EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

(1)

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sabagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh Asep Setiawan

0902243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Oleh : Asep Setiawan

0902243

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada program studi Pendidikan Ilmu Komputer

Asep Setiawan

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Oleh Asep Setiawan NIM. 0902243

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,

Dr. Dedi Rohendi, MT NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

Drs. H. Heri Sutarno, M.T NIP. 195607141984031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Dr. H. Enjang Ali Nurdin, M.Kom NIP. 196711211991011001


(4)

Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia

Interaktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Asep Setiawan, 0902243, AsepSetiawan.pikb09@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perancangan dan pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran model discovery learning, untuk mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa, serta mengetahui respon belajar siswa terhadap model discovery learning berbantuan multimedia. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan desain pretest posttest nonequivalent kontrol group design.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan XI IPS 4 SMA Negeri 13 Bandung. Penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data posttest. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,32 dengan criteria sedang dan kelas kontrol 0,07 dengan criteria rendah. Efektivitas dari model Discovery Learning diukur dengan menggunakan perhitungn Effect Size. Tingkat keefektivan diperoleh data pretest menghasilkan nilai Effect Size 0,29 dengan nilai efek yang sedang, pada data posttest menghasilkan nilai 1,24 dengan nilai efek yang besar dan untuk data gain yaitu 1,40 dengan nilai efek yang besar. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase dari angket sebesar 70,83%.

Kata Kunci : Efektivitas, Discovery Learning, Multimedia Interaktif, Kemampuan


(5)

Effectiveness of Discovery Learning Interactive Multimedia Assisted

Models to Enhance Student Ability Understanding of Concepts

Lesson In Information And Communication Technology

Asep Setiawan, 0902243, AsepSetiawan.pikb09@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to produce the design and development of interactive multimedia as a learning tool of discovery learning models, to determine the effectiveness of improved student's understanding concept, and know the student's learning response of the multimedia-assisted discovery learning model. The method used was Quasy experiment with a pretest-posttest nonequivalent control group design. Samples taken in this study were students of class XI IPS 2 and XI IPS 4 of SMAN 13 Bandung. This study concludes that there was a difference between the capacity of students' concept understanding between experimental class and control class in the posttest data. Gain in the index was 0,32 with experimental class criteria and control class was 0,07 with lower criteria. The effectiveness of the Discovery Learning model was measured by using a Effect Size count. The level of effectiveness of the data obtained pretest generate value with the value of 0.29 Effect Size effect was, at posttest generate the data value with the value of 1.24 and a large effect for the data value of the gain is 1.40 with great effect. Most of the students responded positively about learning using multimedia-assisted Discovery Learning model. This is indicated by the percentage gain of 70.83% from the questionnaire.

Key Words: Effectiveness, Discovery Learning, Interactive Multimedia, Ability


(6)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Definisi Operasional ... 8

1.7 Hipotesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Multimedia ... 10

2.2 Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 12

2.2.1 Pendekatan dan Strategi Perencanaan TIK ... 13


(7)

2.2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran ... 16

2.3 EfektivitasPembelajaran ... 18

2.4 ModelPembelajaran ... 19

2.5 Model Discovery Learning ... 21

2.6 KemampuanPemahaman Konsep ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian.. ... 32

3.2 DesainPenelitian.. ... 32

3.3 PopulasidanSampel.. ... 33

3.4 Variabel Penelitian... 34

3.5 InstrumenPenelitian ... 34

3.6 Pengembangan Bahan Ajar... 34

3.7 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran. ... 35

3.8 Data Hasil Uji Instrumen. ... 36

3.9 Prosedur Penelitian ... 39

3.10 Teknik Analisis Data ... 40

3.11 Analisis Effect Size ... 44

3.12 Pengolahan Data Angket ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 47

4.1.1 Identifikasi Awal ... 47

4.1.2 Penyusunan Instrumen ... 47

4.1.3 Pengembangan Multimedia ... 48


(8)

4.2 Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen ... 57

4.2.1 Uji Validitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran ... 57

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 60

4.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 61

4.3.1 Pelaksanaan Pretes ... 61

4.3.2 Proses Pembelajaran ... 61

4.3.3 Pelaksanaan Posttest ... 62

4.3.4 Pemberian Angket ... 63

4.4 Analisis Data Hasil Penelitian ... 63

4.4.1 Analisis Data Pretest ... 63

4.4.2 Analisis Data Postest ... 66

4.4.3 Analisis Pengukuran Effect Size ... 71

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 88

1. LAMPIRAN A ... 89

2. LAMPIRAN B ... 131

3. LAMPIRAN C ... 157

4. LAMPIRAN D ... 194


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Profil peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 4

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 32

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 32

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 33

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 34

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Gain ... 39

Tabel 3.6 Kriteria Effect Size ... 40

Tabel 3.7 Bobot Tiap Soal Angket ... 40

Tabel 3.8 Tafsir Data Angket ... 41

Tabel 4.1 Data hasil analisa uji instrumen soal pretes ... 52

Tabel 4.2 Data hasil analisa uji instrumen soal postes ... 53

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas ... 54

Tabel 4.4 Kemampuan Awal Siswa Sebelum Dilakukan Pembelajaran ... 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 59

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data Pretest ... 60

Tabel 4.7 Uji Statistik Perbedaan Dua Rerata Data Pretest ... 60

Tabel 4.8 Pemahaman Konsep Siswa Setelah Dilakukan Pembelajaran ... 61

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 62

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 63

Tabel 4.11 Uji Statistik Perbedaan Dua Rerata Data Postest ... 63

Tabel 4.12 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 64

Tabel 4.13 Data Hasil Uji Effect Size. ... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 33

Gambar 4.1 Flowchart Multimedia PembelajaranInteraktif ... 52

Gambar 4.2 Data Flow Diagram Level 0... 53

Gambar 4.3Data Flow Diagram Level 1 ... 53

Gambar 4.4Data Flow Diagram Level 2 ... 53

Gambar 4.5 ContohStoryboard Multimedia Pembelajaran ... 54

Gambar 4.6Tampilan Multimedia – Menu Utama ... 55

Diagram 4.1 Rata-rata Nilai Pretest ... 64

Diagram 4.2 Rata-rata Nilai Posttest ... 67


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang ini merupakan era perkembangan pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ini berdampak pada kehidupan bermasyarakat, karena pada dasarnya kehidupan dalam semua aspek tidak lepas dari pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, karena teknologi akan berperan pada kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Masyarakat yang melek teknologi akan mampu memilih, merancang, membuat, dan menggunakan hasil-hasil rekayasa teknologi tersebut. Bagian dari masyarakat tersebut adalah sekolah yang di dalamnya terdapat peserta didik. Melek teknologi (technology literacy) artinya peserta didik aktif terlibat dalam proses teknologi atau belajar memanfaatkan hasil teknologi. Bahkan tidak hanya untuk mengetahui dan mengenal saja, peserta didik belajar merancang dan membuat karya teknologi sendiri. Selain itu mereka dilatih untuk menemukan dan memecahkan permasalahan sendiri dalam kehidupan sehari-harinya yang dapat dipecahkan dengan memanfaatkan jasa teknologi.

Menurut Martin (1999) teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan mencakup juga teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Demikian juga dengan apa yang disampaikan oleh William dan Sawyer (2003) yang dikutip Abdul Kadir dan Terra Ch Triwahyuni (2003: 2) dalam bukunya pengenalan teknologi informasi mengemukakan bahwa “Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi dengan kecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video.” Dari definisi diatas tergambar bahwa teknologi informasi tidak sekedar berupa teknologi komputer, tetapi juga teknologi komunikasi. Dengan kata lain teknologi informasi adalah gabungan dari teknologi komputer dengan teknologi informasi.


(12)

2

Mempelajari teknologi informasi dan komunikasi sangat penting, karena selain sebagai alat bantu, kita juga dapat berbagi hal positif dengan orang lain sehingga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Maka dari itu di sekolah kita belajar teknologi informasi dan komunikasi sejak dini. Dengan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi kita tidak hanya mengenal, mengetahui dan melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saja, melainkan diharapkan mampu mengembangkan dan menciptakan sesuatu yang baru sehingga kedepannya siswa tidak hanya menggunakan tapi mampu membuat sesuatu yang berguna untuk lingkungannya. Selain itu siswa dapat meningkatkan minat dan bakat pada teknologi informasi dan komunikasi ini sehingga siswa dapat fokus menggali dan mengembangkan bakatnya dalam hal tersebut. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup.

Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan kata lain guru menempati titik sentral pendidikan. Agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, maka terlebih dahulu harus memahami hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti halnya proses pendidikan pada umumnya. Dengan demikian peranan guru yang sangat penting adalah mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di sekolah termasuk didalamnya penggunaan metode mengajar yang sesuai.

Tugas utama seorang guru adalah mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum, sebagaimana prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Artinya seorang guru apabila di depan memberikan suri teladan, di tengah memberi prakarsa dan di belakang memberi dorongan atau motivasi (Fridani dan Lestari, 2009: 129). Oleh karena itu guru dituntut harus mampu memberikan inovasi-inovasi dalam melaksanakan kegiatan


(13)

3

pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan aktif, efektif dan menyenangkan.

Salah satu prinsip pembelajaran inovatif adalah berpusat pada siswa (student centered). Suyatno (2009: 8) mengemukakan student centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan stategi pedagogik yang mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi siswa ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.

Kenyataannya di sekolah-sekolah masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional, semuanya berpusat pada guru atau didominasi oleh guru (teacher centered) bukan berpusat pada siswa. Itulah yang saya alami saat melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMA Negeri 13 Bandung, siswa hanya memperhatikan guru yang sedang mengajar tidak dilibatkan kepada masalah yang membuat siswa dapat berpikir lebih kritis dan kreatif, sehingga siswa tidak memahami keseluruhan materi yang disampaikan gurunya tersebut yang mengakibatkan siswa akan merasa kesulitan ketika diberikan suatu permasalahan.

Dalam pembelajaran konvensional, guru menggunakan metode transfer informasi. Proses pembelajaran seperti inilah yang membuat siswa bosan, siswa tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya. Selain itu siswa tidak dituntut untuk banyak menyelesaikan sebuah permasalahan, karena dalam situasi seperti ini kebanyakan siswa hanya menunggu materi selesai diberikan oleh guru kemudian setelah itu tidak ada lagi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa-siswa itu sendiri.

Melihat fenomena itu, guru harus mampu mengemas suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif, partisipatif, dan menyenangkan dalam belajar, maka diperlukan alternatif solusi yang tepat untuk mencari model pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Selain itu guru juga harus mengubah paradigma dari yang mulanya semua berpusat pada guru berganti menjadi berpusat pada siswa. Dengan model


(14)

4

pembelajaran yang tepat, permasalahan kurangnya pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas bisa diatasi.

Menurut Bruner dalam Arends (2008), discovery learning merupakan sebuah metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi). Belajar penemuan mengakibatkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi, tidak hanya menerima saja.

Dalam model discovery learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih mudah diingat.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ibrahim (2013), didapatkan informasi sebagai berikut:

Tabel 1.1 Profil peningkatan Pemahaman Konsep Siswa

Aspek Pretest Postest <g> <g>% Kategori Translasi 31,00 68,67 0,587 58,70 Sedang Interpretasi 38,00 90,00 0,634 63,40 Sedang Ekstapolasi 29,33 62,33 0,537 53,70 Sedang

Tabel di atas menunjukan bahwa profil peningkatan pemahaman konsep pada aspek translasi, interprestasi, dan ekstrapolasi. Dengan terjadinya peningkatan pada ketiga aspek tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setelah


(15)

5

menggunakan model discovery learning siswa dapat lebih aktif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan, dapat menterjemahkan dan mengkomunikasikan materi yang didapatkannya sendiri, artinya model pembelajaran discovery learning (belajar penemuan) berbantuan multimedia cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Ibrahim (2013) disimpulkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa pada mata pelajaran Fisika di sekolah juga masih dalam kategori rendah. Rendahnya pemahaman konsep fisika tersebut diduga karena proses pembelajaran yang dilaksanakan belum tepat. Kebanyakan metode belajar yang digunakan guru adalah ceramah. Proses pembelajaran seperti itu masih belum sesuai dengan proses pembelajaran yang disarankan pada kurikulum KTSP yaitu pembelajaran yang mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh siswa atau berpusat pada siswa (student centered).

Pemaparan diatas menunjukan bahwa ternyata ada kaitan antara rendahnya pemahaman konsep fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar siswa sesuai harapan KTSP sehingga pemahaman konsep fisika siswa dapat meningkat.

Adapun penelitian yang dilakukan Fajriani (2013) dapat disimpulkan bahwa : 1. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk kelompok tinggi termasuk

kedalam kriteria sangat baik dengan nilai rata-rata 82,50%, sedangkan kelompok sedang dan rendah termasuk dalam kriteria baik dengan nilai rata-rata 75,86% dan 75,00%.

2. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery-inquiry, yaitu sebesar 24,26%, secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum yang bersifat verivikasi, yaitu sebesar 3,59%.


(16)

6

3. Menurut siswa, pembelajaran discovery-inqury yang dilakukan dapat membuat pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, bersemangat, termotivasi, serta dapat lebih memahami materi yang dipelajari.

Selanjutnya berdasarkan penelitian, analisis data hasil penelitian dari Husein (2013), maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Secara umum peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada pembelajaran TIK setelah dilaksanakannya model Discovery Learning berbantuan MMI dari ketiga pertemuan adalah sebesar 0,53 dengan kriteria sedang.

2. Setelah diterapkannya model Discovery Learning berbantuan MMI, tingkat ranah kognitif siswa meningkat yaitu sebagai berikut : tingkat kemampuan pengetahuan (C1) meningkat sebesar 0,62 dengan kriteria sedang, tengkat kemampuan pemahaman (C2) meningkat sebesar 0,51 dengan kriteria sedang, tingkat kemampuan pengaplikasian (C3) meningkat sebesar 0,48 dengan kriteria sedang.

Dalam pelaksanaanya, agar pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, pembelajaran akan didukung dengan digunakannya media pembelajaran. Multimedia dipilih sebagai alat bantu dalam penelitian ini karena multimedia dapat membuat suasana menjadi lebih hidup, membangkitkan keinginan dan minat siswa yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, penampilannya lebih menarik serta dapat menjelaskan suatu informasi tertentu secara lebih nyata.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan “Efektivitas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi”.


(17)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perancangan dan pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran model discovery learning?

2. Apakah model Discovery Learning berbantuan multimedia lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran TIK daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery learning) berbantuan multimedia?

1.3Batasan Masalah

Di dalam penerapan model Discovery Learning ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Multimedia pembelajaran dibuat dengan menggunakan Adobe Flash Professional CS5 dan media tersebut hanya bersifat sebagai pendukung atau alat bantu pembelajaran (berbantuan multimedia).

2. Hasil pembelajaran dari penelitian ini merupakan hasil belajar dalam aspek pemahaman konsep.

3. Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 2 dan XI IPS 4 SMA Negeri 13 Bandung.

4. Pokok bahasan yang di pilih pada penelitian ini adalah pada kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka sederhana dengan materi pokok rumus dan fungsi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan perancangan dan pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran model discovery learning.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang belajar menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia pada


(18)

8

mata pelajaran TIK lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui respon belajar siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model Discovery Learning berbantuan mutimedia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai model Discovery Learning sehingga bisa diterapkan pada saat proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini untuk guru adalah guru dapat memberikan inspirasi dan inovasi baru dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

3. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini siswa mendapatkan pengalaman baru dalam belajar yang diharapkan dapat menambah motivasi dalam belajar.

4. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai alternatif model pembelajaran untuk pembelajaran mandiri bagi siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara kreatif, menyenangkan dan inovatif.

1.6 Definis Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1. Multimedia penyampaian informasi menggunakan gabungan dari teks, grafik, suara, video dan animasi sehingga menciptakan suatu persentasi yang interaktif.

2. Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri yang berarti siswa harus berperan aktif dalam belajar di kelas.


(19)

9

3. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

1.7Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah penelitian. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis nol (H0) : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model Discovery Learning berbantuan multimedia interaktif tidak lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis kerja (H1) : Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa lebih efektif dalam model Discovery Learning berbantuan multimedia interaktif dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sugiyono (2011:6) menjelaskan bahwa metode penelitian pendidikan adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode Quasi Experimental Design. Metode Quasi Experimental Design adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan pada suatu subyek dan dibandingkan dengan subyek yang tidak mendapat perlakuan. Menurut Sugiyono (2011:114) bentuk desain eksperimen ini, merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini lebih baik pre-experimental design. Dalam penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas sebagai sampel, kelompok kelas pertama disebut kelas eksperimen dan kelompok kelas kedua disebut kelas kontrol. Kelas eksperimen pada saat pelaksanaan penelitian diberikan pembelajaran dengan multimedia pada model Discovery Learning, sedangkan kelompok kontrol mendapat pembelajaran konvensional.

3.2Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah “Pretes-Postes Nonequivalent Control Group Design. Pretes-Postes Nonequivalent Control Group Design adalah desain yang melibatkan dua kelompok dan tidak dipilih secara acak. Kemampuan awal siswa diperoleh dengan pretes. Setelah pretes, diberikan pembelajaran dengan multimedia dengan model Discovery Learning pada kelas eksperimen dan metode konvensional di kelas kontrol.


(21)

33

Desain penelitiannya digambarkan seperti dibawah ini:

O1 X O2 kelas eksperimen O1 O2 kelas kontrol

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan

O1 : Pretes O2 : Postes

X : pemberian pembelajaran dengan bantuan multimedia pada model Discovery Learning

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Dari pernyataan tersebut penelitian ini dilaksanakan di SMA. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 13 Bandung, tahun ajaran 2013/2014.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Teknik sampel yang digunakan adalah dengan metode sampling purposive. Sampling purposive menurut Sugiyono (2011:124) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan. Dari pernyataan tersebut maka peneliti mengambil sampel sesuai pertimbangan yaitu beberapa kelas XI di SMA Negeri 13 Bandung dan dipilih 2 kelas sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua kelas tersebut di pilih lagi untuk mendapatkan mana kelas yang sebagai kelas eksperimen dan kelas yang menjadi kelas kontrol. Kelas XI IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 4 sebagai kelas kontrol.


(22)

34

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:60), Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian terdapat variabel bebas dan variabel dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Varibel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono,2011:61).

Variabel bebas dari penelitian ini yaitu : Penggunaan multimedia pembelajaran pada model Discovery Learning dan variabel terikatnya yaitu meningkatnya kemampuan pemahaman konsep siswa SMA.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam menguji dan mengukur hipotesis dibutuhkan alat yang menghasilkan data yang disebut dengan instrumen. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah bentuk tes objektif pilihan ganda dan angket respon siswa. Untuk mengetahui kemampuan siswa digunakan pretes dan postes yang berbentuk tes pilihan ganda. Sementara angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran model Discovery Learning berbantu multimedia yang dibuat peneliti.

3.6 Pengembangan Bahan Ajar

1. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah salah satu perangkat pembelajaran yang penting dalam proses pembelajaran. RPP dapat membantu seorang guru menyampaikan materi dengan efektif. Karena didalam RPP terdapat petunjuk secara rinci langkah-langkah dalam proses pembelajaran.


(23)

35

2. Soal Pretes dan Postes

Peneliti membuat 60 soal pilihan ganda yang terbagi menjadi 2 bagian, 30 soal untuk pretes dan 30 soal untuk postes. Untuk proses perhitungan menggunakan skala nilai 0-100. Rumus perhitungan nilai sebagai berikut :

3.7 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Berikut penjelasan dari proses pengembangan multimedia yang digunakan dalam penelitian ini yang diadaptasi dari Munir (2011) dan (2012 : 107-108):

1. Tahap Analisis

Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan informasi mengenai model Discovery Learning yang akan diterapkan kedalam multimedia, informasi mengenai alat-alat yang akan dipakai dalam pembuatan multimedia, serta peneliti akan menentukan pula tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan multimedia ini.

2. Tahap Desain

Pada tahap ini peneliti akan merancang multimedia mulai dari sistem, tampilan dan bahan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam multimedia yang dibuat.

3. Tahap Pengembangan

Setelah kebutuhan untuk multimedia dianalisis dan desain dari multimedia ditentukan, selanjutnya dibuat flowchart dan storyboard untuk menjadi panduan visual dalam membuat multimedia. Dalam tahap ini juga akan dilakukan pengintegrasian sistem antara satu bagian sistem dengan sistem lainnya yang telah dikembangkan.

4. Tahap Implementasi

Pada tahap ini multimedia yang telah dikembangkan akan diberikan kepada siswa untuk digunakan dalam proses pembelajaran.


(24)

36

5. Tahap Penilaian

Setelah siswa mencoba multimedia yang dikembangkan, selanjutnya siswa memberi penilaian terhadap multimedia yang dikembangkan.

3.8 Data Hasil Uji Instrumen

Dalam penelitian, instrumen yang digunakan harus valid dan reliabel. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011:173) sedangkan instrumen reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Maka sangat diperlukan beberapa uji pada instrumen. Uji instrumen yang digunakan adalah:

1. Uji instrumen tes a. Uji Validitas

Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product moment (Arifin,2012:254).

 

  2 2 2 2 ) ( )( ) ( ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

X = skor tiap item dari tiap responden

Y = skor total seluruh item dari tiap responden

∑X = jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba ∑Y = jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden N =jumlah responden uji coba


(25)

37

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Keterangan

0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 ≤ rxy <0,80 Validitas tinggi

0,40 ≤ rxy < 0,60 Validitas cukup 0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

(Arifin, 2012 : 257 ) b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat derajat atau konsistensi dari suatu instrument. Suatu tes dapat dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama bila di teskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin,2012:264).

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas R = banyaknya butir soal ∑σi2 = jumlah varians butir Σx2= varians total

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Keterangan

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,70 ≤ r11 <0,90 Reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas cukup 0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah


(26)

38

c. Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui siswa yang berkemampuan tinggi maupun berkemampuan rendah. Rumus daya pembeda:

B B A A

J B J B

D 

Keterangan:

D = indeks daya beda

BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar JA = banyaknya siswa kelompok atas

BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar JB = banyaknya siswa kelompok bawah

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Koefisien Reliabilitas Keterangan DP < 0,00 Sangat jelek 0,00 ≤ DP<0,20 Jelek

0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup 0,40 ≤ DP < 0,70 Baik 0,70 ≤ DP≤ 1,00 Baik sekali

Erman (2003 : 161) d. Tingkat kesukaran

Uji tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui kategori soal termasuk kategori sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

X

J B

P

Keterangan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes


(27)

39

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Erman (2003 : 161) 2. Instrumen Non-Test

a.Angket Respon Siswa

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab(Sugiyono, 2011:199).

Angket yang digunakan bertujuan untuk mengukur respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan model Discovery Learning berbantu multimedia. Angket ini diberikan pada saat akhir pembelajaran/postes. Jenis angket yang digunakan yaitu angket skala sikap model likert dengan pilihan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

3.9 Prosedur Penelitian

1. Tahap perencanaan a. Menentukan masalah b. Menetapkan pokok bahasan c. Menentukan populasi penelitian d. Mengurus surat perijinan penelitian

e. Mengobservasi sarana dan prasarana sekolah f.Menetapkan materi

g. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran h. Membuat bahan ajar untuk penelitian


(28)

40

j.Melakukan judgment multimedia, RPP dan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing

k. Melakukan uji coba instrument penelitian

l.Revisi hasil jugment multimedia, RPP dan instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a.Melaksanakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa

b.Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan pokok bahasan, dan pengajar yang sama.

c.Melaksanakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengumpulkan data hasil pretes dan postes.

b. Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol c. Melakukan analisis data terhadap data hasil pretes dan postes d. Melakukan analisis data angket, dan lembar observasi

e. Menarik kesimpulan

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan

a. Membuat kesimpulan dari data yang diperoleh yaitu mengenai peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberi model Discovery Learning berbantu multimedia.

b. Membuat kesimpulan mengenai respon siswa terhadap pembelajaran dengan model Discovery Learning berbantu multimedia.

3.10 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat data skor tes dan angket. Data skor tes berasal dari pretes dan postes siswa sedangkan data angket berasal dari angket respon siswa terhadap pembelajaran model Discovery Learning berbantu multimedia.


(29)

41

Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan Data tes

Data skor tes diperoleh dari hasil pretes dan postes. Data hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran biasa. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Jika normal maka dilanjutkan ke uji homogenitas varians untuk menunjukkan uji parametrik yang sesuai. Namun jika data tidak berdistribusi normal maka langsung diuji perbedaan 2 rerata (uji non parametric). Dalam, penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mencari rentang (R)

R = skor tertinggi – skor terendah

2) Menentukan banyaknya kelas (BK) interval BK = 1 + 3,3 log n (Sudjana 2002:47) 3) Menentukan rentang interval (P)

BK R

P (Sudjana 2002:47) Keterangan

P = rentang interval R = rentang

BK = banyak kelas


(30)

42

5) Menghitung mean

i i i f x f x (Sudjana 2002:67) 6) Menghiung nilai varians (S2)

) 1 ( ) ( 2 2 2   

n n x f x f n

S i i i i

(Sudjana, 2002:95)

7) Membuat tabel distribusi nilai yang diperlukan dalam chi-kuadrat 8) Batas kelas interval

9) Nilai baku Z score

x s

X X

Z  

(Sudjana, 2002:99)

10)Mencari harga frekuensi harapan (fe) 11)Menentukan chi kuadrat (X2)

Ei Ei Oi X 2

2 ( )

(Sudjana, 2002:273) Keterangan :

X2 : Chi-kuadrat

Oi : Frekuensi pengamatan Ei : Frekuensi yang diharapkan Penentuan normalitas

Jika X2 hitung < X2 tabel = data berdistribusi normal Jika X2 hitung > X2 tabel = data tidak berdistribusi normal b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki penguasaan yang relatif sama atau varians yang sama. Langkah-langkah uni homogenitas adalh sebagai berikut:


(31)

43

1) Menentukan varians dari skor kelas eksperimen dan kelas kontrol 2) Uji homogenitas dilakukan

2 2 2 1 S S F (Sudjana, 2002:250) S12 = Varians besar S22 = varians kecil

3) Membandingkan nilai F perhitungan dengan nilai F tabel. Fhitung < Ftabel = data skor tes kedua kelompok homogen Fhitung > Ftabel = data skor tes kedua kelompok tidak homogen c. Uji Perbedaan Dua rata-rata

Uji perbedaan 2 rerata dilakukan terhadap data skor tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelas kontrol. Uji ini dilakukan apabila hasil tes awal berdistribusi normal dan varians yang homogem. Uji perbedaan dua rata-rata memakai uji-t. Rumus uji-t yaitu:

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n x n n s n s n x x t        (Sudjana, 2005:146) Keterangan  1

x nilai rerata kelas eksperimen

2

x nilai rerata kelas kontrol s12 = Varians kelas eksperimen s22 = varians kelas kontrol

n1.n2= jumlah siswa kelas eksperimen dan kontrol

Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima. Namun jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.


(32)

44

d. Uji indeks gain

Uji indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menghitung uji indeks gain, menurut Hake (1991:1) rumus yang digunakan yaitu :

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan nilai gain adalah membandingkan nilai gain dengan tabel klasifikasi indeks gain. Tabel klasifikasi indeks gain menurut Hake (1999:1) :

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Gain

Nilai g Kriteria

0.7 < g ≤ 1 Tinggi 0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang 0 ≤ g < 0.3 Rendah

3.11Analisis Effect Size

Menurut Becker (2000) Effect Size merupakan indikator yang mengukur besarnya efek dari suatu perlakuan. Perhitungan Effect Size tersebut digunakan untuk menghitung tingkat keefektivan suatu perlakuan yang menjadi salah satu krieria acuan untuk menentukan apakah model Discovery Learning dapat dikatakan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.

Ukuran efek adalah besarnya efek yang ditimbulkan oleh parameter yang diuji di dalam pengujian hipotesis. Ukuran efek bergantung kepada jenis parameter yang diuji. Jika parameter itu adalah perbedaan rerata dua populasi maka efek ditentukan oleh seberapa besar perbedaan itu. Jika parameter itu adalah perbedaan proporsi dua populasi maka ukuran efek ditentukan oleh seeberapa besar perbedaan itu. Jika parameter itu adalah koefisien korelasi maka ukuran efek ditentukan oleh seberapa besar perbedaan itu. Jadi apabila peneliti ingin berbicara besarnya perbedan rerata atau proporsi atau koefisien korelasi maka istilah yang tepat adalah ukuran efek dan bukan lagi taraf signifikansi.


(33)

45

Berikut rumus yang dikemukakan Cohen (1988) : d=

Ket : x1 = Rata-rata Eksperimen x2 = Rata-rata Kontrol Sp = Simpangan baku

Ket : s1 = Simpangan baku 1 s2 = Simpangan baku 2 n1 = Jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2

Kriteria yang diusulkan oleh Cohen (1988) tentang besar kecilnya ukuran efek adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Effect Size

Effect Size Cohen’s Standard

0<d<0,2 Efek Kecil

0,2<d<0,8 Efek Sedang

d>0,8 Efek Besar

3.12Pengolahan Data Angket

Dalam mengolah data angket, menggunakan skala likert. Setiap jawaban diberi bobot skor tertentu yaitu :

Tabel 3.7 Bobot Tiap Soal Angket

Skala Skor

Sangat tidak setuju 1

Tidak setuju 2

Ragu-ragu 3

Setuju 4

Sangat setuju 5


(34)

46

Jika rerata skor subjek lebih besar dari 3 maka dan semakin mendekati 5 makan sikap responden semakin positif sedangkan jika rerata mendekati 1 berarti sikap responden semakin negatif.

Presentasi dalam angket diketahui dengan perhitungan %

100 _

_

_ _

x total kriterium skor

total skor jumlah

P

(Sugiyono, 2011: 137) Keterangan

P=Presentase jawaban

Jumlah skor total = skor yang didapat dari hasil angket

Skor kriterium total = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai maximum Tabel 3.8 Tafsir Data Angket

Kisaran persentase jawaban Tafsiran

P=0% Tak seorangpun

0%<P<25% Sebagian kecil

25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar 75%<P<100% Hampir seluruhnya


(35)

Asep Setiawan, 2014

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada penelitian ini hanya sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam model Discovery Learning. Pengembangan multimedia ini dibuat melalui beberapa tahap, yaitu dimulai dari tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap penilaian.

2. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia dengan siswa pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,32 dengan kriteria sedang dan kelas kontrol 0.07 dengan kriteria rendah. Adapun perhitungan Effect Size untuk mengetahui tingkat keefektivan diperoleh data pretest menghasilkan nilai Effect Size 0,29 dengan nilai efek yang sedang, pada data posttest menghasilkan nilai 1,24 dengan nilai efek yang besar dan untuk data gain yaitu 1,40 dengan nilai efek yang besar. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep dan keefektivan yang lebih baik pada siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model Discovery Learning berbantuan multimedia pembelajaran interaktif apabila dibandingkan dengan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model konvensional

3. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase dari angket sebesar 70,83%.


(36)

83

5.2 Saran

Saran yang disampaikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk menggunakan multimedia sebagai alat bantu pembelajaran, tahap-tahap yang berkaitan dengan model discovery learning harus diperhatikan sebelum mengimplementasikan multimedia kedalam pembelajaran agar konten multimedia yang telah dikembangkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dengan maksimal.

2. Proses pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan model Discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan oleh berbedanya kemampuan masing-masing siswa sehingga berbeda-beda pula waktu yang diperlukan tiap siswa untuk dapat menguasai setiap materi yang diberikan. 3. Dalam menerapankan model Discovery Learning berbantu multimedia, guru

hendaknya memperhatikan waktu yang dialokasikan agar setiap kegiatan dapat terlaksana sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. 4. Untuk pengukuran efektivitas menggunakan perhitungan effect size

hendaknya dikaji lebih dalam dan diperkenalkan lebih luas karena perhitungan ini masih jarang digunakan dalam statistik pendidikan.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyanti. (2013). Pemahaman Siswa Dalam Proses Belajar [online].

Tersedia : http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/ [15 Juni 2014]

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Arsyad, Azhar, Et al. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Becker, Lee A. (2000). Effect Size Calculators. [Online]. Tersedia http:// www.uccs.edu/~lbecker/ [15 Juni 2014]

Bloom, Benjamin S. Et al. (1979). Taxonomy of Educational Objective Books I Cognitive Domain. London : Longman Group LTD.

Eggen, Paul. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat : Indeks.

Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Fajriani, Gita Nur. (2013). Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Fridani, Lara dan APE Lestari. (2009). Inspiring Education. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(38)

85

Hake, Richard R. (1999). Interacvtive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory

Physics Courses. [online]. Tersedia:

http://ww.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&source=web&cd=1&ved=0CC 8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fweb.mit.edu%2Frsi%2Fwww%2F2005%

2Fmisc%2Fminipaper%2Fpapers%2FHake.pdf&ei=iX-zUZ3hKcrRrQf00YHADg&usg=AFQjCNGTzHFT0Vo92tw5VO9gHbvn u-ELow&bvm=bv.47534661,d.bmk&cad=rja [15 Juni 2014]

Hartanto, Supri. (2013). Media Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/media-pembelajaran/ [15 Juni 2014]

Husein, Hasbi Al-Mauritsa. (2013). Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Mmi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Ibrahim, Muhammad. (2013). Penerapan Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Joyce, Bruce. Weil. Et al (2011). Model of Teaching (Eight Edition). USA: Pearson Education.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) [online].

Tersedia :

https://docs.google.com/document/d/1lY3rKYKB785ddheIO8PzspODRm SpECOnXLnbC1e3VGo/edit?pli=1 [15 Juni 2014]


(39)

86

Kusmara, Agus. (2010). Aspek-aspek Pemahaman Konsep [online] Tersedia: http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html [15 Juni 2014]

Mela, Ayahe. (2013). Discovery Learning – Model Pembelajaran Yang Menekankan Pada Penemuan Konsep Yang Sebelumnya Tidak Diketahui [online]. Tersedia :

http://www.eltelu.blogspot.com/2013/07/discovery-learning-model-pembelajaran.html [15 Juni 2014]

Muhli, Ahmad. (2011). Evektivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/ [15 Juni 2014]

Mulyasa, Enco. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi). Bandung. Rosda Karya.

Munir. 2001. Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rusli. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.

Satriawan, Muhammad. (2010). Discovery Learning [online].

Tersedia : http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/discovery- learning_8550.html [15 Juni 2014]


(40)

87

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuanitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.

Syah Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitasa Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiaikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Welcowitz, J., Ewen, R.B., and Cohen, J. (1982). Introductory Statistics for the Behavioral Sciences. Third edition. Orlando, Florida: Harcourt, Brace Jovanovich, Inc.

Yusuf, Muhammad. (2011). Aplikasi Metode Discovery Learning Dalam

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa [Online]

Tersedia: http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html [15 Juni 2014]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada penelitian ini hanya sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam model

Discovery Learning. Pengembangan multimedia ini dibuat melalui beberapa

tahap, yaitu dimulai dari tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap penilaian.

2. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa antara siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model

Discovery Learning berbantu multimedia dengan siswa pada kelas kontrol

yang menggunakan model konvensional. Indeks gain pada kelas eksperimen sebesar 0,32 dengan kriteria sedang dan kelas kontrol 0.07 dengan kriteria rendah. Adapun perhitungan Effect Size untuk mengetahui tingkat keefektivan diperoleh data pretest menghasilkan nilai Effect Size 0,29 dengan nilai efek yang sedang, pada data posttest menghasilkan nilai 1,24 dengan nilai efek yang besar dan untuk data gain yaitu 1,40 dengan nilai efek yang besar. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep dan keefektivan yang lebih baik pada siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model Discovery Learning berbantuan multimedia pembelajaran interaktif apabila dibandingkan dengan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model konvensional

3. Sebagian besar siswa memberikan respon positif mengenai pembelajaran menggunakan model Discovery Learning berbantu multimedia. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase dari angket sebesar 70,83%.


(2)

83

5.2 Saran

Saran yang disampaikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk menggunakan multimedia sebagai alat bantu pembelajaran, tahap-tahap yang berkaitan dengan model discovery learning harus diperhatikan sebelum mengimplementasikan multimedia kedalam pembelajaran agar konten multimedia yang telah dikembangkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dengan maksimal.

2. Proses pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan model

Discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan oleh berbedanya kemampuan masing-masing siswa sehingga berbeda-beda pula waktu yang diperlukan tiap siswa untuk dapat menguasai setiap materi yang diberikan. 3. Dalam menerapankan model Discovery Learning berbantu multimedia, guru

hendaknya memperhatikan waktu yang dialokasikan agar setiap kegiatan dapat terlaksana sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. 4. Untuk pengukuran efektivitas menggunakan perhitungan effect size

hendaknya dikaji lebih dalam dan diperkenalkan lebih luas karena perhitungan ini masih jarang digunakan dalam statistik pendidikan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyanti. (2013). Pemahaman Siswa Dalam Proses Belajar [online].

Tersedia : http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/ [15 Juni 2014]

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Arsyad, Azhar, Et al. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Becker, Lee A. (2000). Effect Size Calculators. [Online]. Tersedia http:// www.uccs.edu/~lbecker/ [15 Juni 2014]

Bloom, Benjamin S. Et al. (1979). Taxonomy of Educational Objective Books I

Cognitive Domain. London : Longman Group LTD.

Eggen, Paul. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan

Keterampilan Berpikir. Jakarta Barat : Indeks.

Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Fajriani, Gita Nur. (2013). Pengaruh Metode Discovery-Inquiry Terhadap

Penguasaan Konsep Siswa Pada Pembelajaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung :

Tidak Diterbitkan.

Fridani, Lara dan APE Lestari. (2009). Inspiring Education. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(4)

85

Hake, Richard R. (1999). Interacvtive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory

Physics Courses. [online]. Tersedia:

http://ww.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&source=web&cd=1&ved=0CC 8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fweb.mit.edu%2Frsi%2Fwww%2F2005%

2Fmisc%2Fminipaper%2Fpapers%2FHake.pdf&ei=iX-zUZ3hKcrRrQf00YHADg&usg=AFQjCNGTzHFT0Vo92tw5VO9gHbvn u-ELow&bvm=bv.47534661,d.bmk&cad=rja [15 Juni 2014]

Hartanto, Supri. (2013). Media Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/media-pembelajaran/ [15 Juni 2014]

Husein, Hasbi Al-Mauritsa. (2013). Penerapan Model Discovery Learning

Berbantuan Mmi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Ibrahim, Muhammad. (2013). Penerapan Pembelajaran Penemuan (Discovery

Learning) Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Joyce, Bruce. Weil. Et al (2011). Model of Teaching (Eight Edition). USA: Pearson Education.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) [online].

Tersedia :

https://docs.google.com/document/d/1lY3rKYKB785ddheIO8PzspODRm SpECOnXLnbC1e3VGo/edit?pli=1 [15 Juni 2014]


(5)

Kusmara, Agus. (2010). Aspek-aspek Pemahaman Konsep [online] Tersedia: http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html [15 Juni 2014]

Mela, Ayahe. (2013). Discovery Learning – Model Pembelajaran Yang Menekankan Pada Penemuan Konsep Yang Sebelumnya Tidak Diketahui [online]. Tersedia :

http://www.eltelu.blogspot.com/2013/07/discovery-learning-model-pembelajaran.html [15 Juni 2014]

Muhli, Ahmad. (2011). Evektivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/ [15 Juni 2014]

Mulyasa, Enco. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan Implementasi). Bandung. Rosda Karya.

Munir. 2001. Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3). Bandung: UPI Press.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rusli. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.

Satriawan, Muhammad. (2010). Discovery Learning [online].

Tersedia : http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/discovery- learning_8550.html [15 Juni 2014]


(6)

87

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuanitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.

Syah Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Bandung: Universitasa Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasi

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendiaikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia

Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Welcowitz, J., Ewen, R.B., and Cohen, J. (1982). Introductory Statistics for the

Behavioral Sciences. Third edition. Orlando, Florida: Harcourt, Brace

Jovanovich, Inc.

Yusuf, Muhammad. (2011). Aplikasi Metode Discovery Learning Dalam

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa [Online]

Tersedia: http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html [15 Juni 2014]


Dokumen yang terkait

MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PELAJARAN TIK.

0 2 44

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 3 44

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM MATA PELAJARAN TIK.

3 10 35

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

0 0 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING BERBANTU MULTIMEDIA MENGGUNAKAN METODE TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

2 7 47

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN TANDUR BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APLIKATIF SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI).

0 0 63

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA.

0 0 42

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI).

2 2 58

PENERAPAN DRILL METHOD BERBANTU MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK).

0 1 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMP.

2 10 48