PENERAPAN MODEL VAK (VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK.

(1)

PENERAPAN MODEL VAK(VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH

SUKOWATI GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

SITI USTHUM AMALIYAH NIM. D77211076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JULI 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Siti Usthum Amaliyah. 2015. Penerapan Model VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthetic)Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Pada Siswa

Kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik. Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Chairati Saleh, S.Ag, M.Ed

Kata kunci: Hasil Belajar IPA, Model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic), Gaya.

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IVA

MI Assa’adah Sukowati Gresik dalam pelajaran IPA pada materi gaya. Di MI

Assa’adah Sukowati Gresik, siswa yang belum tuntas hasil belajar atau belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu 75 sebanyak 37,5 %. Hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa sehingga siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru. Maka perlu diterapkan metode untuk mengatasi

permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model VAK (visual, auditory,

kinesthetic).

Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mengetahui penerapan model VAK (visual,

auditory, kinesthetic) pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IVA MI

Assa’adah Sukowati Gresik, (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa

kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory, kinesthetic)pada materi gaya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilaksanakan dalam dua siklus, model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin

yang dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, serta tes yang berupa tes tulis dalam bentuk uraian dan non

tes berupa penilaian unjuk kerja(performance), penilaian produk.

Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) Penerapan model VAK (visual,

auditory, kinesthetic) berjalan efektif melalui perbaikan pada setiap siklus. Aktivitas guru pada siklus I belum berlangsung baik dengan prosentase 65,83% kategori cukup kemudian pada siklus II menjadi 89,16% kategori sangat baik. Begitu juga aktivitas siswa pada siklus I belum berlangsung baik dengan prosentase 64,58% kategori cukup kemudian pada siklus II menjadi 89,58% kategori sangat baik. (2) Hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata nilai siswa siklus I 73,69 kategori cukup kemudian menjadi 87,75 pada siklus II kategori baik. Begitu pula dengan prosentase ketuntasan belajar siswa dari 62,5% kategori cukup pada siklus I menjadi 93,75% kategori sangat baik pada siklus II.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR... i

HALAMAN SAMPUL DALAM... ii

HALAMAN MOTTO... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran IPA di SD/MI... 12

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

2. Pengertian Model Pembelajaran VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic) ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan Model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic)... 17

4. Langkah-Langkah Penggunaan Model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthetic)... 19

B. Hasil Belajar... 20

1. Pengertian Hasil Belajar... 20

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 22


(7)

C. Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... 33

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 34

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... 35

4. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 36

5. Materi Pembelajaran IPA tentang Gaya ... 37

D. Kesesuaian Model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic)Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPA ... 39

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 43

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian... 45

C. Variabel yang Diselidiki ... 46

D. Rencana Tindakan ... 46

E. Data dan Cara Pengumpulnnya ... 49

1. Sumber Data ... 49

2. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3. Analisis Data ... 61

F. Indikator Kinerja ... 64

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 67

1. Siklus I ... 67

a. Tahap Perencanaan(Planning) ... 67

b. Tahap Pelaksanaan(Acting)... 68

c. Tahap Pengamatan(Observing)... 83

d. Tahap Refleksi(Reflecting) ... 93

2. Siklus II ... 95

a. Tahap Perencanaan(Planning) ... 95

b. Tahap Pelaksanaan(Acting)... 95

c. Tahap Pengamatan(Observing)... 108

d. Tahap Refleksi(Reflecting) ... 117

B. Pembahasan... 118

1. Penerapan Model VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) pada Materi Gaya di Kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik... 118 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA MI


(8)

Model VAK (Visual, Auditory, dan Kinesthetic)

pada Materi Gaya ... 121

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 124

B. Saran... 125

DAFTAR PUSTAKA... 127

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... 130

RIWAYAT HIDUP... 131


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa.

Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat

dilihat dari sejauh mana masyarakatnya menguasai ilmu pengetahuan. Oleh

karena itu, manusia belajar untuk memperoleh pendidikan.

Salah satunya adalah dengan belajar mata pelajaran IPA. Dalam kamus

besar Bahasa Indonesia, IPA adalah ilmu pengetahuan alam atau ilmu tentang

alam dari dunia fisik, termasuk di dalam ilmu zoologi, botani, fisika, kimia,

geologi dan lain-lain. Sementara itu, Abruscato (1995) dalam bukunya“Teaching

Children Science” mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang diperoleh

melalui serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis oleh manusia (dalam

hal saintis) dalam menjelaskan tentang alam.1

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses pembuktian. Pendidikan IPA diharapkan menjadi

1


(10)

2

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan, hal itu bisa diperoleh dari proses belajar mengajar. Proses

belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah agar tujuan

pendidikan dan pengajaran berjalan dengan baik dan benar.

Dalam proses belajar mengajar IPA tentunya tidak hanya dengan

mendengar, mengingat dan membayangkan, melainkan siswa perlu diberi

kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang

dimilikinya sesuai dengan karakteristik belajar siswa serta mengakomodir

kebutuhan setiap siswa dalam proses pembelajaran. Dengan cara demikian,

konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya dan siswa akan

memahami apa yang dipelajarinya serta akan merasakan proses belajar lebih

bermakna sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan baik

Namun pada kenyataannya, hasil UASBN (Ujian Sekolah Berstandar

Nasional) menunjukkan nilai mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) lebih


(11)

3

yaitu untuk Bahasa Indonesia mendapat nilai 7,50, untuk Matematika 7,06, dan

7,01 untuk ilmu pengetahuan alam (IPA).2

Hal ini juga terjadi di sekolah MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan

Bungah Kabupaten Gresik memiliki permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu

hasil ulangan siswa mayoritas di bawah standar yaitu masih di bawah KKM,

yang mana sekolah menetapkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 75. Dari

nilai ulangan harian 16 siswa kelas IVA, hanya enam siswa tuntas tersebut

dengan prosentase 37,5 % sedangkan sepuluh siswa dinyatakan tidak tuntas

dengan prosentase 62,5%.3

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVA

MI Assa’adah Sukowati, bahwa tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan

baik dikarenakan sulitnya guru memilih ataupun menempatkan metode

pembelajaran dengan gaya belajar siswa.4

Sama halnya dengan guru, siswa juga mengalami kesulitan dalam

memahami materi yang disampaikan guru karena guru tidak memerhatikan gaya

belajar siswa yang cenderung berbeda-beda. Dalam proses pembelajaran, guru

menggunakan LKS ataupun buku paket saja, serta strategi atau metode

pembelajaran yang digunakan guru hanya bisa mewakili salah satu gaya belajar

2

Yuliana Miftah. 2012. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani Kecamatan Kertek di Wonosobo (Online).http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/617/2/T1_292007020_BAB%20I.pdf. Diakses tanggal 08 Juni 2015.

3

Sumber dokumentasi nilai hasil ulangan siswa kelas IVA MI Sukowati Gresik. 4


(12)

4

misalnya ceramah saja atau penugasan saja, tidak menggabungkan ketiga gaya

belajar tersebut.

Dari hasil observasi dengan siswa kelas IVA pada saat pembelajaran,

ditemukan bahwa siswa kelas IVA tersebut banyak yang kurang memahami

materi yang diajarkan guru karena cenderung memiliki gaya belajar berbeda-beda

sehingga ramai sendiri dan kadang merasa jenuh. Hal tersebut dapat diketahui

dengan pengamatan terhadap 16 siswa kelas IVA, tujuh siswa cenderung

memiliki gaya belajar visual, lima siswa cenderung memiliki gaya belajar

auditory, dan empat siswa cenderung memiliki gaya belajarkinesthetic.5

Tujuh siswa cenderung memiliki gaya belajar visual dengan ciri-ciri

belajar harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti

materi dan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku

pelajaran bergambar, dan video. Lima siswa cenderung memiliki gaya belajar

auditory dengan ciri-ciri belajar menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan

apa yang guru katakan. Empat siswa cenderung memiliki gaya belajar kinesthetic

terlihat dari sulitnya untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka

untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat karena ciri-ciri gaya belajar

tersebut melalui gerak dan sentuhan.

Oleh karena itu perlu adanya model pembelajaran yang tepat dan dapat

mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan model

5


(13)

5

pembelajaran visual, auditory, kinestheticatau VAK adalah model pembelajaran

yang menjadikan siswa mudah memahami materi yang diajarkan guru karena

mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut. Pembelajaran dengan model

ini menyenangkan bagi siswa karena mementingkan pengalaman belajar secara

langsung. Pengalaman belajar secara langsung dengan mengingat (visual),belajar

dengan mendengar(auditory),dan belajar dengan gerak dan emosi(kinestethic).

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang dianggap

suatu pembelajaran akan efektif dengan memerhatikan ketiga hal tersebut dan

dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi

siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.6

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan

modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang

efektif.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul PENERAPAN MODEL VAK

(VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK”.

6

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) , 226.


(14)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian tindakan kelas ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) pada

mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IVA MIAssa’adahSukowati Gresik?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IVA MI Assa’adah

Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory, dan

kinesthetic) pada materi gaya?

C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,

penulis mempunyai sebuah gagasan yang inovatif. Gagasan yang dimaksud

adalah dengan menggunakan model VAK (visual, auditory,dankinesthetic) pada

mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) materi gaya pada siswa kelas IVA

MI Assa’adah Sukowati Gresik.

Langkah-langkah dari model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic)

adalah sebagai berikut:7

1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam

belajar, memberikan perasaaan positif mengenai pengalaman belajar yang

7


(15)

7

akan datang kepada siswa, dan menempatakan siswa dalam situasi optimal

untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

2. Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru

secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra yang sesuai

dengan gaya belajar VAK.

3. Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan

serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang sesuai dengan gaya belajar

VAK.

4. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan

maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar

sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic)

pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IVA MI Assa’adah Sukowati


(16)

8

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IVA MI

Assa’adah Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory, dankinesthetic) pada materi gaya.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada

lembaga MI Assa’adah Sukowati Gresik. Banyak masalah pembelajaran yang

peneliti temukan. Karena pembahasan penelitian ini tidak lepas dari ruang

lingkup penelitian, maka untuk menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran

pembahasan, peneliti membatasi pokok bahasan yang diteliti, adapun ruang

lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerapan model VAK (visual,

auditory, dan kinesthetic) untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya

pada siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik

2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas IVA MI tahun ajaran

2014-2015 dengan jumlah siswa 16, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 8

anak.

3. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar terdiri dari penilaian

unjuk kerja (performance), penilaian produk, tes tulis pada materi gaya


(17)

9

4. Penelitian ini menggunakan lembar instrument butir soal untuk tes tulis pada

ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik menggunakan

lembar instrument observasi.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini

diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang

bermanfaat, diantaranya:

1. Manfaat bagi siswa

Siswa dapat mengerti dan memahami pembelajaran IPA materi gaya

dengan menggunakan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) dengan

menyenangkan

2. Manfaat bagi guru

Guru mendapatkan pengalaman dan ketrampilan dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran dengan beberapa model

pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model VAK (visual,

auditory,dankinesthetic) untuk meningkatkan hasil belajar

3. Manfaat bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan dan

pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model VAK (visual, auditory,


(18)

10

4. Manfaat bagi masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui

bahwa pada pembelajaran di sekolah masih banyak masalah yang seharusnya

perlu diteliti dan diberi solusinya, agar pendidikan di lembaga formal dapat

mencetak generasi yang berkualitas

5. Manfaat bagi peneliti

Dari hasil penelitian yang di lakukan pada pembelajaran di sekolah,

peneliti bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang efektif pada

saat pembelajaran. Pada saat penelitian banyak kejadian luar dugaan yang

terjadi dalam situasi pembelajaran di kelas, sehingga dapat menjadi tambahan

pengalaman baru bagi peneliti.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah penjelasan apa yang dimaksud oleh

istilah-istilah inti yang menjadi judul dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti

mengangkat judul “Penerapan Model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya pada Siswa Kelas IVA MI

Assa’adah Sukowati Gresik”.

Untuk memudahkan memahami judul di atas, maka peneliti menuliskan


(19)

11

1. Model VAK(Visualization, Auditory, Kinesthetic)

Model pembelajaran VAK mengoptimalkan ketiga modalitas belajar

yaitu belajar dengan mengingat(visual),belajar dengan mendengar(auditory),

dan belajar dengan gerak dan emosi(kinestethic).

2. Peningkatan

Yang dimaksud peningkatan dalam penelitian ini adalah peningkatan

hasil belajar IPA materi gaya yang terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

3. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh individu yang belajar dan

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

belajarnya. Sedangkan IPA adalah ilmu pengetahuan alam atau ilmu tentang

alam dari dunia fisik, termasuk di dalam ilmu zoologi, botani, fisika, kimia,

geologi dan lain-lain. Dalam mata pelajaran IPA ada materi gaya yang dapat

diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan pada suatu benda.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik materi gaya melalui model VAK (visualization, auditory,

kinesthetic) dimana peserta didik akan belajar dengan gaya belajar mereka

masing-masing yaitu belajar dengan mengingat (visual), belajar dengan


(20)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model pembelajaran IPA di SD/MI 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model secara harfiah berarti bentuk, dalam pemakaian secara umum

model pembelajaran merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan

pengukurannya yang diperoleh dari beberap system. Model diartikan sebagai

bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.8

Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan

pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama

pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembeljaran mempunyai makna

yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode dan teknik. Model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.9

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk Kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

8

Agus Suprijino,Coopertive Learning(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 45. 9


(21)

13

pembelajaran di kelas atau yang lain. Fungsi model pembelajaran adalah

sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu

pemilihan model sangant dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran

tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.10

Berdasarkan pendapat diatas, yang dimaksud dengan model

pembelajaran dalam penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran peserta

didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Model Pembelajaran VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic)

Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model

pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat

indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual

Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan

gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa

akan terpenuhi.

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif

dengan memperhatikan potensi siswa yaitu manfaatkan potensi siswa yang

dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya

dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.11

10

Rusman,Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 133.

11


(22)

14

Jadi model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model

pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat,

mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi

yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya, agar semua

kebiasaan belajar siswa terpenuhi.

Model pembelajaran visual, auditory, kinesthetic atau VAK adalah

model pembelajaran yang menjadikan siswa mudah memahami materi yang

diajarkan guru karena mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut.

Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara

langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung

dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditory), dan belajar

dengan gerak dan emosi (kinestethic).12 Pembelajaran dilaksanakan dengan

memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan

mengembangkannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan

modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran

yang efektif. Ketiga modalitas tersebut dikenal dengan gaya belajar. Adapun

gaya belajar tersebut yaitu:

12

Deporter Bobbi,et.al., Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (Bandung : Kaifa, 2003), 112.


(23)

15

a. Gaya Visual (Belajar dengan cara melihat)

Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun

diingat misalnya warna, hubungan ruang, potret, mental, dan gambar

menonjol.13 Belajar menggunakan indra mata melalui, mengamati,

menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan

alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka

pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya

visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan.

Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih

banyak dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke

objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau dengan cara

menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau

menggambarkannya dipapan tulis.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual

misalnya lirikan mata keatas bila berbicara dan berbicara dengan cepat.

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh

dan ekspresi muka gurunya untuk mengerrti materi pelajaran. Siswa

cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa

berfikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat

dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku

13


(24)

16

pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka

mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.14

b. Gaya Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,

mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi.

Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah,

diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat

membantu pembelajaran pelajar tipe auditori.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori

misalnya lirikan mata ke arah kiri atau kanan, mendatar bila berbicara dan

sedang-sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan

sisiwanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya

belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal

dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna

makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya),

kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis

terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak

seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks

dengan keras dan mendengarkan kaset.15

14

Rose Colin dan Nicholl,Accelerated Learning(Bandung: Nuansa, 2002),130. 15


(25)

17

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori

yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka

membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka

menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka

membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka

berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model,

mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai

keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.16

c. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan

menyentuh)

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang

siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan atau

mengalami sendiri gerakan tubuh (aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik

belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih

dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata kebawah

bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk

duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan

16


(26)

18

eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya

melalui gerak dan sentuhan.17

3. Kelebihan dan Kekurangan Model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

Adapun kelebihan dan kekurangan model VAK(Visualiation, Auditory,

Kinesthethic)adalah sebagai berikut:18

a. Kelebihan model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

1) Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga

gaya belajar.

2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah

dimiliki oleh pribadi masing-masing.

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar. Karena model ini mampu melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

17

Rose Colin dan Nicholl,Accelerated Learning(Bandung: Nuansa, 2002),130. 18

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) , 226.


(27)

19

b. Kekurangan model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

Kekurangan model VAK (visualiation, auditory, kinesthethic)

yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar

tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya

belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode

yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

4. Langkah-Langkah Penggunaan Model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

Langkah-langkah dalam menggunakan model VAK (visualiation,

auditory, kinesthethic) adalah sebagai berikut:19 a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif

mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa

lebih siap dalam menerima pelajaran.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan

materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,

19


(28)

20

melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini

biasa disebut eksplorasi.

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi

dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara

yang disesuaikan dengan gaya belajarVAK.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu

siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun

keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga

hasil belajar mengalami peningkatan.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni dari kata

“hasil” dan “belajar”. Hasil berarti sesuatu yang dilakukan atau dibuat

berdasarkan usaha. Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

dari itu yakni mengalami.

Berikut ini beberapa pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli,


(29)

21

a. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk

mencapai suatu tujuan, bukti bahwa seorang siswa telah belajar ialah

terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.20

b. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan sisi guru.

1) Dilihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

2) Dari sisi guru, hasil belajar adalah saat terselesaikannya bahan

pelajaran.21

c. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mengerti menjadi mengerti.22

d. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

belajar.23

Hasil belajar di pengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil

interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang

2020

Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar(Jakarta: Bumi Aksara, 2007) , 27.

21

Dimyati dan Mujiono,Belajar dan pembelajaran(Bandung: Alfabeta, 2006), 23. 22

Igak Wardhani,et.al.,Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta: Universitas terbuka, 2007), 50. 23


(30)

22

tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar, konsep-konsep,

tujuan dan motivasi yang mempengaruhi intaraksi dengan bahan yang

dipelajari.24

Menurut Gagne ada 5 kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar,

yaitu:

a. Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang dalam memahami suatu

materi yang telah diajarkan sesuai dengan pengalamannya.

b. Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengingat, memahami

serta berfikir dalam belajar.

c. Informasi verbal: seseorang belajar menjelaskan dari suatu pengalaman

yang telah dilakukan.

d. Sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

suatu tindakan.

e. Ketrampilan motorik: seseorang belajar dengan melakukan suatu gerakan

pada proses belajarnya.25

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

24

Suyono dan Hariyanto,Belajar dan Pembelajaran(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 127. 25

Ratna Wilis Dahar,Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran(Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006), 117.


(31)

23

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis berhubungan dengan kondisi atau keadaan

jasmani siswa. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat

kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan.

2) Aspek psikologis

Aspek psikologis berhubungan dengan kondisi atau keadaan

rohani siswa. Ada beberapa faktor psikologis siswa yaitu:

a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dari lingkungan

dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)

siswa tiak dapat diragukan lagi dan sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa


(32)

24

relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik

secara positif maupun negative.

c) Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat

akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

bidang-bidang studi tertentu.

d) Minat siswa

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami

dan dipakai oleh orang selama ini dapat memengaruhi kualitas

pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

e) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dibedakan

menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsic dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah

hal dan keadaan yang datang dari luar diri siswa yang juga


(33)

25

b. Faktor eksternal siswa (faktor dari luar siswa), yakni keadaan atau kondisi

lingkungan di sekitar siswa. Factor eksternal meliputi dua aspek yaitu:

1) Lingkungan sosial

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para tenaga

kependidikan, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat

belajar siswa. Lingkungan social yang lebih banyak memengaruhi

kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

2) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar adalah keefektifan segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar

materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.26

26


(34)

26

3. Tipe Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan.27 Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh

aspek intelegensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh,

cerdas secara intelegensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan

memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya. Dengan kata lain

siswa harus mampu mengembangkan potensi dirinya dalam berbagai ranah

(domain) belajar.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga

aspek hasil belajar tersebut.28

a. Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif

Menurut taksonomi Bloom, maka jenjang yang perlu dilakukan

dalam prose kognitif ada enam tahapan, yaitu mengukur atau melihat

pencapaian dari hal-hal berikut

1) Tingkat pengetahuan hafalan

Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping

pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali

27

Muhibbin Syah,Psikologi Belajar(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 63. 28


(35)

27

seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan

lain-lain.

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal,

diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk

dapat menguasai atau menghafal, misalnya dibaca berulang-ulang,

menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal

dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar

lainnya. Contoh seseorang jika ingin mempelajari fungsi sistem

pencernaan, maka yang bersangkutan harus menguasai dan hafal

organ-organ pencernaan. Tingkah laku operasional khusus, yang

berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan

kembali, menunjukkan, menuliskan, memilih, mengidentifikasi,

mendefinisikan.

2) Tingkat komprehensif

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe

hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan

kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Ada tiga


(36)

28

a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna

yang terkandung di dalamnya. Misalnya, mengartikan pengertian

gaya, energi, dan lain-lain

b) Pemahaman penafsiran, yakni memahami grafik, menghubungkan

dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang

bukan pokok.

c) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang

tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau

memperluas wawasan.

Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional

dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan, menjelaskan,

meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberi contoh,

mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, dan lain-lain.

3) Kemampuan melakukan aplikasi

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi

suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya,

memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu. Jadi

dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus. Dengan

perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak


(37)

29

Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan

instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung,

mmecahkan, mendemonstrasikan, dan lain-lain

4) Kemampuan melakukan analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan atau hirarki.

Analisis merupakan tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan,

pemahaman, aplikasi.

Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur

analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka

seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata

operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain:

menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, dan

lain-lain.

5) Kemampuan melakukan sintesis

Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada

kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang

bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau


(38)

30

Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi,

dan analisis. Pada berpikir sintesis adalah berpikir devergen

sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergent. Dengan

sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu

yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa

tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-kata:

mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, dan lain-lain.

6) Kemampuan melakukan evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan criteria

yang dipakainya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada

pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya,

dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkah laku operasional

dilukiskan dalam kata-kata: menilai, membandingkan,

mempertimbangkan, dan lain-lain

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila

seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar


(39)

31

afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperi perhatian

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan lain-lain.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe

hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar sampai

tingkatan yang kompleks.

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam

bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,

keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau

rangsangan dari luar.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari

luar yang datang kepada dirinya

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman

untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai


(40)

32

termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari

pada sistem nilai.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai keterpaduan dari semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai

dan karakteristiknya.

c. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6

tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dai keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi


(41)

33

C. Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu

natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan

alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu

pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut

sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam ini.

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam

dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum

yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen yang dilakukan

oleh manusia.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya

dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur

kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan.

Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan

keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah. IPA di tingkat

Sekolah Dasar menekankan pada aspek mengamati apa yang terjadi, mencoba

apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa


(42)

34

Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh

(active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang

mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan

proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan

sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan

sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,

membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala

sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang

diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi

sangat diperlukan untuk dipelajari.

2. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,


(43)

35

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.29

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

29

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)


(44)

36

4. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)

a. IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para

perintis terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan

sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks itu merupakan body of

knowledgedari IPA.

b. IPA sebagai Proses

IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA melalui

metode ilmiah. Untuk siswa SD, metode ilmiah dikembangkan secara

bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya

akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga siswa SD dapat

melakukan penelitian sederhana untuk memeroleh dan menemukan

konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan

dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

c. IPA sebagai pemupukan sikap

Makna sikap pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya

pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Ada Sembilan aspek sikap ilmiah

yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI yaitu:

1) Sikap ingin tahu

2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru


(45)

37

4) Sikap tidak putus asa

5) Sikap tidak berprasangka

6) Sikap mawas diri

7) Sikap berfikir bebas

8) Sikap kedisiplinan diri30

5. Materi Pembelajaran IPA tentang Gaya

a. Pengertiangaya

Gaya merupakan dorongan atau tarikan. Gaya dapat diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan pada suatu benda. Contoh gerakan dorongan adalah menutup pintu dan menendang bola. Adapun contoh gerakan tarikan adalah membuka pintu dan menarik gerobak. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan pengaruhnya. Sebuah benda yang mendapat gaya akan mengalami perubahan. Pengaruh gaya terhadap benda berbeda-beda. Gaya dapat menyebabkan benda diam menjadi bergerak. Begitu pula sebaliknya, benda bergerak menjadi diam. Gaya juga dapat mengubah arah gerak dan bentuk suatu benda.

b. Pengaruhgaya

1) Gayamengubahgerak suatu benda

Gaya dapat menyebabkan suatu benda bergerak atau diam.

Contohnya ketika bermain sepak bola. Bola bergerak apabila

30


(46)

38

ditendang atau dilempar. Saat menendang atau melempar, berarti memberi gaya pada bola. Bola akan berhenti bergerak saat seseorang menangkapnya. Artinya, orang itu memberi gaya sehingga menyebabkan benda dia. Jadi suatu benda dapat bergerak atau berhenti bergerak (diam) bila dikenai gaya. Cepat atau lambat gerak suatu benda dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya yang diberikan kepada benda tersebut. Benda bergerak cepat ketika diberi gaya yang besar. Sebaliknya, benda bergerak lambat ketika diberi gaya yang kecil.

2) Gayamengubahbentuk suatu benda

Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Contohnya kertas dan plastisin yang dapat berubah bentuk sesuai keinginan. Kertas dapat berubah bentuk menjadi pesawat, kapal, katak, dan bentuk-bentuk lain. Plastisin juga dapat diubah bentuknya menjadi berbagai bentuk hewan. Kertas dan plastisin berubah bentuk setelah dikenai gaya tekanan dari otot tangan.31

31

Dwi Suhartini dan Susantiningsih, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2010), hal 102-106


(47)

39

D. Kesesuaian Model VAK (Visuliation, Auditory, Kinesthethic) terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPA

Sebagai seorang guru sebaiknya memahami gaya belajar siswanya.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran harus

memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan

mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik,

gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah

belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan media

audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil

melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat

model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan system

gerak.

Dengan ketiga modalitas tersebut, guru akan dapat memperhatikan situasi

belajar yang perlu diciptakan untuk menjadikan siswa dengan modalitas yang

berbeda merasa nyaman. Setelah kenyamanan terwujud akan dapat menjadikan

siswa mudah dalam menerima materi pelajaran dan pembelajaran yang efektif

akan dapat tercapai. Ketiga modalitas tersebut pasti dimiliki oleh setiap manusia,

hanya saja ada yang berkembang dengan satu modalitas dan ada pula yang

berkembang dengan ketiganya dalam porsi yang hampir sama. Pembelajaran


(48)

40

penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam belajar di

kelas yang berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian yang menggunakan model VAK

(Visualization, Auditory, Kinesthetic)ini sebagai berikut:

1. Royki Pradana (2013) dengan skripsinya yang berjudul Penggunaan Model

Pembelajaran VAK (Visulization, Auditory, Kinesthetic) dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Salatiga 02

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan data yang

diperoleh berupa nilai pada siklus I 88% dengan rata-rata 79. Dan pada siklus

II terjadi peningkatan hasil belajar yakni 96 % dengan rata-rata 81. Perilaku

yang ditunjukkan siswa terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan

yang signifikan pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa terutama

aktivitas dalam mengikuti pembelajaran, berdiskusi, keberanian

menyampaikan pendapat, dan mengajukan pertanyaan.32

2. Retno Kartikasari (2011) dengan skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Penerapan Model VAK di

32

Royki Pradana. 2013.Penggunaan Model Pembelajaran VAK (Visulization, Auditory, Kinesthetic) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Salatiga 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 (Online). http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3894/1/T1_292009350_Judul.pdf. Diakses tanggal 15 Mei 2015


(49)

41

SDN Merjosari 1 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran VAK pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN Merjosari

1 Malang dapat dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya perolehan keberhasilan guru dalam menerapkan model VAK, pada

siklus I pertemuan 1 sebesar 80, pertemuan 2 yaitu 90, kemudian meningkat

di siklus II yaitu pada pertemuan 1 sebesar 95, dan pertemuan 2 yaitu 95.

Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata aktivitas siswa

pada siklus I pertemuan 1 sebesar 65, pertemuan 2 sebesar 73, dan disiklus II

pertemuan 1 sebesar 82, pertemuan 2 sebesar 85. Hasil belajar siswa pada

siklus I mencapai rata-rata 67,05 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar

59%, sedangkan di siklus II rata-rata meningkat menjadi 71,98 dengan

persentase ketuntasan sebesar 87,09%.33

3. Reni Dwi Lestari (2011) dengan skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Terhadap

Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

siswa kelas IIIA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IIIB sebagai

kelompok kontrol. Rata-rata nilai kemampuan akhir (post test) siswa

kelompok eksperimen 85,21 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kemampuan

33

Retno Kartikasari. 2011.Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Penerapan Model VAK di SDN Merjosari 1 Malang(Online).


(50)

42

akhir (post test) siswa kelompok kontrol 76,63. Rata-rata peningkatan nilai

hasil belajar siswa kelompok eksperimen 28,13 lebih tinggi dari pada rata-rata

nilai hasil belajar siswa kelompok kontrol 18,80. Maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan dan pengaruh penerapan model pembalajaran VAK

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III materi benda dan sifatnya SDN

Tanjungrejo 2 Malang.34

34

Reni Dwi Lestari. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang (Online). http://library.um.ac.id/free-contents/new-karyailmiah/detail.php/52457.php. Diakses tanggal 15 Mei 2015


(51)

43

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

karena penelitian ini dilakukan dalam untuk memecahkan masalah pembelajaran

di kelas. Dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom Actions Research

(CAR). Penelitian ini juga temasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan

bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat tercapai.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati

kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan

(treatment) yang sengaja dimunculkan.35 Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas, dipicu oleh munculnya

kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajarannya selama di kelas ada

masalah yang harus diperbaiki.

2. Penelitian dilakukan di dalam kelas.

35


(52)

44

3. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran.36

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti

menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus

terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: Perencanaan (planning), aksi atau

tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).37 Apabila

digambarkan, model kurt lewin tergambar seperti berikut:

Dst

Gambar 3.1: Model Kurt Lewin 36

Igak Wardani dan Kuswaya Wihardit,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 7.

37

Rido Kurnianto,et. al.,Penelitian Tindakan Kelas,(Surabaya: aprinta Surabaya, 2009), 5-12.

Identifikasi masalah

Perencanaan (planning) Refleksi

(reflecting )

Tindakan (Acting)

Siklus I

Observasi (Observating)

Siklus II Perencanaan


(53)

45

Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus

penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk

mengatasi suatu masalah, bisa lebih dari satu siklus bila masih ada hal-hal yang

kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan

berkelanjutan.

Sebelum melakukan PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk

menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan

masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga

sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan

pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai

pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah,

kemudian merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis

PTK.38

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Setting penelitian ini meliputi:

a. Tempat penelitian: kelas IVA MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan Bungah, kabupaten Gresik.

b. Waktu penelitian: semester genap

c. Siklus penelitian: penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam

beberapa siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan

38 Ibid,. 5


(54)

46

menggunakan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) di kelas

IVA mata pelajaran IPA materi gaya.

2. Subjek penelitian

Peneliti mengambil subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA

MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan Bungah kabupaten Gresik tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah 16 siswa dalam satu kelas yang terdiri dari 8

siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

C. Variabel yang Diselidiki

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan tiga variable, yaitu:

1. Variabel Input : Siswa kelas IVA semester II desa Sukowati kecamatan

Bungah kabupaten Gresik

2. Variabel proses: Penerapan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)

dalam materi gaya

3. Variable Output: Peningkatkan hasil belajar materi gaya.

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas dengan model Kurt Lewin. Empat langkah dalam model Kurt Lewin ini


(55)

47

1. Menyusun Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti

adalah:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

identifikasimasalah pada observasi awal sebelum penelitian dilakukan b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas

sepertisumber, bahan ajar dan media pembelajaran

c. Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi kegiatan

guru dan siswa, lembar kerja siswa (LKS), instrument penilaian, soal tes

untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan lembar wawancara.

2. Melaksanakan tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan

pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam situasi yang actual,

yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. RPP selama

pembelajaran disajikan dalam bentuk lampiran (terlampir).

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, guru

memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa materi gaya dengan menerapkan model VAK (Visualization, Auditory,


(56)

48

3. Melaksanakan pengamatan (observing)

Padatahap pengamatan ini, beberapa hal yang harus dilakukan peneliti

adalah:

a. Mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

dengan menerapkan model VAK(Visualization, Auditory, Kinesthetic)

b. Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dalam kegiatan percobaan, membuat produk, dan diskusi antarpeserta

didik dalam kelompok dengan menerapkan model VAK (Visualization,

Auditory, Kinesthetic).

4. Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah:

a. Menganalisishasil observasi kegiatan guru dan siswa

b. Mengevaluasi hasil dari tindakan, baik itu dari segi proses pembelajaran

antaraguru dan siswa, metode, alat peraga maupun media pembelajaran c. Menganalisis hasil unjuk kerja(performance), produk, dan tes tulis yang

dilakukan siswa selama pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar

siswa

d. Menganalisishasil wawancara

e. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk di jadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat tercapai


(57)

49

f. Evaluasi tindakan pada siklus I. Apabila belum terjadi peningkatan hasil belajar yang diinginkan, maka dilanjutkan ke siklus II begitupun

seterusnya.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Setiap penelitian mempunyai sumber data untuk menunjang suatu

penelitian tersebut. Sumber data dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa : Untuk mendapatkan data tentang penguasaan IPA selama proses

belajar mengajar

b. Guru: untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa teknik

yaitu: observasi, tes, wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data

yang sering digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Secara umum,

wawancara dapat diartikan sebagai proses bertemu muka antara

pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai) dengan cara

tanya jawab untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.39

39


(58)

50

Peneliti mengadakan wawancara yang dijadikan sebagai subyek

penelitian yaitu guru mata pelajaran IPA kelas IVA bernama Ibu

Khanifah, S.Pd.I dan tiga siswa kelas IVA MI Assa’dah Sukowati Gresik.

Pengambilan wawancara dilakukan terhadap tiga siswa berdasarkan

sistem sampel acak yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yakni

dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25%. Peneliti mengambil 20% dari

16 siswa dan hasilnya adalah tiga siswa yang mewakili tiga gaya belajar

berbeda.40

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang masalah maupun kesulitan guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, juga untuk memperoleh informasi tentang

proses pembelajaran IPA materi gaya sebelum dan sesudah dilakukan

PTK. Adapun instrument wawancara ini berupa lembar pertanyaan

wawancara, berikut ini format panduan wawancara:

40


(59)

51

Tabel 3.1

Panduan Wawancara untuk Guru sebelum dilakukan PTK

Apakah anda mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran IPA materi gaya?

Bagaimana/ metode apa yang biasa dipakai dalam mengajarkan materi gaya dikelas?

Apa saja masalah yang ditemukan pada pembelajaran tersebut?

Apakah anda pernah mencoba melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini? (jika ya, upaya apa saja yang pernah dilakukan?

Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi gaya?

Tabel 3.2

Panduan Wawancara untuk Siswa sebelum dilakukan PTK

Bagaimana pendapat kamu mengenai mata pelajaran IPA?

Apakah kamu merasa kesulitan mengikuti pembelajaran IPA materi gaya?

Apa saja kesulitan yang kamu hadapi dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang gaya?

Apa yang menyebabkan kamu merasa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang gaya?

Apakah kamu puas dengan hasil belajar yang kamu peroleh?


(60)

52

Tabel 3.3

Panduan Wawancara untuk Guru sesudah dilakukan PTK

Bagaimana aktivitas siswa setelah

menggunakan model pembelajaran VAK (Visualization, auditory, Kinesthetic)

ketika proses pembelajaran IPA

berlangsung?

Bagaimana pendapat anda tentang model

pembelajaran VAK (Visualization,

auditory, Kinesthetic)? Apakah dengan menggunakan model pembelajaran VAK (Visualization, auditory, Kinesthetic) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gaya?

Apa saran yang bisa dilakukan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya?

Tabel 3.4

Panduan Wawancara untuk Siswa sesudah dilakukan PTK

Bagaimana pendapat kamu tentang

pembelajaran IPA yang baru kamu pelajari?

Apakah kamu merasa senang

pembelajaran IPA dengan model

pembelajaran VAK (Visualization,

auditory, Kinesthetic)?

Bagaimana pendapat kamu tentang cara guru menerangkan atau menjalaskan

pembelajaran IPA dengan model

pembelajaran VAK (Visualization,

auditory, Kinesthetic)?

Apakah kamu bersemangat ketika

melakukan proses belajar?

Apakah ada peningkatan pada nilai kamu?


(61)

53

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif

dan rasional.41 Observasi pada penelitian ini dilakukan secara langsung

pada saat pembelajaran dengan model VAK (Visualization, Auditory,

Kinesthetic)pada mata pelajaran IPA tentang materi gaya.

Dalam pengamatan ini menggunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa yang digunakan untuk

mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan lembar

pengamatan aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

dengan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic). Berikut ini

lembar panduan observasi:

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek yang di amati Nilai

1 2 3 4

I Persiapan

Persiapan fisik guru dalam mengajar

Mempersiapkan perangkat pembelajaran RPP, bahan dan alat (percobaan dan produk) Mempersiapkan media pembelajaran

Mempersiapkan siswa dengan tertib

II Pelaksanaan

Kegiatan awal (pendahuluan)

Guru masuk kelas kemudian mengucapkan salam

Sebelum memulai pelajaran guru bersama

41


(62)

54

peserta didik membaca do’a

Guru mengecek kehadiran peserta didik Guru memotivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar dengan memberi ice breaking “naik delman” pada peserta didik

Guru melakukan appersepsi yaitu

memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang gaya untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menunjukkan gambar dan contoh konkrit yang berkaitan dengan materi gaya (visual) yang dapat mengubah gerak suatu benda

Berdasarkan contoh konkrit tersebut, guru

menjelaskan materi gaya yang dapat

mengubah gerak suatu benda dengan

mengkaitkan materi tersebut dengan

contoh hal-hal yang ada di sekitar siswa (visual dan auditori) dan mempratekkan gaya dapat menggerakkan benda yaitu

dengan mendorong meja(kinesthetic)

Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok.

Tiap kelompok mempunyai anggota

homogen dengan gaya belajar yang

mereka miliki yaitu kelompok 1 (visual),

kelompok 2 (auditori), kelompok 3

(kinestetik) berdasarkan pengamatan guru kepada siswa dengan ciri-ciri gaya belajarnya.

Elaborasi

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai tugas percobaan gaya dapat menggerakkan suatu benda (buku, pensil, penghapus) bagi setiap kelompok serta panduan dalam membuat produk. Guru memberikan arahan atau instruksi


(63)

55

mengenai tugas yang diberikan dan

membimbing siswa apabila terdapat

kesulitan dan kekeliruan dalam

mengerjakan tugas.

Guru mengamati cara tiap kelompok melakukan percobaan (eksperimen) dalam kelompoknya masing-masing dengan gaya belajar mereka sendiri yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik).

Guru mengamati siswa dalam kelompok membuat karya berupa parasut yaitu

kelompok 1 (visual), kelompok 2

(auditori), kelompok 3 (kinestetik) untuk

menunjukkan bahwa gaya dapat

mengubah gerak suatu benda.

Dalam kelompok, guru mengamati siswa menyelesaikan tugas yaitu menjawab soal LKS yang diberikan oleh guru

Konfirmasi

Setelah melakukan percobaan dan

membuat produk, guru mengamati

perwakilan kelompok siswa yang

bergantian menjelaskan dengan

menampilkan produk dan hasil percobaan. Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi.

Guru melakukan evaluasi terhadap siswa

dengan memberikan tugas untuk

mengerjakan soal kepada setiap siswa untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi yang telah diajarkan.

Kegiatan Akhir (penutup)

Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran materi gaya

Guru memberikan arahan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah diajarkannya di rumah.


(64)

56

Guru menyampaikan sedikit materi

pembelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya.

Guru bersama peserta didik menutup

pembelajaran dengan membaca do’a dan

mengakhiri dengan salam.

III Pengelolaan Waktu

Ketepatan waktu pada saat belajar mengajar

Ketepatan memulai dan menutup

pembelajaran

Kesesuaian dengan RPP

IV Suasana Kelas

Kelas kondusif

Kelas hidup dan menyenangkan Skor perolehan =

Aktivitas guru =

x 100 =

Keterangan:

1 = kurang (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu)

2 = cukup (dilakukan, Tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu) 3 = baik (dilakukan, kurang afektif, sesuai aspek, tidak tepat waktu) 4 = sangat baik (dilakukan, sesuai aspek, afektif, tepat waktu)

Kriteria:

Sangat baik = 85 - 100

Baik = 75 - 85

Cukup = 60 - 75

Kurang = 50 - 60


(1)

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dalam penelitian tentang penerapan model VAK (visualization, auditory, kinesthetic) untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa kelas

IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model VAK (visualization, auditory, kinesthetic) di kelas IVA MI

Assa’adah Sukowati Gresikpada mata pelajaran IPA materi gaya menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Dari hasil observasi, penerapan model VAK (visualization, auditory, kinesthetic) dapat berjalan baik dengan

terlaksananya semua langkah-langkah yang ada dalam model VAK

(visualization, auditory, kinesthetic). Hal ini terbukti dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I sebesar 65,83 berkategori cukup menjadi lebih baik pada siklus II dengan skor sebesar 89,16 menunjukkan kategori sangat baik. Pada hasil observasi aktivitas siswa juga menunjukkan bahwa penerapan model VAK (visualization, auditory, kinesthetic) terbukti berhasil baik, pada siklus I sebesar 64,58 berkategori cukup menjadi lebih baik pada siklus II dengan skor sebesar 89,58 menunjukkan kategori sangat baik.


(2)

125

2. Peningkatan hasil belajar IPA materi gaya di kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar meningkat dengan sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil penilaian unjuk kerja

(performance), penilaian produk, tes tulis pada materi gaya direkapitulasi menjadi keseluruhan nilai hasil belajar IPA menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa di siklus I yang hanya mencapai 74,25 berkategori cukup dengan prosentase 62,5% berkategori cukup, kemudian nilai rata-rata bertambah atau terjadi peningkatan pada siklus II yang mencapai 85,88 berkategori baik dengan prosentasi 93,75% berkategori sangat baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan

menggunakan model VAK (visualization, auditory, kinesthetic), bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti menyarankan:

1. Bagi sekolah

Kepala sekolah hendaknya menyarankan kepada guru untuk menggunakan model, strategi, metode maupun media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga apa yang diajarkan dapat benar-benar dipahami oleh peserta didik.


(3)

126

2. Bagi guru

Guru hendaknya melakukan inovasi-inovasi pembelajaran agar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat berperan aktif di kelas sehingga mendapat hasil belajar yang sangat baik.

3. Bagi siswa

Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran seperti lebih banyak bertanya kalau ada hal yang belum dipahami, lebih aktif dalam berdiskusi kelompok, dan lebih berani mengemukakan pendapat maupun dalam mempresentasikan hasil dari diskusi agar pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna sehingga mendapat hasil belajar yang sangat baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 2006.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Athiroh, Nour, dkk. 2008.Ilmu Pengetahuan Alam 1. Surabaya: Lapis-PGMI.

Colin, Rose dan Nicholl. 2002.Accelerated Learning.Bandung: Nuansa.

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.

Deporter, Bobbi, dkk. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Bandung : Kaifa.

---. 2008.Quantum Teaching. Bandung: Perpustakaan Nasional.

Dimyati dan Mujiono. 2006.Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994.Hasil Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2007.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV A Ibu Khanifah tanggal 8 Maret 2015.

Hasil observasi siswa kelas IVA MI Sukowati Gresik tanggal 12 Maret 2015.

Kurnianto, Rido, dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas.Surabaya: Aprinta Surabaya. Meier, Dave. 2002.The Accelerated Learning. Bandung: Kaifa.

Mulyasa. 2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.


(5)

128

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, Nana. 1989.Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar.Bandung: Sinar Baru.

Suhartini, Dwi dan Susantiningsih. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI

Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sukardi. 2013.Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistyorini, Sri.2007.Model Pembelajaran IPA di SD.Yogyakarta: Tiara Wacana. Sumber dokumentasi nilai hasil ulangan siswa kelas IVA MI Sukowati Gresik.

Supatno, Haris. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru/PLPG 2008.

Surabaya: Departemen Unesa.

Suprijino, Agus. 2011.Coopertive Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2011.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

---. 2003.Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. dkk. 2011. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wardani, Igak, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka Kartikasari, Retno. 2011. Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui

Penerapan Model VAK di SDN Merjosari 1 Malang (Online).

http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/12175/0. Diakses


(6)

129

Lestari, Reni Dwi. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual,

Auditori, Kinestetik) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang (Online). http://library.um.ac.id/free-contents/new-karyailmiah/detail.php/52457.php. Diakses tanggal 15 Mei 2015.

Miftah,Yuliana.2012. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani Kecamatan Kertek Di Wonosobo (Online).

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/617/2/T1_292007020_BAB %20I.pdf. Diakses tanggal 08 Juni 2015.

Pradana, Royki. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran VAK (Visulization,

Auditory, Kinesthetic) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Salatiga 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 (Online). http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3894/1/T1_292009350_Judu l.pdf. Diakses tanggal 15 Mei 2015.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUALIZATION, AUDIOTORY, KINESTHETIC) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SD NEGERI 101771 TEMBUNG TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 2 21

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 101775 SAMPALI T.A 2015/2016.

0 4 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION Penerapan Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI SDN 02 Pablengan Tahun 2011 / 2012.

0 0 16

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinestetic Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI SDN 02 Pablengan Tahun 2011 / 2012.

0 0 6

PENERAPAN MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI STRUKTUR BUMI PADA PEMBELAJARAN IPA.

2 10 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM II NO. 172 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016.

0 2 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 DEPOKREJO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SDN 2 TAMANWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 17

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB DAN DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKN MATERI KEPUTUSAN BERSAMA SISWA KELAS V MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK.

0 0 118

Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) Berbantuan Wingeom

0 0 9