati, 2014:22).

Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) mendefinisikan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dalam penggunaannya


(51)

35

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sedangkan menurut Susanto (2013:167) sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Haryono (2013:43-44) menguraikan karakteristik belajar IPA diantaranya: 1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses

berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). 3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu

pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal yang jika dilakukan hanya melalui pengamatan dengan indera, hasil yang diperoleh kurang obyektif, sementara IPA mengutamakan obyektivitas.

4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah, studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan semata-mata dalam rangka untuk mem-peroleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.

5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Dalam belajar IPA, peserta didik mengamati objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada


(52)

pihak lain. Para ahli pembelajaran IPA seyogyanya melibatkan peserta didik dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.

Carin & Sund (dalam Wisudawati, 2014:24) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA memiliki empat unsur utama yaitu:

1. IPA sebagai sikap

Sikap ilmiah merupakan sikap pada pengajaran IPA SD/MI yang dibatasi pada sikap terhadap alam sekitar. Menurut Harlen (dalam Riyanto, 2013:139) sikap-sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

2. IPA sebagai proses

Haryono (2013:45) berpendapat bahwa IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja memperoleh hasil (produk) ilmiah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan IPA disebut keterampilan proses. Jenis-jenis keterampil-an proses IPA menurut Mintohari, dkk (2013:2-24) keterampil-antara lain: mengamati, menggolongkan/mengklasifikasi, mengukur, merumuskan masalah, merumus-kan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mengendalimerumus-kan variabel, merancang


(53)

37

dan melakukan eksperimen, menginterpretasi data, menyimpulkan, mengko-munikasikan, dan memprediksi.

Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3. IPA sebagai produk

IPA sebagai produk ilmiah menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Secara umum produk ilmu pengetahuan dibagi menjadi: fakta, konsep, lambang, konsepsi/penjelasan, dan teori. Ketika para ilmuan mengamati fenomena alam, mereka memperoleh sejumlah fakta dan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan fenomena tersebut. Selanjutnya, mereka membangun konsep-konsep IPA berupa sebuah kata atau gabungan dua kata atau lebih. Untuk mempermudah komunikasi antar mereka sendiri atau dengan masyarakat umum, para pakar menyusun banyak lambang/simbol. (Sutrisno, 2008:1.25)

4. IPA sebagai teknologi

IPA sebagai teknologi merupakan aplikasi penemuan IPA yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. IPA berperan penting dalam perkembangan teknologi karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Pada hakikatnya, IPA


(54)

terdiri dari empat unsur utama, yaitu produk, proses, sikap ilmiah, serta teknologi. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur tersebut diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. 2.1.5 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan (Wisudawati, 2014:28).

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. (Susanto, 2013:171)

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006:162), dimaksudkan untuk:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.


(55)

39

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Menurut BSNP (2006:162), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Proses pembelajaran IPA di sekolah secara holistik dipengaruhi oleh beberapa hal. Pemahaman pembelajaran IPA mulai dari pengertian dan hakikat IPA, teori-teori belajar yang melatarbelakangi seorang individu belajar IPA, karakteristik peserta didik, model-model pembelajaran yang digunakan dalam mengemas materi IPA agar mudah dipahami dan bermakna bagi peserta didik, nilai-nilai yang akan membentuk karakter peserta didik sebagai efek pengiring


(56)

dan efek pembelajaran IPA, hingga penyesuaian materi IPA yang akan diajarkan dengan penataan lingkungan belajar atau sistem sosial, dan prinsip reaksi yang mampu mengoptimalkan keseluruhan komponen yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

2.1.6 Model Pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually 2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Majid (2014:13) merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Soekamto (dalam Hamruni 2012:6) mengemuka-kan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukis-kan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasimelukis-kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pe-rancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan menurut Sukardi (2013:29) model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang me-mungkinkan siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah lingkungan belajarnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk melihat, memegang, merasakan dan mengaktifkan lebih banyak indera yang dimilikinya. Siswa didorong untuk mengekspresikan diri dalam rangka membangun pemaham-an pengetahupemaham-an, perilaku dpemaham-an keterampilpemaham-annya.


(57)

41

Menurut Hamruni (2012:6) model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur, yaitu:

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka dasar pembelajaran berupa prosedur pembelajaran yang sistematis tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.6.2 Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually

Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelektual (I).

Menurut Suwatra, dkk (dalam Permini, 2014) model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) merupakan pembelajaran yang mengga-bungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran sehingga menjadi tidak mem-bosankan bagi para siswanya.


(58)

Menurut Rose dalam Fitriani (2013:9) ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar model SAVI diantaranya adalah a) belajar visual melalui melihat sesuatu. Mereka suka melihat gambar atau diagram, menonton pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video. Mereka juga membaca kata tertulis, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas; b) pembelajaran auditori melalui mendengar sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal; c) pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, dengan bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memanfaatkan seluruh alat indera-nya baik aktivitas tubuh, aktivitas mendengarkan, aktivitas melihat, maupun aktivitas otak (berpikir) yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. 2.1.6.3 Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually

Pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Istilah SAVI kependekan dari (Shoimin, 2014:177) :

a. Somatic (belajar dengan berbuat dan bergerak) bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yakni belajar dengan mengalami dan melakukan. Pembelajaran somatik adalah pembelajaran yang melibatkan dan memanfaat-kan anggota tubuh (indera peraba, melibatmemanfaat-kan fisik dan menggerakmemanfaat-kan anggota tubuh ketika pembelajaran berlangsung)


(59)

43

b. Auditory (belajar dengan berbicara dan mendengar) bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Tanpa kita sadari, telinga kita terus-menerus menangkap informasi. Ketika kita sedang berbicara maka beberapa area di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat dimanfaatkan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara, mengajak siswa berdiskusi memecahkan suatu masalah, atau membacakan hasil kegiatan di depan kelas dan menanggapi pendapat teman.

c. Visualization (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) bermakna belajar haruslah mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Siswa akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku.

d. Intellectually (belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir) bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on). Belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkannya.

2.1.6.4 Langkah-langkah Model Somatic Auditory Visualization Intellectually Adapun langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellec-tually sebagai berikut (Shoimin, 2014:178-180):


(60)

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru adalah:

 Memberikan sugesti positif

 Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa

 Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna

 Membangkitkan rasa ingin tahu

 Menciptakan lingkungan fisik, emosional, dan sosial yang positif

 Menenangkan rasa takut

 Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

 Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

 Merangsang rasa ingin tahu siswa

 Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal 2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru yaitu:

 Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan

 Pengamatan fenomena dunia nyata

 Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh

 Presentasi interaktif


(1)

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Gambar 18. Siswa melakukan percobaan sederhana

Gambar 17. Siswa mengumpulkan informasi dari buku ajar dan

mendiskusikan LKS

Gambar 16. Guru menyampaikan petunjuk jalannya diskusi dan cara

membuat mind mapping

Gambar 15. Siswa bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sedang

dipelajari

Gambar 14. Guru menyampaikan materi berbantuan mind mapping

Gambar 13. Guru membuka pembelajaran


(2)

357

Gambar 24. Guru menutup pembelajaran

Gambar 23. Siswa mengerjakan tes evaluasi

Gambar 22. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari

Gambar 21. Siswa menanggapi hasil diskusi kelompok lain

Gambar 20. Siswa mempresentasikan hasil mind mapping

Gambar 19. Siswa membuat mind mapping secara berkelompok


(3)

LAMPIRAN 10

SURAT-SURAT


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA POWER POINT PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 36 279

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD GUNUNGPATI 01 KOTA SEMARANG

3 18 333

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA LOOP CARDS PADA SISWA KELAS VC SD NEGERI PURWOYOSO 03

0 4 249

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DENGAN MEDIA KOMIK SAINS PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 9 377

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS II SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 16 444

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

1 11 238

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

1 10 264

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SDN PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 26

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 128

Pengembangan Perangkat Pembelajaran mengacu Model Creative Problem Solving berbasis Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually

1 3 10