Kebijakan Aturan Tata Kelola TI Pemerintah Kota Tangerang

LAPORAN STUDI PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN ATURAN

2010

TATA KELOLA

TEKNOLOGI INFORMASI

Kegiatan Penyusunan Pedoman Petunjuk Teknis dan Peraturan Komunikasi

Online Antar SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang

KATA PENGANTAR

Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik memerlukan Good Governance. Implementasi Good Governance akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Pada sisi lain, penggunaan teknologi informasi oleh institusi pemerintahan sudah dilakukan sejak beberapa dekade lalu, dengan intensitas yang semakin meningkat. Untuk memastikan penggunaan teknologi informasi tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan pengelolaan risiko terkait dengannya, diperlukan sebuah studi terkait dengan kebijakan dan aturan tata kelola teknologi informasi.

Laporan ini berisi studi proses tata kelola teknologi informasi di Pemerintah Kota Tangerang terkait kebutuhan akan kebijakan dan aturan tata kelola teknologi informasi, sehingga implementasi good governance dapat tercapai. Harapan kami semoga Laporan Studi ini dapat memenuhi kriteria yang diharapkan, serta dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pelaksanaan layanan teknologi informasi, sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Kritik dan saran terhadap laporan ini demi tercapainya sasaran Kegiatan Penyusunan Pedoman Petunjuk Teknis dan Peraturan Komunikasi Online Antar SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Besar harapan kami bahwa laporan ini dapat menjadi bahan masukan untuk kemajuan Kota Tangerang.

Jakarta, Oktober 2010

TIM Penyusunan Pedoman Petunjuk Teknis dan Peraturan Komunikasi Online Antar SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 120

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan telah menunjukan bahwa penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama dalam transaksi perdagangan. Penataan yang tengah dilaksanakan harus pula diarahkan untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi. Untuk itu diperlukan sebuah Tata Keloka Teknologi Informasi (TI), agar pengeolaan TI sejalan dengan tujuan organisasi.

Pada saat ini kebutuhan akan sebuah tata kelola TI khususnya pada lingkup organisasi baik berupa organisasi pemerintah maupun organisasi bisnis yang bersifat korporasi telah meningkat secara tajam. Hal tersebut terjadi karena TI telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses bisnis organisasi untuk mencapai misi dan tujuannya. Dengan demikian, agar misi, tujuan dan proses bisnis organisasi dapat berjalan dengan baik terkait dengan layanan TI-nya, diperlukan suatu pengelolaan terhadap TI yang secara taktis dapat memberikan gambaran strategis bagi kebutuhan integrasi dan standarisasi model operasi organisasi. Sehingga keberadaan pulau-pulau informasi sebagai akibat tidak adanya penataan yang baik pada TI dapat dihindari dan dapat dikelola sesuai dengan kebutuhan yang akan dicapai oleh organisasi tersebut.

Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik memerlukan Good Governance . Implementasi Good Governance akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Pada sisi lain, penggunaan TIK oleh institusi pemerintahan sudah dilakukan sejak beberapa dekade lalu, dengan intensitas yang semakin meningkat. Untuk memastikan penggunaan TIK tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik memerlukan Good Governance . Implementasi Good Governance akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Pada sisi lain, penggunaan TIK oleh institusi pemerintahan sudah dilakukan sejak beberapa dekade lalu, dengan intensitas yang semakin meningkat. Untuk memastikan penggunaan TIK tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan

Tata Kelola TI tidaklah diragukan lagi dalam pencapaian tujuan suatu organisasi yang mengadopsi TI, seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya pada organisasi publik, maka Tata Kelola TI yang pada intinya adalah bagaimana mengelola penggunaan TI agar menghasilkan output yang maksimal dalam organisasi, membantu proses pengambilan keputusan dan membantu proses pemecahan masalah. Prinsip-prinsip Tata Kelola TI harus dilakukan secara terintegrasi, sebagaimana fungsi-fungsi manajemen dilaksanakan secara sistemik dilaksanakan pada sebuah organisasi publik.

Weill dan Ross (2004:2) mendefenisikan Tata Kelola TI sebagai keputusan- keputusan yang diambil, yang memastikan adanya alokasi penggunaan TI dalam strategi-strategi organisasi yang bersangkutan. Tata Kelola TI merefleksikan adanya penerapan prinsip-prinsip organisasi dengan memfokuskan pada kegiatan manajemen dan penggunaan TI untuk pencapaian organisasi.

Dengan demikian, Tata Kelola TI pada intinya mencakup pembuatan keputusan, akuntabilitas pelaksanaan kegiatan penggunaan TI, siapa yang mengambil keputusan, dan mengelola proses pembuatan dan pengimplementasian keputusan-keputusan yang berkaitan dengan TI. Contoh bidang cakupan Tata Kelola TI sektor publik adalah keputusan pemerintah yang menentukan siapa yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam pembuatan keputusan tentang berapa jumlah investasi yang dapat dilakukan pada sektor publik X dengan memanfaatkan TI.

Suatu Tata Kelola TI yang efektif berarti penggunaan TI pada organisasi tersebut mampu meningkatkan dan mensinergiskan antara penggunaan TI dengan visi, misi, tujuan dan nilai organisasi yang bersangkutan.

Menurut Weill&Ross (204:10), suatu Tata Kelola TIK yang efektif adalah yang mampu menjawab tiga pertanyaan berikut, yaitu:

1. Keputusan-keputusan apa yang harus diambil untuk memastikan terlaksananya efektif manajemen dan efektif penggunaan TI?;

2. Siapa yang harus membuat keputusan-keputusan berkaitan dengan penggunaan TI?;

3. Bagaimana keputusankeputusan ini dibuat dan dimonitor? Dengan demikian, pemerintahlah (baik pemerintah pusat ataupun daerahlah) yang memiliki otoritas dalam pembuatan keoputusan dan pengukuran akuntabilitas kinerja pelaksanaan Tata Kelola TI pada organisasi publik di Indonesia. Hal ini diterapkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan tentang IT yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan prinsip-prinsip Tata Kelola TI dan pelaksanaan outsourcing, public private partnerships ataupun konsultan.

Peraturan daerah ditingkat pemerintah daerah kabupaten dan kota sebaiknya ikut pula memayungi pelaksanaan Tata Kelola TI ditingkat pemerintahan tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan adanya investor-investor dalam dan luar negeri yang akan bergerak aktif dalam kegiatan outsourcing, public private partnerships dan konsultasi dibidang Tata Kelola TI ditingkat pemerintah kabupaten dan kotamadya.

Adanya kejelasan kebijakan ditingkat kabupaten dan kotamadya akan meningkatkan kemajuan dan perkembangan penggunaan TI pada organisasi publik di Indonesia secara signifikan, terutama dalam memayungi pelaksanaan e- governmentdan semua permasalahan yang berkaitan dengan “the dark side of IT” (seperti credit card fraud, hackers dan virus).

Berkaitan dengan implementasi Tata Kelola TI di Indonesia diperlukan prinsip-prinsip Tata Kelola TI yang tepat yang sesuai dengan karakteristik institusi publik kita. Menurut Weill dan Ross (2004:114), prinsip-prinsip penerapan Tata Kelola TIK yang baik adalah sebagai berikut:

1. Simpel; artinya mekanisme pengimplementasian Tata Kelola TI mesti mendefinisikan dahulu tanggungjawab dan tujuan yang jelas dari tiap-tiap organisasi tersebut. Organisasi publik kita yang pada intinya bertanggungjawab dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat harus disinergiskan dengan tujuannya yaitu kesejahteraan masyarakat.

2. Transparan; artinya adanya mekanisme yang efektif dan proses yang jelas

bagi siapapun yang berkaitan dengan keputusan yang dibuat tentang IT.

3. Kecocokan; artinya mekanisme Tata Kelola TIK-nya harus mengikutsertakan individu-individu yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

Tata Kelola TI (IT Governance) jika dilihat dalam sudut pandang implementasi akan menjadi sebuah panduan bagi integrasi dan standarisasi model operasi di organisasi, sehingga akan memberikan manfaat dalam bentuk panduan pada hal-hal seperti berikut ini:

1. Panduan pada nilai pemahaman terhadap kondisi saat ini di organisasi dan visualisasinya yang jelas pada proses bisnis serta alur informasi yang independen di dalam struktur organisasinya.

2. Memberikan wadah komunikasi yang tepat dalam menjelaskan dan mengilustrasikan model operasi dan integrasinya bagi implementasi TI di organisasi.

3. Memberikan panduan terhadap pemangku jabatan di dalam organisasi TI, sehingga ketika ada pergantian pemangku jabatan tidak akan mempengaruhi alur informasi karena telah mempunyai alur yang standar dan baku.

4. Menjadi basis data bagi Critical Success Factor (CSF), biaya-biaya operasional, proses-proses yang terkait dengan SI untuk mencapai posisi TI yang efektif dan efisien.

5. Menjadi basis kerangka kerja konseptual dalam mendefinisikan aktivitas TI, perancangan TI serta gambarannya terhadap kemajuan TI.

6. Menjadi basis definisi sistem arsitektur masa depan di lingkup area aplikasi; mekanisme untuk memetakan aplikasi yang ada saat ini terhadap proses bisnis organisasi.

7. Menjadi basis pengertian istilah-istilah dalam bisnis proses organisasi;

8. Panduan identifikasi bagi redundansi tingkat tinggi (misalkan redundansi pada aplikasi yang ada di organisasi)

Tata kelola TI dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu strategi, taktis dan operasional. Adapun bentuk tata kelola berdasarkan tingkatannya yaitu :

a. Produk yang termasuk ke dalam tingkatan strategis adalah sebagai berikut :

1. Dokumen Kebijakan Tata Kelola TI (IT Governance Policy)

2. Dokumen Peraturan Tata Kelola TI (IT Governance Regulation)

3. Dokumen Rencana Strategis TI (ITSP - IT Strategic Plan)

4. Dokumen Portofolio TI (IT Portfolio) 4. Dokumen Portofolio TI (IT Portfolio)

1. Dokumen Pengelolaan Investasi TI (IT Investment Management)

2. Dokumen Pengelolaan Aset TI (IT Asset Management)

3. Dokumen Pengelolaan Risiko TI (IT Risk Management)

4. Dokumen Pengelolaan Lingkungan TI (IT Environment Management)

5. Dokumen Enterprise Architecture

c. Untuk produk tata kelola TI yang termasuk ke dalam tingkatan operasional dapat dilihat sebagai berikut :

1. Dokumen Rencana Induk TI (ITMP - IT Master Plan)

2. Dokumen Rencana Detail TI (ITDP - IT Detail Plan)

3. Dokumen Panduan Teknis TI (IT Technical Guidance)

4. Dokumen Prosedur Standar Operasi TI (IT SOP) Indonesia pada lingkup nasional telah mempunyai kebijakan yang terkait dengan IT Governance yaitu berupa panduan umum pada pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Panduan tersebut adalah Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (PUTIKN) versi 1 dari Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007). Sedangkan pada lingkup internasional, IT Governance mempunyai kerangka kerja yang disebut dengan COBIT Framework V. 4.1. COBIT yang merupakan singkatan dari Control Objectives for Information and related Technology, merupakan kerangka kerja yang komprehensif dan bersifat sebagai control objectives bagi keberjalanan dan keberlangsungan sebuah pengelolaan TI.

Memperhatikan pertimbangan tersebut, terlihat dengan jelas bahwa fungsi dari PUTIKN, adalah sebagai panduan garis besar pada tata kelola bidang teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional. Beberapa hal yang mendasari terbentuknya PUTIKN adalah sebagai berikut :

1. Perlunya Rencana TIK nasional yang lebih harmonis

2. Perlunya pengelolaan yang lebih baik untuk merealisasikan flagship nasional

3. Perlunya peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja/investasi TIK

4. Perlunya pendekatan yang meningkatkan pencapaian value dari implementasi TIK nasional

Manfaat yang didapatkan dari penerapan PUTIKN dalam penyelenggaraan tata kelola TIK, dapat ditinjau dari perspektif nasional, sisi institusional dan sisi publik. Manfaat – manfaat tersebut dapat dilihat di bawah ini.

1. Nasional/Daerah

a. Koordinasi dan integrasi Rencana TIK Nasional/Daerah

b. Mendapatkan standar rujukan kualitas penyelenggaraan TIK di seluruh institusi pemerintahan

c. Memudahkan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan TIK di seluruh institusi pemerintahan

2. Institusional

a. Mendapatkan batasan dan panduan sesuai best practice dalam penyelenggaraan TIK-nya di lingkungan masing-masing

b. Mengoptimalkan ketercapaian value dari penyelenggaraan TIK di lingkungan kerjanya masing-masing, yaitu internal manajemen dan pelayanan publik.

3. Publik

a. Kualitas pelayanan publik yang lebih baik

b. Transparansi kriteria batasan penyelenggaraan TIK oleh institusi pemerintah, sehingga dapat melakukan fungsi kontrol sosial

Penyusunan sebuah tata kelola TIK pada suatu institusi pemerintahan tidak akan terlepas dari prinsip dan model tata kelola yang telah dibakukan oleh PUTIKN. Model tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini .

Gambar 1. Prinsip dan Model Tata Kelola

Control Objectives for Information and related Technology (COBIT ®), yang saat ini sudah memasuki versi 4.1. dapat memberikan sebuah pandangan good practise di antara seluruh domain dan proses kerangka kerja (framework) TI, serta memberikan kegiatan yang dapat dikelola dan mempunyai struktur yang sangat logis. COBIT dibuat dan diolah berdasarkan dari konsensus para ahli pada bidang tata kelola TI. COBIT yang merupakan sebuah best practise pada tata kelola TI, akan membantu optimalisasi terhadap investasi dalam bidang TI, serta menjamin ketersediaan layanan TI dan menyediakan proses pengukuran TI dalam rangka evaluasi. Dasar dari framework COBIT dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini. Pengertian dari gambar 1. 2 tersebut adalah agar dapat menyediakan informasi yang diperlukan oleh sebuah enterprises dalam mencapai objektifnya, enterprises perlu melakukan penanaman modal, pengelolaan dan pengendalian sumber- sumber daya TI dengan menggunakan suatu struktur proses dalam menyediakan layanan informasi yang diperlukan perusahaan. Dengan demikian secara harfiah, dapat kita katakan bahwa pengelolaan dan kontrol informasi adalah inti dari framework COBIT, sehingga dapat membantu untuk memastikan keselarasan antara tata kelola TI dengan kebutuhan bisnis.

Gambar 2. Framework COBIT

Sejak diberlakukannya Peraturan Walikota Tangerang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Informasi dan Komunikasi dengan Tugas Pokok dan Fungsinya sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan pembangunan, pengembangan, pengelolaan serta pemberdayaan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dan Website Kota Tangerang;

2. Menyelenggarakan sosialisasi peraturan perundang-undangan mengenai pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);

3. Menyelenggrakan pemberian bimbingan teknis mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi aparatur Pemerintah Daerah, masyarakat, dan kalangan dunia usaha;

4. Menyelenggarakan sosialisasi mengenai Internet Sehat bagi masyarakat;

5. Menyelenggarakan sosialisasi mengenai Indonesia Go Open Source (IGOS);

6. Menyelenggarakan penerapan standarisasi hardware dan software Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di lingkungan Pemerintah daerah

7. Menyelenggarakan persiapan tim adhoc di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan jenis – jenis layanan public/kegiatan Pemerintah Daerah yang memerlukan layanan elektronik;

Dari tupoksi diatas, maka Dinas Informasi dan Komunikasi telah melaksanakan pembangunan/pengembangan sistem/program aplikasi yang telah dibangun baik secara online maupun offline dengan kondisi saat ini belum dapat menyajikan data secara terintegrasi antara sistem satu dengan lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Guna optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari e-government serta tercapainya proses pertukaran data antar instansi/SKPD yang efisien dan efektif baik biaya dan sumber daya perlu adanya peraturan pedoman petunjuk teknis komunikasi online berupa dokumen tata kelola TIK tingkat strategi sebagai payung hukum. Sehubungan dengan hal tersebut diatas pada tahun ini melalui kegiatan pedoman petunjuk teknis dan peraturan komunikasi online antar SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang akan dilaksanakan pekerjaan penyusunan pedoman Guna optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari e-government serta tercapainya proses pertukaran data antar instansi/SKPD yang efisien dan efektif baik biaya dan sumber daya perlu adanya peraturan pedoman petunjuk teknis komunikasi online berupa dokumen tata kelola TIK tingkat strategi sebagai payung hukum. Sehubungan dengan hal tersebut diatas pada tahun ini melalui kegiatan pedoman petunjuk teknis dan peraturan komunikasi online antar SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang akan dilaksanakan pekerjaan penyusunan pedoman

I.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan pekerjaan penyusunan pedoman petunjuk teknis dan peraturan komunikasi online dengan tujuan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari e-government serta tercapainya proses penukaran data antar instansi/SKPD yang efisien dan efektif baik biaya dan sumber daya.

1.4 Metodologi Kegiatan

Metodologi kegiatan ini menggunakan mixed methods strategies (kualitatif dan kuantitatif) . Proses penelitian dengan metode kualitatif ini akan berdasarkan pada panduan prosedur yang sistematik, sesuai dengan teori Creswell (2003). Pada metode ini keseluruhan perspektif akan dilihat dalam sudut pandang tahapan penelitian yang saling bertautan dan memiliki keterhubungan kuat dengan data- data utama agar menghasilkan justifikasi yang koheren. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, maka pada metode kualitatif ini akan digunakan model perbedaan triangulasi agar dapat menghasilkan sebuah justifikasi yang koheren dalam mengartikan komponen utama bagi Penyusunan Pedoman Petunjuk Teknis dan Peraturan Komunikasi Online Antar SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Tangerang.

Gambar 3. Metodologi Kegiatan

I.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada laporan penelitian pendahuluan ini akan terdiri dari beberapa pembahasan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang kegiatan, perumusan masalah, tujuan kegiatan, metodologi kegiatan serta sistematika pembahasan. Bab II Konsep Penyusunan, berisi uraian mengenai kajian teori yang akan digunakan dalam kegiatan ini, yaitu kajian teori terhadap identifikasi layanan TI, dengan menggunakan C OBI T Framework V.4.1 dan C OBI T Management Tool Kit versi 3 untuk tahapan strategies of inquiry. Bab III Analisis Proses TI, berisi uraian mengenai layanan utama TI, keterkaitannya dengan jaminan keamanan TI dan model kematangannya.

Bab IV Langkah Perbaikan Layanan TI untuk Keamanan Sistem, berisi langkah-langkah perbaikan terhadap layanan TI berdasarkan keamanan sistem TI. Bab V Penutup, berisi uraian kesimpulan mengenai hasil kegiatan awal dan prosesnya

Bab II Konsep Penyusunan

Konsep penyusunan pada kegiatan ini, akan merujuk pada teori yang akan digunakan berdasarkan perumusan masalah yang dihadapi dalam kegiatan penyusunan kebijakan dan peraturan, yaitu Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional Versi 1, C OBI T Framework V.4.1 dan C OBI T Management Tool SSet versi 3

II.1 Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional Versi 1

Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional versi 1 dari Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007). Panduan tersebut merupakan payung hukum dalam regulasi tata kelola teknologi informasi dan komunikasi dengan lingkup nasional. Selain dari pada itu, pedoman tersebut memberikan prinsip dan model terhadap tata kelola teknologi informasi dan komunikasi dengan lingkup pada institusi pemerintahan, dalam hal ini Pemerintah Kota Tangerang. Berikut pembahasan mengenai Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (PUTIKN) versi 1 dari Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Panduan Umum TIK Nasional (PUTIKN) berfungsi sebagai panduan garis besar pada tata kelola bidang teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional. Hal tersebut tercermin dari isi Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007, yang dalam pertimbangannya dinyatakan sebagai berikut :

1. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan publik memerlukan good governance yang akan menjamin transparansi, akuntabilitas,

efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

2. bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh institusi pemerintahan telah semakin meningkat, sehingga untuk memastikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, maka harus memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan pengelolaan risiko;

3. bahwa dalam rangka mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan diperlukan rencana teknologi informasi dan komunikasi yang lebih harmonis, pengelolaan yang lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja teknologi informasi dan komunikasi dan pendekatan yang meningkatkan pencapaian nilai (value) dari implementasi teknologi informasi dan komunikasi nasional;

4. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas diperlukan Panduan Umum Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional

Memperhatikan pertimbangan tersebut, terlihat dengan jelas bahwa fungsi dari PUTIKN , adalah sebagai panduan garis besar pada tata kelola bidang teknologi informasi dan komunikasi di tingkat nasional. Beberapa hal yang mendasari terbentuknya PUTIKN adalah sebagai berikut :

1. Perlunya Rencana TIK nasional yang lebih harmonis

2. Perlunya pengelolaan yang lebih baik untuk merealisasikan flagship nasional

3. Perlunya peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja/investasi TIK

4. Perlunya pendekatan yang meningkatkan pencapaian value dari implementasi TIK nasional

Peruntukan PUTIKN dititikberatkan pada seluruh instansi pemerintah di semua level d epartemen atau LPND di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota, dengan lingkup penggunaan sumber daya TIK di institusi masing-masing, untuk memenuhi asas; efektivitas, efisiensi, dan akseptabilitas. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa tujuan dari PUTIKN adalah memberikan batasan dan panduan bagi institusi pemerintahan dan entitas pengambil keputusan di dalamnya dalam pengelolaan sumber daya TIK. Namun demikian, PUTIKN ini dapat pula diambil sebagai rujukan bagi pihak-pihak di luar institusi pemerintahan, untuk Peruntukan PUTIKN dititikberatkan pada seluruh instansi pemerintah di semua level d epartemen atau LPND di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota, dengan lingkup penggunaan sumber daya TIK di institusi masing-masing, untuk memenuhi asas; efektivitas, efisiensi, dan akseptabilitas. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa tujuan dari PUTIKN adalah memberikan batasan dan panduan bagi institusi pemerintahan dan entitas pengambil keputusan di dalamnya dalam pengelolaan sumber daya TIK. Namun demikian, PUTIKN ini dapat pula diambil sebagai rujukan bagi pihak-pihak di luar institusi pemerintahan, untuk

Manfaat yang didapatkan dari penerapan PUTIKN dalam penyelenggaraan tata kelola TIK, dapat ditinjau dari perspektif nasional, sisi institusional dan sisi publik. Manfaat – manfaat tersebut dapat dilihat di bawah ini.

1. Nasional

a. Koordinasi dan integrasi Rencana TIK Nasional

b. Mendapatkan standar rujukan kualitas penyelenggaraan TIK di seluruh institusi pemerintahan

c. Memudahkan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan TIK di seluruh institusi pemerintahan

2. Institusional

a. Mendapatkan batasan dan panduan sesuai best practice dalam penyelenggaraan TIK-nya di lingkungan masing-masing

b. Mengoptimalkan ketercapaian value dari penyelenggaraan TIK di lingkungan kerjanya masing-masing: internal manajemen & pelayanan publik

3. Publik

a. Kualitas pelayanan publik yang lebih baik

b. Transparansi kriteria batasan penyelenggaraan TIK oleh institusi pemerintah, sehingga dapat melakukan fungsi kontrol sosial

Beberapa pernyataan penting berdasarkan ulasan di atas terkait dengan manfaat PUTIKN selain peruntukan, lingkup, dan tujuan, diharapkan dapat mendukung jawaban pertanyaan penelitian mengenai mengapa rencana strategi TI sangat diperlukan di Pemrintah Kota Tangerang?, yaitu sebagai berikut :

1. Mendapatkan batasan dan panduan sesuai best practice dalam penyelenggaraan TIK-nya di lingkungan masing-masing, yang sesuai dengan tujuan institusinya.

2. Mengoptimalkan ketercapaian value dari penyelenggaraan TIK di lingkungan kerjanya masing-masing: internal manajemen & pelayanan publik

3. Kualitas pelayanan publik yang lebih baik (dalam hal ini, pelayanan TI untuk seluruh civitas akademik dalam hal TI)

Beberapa hal lain dalam PUTIKN yang dapat mendukung pertanyaan penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Lingkup

a. Keselarasan Strategis : Organisasi - TIK  Arsitektur dan inisiatif TIK harus selaras dengan visi dan tujuan

organisasi.  Keselarasan strategis antara organisasi – TIK dicapai melalui

mekanisme berikut:  Keselarasan tujuan organisasi dengan tujuan TIK, dimana setiap

tujuan TIK harus mempunyai referensi tujuan organisasi.  Keselarasan arsitektur bisnis organisasi dengan arsitektur TIK (arsitektur informasi, arsitektur aplikasi, dan arsitektur

infrastruktur).  Keselarasan eksekusi inisiatif TIK dengan rencana strategis

organisasi.

2. Indikator Keberhasilan

a. Keselarasan Strategis  Tingkat konsistensi dengan Rencana TIK Nasional

 Tingkat kontribusi tujuan TIK dalam mendukung tujuan organisasi secara umum, dalam perspektif desain

 Tingkat kepuasan stakeholders atas Rencana TIK yang sudah disusun, dalam perspektif akomodasi kepentingan  Tingkat kesesuaian proyek-proyek TIK yang sudah/sedang berjalan dibandingkan dengan yang direncanakan; kesahihan dasar pengambilan keputusan jika terjadi deviasi khususnya untuk proyek- proyek TIK yang kritikal/strategis

b. Efisiensi Arsitektur Teknis  Penurunan t ingkat redundansi siste m akibat kurang opt ima lnya

implementasi mekanisme shared-services arsitektur teknis

Ulasan di atas berkaitan dengan kepentingan keselarasan strategis yaitu antara strategi institusi dengan strategi TI. Dengan demikian Pemerintah Kota Tangerang yang belum mempunyai rencana strategi, perlu segera merancang dan menerapkan rencana strategi TI.

II.2 Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) Versi 4.1

C OBI T versi 4.1 dapat memberikan sebuah pandangan good practise pada seluruh domain dan proses kerangka kerja (framework) TI, serta memberikan pengelolaan terhadap proses TI dan bentuk – bentuk kegiatan (process and activity) yang mempunyai struktur yang sangat logis. C OBI T versi 4.1 yang merupakan sebuah best practise pada tata kelola TI, akan membantu optimalisasi terhadap investasi dalam bidang TI, serta menjamin ketersediaan layanan TI dan menyediakan proses pengukuran TI dalam rangka evaluasi0. Framework ini akan menjadi pemandu bagi penulis agar sesuai dengan ruang lingkup penelitian yang dikaji.

Menurut C OBI T versi 4.1, tata kelola institusi/perusahaan/organisasi adalah serangkaian tanggung jawab dan praktek - praktek yang dilaksanakan oleh dewan direksi dan pihak pengelola eksekutif (manajemen) dengan tujuan sebagai berikut (digambarkan juga pada gambar II.1 di bawah ini) :

1. Memberikan arahan strategis

2. Memastikan bahwa tujuan-tujuan tercapai

3. Memastikan risiko telah dikelola dengan baik

4. Memverifikasi sumber daya perusahaan telah digunakan secara bertanggung jawab

Bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam tata kelola TI, adalah mengenai kepemimpinan dalam hal ini keberadaan seorang Chief Information Officers (CIO), berikutnya adalah terkait dengan struktur organisasi dan proses pengelolaan TI yang dapat memastikan strategi institusi dan strategi TI selaras serta dapat mencapai tujuannya.

Gambar 4. Area Fokus Tata Kelola TI

Pada gambar di atas, diketahui ada 5 (lima) area fokus pada tata kelola TI menurut

C OBI T versi 4.1, yaitu sebagai berikut :

1. Penyelarasan Strategis/Strategic Alignment Fokus dalam memastikan keterhubungan antara bisnis dengan rencana TI; dalam mendefinisikan, merawat dan memvalidasi rencana nilai TI; dan dalam menyelaraskan operasional TI dengan operasional enterprise

2. Penghantaran Nilai/Value Delivery Berkaitan dengan pelaksanaan rencana nilai melalui sebuah siklus; memastikan bahwa TI dapat menjanjikan keuntungan bagi strategi; dikonsentrasikan pada optimali biaya dan menyediakan dasar nilai TI

3. Pengelolaan Sumber Daya/Resource Management Berkaitan dengan optimali investasi dan pengelolaan yang benar dari sumber daya TI yang kritis yaitu, aplikasi, informasi, infrastruktur dan personil. Isu kunci yang berhubungan dengan optimalisasi dari pengetahuan dan infrastruktur

4. Pengelolaan Risiko/Risk Management Berkaitan dengan perlunya kesadaran pada risiko dari para pejabat senior korporat terhadap; pemahaman yang jelas dari institusi terhadap pengelolaan risiko; pemahaman terhadap persyaratan kepatuhan; transparansi mengenai 4. Pengelolaan Risiko/Risk Management Berkaitan dengan perlunya kesadaran pada risiko dari para pejabat senior korporat terhadap; pemahaman yang jelas dari institusi terhadap pengelolaan risiko; pemahaman terhadap persyaratan kepatuhan; transparansi mengenai

5. Pengukuran Kinerja/Performance Measurement Mengikuti dan memonitor implementasi strategi, penyelesaian proyek, penggunaan sumber daya, proses kinerja dan layanan TI.

C OBI T framework V.4.1 diketahui juga dapat mendefinisikan dan mengidentifikasi 4 (empat) karakteristik utama pada kegiatan ini, yaitu sebagai berikut :

Pada sisi karakteristik business-focused, C OBI T framework V.4.1 menjelaskan mengenai kriteria informasi (information criteria), definisi tujuan dari bisnis dan TI (business goals and IT goals), serta sumber daya TI (IT resources). Sedangkan process-oriented , menjabarkan mengenai standar referensi terhadap proses di aktivitas TI. Control-based pada metode C OBI T framework V.4.1, terdiri dari kebutuhan kontrol dari proses TI, kebutuhan bisnis dan kontrol TI, serta kontrol umum TI dan kontrol aplikasi. Terakhir dari kriteria C OBI T framework V.4.1 adalah measurement-driven. Measurement-driven akan mengukur tingkat kapabilitas dan kinerja TI. Dengan demikian metode penyusunan rancangan rencana strategi TI dalam penelitian ini, akan berpedoman pada C OBI T framework

V.4.1. Dengan demikian, melihat pada karakteristik utama C OBI T framework V.4.1 dan empat deskripsi proses di atas serta hubungannya dengan keluaran hasil kegiatan yang diharapkan, akan tergambar dalam gambar berikut ini:

Gambar 5. Langkah Penelitian COBIT framework V.4.1 pada DS5 Gambar 5 di atas, menjelaskan mengenai langkah penelitian pada C OBI T framework

V.4.1 yang akan dilakukan berdasarkan keluaran kegiatan ini.

OBI II.3 C T Management Tool Set versi 3

C OBI T Management Tool Set, memberikan gambaran bagaimana proses audit dilakukan (audit guidelines), yaitu sebagai berikut :

Gambar 6. Audit Guidelines

Proses penelitian berdasarkan audit guidelines di atas, dibatasi sampai dengan garis merah, berkaitan dengan limitasi waktu yang ada. Berikut di bawah ini, gambaran mengenai contoh lembar indentifikasi di versi 3 (dalam hal ini, akan disesuaikan prosesnya dengan C OBI T framework V.4.1).

II.4 Teori Aplikasi Portofolio McFarlan

Penyusunan aplikasi portofolio untuk Data Processing (DP), Management Information System (MIS) dan Strategic Information System (SIS) memerlukan sebuah perencanaan dan pengelolaan yang matang dalam memenuhi kebutuhan mendatang terhadap tujuan bisnis dan hubungannya dengan kondisi yang ada pada saat ini. Dahulu, sebuah model portofolio hanya mempertimbangkan hubungan keterkaitan antar sistem dan beban tugas yang diberikan, dari pada melihat pada keterkaitan keberhasilan dalam mencapai tujuan bisnisnya.

Era kombinasi, merupakan sebuah evolusi dalam penerapan kebijakan pada sistem informasi dan teknologinya di sebuah organisasi. Era kombinasi tersebut terbagi ke dalam tiga bagian era, yaitu DP, MIS dan SIS. Dengan demikian yang dimaksud dengan aplikasi portofolio pada era kombinasi yaitu merupakan sebuah penerapan kebijakan pada sistem informasi dan teknologinya di sebuah organisasi dengan memperhatikan dan mengakomodasi ke tiga era di atas, dalam melakukan Era kombinasi, merupakan sebuah evolusi dalam penerapan kebijakan pada sistem informasi dan teknologinya di sebuah organisasi. Era kombinasi tersebut terbagi ke dalam tiga bagian era, yaitu DP, MIS dan SIS. Dengan demikian yang dimaksud dengan aplikasi portofolio pada era kombinasi yaitu merupakan sebuah penerapan kebijakan pada sistem informasi dan teknologinya di sebuah organisasi dengan memperhatikan dan mengakomodasi ke tiga era di atas, dalam melakukan

Menurut Ward dan Peppard (2003), penerapan model aplikasi portofolio yang mempertimbangkan pencapaian keberhasilan pada tujuan bisnisnya, dapat dilakukan dengan menggunakan konsep matriks dari McFarlan. Pada model portofolio dengan menggunakan konsep matriksnya tersebut, McFarlan betul – betul mempertimbangkan kontribusi dari SI/TI terhadap kebutuhan bisnis saat ini dan yang akan datang, berdasarkan dampak industri yang ada.

Model tersebut mengusulkan bentuk analisis dengan konsep matriks terhadap kondisi saat ini (existing), yang direncanakan dan aplikasi – aplikasi potensial lainnya, serta memecahnya ke dalam 4 (empat) kategori berdasarkan penilaian pada kepentingan aplikasi bisnis pada saat ini dan yang akan datang. Kategori – kategori tersebut ditetapkan sebagai berikut :

(1) Strategi (2) Potensi/kesanggupan/kemungkinan tertinggi (3) Kunci operasional (4) Dukungan

Kategori – kategori di atas, merupakan hasil dari model matriks turunan yang dikembangkan oleh McFarlan. Pengembangan model matriks turunan tersebut dilihat berdasarkan perjalanan waktu banyak perusahaan yang memasukan sisi strategi, potensi perusahaan, kunci operasional dan dukungan SI/TI ke dalam kebijakan perusahaannya sebagai bagian dalam mencapai kesuksesan bisnis yang ditujunya. Model aplikasi portofolio McFarlan dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 7. Aplikasi Portofolio McFarlan

Gambar 7 merupakan model matriks turunan hasil pengembangan McFarlan dari konsep matriks orisinalnya, memberikan suatu keefektifan dalam menyediakan kerangka kerja (framework) untuk mencapai kesepakatan pada penyediaan dan keperluan portofolio aplikasi bisnis dilihat dari berbagai sudut pandang di dalam organisasi, seperti para manajer, senior manajer, dan para profesional SI/TI.

Keempat kuadran di atas, mengategorikan sistem informasi berdasarkan kontribusi bisnisnya masing – masing. Penjelasan mengenai aplikasi portofolio pada gambar tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Aplikasi Strategis Merupakan sesuatu yang sangat penting dan kritis menyangkut kesuksesan bisnis di masa depan. Aplikasi strategis tersebut mendukung perubahan ketika di dalam organisasi tersebut melakukan bisnis, dengan sasaran menyediakan keuntungan yang kompetitif. Walaupun demikian, catatan penting yang harus dilakukan dalam menerapkan aplikasi strategis ini, ketika sebuah teknologi digunakan sebagai sebuah ujung tombak (1) Aplikasi Strategis Merupakan sesuatu yang sangat penting dan kritis menyangkut kesuksesan bisnis di masa depan. Aplikasi strategis tersebut mendukung perubahan ketika di dalam organisasi tersebut melakukan bisnis, dengan sasaran menyediakan keuntungan yang kompetitif. Walaupun demikian, catatan penting yang harus dilakukan dalam menerapkan aplikasi strategis ini, ketika sebuah teknologi digunakan sebagai sebuah ujung tombak

(2) Kunci Operasi Aplikasi kunci operasi dapat menopang bisnis operasi saat ini, dan

membantu menghindari kerugian yang akan diderita. Diketahui, bahwa aplikasi kunci operasi ini, telah menjadi suatu tembusan yang wajib bagi organisasi dalam mencapai kondisi yang aman dalam industrinya.

(3) Aplikasi Dukungan Aplikasi dukungan dapat membantu memperbaiki efisiensi bisnis dan pengelolaan yang efektif, tetapi walaupun demikian tidak sepenuhnya dapat menopang sisi keberhasilan bisnis atau menyediakan keuntungan yang kompetitif.

(4) Aplikasi Potensi Tinggi Aplikasi ini dapat memberikan suatu inovasi dalam membangun kesempatan dalam mencapai keuntungan di masa depan, walaupun belum terbukti.

Bab III Analisis Proses TI

III.1 Identifikasi Profil Umum Pemerintah Kota Tangerang

III.1.1 Identifikasi Visi Kota Tangerang

Visi dari suatu daerah selalu mengalami proses yang panjang dan telaahan yang mendalam dari berbagai pihak terkait (stakeholders). Sedangkan visi itu sendiri merupakan suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk mencapai kondisi yang diinginkan di masa mendatang.

Pengembangan Kota Tangerang dengan melihat kondisi dan potensi-potensi yang ada maka diformulasikan Visi Kota Tangerang, yaitu :

“MEMBANGUN PERADABAN BARU DI TENGAH KOTA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA, PERMUKIMAN SERTA PENDIDIKAN YANG AKHLAKUL KARIMAH ”

Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Peradaban Baru

Membangun peradaban baru di sini tidak diartikan secara umum melainkan secara khusus, yaitu adanya suatu penguatan pada sistem pemerintahan, kemasyarakatan, perekonomian, dan perwujudan pembangunan daerah yang berkelanjutan (sustainable development). Penguatan sistem pemerintahan daerah diarahkan pada terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih dan amanah (clean government and good governance), sedangkan penguatan sistem kemasyarakatan daerah diarahkan pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat (social welfare) dan pemerataan hasil pembangunan. Adapun penguatan sistem perekonomian daerah diarahkan pada penciptaan kemandirian dan daya saing daerah (local comparativeness and competitiveness), sedangkan pembangunan daerah yang berkelanjutan

2. Industri, Perdagangan dan jasa

Letak geografis yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta membuat Kota Tangerang memiliki posisi strategis. Nilai strategis tersebut semakin bertambah dengan dimasukannya Kota Tangerang dalam konsep pengembangan metropolitan Jabodetabekpunjur, yaitu konsep pengintegrasian tata ruang beberapa kawasan yang memiliki keterkaitan erat dalam konteks pengembangan wilayah. Lokasi strategis yang ditunjang oleh keberadaan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, menjadikan Kota Tangerang sebagai pintu gerbang bagi masuknya pergerakan orang, barang dan jasa, sehingga menjadi daya tarik investor untuk melakukan investasi di sektor industri. Faktor tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan pembangunan Kota Tangerang di bidang industri, perdagangan dan jasa. Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kemudahan berinvestasi, serta kondisi lingkungan yang kondusif menjadikan Kota Tangerang memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan berbagai kegiatan perekonomian perkotaan.

3. Permukiman

Berkembangnya kawasan permukiman di Kota Tangerang merupakan bukti nyata prospektifnya pengembangan kawasan hunian rumah tinggal dan apartemen, yang akan mendorong tumbuhnya kegiatan perekonomian masyarakat. Perkembangan kawasan permukiman ini memberikan pilihan alternatif bagi masyarakat untuk bermukim dan melakukan berbagai kegiatan usaha di Kota Tangerang.

Meningkatnya kebutuhan akan permukiman harus didukung dengan pembangunan kawasan permukiman yang ramah lingkungan. Jaminan akan rasa aman, nyaman disertai perilaku masyarakatnya yang agamis, rukun dan toleran merupakan faktor utama bagi terlaksananya kesinambungan pembangunan. Peran serta masyarakat dalam kebijakan pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan dapat memudahkan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan guna peningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi. Tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai, akan mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, upaya mewujudkan biaya pendidikan yang murah dan terjangkau namun tetap berkualitas, menjadi komitmen pemerintah Kota Tangerang. Selain pembangunan infrastruktur fisik pendidikan, orientasi pembangunan di bidang pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Diharapkan melalui upaya tersebut akan tercipta pembangunan pendidikan yang komprehensif dengan didukung oleh partisipasi masyarakat dalam pengawasan, pengelolaan dan pengendalian pendidikan.

III.1.2 Identifikasi Misi Kota Tangerang

Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang harus dilaksanakan agar visi Kota Tangerang dapat direalisasikan dengan baik. Bertolak dari rumusan visi Kota Tangerang tahun 2004-2008 tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Kota Tangerang adalah :

1. Mewujudkan dan menguatkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance);

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi;

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur dan pelayanan publik; dan

5. Mendorong terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Penjelasan dari lima misi Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanan pembangunan akan berjalan dengan optimal apabila ditunjang oleh tata pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik dan bersih membutuhkan aparatur yang profesional, memiliki spirit (agamis), etos kerja dan komitmen yang tinggi disertai dukungan sistem teknologi informasi yang handal, sehingga dapat menjamin kinerja pemerintahan dalam meningkatkan pelayanan publik serta menciptakan kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas publik.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk mempercepat kemajuan Kota Tangerang. Pertumbuhan ekonomi tersebut dilakukan dengan memajukan kegiatan ekonomi yang menjadi sektor unggulan, seperti industri, perdagangan dan jasa, serta memberdayakan UMKMK sehingga mampu bersaing dan mengurangi pengangguran.

3. Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kota Tangerang. Peningkatan pelayanan tersebut ditunjang dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang maju dan sejahtera. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, serta faktor pendukung lainnya.

4. Infrastruktur merupakan faktor penunjang bagi kegiatan industri, perdagangan dan jasa. Penyediaan sarana dan prasarana kota yang memadai, efesien dan efektif mutlak diperlukan sekaligus dapat menjamin berlangsungnya kegiatan ekonomi dan investasi secara produktif.

5. Peningkatan kualitas dan daya dukung lingkungan merupakan salah satu pilar dari pembangunan berkelanjutan. Pengintegrasian faktor lingkungan hidup dengan ekonomi dan sosial budaya dapat menciptakan kondisi yang seimbang dan berdampak positif bagi pembangunan di Kota Tangerang. Dengan demikian, dalam pengembangan ke depannya faktor lingkungan hidup perlu ditingkatkan untuk menyeimbangkan peningkatan aspek sosial dan ekonomi yang telah diakomodir dalam misi-misi sebelumnya.

III.1.3 Identifikasi Tujuan Pembangunan Daerah Kota Tangerang

Untuk mewujudkan visi dan misi Kota Tangerang tahun 2008-2013, maka dirumuskan 6 (enam) tujuan pembangunan daerah yang ingin dicapai dalam kurun waktu tersebut, yaitu:

1. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel dan partisipatif.

2. Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.

3. Mendorong pertumbuhan sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal.

4. Mewujudkan sumber daya manusia Kota Tangerang yang unggul, berkualitas dan sejahtera.

5. Meningkatkan penyediaan dan pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas permukiman dan perkotaan.

6. Meningkatkan kualitas pembangunan yang menjamin keberlanjutan daya dukung lingkungan.

Keterkaitan Misi dan Tujuan Pembangunan

Kota TangerangTahun 2009 - 2013

MISI TUJUAN PEMBANGUNAN

1. Mewujudkan dan menguatkan tata 1. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good

pemerintahan yang transparan, governance )

akuntabel dan partisipatif 2. Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi 3. Mendorong pertumbuhan sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, 4. Mewujudkan sumber daya manusia kesehatan dan kesejahteraan sosial

Kota Tangerang yang unggul, berkualitas dan sejahtera

4. Meningkatkan kualitas dan kuantiítas 5. Meningkatkan penyediaan dan infrastruktur dan pelayanan publik

pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas permukiman dan perkotaan

5. Mendorong terwujudnya pembangunan 6. Meningkatkan kualitas pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

yang menjamin keberlanjutan daya development ).

dukung lingkungan

III.1.4 Identifikasi Proses Bisnis Pemerintah Kota Tangerang

Proses bisnis Pemerintah kota Tangerang adalah sebagai berikut.

1. Mewujudkan dan menguatkan tata pemerintahan yang baik ( Good Governance)

Pembangunan akan berjalan dengan optimal apabila ditunjang oleh tata pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik dan bersih membutuhkan aparatur yang profesional, memiliki spirit (agamis), etos kerja dan komitmen yang tinggi disertai dukungan sistem teknologi informasi yang handal, sehingga dapat menjamin kinerja pemerintahan dalam meningkatkan pelayanan publik serta menciptakan kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas publik.

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk mempercepat kemajuan Kota Tangerang. Pertumbuhan ekonomi tersebut dilakukan dengan memajukan kegiatan ekonomi yang menjadi sektor unggulan, seperti industri, perdagangan dan jasa, serta memberdayakan UMKMK sehingga mampu bersaing dan mengurangi pengangguran.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Enriching students vocabulary by using word cards ( a classroom action research at second grade of marketing program class XI.2 SMK Nusantara, Ciputat South Tangerang

12 142 101

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138